Anda di halaman 1dari 52

9BAGIAN ILMU ANASTESI & REANIMASI LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN Januari 2019

UNIVERSITAS PATTIMURA

ANASTESI PEDIATIRIC

Oleh

Nama : Hasan T.B Salampessy

NIM : 2018-84-034

Konsulen

Dr. Fahmi Maruapei, sp.An

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ANASTESI DAN REANIMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas

kasih dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul

“Anastesi pediatric” yang dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik di bagian

anastesi dan reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura Ambon.

Penulis menyadari bahwa terdapat berbagai kekurangan dan keterbatasan

dalam proses penyusunan namun dengan bimbingan dan bantuan dari pembimbing,

penulis dapat meneyelasaikan laporan kasus ini. Penulis berharap pembahasan kasus

ini dapat menjadi sumber pembelajaran, pengalaman, menambah wawasan dan dapat

membantu pada praktik klinik di kemudian hari.

Ambon, Januari 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL 1

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN 4

BAB II LAPORAN KASUS 6

BAB III PEMBAHASAN 15

BAB IV PENUTUP 50

DAFTAR PUSTAKA 52

3
BAB I

PENDAHULUAN

GA (General anesthesia) adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral

dan membuat pasien tidak sadar secara reversibel (dapat kembali seperti

semula) yang disebabkan oleh obat-obat anestesi Trias anestesi meliputi sedasi,

analgesi dan relaksasi. Pemberian obat anestesi umum dapat secara parenteral

dan inhalasi.

Induksi Anestesi adalah tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi

tidak sadar,sehingga memungkinkan dimungkinkan dimulainya anestesi dan

pembedahan. Macam Induksi induksi Inhalasi, induksi Intravena, induksi

intramuskuler, dan induksi rektal.

Masa Neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu atau 28

hari sesudah kelahiran. Neonatus yaitu bayi baru lahir atau berumur 0 sampai

dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Masa neonatus terdiri dari neonatus dini

yaitu bayi berusia 0-7 hari, dan neonatus lanjut yaitu bayi berusia 7-28 hari.

Adaptasi neonatal atau bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional

neonatus dari kehidupan didalam uterus kekehidupan diluar uterus.

Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostatis, bila terdapat

4
gangguan adaptasi maka bayi akan sakit. Terdapat banyak sekali variasi

perbedaan antara neonatus dan orang dewasa sehingga tindakan anastesi yang

dilakukan perlu banyak perhatian dan keahlian.

5
BAB II

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : By. I

Umur : 2 hari

Jenis Kelamin : Laki-Laki

No RM : 14-14-30

Alamat : Batu merah

Gol. Darah :-

Berat badan : 2,6 kg

Panjang badan : 47 cm

Tanggal MRS : 08/01/2019

Tanggal Masuk ICU : -

Tanggal Keluar ICU : -

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Indonesia

Bangsal/ Kamar : NICU

6
B. EVALUASI PRE-ANESTESI

1. Anamnesis

 Keluhan utama

 Anamnesis terpimpin

Pasien datang dengan keluhan terdapat luka sepanjang dahi, diatas

telinga, dan di belakang kepala yang disertai cairan berwarna putih

kekuningan dan berbau sejak 15 hari yang lalu. Pada mulanya luka

tampak kebiruan tanpa disertai produksi cairan, namun setelah luka

diberikan obat salep (diakui pasien sebagai obat salep gentamicyn) luka

tampak membuka dan aktif memproduksikan cairan. Pasien lahir secara

sesar 3 hari setelah ketuban ibu pecah pada usia kehamilan 33 minggu,

berat badan 2,8 kg, dan panjang badan 47 cm atas indikasi persalinan

macet. Ibu pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan tertentu selama

proses kehamilan, tidak memiliki riwayat penyakit, serta rutin

menjalani pemeriksaan berkala di puskesmas dan dokter kandungan.

 Riwayat penyakit dahulu

7
o Riw. Asma :-

o Riw. Hipertensi : -

 Riwayat penyakit keluarga

o Riw DM :-

o Riw Hipertensi: -

 Riwayat operasi dan anastesi

Tidak ada

 Riwayat alergi

Tidak ada

 Riwayat obat-obatan

Gentamycin salep

2. Pemeriksaan fisik

 Status gizi : Normal

 Keadaan psikis: Baik

B1: A: bebas; B: Spontan; RR: 58 x/m; Inspeksi: 9 dinding dada

simetris ki=ka; A: suara napas vesikuler ki=ka; SpO2: 99% napas

spontan

B2: Akral hangat, kering, merah;N: 144x/m reguler; S1 S2 reguler,

murmur(-), gallop (-).

B3: Sadar, GCS: E4 V5 M6, Pupil isokor, refleks cahaya +/+

8
B4; Urin spontan

B5: Inspeksi: sikatrik (-), Palpasi: NT(-), Auskultasi: BU normal

B6: Fraktur (-), edema (-)

3. Pemeriksaan penunjang

 Laboratorium (10/01/2019)

 Laboratorium (30/08/2018)

 Laboratorium (06/09/2018)

9
4. Diagnosis

 Atresia ani

 PS ASA II

5. Planning

 Sigmoidostomi

 Stop masukan oral

 Puasa 8 jam sebelum operasi

 Intubasi

C. PRE-OPERATIF

 Diagnosa Pra bedah : Atresia Ani

 Jenis pembedahan : Sigmoidektomi

 Jenis anestesi : Anaestesi umum

10
 Posisi : Supine

 Lama anestesi : 10.30 - 11.25

 Lama operasi : 10.33 – 11.05 WIT

 Tindakan anestesi umum dengan intubasi

 Premedikasi : -

Persiapan alat dan obat anestesi umum:

1. Memepersiapkan mesin anestesi, face mask, monitor, tensimeter,

saturasi oksigen serta melihat ketersediaan tabung O2, N2O,

sevoflurane, dan isofluarane

2. Mempersiapkan stetoskop, laringoskop ( lampu menyala dan

terang), ETT, orofaring tube dan suction

3. Mempersiapkan Atracurium besilat, fentanyl 5mcg, atropin, dan

sevoflurane 1.5 mac

D. TEKNIK ANESTESI

1. Akses IV : Premedikasi diberikan fentanyl 5 mcg, preoksigenasi selama 5

menit

2. Dilanjutkan dengan pemaasangan face mask dan mulai ambu O2 dan

sevoflurane 1.5 mac ( tetap memompa sampai jalan nafas bagus)

3. Kurarerisasi, berika pelumpuh otot atracurium 3 mg setelah obat mulai

bekerja 3 menit, pergerakan dada naik dan simetris segera lakukan intubasi

11
4. Intubasi : Ekstensi kepala dan chin lift, lepas face mask, pegang

laringoskopi dengan tangan kiri, masukan laringoskopi dari sisi mulut

bagian kanan geser lidah ke kiri, telusuri lidah pasien sampai pangkal lidah,

terlihat epiglotis, di belakang epiglotis tampak plica vocalis, lalu segera

masukan ETT no 2.5 sampai batas garis hitam pada ETT

5. Sambungkan ujung ETT dengan selang mesin anestesi, pompa balon,

pastikan ETT sudah masuk ke trakea dan periksa napas kanan-kiri,

kemudian isi balon ETT dengan udara, pasang orofaringal tube Airway,

fiksasi ETT dengan plester/tape, ambu O2 dan sevoflurane 1.5 mac.

Gambar 2.3. laporan anastesi pasien

E. POST-OPERATIF

 B1: Airway bebas, nafas spontan, RR 50x/m, Rh (-), Wh (-)

12
 B2: Akral hangat, kering, merah, nadi: 169x/m, S1/S2 reguler, murmur(-),

gallop (-)

 B3: Sadar, GCS: E4 V5 M6, Pupil isokor, refleks cahaya +/+

 B4: Urin spontan

 B5: Inspeksi: sikatrik (-), Palpasi: NT(-), Auskultasi: BU normal

 B6: Fraktur (-), edema (-)

 Terapi:

o Head up 30º

o Lain-lain sesuai terapi dokter bedah

13
BAB III

PEMBAHASAN

A. NEONATUS

1. Definisi

Masa Neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu atau

28 hari sesudah kelahiran. Neonatus yaitu bayi baru lahir atau berumur 0

sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Masa neonatus terdiri dari

neonatus dini yaitu bayi berusia 0-7 hari, dan neonatus lanjut yaitu bayi

berusia 7-28 hari.

Bayi baru lahir normal yaitu tubuh bayi mengalami sejumlah adaptasi

psikologik. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa

transisi kehidupannya ke kehidupan luar uterus berlangsung baik. Bayi baru

lahir juga membutuhkan asuhan yang dapat meningkatkan kesempatan

untuknya menajalani masa transisi dengan baik.

14
Neonatus memiliki ciri berat badan 2700-4000gram, panjang, panjang

48- 53 cm, lingkar kepala 33-35cm. Neonatus memiliki frekuensi denyut

jantung 120-160 x/menit, pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tidak terlihat

dan rambut kepala tumbuh sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai

APGAR >7, refleks-refleks sudah terbentuk dengan baik.

2. Klasifikasi

Neonatus dapat dibagi berdasarkan indikator tertentu, beberapa

diantaranya adalah :

A. Berdasarkan masa gestasi

1. Kurang bulan (preterm infant) : <259 hari (<37 minggu)

2. Cukup bulan (term infant) : 259 - 294 hari (37-42 minggu)

3. Lebih bulan (post-term infant) : >294hari (>42 minggu)

B. Berdasarkan berat lahir

1. Berat lahir rendah : <2500 g

2. Berat lahir cukup : 2500-4000 g

3. Berat lahir lebih : >4000 g

C. Berdasarkan perbandingan masa gestasi dan berat lahir

1. Neonatus cukup/ kurang/ lebih bulan

2. Sesuai/ kecil/ besar ukuran masa kehamilan

15
Bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan minggu

ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi prematur atau bayi

preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu tanpa

memperhatikan berat badan, sebagian besar bayi prematur lahir dengan

berat badan kurang 2500 gram. Prematur juga sering digunakan untuk

menunjukkan imaturitas. Bayi dengan berat badan lahir sangat rendah

(BBLSR) yaitu kurang dari 1000 gram juga disebut sebagai neonatus

imatur. Secara historis, bayi dengan berat badan lahir 2500 gram atau

kurang disebut bayi prematur. Umumnya kehamilan disebut cukup bulan

bila berlangsung antara 37-41 minggu dihitung dari hari pertama siklus haid

terakhir pada siklus 28 hari. Sedangkan persalinan yang terjadi sebelum usia

kandungan mencapai 37 minggu disebut dengan persalinan premature.

Istilah prematuritas telah diganti dengan bayi berat badan lahir rendah

(BBLR) karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat

badan kurang dari 2500 gram, yaitu karena usia kehamilan kurang dari 37

minggu, berat badan lebih rendah dari semestinya, sekalipun umur cukup,

atau karena kombinasi keduanya.

Bayi dengan prematuritas dapat dibagi dalam 2 kelompok, yaitu :

A. Bayi Prematur Sesuai Masa Kehamilan (SMK)

Bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK) adalah bayi yang

lahir dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya

16
sesuai dengan usia kehamilan. Derajat prematuritas dapat digolongkan

menjadi 3 kelompok antara lain adalah sebagai berikut:

a. Bayi sangat prematur (extremely premature) : <30 minggu

b. Bayi prematur sedang (moderately premature) : 31-36 minggu

c. Borderline premature : 37-38 minggu

Bayi ini mempunyai sifat prematur dan matur. Beratnya seperti bayi

matur akan tetapi sering timbul masalah seperti yang dialami bayi

prematur misalnya gangguan pernapasan, hiperbilirubinemia dan daya

isap yang lemah.

B. Bayi Prematur Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)

Bayi prematur kecil untuk masa kehamilan (KMK) adalah bayi

yang lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk

masa gestasi tersebut. Banyak istilah yang dipergunakan untuk

menunjukkan bahwa bayi KMK ini dapat menderita gangguan

pertumbuhan di dalam uterus (intrauterine retardation = IUGR) seperti

pseudopremature, small for dates, dysmature, fetal malnutrition

syndrome, chronis fetal distress, IUGR dan small for gestational age

(SGA). Setiap bayi baru lahir (prematur, matur dan post matur)

mungkin saja mempunyai berat yang tidak sesuai dengan masa

gestasinya.

17
Beberapa hal yang dianggap merupakan faktor etiologi penyebab

terjadinya prematuritas pada janin adalah sebagai berikut :

A. Faktor ibu

Faktor ibu merupakan hal dominan dalam mempengaruhi kejadian

prematur, faktor-faktor tersebut di antaranya adalah :

a. Toksemia gravidarum (preeklampsia dan eklampsia)

b. Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan

antepartum, malnutrisi dan anemia sel sabit

c. Kelainan bentuk uterus (misal: uterus bikurnis, inkompeten

serviks)

d. Tumor (misal: mioma uteri, eistoma)

e. Ibu yang menderita penyakit seperti penyakit akut dengan

gejala panas tinggi (misal: thypus abdominalis, dan malaria)

dan penyakit kronis (misal: TBC, penyakit jantung, hipertensi,

penyakit ginjal)

f. Trauma pada masa kehamilan, antara lain jatuh

g. Kebiasaan ibu (ketergantungan obat narkotik, rokok dan

alkohol)

h. Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari

35 tahun

i. Bekerja yang terlalu berat

18
j. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.

B. Faktor Janin

Beberapa faktor janin yang mempengaruhi kejadian prematur antara

lain kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat bawaan,

kelainan kromosom, infeksi (misal: rubella, sifilis, toksoplasmosis),

insufensi plasenta, inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor rhesus,

golongan darah A, B dan O), infeksi dalam rahim.

C. Faktor lain

Selain faktor ibu dan janin ada faktor lain yaitu faktor plasenta,

seperti plasenta previa dan solusio plasenta, faktor lingkungan, radiasi

atau zat-zat beracun, keadaan sosial ekonomi yang rendah, kebiasaan,

pekerjaan yang melelahkan dan merokok.

3. Adaptasi

Neonatus bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus

menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin.

Beralih dari ketergantungan mutlak pada ibu menuju kemandirian fisiologi.

Tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi dan proses vital neonatus

yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi. Selain itu pengaruh kehamilan dan

proses persalinan mempunyai peranan penting dalam morbiditas dan

mortalitas. Empat aspek transisi pada bayi baru lahir yang paling dramatik

19
dan cepat berlangsung adalah sistem pernafasan, sirkulasi, kemampuan

menghasilkan sumber glukosa.

Adaptasi neonatal atau bayi baru lahir adalah proses penyesuaian

fungsional neonatus dari kehidupan didalam uterus kekehidupan diluar

uterus. Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostatis, bila

terdapat gangguan adaptasi maka bayi akan sakit.

A. Periode transisi

Periode transisi merupakan fase tidak stabil selama 6 sampai 8 jam

pertama kehidupan, yang akan dilalui oleh seluruh bayi. Periode transisi

dibagi mejadi tiga periode yaitu periode pertama reaktivitas atau segera

setelah lahir, karakeristik pada periode ini frekuensi pernapasan cepat

dan dapat mencapai 80 kali per menit, adanya retraksi, dan suara seperti

mendengkur. Denyut jantung dapat mencapai 180 kali permenit selama

beberapa menit pertama kehidupan.

Pada periode ini terjadi fluktuasi warna dari merah jambu pucat ke

sianosis, tidak ada bising usus dan bayi tidak berkemih. Bayi memiliki

sejumlah mukus, menangis kuat refleks mengisap kuat, mata bayi

terbuka lebih lama dari hari-hari sesudahnya karena bayi dapat

mempertahankan kontak mata dalam waktu lama. Pada periode ini bayi

membutuhkan perawatan khusus, yaitu mengkaji dan memantau

frekuensi jantung dan pernafasan setiap 30 menit pada 4 jam pertama

20
setelah kelahiran, menjaga bayi agar tetap hangat dengan suhu aksila

36,5o C – 37,5 o C.

Periode kedua yaitu fase tidur atau tidur pertama, setelah respon

awal bayi baru lahir menjadi tenang, relaks dan jatuh tertidur, hal ini

terjadi dalam dua jam setelah kelahiran dan berlangsung beberapa menit

sampai beberapa jam. fase ini dimulai dari 30 menit setelah periode

pertama reaktivitas dan berakhir pada 2-4 jam. Pada fase ini frekuensi

pernafasan dan denyut jantug menurun kembali kenilai dasar, warana

kulit cenderung stabil dan bisa terdengar bising usus. Pada fase ini bayi

tidak banyak membutuhkan asuhan, karena bayi tidak memberikan

respon terhadap stimulus eksternal.

Periode ketiga transisi yaitu periode kedua reaktivitas, ini berakhir

sekitar 4-6 jam setelah kelahiran, periode ini bayi memiliki tingkat

sensivitas yang tinggi terhadap stimulus internal dan lingkungan.

Frekuensi nadi sekitar 120-160 kali permenit, frekuensi pernafasan

sekitar 30-60 kali per menit. Terjadi fluktuasi warna merah jambu atau

kebiruan ke sianotik ringan disertai bercak-bercak. Bayi sering

berkemih dan mengeluarkan mekonium, terjadi peningkatan sekresi

mukus dan bayi bisa tersedak pada saat sekresi. Refleks mengisap bayi

sangat kuat dan bayi sangat aktif. Kebutuhan asuhan bayi pada periode

ini memantau secara ketat kemungkinan bayi tersedak saat

21
mengeluarkan mukus yang berlebihan, memantau setiap kejadian

apnea dan mulai melakukan rangsangan taktil, seperti mengusap

punggung, memiringkan bayi serta mengkaji keinginan dan

kemampuan bayi untuk mengisap dan menelan.

B. Periode pasca-transisi

Setelah bayi melewati periode transisi, bayi dipindahkan ke ruang

rawat gabung bersama ibunya. Asuhan bayi baru lahir normal umumnya

mencakup pengkajian tanda-tanda vital setiap 4 jam, pemeriksaan fisik

setiap 8 jam, pemberian ASI on demand, menggganti popok serta

menimbang berat badan, selain asuhan transisional dan pasca

transisional asuhan bayi baru lahir juga diberikan pada bayi berusia 2-6

hari, serta bayi berusia 6 minggu pertama.

4. Anatomi dan Fisiologi neonatus

A. Sistem kardiovaskular

Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk

mengambil oksigen dan bersirkulasi keseluruh tubuh guna

menghantarkan oksigen ke jaringan. Agar terbentuk sirkulasi yang baik

guna mendukung kehidupan diluar rahim, terjadi dua perubahan beasar

yaitu penutupan foramen ovale pada atrium paru dan aorta, kemudian

penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta. Perubahan

sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem

22
pembuluh darah tubuh. Jadi, perubahan tekanan tersebut langsung

berpengaruh pada aliran darah. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh

darah mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau meningkatkan

resistensinya sehingga mengubah aliran darah. Vena umbilikus, duktus

venosus, dan arteri hipogastrika pada tali pusat menutup secara

fungsional dalam beberapa menit setelah bayi lahir dan setelah talipusat

di klem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung dalam 2-3

bulan.

perubahan sistem kardiovaskuler yaitu oksigen menyebabkan

sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau

meningkatkan resistensinya sehingga mengubah aliran darah.

Perubahan sistem kardiovaskuler yang terjadi tiga tahap yaitu pertama

penutupan foramen ovale, dengan proses pemotongan tali pusat yang

menyebabkan terjadinya penurunan sirkulasi darah. Hal ini merangsan

timbulnya pernapasan pertama kali dan menyebabkan paru

berkembang.

Kedua penutupan duktus arteriosus botali, ini merupakan pembuluh

darah yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta, pulmonalis

menghubungkan ventrikel kanan ke paru untuk memberikan nutrisi dan

pemeliharaan organ paru (pada masa janin), bukan untuk proses

pernapasan. Pada proses pernapasan terjadi perubahan tekanan pada

23
atriun kanan karena foramen ovale telah menutup, darah akan dialirkan

melalui arteri pulmonalis menuju paru proses ini berfungsi setelah janin

lahir. Dan yang ketiga yaitu vena dan arteri umbilikalis, duktus venosus

dan arteri hipogastrika dari talipusat menutup secara fungsional dalam

beberpa menit setelah lahir dan setelah tali pusat di klem.

Jantung adalah besar dalam hubungan nya dengan ukuran tubuh

pada bayi. Jantung terletak agak horizontal dan menempati sebagian

besar cavum thoraks. Perkembangan paru – paru menyebabkan jantung

terdesak ke posisi yang lebih rendah dan pada umur 7 tahun jantung

dianggap seperti posisi jantung orang dewasa yang lebih oblik dan lebih

rendah. Ukuran jantung meningkat pada remaja karena pertumbuhan

yang cepat.

Pada saat lahir dinding ventrikel mempunyai ketebalan yang sama,

tetapi dengan kebutuhan sirkulasi ventrikel kiri akan lebih tebal.

Dinding ventrikel yang tipis menghasilkan tekanan sistolik yang rendah

pada bayi baru lahir. Tekanan sistolik meningkat setelah lahir hingga

sampai mendekati tekanan sistolik orang dewasa pada saat pubertas.

Pembuluh darah memanjang dan menebal dalam berespons terhadap

tekanan yang meningkat.

B. Sistem respirasi

24
Fenomena yang menstimulasi neonatus untuk mengambil napas

pertama kali hanya dipahami sebagian. Namun, dapat dijelaskan awal

mula adanya pernapasan, yaitu adanya 2 faktor yang berperan pada

rangsangan napas pertama bayi, yaitu :

1. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan isik lingkungan luar

rahim yang merangsang pusat pernapasan di otak. Adapun rangsangan

isik lingkungan luar rahim yaitu udara dingin, gaya gravitasi, nyeri,

cahaya, dan suara.

2. Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru-

paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam

paru-paru secara mekanis. Interaksi antara sistem pernapasan,

kardiovaskuler, dan susunan sara pusat menimbulkan pernapasan yang

teratur dan berkesinambungan yang diperlukan untuk kehidupan. Jadi,

semua sistem-sistem tersebut harus berfungsi secara normal.

Struktur tulang toraks ( Thoracic cage ) bayi yang baru lahir agak

bundar. Secara bertahap diameter transversal bertambah sampai

menjadi bentuk elips seperti dada orang dewasa, kira – kira umur 6

tahun. Struktur tulang toraks bayi juga agak lunak, yang memungkinkan

kerangka dada tertarik selama pernapasan yang memerlukan usaha

besar ( Labored breathing ). Bayi mempunyai sedikit jaringan dan

kartilago pada trakea dan bronkus yang memungkinkan struktur ini

lebih mudah kolaps. Jalan napas berkembang lebih cepat daripada

25
kolumna vertebra. Pada bayi bifurkasi trakea adalah setinggi vertebra

torakal ke 4.

Bayi hanya bernapas melalui hidung, dan rongga hidung yang

dilewati lebih sempit. Pernapasan kurang ritmik dibandingkan anak.

Pada bayi dan anak usia dibawah 6 atau 7 tahun, jenis pernapasan adalah

pernapasan diagfragma atau pernapasan abdomen.volume oksigen yang

di ekspirasi oleh bayi dan anak – anak lebih besar daripada yang di

ekspirasikan oleh orang dewasa.pada usia 12 tahun anak mempunyai 9x

jumlah alveoli dibandingkan ketika lahir.

C. Sistem persarafan dan termoregulasi

Aktivitas motorik spontan dapat muncul dalam bentuk tremor

sementara di mulut dan dagu terutama waktu menangis dan pada

ekstremitas terutama pada lengan dan tangan.

Beberapa gerak releks yang paling sering ditemukan pada bayi baru

lahir normal :

a. Menelan

Beri bayi minum, menelan biasanya disertai menghisap dan

mendapat cairan. Menelan biasanya diatur oleh mengisap dan biasabya

terjadi tanpa tersendak, batuk atau muntah.

b. Menggenggam telapak tangan

26
Tempatkan jari pada telapak tangan, jari-jari menggenggam jari-jari

pemeriksa, jari kaki menekuk ke bawah.

c. Menjulurkan Lidah

Sentuh atau tekan lidah, BBL menjulurkan lidah keluar. Reaksi ini

akan hilang pada usia sekitar 4 bulan.

d. Glabelar

Ketuk dahi, batang hidung, atau maksila BBL yang matanya sedang

terbuka. BBL akan mengejapkan matanya pada 4-5 ketukan pertama.

Kedipan yang terus-menerus pada ketukan berulang menunjukan

adanya gangguan ekstrapiramidal.

e. Leher tonik

Pada saat bayi dalaam keadaan tertidur, dengan cepat putar kepala

ke arah satu sisi. Jika bayi menghadap ke kiri, lengan dan kaki pada sisi

itu akan lurus, sedangkan lengan dan tungkainya akan berada dalam

posisi fleksi.

f. Moro

Tempatkan bayi pada permukaan rata, hentakan permukaan unutk

mengejutkan bayi. Abduksi dan ekstensi simetris lengan, jari-jari

mengembang seperti kipas dan membentuk huru C denagnibi jari dan

jari telunjuknmungkin terlihat adanya sedikit tremor, lengan teraduksi

dalam gerakan memeluk dan kembali dalam posisi leksi dan gerakan

yang rileks.

27
g. Melangkah dan berjalan

Pegang bayi secara vertikal, biarkan salah satu kaki menyentuh

permukaan meja. Bayi akan melakukan gerakan seperti berjalan, kaki

akan bergantian fleksi dan ekstensi, bayi aterm akan berjalan dengan

ujungjari-jarinya.

h. Merangkak

Baringkan bayi baru lahir diatas perutnya (temgkurap). Bayi baru

lahir akan melakukan gerakan merangkak dengan menggunakan tangan

dan tungkainya.

i. Terkejut

Suara keras dari tepukan tangan yang nyaring akan menimbulkan

respons, lengan melakukan gerakan abduksi disertai fleksi pada siku,

tangan tetap menggenggam.

j. Tanda babinsky( telapak kaki)

Pada telapak kaki, dimulai pada tumit, goressisi lateral telapak ke

arah atas kemudian gerakan jari sepanjang telapak kaki. Semua jari kaki

hiperekstensi dengan ibu jari dorsileksi.

k. Respons tambahan ( menguap, meregang, sendawa, cekukan,

bersin-bersin).

Merupakan perilaku spontan, yang dapat sedikit berkurang akinat

analgesia atau anestesi pada ibu, hipoksia janin atau infeksi.

28
Mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru

lahir kelingkungannya melalui cara pertama evaporasi yaitu kehilangan

panas melalui proses penguapan atau perpindahan panas dengan cara

merubah cairan menjadi uap. Pencegahannya, setelah bayi lahir segera

mengeringkan bayi secara seksama dan menyelimuti bayi dengan

selimut atau kain bersih dan kering serta menutup bagian kepala bayi.

Cara kedua konduksi yaitu kehilangan panas dari tubuh bayi kebenda

sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi, misalnya

menimbang bayi tanpa mengalasi timbangan bayi dan menggunakan

stetoskop untuk pemeriksaan bayi baru lahir . Cara ketiga konveksi

yaitu kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara

sekitar yang lebih dingin, misalnya aliran udara dingin dari kipas angin,

dan hembusan udara dingin melalului ventilasi. Cara keempat radiasi

yaitu kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat

benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi,

misalnya bayi terlalu dekat ke dinding tanpa memakai penutup kepala

atau topi.

Otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Pada saat

kelahiran, setelah talipusat diklem, seorang bayi harus mulai

mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru

lahir kadar glukosa darah akan turun dalam waktu 1-2 jam. Bayi baru

29
lahir yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang cukup

akan membuat glukosa dari glikogen. Hal ini hanya terjadi jika bayi

mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Seorang bayi yang sehat

akan menyimpan glukosa sebagai glikogen, terutama dalam hati, selama

bulan-bulan terakhir kehidupan dalam rahim. Bayi yang mengalami

hipotermi saat lahir, kemudian mengakibatkan hipoksia akan

menggunakan persediaan glikogen dalam satu jam pertama kelahiran.

Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai hingga 3-4 jam

pertama pada bayi cukup bulan yang sehat. Jika semua persediaan

digunakan dalam satu jam pertama, otak bayi akan mengalami risiko.

Bayi baru lahir kurang bulan, IUGR, dan gawat janin merupakan

kelompok yang paling berisiko, karena simpanan energi mereka

berkuang atau digunakan sebelum lahir.

D. Sistem gastrohepatointestinal

Secara fungsional, saluran gastrointestinal bayi belum matur

dibandingkan orang dewasa, membran mukosa pada mulut berwarna

merah jambu dan basah. Gigi tertanam didalam gusi dan sekresi ptialin

sedikit. Sebelum lahir janin cukup bulan akan mulai mengisap dan

menelan. Kapasitas lambung sangat terbatas, kurang dari 30 ml untuk

bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah

secara perlahan, seiring dengan pertumbuhan bayi. Pengaturan makan

30
yang sering oleh bayi sendiri sangat penting, contohnya memberikan

makan sesuai keinginan bayi (ASI on demand).

Refleks gumoh dan batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik

pada saat lahir. Kemampuan neonatus cukup bulan untuk menelan dan

mencerna makanan selain susu masih terbatas, hubungan antara

esophagus bawah dan lambung masih belum sempurna sehingga

mengakibatkan gumoh pada neonates.

Selama kehidupan janin sampai tingkat tertentu setelah lahir, hati

terus membantu pembentukan darah, dan selama periode neonatus hati

memproduksi zat yang esensial untuk pembekuan darah. Penyimpanan

zat besi ibu cukup memadai bagi bayi sampai lima bulan kehidupan

ekstra uterin, pada saat ini bayi baru lahir menjadi rentan terhadap

defesiensi terhadap zat besi.

setelah lahir hati menunjukkan perubahan biokimia dan morfolofis

berupa kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak dan

glikogen. Enzim hepar belum aktif benar, seperti enzim dehidrogenas

dan transferase glukoronil sering kurang sehingga neonatus

memperlihatkan gejala ikterus neonatorum fisiologis.

E. Sistem renal

31
Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama

setelah lahir, dan dua sampai enam kali sehari pada 1-2 hari pertama,

setelah itu mereka berkemih 5 sampai 20 kali dalam 24 jam. Urine dapat

keruh karena lendir dan garam asam urat, noda kemerahan dapat diamati

pada popok karena kristal asam urat.

fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron masih belum

sebanyak orang dewasa, ketidak seimbangan luas permukaan

glomerulus dan volume tubulus froksimal, serta renal blood flow relatif

kurang bila dibandingkan orang dewasa.

F. sistem intergumen

Kulit, yang mulai berkembang selama minggu ke 11 kehamilan,

terdiri dari 3 lapisan ( Epidermis, Dermis dan jaringan subkutan ). Kulit

mempunyai 4 fungsi utama : perlindungan terhadap cedera,

termoregulasi, impermeabilitas, dan sensor terhadap sentuhan, nyeri,

panas, dan dingin.

Ph kulit yang normal adalah asam, berguna untuk melindungi kulit

dari invasi bakteri. Pada bayi Ph kulit bayi lebih tinggi, kulit lebih tipis,

dan sekresi keringat dan sebum sedikit. Akibatnya, bayi lebih rentan

terhadap infeksi kulit daripada anak yang lebih besar dan orang dewasa.

32
Selanjutnya, karena pelekatan yang longgar antara dermis dan

epidermis, kulit bayi dan anak – anak cenderung mudah melepuh.

G. sistem penglihatan

Mata mulai terbentuk pada 22 hari kehamilan, dan pada 8 minggu

kehamilan dianggap dalam bentuk yang lazim. Struktur dan bentuk

mata terus berkembang sampai anak mencapai usia sekolah. Pada saat

lahir Mielinisasi serat – serat saraf sudah lengkap dan respon pupil dapat

diperoleh. Bayi baru lahir, bagaimanapun juga mempunyai penglihatan

yang terbatas. Neonatus mampu mengenali bentuk ibunya dan

mengenali cahaya dan gerakan, ditandai dengan refleks berkedip.

Nistagmus yang tajam umum terjadi. Kemampuan untuk mengikuti

objek tidak berkembang sampai umur 4 minggu, ketika bayi mampu

mengikuti cahaya dan objek kegaris tengah. Pada umur 8 minggu bayi

mampu mengikuti cahaya melewati garis tengah, walaupun strabismus

menjadi jelas.

Strabismus konvergen intermiten umum terjadi sampai umur 6

bulan, kemudian menghilang. Otot – otot dianggap berfungsi dengan

sempurna pada umur 1 tahun. Macula dan fovea sentralis secara

structural mengalami diferensiasi pada umur 4 bulan. Maturasi makula

dicapai saat umur 6 tahun. Perbedaan warna ada antara umur 3 dan 5

bulan. Bayi normalnya berpenglihatan jauh. Seperti anak kecil, bayi

33
melihat dengan baik pada rentang yang sempit. Ketajaman penglihatan

jauh. Seperti anak kecil, bayi melihat dengan baik pada rentang yang

sempit. Ketajaman penglihatan pada bayi mempunyai rentang dari

20/300 sampai 20/50. iris biasanya dianggap berwarna permanent saat

umur 6 bulan, tetapi pada beberapa anak tidak sampai 1

tahun. Lakrimasi mulai ada saat berumur 6 – 12 minggu.

H. sistem pendengaran

Tiga bagian telinga berkembang pada masa embrio dalam waktu

yang bersamaan dengan perkembangan organ – organ vital lainnya, oleh

karena itu deformitas pada telinga dapat memberikan petunjuk terhadap

penyimpangan organ lain dalam tubuh. Perkembangan telinga luar

dimulai kira – kira pada minggu ke lima kehamilan dan perkembangan

telinga tengah sekitar minggu ke 6. telinga terutama sekali rentan

terhadap penyimpangan pada minggu ke 9 kehamilan.

Neonatus mampu membedakan suara saat lahir dan lebih mudah

berespon terhadap suara dengan nada yang tinggi. Adanya mucus pada

tuba eustachius dapat membatasi pendengaran ketika bayi pertama kali

dilahirkan tetapi segera jelas setelah lahir. Verniks kaseosa pada saluran

telinga luar dapat menyulitakan visualisasi membrane timpani. Bayi

yang lebih muda berespon terhadap kebisingan yang keras dengan

34
refleks terkejut, berkedip, atau menghentikan gerakan. Bayi, yang

berumur 6 bulan atau lebih mencoba mencari sumber suara.

B. GENERAL ANASTESI-INHALASI

1. Definisi

GA (General anesthesia) adalah tindakan yang dilakukan dengan

melibatkan penggunaan obat-obatan anastesi yang bertujuan untuk

meniadakan nyeri, membuat pasien tidak sadar, dan relaksasi otot secara

reversibel (dapat kembali seperti semula). Pemberian obat anestesi umum

dapat secara parenteral dan inhalasi.

2. Tujuan

Tujuan dilakukannya intubasi endotrakeal untuk mempertahankan jalan

nafas agar tetap bebas, mengendalikan oksigenasi dan ventilasi, mencegah

terjadinya aspirasi lambung pada keadaan tidak sadar, tidak ada refleks

batukataupun kondisi lambung penuh, sarana gas anestesi menuju langsung

ke trakea,membersihkan saluran trakeobronkial. Untuk menjalankan

35
anesthesia yang amanmaka kompetensi yang paling penting adalah

pengelolaan jalan napas

3. Teknik

A. Face mask dengan napas spontan

a. Indikasi

 Tindakan singkat ( ½ - 1 jam)

 Keadaan umum baik (ASA I – II)

 Lambung harus kosong

b. Prosedur tindakan

 Siapkan peralatan dan kelengkapan obat anestetik

 Pasang infuse (untuk memasukan obat anestesi)

 Premedikasi +/- (apabila pasien tidak tenang bisa diberikan obat

penenang) efek sedasi/anti-anxiety :benzodiazepine; analgesia:

opioid, non opioid, dll

 Induksi

 Pemeliharaan

B. Intubasi endotrakeal

a. Indikasi

 Operasi lama

 Sulit mempertahankan airway (operasi di bagian leher dan kepala)

b. Prosedur tindakan

36
 Sama dengan diatas, hanya ada tambahan obat (pelumpuh

otot/suksinil dgn durasi singkat)

 Intubasi setelah induksi dan suksinil

 Pemeliharaan

C. Intubasi endotrakeal dengan nafas terkontrol

Pasien sengaja dilumpuhkan/benar2 tidak bisa bernafas dan pasien

dikontrol pernafasanya dengan kita memberikan ventilasi 12 - 20 x

permenit. Setelah operasi selesai pasien dipancing dan akhirnya bisa

nafas spontan kemudian kita akhiri efek anestesinya.

 Teknik sama dengan diatas

 Obat pelumpuh otot non depolar (durasinya lama)

 Pemeliharaan

Cara pemasangan endotrakeal tube :

A. Oksigenasi pasien selama 3–5 menit, kemudian pasien diberi sedasi.

B. Melakukan ventilasi (tangan kiri memegang sungkup ke pasien,

tangankanan memberikanventilasi).

C. Memberikan pelumpuh otot agar mudah melakukan intubasi

D. Lakukan intubasi saat onset pelumpuh otot tercapai.

37
E. Buka mulut pasien dengan ibu jari bertumpu pada premolar mandibula

dan jari telunjuk tangan kanan menyentuh maksila kanan secara

menyilang.

F. Masukkan laringoskop, lidah disisihkan ke kiri sehingga lapangan

pandang tidak terhalang.

G. Minta asisten untuk melakukan manuver sellick atau menekan dan

menggerakkan kartilago tiroid ke belakang, kanan, atau kiri agar laring

dapat terlihat jelas.

H. Masukkan ET menggunakan tangan kanan melalui sudut kanan mulut

pasien ke dalam trakea. Dengan melihat melalui blade laringoskop,

masukkan ET sampai cuff tidak terlihat dari belakang pita suara. Posisi

ET

dipertahankan, laringoskop ditarik.

I. Cuff dikembangkan dengan udara lewat spuit sekitar 5–10 cc sesuai

dengan kebutuhan.

J. Sambil memegang ET pada sudut bibir pasien, segera berikan ventilasi

dan oksigenasi.

K. Lakukan auskultasi pada daerah epigastrium untuk menyingkirkan

kemungkinan intubasi esofagus. Jika terdengar suara gurgle, ET harus

dicabut dan lakukan reintubasi.

L. Lakukan juga asukultasi pada daerah apek dan basal kedua paru untuk

menyingkirkan kemungkinan intubasi bronkus (biasanya bronkus

38
kanan)dengan cara membandingkan suara paru kanan dan kiri. Jika

suara paru

kanan lebih besar berarti ET masuk ke dalam bronkus kanan dan harus

ditarik hingga terdengar suara yang sama antara paru kanan dan kiri

M. Memasang pipa orofaringeal (Guedel), memfiksasi ET dengan plester

melingkar yang ditempatkan di bawah dan di atas bibir yang

diperpanjang

sampai ke pipi

N. Hubungkan pangkal ET dengan mesin anestesi dan atau alat bantu napas

( alat resusitasi )

4. Kesulitan intubasi

Defenisi dari sulit intubasi (difficult tracheal intubation) itu sendiri

adalah

suatu keadaan dimana dibutuhkannya 3 kali kesempatan untuk berhasil

memasukkan pipa endotrakea dengan laringoskop konvensional atau bila

menggunakan satuan waktu maka sulit intubasi adalah keadaan dimana

keberhasilan memasukkan pipa endotrakea memerlukan waktu lebih dari

10 menit

Metode menilai kesulitan intubasi:

A. LEMON

a. L (Look externally)

39
adalah dengan melihat seluruh bagian wajah. Apakah ada hal-

hal yang dapat menyebabkan kemungkinan sulit ventilasi maupun

intubasi seperti trauma pada wajah, lidah yang besar, protrusi gigi,

leher pendek, mandibula yang kecil.

b. E (Evaluate 3-3-2-1)

Pemeriksaan dengan jari tangan (Measurements 3-3-2-1 or 1-2-

3-3 Fingers) terdapat 4 kelas penilaian, yaitu:

 3 – jari membuka mulut

 3 - Fingers Hypomental Distance (3 jari diantara ujung dagu

sampai awal permulaan leher)

 2 – jari diantara puncak tiroid sampai dengan dasar mandibula

(bagian atas leher)

 1 - Finger Lower Jaw Anterior subluxation

c. M (Mallampaty score)

Pemeriksaan Mallampati dilakukan untuk mengetahui seberapa

besar faring yang tertutup oleh lidah. Terdapat 4 kelas penilaian

untuk skoring Mallampati, yaitu:

 Kelas I = tampak palatum mole, palatum durum, uvula, pilar

anterior dan posterior.

 Kelas II = tampak palatum mole, palatum durum, dan uvula

 Kelas III = tampak palatum mole dan dasar uvula

40
 Kelas IV = tidak tampak palatum mole

d. O(Obstruction)

Adanya pertanda kesulitan jalan napas harus selalu kita

pertimbangkansebagai akibat adanya obstruksi pada jalan napas. 3

tanda utama adanya obstruksiyaitu muffled voice (hot potato voice),

adanya kesulitan menelan ludah (karenanyeri atau obstruksi) dan

adanya stridor.

e. N (Neck mobility)

Keterbatasan mobilisasi leher harus dipertimbangan sebagai

suatu kesulitan dalam intubasi. Mobilisasi leher dapat dinilai dengan

Ekstensi sendi atlanto-oksipital yaitu posisi leher fleksi dengan

menyuruh pasien memfleksikan kepalanya kemudian mengangkat

mukanya, hal ini untuk menguji ekstensidaripada sendi atlanto-

oksipital. Aksis oral, faring dan laring menjadi satu garislurus

dikenal dengan posisi Magill. Nilai normalnya adalah 35 derajat

B. STOP

Penilaian ke empat adalah ada tidaknya kelainan-kelainan pada

pasien (Malformation of the skull, teeth, obstruction, and pathology),

termasuk didalamnya adalah penilaian:

 S = Skull (hidro atau mikrosefalus)

41
 T = Teeth (gigi tonggos, pemakaian gigi palsu, gigi ompong, serta

makro dan mikro mandibula)

 O = Obstruction (obesitas, leher pendek, pembengkakan atau massa

disekitar kepala dan leher, makroglosia, tumor leher, dan trauma)

 P = Pathology (kelainan pada kraniofasial & Sindrom seperti:

Treacher Collins, Goldenhar’s, Pierre Robin, Waardenburg

syndromes)

C. Four’s D

 D (Dentition, evaluasi keadaan gigi-geligi)

 D (Distortion, evaluasi apakah ada edema, darah, muntahan, tumor,

infeksi)

 D (Disproportion, evaluasi dagu pendek, leher gemuk, mulut kecil,

lidah besar)

 D (Dysmobility, evaluasi tyromental joint, cervical spine)

5. Keuntungan dan Kerugian

A. Keuntungan

 Pasien tidak sadar, mencegah ansietas pasien selama prosedur medis

berlangsung

42
 Efek amnesia meniadakan memori bruruk pasien yang didapat

akibat ansietas dan berbagai kejadian intraoperative yang mungkin

memberikan trauma psikologis

 Memungkinkan dilakukanya prosedur yang memakan waktu lama

 Memudahkan control penuh ventilasi pasien

B. Kerugian

 Sangat mempengaruhi fisiologi. Hampir semua regulasi tubuh

menjadi tumpul dibawah anastesi umum

 Memerlukan pemantauan yang lebih holistic dan rumit

 Tidak dapat mendeteksi gangguan saraf pusat, misalnya perubahan

kesadaran

 Risiko komplikasi pascabedah lebih besar

 Memerlukan persiapan pasien yang lebih seksama

6. Farmakologi obat anastesi inhalasi

Obat anastesi inhalasi yang pertama kali dikenal dan digunakan untuk

membantu pembedahan adalah N2O. kemudian menyusul eter, klorofom,

etil klorida, etilen, halotan, metoksifluran, isofluran, desfluran, dan

sevofluran.

A. Halotan

Halotan merupakan hidrokarbon halogenisasi dengan bau yang

manis, tidak tajam, dan memiliki titik didih 50,2 C. konsentrasi yang

43
digunakan untuk anestesi antara 0,2-3%. Halotan mudah menguap,

tidak mudah menguap, tidak mudah terbakar dan meledak.

Halotan memiliki induksi anestesi yang baik tetapi kurang bersifat

analgetik. Penggunaan halotan untuk anestesi secara tunggal dapat

menyebabkan depresi kardiopulmoner yang ditandai sianosis. Halotan

memiliki efek relaksasi otot kurang dibandingkan eter. Halotan

bersifat bronkodilator dan merelaksasi uterus. Depresi pusat pernafasan

yang disebabkan halotan ditandai dengan pernafasan yang cepat dan

peningkatan frekuensi pernafasan. Efek utama pada sistem

kardiovaskuler adalah depresi langsung pada miokardium dengan

penurunan curah jantung dan tekanan darah, tetapi terjadi vasodilatasi

dikulit sehingga perfusi jaringan tampak baik.

Retensi karbondioksida akibat depresi pernafasan menyebabkan

sekresi katekolamin meningkat yang dapat menyebabkan penurunan

curah jantung. Halotan juga menyebabkan jantung sensitif terhadap

katekolamin sehingga dapat terjadi gangguan irama jantung. Halotan

tidak mengiritasi membran mukosa dan tidak merangsang kelenjar

ludah. Halotan memiliki efek hepatotoksik. banyak kerugian yang

didapatkan dengan penggunaan halotan dapat dikurangi dengan

mengkombinasikan halotan dengan obat anestesi lain seperti nitrogen

oksida atau trikloroetilen

B. Trikloroetilen

44
Trikloroetilen merupakan hidrokarbon halogenisasi dengan bau

manis dan titik didih 87⁰ C. Formula anestesinya berwarna biru

Trikloroetilen memiliki efek analgetik kuat tetapi memiliki efek

hipnotik yang sangat kurang sehingga penurunan kesadadaran

membutuhkan waktu yang lama. Trikloroetilen memiliki kelarutan

yang tinggi dalam darah sehingga induksi dan pemulihannya lama.

Jika dapat digunakan sebagai anestesi tunggal dapat menyebabkan

depresi kardiorespiratori dengan takipneu. Dosis analgetik

sangat berguna untuk mengurangi rasa sakit pada persalinan

secara inhalasi dengan konsentrasi 0,35-0,5%.

Karena mempunyai efek analgetik kuat maka dapat

digunakan untuk tindakan di permukaan, misal insisi abses atau

mengganti perban pada pasien rawat jalan. Trikloroetilen

merupakan analgetik yang baik, tetapi merupakan hipnotik yang

buruk, biasanya dikombinasikan dengan halotan yang merupakan

hipnotik yang baik tetapi analgetik yang buruk.

C. Nitrous oxide

Merupakan satu-satunya gas anorganik yang dipakai dalam

bidang anestesiologi. N₂O merupakan gas yang tidak berwarna,

berbau manis, dan tidak iritatif. N₂O merupakan gas yang stabil dan

dapat bedifusi kedalam karet. Tidak mudah terbakar dan meledak.

45
N₂O mempunyai sifat 15 kali lebih mudah larut dalam plasma

dibandingkan oksigen.

N₂O merupakan zat anestetik yang lemah. Menimbulkan efek

analgetik yang kuat dan hipnotik lemah, Depresi pernafasan dapat

terjadi pabila penggunaan N₂O tidak disertai dengan O₂. N₂O tidak

merangsang sekresi kelenjar dan dapat menurunkan sensitivitas

laring dan trakea terhadap manipulsai. N₂O bersifat mendesak O₂

dalam tubuh sehingga dapat terjadi hipoksia difusi . Hal ini sering

terjdi di masa pemulihan dimana pasien bernafas dengn udara

normal (20%O₂), sejumlah besar N₂O masuk kedalam alveoli dan

mendesak O₂ di alveoli dan terjadilah hipoksia. Untuk mencegah

terjadinya hipoksia difusi maka diberikan O₂ aliran tinggi

beberapa menit setelah selesai anestesi. N₂O pada umumnya

dikombinasikan dengan O₂ dengan perbandingan N₂O : O₂ = 60% :

40%, 70% : 30%, 50% : 50%.

D. Enfluran (Ethran)

Enfluran berbentk cairan, mudah menguap, dan berbau enak.

Enfluran mendidih pada suhu 56,6⁰ C. Enfluran merupakan

anestetik yang kuat, Mendepresi SSP menimbulkan efek

hipnotik. Pada konsentrasi 3%-3,5% dapat timbul perubahan pada

EEG yaitu bentuk “epileptiform” yang merupakan predisposisi

46
timbulnya kejang pad stadium anestesi, sehingga tidak boleh

digunakan pada pasien dengan riwayat epilepsi. Pada anestesi yang

dalam dapat menyebabkan depresi miokardium sehingga

menurunkan tekanan darah. Dapat menurunkan volume tidal

dan meningkatkan laju nafas. Tidak menyebabkan hipersekresi

kelenjar. Enfluran memiliki efek relaksasi otot bergaris yang

moderat dan dapat meningkatkan efektifitas obat pelumpuh otot non

depolarisasi. Enfluran konsentrasi rendah (0,5%-0,85) cukup aman

digunakan untuk sectio caesaria tanpa mendepresi foetus tetapi pada

konsentrasi tinggi dapat menyebabkan relaksasi uterus dan

menyebabkan perdarahan. Enfluran tidak memiliki efek

hepatotoksik maupun nefrotoksik. Induksi dengan Enfluran cepat

dan masa pemulihannya cepat.

E. Isofluran

Isofluran merupakan isomer dari enfluran dengan efek samping

yang minimal. Induksi dan pemulihan dengan Isofluran cepat

Seperti Enfluran, Isofluran juga dapat menimbulkan depresi

pernafasan. Isofluran memiliki efek bronkodilatsi dan baik untuk

digunakan pada pasien PPOK dan asma bronkial. Isofluran

memiliki efek relaksasi otot bergaris yang baik dan

berpotensiasi dengan obat pelumpuh otot. Pada dosis anestesi

47
(1,5%-3%), Isofluran tidak menyebabkan relaksasi otot uterus.

Isofluran tidak menyebabkan perubahan gambaran EEG berupa

“epileptiform”. Isofluran tidak menimbulkan efek hepartotoksik dan

nefrotoksik.

F. Desofluran

Desfluran (suprane) merupakan halogenasi eter yang

rumus bangun dan efek klinisnya mirip isofluran. Desfluran

sangat mudah menguap dibandingkan anestetik volatile lain,

sehingga perlu menggunkan vaporizer khusus (TEC-6). Titik

didihnya mendekati suhu ruangan (23.5⁰ C). Potensinya rendah

(MAC 0.6%). Ia bersifat simpatomimetik menyebabkan takikardia

dan hipertensi. Efek depresi nafasnya sepeti isofluran dan etran.

Desfluran merangsang jalan nafas atas, sehingga tidak digunakan

untuk induksi anestesia.

Efek terhadap kardovaskuler cukup stabil, jarang

menyebabkan aritmia. Efek terhadap sistem saraf pusat seperti

isofluran dan belum ada laporan toksik terhadap hepar. Setelah

pemberian dihentikan sevofluran cepat dikeluarkan oleh badan.

Walaupun sevofluran beraksi dengan kapur soda yang pada tikus

48
menyebabkan toksis pada ginjal, tetapi belum ada laporan

membahayakan terhadap tubuh manusia

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

GA (General anesthesia) adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral dan

membuat pasien tidak sadar secara reversibel (dapat kembali seperti semula) yang

disebabkan oleh obat-obat anestesi Trias anestesi meliputi sedasi, analgesi dan

relaksasi. Pemberian obat anestesi umum dapat secara parenteral dan inhalasi. Dalam

melakukan tidakan anastesi umum akan didapatkan kendala baik saat melakukan

intubasi maupun ventilasi contahnya pada pasien ini yang memiliki tumor pada bagian

leher sebelah kiri oleh karena itu diperlukan tenaga anastesi yang berpengalaman.

Masa Neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu atau 28 hari

sesudah kelahiran. Neonatus yaitu bayi baru lahir atau berumur 0 sampai dengan usia

1 bulan sesudah lahir. Masa neonatus terdiri dari neonatus dini yaitu bayi berusia 0-7

hari, dan neonatus lanjut yaitu bayi berusia 7-28 hari.

49
Bayi baru lahir normal yaitu tubuh bayi mengalami sejumlah adaptasi

psikologik. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa transisi

kehidupannya ke kehidupan luar uterus berlangsung baik. Bayi baru lahir juga

membutuhkan asuhan yang dapat meningkatkan kesempatan untuknya menajalani

masa transisi dengan baik. Terdapat banyak sekali variasi perbedaan antara neonatus

dan orang dewasa sehingga tindakan anastesi yang dilakukan perlu banyak perhatian

dan keahlian.

50
DAFTAR PUSTAKA

1. Muryani A, Anatomi fisiologi bayi baru lahir. Jakarta, Trans info media : 2014

2. Harlock B., Elizabeth. Perkembangan anak. Jakarta : 2010

3. Latief SA, Suryadi KA. Petunjuk Praktis Anestesiologi, Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia 2009.

4. Soenarto RF, Chandra S. Buku ajar anestesiologi. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia,2012

5. Omuigui . The Anaesthesia Drugs Handbook, 2nd ed, Mosby year Book Inc,

1995.

6. Rizky H. Teknik Intubasi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,

2010

7. Simatupang RH. Korelasi ULBT dengan Mallampati Sebagai Prediktor

Kesulitan Intubasi di Rumah Sakit Sanglah Denpasar, 2014.

8. Novitasari A, Kusuma DI. Penanganan kesulitan penguasaan jalan nafas.

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, 2012

51
52

Anda mungkin juga menyukai