BPH Makalah Kelompok 3
BPH Makalah Kelompok 3
OLEH:
KELOMPOK 3
1. Paolisma Gustini Harefa
2. Leli Herawati
3. Munawarah
4. Frankdika
5. Noverintis
6. Rivai Manik
7. Jenius
8. Nelvi Masdiana Sihombing
MEDAN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Istilah hipertrofi sebenarnya kurang tepat karena yang terjadi adalah hiperplasia kelenjar
periuretra yangmendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi kapsul bedah.
(Anonim FK UI 1995).Prostat adalah jaringan fibromuskuler dan jaringan kelenjar yang terlihat
persis di inferior darikandung kencing. Prostat normal beratnya + 20 gr, didalamnya berjalan uretra posterior
+ 2,5 cm.Pada bagian anterior difiksasi oleh ligamentum puboprostatikum dan sebelah inferior
oleh diafragmaurogenitale.
Pada prostat bagian posterior bermuara duktus ejakulatoris yang berjalan miring dan
berakhir padaverumontanum pada dasar uretra prostatika tepat proksimal dari spingter uretra
eksternaProses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada
saluran kemih jugaterjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadinya pembesaran
prostat, resistensi pada leher buli- buli dan daerah prostat meningkat, serta otot destrusor
menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi ataudivertikel. Fase penebalan destrusor ini
disebut fase kompensasi.
Apabila keadaan berlanjut, maka destrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami
dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadiretensio urin yang
selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas. Oleh karenaitu
penting bagi perawat untuk mempelajari patofisiologi, manifestasi klinis, prosedur diagnostik
dan asuhankeperawatan yang komprehensif pada klien Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)
beserta keluarganya.
B. Tujuan
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini yaitu:
Agar semua mahasiswa, khususnya para pembaca mengetahui bahwa apa sebenarnya yang
dimaksud dengan BPH, apa saja yang menjadi penyebab terjadinya,gejala yang ditimbulkan
dan bagaimana proses perawatan dan pengobatannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
BPH adalah pembesaran atau hypertropi prostat. Kelenjar prostat membesar, memanjang ke
arah depan ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran keluar urine, dapat menyebabkan
hydronefrosis dan hydroureter. Istilah Benigna Prostat Hipertropi sebenarnya tidaklah tepat
karena kelenjar prostat tidaklah membesar atau hipertropi prostat, tetapi kelenjar-kelenjar
periuretralah yang mengalami hiperplasian (sel-selnya bertambah banyak. Kelenjar-kelenjar
prostat sendiri akan terdesak menjadi gepeng dan disebut kapsul surgical. Maka dalam
literatur di benigna hiperplasia of prostat gland atau adenoma prostat, tetapi hipertropi prostat
sudah umum dipakai.
Hipertropi Prostat adalah hiperplasia dari kelenjar periurethral yang kemudian mendesak
jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah. (Jong, Wim de, 1998).
Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan
oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar /
jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab / UPF
Ilmu Bedah RSUD dr. Sutomo, 1994 : 193).
BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat ( secara umum pada pria lebih tua
dari 50 tahun ) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran
urinarius ( Marilynn, E.D, 2000 : 671 ).
Hiperplasia prostat benigna adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum
pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi urethral dan
pembatasan aliran urinarius (Doengoes, Morehouse & Geissler, 2000, hal 671).
Kelenjar prostat bila mengalami pembesaran, organ ini membuntu uretra Pars Prostatika dan
menyebabkan terhambatnya aliran urine keluar dari buli-buli (Poernomo, 2000, hal 74).
B. Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun yang
pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya
dengan terjadinya BPH adalah proses penuaan Ada beberapa factor kemungkinan penyebab
antara lain :
Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar
prostat mengalami hiperplasi .
Perubahan keseimbangan hormon estrogen – testoteron
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan testosteron
yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
Interaksi stroma – epitel
Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan penurunantransforming
growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel.
Berkurangnya sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar
prostat.
Teori sel stem
Teori sel steam menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel steam sehingga
menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan (Poernomo,
2000, hal 74-75).atau Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit ( Roger
Kirby, 1994 : 38 ).
C. Patofisiologi
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan seiring dengan bertambahnya usia
sehingga terjadi perubahan keseimbangan hormonal yaitu terjadi reduksi testosteron menjadi
Dehidrotestosteron dalam sel prostat yang kemudian menjadi faktor terjadinya penetrasi DHT ke
dalam inti sel. Hal ini dapat menyebabkan inskripsi pada RNA sehingga menyebabkan terjadinya
sintesis protein yang kemudian menjadi hiperplasia kelenjar prostat (Mansjoer, 2000 hal 329;
Poernomo, 2000 hal 74).
Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, maka akan terjadi penyempitan lumen
uretra prostatika dan akan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan
tekanan intra vesikel. Untuk dapat mengeluarkan urine buli-buli harus berkontraksi lebih kuat
guna melawan tahanan tersebut, sehingga akan terjadi resistensi pada buli-buli dan daerah prostat
meningkat, serta otot detrusor menebal dan meregang sehingga timbul sakulasi atau divertikel.
Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor
menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi
sehingga terjadi retensi urine (Mansjoer, 2000, hal 329; Poernomo, 2000 hal 76).
Tekanan intravesikel yang tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak terkecuali
pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan aliran balik
urine dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks-vesiko ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus
akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis bahkan akhirnya dapat terjadi gagal ginjal
(Poernomo, 2000, hal 76).
D. Manifestasi Klinik
Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan di luar
saluran kemih.
1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
Keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau Lower Urinari Tract Symptoms (LUTS) terdiri
atas gejala iritatif dan gejala obstruktif.
Gejala iritatif meliputi:
(frekuensi) yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada malam hari
(Nocturia) dan pada siang hari.
(nokturia), terbangun untuk miksi pada malam hari
(urgensi) perasaan ingin miksi yang sangat mendesak dan sulit di tahan
(disuria).nyeri pada saat miksi
Gejala obstruktif meliputi:
rasa tidak lampias sehabis miksi,
(hesitancy), yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan mengejan yang
disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan waktu beberapa lama
meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika.
(straining) harus mengejan
(intermittency) yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena ketidakmampuan
otot destrussor dalam pempertahankan tekanan intra vesika sampai berakhirnya miksi.
dan waktu miksi yang memanjang yang akhirnya menjadi retensi urine dan inkontinensia karena
overflow.
Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan saluran kemih sebelah bawah, beberapa ahli
urology membuat sistem scoring yang secara subyektif dapat diisi dan dihitung sendiri oleh
pasien.
2. Gejala pada saluran kemih bagian atas
Keluhan akibat penyulit hiperplasia prostat pada saluran kemih bagian atas, berupa gejala
obstruksi antara lain: nyeri pinggang, benjolan di pinggang (yang merupakan tanda dari
hidronefrosis), yang selanjutnya dapat menjadi gagal ginjal dapat ditemukan uremia, peningkatan
tekanan darah, perikarditis, foetoruremik dan neuropati perifer.
3. Gejala di luar saluran kemih
Pasien yang berobat ke dokter biasanya mengeluh adanya hernia inguinalis dan hemoroid.
Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan pada saat miksi sehingga mengakibatkan
peningkatan tekanan intra abdominal (Poernomo, 2000, hal 77 – 78; Mansjoer, 2000, hal 330).
4. warna urin merah cerah, pada hari ke-2 dan ke-3 post operasi menjadi lebih tua.
Menurut Long (1996, hal. 339-340), pada pasien post operasi BPH, mempunyai tanda
dan gejala:
1. Hemorogi
a. Hematuri
b. Peningkatan nadi
c. Tekanan darah menurun
d. Gelisah
e. Kulit lembab
f. Temperatur dingin
2. Tidak mampu berkemih setelah kateter diangkat
3. Gejala-gejala intoksikasi air secara dini:
a. bingung
b. agitasi
c. kulit lembab
d. anoreksia
e. mual
f. muntah
E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat adalah Retensi kronik dapat menyebabkan
refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal.b. Proses kerusakan ginjal
dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksic. Hernia / hemoroidd. Karena selalu terdapat sisa
urin sehingga menyebabkan terbentuknya batu. Hematuriaf, Pielonefritis, Aterosclerosis, Infark
jantung, Impoten, Haemoragik post operasi, Fistula, Striktur pasca operasi & inconentia urine.
F. Pemeriksaan Diagnosis
Laboratorium
Meliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin.
Radiologis
Intravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning, cystoscopy, foto polos
abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal buruk, ultrasonografi
dapat dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans Rectal Ultra Sonografi),
selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi dapat pula menentukan volume buli-
buli, mengukut sisa urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu
(Syamsuhidayat dan Wim De Jong, 1997).
Prostatektomi Retro Pubis
Pembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak dibuka, hanya ditarik dan
jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior kapsula prostat.
rostatektomi Parineal
Yaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum
Prostatektomy
merupakan tindakan pembedahan bagian prostate (sebagian/seluruh) yang memotong uretra,
bertujuan untuk memeperbaikialiran urin dan menghilangkan retensi urinaria akut.
G. penatalaksanaan
Non Operatif
a. Pembesaran hormon estrogen & progesteron
b. Massase prostat, anjurkan sering masturbasi
c. Anjurkan tidak minum banyak pada waktu yang pendek
d. Cegah minum obat antikolinergik, antihistamin & dengostan
e. Pemasangan kateter.
Operatif
Data Obyektif :
o Takikardi
o Gelisah
Terpasang kateter
2) Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter
Perubahan pola eliminasi : retensi urin berhubungan dengan obstruksi sekunder
Disfungsi seksual berhubungan dengan hilangnya fungsi tubuh
Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entrée mikroorganisme melalui
kateterisasi
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit, perawatannya.
3) Intervensi Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 3-5 hari pasien mampu mempertahankan derajat
kenyamanan secara adekuat.
Kriteria hasil:
a. Secara verbal pasien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang
b. Pasien dapat beristirahat dengan tenang.
Intervensi:
a. Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan faktor pencetus serta penghilang nyeri.
b. Observasi tanda-tanda non verbal nyeri (gelisah, kening mengkerut, peningkatan tekanan darah
dan denyut nadi)
c. Beri ompres hangat pada abdomen terutama perut bagian bawah
d. Anjurkan pasien untuk menghindari stimulan (kopi, teh, merokok, abdomen tegang)
e. Atur posisi pasien senyaman mungkin, ajarkan teknik relaksasif. Lakukan perawatan aseptik
terapeutikg. Laporkan pada dokter jika nyeri meningkat
2. Perubahan pola eliminasi urine: retensi urin berhubungan dengan obstruksi sekunder.
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 5-7 hari pasien tidak mengalami retensi urin
Kriteria :
Pasien dapat buang air kecil teratur bebas dari distensi kandung kemih.
Intervensi :
a. Lakukan irigasi kateter secara berkala atau terus- menerus dengan teknik steril
b. Atur posisi selang kateter dan urin bag sesuai gravitasi dalam keadaan tertutup
c. Observasi adanya tanda-tanda shock/hemoragi (hematuria, dingin, kulit lembab, takikardi,
dispnea)
d. Mempertahankan kesterilan sistem drainage cuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan
alat dan observasi aliran urin serta adanya bekuan darah atau jaringan
e. Monitor urine setiap jam (hari pertama operasi) dan setiap 2 jam (mulai hari kedua post
operasi)
f. Ukur intake output cairang. Beri tindakan asupan/pemasukan oral 2000-3000 ml/hari, jika
tidak ada kontra indikasih. Berikan latihan perineal (kegel training) 15-20x/jam selama 2-3
minggu, anjurkan dan motivasi pasien untuk melakukannya.
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatn selama 1-3 hari pasien mampu mempertahankan fungsi
seksualnya
Kriteria hasil :
Pasien menyadari keadaannya dan akan mulai lagi intaraksi seksual dan aktivitas secara optimal.
Intervensi :
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 1-3 hari pasien terbebas dari infeksi
Kriteria hasil:
PENUTUP
A. Kesimpulan
Walaupun Benigna Prostat Hipertropi selalu terjadi pada orang tua, tetapi tak selalu disertai
gejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena dua hal yaitu:1. Penyempitan uretra yang menyebabkan
kesulitan berkemih2. Retensi urin dalam kandung kemih menyebabkan dilatasi kandung kemih,
hipertrofi kandung kemih dan cystitis.Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien dengan
Benigna Prostat Hipertrofi:a. Retensi urinb. Kurangnya atau lemahnya pancaran kencingc. Miksi
yang tidak puasd. Frekuensi kencing bertambah terutama malam hari (nocturia)e. Pada malam
hari miksi harus mengejanf. Terasa panas, nyeri atau sekitar waktu miksi (disuria)g. Massa pada
abdomen bagian bawahh. Hematuriai. Urgency (dorongan yang mendesak dan mendadak untuk
mengeluarkan urin)j. Kesulitan mengawali dan mengakhiri miksik. Kolik renall. Berat badan
turunm. AnemiaKadang-kadang tanpa sebab yang diketahui, pasien sama sekali tidak dapat
berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan kateter. Karena urin selalu terisi dalam kandung
kemih, maka mudah sekali terjadi cystitis dan selaputnya merusak ginjal.
B. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu :
Mengingat dalam setiaap permasalahan kesehatan yang menyangkut saluran kemih,pastinya
melibatkan ginjal oleh karenanya hal-hal yang dapat kita lakukan sebagai wujud pencegahan atau
menjaga kesehatan diantaranya perbanyaklah mengkonsumsi air mineral,minimal 8 gelas perhari
atau setara dengan 2 liter air untuk melancarkan pencernaan dan kinerja fungsi ginjal.
KELOMPOK 3
Nama Anggota:
Lely Herawati
Paolisma Gustini Harefa
Munawarah
Frandika
Rivai
Jenius
Nelvi Masdiana Sihombing
Tn.F usia 63 tahun, datang ke RSUP H Adam Malik dengan keluhan pancaran kencing lemah, miksi tidak
puas sejak 6 bulan yang lalu. Klien juga mengeluh frekuensi BAK bertambah terutama malam hari, nyeri
berkemih. Pasien juga mengalami kesakitan mengawali dan mengakhiri berkemih. Pasien kemudian
dilakukan pemasangan kateter selama 3 bulan oleh perawat di dekat rumahnya. Saat ini pasien mengalami
hipertensi (TD: 160/100 mmHg) dan anemia (Hb:10 gr/dl). Pasien di diagnosa dengan BHP (Benigna
Prostat Hipertropy).
Pertanyaan:
1. Jelaskan bagaimana gejala klinis yang muncul dan mengapa terjadi pada Tn.F dengan usia 63
tahun?
2. Pemeriksaan apa yang perlu dilakukan pada pasien Tn.F ( fisik dan diagnostic)?
3. Berdasarkan kondisi diatas, upaya apa yang perlu dilakukan segera pada pasien tersebut?
4. Masalah keperawatan & intervensi keperawatan apa yang dapat ditegakkan pada pasien tersebut?
Jawaban:
2. Pemeriksaan Fisik
4. Pemeriksaan penis: uretra kemungkinan adanya penyebab lain misalnya stenose meatus,
striktur uretra, batu uretra/femosis.
5. Pemeriksaan Rectal Toucher (Colok Dubur) → posisi knee chest, syarat: buli-buli
kosong/dikosongkan. Tujuan: Menentukan konsistensi prostat dan besar prostat.
Pemeriksaan Diagnostik
3. Prostatektomi Retro PubisPembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih
tidak dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada
anterior kapsula prostat.
Medikamentosa
Tujuan terapi medikamentosa adalah untuk:
– mengurangi resistensi leher buli-buli dengan obat-obatan golongan a blocker
(penghambat alfa adrenergik)
– menurunkan volume prostat dengan cara menurunkan kadar hormon
testosteron/dehidrotestosteron (DHT)
Obat Penghambat adrenergik
• Dasar pengobatan ini adalah mengusahakan agar tonus otot polos di dalam prostat dan leher
vesica berkurang dengan menghambat rangsangan alpha adrenergik. Seperti diketahui di dalam
otot polos prostat dan leher vesica banyak terdapat reseptor alpha adrenergik. Obat-obatan yang
sering digunakan prazosin, terazosin, doksazosin, dan alfuzosin.
• Obat-obatan golongan ini memberikan perbaikan laju pancaran urine, menurunkan sisa urine dan
mengurangi keluhan. Obat-obat ini juga memberi penyulit hipotensi, pusing, mual, lemas, dan
meskipun sangat jarang bisa terjadi ejakulasi retrograd, biasanya pasien mulai merasakan
berkurangnya keluhan dalam waktu 1-2 minggu setelah pemakaian obat.
4. Intervensi Keperawatan
Post-Operasi
Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan tindakan pembedahan.
Intervensi Rasionalisasi
- Berikan tindakan kenyamanan (pijatan -/ Meningkatkan relaksasi, memfokuskan
atur posisi), ajarkan teknik relaksasi. kembali perhatian dapat meningkatkan
- Observasi nyeri (kualitas, intensitas, koping.
durasi dan frekuensi nyeri). - Menentukan intervensi selanjutnya dalam
- Kolaborasi : mengatasi nyeri.
Obat anelgetik - Diberikan untuk menghilangkan nyeri.
Nyeri
Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa kandung kencing
Intervensi Rasional
- Kaji nyeri,perhatikan lokasi, intensitas ( skla 0 – - Memberikan informasi untuk membantu
10 ) lamanya dalam menentukan pilihan / kefektifan
Plester selang drainase pada paha dan kanker intervensi
pada abdomen - Mencegah pemeriksaaan kandung kemih
- Mempertahankan tirah baring bila di indikasikan dan erosi penis- scrotal
- Berikan tindakan kenyamanan membantu klien - Tirah baring mungkin di perlukan pada
memberikan posisi yang nyaman awal selama fase retensi akut,namun
- Kolaborasi pemasangan kateter dan mendekatkan ambulasi didni dapat memperbaiki pola
untuk kelancaran drainase berkemih normal dan menghilangkan nyeri
- Kolaborasi : lakukan masase prostate kulit
- Meningkatkan relaksasi ,memfokuskan
kembali perhatian dan dapat meningkatkan
kemampuan koping
- Pengeluaran kandung kemih menurunkan
tegangan dan kepekaan kelenjar
- Membantu dalam evakuasi duktus kelenjar
untuk menghilangkan kongesti atau
inflamasi
Ansietas
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
Intervensi Rasional
- Bina hubungan saling percaya dengan klien / - Menunjukan perhatian dan keinginan untuk
orang terdekat membnatu dalam diskusi tentang subjek
- Berikan informasi tentang prosedur dan tes sensitif
khusus dan apa yang akan terjadi - Membantu pasien memahami tujuan dari apa
- Dorong klien / orang terdekat untuk yang dilakukan dan mengurangi masalah
menyatakan masalah atau perasaan karena ketidaktahuan
- Beri penguatan informasi pasien yang telah - Mengindentifikasi masalah memberikan
diberikan sebelumnya kesempatan untuk menjawab
pertanyaan,memperjelas kesalahan konsep
dan solusi pemecahan masalah
- Memungkinkan pasien untuk menerima
kenyataan dan menguatkan kepercayaan pada
pemberi perawatan dan pemberi informasi
Evaluasi
Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. (Hidayat, 2002: 41). Evaluasi
merupakan catatan tentang indikasi kemajuan klien terhadap tujuan yang dicapai. Evaluasi
bertujuan untuk menilai keefektifan perawatan dan untuk mengkomunikasikanstatus klien dari
hasil tindakan keperawatan.
5. Komplikasi
1. Inkontinensia Paradoks
2. Batu Kandung Kemih
3. Hematuria
4. Sistitis
5. Pielonefritis
6. Retensi Urin Akut Atau Kronik
7. Refluks Vesiko-Ureter
8. Hidroureter
9. Hidronefrosis
10. Gagal Ginjal
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman
Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Lab / UPF Ilmu Bedah, 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya, Fakultas Kedokteran
Airlangga / RSUD. dr. Soetomo.