Anda di halaman 1dari 1

Pendahuluan

Delirium, suatu kondisi akut penurunan perhatian dan disfungsi kognitif, merupakan
sindrom klinis yang umum, mengancam hidup, dan dapat dicegah; umumnya terjadi pada
individu berusia 65 tahun atau lebih. Sindrom delirium dapat didefinisikan sebagai kegagalan
otak akut yang berhubungan dengan disfungsi otonom, disfungsi motorik, dan kegagalan
homeostasis kompleks dan multifaktorial, sering tidak terdiagnosis dan ditangani dengan
buruk. Telah dilaporkan prevalensi delirium di USA pada pasien berusia lanjut di ruang
Intensive Care Unit (ICU) berkisar 78-87%. Di Indonesia, prevalensi delirium bervariasi
yaitu 14-56%, dengan angka kematian di rumah sakit sekitar 25-30%. Kejadian delirium di
rumah sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) berkisar 17- 47,3%.1,2
Kata “delirium” awalnya digunakan dalam dunia medis untuk menggambarkan
gangguan mental selama demam atau cedera kepala, kemudian berkembang menjadi
pengertian yang lebih luas, termasuk istilah “status konfusional akut”, “sindrom otak akut”,
“insufisiensi serebral akut”, “ensefalopati toksik-metabolik”. Seiring waktu, istilah delirium
berkembang untuk menjelaskan suatu kondisi akut transien, reversibel, berfluktuasi, dan
timbul pada kondisi medis tertentu.3

Anda mungkin juga menyukai