longsor, badai salju, kekeringan, hujan es, gelombang panas, hurikan, badai tropis, taifun,
tornado, kebakaran liar dan wabah penyakit. Beberapa bencana alam terjadi tidak secara
alami.
1. Government Initiative
Mulanya adalah dari pemangku kekuasaan tertinggi. Government atau pemerintah sebagai
pengelola sumber daya dan pembuat kebijakan harus memiliki intuisi dan inisiasi sedini mungkin
terhadap gejala dan tanda-tanda bencana yang berserak di sepanjang lokasi rentan bencana.
Inisiatif dan kesadaran dalam tingkatan pemerintah ini perlu ditegaskan melalui Undang-undang
dan jenis peraturan lain, kemudian diaplikasikan pada lembaga independen milik pemerintah
yang berwenang sebagai pemegang kendali puncak di urusan penanggulangan bencana. Dalam
konteks Indonesia, Badan Nasional Penanggulangan Bencana punya kendali dan tanggung
jawab tertinggi dalam urusan penanggulangan bencana.
4. Risk Assessment (Development of disaster scenarios (e.g. hazard map, risk map,
etc.)
Usai mengidentifikasi risiko, berikutnya adalah langkah assessment atau penilaian terhadap
risiko bencana yang sudah didaftar sebelumnya. Penilaian risiko ini merupakan langkah lanjut
dengan bentuk menggambar peta kebencanaan atau peta risiko.
5. Planning (setting of risk criteria & Formulation of master plan)
Setelah risiko didaftar, dikelompokkan dan digambarkan secara visual berdasar kriteria dan ciri
khas masing-masing, maka langkah berikutnya dalam penanggulangan bencana alam adalah
perencanaan. Memformulasikan rencana besar, baik jangka pendek maupun jangka panjang.