Benjolan pada seseorang tidak selalu berkonotasi jelek, tetapi jika benjolan itu terdapat pada bagian
tubuh yang tak semestinya, tentu harus diwaspadai, mungkin itu merupakan pertanda awal
terjadinya kanker tulang.
Metastasis suatu kanker atau karsinoma adalah penyebaran sel-sel kanker keluar dari tempat
asalnya ( primary site ) ke tempat lain atau bagian tubuh yang lain. Sel-sel kanker dapat keluar dari
suatu tumor primer yang ganas, dan kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya melalui peredaran
darah ataupun aliran limfe.Metastasis juga dapat terjadi melalui penyebaran langsung.Apabila sel
kanker melalui aliran limfe, maka sel-sel tersebut dapat terperangkap di dalam kelenjar limfe,
biasanya yang terdekat dengan lokasi primernya.Apabila sel berjalan melalui peredaran darah, maka
sel-sel tersebut dapat menyebar ke seluruh tubuh, mulai tumbuh, dan membentuk tumor baru.
Proses ini disebut metastasis. Tulang adalah salah satu organ target yang paling sering menjadi
tempat metastasis.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat secara nyata dalam memberikan
asuhan keperawatan dengan kanker tulang secara komprehensif.
2. Tujuan Khusus
b. Mampu menganalisa dan menentukan masalah keperawatan pada pasien kanker tulang.
c. Mampu melakukan intervensi dan implementasi untuk mengatasi masalah keperawatan yang
timbul pada pasien kanker tulang.
d. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada pasien dengan
kanker tulang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Metastase bisa terjadi pada setiap tulang dan dimana saja.Biasanya (tidak selalu) menimbulkan nyeri
local.Tumor metastasik biasanya dekstruktif (lytic) dan bisa terjadi fraktur bila tulang menjadi
lemah.Kadang-kadang terlihat densitas (terutama bila tumor primernya prostat atau
payudara).Jarang terlihat pembentukan tulang baru secara periosteal (bila dibandingkan dengan
tumor primer).Yang paling penting, hampir selalu multiple, terjadi pada tulang yang berbeda.Jarang
dapat dikenali tumor primer dari mana metastase berasal.( Tucker.1993 )
2. Etiologi
Payudara (paling sering bagi wanita) kira-kira 2/3 kasus menunjukkan metastasis ke tulang.
Ginjal
Multypel myeloma merupakan tumor ganas tulang,dengan gejala klinis nyeri yang menetap,
nyeri pinggang yang kadang-kadang disertai radikuler serta kelemahan gerak. Gejala umum
anemia,anoreksia, muntah-muntah.dan gangguan psikis.
Lokasi: tumor berasal dari sumsum tulang dan menyebar ketulang lain, paling sering tulang
belakang,panggul,iga,sternum dan tengkorak.
3. Klasifikasi
Keganasan tulang primer diklasifikasikan secara histologis berdasarkan jenis sel atau jaringan yang
mendasarinya.Tipe tersebut termasuk tulang, kartilago, jaringan fibrosa, retikuloendotelial dan
vaskular.
Secara umum, kanker tulang dibagi menjadi 2 macam yakni kanker tulang sekunder dan kanker
tulang primer. Kanker tulang sekunder adalah kanker tulang yang disebabkan oleh sel-sel kanker
yang berasal dari organ lain dan menyebar ke tulang lainnya. Umumnya kanker tulang sekunder
terjadi akibat komplikasi dari kanker sebelumnya seperti kanker paru-paru yang menyebar ke tulang
kemudian berkembang menjadi kanker tulang.
Beberapa jenis penyakit kanker dapat menyebabkan sel-sel kanker menyebar pada tulang-tulang
rawan dan rentan terhadap serangan sel kanker dari kanker yang sebelumnya ada pada tubuh, jenis
kanker yang paling umum dan menyebarkan sel-sel kankernya pada tulang seperti kanker paru-paru,
kanker payudara dan kanker prostat.
Sedangkan kanker tulang primer adalah kanker yang disebabkan oleh sel-sel kanker yang berasal dari
tulang itu sendiri atau tempat dimana tumbuhnya sel kanker pada tulang.
4. Patofisiologi
Sel-sel dari tumor primer mengikuti aliran pembuluh darah sampai ke kapiler-kapiler pada tulang.
Agregasi antara sel-sel tumor dan sel-sel darah lainnya akan membentuk emboli di kapiler tulang
bagian distal. Setelah memasuki tulang, maka sel-sel kanker akan mulai berkembang.
Sel-sel kanker yang telah menyebar ke tulang dapat menyebabkan kerusakan tulang yang hebat. Sel-
sel tumor mensekresikan substansi kimia yang dapat menstimulasi osteoclast seperti prostaglandin-
E ( PGE ), beberapa jenis sitokin, dan factor-faktor pertumbuhan seperti ( TGF ) α dan β, Epidermal
growth factor ( EGF ), ( TNF ), dan IL-1. Osteoclast yang berlebihan akan menyebabkan resorpsi
tulang yang berlebihan pula. Hal ini menyebabkan tulang tidak padat. Proses ini disebut osteolitik.
Proses ini terjadi pada proses metastase ke tulang oleh kanker payudara.
Sel-sel tumor juga dapat mensekresikan substansi-substansi kimia yang dapat menyebabkan
pembentukan tulang yang tak terkendali. Proses ini disebut osteoblastik atau osteosklerotik. Contoh
proses ini yaitu metastase ke tulang oleh kanker prostate. Kedua jenis kelainan ini dapat
menimbulkan rasa sakit dan lebih lemah dibandingkan tulang yang normal sehingga menjadi lebih
mudah patah.
5. Pathway Kanker Tulang
Zat karsinogen
Bermetastase melalui PD
Sumsum tulang
↓ ↓ ↓
↓ ↓ ↓ ↓
yang abnormal ↓ ↓ ↓
↓ Gangguan Nutrisi
Nyeri Akut
6. Manifestasi Klinik
a. Nyeri tulang
Nyeri tulang adalah gejala yang paling sering didapati pada proses metastasis ke tulang dan biasanya
merupakan gejala awal yang disadari oleh pasien. Nyeri timbul akibat peregangan periosteum dan
stimulasi saraf pada endosteum oleh tumor.Nyeri dapat hilang-timbul dan lebih terasa pada malam
hari atau waktu beristirahat.
b. Fraktur
Adanya metastasis ke tulang dapat menyebabkan struktur tulang menjadi lebih rapuh dan beresiko
untuk mengalami fraktur.Kadang-kadang fraktur timbul sebelum gejala-gejala lainnya.Daerah yang
sering mengalami fraktur yaitu tulang-tulang panjang di ekstremitas atas dan bawah serta vertebra.
Ketika terjadi proses metastasis ke vertebra, maka medulla spinalis menjadi terdesak. Pendesakan
medulla spinalis tidak hanya menimbulkan nyeri tetapi juga parese atau mati rasa pada ekstremitas,
gangguan miksi, atau mati rasa disekitar abdomen.
Hal ini disebabkan karena tingginya pelepasan cadangan kalsium dari tulang.Peninggian kalsium
dapat menyebabkan kurang nafsu makan, mual, haus, konstipasi, kelelahan, dan bahkan gangguan
kesadaran.
e. Gejala lainnya
Apabila metastasis sampai ke sum-sum tulang, gejala yang timbul sesuai dengan tipe sel darah yang
terkena.Anemia dapat terjadi apabila mengenai sel darah merah.Apabila sel darah putih yang
terkena, maka pasien dapt dengan mudah terjangkit infeksi.Sedangkan gangguan pada platelet,
dapat menyebabkan perdarahan.
7. Pemeriksaan Penunjang
b. Gambaran CT-Scan
CT scan digunakan untuk mengevaluasi abnormalitas pada tulang yang susah atau tidak dapat
ditemukan dengan X-Ray dan untuk menentukan luasnya tumor atau keterlibatan jaringan.
c. MRI
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa penggunaan MRI untuk mendeteksi suatu metastasis
lebih sensitif daripada penggunaan skintiscanning.
Pada pemeriksaan MRI didapatkan modul yang soliter atau lebih (kebanyakan/lebih sering
soliter),lesi multipel dengan metastasis ke aksis dari pada rangkaian.
Skintigrafi adalah metode yang efektif sebagai skrining pada seluruh tubuh untuk menilai metastasis
ke tulang.
- Lokasi lesi lebih akuran apakah daerah epifisis, metafisis, dan diafisis atau pada organ-organ
tertentu.
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Tujuan penatalaksanaan menghancurkan atau mengangkat jaringan ganas dengan metode seefektip
mungkin :
- Bifosfonat
Bifosfonat berfungsi untuk menekan laju destruksi dan pembentukan tulang yang berlebihan akibat
metastasis.
Obat-obat kemoterapi digunakan untuk membunuh sel-sel kanker didalam tubuh.Kemoterapi dapat
diberikan per-oral maupun intravena.Terapi hormon digunakan untuk menghambat aktivitas
hormon dalam mendukung pertumbuhan kanker.
· Radioterapi
Radioterapi berguna untuk menghilangkan nyeri dan mengontrol pertumbuhan tumor di area
metastasis.
· Pembedahan
Pembedahan dilakukan untuk mencegah atau untuk terapi fraktur.Biasanya pembedahan juga
dilakukan untuk mengangkat tumor. Dalam pembedahan mungkin ditambahkan beberapa ornament
untuk mendukung struktur tulang yang telah rusak oleh metastasis.
b. Penatalaksanaan keperawatan
1. Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan
imajinasi) dan farmakologi (pemberian analgetika).
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi dan
radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat.Antiemetika dan teknik relaksasi dapat
mengurangi reaksi gastrointestinal.Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan
indikasi dokter.
4. Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya komplikasi,
program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah (Smeltzer. 2001)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS :
Tn.Y umur 25 thn mengeluh nyeri pada bagian kaki bagian kanan. Nyeri hilang timbul sejak 2
bln yang lalu dan terasa nyeri berat saat digunakan aktivitas berat. Terlihat ada pembengkakan
dibagian kaki kanan. Klien mengeluh demam saat nyeri muncul. Klien terlihat jalan timpang.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
a. Nama : Tn.X
b. No. MR : 16.05.05
c. Umur : 25 thn
d. Pekerjaan : swasta
e. Agama : Islam
g. Alamat : Jombang
1) Obat :-
2) Makanan :-
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri di daerah kaki kanan dan mengalami pembengkakan.
Pasien merasakan nyeri kaki kurang lebih 2 bulan yang lalu, nyeri hilang timbul.
Pasien mengalami adanya masa / pembengkakan pada tulang, demam, nyeri progresif, kelemahan,
pasien berjalan timpang, kaki terasa nyeri saat dipakai untuk melakukan aktivitas berat.
Pembengkakan pada tumor mungkin teraba hangat dan agak memerah.
Ada keluarga ( keturunan sebelumnya) yang menderita kanker tulang tumor lainnya.
Nadi : 80x/mnt
Pernafasan : 24x/mnt
Suhu : 37,5 C
4. Pemeriksaan fisik
2) Berat badan : 45 kg
b. Rambut
Keadaan kulit kepala bersih, tidak ada ketombe, rambutnya rontok, tidak ada lesi, warna rambut
hitam, tidak bau dan tidak ada edema
c. Wajah
Tidak ada edema/hematome, tidak ada bekas luka dan tidak ada lesi
d. Mata
Mata simetris kiri dan kanan, reflek cahaya normal yaitu pupil mengecil, konjungtiva anemis, sclera
tidak ikterik
e. Hidung
Simetris kiri dan kanan, tidak menggunakan cupping hidung, tidak ada polip, dan tidak ada lesi
f. Telinga
g. Mulut
Berwarna pucat dengan sianosis bibir, tidak terjadi stomatitis, tidak terdapat pembesaran tongsil,
lidah putih.
h. Leher
Tidak ada pembesaran pada kelenjer tiroid, tidak ada gangguan fungsi menelan, tidak ada
pembesaran JVP
j. Kardiovaskuler :
k. Abdomen :
Inspeksi : Biasanya bentuk perut tidak membuncit dan dinding perut sirkulasi kolateral.
Palpasi : Biasanya tidak ada pembesaran pada abdomen,tidak kram pada abdomen.
l. Genitaurinaria :
Biasanya adanya terdapat lecet pada area sekitar anus. Feses berwarna kehijauan karena bercampur
dengan empedu dan bersifat banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diserat
oleh usus.
m. Lengan-Lengan Tungkai :
Ekstemitas atas dan bawah : Biasanya kekuatan otot berkurang. Rentang gerak pada ekstremitas
pasien menjadi terbatas karena adanya masa,nyeri, atau fraktur patologis, biasanya terabanya
benjolan atau masa pada daerah sekitar tulang.
n. Sistem Persyarapan :
5. Pengkajian Nyeri
S : Skala 7 ( 1 – 10 )
T : 15 – 30 Menit
6. Pemeriksaan diagnostik
b. Pemeriksaan radiogram untuk melihat aktifitas osteoblas dan osteoklas pada kanker tulang
terjadi peningkatan osteoklas atau osteoblas
e. Biopsi terbuka dilakukan untuk identifikasi histologik, biopsi harus dilakukan dengan hati-hati
untuk mencegah terjadinya penyebaran dan kekambuhan yang terjadi setelah eksisi tumor
Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yang tidak v Pain kontrol · Tentukan riwayat nyeri, misal: lokasi nyeri,
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang frekuensi, durasi, dan intensita (skala 0-10), dan
aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan v Compor level
tindakan penghilangan yang digunakan
sedekimikian rupa (international) Association for the studay of Kriteria hasil
pain: awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensits ringan · Evaluasi/ sadari terapi tertentu misal: radiasi,
hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau v Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab pembedahan, kemoterapi, bioterapi, ajarkan pasien
diprediksi > 6 bln nyeri, mampu menggunakan teknik non- atau orang terdekat apa yang diharapkan
farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari · Berikan tindakan kenyamanan dasar, misal:
Batasan karakteristik bantuan ) resposisi, gosokan punggung dan aktifitas hiburan
· Perubahan selera makan v Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan misal: musik dan televisi
· Perubahan tekanan darah menggunakan manajemen nyeri · Dorong penggunaan keterampilan manejemen
v Mampu mengennali nyeri ( skala intensitas, nyeri(misal: teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan
· Perubahan frekuensi jantung imajinasi), tertawa, musik dan sentuhan teraupetik.
frekuensi, dan tanda nyeri)
· Perubahan frekuensi pernafasan · Evaluasi penghilangan nyeri/kontrol nilai
v Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
· Laporan isyarat berkurang aturan pengobatan bila perlu
· Diaforesis
· Dilatasi pupil
· Gangguan tidur
Defenisi : berisiko mengalami cedera sebagai akibat kondisi Kriteria hasil v sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
lingkungan yang berinteraksi dengan sumber adaftif dan
v klien terbebas dari cedera v identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai
sumber defensif individu
dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan
Faktor resiko : v klien mampu menjelaskan cara/ metode riwayat penyakit terdahulu pasien
untuk mencegah injury/cedera
· Eksternal v menghindarkan lingkungan yang berbahaya
v klien mampu menjelaskan faktor risiko dari (misalnya memindahkan perabotan)
- Biologis (mis, tingkat imunisasi komunitas, mikroorganisme
lingkungan/perilaku personal
v memasang side rali tempat tidur
- Zat kimia (mis, racun, polutan, obat, agenes farmasi, v mampu memodifikasigaya hidup untuk
alkohol, nikotin, pengawat, kosmetik, pewarna) mencegah njuri v menyediakan tempat tidur yang nyaman dan
bersih
- Manusia (mis, agen nosokomial, pola ketegangan, atau v menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
fakror kognitif, afektif, dan psikomotor ) v menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah
v mampu mengenali perubahan status dijangkau pasien
- Cara pemindahan/transpor kesehatan
v membatasi pengunjung
- Nutrisi ( mis, desain, struktur, dan pengaturan komunitas,
bangunan,dan peralatan v menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
- Profil darah yang abnormal (mis, leukositosis/leukopenia, v memindahkan barang-barang yang dapat
gangguan faktor koagulasi, trombositopenia, sel sabit, membahayakan
talasemia, penurunan hemoglobin)
v berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau
- Disfungsi biokimia pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan
menyebabkan penyakit.
- Usia perkembangan (fisiologis, psikososial)
- Disfungsi efektor
- Disfungsi integratif
- Malnutrisi
- Psikologis(orientasi efektif)
- Disfungsi sensorik
- Hipoksia jaringan
· tirah baring atau imobilitas v sirkulasi status baik f. Berikan dukungan emosi untuk pasien / orang
terdekat selama tes diagnostik dan fase pengobatan
· kelemahan umum v status respirasi: pertukaran gas dan ventilasi
adekuat g. Gunakan sentuhan selama interksi, bila diterima
· ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen pada pasien dan dapat mempertahankan kontak
· imobilitas mata.
PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini, penulis membandingkan antara teori pada BAB II dengan asuhan keperawatan
pada Tn ”X” dengan Ca Tulang pada tanggal 05 Mei 2012 sampai di ruang Bedah . Pembahasan
meliputi : berikut ini akan diuraikan pelaksanaan Asuhan keperawatan pada pasien Tn “X” dengan Ca
Tulang di ruang Bedah sesuai tiap fase dalam proses keperawatan yang meliputi : pengkajian,
diagnosa keperawatan perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi.
Menurut (Tucker.2000) Tumor Tulang yaitu pertumbuhan abnormal pada tulang yang bisa jinak atau
ganas. Gejalanya nyeri tulang, fraktur, penekanan medula spinalis, kadal kalsium dalam darah tinggi.
Pada pasien dengan kasus ca tulang kami temukan dengan keluhan nyeri di daerah kaki kanan dan
mengalami pembengkakan. Nyeri disebabakan karena pembelahan sel yang abnormal sehingga
jumlah sel meningkat dan menekan syaraf nyeri sehingga pasien dengan kasus ca tulang mengalami
nyeri dan bengkak pada kaki kanan
A. Pembahasan Pengkajian
Pada tahap pembahasan pengkajian ini penulis membandingkan antara teori pengkajian menurut
Doengoes (2002) dengan data hasil pengkajian pada Tn “X” dengan Ca Tulang. Untuk memperoleh
data tersebut, penulis melakukan pengkajian kepada pasien, keluarga, melakukan pemeriksaan fisik
observasi serta dari mempelajari satus pasien.
Data yang dikaji sesuai dengan Data dasar pengkajian menurut Doengoes (2002), pengkajian pada
klien dengan Ca Tulang. yaitu meliputi identitas pasien, riwayat kesehatan pasien dan keluarga, pola
kebiasaan sehari-hari.
Data yang sesuai denga Doengoes (2002) muncul pada kasus adalah nyeri pada kaki kanan, aktivitas
terganggu, dan memar serta bengkak pada kaki yang terasa nyeri. Nyeri timbul saat kaki kanan
digerakkan terasa seperti tertusuk pisau menjalar sampai ujung kaki kanan sampai paha dengan
skala 7 ( 1-10) selama 15 – 30 menit dengan diposisikan yang nyaman, nyeri berkurang.
Pada tahap pengkajian penulis tidak menemukan hambatan yang berarti dikarenakan pasien dan
keluarga cukup kooperatif.
B. Diagnosa keperawatan
Dalam penyusunan diagnosa keperawatan pada kasus ini penulis menggunakan pendapat Doengoes
(2002) sebagai dasar untuk perumusan diagnosis keperawatannya, penulis mengacu pada rumusan
diagnosa NANDA (2009-2011). Menurut Doengoes (2002) diagnosa keperawatan yang muncul pada
pasien Tn “X” dengan Ca Tulang adalah
1. Nyeri
Menurut NANDA 2009-2011 Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedekimikian rupa awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensits ringan hingga berat dengan akhir
yang dapat diantisipasi atau diprediksi > 6 bln. Diagnosa ini muncul karena padasaat pengkajian
kepada pasien Tn “X” Penulis mendapatkan data-data yang menunjang untuk ditegakkanya diagnosa
Nyeri. Pada saat perumusan diagnosa penulis mendapatkan data pada pasien Tn “X” pasien
mengatakan nyeri pada kaki kanan.
2. Resiko Cedera
Menurut NANDA 2009-2011 berisiko mengalami cedera sebagai akibat kondisi lingkungan yang
berinteraksi dengan sumber adaftif dan sumber defensif individu. Diagnosa ini muncul karena
padasaat pengkajian kepada pasien Tn “X” Penulis mendapatkan data-data yang menunjang untuk
ditegakkanya diagnosa Resiko Cedera. Pada saat perumusan diagnosa penulis mendapatkan data
pada pasien Tn “X” pasien mengatakan menggunakan alat bantu saat melakukan aktivitas.
3. Intoleransi aktivitas
Menurut NANDA 2009-2011 ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau
menyelesaikan aktifitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan. Diagnosa ini
muncul karena padasaat pengkajian kepada pasien Tn “X” Penulis mendapatkan data-data yang
menunjang untuk ditegakkanya diagnosa Resiko Cedera. Pada saat perumusan diagnosa penulis
mendapatkan data pada pasien Tn “X” pasien mengatakan cepat lelah saat aktifitas, dan aktifitasnya
terganggu.
Diagnosa yang terdapat dalam Doengoes (2002) namun tidak ditemukan pada pasien Tn “X”
1. Kurang pengetahuan
Menurut NANDA 2009-2011 kurang pengetahuan adalah tidak ada atu kurang informasi kognitif
berhubungan dengan topik yang spesifik. Pada saat pengkajian pasien dan keluarga tidak
menunjukan adanya kurang pengetahuan. Dikarenakan pasien dan keluarga sudah sering
mendapatkan informasi dari petugas kesehatan lain mengenai Ca Tulang, sehingga pada saat penulis
menanyakan pasien dan keluarga mampu menjawab dengan benar tentang penyakit yang
dialaminya.
Faktor pendukung, saat dilakukan pengkajian dan observasi pasien dan keluarga kooperatif. Faktir
penghambat tidak ada.
C. Intervensi/perencanaan
Dalam kegiatan tahap perencanaan ini adalah penentuan prioritas masalah. Dalam penetuan
prioritas, penulis menetukan berdasarkan teori Hirarki Maslow dan masalah yang mengancam jiwa
pasien diprioritaskan terlebih dahulu. Penetuan prioritas dilakukan karenan tidak semua masalah
dapat diatasi dalam waktu yang bersamaan. Perencanaan pada masing-masing diagnosa untuk
tujuan disesuaikan dengan teori yang ada, dan lebih banyak melihat dari kondisi pasien, keadaan
tempat/ruangan dan sumberdaya dari tim kesehatan. Pada penetuan kriterian waktu, penulis juga
menetapkan berdasarkan kondisi pasien, ruangan sehingga penulis berharap tujuan yang sudah
disusun dan telah ditetapkan dapat tercapai.
Adapaun pembahasan perencanaan kepada pasien Tn “X” dengan Ca Tulang, sesuai prioritas
diagnosa keperawatan sebagi berikut :
D. Implementasi/pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ini, pada dasarnya disesuaikan dengansusunan perencanaan , dengan
maksud agar semua kebutuhan pasien dapat terpenuhi secara optimal. Dalam melaksanakan asuhan
keperawatan ini, penulis melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan lain sehingga dapat bekerja
sama dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien . dalam pelaksanaan penulis juga
melakukan tindakan secara mandiri, melakukan kolaborasi dengan dokter dan tim kesehatan lainya.
Dalam hal ini. Faktor pendukung pasien, keluarga dan tim kesehatan lain mudah untuk dilakukan
kerjasama. Dalam hal hubungan baik antara pasien, keluarga dan tim kesehatan lain memper mudah
untuk penyembuhan pasien. Adapun pembahasan pelaksanaan dari masing-masing diagnosa yang
telah tersusun adalah sebagai berikut :
1. Nyeri akut berhubungan dengan penyakit. Perencanaan dari diagnosa prioritas
ini sudah sesuai dengan teori Nursing Interventions Classification (NIC)
dan Nursing Outcomes Classification (NOC) . Diagnosa ini diambil dari NANDA
(2009-2011).
a. Monitor TTV
S : Skala 7 ( 1 – 10 )
T : 15 – 30 Menit
c. Manajemen nyeri
2. Resiko Cedera. Perencanaan dari diagnosa prioritas ini sudah sesuai dengan
teori Nursing Interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes
Classification (NOC) . Diagnosa ini diambil dari NANDA (2009-2011).
Pada evaluasi penulis mengukur tindakan yang telah dilaksanakan dalam memenuhi kebutuhan klien.
Evaluasi disesuaikan dengan kriteria penilaian yang telah ditetapkan dan waktu yang telah
ditentukan pada tujuan keperawatan. Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya. (Nursalam, 2008).
Adapun evaluasi hasil dari masing-masing diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Nyeri akut berhubungan dengan penyakit, tujuan tercapai dengan idikator : TTV
dalam batas normal sebagi berikut TD : 130/90mmHg, N : 89x/m, RR : 20x/m, S :
36 0C, skala nyeri menurun dengan skala 5 (1-10).
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Metastase bisa terjadi pada setiap tulang dan dimana saja.Biasanya (tidak selalu) menimbulkan nyeri
local.Tumor metastasik biasanya dekstruktif (lytic) dan bisa terjadi fraktur bila tulang menjadi
lemah.Kadang-kadang terlihat densitas (terutama bila tumor primernya prostat atau payudara).
Metastasis suatu kanker atau karsinoma adalah penyebaran sel-sel kanker keluar dari tempat
asalnya ( primary site ) ke tempat lain atau bagian tubuh yang lain. Sel-sel kanker dapat keluar dari
suatu tumor primer yang ganas, dan kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya melalui peredaran
darah ataupun aliran limfe.
Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor tulang ganas, yang biasanya berhubungan
dengan periode kecepatan pertumbhan pada masa remaja. Osteosarkoma merupakan tumor ganas
yang paling sering ditemukan pada anak-anak. Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15
tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama, tetepi pada akhir masa
remaja penyakit ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki.
Penyebab yang pasti tidak diketahui. bukti- bukti mendukung bahwa osteosarkoma merupakan
penyakit yang diturunkan. Untuk kanker tulang sekunder merupakan metastase dari kanker primer
diorgan lain, misalnya pada payudara paru, prostat, ginjal dll.
B. SARAN
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Asuhan Keperaatan Kanker tulang(Metastasis) ini masih jauh
dari kata sempurna, oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian sangat
saya perlukan guna kesempurnaan laporan ini.
DAFTAR PUSTAKA
2. Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart.Edisi
8.Vol 3. Jakarta. EGC
4. Wijaya Andra Saferi, Putri Yessie Mariza, 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2
(Keperawatan Dewasa). Yokyakarta: Nuha Medika
7. Pearce. C Evelyn, 2009. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia