DEFINISI
Hemiparesis adalah suatu penyakit sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak , progesif cepat,
berupa defisit neurologis yang berlangsung 24 jam atau lebih langsung menimbulkan kematian dan
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatic.
Faktor yang dapat diubah : hipertensi, DM, merokok, penyalahgunaan obat dan alkohol, kontrasepsi
oral, dan hematrokrit meningkat.
• Ataksia
STROKE
Stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal/
global dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian
tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO, 1997). Stroke merupakan suatu
gangguan neurologik fokal yang dapat timbul sekunder dari suatu proses patologi pada pembuluh
darah serebral, misalnya trombosis, embolus, ruptura dinding pembuluh atau penyakit vascular
dasar, misalnya arterosklerosis, artritis, trauma, aneurisma dan kelainan perkembangan (Sylvia A.
Price, 1995).
Klasifikasi Stroke dibagi menjadi 2 yaitu :
Stroke iskemik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak
sebagian atau keseluruhan terhenti. Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
3. Hipoperfusion Sistemik: Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena adanya
gangguan denyut jantung.
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Stroke
hemoragik ada 2 jenis, yaitu:
2. Hemoragik Subaraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang sempit antara
permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).
B. ETIOLOGI.
1. Trombosis adalah bekuan darah di dalam pembuluh darah otak Contohnya : Arteriosklerosis.
2. Embolisme serebral adalah tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah atau material lain
(lemak, tumor) yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain.
3. Iskemia adalah penurunan aliran darah atau kekurangan suplai oksigen yang menuju otak,
Contohnya : karena konstriksi ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak.
4. Hemoragi Serebral adalah pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan kedalam
jaringan otak atau ruang sekitar otak, akibatnya adalah penghentian suplai darah ke otak, Contohnya
: Hipertensi.
5. Pecahnya pembuluh darah diotak karena kerapuhan pembuluh darah otak, Contohnya :
aneurisma.
C. PATOFISIOLOGI
1. Stroke non hemoragik
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau embolus.
Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah,
sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan
iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli
disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok
pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan
neurologist fokal. Perdarahan otak dapat ddisebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh
emboli.
2. Stroke hemoragik
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan
subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan.
Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan
peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian. Di
samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan
edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran
darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Kehilangan Motorik.
a. Hemiplegia yaitu paralisis pada salah satu sisi yang sama seperti pada wajah, lengan dan kaki
(karena lesi pada hemisfer yang berlawanan).
b. Hemiparesis yaitu kelemahan pada salah satu sisi tubuh yang sama seperti wajah, lengan, dan
kaki (Karena lesi pada hemisfer yang berlawanan).
Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi. Disfungsi bahasa dan
komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut :
a. Disartria adalah kesulitan berbicara atau kesulitan dalam membentuk kata. Ditunjukkan
dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab
untuk menghasilkan bicara.
b. Disfasia atau afasia adalah bicara detektif atau kehilangan bicara, yang terutama ekspresif atau
reseptif (mampu bicara tapi tidak masuk akal) .
c. Apraksia adalah ketidak mampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya,
seperti terlihat ketika pasien mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya.
4. Gangguan Persepsi.
a. Disfungsi persepsi visual, karena gangguan jaras sensori primer diantara mata dan korteks
visual.
c. Gangguan hubungan visual-spasial (mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dalam area
spasial).
5. Defisit Kognitif.
e. Perubahan Penilaian.
6. Defisit Emosional.
a. Kehilangan kontrol-diri.
b. Labilitas emosional.
d. Depresi.
e. Menarik diri.
g. Perasaan Isolasi.
1. Faktor Resiko Medis, antara lain Hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi),
Kolesterol,Aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah), Gangguan jantung, DM, Riwayat stroke
dalam keluarga.
2. Faktor Resiko Perilaku, antara lain Merokok (aktif & pasif), Makanan tidak sehat (junk food, fast
food), Alkohol, Kurang olahraga, Narkoba, Obesitas.
3. Pemicu stroke pada dasarnya adalah, suasana hati yang tidak nyaman (marah-marah), terlalu
banyak minum alkohol, merokok dan senang mengkonsumsi makanan yang berlemak.
F. PENATALAKSANAAN
b. Masukkan klien ke unik perawatan saraf untuk dirawat di bagian bedah saraf
ü Parenchymatous hemorrhage.
e. Neurologis
ü Aminocaproic
4) Profilaksis Vasospasme
g. Pemberian Diuretik untuk menurunkan edema serebral, yang mencapai tingkat maksimum 3-5
hari setelah infark serebral.
Diuretik osmotik menurunkan tekanan intrakranial dengan menaikkan osmolalitas serum sehingga
cairan akan ditarik keluar dari sel otak.
Manitol dapat digunakan dengan dosis 0,25-0,5 g/kgBB IV selama 20 menit, tiap 6 jam. Tidak
dianjurkan menggunakan manitol untuk jangka panjang. Manitol diberikan bila osmolalitas serum
tidak lebih dari 310 mOsm/ l. Furosemid 40 mg IV/hari dapat memperpanjang efek osmotik serum
manitol.
h. Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya thrombosis atau
embolisasi dari tempat lain dalam system kardiovaskular
i. Medikasi anti-trombosit dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran sangat penting
dalam pembentuka thrombus dan embolisasi.
b. Pemantauan (monitoring) keadaan umum klien (EKG, nadi, saturasi O2. PO2, PCO2)
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Klinis
a. Riwayat penyakit sekarang (kapan timbulnya, lamanya serangan, gejala yang timbul).
b. Riwayat penyakit dahulu (hipertensi, jantung, DM, disritmia, ginjal, pernah mengalami trauma
kepala).
d. Aktivitas (sulit beraktivitas, kehilangan sensasi penglihatan, gangguan tonus otot, gangguan
tingkat kesadaran).
f. Makanan/ cairan (nafsu makan berkurang, mual, muntah pada fase akut, hilang sensasi
pengecapan pada lidah, obesitas sebagai faktor resiko).
g. Neurosensorik (sinkop atau pingsan, vertigo, sakit kepala, penglihatan berkurang atau ganda,
hilang rasa sensorik kotralateral, afasia motorik, reaksi pupil tidak sama).
h. Kenyamanan (sakit kepala dengan intensitas yang berbeda, tingkah laku yang tidak stabil,
gelisah, ketergantungan otot).
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Angiografi Serebral.
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik misalnya pertahanan atau sumbatan arteri.
adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil
dari tulang tengkorak dan otak.
Mengindentifikasi penyakit arteriovena (masalah system arteri karotis(aliran darah atau timbulnya
plak) dan arteiosklerosis.
e. EEG (elekroensefalogram)
Mengidentifikasi masalah pada otak dan memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
f. Sinar tengkorak.
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang berlawanan dari massa yang
meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada thrombosis serebral; kalsifikasi persial dinding
aneurisma pada perdarahan subarachnoid.
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah Rutin
b. Gula Darah
c. Urine Rutin
d. Cairan Serebrospinal
f. Biokimia Darah
g. Elektrolit
H. KOMPLIKASI
c. Edema Serebri dan Tekanan Intra cranial tinggi yang dapat menyebabkan herniasi atau
kompresi batang otak
d. Aspirasi Atelektasis
e. Gagal Nafas
f. Disrithmia Jantung
g. Kematian
BAB II
I. BIODATA
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. C
Umur : 32 thn
Ruang/kamar : mawar
Keluarga klien mengatakan ekstremitas kiri klien tidak bisa digerakan dan lemas. terasa keram pada
daerah tersebut, rasa seperti kesemutan atau kebas pada bagian tubuh seblah kiri.
d. TB : 165 cm
e. BB :-
Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 78 x/mnt
RR : 20x/mnt
Pemeriksaan neurologis
Status mental :
b. Orientasi : bingung
c. Bahasa : Indonesia
Data lain-lain :
ü keluarga klien mengatakan klien tidak dapat mandi sendiri dan oral hygine sendiri
1. Diagnose Medis
2. Laboratorium
Hemoglobin : 10,7 Gr %
Leukosit : 4.800/mm3
Hematokrit : 31,4 %
Trombosit : 225.000
V. Terapy yang diberikan
Inj. Piracepam 1 Gr
Inj. Ceftrixon 1 Gr
Infuse RL
KLASIFIKASI DATA
DS DO
ANALISA DATA
DO:
1. Kelemahan
DO:
DO:
1. hemiplegia
2. TTV :
TD : 110/70 mmHg
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Kriteria hasil :
a. Klien tidak terjatuh
Tindakan :
1. I : Pantau atau catat status neurologis sesering mungkin dan bandingkan dengan keadaan
normalnya atau standar.
R : mengetahui kecenderungan tingkat kesedaran dan potensial TIK dan mengetahui lokasi, luas, dan
kemajuan atau resolisi kerusakan SSP.
2. I : pertahankan keadaan tirah baring : ciptakan lingkungan yang tenang : batasi pengunjung
atau aktivitas pasien sesuai indikasi. Berikan istirahat secara periodic antara aktivitas perawatan,
batasi lamanya setiap prosedur.
R : aktifitas atau stimulasi yang continue dapat meningkatkan TIK. Istirahat total dan ketenangan
diperlukan untuk pencegahan terhadap perdarahan dalam kasus struk hemoragi atau perdarahan
lainnya.
3. I : pantau TTV seperti mencatat : adanya hipertensi/hipotensi, bandingkan tekanan darah yang
terbaca pada kedua lengan.
R : variasi terjadi o/k tekanan atau trauma cerebral pada daerah vasomotor otak.
Hipertensi/hipotensi postural dapat menjadi factor pencetus. Hipotensi dapat terjadi karena syok
(colaps sirkulasi vaskuler). Peningkatan TIK dapat terjadi (karena edema, adanya formasi bekuan
darah).
4. I : kaji fungsi-sungsi yang lebih tinggi, seperti fungsi bicara jika pasien sadar
R : perubahan dalam isi kognitif dan bicara merupakan indicator dari lokasi atau derajat gangguan
cerebral dan mengidentifikasi penurunan atau peningkatan TIK.
5. I : anjurkan untuk melakukan ambulasi pada tingkat yang dapat ditoleransi pasien.
R : untuk mencegah thrombus. Thrombus dan embolus selanjutnya dapat menurunkan sirkulasi
arteri dan mengurangi perfusi jaringan pasien.
Kriteria hasil :
b. mobilisasi bertahap
Tindakan :
4. I : ajarkan pasien dan anggota keluarga atau teman tentang latihan ROM, dan program
5. I : konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif, latihan resistif, dan ambulasi pasien.
R : program yang khusus dapat dikembangkan untuk menemukan kebutuhan yang berarti atau
menjaga kekurangan tersebut dalam keseimbangan, kordinasi, dan kekuatan.
Kriteria hasil :
Tindakan :
3. I : sediakan alat bantu, seperti sikat gigi bergagang panjang, untuk mandi dan perawatan
hygiene : ajarkan penggunaanya.
R : memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan rencana terapi dan mengidentifikasi
kebutuhan alat penyokong khusus
D. EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA
Marilynn E. Doenges dkk:2012. Rancana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC
Cynthia M. taylor dkk: 2010. Diagnosa Keperawatan dengan Rencana Asuhan. Edisi 10. Jakarta: EGC
http://cattycha.wordpress.com/2009/03/13/asuhan-keperawatan-dengan-pasien-stroke/(diakses
pada tgl 28 Oktober 2014)