protein) yang bervariasi dalam ukuran (diameter 18-25 nm) dan isi, serta berfungsi
mengangkut kolesterol, trigliserida, dan lemak lain (lipid) dalam darah ke berbagai
bagian tubuh.
rendahnya kadar lipoprotein densitas tinggi, hipertensi dan peningkatan kadar gula
darah puasa
Rumusan masalah
2. Adakah hubungan pertambahan berat badan Ny. Gloria dengan umur beliau?
3. Adakah hubungan pertambahan berat badan Ny. Gloria dengan keluarganya yang
juga gemuk ?
4. Mengapa berat badan tidak turun meskipun telah melakukan diet, olahraga dan
minum jamu?
Analisis masalah
o Berat badan umumnya bertambah ketika kalori yang dibakar tubuh saat
beraktivitas lebih sedikit daripada kalori yang masuk dari makanan yang
dikonsumsi.
o Stres
Ketika Anda stres, tubuh akan menjadi tegang dan memproduksi hormon
o Kurang tidur
badan karena penderitanya lebih memilih untuk tidak aktif dan berdiam
dapat menyebabkan berat tubuh meningkat juga. Tapi ada juga sebagian
hampir segala tempat dapat membuat orang lebih lama duduk di depan layar
dibandingkan sebelumnya. Kebiasaan duduk dalam waktu lama ini kerap
2. Awal dan pertengahan masa dewasa adalah saat kebanyakan orang justru
bertambah berat badannya. Ini karena metabolisme mereka melambat, lebih rentan
cedera, dan menjadi kurang aktif pada usia 30 dan 40-an karena harus bekerja lebih
lama dan memiliki tanggung jawab lebih besar dibanding saat berusia 20-an.
tingkat estrogen lebih tinggi, hal tersebut akan berkontribusi untuk pembentukan
jaringan lemak pada tubuh. Pada perempuan yang lebih muda, hal ini akan diimbangi
Memasuki usia 35 dan seterusnya, kadar kedua hormon akan menurun seiring
menuju massa menopause. Namun, kadar progesteron akan menurun pada tingkat
yang lebih cepat dan menyebabkan jaringan lemak membentuk dalam tubuh.
metabolisme di berbagai gen. Dengan kata lain, gen dapat menentukan kebiasaan
generasi berikutnya. Oleh karena itu jika seorang anak yang memiliki orangtua yang
Kebiasaan makan keluarga juga harus diperhatikan saat membicarakan genetik. Tiap
anggota keluarga biasanya memiliki selera makan yang hampir sama. Jika mereka
lebih memilih junk food dibanding makanan sehat atau memiliki masalah kesehatan
Faktor genetik ber[eran 33%, ayah /ibu yang overweight, 50-60% anaknya juga
overweight. Terdapat gen gen yang memicu penumpukan lemak, seperti gen OB di
4. Diet yang salah dan tidak teratur, nutrisi/ gizi belum seimbang, olahraga tidak tepat
5. Pada jamu dan tumbuhan tradisional terdapat suatu zat yang dapat mengendalikan
nafsu makan dan mempercepat proses metabolisme tubuh serta detoksifikasi racun
dalam tubuh
6. Untuk skrining status kesehatan secara menyeluruh, apalagi jika terjadi obesitas
karena banyak komplikasi dai obesitas. Indeks masa tubuh (body mass index/BMI)
hipertensi, dan kanker. Sedangkan kondisi fisik yang terlalu kurus berisiko
Oleh karena itu, penting untuk memeriksakan BMI tiap 2 tahun sekali bagi orang
berusia di bawah 50 tahun dan setahun sekali untuk usia di atas 50 tahun.
Sebenarnya BMI dapat dihitung sendiri di rumah. Caranya: berat badan (kg) / tinggi
(m)2. BMI normal untuk populasi Asia adalah 18,5 hingga 22,9. Namun jika Anda
mengalami penurunan berat badan secara drastis, kegemukan, atau memiliki BMI
7. Berat badan 88 kg, tinggi badan 162 cm. IMT = BB/(TB)2 = 88/(1,62)2 = 33,58
(OBESITAS)
8. Swedish Obese Study melaporkan angka kejadian hipertensi pada obesitas adalah
diabetes mellitus dan angina pektoris pada organ dengan obesitas dan resiko ini
peranan penting pada mekanisme timbulnya hipertensi pada orang dengan obesitas.
9. Obesitas diketahui menjadi salah satu faktor risiko munculnya berbagai penyakit
usia lanjut. Selain penyakit tersebut, obesitas pada lansia juga dapat meningkatkan
risiko terjadinya kerusakan pada tulang dan sendi sehingga dapat meningkatkan
risiko terjadinya jatuh atau kecelakaan. Obesitas sentral juga berkaitan erat dengan
perut. Lemak viseral merupakan lemak tubuh yang terkumpul di bagian sentral
tubuh dan melingkupi organ internal. Kelebihan lemak viseral berhubungan erat
10. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi jika Anda mau melakukan tindakan medis
ini, yaitu:
o Memiliki indeks massa tubuh lebih dari 40 kg/m2. Operasi ini hanya akan
o Memiliki indeks massa tubuh lebih dari 35 kg/m2 dan mengalami penyakit
kronis tertentu seperti diabetes tipe 2 atau tekanan darah tinggi yang
mencoba berbagai cara, seperti menjalani diet sehat dan olahraga rutin,
namun berat badan tak kunjung turun dapat melakukan tindakan medis ini.
dari sejumlah kondisi, yaitu hipertensi (tekanan darah tinggi), hiperglikemia (kadar
gula darah tinggi), hiperkolesterolemia (kadar kolesterol tinggi), dan obesitas, yang
BB naik
Medical check up
Sindroma
metabolik
Terapi
Learning Objective
a. Definisi
pada satu orang, maka orang tersebut memiliki risiko yang tinggi terhadap
penyakit macrovasculer.
b. Epidemiologi
peningkatan ini.
c. Etiologi
nephropathy diabetica).
lemak dan peningkatan asam lemak bebas dalam plasma bertanggung jawab
jelas belum diketahui secara pasti. Obesitas yang diikuti dengan meningkatnya
meningkat baik di sirkulasi maupun di sel adiposa. Meningkatnya ROS di dalam sel
lain diabetes tipe 2 dan aterosklerosis. Pada pasien diabetes melitus tipe 2, biasanya
diabetic, dan pusat dari semua angiopati diabetik adalah hiperglikemia yang
menginduksi stress oksidatif melalui 3 jalur, yaitu; peningkatan jalur poliol,
Farmacia, 2007).
sel otot dan sel lemak serta menurunkan sekresi insulin oleh sel-β pankreas. Stres
pada patofisiologi terjadinya diabetes tipe 2 dan aterosklerosis (Ceriello, 2004). Dari
ROS
Obesity
Oxidative Stress
in WAT
NADPH Oxidase
Antioxidative
Dysregulation of
Enzymes adipocytokines
ROS
Adiponectin
Oxidative Stress to
remote tissues
Pada kultur sel adiposa, peningkatan kadar asam lemak meningkatkan stres
proinflamasi IL-6 dan MCP-1. Akumulasi peningkatan stres oksidatif pada sel adiposa
dapat menyebabkan disregulasi adipokin dan keadaan SM. Furukawa dkk (2004)
secara sistemik.
Pengaruh lingkungan
Defisiensi zat-zat gizi
Pengaruh genetik Resistensi Insulin
Intake kalori yang
berlebihan
Aktivitas fisik rendah
Hyperinsulinemia
Peningkatan Penurunan
Peningkatan Peningkatan Intoleransi Peningkatan Peningkatan
kolesterol kolesterol glukosa
Trygliserida asam urat lipogenesis tekanan darah
LDL HDL
Obesitas
Menurut Dariyo yang dimaksud dengan obesitas adalah kelebihan berat badan dari
ukuran normal tubuh yang sebenarnya. Secara klinis, obesitas dapat dikenali dengan adanya
tanda dan gejala khas; wajah membulat, pipi tembem, dagu rangkap, relatif pendek, dada
dinding perut berlipat-lipat, kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel
menyebabkan laserasi dan ulserasi yang dapat menimbulkan bau yang kurang sedap. Pada
anak laki-laki, penis nampak kecil karena terkubur dalam jaringan lemak supra-pubik.
Diabetes Mellitus
Sedikitnya 10,3 juta penduduk Amerika Serikat menderita DM. Di Indonesia, dari berbagai
lebih dari 15 tahun 1,2-2,3%. Prevalensi di daerah rural ternyata masih rendah. Di
kec.Sesean, Tana Toraja, prevalensi DM hanya 0,8%, dan Tasikmalaya 1,1%. Hasil penelitian
di Jakarta (urban) mendapatkan peningkatan prevalensi DM dari 1,7% pada tahun 1982
menjadi 5,7% pada tahun 1993. Pada penelitian di Depok (suburban Jakarta) tahun 2001,
prevalensi DM sebesar 12,8%. Penelitian MONICA III Jakarta tahun 2000 mendapatkan
Menurut klasifikasi diabetes mellitus WHO, yang termasuk intoleransi glukosa adalah gula
darah puasa terganggu dan Toleransi Glukosa Terganggu (TGT), yaitu suatu keadaan antara
normal dan diabetes mellitus. Pengertian TGT adalah apabila dilakukan pemeriksaan Tes
Toleransi Glukosa Oral (TTGO), maka hasil glukosa plasma setelah 2 jam berada di antara
140-199 mg/dl. Pada tahun 1980, WHO mengeluarkan klasifikasi diabetes mellitus dan
intoleransi glukosa dimana TGT kemudian dikategorikan sebagai clinical class intoleransi
glukosa.
Hipertensi
Resistensi Insulin dengan hipertensi akan menyebabkan fungsi endotel terganggu dengan
menurunnya fungsi NO. NO di endotel mempunyai peranan penting pada regulasi tonus
vaskuler, aliran darah, dan tekanan darah. Penderita hipertensi dengan hiperinsulinemia
biasanya juga disertai dengan intoleransi glukosa dan dislipidemia. Hipertensi tidak dengan
tekanan darah sistolik dan diastolik. Kontrol tekanan darah yang ketat pada penderita
hipertensi akan menurunkan risiko kematian karena diabetes, komplikasi yang berhubungan
dengan diabetes, progresi menjadi retinopati diabetik dan deteriorisasi aktifitas visual.
Dislipidemia
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan tidak normalnya
kadar fraksi-fraksi lipid plasma berupa kenaikan fraksi kolesterol total, kolesterol LDL,
trigliserida, serta penurunan kadar kolesterol HDL. Dislipidemia adalah salah satu faktor
menurunkan K-HDL, yang merupakan karakteristik dislipidemia pada SM. Keadaan ini akan
meningkatkan risiko PJK dua kali lipat, dan menaikkan insidensi penyakit jantung iskemik
NCEP ATP-III dan International Diabetes Federation (IDF). Ketiga definisi tersebut
memiliki komponen utama yang sama dengan penentuan kriteria yang berbeda.
Pada tahun 1988, Alberti dan Zimmet atas nama WHO menyampaikan definisi SM
2. RI,
3. Hipertensi,
terganggu atau diabetes mellitus, dan atau RI yang disertai sedikitnya 2 faktor risiko
Kriteria yang sering digunakan untuk menilai pasien SM adalah NCEP-ATP III,
yaitu apabila seseorang memenuhi 3 dari 5 kriteria yang disepakati, antara lain:
lingkar perut pria >102 cm atau wanita >88 cm; hipertrigliseridemia (kadar serum
trigliserida >50 mg/dL), kadar HDL-C <40 mg/dL untuk pria, dan <50 mg/dL untuk
wanita; tekanan darah >130/85 mmHg; dan kadar glukosa darah puasa >110 mg/dL.
Suatu kepastian fenomena klinis yang terjadi yaitu obesitas central menjadi indikator
utama terjadinya SM sebagai dasar pertimbangan dikeluarkannya diagnosis terbaru
>90 cm untuk pria Asia dan lingkar perut >80 cm untuk wanita Asia) ditambah 2 dari
4 faktor berikut:
2. HDL-C: <40 mg/dL (1,03 mmol/L) pada pria dan <50 mg/dL (1,29 mmol/L)
pada wanita atau sedang dalam pengobatan untuk peningkatan kadar HDL-C;
3. Tekanan darah: sistolik >130 mmHg atau diastolik >85 mmHg atau sedang
dalam pengobatan hipertensi;
4. Gula Darah Puasa (GDP) >100 mg/dL (5,6 mmol/L), atau diabetes tipe 2.
Hingga saat ini masih ada kontroversi tentang penggunaan kriteria indikator
SM yang terbaru tersebut.
Kriteria diagnosis NCEP- ATP III menggunakan parameter yang lebih mudah
untuk diperiksa dan diterapkan oleh para klinisi sehingga dapat dengan lebih mudah
mendeteksi SM. Hal yang menjadi masalah dalam penerapan kriteria diagnosis
NCEP-ATP III, adalah adanya perbedaan nilai “normal” lingkar pinggang antara
berbagai jenis etnis. Oleh karena itu, pada tahun 2000, WHO mengusulkan lingkar
pinggang untuk orang Asia ≥90 cm pada pria dan wanita ≥80 cm sebagai batasan
obesitas sentral.
f. Tatalaksana
Non Farmakologi
a) Obesitas
- Sasarannya penurunan berat badan 5-10% dari berat badan awal dan dimonitor
Bennedict, total lemak < 30% dari total kalori dimana prioritasnya mengurangi
lemak jenuh
- Aktivitas fisik
kenaikan berat badan jika dilakukan dalam waktu yang lama, disamping itu juga
- Terapi perilaku
b) Dislipidemia
- Terapi nutrisi medis dengan pembatasan jumlah kalori dan jumlah lemak
- Aktifitas fisik
c) Hipertensi
- Peningkatan tekanan darah ringan dapat diatasi dengan upaya penurunan berat
makan serta
Farmakologi
a) Obesitas
- Sibutramin
Jika dikombinasikan dengan diet dan aktifitas fisik maka hasilnya akan
memuaskan. Berefek pada tekanan darah tinggi dan denyut jantung yang
penyakit jantung.
- Orhistrat
- Terapi bedah
Diberikan pada pasien obesitas dengan BMI >40 atau >35 komorbit. Ini
b) Dislipidemia
- Tatalaksananya dimulai dengan penilaian jumlah faktir resiko koroner yang
ditemukan pada pasien tersebut untuk menentukan sasaran kolesterol LDL yang
harus dicapai.
kolesterol HDL <40mg/d L, riwayat PJK dini, usia (pria <45 th dan wanita >55th)
- Kategori resiko
Resiko tinggi : mempunyai riwayat PAK atau yang disamakan dengan PAK
Resiko tinggi : jika LDL >130 mg/d L atau dalam rentang 100-129 mg/d L
- Apabila non farmakologi gagal, maka NCEP ATP III menganjurkan golongan
- Pada keadaan dimana kadar trigliserida tinggi misalnya >400 mg/d L maka perlu
- Jika trigliserida sudah turun dan kadar kolesterol LDL belum mencpai sasaran,
gemfabrozil.
g. Prognosis
Baik, jika pasien menjaga pola makan dan aktivitas fisik serta selalu
mengontrol kadar kolesterol dan BMT untuk mencegah komplikasi yang serius.
Laporan Tutorial Modul 3
Gemuk ini Menyakitkanku
Disusun Oleh:
Nurul Hafiyya 1710311038
Dosen Tutor :
dr. Nora Harminarti, M.Biomed
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas
2018