PTIRIASIS VERSIKOLOR
Oleh
Erika Resti Prahastika, S.Ked.
Devia Amalia, S.Ked.
Patima Sitompul, S.Ked.
Synthia Audri, S.Ked.
Helvie Rahmadaniati, S.Ked.
M. Ilham Satya Nugraha, S.Ked.
Elisabeth Stefanny, S.Ked.
Fitria Masturah, S.Ked.
Hawari Martanusa, S.Ked.
Pembimbing
dr. Fitrianti
Segala puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya, akhirnya
makalah yang berjudul “Ptiriasis Versikolor” ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini
ditujukan sebagai salah satu referensi untuk melakukan kegiatan promosi kesehatan dalam masa
kepaniteraan di Puskesmas Dempo Palembang.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dr. Fitrianti selaku pembimbing dalam
makalah ini dan dokter-dokter internship di Puskesmas Dempo yang telah memberikan bimbingan
dalam penyusunan makalah ini. Penulis juga mengucapakan terima kasih kepada dr. Meiri Iryani,
M.Kes selaku kepala Puskesmas Dempo.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu saran
dan kritik yang membangun sangat diharapkan penulis demi kebaikan di masa yang akan datang.
Penulis
ii
DAFTAR HALAMAN
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................................... 6
BAB III KESIMPULAN................................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pitiriasis versikolor (PV) atau lebih dikenal dengan panu adalah infeksi jamur
superfisial yang ditandai perubahan pigmen kulit akibat kolonisasi stratum korneum oleh
jamur lipofilik dimorfik dari flora normal kulit, Malassezia furfur. Pityrosporum
menjadi fase miselium sebagai Malassezia furfur. Dari semua jenis Malassezia, hanya M.
pachydermatis yang membutuhkan lingkungan kaya lipid, seperti kulit manusia atau
media kultur yang diperkaya lipid, karena tidak mampu mensintesis asam lemak jenuh
yang beriklim panas dan lembap, termasuk Indonesia. Prevalensinya mencapai 50% di
negara tropis. Penyakit ini menyerang semua ras, angka kejadian pada laki-laki lebih
banyak daripada perempuan, dan mungkin terkait pekerjaan dan aktivitas yang lebih
tinggi. Pitiriasis versikolor lebih sering menginfeksi dewasa muda usia 15-24 tahun, saat
Lesi khas pitiriasis versikolor berupa makula, plak, atau papul folikular dalam
di atasnya, dikelilingi kulit normal. Skuama sering sulit terlihat. Untuk membuktikan
skuama yang tidak tampak, dapat dilakukan peregangan atau penggoresan lesi dengan
kuku jari tangan sehingga skuama tampak lebih jelas, dikenal sebagai evoked scale sign,
4
finger nail sign, Besnier’s sign, scratch sign, coup d’ongle sign atau stroke of the nail
sign. Peregangan atau penggoresan lesi akan meningkatkan kerapuhan stratum korneum
kulit yang terinfeksi pitiriasis versikolor, sehingga akan muncul tanda klinis yang berguna
Penyakit ini sangat menarik oleh karena keluhannya bergantung pada tingkat
ekonomi daripada kehidupan penderita. Bila penderita adalah orang dengan golongan
ekonomi lemah (misalnya: tukang becak, pembantu rumah tangga) penyakit ini tidak
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pityriasis versikolor adalah penyakit infeksi pada superfisial kulit dan berlangsung
kronis yang disebabkan oleh jamur Malassezia furfur. Penyakit ini biasanya tidak
memberikan keluhan subyektif, namun tampak adanya bercak berskuama halus berwarna
putih sampai coklat hitam pada kulit yang terinfeksi. Prevalensi penyakit ini tinggi
1889) adalah penyakit jamur superfisial yang kronik, biasanya tidak memberikan keluhan
subyektif, berupa bercak berskuama halus yang berwarna putih sampai coklat hitam,
terutama meliputi badan dan kadang-kadang dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan,
2.2 Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Malasezia furfur. Malassezia furfur (dahulu
yang normalnya hidup di keratin kulit dan folikel rambut manusia saat masa pubertas dan
di luar masa itu. Sebagai organisme yang lipofilik, Malassezia furfur memerlukan lemak
(lipid) untuk pertumbuhan in vitro dan in vivo. Secara in vitro, asam amino asparagin
menginduksi (menyebabkan) pembentukan hifa. Pada dua riset yang terpisah, tampak
bahwa secara in vivo, kadar asam amino meningkat pada kulit pasien yang tidak terkena
panu. Jamur ini juga ditemukan di kulit yang sehat, namun baru akan memberikan gejala
6
bila tumbuh berlebihan. Beberapa faktor dapat meningkatkan angka terjadinya pityriasis
dengan glukokortikoid, dan defisiensi imun. Pemakaian minyak seperti minyak kelapa
2. Faktor eksogen: kelembapan udara, oklusi oleh pakaian, penggunaan krim ataulotion,
2.4 Epidemiologi
Pityriasis versikolor lebih sering terjadi di daerah tropis dan mempunyai
kelembaban tinggi. Walaupun kelainan kulit lebih terlihat pada orang berkulit gelap,
namun angka kejadian pityriasis versikolor sama di semua ras. Beberapa penelitian
mengemukakan angka kejadian pada pria dan wanita dalam jumlah yang seimbang. Di
Amerika Serikat, penyakit ini banyak ditemukan pada usia 15-24 tahun, dimana kelenjar
sebasea (kelenjar minyak) lebih aktif bekerja. Angka kejadian sebelum pubertas atau
7
Biasanya tidak ada keluhan (asimtomatis), tetapi dapat dijumpai gatal pada keluhan
pigmentasi dengan alasan kosmetik. Predileksi pityriasis vesikolor yaitu pada tubuh bagian
atas, lengan atas, leher, abdomen, aksila, inguinal, paha, genitalia. Bentuk lesi tidak teratur,
berbatas tegas sampai difus dengan ukuran lesi dapat milier, lentikuler, numuler sampai
1. Bentuk makuler: berupa bercak yang agak lebar, dengan squama halus diatasnya, dan
Gambar 1 Pityriasis versicolor menunjukkan lesi hiperpigmentasi dalam lesi Kaukasia (kiri
atas) dan hipopigmentasi dalam Aborijin Australia (kanan atas dan bawah ).
2.6 Patogenesis
Pada kulit terdapat flora normal yang berhubungan dengan timbulnya pityriasis
versicolor yaitu Pityrosporum orbiculare yang berbentuk bulat atau Pityrosporum ovale
yang berbentuk oval. Malassezia furfur merupakan fase spora dan miselium. Malassezia
berubah dari bentuk blastospore ke bentuk mycelial. Hal ini dipengaruhi oleh faktor
8
predisposisi. Malassezia memiliki enzim oksidasi yang dapat merubah asam lemak pada
lipid yang terdapat pada permukaan kulit menjadi asam dikarboksilat. Asam dikarboksilik
pembentukan melanin. Malassezia Furfur dapat menginfeksi pada individu yang sehat
Malassezia furfur dapat dikultur dari kulit yang terinfeksi maupun yang normal dan
dianggap bagian dari flora normal, terutama di daerah tubuh manusia yang kaya dengan
sebum. Hasil peningkatan kelembaban, suhu dan ketegangan CO2 tampaknya menjadi
faktor penting yang berkontribusi terhadap infeksi. Malassezia furfur adalah dimorfik,
organisme lipofilik yang tumbuh secara in vitro hanya dengan tambahan asam lemak C12-
C14 seperti minyak zaitun dan lanolin. Dalam kondisi yang tepat, ia berubah dari jamur
saprofit menjadi bentuk miselium yang didominasi parasit, yang menyebabkan penyakit
Organisme yang menginfeksi biasanya hadir di lapisan atas stratum korneum, dan
dengan penggunaan mikroskop elektron bisa dilihat bahawa jamur ini menyerang tidak
hanya antara tetapi dalam sel-sel berkeratin. Jumlah korneosit jelas menunjukkan
pergantian sel meningkat pada kulit yang terinfeksi. Ada beberapa mekanisme yang
yang dihasilkan oleh spesies Malassezia (asam azelaic misalnya) yang menyebabkan
9
penghambatan kompetitif tirosinase dan mungkin efek sitotoksik langsung pada melanosit
hiperaktif. 9
yang terkena warna kulit yang lebih gelap dari normal. Lesi hipopigmentasi pula dapat
menghasilkan asam azelaic di lokasi cedera yang terinfeksi, yang menghambat tirosinase,
mengganggu melanogenesis.9
Penderita biasanya mengeluhkan tampak bercak putih pada kulitnya. Keluhan gatal
asimptomatik.2
2. Pemeriksaan fisik
berbentuk bulat atau tidak beraturan dengan batas tegas atau tidak tegas. Skuama
biasanya tipis seperti sisik dan kadangkala hanya dapat tampak dengan menggores kulit
(finger nail sign). Predileksi di bagian atas dada, lengan, leher, perut, kaki, ketiak, lipat
paha, muka dan kepala. Penyakit ini terutama ditemukan pada daerah yang tertutup
10
Pemeriksaan ini memperlihatkan kelompok sel ragi bulat berdinding tebal dengan
miselium kasar, sering terputus-putus (pendek-pendek), yang akan lebih mudah dilihat
dengan penambahan zat warna tinta parker blue-black atau biru laktofenol. Gambaran
ragi dan miselium tersebut sering dilukiskan sebagai “meat ball and spageti” .
Bahan-bahan kerokan kulit diambil dengan cara mengerok bagian kulit yang
mengalami lesi. Sebelumnya kulit dibersihkan dengan kapas alcohol 70%, lalu dikerok
dengan skapel steril dan jatuhnya ditampung dalam lempeng-lempeng steril. Sebagian
dari bahan tersebut diperiksa langsung dengan KOH 20% yang di beri tinta parker biru
hitam, dipanaskan sebentar, ditutup dengan gelas penutup dan diperiksa di bawah
mikroskop. Bila penyebabnya memang jamur, maka akan terlihat garis yang memiliki
indeks bias lain dari sekitarnya dan jarak-jarak tertentu dipisahkan oleh sekat-sekat atau
seperti butir-butir yang bersambung seperti kalung. Pada ptyriasis versicolor hifa
Gambar 2.
Gambaran ragi dan miselium sering disebut “spaggeti and meatball”
4. Pemeriksaan dengan sinar wood
11
Pemeriksaan dengan sinar wood, dapat memberikan perubahan warna seluruh daerah
lesi sehingga batas lesi lebih mudah dilihat. Daerah yang terkena infeksi akan
Gambar 3
Pemeriksaan dengan wood Lamp
2.8 Diagnosis Banding
Diagnosis Banding meliputi ruam-ruam putih pada kulit seperti vitiligo dan
pitiriasis alba.
1. Vitiligo
Vitiligo adalah suatu hipomelanosis yang didapat bersifat progresif, seringkali familial
ditandai dengan makula hipopigmentasi pada kulit, berbatas tegas dan asimtomatis.
Makula hipomelanosis pada vitiligo yang khas berupa bercak putih seprti kapur,
bergaris tengah beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter, berbentuk bulat atau
lonjong dengan tepi berbatas tegas dan kulit pada tempat tersebut normal dan tidak
mempunyai skuama. Vitiligo mempunyai distribusi yang khas. Lesi terutama terdapat
pada daerah terpajan (muka, dada bagian atas, dorsum manus), daerah intertriginosa
(aksila, lipat paha), daerah orifisium (mulut, hidung, mata, rektum), pada bagian
12
ekstensor permukanaa tulang yang menonjol (jari-jari, lutut, siku). Pada pemeriksaan
histopatologi tidak ditemukan sel melanosit dan reaksi dopa untuk melanosit negatif.
Gambar 4
Tempat predileksi dari vitiligo
Pada pemeriksaan dengan lampu Wood makula amelanotik pada vitiligo tampak
putih berkilau, hal ini membedakan lesi vitiligo dengan makula hipomelanotik pada
kelainan hipopigmentasi lainnya.
Penatalaksanaan vitiligo dapat diberikan:8
a. Tabir surya untuk melindungi kulit yang terlihat agar tidak mengalami reaksi
terbakar surya dan tidak terjadi tanning pada kulit yang normal. Yang
dianjurkan adalah tabir surya dengan SPF lebih dari 30.
b. Kosmetik penutup untuk menyembunyikan lesi vitiligo sehingga tidak
tampak. Merek yang tersedia misalnya Covermark (Lydia O’Leary),
Dermablend, Vitadye dan Dy-o-Derm. Biasanya warna disesuaikan dengan
warna kulit dan tidak mudah hilang.
c. Kortikosteroid topikal pemakaian kortikosteroid berlandaskan pada teori
autoimun. Jika tidak ada respon selam 2 bulan maka terapi dianggap tidak akan
berhasil. Evaluasi perlu dilakukan setiap bulan untuk mencegah timbulnya
atropi kulit dan telangiektasia
d. Pemakaian psoralen denga UVA Psoralen secara topikal ataupun sistemik
yang diikuti oleh pajanan terhadap sinar UVA (PUVA) menyebabkan
proliferasi sel-sel pigmen di dalam umbi rambut dan perpindahan sel-sel
pigmen tersebut kedaerah kulit yang putih (hipopigmentasi)
13
e. Minigrafting dapat digunakan pada vitiligo segmental yang stabil dan tidak
dapat diobati dengan teknik yang lain.
f. Bleaching terapi ini digunakan untuk vitiligo yang luas, gagal dengan terapi
PUVA, atau menolak PUVA. Yang digunakan adalah Monobenzylether of
hydroquinon 20% cream, dioleskan 2 kali sehari. Biasanya dibutuhkan waktu
9-12 bulan agar terjadi depigmentasi.8
A B
Gambar 5
Vitiligo pada regio fasial (A) dan regio ekstremitas inferior (B)
2. Pitiriasis Alba
Pitiriasis alba sering dijumpai pada anak berumur 3-16 tahun (30-40%). Wanita dan
pria sama banyak. Lesi berbentuk bulat oval. Pada mulanya lesi berwarna merah muda
atau sesuai warna kulit dengan skuama halus diatasnya. Setelah eritema menghilang
lesi yang dijumpai hanya hipopigmentasi dengan skuama halus. Pada stadium ini
penderita datang berobat terutama pda orang dengan kulit berwarna. Bercak biasanya
multiple 4 sampai 20. Pada anak-anak lokasi kelainan pada muka (50-60%), paling
sering disekitar mulut, dagu, pipi serta dahi. Lesi daat dijumpai pada ekstremitas dan
badan. Lesi umumnya asimtomatik tetapi dapat juga terasa gatal dan panas.8
Pada pemeroksaan histopatologi tidak ditemukan melanin di stratum basal dan terdapat
hiperkeratosis dan parakeratosis. Kelaianan ini dapat dibedakan dari vitiligo dengan
adanya batas yang tidak tegas dan lesi yang tidak amelanotik serta pemeriksaan
menggunakan lampu wood. Kelainan hipopigmentasi ini dapat terjadi akibat
perubahan-perubahan pasca inflamasi dan efek penghambatan sinar ultra violet oleh
epidermis yang mengalami hipereratosis dan parakeratosis.
14
Terapi pitiriasis alba kadang tidak memuaskan namun penyakit ini dapat menyembuh
sendiri seiring dengan meningkatnya usia, namun pernah dilaporkan lesi yang menetap
hingga dewasa. Terap yang dapat digunakakn berupa kortikosteroid topikal. Untuk lesi
pititriasis alba yang luas dapat digunakan PUVA.8
Gambar 6
Pitiriasis alba pada regio fasial tampak batas yang kurang jelas
2.9 Pengobatan
Pengobatan pityriasis versicolor dapat diterapi secara topical maupun sistemik.
Tingginya angka kekambuhan merupakan masalah, dimana mencapai 60% pada tahun
pertama dan 80% setelah tahun kedua. Oleh sebab itu diperlukan terapi profilaksis untuk
mencegah rekurensi :
1. Pengobatan topical
2. Pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun dan konsisten. Obat yang dapat
digunakan ialah :6
a. Shampo selenium sulfida 2,5% digunakan 2-3 minggu sekali atau shampo
15
b. Turunan azol, misalnya : mikonazol, klotrimazol, isokanazol dan ekonazol dalam
bentuk topical
c. Larutan natrium tiosulfas 25%, dioleskan 2 kali sehari sehabis mandi selama 2
3. Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik diberikan pada kasus pityriasis versicolor yang luas atau jika
pemakaian obat topical tidak berhasil. Obat yang dapat diberikan adalah :6,7
a. Ketokonazol
Dosis : 200 mg perhari selama 10 hari
b. Flukonazol
Dosis : dosis tunggal 300 mg setiap minggu, selama 2 minggu
c. Itraconazol
Dosis : 200 mg perhari selama 5-7 hari.
4. Terapi hipopigmentasi:7
a. Liquor carbonas detergent 5%, salep pagi/malam
b. Krim kortikosteroid menengah pagi dan malam
c. Jemur matahari kurang lebih 10 menit antara jam 10.00 – 15.00
2.10 Prognosis
Perjalanan penyakit berlangsung kronik, namun umumnya memiliki prognosis
baik. Lesi dapat meluas jika tidak diobati dengan benar dan faktor predisposisi tidak
cukup lama untuk repigmentasi kembali seperti kulit normal. Hal itu bukan kegagalan
terapi, sehingga penting untuk memberikan edukasi pada pasien bahwa bercak putih
tersebut akan menetap beberapa bulan setelah terapi dan akan menghilang secara perlahan.1
16
BAB III
KESIMPULAN
Pityriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan oleh Malasezia
furfur dan pityrosporum orbiculare. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit kronis yang ditandai
oleh bercak putih sampai coklat yang bersisik, makula dikulit, skuama halus disertai rasa gatal.
Faktor predisposisi penyakit ini adalah suhu yang tinggi, kulit berminyak, hiperhidrosis, faktor
penyakit Cushing, kehamilan, malnutrisi, luka bakar, terapi steroid, dan penggunaan kontrasepsi
oral.
Angka kejadian pada pria dan wanita dalam jumlah yang seimbang. Penyakit ini banyak
ditemukan pada usia 15-24 tahun, dimana kelenjar sebasea (kelenjar minyak) lebih aktif bekerja.
Predileksi pityriasis vesikolor yaitu pada tubuh bagian atas, lengan atas, leher, abdomen, aksila,
inguinal, paha, genitalia. Pada anamnesis dikeluhkan gatal ringan, adanya bercak/macula berwarna
putih (hipopigmentasi) atau kecoklatan (hiperpigmentasi) dengan rasa gatal yang akan muncul saat
teratur -teratur, batas jelas-difus. Sering didapatkan lesi bentuk folikular atau lebih besar, atau
bentuk nummular yang meluas membentuk plakat. Kadang-kadang dijumpai bentuk campuran
(folikular dengan nummular, folikular dengan plakat ataupun folikular atau nummular dengan
plakat). Periksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penyakit ini adalah pemeriksaan dengan
KOH 10% dan lampu wood. Pengobatan pada penyakit ini menggunakan pengobatan topikal,
sistemik dan terapi hipopigmentasi. Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun
dan konsisten.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Tan Sukmawati, Reginata G. 2015. Uji Provokasi Skuama pada Pitiriasis Versikolor.
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara. CDK-229/ vol. 42 no. 6. Jakarta, Indonesia
2. Djuanda, A. Hamzah, M. Aisah, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, 5th Ed.
Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2007.
3. James, W.D. Berger, T.G. Elston, D.M. Andrew’s Diseases of the Skin: Clinical
Dermatology. 10th Ed. Saunders Elsevier. Canada. 2000.
4. Johnson. R.A, Suurmond. D . 2007. Color Atlas And Synopsis of Clinical Dermatology.
Dalam: Fitzpatrick TB, Wolff K, Johnson RA, Suurmond D, penyunting. Dermatology
in general medicine. Edisi ke-5. New York: McGraw-Hill. h. 729
5. Budimulja, Unandar. 2006. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI
6. Gupta Aditya K, Folley Kelly A. 2015. Antifungal Treatment for Pityriasis Versicolor.
Journal of Fungi. Canada. Received: 24 December 2014 / Accepted: 4 March 2015 /
Published: 12 March 2015
7. Murtiastutik D, Ervianti E. 2009. Atlas Penyakit Kulit & Kelamin. Dep/SMF Kesehatan
Kulit dan Kelamin FK UNAIR/RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Ed, 2. h.80-81
8. Ortonne JP, Bahadoran P. 2003. /hypomelanosis and Hypermelanosis. Dalam: Freedberg
IM, Eisen AZ, Wolf K,. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Sixth Edition. Mc
Graw-Hill. New York 836-862.
9. Kundu, R.V. and A. Garg. 2012. Yeast Infections: Candidiasis, Tinea (Pityriasis)
Versicolor, and Malassezia (Pityrosporum) Folliculitis, in Fitzpatrick's Dermatology In
General Medicine, M. Lowell A. Goldsmith, MPH, et al., Editors. McGraw-Hill. p. 3280-
3285.
18