Perencanaan Jembatan Beton Bertulang Balok T Sei Nyahing Kota Sendawar Kutai Barat Kalimantan Timur PDF
Perencanaan Jembatan Beton Bertulang Balok T Sei Nyahing Kota Sendawar Kutai Barat Kalimantan Timur PDF
Disusun Oleh:
Nikolaus Longa (03111026)
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NAROTAMA
SURABAYA
2015
SKRIPSI
Disusun Oleh:
Nikolaus Longa (03111026)
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NAROTAMA
SURABAYA
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan kasih karunia yang senantiasa Ia berikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Perencanaan Jembatan Beton Bertulang
Balok T Sei Nyahing Kota Sendawar Kutai Barat Kalimantan Timur”. Maksud
dan tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk melengkapi persyaratan
akademik pada jurusan Strata 1 Teknik Sipil Universitas Narotama Surabaya.
Selain itu juga untuk memperdalam ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan
selama ini terutama yang berkaitan dengan laporan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini penulis
mendapat bantuan dari banyak pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua serta semua keluarga yang telah memberikan
dukungan moril maupun materil.
2. Bapak Ir. Koespiadi M.T selaku dosen pembimbing saya dalam
mengerjakan tugas akhir ini.
3. Bapak Ir. Tony Hartono Bagio M.T.,M.M selaku Dekan Universitas
Narotama Surabaya.
4. Seluruh Dosen Fakultas Teknik Universitas Narotama surabaya yang
telah bersedia mendidik, mengajar, dan membagi ilmunya kepada
penulis.
5. Teman-teman Teknik Sipil angkatan 2011 yang selalu berbagi dalam
semua kegiatan baik di dalam maupun luar kampus.
Penulis menyadari tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis menerima saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan laporan ini.
Akhirnya,semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan
juga bagi penulis.
Surabaya, Agustus 2015
Penulis
iii
ABSTRAK
Sarana dan prasarana lalu lintas memainkan peran yang sangat penting
dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Sarana dan prasarana lalu lintas
yang tersedia dengan baik selalu berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi
yang meningkat. Hal ini hendaknya menjadi perhatian pemerintah agar dapat
memberikan pelayanan tarnsportasi yang baik bagi warganya.
Pembangunan jembatan Sei Nyahing ini merupakan salah satu wujud
perhatian Pemerintah Daerah Kota Sendawar, Kutai Barat bagi warganya.
Pembangunan jembatan ini merupakan proyek untuk memeperbaiki jembataan
lama sehingga proses mobilisasi masyrakatnya menjadi lebih lancar dan aman.
Jembatan yang memiliki bentang 25 m dan lebar 9,6 m ini merupakan jembatan
beton bertulang balok T. Dalam tugas akhir ini dibahas tentang perencanaan
struktur jembatan baik struktur atas maupun struktur bawah jembatan.
Perencanaan struktur atas jembatan dimulai dengan perencanaan lantai
kendaraan, tiang sandaran dan trotoar dan dilanjutkan dengan perencanaan
struktur bawahnya yang meliputi perencanaan pilar, abutmen, dan pondasi.
iv
DAFTAR ISI
v
3.1 Pengumpulan Data ......................................................................... 31
3.2 Spesifikasi Konstruksi ................................................................... 32
3.3 Perencanaan Struktur Jembatan ..................................................... 33
3.4 Peraturan-Peraturan yang Digunakan ............................................ 34
BAB IV Perhitungan Struktur Atas Jembatan .................................................... 35
4.1 Perhitungan Trotoar ....................................................................... 35
4.1.1 Perhitungan Sandaran ................................................................. 35
4.2 Perhitungan Plat Lantai Jembatan .................................................. 40
4.3 Perhitungan Gelagar Memanjang .................................................. 47
4.4 Perhitungan Diafragma .................................................................. 57
4.5 Perhitungan Plat Injak .................................................................... 60
BAB V Perhitungan Struktur Bawah Jembatan .................................................. 63
5.1 Perhitungan Abutment ................................................................... 63
5.1.1 Data Perencanaan ........................................................................ 63
5.1.2 Pembebanan Abutment ............................................................... 63
5.2 Perhitungan Pondasi Tiang Pancang .............................................. 76
5.2.1 Gaya yang Bekerja ...................................................................... 76
5.2.2 Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang ................................. 76
5.2.3 Perhitungan Pergeseran Tanah Akibat Gaya Lateral .................. 78
5.2.4 Perhitungan Pondasi Tiang Pancang Miring............................... 79
5.2.5 Penulangan Poer Abutment ......................................................... 81
BAB VI Kesimpulan dan Saran .......................................................................... 84
6.1 Kesimpulan .................................................................................... 84
6.1.1 Hasil Perhitungan Struktur Atas Jembatan ................................. 84
6.1.2 Hasil Perhitungan Struktur Bawah Jembatan.............................. 85
6.2 Saran .............................................................................................. 85
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 86
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
Gambar 4.6 Penyaluran beban oleh roda ............................................................ 42
Gambar 4.7 Pembebanan sementara pada kendaraan ......................................... 43
Gambar 4.8 Penulangan plat lantai arah memanjang.......................................... 46
Gambar 4.9 Penulangan plat lantai arah melintang ............................................ 46
Gambar 4.10 Penampang memanjang jembatan ................................................. 47
Gambar 4.11 Penampang melintang balok T ...................................................... 52
Gambar 4.12 Penulangan balok T arah melintang .............................................. 56
Gambar 4.13 Penulangan balok T arah memanjang ........................................... 57
Gambar 4.14 Penulangan diafragma arah melintang .......................................... 59
Gambar 4.15 Penulangan diafragma arah memanjang ....................................... 59
Gambar 4.16 Plat injak ....................................................................................... 60
Gambar 4.17 Penulangan plat injak arah melintang ........................................... 62
Gambar 4.18 Penulangan plat injak arah memanjang ........................................ 62
Gambar 5.1 Titik berat abutment ........................................................................ 63
Gambar 5.2 Beban akibat beban tanah di atas abutment .................................... 65
Gambar 5.3 Beban akibat gaya rem dan traksi ................................................... 66
Gambar 5.4 Gaya akibat gaya geser pada tumpuan ............................................ 66
Gambar 5.5 Beban akibat gempa ........................................................................ 67
Gambar 5.6 Beban akibat tekanan tanah akif ..................................................... 68
Gambar 5.7 Pembebana kepala abutment ........................................................... 71
Gambar 5.8 Penulangan kepala abutment arah melintang .................................. 72
Gambar 5.9 Penulangan kepala abutment arah memanjang ............................... 73
Gambar 5.10 Penulangan badan abument arah melintang .................................. 75
Gambar 5.11 Penulangan badan abument arah memanjang ............................... 75
Gambar 5.12 Denah pondasi tiang pancang........................................................ 77
Gambar 5.13 Denah pondasi tiang pancang miring ............................................ 79
Gambar 5.14 Poer abutment................................................................................ 81
Gambar 5.15 Penulangan poer abutment arah melintang ................................... 83
Gambar 5.16 Penulangan poer abutment arah memanjang ................................ 83
viii
DAFAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
1. Bangunan atas
2. Landasan
3. Bangunan bawah
4. Pondasi
5. Oprit
6. Bangunan pengaman jembatan
4
Secara umun bentuk dan bagian-bagian suatu struktur jembatan dapat
dibagi dalam empat bagian utama, yaitu : struktur bawah, struktur atas, jalan
pendekat, bangunan pengaman.
5
Tabel 2.1 Jenis-jenis abutment jembatan
Jenis Abutment Tinggi ( meter )
Pangkal Tembok Penahan kantilever 0-8
Pangkal Tembok Penahan Gravitasi 3-4
Pangkal Tembok Penahan Kontrafort 6-20
Pangkal Kolom ”Spill Through ” 0-20
Pangkal Balok Cap Tiang Sederhana 0-20
Pangkal Tanah Bertulang 5-15
Dari beberapa alternatif tersebut diatas dipilih tipe abutment tembok penahan
kontrafort dengan bahan beton. Abutmen tipe ini dipilih karena kemampuan
abutment menahan beban, kekuatan bahan abutment dan pelaksanaannya
mudah. Untuk jembatan beton,bentuk umum dari abutmen beton tersebut
diasumsikan tersusun atas elemen-elemen berbentuk segi empat dan segi tiga.
Secara umum ada 3 kemungkian bentuk abutmen jembatan beton yang
didasarkan kepada tinggi dari abutmen tersebut.
- Tipe Dinding
- Tipe Balok Kepala/Beam Cap
- Peralihan Tipe Dinding dan Beam Cap
Tipe dinding
2) Pilar Jembatan
Pilar merupakan tumpuan gelagar yang terletak di antara ke dua abutment,
dimana tujuannya untuk membagi kedua bentang jembatan agar di dapatkan
bentang jembatan yang kecil atau tidak terlalu panjang untuk menghindari
adanya penurunan yang besar pada bangunan atas.
6
Gambar 2.3 Pilar
3) Pondasi
Pondasi merupakan bagian dari sebuah jembatan yang meneruskan beban-
beban langsung ke atau dari tanah atau batuan/lapisan tanah keras.
Berdasarkan sistemnya, pondasi abutment atau pier jembatan dapat di bedakan
menjadi beberapa macam jenis, antara lain :
- Pondasi telapak (spread footing)
- Pondasi sumuran ( Caisson)
- Pondasi tiang (pile foundation)
Karena dalam perencanaan jembatan ini menggunakan pondasi tiang pancang
maka penulis hanya mengulas mengenai pondasi tiang pancang.
Penggolongan pondasi tiang pancang.
Pondasi tiang pancang dapat digolongkan berdasarkan pemakaian bahan, cara
tiang meneruskan beban dan cara pemasangannya, berikut ini akan dijelaskan
satu persatu.
a. Pondasi tiang pancang menurut pemakaian bahan dan karakteristik
strukturnya
Tiang pancang dapat dibagi kedalam beberapa kategori (Bowles, 1991)
antara lain:
1. Tiang pancanag kayu
Tiang pancang kayu ini sangat cocok untuk daerah rawa dan daerah-
daerah dimana sangat banyak terdapat hutan kayu seperti daerah
Kalimantan, sehingga mudah memperoleh balok/tiang kayu yang
panjang dan lurus dengan diameter yang cukup besar untuk digunakan
7
sebagai tiang pancang. Persyaratan dari tiang pancang tongkat kayu
tersebut adalah : bahan kayu yang dipergunakan harus cukup tua,
berkualitas baik dan tidak cacat, contohnya kayu berlian. Semula tiang
pancang kayu harus diperiksa terlebih dahulu sebelum dipancang untuk
memastikan bahwa tiang pancang kayu tersebut memenuhi ketentuan
dari bahan dan toleransi yang diijinkan.
2. Tiang pancang beton
- Precast Reinforced Concrete Pile
Precast renforced concrete pile adalah tiang pancang dari beton
bertulang yang dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting),
kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat dan dipancangkan.
Karena tegangan tarik beton adalah kecil dan praktis dianggap sama
dengan nol, sedangkan berat sendiri dari pada beton adalah besar,
maka tiang pancang beton ini haruslah dieri penulangan-penulangan
yang cukup kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul
pada waktu pengangkatan dan pemancangan.
- Precast Prestressed Concrete Pile adalah tiang pancang dari beton
prategang yang menggunakan baja penguat dan kabel kawat sebagai
gaya prategangnya.
- Cast in Place Pile
Pondasi tiang pancang tipe ini adalah pondasi yang di cetak di
tempat dengan jalan dibuatkan lubang terlebih dahulu dalam tanah
dengan cara mengebor tanah seperti pada pengeboran tanah pada
waktu penyelidikan tanah.
3. Tiang pancang baja
Pada umumnya, tiang pancang baja struktur harus berupa profil baja
gilas biasa, tetapi tiang pancang pipa dan kotak dapat digunakan.
Bilamana tiang pancang pipa atau kotak digunakan, dan akan diisi
dengan beton, mutu beton tersebut minimum harus K250. Kebanyakan
tiang pancang baja ini berbentuk profil H. Karena terbuat dari baja
maka kekuatan dari tiang ini sendiri sangat besar sehingga dalam
pengangkutan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah
8
seperti halnya pada tiang beton precast. Jadi pemakaian tiang pancang
baja ini akan sangat bermanfaat apabila kita memerlukan tiang pancang
yang panjang dengan tahanan ujung yang besar.
4. Tiang Pancang Komposit.
Tiang pancang komposit adalah tiang pancang yang terdiri dari dua
bahan yang berbeda yang bekerja bersama-sama sehingga merupakan
satu tiang. Kadang-kadang pondasi tiang dibentuk dengan
menghubungkan bagian atas dan bagian bawah tiang dengan bahan
yang berbeda, misalnya dengan bahan beton di atas muka air tanah dan
bahan kayu tanpa perlakuan apapun disebelah bawahnya. Biaya dan
kesulitan yang timbul dalam pembuatan sambungan menyebabkan cara
ini diabaikan.
b. Pondasi tiang pancang menurut pemasangannya
Pondasi tiang pancang menurut cara pemasangannya dibagi dua bagian
besar, yaitu:
1. Tiang pancang pracetak
Tiang pancang pracetak adalah tiang pancang yang dicetak dan dicor
didalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat lalu
diangkat dan dipancangkan.
2. Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile)
Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile) ini menurut teknik
penggaliannya terdiri dari beberapa macam cara yaitu :
- Cara penetrasi alas
Cara penetrasi alas yaitu pipa baja yang dipancangkan kedalam tanah
kemudian pipa baja tersebut dicor dengan beton.
- Cara penggalian
Cara ini dapat dibagi lagi urut peralatan pendukung yang digunakan
antara lain penggalian dengan tenaga manusia dan penggalian
dengan tenaga mesin.
9
2.2.2 Struktur Atas
Struktur atas jembatan adalah bagian dari struktur jembatan yang secara
langsung menahan beban lalu lintas untuk selanjutnya disalurkan ke bangunan
bawah jembatan; bagian-bagian pada struktur bangunan atas jembatan terdiri atas
struktur utama, sistem lantai, sistem perletakan, sambungan siar muai dan
perlengkapan lainnya; struktur utama bangunan atas jembatan dapat berbentuk
pelat, gelagar, sistem rangka, gantung, jembatan kabel (cable stayed) atau
pelengkung. Struktur atas jembatan merupakan bagian-bagian jembatan yang
memindahkan beban-beban lantai jembatan kearah perletakan. Struktur atas
terdiri dari : gelagar-gelagar induk, struktur tumpuan atau perletakan, struktur
lantai jembatan/kendaraan, pertambahan arah melintang dan memanjang.
1) Lantai Jembatan
Merupakan bagian dari konstruksi jembatan yang memikul beban akibat jalur
lalu lintas secara langsung untuk kemudian disalurkan kepada konstruksi di
bawahnya. Lantai ini harus diberi saluran yang baik untuk mengalirkan air
hujan dengan cepat. Untuk keperluan ini maka permukaan jalan diberi
kemiringan sebesar 2 % kearah kiri dan kanan tepi jalan. Lantai kendaraan
untuk jembatan komposit ditopang oleh gelagar memanjang dan diperkuat
oleh diafragma.
10
tumbuk, yang menyatu dan homogen dengan plat lantai kendaraan dan sekaligus
berfungsi sebagai balok pengeras plat lantai kendaraan.
11
Gambar 2.7 Gelagar memanjang
5) Perletakan ( Andas)
Perletakan (andas) merupakan tumpuan perletakan atau landasan gelagar pada
Abutment. Landasan ini terdiri dari landasan roll dan landasan sendi.
Landasan sendi dipakai untuk menahan dan menerima beban vertikal maupun
horizontal dari gelagar memanjang, sedangkan landasan roll dipakai untuk
menerima beban vertikal sekaligus beban getaran.
6) Plat injak
Plat injak berfungsi menghubungkan jalan dan jembatan sehingga tidak terjadi
perbedaan tinggi keduanya, juga menutup bagian sambungan agar tidak terjadi
keausan antara jalan dan jembatan pada pelat lantai jembatan.
12
2.3 Klasifikasi Jembatan
Menurut Siswanto (1999), jembatan dapat diklasifikasikan menjadi
bermacam-macam jenis/tipe menurut fungsi, keberadaan, material yang dipakai,
jenis lantai kendaraan dan lain-lain seperti berikut :
1) Klasifikasi jembatan menurut keberadaannya (tetap/dapat digerakkan)
Jembatan tetap seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.9 di bawah ini,
dapat terbuat dari :
a. Jembatan kayu,
b. Jembatan baja,
c. Jembatan beton bertulang balok T,
d. Jembatan pelat beton,
e. Jembatan beton prategang,
f. Jembatan batu,
g. Jembatan komposit
13
Gambar 2.9 Jembatan tetap
14
2) Klasifikasi jembatan menurut fungsinya
Klasifikasi jembatan menurut fungsingnya seperti yang ditunjukkan pada
gambar 2.11 berikut :
1. Jembatan jalan raya,
2. Jembatan jalan rel,
3. Jembatan untuk talang air/aquaduk, dan
4. Jembatan untuk menyebrangkan pipa-pipa (air, minyak, gas)
15
5. Jembatan pasangan batu kali/bata
6. Jembatan komposit
16
4) Klasifikasi jembatan berdasarkan bentuk struktur atasnya, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.13 berikut :
1. Jembatan balok/gelagar
2. Jembatan pelat
3. Jembatan pelengkung/busur (arch bridge)
4. Jembatan rangka
5. Jembatan gantung (suspension bridge)
6. jembatan cable stayed
17
5) Klasifikasi jembatan berdasarkan lamanya waktu penggunaan,
1. Jembatan sementara/darurat, merupakan jembatan yang penggunaannya
hanya bersifat sementara, sampai terselesaikannya pembangunan jembatan
permanen
2. Jembatan semi permanen yaitu jembatan sementara yang dapat ditingkatkan
menjadi jembatan permanen, misalnya dengan cara mengganti lantai
jembatan dengan bahan/material yang lebih baik/awet, sehingga kapasitas
serta umur jembatan menjadi bertambah baik,
3. Jembatan permanen, merupakan jembatan yang penggunaannya bersifat
permanen serta direncanakan mempunyai umur pelayanan tertentu (misal
dengan umur rencana 50 tahun)
18
yang tidak terlalu besar. Pada perkembangannya setelah ditemukan bahan baja,
tipe rangka mulai menguinakan rangka baja dengan berbagai macam bentuk.
19
Gambar 2.17 Jembatan Prategang
20
2) Muatan hidup
Yaitu muatan dari berat kendaraan yang bergerak dan berat pejalan kaki
yang bekerja pada jembatan. Muatan hidup dibagi menjadi :
a) Muatan “ T “
Adalah muatan oleh kendaraan yang mempunyai beban roda ganda
sebesar 10 T, dengan ukuran – ukuran serta kedudukan tergambar.
Keterangan :
a1 = a2 = 30 cm ; Ms = Muatan rencana sumbu = 20 T
b1 = 12,50 cm
b2 = 50,00 cm
b) Muatan “ D “
Adalah muatan pada tiap jalur lalu lintas yang terdiri dari muatan
terbagi rata sebesar q T / m dan muatan garis P = 12 T melintang jalur
tersebut (belum termasuk muatan kejut). Gambar muatan garis dan muatan
21
terbagi rata pada jalur jalan muatan “ D “ berlaku 100% sebesar 5,5 m.
Jika lebar lebih 5,5 m maka sisanya dihitung 50% dari muatan “ D “
22
3. Muatan pada sandaran
Ps = 100 kg / m, arah horizontal.
Keterangan:
K = Koefisien kejut
L = Panjang bentang
23
2) Kuat tarik
Kuat tarik langsung dari beton, bisa diambil dari ketentuan:
√ pada umur 28 hari, dengan perawatan standar atau
Dihitung secara probabilitas statistik dari hasil pengujian
3) Kuat tarik lentur
Kuat tarik lentur beton, bisa diambil sebesar:
√ (di perletakan)
24
2.6.3 Perencanaan Balok T
Menurut “Perencanaan Struktur Beton Bertulang untuk Jembatan” tahun
2008 halaman 4-36 tegangan ijin beton terdiri dari,
Lebar efektif sayap balok T berdasarkan SNI adalah nilai terkecil dari
persyaratan sebagai berikut :
= L/4 , dimana L adalah panjang bentang balok tersebut
= + 16
= + dimana adalah jarak bersih antara balok dengan balok
sebelahnya
25
Sedangkan lebar efektif balok L (balok yang hanya mempunyai pelat pada
satu sisi saja) tidak boleh lebih dari :
= + L/12
= +6
= +
( )
26
= ( ( ) ( ) )
( )
27
3) Balok T tulangan ganda
Seperti halnya dengan balok T tulangan tunggal ,a nalisis balok T sebenarnya
dilakukan bila tinggi blok tekan beton, a ≥ .
a) Keruntuhan tarik dengan tulangan tekan leleh
Untuk memeriksa apakah tulangan tekan leleh, maka perlu dihitung tinggi
blok tekan beton, dengan asumsi tulangan tekan leleh.
( )
Bila a ≤ , maka balok dianalisis sebagai balok persegi, namun jika a >
maka balok dianalisis sebagai balok T. Keseimbangan gopel gaya :
T=C
Dimana:
T=
C= + = + ( ) +
Bila persamaan diselesaikan maka tinggi balok desak beton adalah
( ) ( )
28
Selanjutnya untuk mendapatkan nilai blok tekan beton dilakukan dengan
mendistribusikan persamaan di atas.
T= +
= 0,85 + 0,85 ( ) + ( )
0,85 + (0,85 ( ) + ) (
)=0
√
=
Dimana:
A = 0,85
B = (0,85 ( ) + )
C= ( )
Momen nominalnya:
Mn = (d- )+ (d- )+ (d-d’)
29
BAB III
METODE PENELITIAN
Start
Rumusan Masalah
Pengumpulan data
Analisis Data
Kontrol Desain
Gambar Rencana
Finish
30
3.1 Pengumpulan Data
1) Data Umum
a. Dimensi
Bentang jembatan A – B = 25 m
Lebar lalu lintas = 2 x 3,5 =7m
Lebar trotoar = 2x 1 =2m
Lebar total =9m
b. Konstruksi
Tipe jembatan = Jembatan balok T
Lantai jembatan = Beton K 350
Gelagar memanjang = Beton K 350
Diafragma = Beton K 350
Abutment = Beton K 350
Pilar = Beton K 350
Pondasi = Tiang Pancang
2) Data Tanah
Dari hasil penyelidikan tanah di lokasi pembangunan jembatan
diperoleh pekerjaan Boring dilakukan pada 2 titik (BH 1 dan BH 2) namun
terdapat beda tinggi ± 2. Sedangkan untuk pekerjaan sondir dilakukan pada 4
titik. Pada keempat titik pelaksanaan menunjukkan hasil yang serasi dimana
lapisan lanau berlempung di permukaan memiliki konsistensi sangat lunak
hingg kedalaman -2.00 s/d -4.00 m.
Di bawah kedalaman ini dijumpai lapisan pasir agak padat hingga kedalaman
bervariasi -5.00 s/d -8.00 m. Lapisan selanjutnya adalah lapisan lempung dan
lanau dengan konsistensi sedang hingga kedalaman -11/-12 m. Lapisan
terakhir dijumpai adalah pasir berlanau dengan kapasitas agak padat sampai
dengan padat yang menyebabkan kapasitas alat sondir 250 kg/cm² tercapai di
kedalaman maksimum antara 13.20 m s/d 13.80 m.
31
3.2 Spesifikasi Konstruksi
Pada perencanaan proyek jembatan balok T dipakai mutu beton K 350
dan mutubaja U 39 (PBI ’71 tabel 10.42)
a) Angka n ( PBI ’71 hal 132 )
n = 19 untuk pembebanan tetap
b = 13 untuk pembebanan sementara
b) Daftar berat isi bahan–bahan bangunan (Jembatan “Bab III Peraturan
Pembebanan Jembatan hal. 37) :
Baja Tuang = 7,85 t/m³
Besi tuang = 7,25 t/m³
Alumunium paduan = 2,80 t/m³
Beton Bertulang = 2,40 t/m³
Beton biasa, cycloope = 2,20 t/m³
Pasangan batu atau kaca = 2,00 t/m³
Kayu = 1,00 t/m³
Tanah, pasir dan kerikil = 2,00 t/m³
Perkerasan Jalan beraspal = 2,00–2,50 T t/m³
Air = 1,00 t/m³
Tabel 3.1 Mutu beton K-350 dan tegangan yang diijinkan
32
Tabel 3.2 Tegangan-tegangan baja beton yang diijinkan ( PBI 71 hal. 103 )
33
3.4 Peraturan-peraturan yang Digunakan
1) Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI 1971)
2) Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (Beta
Version),2002
3) Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya 1987 (PPPJJR
1987)
4) Standar Pembebanan untuk Jembatan (RSNI T-02-2005)
5) Perencanaan struktur Beton Bertulang untuk Jembatan (Departemen
Pekerjaan Umum Direktorat Bina Jendersl Bina Marga,2008)
34
BAB IV
PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS JEMBATAN
35
b) Pembebanan
RA = RB = + = + = 216,096 kg
+ <
+ < 0,667 cm
36
2) Tiang sandaran
Direncanakan dengan ukuran 15/20, yang mampu menahan beban horizontal
sebesar 100 kg dan railing sandaran
a) Data perencanaan
b = 15 cm
h = 20 cm
p = 3 cm (selimut beton)
L= 200 cm (jarak antara tiang sandaran)
Mutu baja U39 = 2250 kg/cm² fy = 225 Mpa
Mutu beton K350, dikonversikan ke fc= 29,05 MPa
ϕ tulangan = 10 mm
ϕ begel = 8 mm
d = ht-p - ϕ utama- ϕ tul.sengkang
37
M = Pxh
= 200x1150 = 230000 kgmm = Nmm
c) Penulangan tiang sandaran
Tulangan lentur
Rasio tulang dan rasio penampang
Mn =
= = Nmm
Rn = = = 0,78 MPa
ρperlu = ( √ )
= ( √ ) = 0,0035
ρmin = = = 0,0062
Vu = 100 kg = 1000 N
Vn = = = 1666,67
Vc = √ bd
= √ x150x156 = 21020,24 N
38
VU < ØVc
1000 N < 12612,144 N tidak perlu tulangan geser
Walau secara teoritis tidak perlu sengkang tetapi untuk kestabilan
struktur dan peraturan mensyaratkan dipasang tulangan minimum
(spasi minimum)
Smax = d = 156 = 78 mm
√ ( √ )
Avmin = 93,42
S= = = 83,93 mm ≈ 80 mm
√ ( √ )
39
4.2 Perhitungan Plat Lantai Jembatan
a) Data Perencanaan
h = 20 cm (tebal plat lantai)
t = 10 cm (tebal aspal)
th = 5 cm (tebal lapsan air hujan)
p = 3 cm (selimut beton)
Lx = 1,2 m
Ly = 4,88 m
Mutu baja U39 = 2250 kg/cm² fy = 225 Mpa
Mutu beton K350, dikonversikan ke fc= 29,05 Mpa
Berat jenis (BJ) beton = 2400 kg/m³
Berat jenis (BJ) aspal = 2200 kg/m³
Berat jenis (BJ) air hujan = 1000 kg/m³
b) Pembebanan
Akibat beban mati
- Berat sendiri plat = 0,20 x 1 x 2400 = 480 kg/m
- Berat perkerasan aspal = 0,10 x 1 x 2200 = 220 kg/m
- Berat air hujan = 0,05 x 1 x 1000 = 50 kg/m
qtotal = 750 kg/m
Mencari momen
(Ikhtisar momen-momen dan gaya melintang menurut pasal 13.2 PBBI
1971, hal.200)
40
= 4/5 x 1/14 x 750 x 1,2²
= 61,71 kgm
Beban hidup
Plat lantai jembatan dianggap bertumpuan jepit pada arah Lx, sehingga
untuk menghitung tulangan dipakai Mlx sebagai tulangan pokok dan pada
arah Mly sebagai tulangan bagi (PBBI 1971, hal.204-206)
- Lebar plat lantai
Lebar kerja maksimal di tengah-tengah bentang Lx ditentukan oleh rumus
sebagai berikut.
Pearturan PBBI 1971 hal. 206 dan PPPJJR 1987
Gambar 4.5 Plat yang menumpu pada 2 tepi yang sejajar yang memikul
beban terpusat
r =1/2 (untuk plat yang terjepit penuh pada kedua tumpuannya)
- Untuk Ly > 3r Lx
Sa = 3/4a + 3/4r Lx
Sesuai PBBI 1971 hal.207, maka ditentukan
a = 30 cm
b = 50 cm
Sa = ¾ 30 + ¾ ½ 120 = 67,5 cm
41
Akibat tekanan roda
= 30 + 40 = 70 cm
b’ = b+2 ( 20 )
= 50 + 40 = 90 cm
B = √( )
= √( ) = 2,1 m
q= = = 6,80 t/m
42
M = ´ q a’ (´ L – µ a’)
= ½ 6,86. 0,7 (½ 1,2 – ¼ 0,7)
= 1,01 tm
Momen lapangan (M+) = 5/6 M
= 5/6 x 1,01 = 0,8417 tm = 841,7 kgm
Momen tumpuan (M-) = 4/5 M
= 4/5x 1,01 = 0,808 tm = 808 kgm
43
Momen max. total untuk plat lantai
Momen lapangan
- Muatan mati = 90 kgm
- Muatan T = 841,7 kgm
- Muatan sementara = 675 kgm
MLx = 1606,7 kgm
Momen tumpuan
- Muatan mati = 61,71 kgm
- Muatan T = 808 kgm
- Muatan sementara = 648 kgm
MTx = 1517,71 kgm
Ly ≥ 3Lx PBBI 1971, hal.208
Mly = = = = 1208,04 kgm
c) Penulangan
Penulangan arah x lapangan
dx = h-p-½ϕ tul.utama
= 200 – 30 - ½16 = 162 mm
Mn = = = 2008,4 kgm =2008400 kgmm = Nmm
Rn = = = 0,765 MPa
ρperlu = ( √ )
= ( √ ) = 0,00345
ρmin = = = 0,0062
44
Jarak tulangan yang diperlukan,
S= = =132,4 mm ≈ 100 mm
Rn = = = 0,722 MPa
ρperlu = ( √ )
= ( √ ) = 0,00325
ρmin = = = 0,0062
S= = =132,4 mm ≈ 100 mm
dy = 200 – 30 - 16/2
= 162 mm
Rn = = = 0,575 MPa
ρperlu = ( √ )
45
= ( √ )= 0,00258
ρmin = = = 0,0062
S= = =132,4 mm ≈ 100 mm
46
4.3 Perhitungan Gelagar Memanjang
a) Data Perencanaan
Panjang total jembatan = 164,61 m
Panjang bentang = 25 m
Jumlah bentang = 1 buah
Lebar jembatan = 9 m
Lebar perkerasan = 7 m
Panjang gelagar = 25 m
Jumlah gelagar = 8 buah
Mutu baja U39 = 2250 kg/cm² fy = 225 Mpa
Mutu beton K350, dikonversikan ke fc= 29,05 Mpa
b) Beban Mati
- Plat lantai = 0,20 x 1 x 2400 = 480 kg/m
- Aspal = 0,10 x 1 x 2200 = 220 kg/m
- Air hujan = 0,05 x 1 x 1000 = 50 kg/m
- Gelagar = 1386 kg/m
qDL= 2136 kg/m
- Diafragama,Tb = 0,35 x 0,80 x 0,5 x 2400 = 336 kg/m
47
c) Momen Lentur Akibat Beban Mati
MqDL Mx = ½ qDL L² { ( )}
48
Momen pada potongan 1, x = 3 m (M1.LL)
Mx (P) = 4655 x 25 { (1- )} = 12289,2 kgm
49
g) Gaya Geser
- Beban mati terbagi merata = ½ x 2136 x 75 = 26700 kg
- Balok melintang = 2,5 x 336 = 840 kg
- Beban hidup garis P = ½ x 4655 = 2327,5 kg
- Beban hidup terbagi merata, q = ½ x 672 x 25 = 8400 kg
V = 38267,5 kg
= 382,675 N
= = 1044036663 Nmm
Rn = = = 0,664 MPa
ρperlu = ( √ )
= ( √ )= 0,003
ρmin = = = 0,0062
n= = =7,17 ≈ 8
50
As1 = n x A
= 8 x 803.84 = 6430,72 mm²)
NT = ND
a= = = 106,54 mm
c= = = 125,34 mm
= 2368204,278 Nm
= = 2,83…….OK!!!
Vn = = = 637791,167 N
Vc = √ bd
= √ x550x1690 = 834970,65 N
√ ( √ )
Avmin = 1207,7 mm
S= = = 154,515 mm ≈150 mm
√ ( √ )
51
Potongan 1
M1 = 1104572 Nm
b = ¼ x L = ¼ x 25000 = 6250 mm
b = bw + 16 hf = 300 + (16x200) = 3500 mm
b = jarak antara gelagar memanjang balok T = 1200 mm
Lebar efektif balok dipilih yang terkecil = 1200 mm
Kontrol penampang balok T
Dianggap seluruh flens menerima desakan sepenuhnya
= 944265800 Nmm
= 9442,658 x 10³ Nm
Mnf > M1, maka balok berperilaku sebagai balok T persegi
Mn =
= = 1380715x Nmm
Rn = = = 0,88 MPa
ρperlu = ( √ )
= ( √ )= 0,004
ρmin = = = 0,0062
52
ρmin > ρperlu, dipakai ρmin = 0,0062
As = ρ bd
= 0,0062 x 550 x 1690
= 5762,9 mm²
Dipakai tulangan ϕ32 dengan luas penampang (A =803,84 mm²)
Jumlah tulangan,
n= = =7,17 ≈ 8
NT = ND
a= = = 106,54 mm
c= = = 125,34 mm
= 2368204,278 Nm
= =2,14…….OK!!!
= 31671,915 mm
Asmin = ρmin bd =0,006 x 550 x 1690 = 5577 mm
Dengan demikian penampang memenuhi syarat duktilitas
Tulangan pembagi
Tulangan pembagi = 0,2 x As tul utama
= 0,2 x 6430,72 = 1286,144 mm
Dipakai tulangan ϕ13 dengan luas penampang (A=133 mm )
Jumlah tulangan,
53
n= = = 9,67 ≈ 10
Rn = = = 1,6 Mpa
ρperlu = ( √ )
= ( √ )= 0,014
ρmin = = = 0,0062
Xs =
= =54,8
54
54,8 > 1,5.32
54,8 > 48………….OK!!!
Baris Jumlah
ke tul. y n.y
n mm
1 6 75 450
2 6 135 810
3 5 195 975
Ʃn = 17 Ʃn.y = 2235
d' = = =131,47 mm
55
Cc > Ts garis netral di dalam sayap
a=
= = 415,064 mm
Momen nominal,
Mn = As.fy (d- )
= 4338378,619 Nm
Kapasitan momen ultimit,
Ø Mn > Mu
0,9 x 4338378,619 > 2505688 Nm
3904540,757 Nmm> 2505688 Nm …….Aman(OK)!!!!
56
Gambar 4.13 Penulangan balok T arah memanjang
Rn = = = 0,007 MPa
ρperlu = ( √ )
= ( √ )= 0,00003
57
ρmin = = = 0,0062
Vc = √ bd
58
= √ x350x752 = 236432,8 N
S= = = 112,35 mm ≈100 mm
√ ( √ )
59
4.5 Perhitungan Plat Injak
570 kg/m
a) Pembebanan Plat Injak
Berat aspal = 0,1 x 1 x 2200 = 220 220 kg/m
Berat agregat = 0,4 x 1 x 1450 = 580 kg/m
Berat sendiri plat = 570 kg/m
Ʃq= 1370 kg/m = 1,37 ton
M= ql² + ¼ PL
b) Penulangan
L = 2,5 m
h = 20 cm
P = 3 cm (tebal selimut beton)
60
Φ tulangan rencana = 13 mm
Mutu baja U39 = 2250 kg/cm² fy = 225 Mpa
Mutu beton K350, dikonversikan ke fc= 29,05 Mpa
d = 200 – 30 – ½ 13 = 163,5 mm
Tulangan utama
Rn = = = 3,2 MPa
ρperlu = ( √ )
= ( √ )= 0,015
ρmin = = = 0,0062
S= = = 54,23 mm ≈ 50 mm
S= = = 271,15 mm ≈ 250 mm
61
Gambar 4.17 Penulangan plat injak arah melintang
62
BAB V
PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH JEMBATAN
63
Tabel 5.1 Perhitungan titik berat abutment
No b h A x y A.x A.y W
1 4,6 1,8 8,28 2,3 0,9 19,044 7,452 218,592
2 1,65 6,325 10,453 3,775 4,968 39,46 51,92 275,96
3 0,6 0,4 0,12 2,75 6,67 0,33 0,8 3,168
4 0,6 0,35 0,21 2,65 6,975 0,557 1,465 5,544
5 1,05 0,465 0,4883 4,075 8,368 1,99 4,086 12,89
6 0,75 0,7 0,525 3,925 8,95 2,06 4,69 13,86
Ʃ 20,0763 63,441 70,413 530,014
W= A.L.γ L = 11 m (Panjang total abutment)
x= = = 3,159 m
y= = = 3,507 m
64
karena lebar lantai jembatan >5,5 m maka muatan q adalah 100% dan
sisanya dihitung 50%
- Beban garis
12 ton PPJJR 1987
karena lebar lantai jembatan >5,5 m maka muatan q adalah 100% dan
sisanya dihitung 50%
K=1+ =1+ = 1,267
( ) ( )
( )
P= + x 1,267 = 74,637
Segmen b h A W x y Wx Wy
Tanah (A) 0,3 0,4 0,12 2,112 4,45 9,1 9,398 9,219
65
Gaya horizontal
a) Gaya rem dan traksi
66
c) Gaya akibat gempa
67
d) Gaya tekanan tanah aktif
γ tanah = 1,6 t/m²
b = 11 m (panjang abutment)
Ø = 30°
Ka = Tg² (45- )
= Tg² (45- )
= 0,333
= 3,45 m
68
Kombinasi pembebanan
Kestabilan konstruksi harus ditinjau berdasarkan komposisi pembebanan
dan gaya yang mungkin akan terjadi. Kombinasi pembebanan pada
perencanaan abutment sesuai dengan aturan yang tercantum dalam PPJJR 1987
halaman 21.
Tabel 5.2 Kombinasi pembebanan dan gaya
Tegangan yang dipakai
No Kombinasi pembebanan
terhadap tegangan ijin
I M+(H+k)+Ta+Tu 100%
II M+Ta+Ah+Gg+SR+Tm 125%
III Kombinasi (I)+Rm+Gg+Sr+Tm+S 140%
IV M+Gh+Tag+Gg+Ahg+Tu 150%
Berikut ini disajikan dalam tabel kombinasi dari pembebanan dan gaya yang
bekerja pada abutment.
69
Gg Gg - 72,96 - 8,135 - 593,53
Ah - - - - - -
Sr - - - - - -
Tm - - - - - -
Total 823,968 401,35 - - 2632,199 1726,476
70
Penulangan abutment
1. Penulangan badan abutment
Data perencanaan:
Mutu baja U39 = 2250 kg/cm² fy = 225 Mpa
Mutu beton K350, dikonversikan ke fc= 29,05 Mpa
h = 1000 mm
b = 100 mm
L = 11 m
d = 1000-30-½32-22 = 932 mm
- Tulangan utama
Rn = = = 1,86 MPa
ρperlu = ( √ )
= ( √ )= 0,0086
71
ρmin = = = 0,0062
S= = = 100,3 mm ≈ 100 mm
S= = = 55,311 mm ≈ 50 mm
= 0,6 x x√ = 0,539
geser.
72
Gambar 5.9 Penulangan kepala abutment arah memanjang
Data perencanaan:
Mutu baja U39 = 2250 kg/cm² fy = 225 Mpa
Mutu beton K350, dikonversikan ke fc= 29,05 Mpa
h = 1000 mm
b = 1000 mm
L = 11 m
d = 1000-30-½32-22 = 932 mm
RI = 0,85 fc
= 0,85 x 29,05 = 24,7 Mpa
MH = 1879,046 t = 18790460 N
Mu = = = 1708223,636 Nm = 1708223636 Nmm
- Tulangan utama
Rn = = = 1,967 MPa
ρperlu = ( √ )
73
= ( √ )= 0,009
ρmin = = = 0,0062
S= = = 95,83 mm ≈ 100 mm
- Tulangan bagi
Tul. Pembagi = 0,2 x As tul. Utama
= 0,2 x 8388 = 1677,6 mm²
Dipakai tulangan ϕ22 dengan luas penampang (A=380 mm²)
S= = = 226,51 mm ≈ 200 mm
- Tulangan geser
Syarat diperlukan tulangan geserVu > ØVc
Hu = 1,05 x Hmax
= 1,05 x 4150950 = 4358497,5 N
ØVc = 0,6 x x√
= 0,6 x x√ = 0,539
geser.
Dipakai tulangan geser praktis ϕ25-500 (As = 982 mm²)
74
Gambar 5.10 Penulangan badan abutment arah melintang
75
5.2 Perhitungan Pondasi Tiang Pancang
5.2.1 Gaya yang Bekerja
Dari tabel kombinasi pembebanan dan gaya diperoleh (kombinasi III)
PV = 1013,641 t
PH = 415,095 t
MH = 1879,046 t
P= +
= +
= 166404,75 kg ≈ 166,405 t
Keterangan :
A = luas total tiuang pancang
K = keliling tiang pancang = =141,4 cm
Tf :JHL= total friction kedalaman -13,80 m = 1200 kg/m
qc = conus resistance = 250 kg/cm²
76
c) Daya dukung kelompok tiang pancang
= + = 74,227 t
Keterangan :
Pmax = beban maksimum yang diterima 1 tiang pancang
PV = beban vertikal normal = 1013,641 (kombinasi III)
My = momen arah y = 1879,046 tm (kombinasi III)
xmax = jarak terjauh tiang ke titik pusat titik berat penampang = 1,35 m
n = jumlah pondaasi tiang pancang = 16 buah
ny = jumlah tiang pancang dalam 1 baris = 8 buah
Efisiensi tiang berdasarkan rumus dari Uniform Building Code (AASHO)
Syarat,
S = 1,413
( ) ( )
E = 1- { }
( ) ( )
= 1- { } = 0,98
Keterangan:
D/S = 0,45/1,35 = 18,435°
77
S = jarak antara tiang pancang = 1,35 m
m = jumlah baris = 3
n = jumlah tiang pancang tiap baris = 8 buah
Daya dukung tiap tiang pada kelompok tiang
Pult = E x P
= 0,98 x 166,405 = 163,077 t
Kontrol Pmax = terhadap Pult yang terjadi =
Pult > Pmax
163,077 > 74,227………..OK!!!
78
5.2.4 Perhitungan Tiang Pancang Miring
Pmax =74,227 t
Hmax = 415,095 t
Ph = = 51,88
R=√
=√
= 90,56 t
79
Tiang pancang miring , direncanakan.
= m= 5:1
m= = 5,85 ≈ 5
= x 90,56 = 17,76 t
√
80
5.2.5 Penulangan Poer Abutment
Data perencanaan:
Mutu baja U39 = 2250 kg/cm² fy = 225 Mpa
Mutu beton K350, dikonversikan ke fc= 29,05 Mpa
h = 1200 mm
b = 1000 mm
p = 40 mm (selimut beton)
ϕ tulangan utama = 32 mm
d = 1200 – 40 - ½ 32 = 1144 mm
- Tulangan utama
Rn = = = 0,815MPa
ρperlu = ( √ )
81
= ( √ )= 0,0037
ρmin = = = 0,0062
S= = = 113,33 mm ≈ 100 mm
- Tulangan bagi
Tul. Pembagi = 0,2 x As tul. Utama
= 0,2 x 7092,8 = 1418,56 mm²
Dipakai tulangan ϕ22 dengan luas penampang (A= 380 mm²)
Jarak tulangan yang diperlukan,
S= = = 267,8 mm ≈ 250 mm
- Tulangan geser
Syarat diperlukan tulangan geserVu > ØVc
Pu = 1,05 x (Wba + Wab)
= 1,05 x (291,842 + 530,014)
= 862,95 t = 8629500 N
ØVc = 0,6 x x√
= 0,6 x x√ = 0,539
82
Gambar 5.15 Penulangan poer abutment arah melintang
83
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis data dan perhitungan pada pembahasan skripsi dengan
judul “Perencanaan Jembatan Beton Bertulang Balok T Sei Nyahing Kota
Sendawar Kutai Barat Kalimantan Timur” dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut.
84
6.1.2 Hasil Perhitungan Struktur Bawah Jembatan
6.2 Saran
Adapun saran-saran yang penulis simpulkan selama mengerjakan skripsi
ini adalah sebagai beikut:
1. Dalam melakukan perhitungan sebaiknya data-data yang diperlukan
disiapkan terlebih dahulu agar perhitungan sesuai dengan data-data
yang lapangan atau data yang telah diuji coba laboratorium
2. Dalam proses perhitungan sebaiknya mengacu pada peraturan-peraturan
yang sudah ditetapkan agar dimensi dan volume struktur dapat
ditetapkan sebaik mungkin.
3. Untuk mencapai perencanaan yang baik dan benar-benar matang maka
diperlukan studi kelayakan yang teliti dan referensi yang lengkap.
85
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2009.Jembatan.(http://id.m.wikipedia.org/wiki/Jembatan) dikunjungi
pada tanggal 9 Maret 2015 pukul 21:30 WIB.
Struyk, J.H., Van Der Veen, W.C.H.K., 1984, alih bahasa Soemargono, Jembatan,
Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta.
86