LANDASAN TEORI
1
dermatofitosis pada tahun 1998 yang tercatat melalui Rumah Sakit Pendidikan
Kedokteran di Indonesia sangat bervariasi, dimulai dari persentase terendah sebesar 4,8
% (Surabaya) hingga persentase tertinggi sebesar 82,6 % (Surakarta) dari seluruh kasus
dermatomikosis.
Banyak cara untuk mengklasifikasikan jamur superfisial, tergantung habitat dan
pola infeksi. Organisme geofilik berasal dari tanah dan hanya sesekali menyerang
manusia, biasanya memalui kontak langsung dengan tanah.
Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit kepala yang disebabkan oleh jamur
dermatofit. Tinea kapitis biasanya terjadi terutama pada anak – anak, meskipun ada
juga kasus pada orang dewasa yang biasanya terinfeksi Trichophyton tonsurans. Tinea
kapitis juga dapat dilihat pada orang dewasa sengan AIDS.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengertian Tinea kapitis, klasifikasinya, epidemiologi, etiologi,
gambaran klinis, morfologi koloni, diagnosisnya, pemeriksaan penunjang dan
penatalaksananya.
1.3.2. Tujuan khusus
Memenuhi tugas mata kuliah Mikologi tentang Penyakit yang disebabkan oleh
mikroorganisme jamur.
2
1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Penulis
Menambah wawasan serta pengetahuan tentang penyakit yang disebabkan oleh jamur
khususnya infeksi Tinea kapitis.
1.4.2. Bagi Pembaca
Memberikan wawasan mengenai penyakit Tinea kapitis.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Epidemologi
Insiden penyakit ini sepertinya meningkat di Amerika utara dan Eropa. Di
Negara seperti Ethopia, dimana akses perawatan medis yang sulit tingkat infeksi telah
mencapai lebih dari 25%. Pathogen yang dominan bervariasi sesuai lokasi geografis.
Di Amerika utara dan Inggris jamur antropolitik seperti Trichophiton tonsurans
ditemukan pada 90% kasus. Jamur zoofilik seperti Microsporum canis ditemukan di
Eropa, terutama di Mediterania dan Eropa tengah (Chan. YC, Friedlander.SF, 2010).
2.2. Etiologi
Dermatofit ectothrix biasanya menginfeksi pada perifolikuler stratum korneum,
menyebar keseluruh dan kedalam batang rambut dari pertengahan sampai akhir rambut
sebelum turun ke folikel untuk menembus folikel rambut dan diangkut keatas pada
permukaannya. Dan biasanya disebabkan spesies dermatofita seperti golongan
Trichopiton dan Microsporum (Chan. YC, Friedlander.SF, 2010).
4
2. Kerion
Adalah reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa pembengkakan
yang menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang yang padat disekitarnya. Bila
penyebabnya Microsporum canis dan Microsporum gypseum, pembentukan kerion ini
lebih sering dilihat. Agak kurang bila penyebabnya Tricophyton tonsurans, dan sedikit
sekali bila penyebabnya adalah Tricophyton violaceum. Kelainan ini dapat
menimbulkan jaringan parut dan berakibat alopesia yang menetap. Jaringan parut yang
menonjol kadang – kadang dapat terbentuk (Djuanda A et al, 2007).
5
yang patah, kalau tumbuh kadang – kadang masuk ke bawah permukaan kulit. Dalam
hal ini perlu dilakukan irisan kulit untuk mendapat bahan biakan jamur (Djuanda A et
al, 2007).
6
sama sekali, pameran pertumbuhan koloni abnormal lambat dan membentuk
macroconidia berkembang. Budidaya beras dipoles cenderung untuk membangun
kembali morfologi pertumbuhan yang khas dan sangat membantu untuk identifikasi
(Behzadi et al., 2014)
2.4.1. Morfologi mikroskopis
Microsporum canis mereproduksi secara aseksual dengan membentuk
macroconidia yang asimetris, berbentuk sferis dan memiliki dinding sel yang tebal dan
kasar yang kasar. Bagian interior dari setiap macroconidium biasanya dibagi menjadi
enam atau lebih kompartemen dipisahkan oleh lintas-dinding yang luas. Microsporum
canis juga menghasilkan microconidia yang menyerupai orang-orang dari banyak
dermatofit lain dan dengan demikian tidak fitur diagnostik yang berguna (Behzadi et
al., 2014)
2.5. Diagnosis
Diagnosis klinis dari infeksi dermatofit dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan
mikroskopis dapat membuktikan infeksi jamur dalam beberapa menit, tidak sering kali
memungkinkan untuk spesiasi atau untuk mengidentifikasi kerentanan terhadap agen.
Evaluasi mikroskopis juga dapat menghasilkan hasil negatif palsu, dan kultur jamur
sebaiknya dilakukan ketika diduga adanya infeksi klinis dermatofit (Verma. S,
Heffernan. MP, 2008).
7
Flouresensi positif terinfeksi oleh Microsporum audouinii, Microsporum canis,
Microsporum femgineum, Microsporum distorturn, dan Trichopiton schoenleinii.
Pada ruangan yang gelap kulit dibawah lampu ini berflouresensi agak biru. Ketombe
umumnya cerah putih kebiruan. Rambut yang terinfeksi berflouresensi hijau terang
atau kuning kehijauan (James.WD et al, 2006).
Pada pemeriksaan mikroskopi, rambut harus dicabut tidak di potong melihat di
mikroskop dengan pemeriksaan KOH 10 – 20% (Verma. S, Heffernan. MP, 2008).
2. Pemeriksaan Kultur
Spesiasi jamur didasarkan pada karakteristik mikroskopik, makroskopik dan
metabolisme organisme. Saboraud dextrose agar (SDA) adalah media isolasi yang
paling umum digunakan dan sebagai basis untuk gambaran yang paling morfologi.
Namun kontaminasi saprobes tumbuh pesat pada media ini (Verma. S, Heffernan.
MP, 2008).
8
2. Folikulitis
Radang folikel rambut yang disebabkan Staphilococcus aureus. Kelainan
berupa papul dan pustule yang eritematosa dan ditengahnya terdapat rambut, biasanya
multiple (Djuanda A et al, 2007).
3. Dermatitis atopik
Keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal, yang umumnya
sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan
peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita.
Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan
likenifikasi, distribusinya di daerah lipatan (Djuanda A et al, 2007).
2.8. Penatalaksana
Anti jamur sistemik dan topical memiliki beberapa khasiat melawan
dermatopit. Infeksi yang melibatkan rambut dan kulit memerlukan antijamur oral untuk
menembus dermatofit yang menembus folikel rambur. Pengobatan standar tinea kapitis
di amerika serikat masih menggunakan grisofulvin, triazole oral (itrakonazole,
flukonazol) dan terbinafin merupakan antijamur yang aman, efektif dan memiliki
9
keuntungan karena durasi pengobatan yang lebih pendek (Verma. S, Heffernan. MP,
2008).
Pengobatan topical
- Selenium sulfide
- Iodine
- Ketoconazole
Pengobatan sistemik
- Grisofulvin 20-25mg/kg/hr/8minggu
- Fluconazole 6 mg/kg/hr/20hr
- Itraconazole 3-5mg/kg/hr/4-6minggu
- Terbinafine 3-6mg/kg/hr/2-4minggu
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Tinea kapitis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur microsporum, yaitu
organisme fungi yang menyerang kulit (terutama kulit kepala dan rambut) dan
merupakan fungi yang umumnya hidup dan tumbuh pada hewan (kucing dan anjing)
tapi juga sering menginfeksi ataupun hidup dikulit manusia.
Tinea kapitis seringkali menyebabkan penyakit panu, kadas dan kurang
diberbagai lesi kulit, baik kepala, selangkangan, kulit luar, dsb. Bahan aktif dalam obat-
obatan anti jamur topikal termasuk miconazole, clotrimazole, econazole, oxiconazole,
ciclopirox, ketoconazole, terbinafine, dan butenafine.
3.2. Saran
Mengingat Tinea kapitis adalah penyakit yang berasal dari infeksi pada hewan,
terutama kucing dan anjing, oleh sebab itu kita harus benar-benar memperhatikan
kebersihan dan kesehatan hewan peliharaan, agar tidak terkena penyakit ini, jika sudah
terinfeksi maka segera lakukan tindakan agar tidak membahayakan keluarga maupun
diri kita.
Maka tidak menutup kemungkinan bahwa penularan penyakit kadas, kurap
melalui hewan peliharaan sangatlah besar peluangnya, kontak terlalu dekat dengan
hewan yang suspect kurap dan kadas sangatlah berpengaruh dalam proses penularan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Chan. YC, Friedlander.SF. Journal of New Treatment for Tinea Capitis. Available from
URL : http://www.mjms.ukim.edu.mk. Diakses pada 16 januari 2019 pukul
15.25.
Djuanda A. Hamzah. Aisah, 2007. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin .Ed5th.Jakarta,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. P.59.95.20
Hay.R.J, Ashbee.H.R . Mycology . In, Rook’s Text Book Of Dermatology. Ed.7th. Vol
1 & 4. New Salford, Manchester. P.36.25- 36.27.
James.WD, Berger TG, Elston Dm. 2006. Disease resulting from fungi and yeasts. In,
Andrewa Diseases of The Skin:Clinical Dernatilogi. Ed10th.Kanada. P297-299
Verma. S, Heffernan. MP. 2008. Fungal Disease. In, Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine. Ed.7th. Vol 1 & 2. New York, Amerika. P.1807-1818
12