BAB 1
PENDAHULUAN
menilai fungsi dan struktur dari kandung empedu. Prosedur ini juga dapat disebut
Scan kandung empedu adalah jenis prosedur radiologi nuklir. Ini berarti
bahwa jumlah kecil zat radioaktif digunakan selama prosedur untuk membantu
normal.
kantong empedu.
dokter dapat menilai dan mendiagnosa berbagai kondisi, seperti obstruksi saluran
empedu dari batu empedu, tumor, abses, hematoma, pembesaran organ, atau kista.
disebut "hot spot." Daerah yang tidak menyerap radionuklida dan muncul kurang
penyumbatan di dalam kantong empedu atau saluran sistem hati / kantong empedu
(cabang bilier). Jika kantong empedu terinfeksi atau terhalang, radionuklida tidak
dapat masuk ke kantong empedu. Jika ada penyumbatan di dalam pohon bilier,
kantong empedu termasuk foto polos abdomen, computed tomography (CT scan)
dari hati dan saluran empedu, USG abdomen, kolesistografi atau endoscopic
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Empedu yang di sekresi secara terus menerus oleh hati masuk ke saluran
empedu yang kecil dalam hati. Saluran empedu yang kecil bersatu membentuk
dua saluran yang lebih besar yang keluar dari permukaan hati sebagai duktus
menggembung sampai 300 cc. Vesica fellea dibagi menjadi fundus, corpus dan
collum. Fundus berbentuk bulat dan biasanya menonjol dibawah pinggir inferior
setinggi ujung rawan costa IX kanan. Corpus merupakan bagian terbesar dari
arahnya keatas, belakang dan kiri. Collum adalah bagian yang sempit dari
dalam omentum minus untuk bersatu dengan sisi kanan ductus hepaticus comunis
hati. 8
4
hepatica kanan. Vena cystica mengalirkan darah langsung kedalam vena porta.
Sejumlah arteri yang sangat kecil dan vena – vena juga berjalan antara hati dan
kandung empedu.
dekat collum vesica fellea. Dari sini, pembuluh limfe berjalan melalui nodi
lymphatici coeliacus. Saraf yang menuju ke kandung empedu berasal dari plexus
coeliacus.
2.2 Fisiologi
Menurut Guyton &Hall, 1997 empedu melakukan dua fungsi penting yaitu :
lemak, karena asam empedu yang melakukan dua hal antara lain : asam
menjadi partikel yang lebih kecil dengan bantuan enzim lipase yang
dan absorpsi produk akhir lemak yang dicerna menuju dan melalui
buangan yang penting dari darah, antara lain bilirubin, suatu produk akhir
septum interlobaris. Saluran ini kemudian keluar dari hati sebagai duktus
lemak dalam usus halus dan membantu pencernaan dan absorbsi lemak. Proses
akan terlepas. Hormon ini yang paling besar peranannya dalam kontraksi
kandung empedu.
b) Neurogen:
Air 97,5 gm % 95 gm %
Elektrolit - -
7
a. Garam Empedu
Asam empedu berasal dari kolesterol. Asam empedu dari hati ada dua
b. Bilirubin
Bila terjadi pemecahan sel darah merah berlebihan misalnya pada malaria
2.3 Kolelitiasis
2.3.1 Defenisi
2.3.2 Epidemiologi
orang dewasa dan usia lanjut. Angka kejadian di Indonesia diduga tidak berbeda
jauh dengan angka di negara lain di Asia Tenggara dan sejak tahu 1980-an
kehamilan, terapi sulih hormon, atau pil KB. Obesitas, orang yang mengalami
muda. Orang dengan riwayat keluarga batu empedu memiliki risiko lebih tinggi.
dalam empedu mereka. Bahkan, Indian Amerika memiliki tingkat tertinggi dari
batu empedu di Amerika Serikat hampir 65% wanita dan 30% pria memiliki batu
empedu.8
2.3.5 Patogenesis
a. Batu Kolesterol
lebih dari 90 % kolelitiasis di negara Barat. Sebagian besar empedu ini merupakan
berdasarkan berat serta dalam variasi jumlah fosfolipid, pigmen empedu, senyawa
Menurut Meyers & Jones, 1990 Proses fisik pembentukan batu kolesterol terjadi
• Pembentukan nidus.
• Kristalisasi/presipitasi.
9
Disebut juga batu lumpur atau batu pigmen, sering ditemukan berbentuk
tidak teratur, kecil-kecil, dapat berjumlah banyak. Umumnya batu pigmen coklat
ini terbentuk di saluran empedu dalam empedu yang terinfeksi. Batu pigmen
coklat biasanya ditemukan dengan ukuran diameter kurang dari 1 cm, berwarna
coklat kekuningan, lembut dan sering dijumpai di daerah Asia. Batu ini terbentuk
akibat faktor stasis dan infeksi saluran empedu. Stasis dapat disebabkan karena
disfungsi sfingter Oddi, striktur, operasi bilier, dan parasit. Pada infeksi empedu,
peran kunci dalam patogenesis batu pigmen pada pasien di negara timur.
glucuronidase bakteri berasal dari kuman E. coli dan kuman lainnya di saluran
meningkat pada pasien dengan diet rendah protein dan rendah lemak.1
Batu tipe ini banyak dijumpai pada pasien dengan hemolisis kronik atau
sirosis hati. Batu pigmen ini terutama terdiri dari derivat polymerized bilirubin.
Patogenesis terbentuknya batu pigmen ini belum jelas. Umumnya batu pigmen
hitam terbentuk dalam kandung empedu dengan empedu yang steril. Batu empedu
10
jenis ini umumnya berukuran kecil, hitam dengan permukaan yang kasar.
Penderita batu kandung empedu baru memberi keluhan bila batu tersebut
klinisnya bervariasi dari yang tanpa gejala (asimptomatik), ringan sampai berat
Murphy positif. Dapat juga timbul ikterus. Ikterus dijumpai pada 20 % kasus,
umumnya derajat ringan (bilirubin < 4,0 mg/dl). Apabila kadar bilirubin tinggi,
duktus sistikus (koledokolitiasis sekunder) atau batu empedu dapat juga terbentuk
pancreatitis). BSE yang tidak keluar spontan akan tetap berada dalam saluran
2.3.7 Diagnosis
yang cukup aman, cepat, tidak memerlukan persiapan khusus, relatif tidak mahal
untuk pasien dengan dugaan kolik biliaris. Prosedur ini menggunakan gelombang
suara (sound wave) untuk membentuk gambaran (image) suatu organ tubuh.
Pada foto polos abdomen dapat dilihat gas atau kalsium didalam traktus
biliaris. Kira-kira 10-15% batu kantung empedu mengapur (kalsifikasi) dan dapat
diidentifikasi sebagai batu kandung empedu pada foto polos. Mungkin pula
porcelain gallbladder, yang penting sebab dari hubungan kelainan ini dengan
karena hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak.
tinggi dapat dilihat dengan foto polos. Pada peradangan akut dengan kandung
empedu yang membesar atau hidrops, kandung empedu kadang terlihat sebagai
massa jaringan lunak di kuadran kanan atas yang menekan gambaran udara dalam
choledochus. Ini dapat disebabkan oleh penetrasi ulkus duedeni ke dalam traktus
biliaris atau erosi batu kedalam lambung, duodenum atau kolon. Gas kadang-
biasanya timbul pada diabetes, sekunder terhadap kemacetan dari arteri kistik
secara tidak langsung usus necrosis tetapi itu dapat terjadi dengan cholecystitis
hebat.
b. USG
Batu empedu akan terlihat sebagai gambaran hiperekoik yang bebas pada
kandung empedu serta khas membentuk bayangan akustik dibawahnya. Batu yang
membantu.
Batu yang terdapat pada duktus koledukus distal kadang sulit dideteksi
karena terhalang oleh udara di dalam usus. Dengan USG punktum maksimum rasa
nyeri pada batu kandung empedu yang ganggren lebih jelas daripada dengan
palpasi biasa.
Saluran empedu intra hepatik akan mudah dilihat bila terjadi pelebaran karena
selalu berjalan periportal anterior. Hal ini menjadi sangat penting karena
darah meningkat.
Bila kita ragu-ragu apakah suatu duktus koledukus melebar atau tidak,
maka pemeriksaan dilakukan setelah penderita diberi makan lemak lebih dahulu.
Pada keadaan obstruksi duktus koledukus, maka setelah fatty meal tersebut akan
terlihat lebih lebar, sedangkan pelebaran fisiologik, misalnya pada usia tua, diman
elastisitas dinding saluran sudah berkurang, maka diameternya akan menjadi lebih
kecil.
Pada dasarnya lebar saluran empedu sangat bergantung pada berat atau
pelebaran saluran empedu sama sekali, tetapi mungkin saja dijumpai pelebaran
yang berkala.
yang tidak ditemukan adanya saluran empedu yang melebar, maka dugaan kita
hepatitis, maupun metastasis, yang pada umumnya dapat dibedakan dari parenkim
biliaris sebelum dilatasi duktus timbul dan dapat dilihat dengang ultrasounografi.
Berguna untuk mendeteksi atresia biliaris pada neonatus dan kebocoran empedu
sangat diperlukan.
c. Kolesistografi
Kolesistografi oral ditemukan pertama kali 70 tahun yang lalu dan banyak
yang diserap didalam usus kecil, diekskresi oleh hati dan dipekatkan di dalam
tidak mengapur sebelum operasi. Dapat pula dideteksi kelainan intra abdominal
pengaruh yang hebat pada diagnosa traktus biliaris. Ini telah menggantikan
16
kolesistografi oral sebagai cara imaging utama karena ini menawarkan bermacam-
orang yang mempunyai batu kandung empedu asimptomatik. Ada suatu derajat
tertentu agar batu tampak pada ultrasonografi kandung empedu adalah pasien
mengeluh. Ultrasonografi kandung empedu dapat mendeteksi batu kecil dari pada
selain dari pada batu, seperti adenoma, polip kolestrol dan karsinoma kandung
empedu.
relatif murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu radiolusen sehingga
dapat dihitung jumlah dan ukuran batu. Kolesistografi oral akan gagal pada
keadaan ileus paralitik, muntah, kadar bilirubun serum diatas 2 mg/dl, okstruksi
pilorus, dan hepatitis karena pada keadaan-keadaan tersebut kontras tidak dapat
d. CT-Scan
duktus dari pada metoda yang lain, tetapi berguna pada studi neoplasma parenkim
hati. Dalam penentuan gas di dalam vena porta lebih sensitif dari pada foto polos.
tersebut. Fungsi ERCP ini memudahkan visualisasi langsung stuktur bilier dan
batu empedu, selain itu ERCP berfungsi untuk membedakan ikterus yang
disebabkan oleh obstuksi bilier dan juga dapat digunakan untuk menyelidiki
mengamati duktus biliaris dan duktus pankreatikus. MRCP dapat mendeteksi batu
ileus batu empedu, abses hepatik dan peritonitis karena perforasi kandung
19
berakibat fatal
2.4 Koledokolitiasis
Batu pada duktus sistikus komunis dapat memiliki ukuran yang bervariasi
mulai dari ukuran kecil, besar, dengan jumlah tunggal maupun multipel dan dapat
meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Adanya batu pada duktus sistikus ini
total maupun parsial dan dapat juga bermanifestasi sebagai kolangitis atau
pankreatitis bilier. Nyeri yang ditemukan pada pasien relatif sama dengan nyeri
yang dirasakan pada keadaan kolik bilier. Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan
hasil yang normal namun dapat juga ditemukan adanya nyeri tekan abdomen
kuadran kanan atas atau pada daerah epigastrium disertai juga dengan adanya
ikterus. Keluhan yang dirasakan bisa hilang timbul biasanya berupa nyeri dan
ikterus hilang timbul yang diakibatkan karena adanya batu yang secara sementara
mengimpaksi ampulla dan kemudian berpindah. Untuk batu yang kecil, maka batu
ini dapat melewati ampulla secara spontan disertai dengan menghilangnya gejala-
gejala klinis namun lambat laun batu akan mengimpaksi secara total dan
20
ukuran duktus sistikus komunis. Pada USG abdomen didapatkan gambaran berupa
pelebaran duktus sistikus komunis > 8 mm. Selain USG abdomen juga dapat
dengan nilai sensitivitas dan spesivisitas sebesar 95 dan 89 %. Selain itu dapat
komunis.
2.5 Kolesistitis
2.5.1 Defenisi
nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan demam. Berdasarkan etiologinya,
kolesistitis kronik. Pada kolesistitis akut, terjadi inflamasi akut pada kandung
empedu dengan gejala yang lebih nyata seperti nyeri perut kanan atas, nyeri tekan
empedu yang timbul secara perlahan-lahan dan sangat erat hubugannya dengan
litiasis dan gejala yang ditimbulkan sangat minimal dan tidak menonjol.1
Pasien kolesistitis akut memiliki riwayat nyeri hebat pada abdomen bagian
atas yang bertahan dalam beberapa jam hingga akhirnya mereka mencari
pertolongan ke unit gawat darurat lokal. Secara umum, pasien kolesistitis akut
juga sering merasa mual dan muntah serta pasien melaporkan adanya demam.
Tanda-tanda iritasi peritoneal juga dapat muncul, dan pada beberapa pasien
atas abdomen, dan seringkali teraba massa atau teraba penuh. Palpasi kuadran
kanan atas saat inspirasi seringkali menyebabkan rasa tidak nyaman yang berat
yang menyebabkan pasien berhenti menghirup napas, hal ini disebut sebagai tanda
2.5.3 Diagnosis
adanya kolesistitis. Pemeriksaan ini relatif sederhana, cepat dan aman bagi pasien
serta dapat dilakukan pada siapa saja termasuk wanita yang sedang hamil.
Sensitivitas USG dalam hal ini bervariasi tergantung dari operator tetapi secara
umum USG memiliki sensitivitas dan spesivisitas yang tinggi untuk mendeteksi
adanya batu empedu dengan ukuran > 2mm. USG abdomen juga sangat
yang didapatkan pada keadaan ini adalah adanya penebalan dinding kandung
23
empedu (> 5 mm), cairan perikolekistik, distensi kandung empedu > 5 mm.
Ketika kandung empedu sudah dipenuhi oleh batu seluruhnya, batu-batu tersebut
dapat tidak terlihat pada gambaran USG namun masih bisa didapatkan gambaran
Gambaran USG kandung empedu disertai dengan batu dan acoustic shadow.
Kolesistitis akut
Tanda utama pada kolesistitis akut ialah sering ditemukan batu, penebalan
diikuti rasa nyeri pada penekanan dengan transuder yang dikenal sebagai morgan
Kolesistitis kronik
24
Kandung empedu sering tidak atau sukar terlihat. Dinding menjadi sangat
tebal dan eko cairan lebih terlihat hiperekoik. Sering terdapat pada kolesistitis
Kadang-kadang terlihat hanya eko batunya saja yang terlihat pada fossa vessika
felea.
2.6 Kolangitis
Kolangitis merupakan satu dari dua komplikasi utama dari batu duktus
Kolangitis akut merupakan suatu infeksi bakteri yang menyebar dari bawah ke
atas yang disebabkan karena adanya obstruksi parsial maupun total dari duktus
biliaris. Dalam keadaan normal, cairan empedu yang dihasilkan oleh hati bersifat
steril, demikian pula dengan kondisi steril cairan empedu yang disimpan di dalam
disertai dengan substansi antibakterial yang terdapat di dalam cairan empedu itu
obstruksi bilier yang umumnya disebabkan karena batu empedu merupakan faktor
mulai dari keadaan klinis yang ringan, sedang, dapat sembuh spontan sampai
25
dengan suatu keadaan berat dan mengancam jiwa seperti pada keadaan
septikemia. Gejala yang paling umum muncul adalah gejala-gejala yang dikenal
sebagai Charcot triad dan muncul pada dua pertiga dari pasien-pasien yaitu
berupa demam, nyeri epigastrium atau nyeri abdomen kuadran kanan atas, dan
disertai dengan ikterus. Gejala klinis yang muncul dapat berkembang secara
progresif disertai sepsis dan keadaan ini dikenal sebagai Reynolds pentad (adanya
demam, ikterus, nyeri abdomen kuadran kanan atas, syok septik dan perubahan
status mental). Namun demikian keadaan ini juga bisa bermanifestasi sebagai
suatu keadaan yang atipikal yaitu berupa demam yang tidak terlalu tinggi, ikterus
atau nyeri abdomen kanan atas. Keadaaan ini biasanya terjadi pada orang dewasa
yang bila mengalami infeksi ini tidak memberikan gejala yang bermakna sampai
apabila pada pasien tersebut belum pernah didiagnosa memiliki batu empedu
sebelumnya karena dalam pemeriksaan akan nampak adanya batu empedu disertai
Dengan ERCP dan PTC dapat ditentukan level sereta penyebab obstruksi,
empedu apabila terdapat batu empedu, dan drainase cairan empedu dengan kateter
drainase atau dengan stent. CT scan dan MRI juga dapat berguna untuk
duktus.
27