MAKALAH
oleh
Kelompok 5
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Sehat Usia Sekolah Dan Remaja” pada Mata Kuliah
Keperawatan Jiwa dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan
juga kami berterima kasih pada Ns Emi Wuri Wuryaningsih, M.Kep., Sp.Kep.J
selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah Keperawatan Jiwa serta kepada semua
pihak yang secara tidak langsung ikut serta membantu dalam menyelesaikan tugas
ini.
Penulis berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan mengenai konsep dasar serta asuhan keperawatan
kesehatan jiwa pada tahap perkembangan usia sekolah dan remaja. Penulis juga
menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa yang akan datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .....................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3 Tujuan .............................................................................................. 2
1.4 Peran Perawat ................................................................................ 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 3
2.1 Konsep Kesehatan Jiwa ................................................................. 3
2.2 Konsep Tumbuh Kembang ............................................................ 3
2.3 Konsep Kesehatan Jiwa Usia Sekolah dan Remaja .................... 5
2.3.1 Konsep Kesehatan Jiwa Usia Sekolah................................... 6
2.3.2 Konsep Kesehatan Jiwa Remaja............................................ 8
2.4 Indikator Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja.......................... 10
iii
Bab 1. Pendahuluan
1
serta isolasi sosial akibat pencapaian sosial yang tidak diperolehnya (Potter &
Perry, 2005). Hal ini memicu terjadinya gangguan pada kesehatan mental yang
akan berdampak pada aspek kesehatan lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan yang sesuai untuk meningkatkan kesehatan
pada usia sekolah dan usia remaja ?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang sesuai untuk meningkatkan
kesehatan pada usia sekolah dan usia remaja
2
2.1 Konsep Kesehatan Jiwa
WHO (2008) dalam Yusuf (2015) menjabarkan kriteria orang dengan sehat jiwa
adalah orang yang dapat melakukan hal berikut :
3
fisik maka perkembangan ditandai dengan perubahan psikofisis yang dipegaruhi
oleh faktor lingkungan dan proses belajar menuju kekedewasaan. Pertumbuhan
manusia memiliki karakteristik pada setiap tahapannya namun terbatas oleh usia
yang kemudian akan mengalami degenerasi. Sedangkan perkembangan memiliki
tahapan dan juga tugas atau capaian psikofisis yang harus dituntaskan pada setiap
rentang usia. Secara umum, tahapan perkembangan manusia terbagi menjadi 6
tahap, yakni: fase prenatal; fase bayi (0-2 tahun); fase anak-anak (2-12 tahun);
fase remaja (13-20 tahun) yang terbagi menjadi tiga tahap yaitu remaja awal (13-
15 tahun), remaja tengah (16-18 tahun), remaja akhir (19-20 tahun); fase dewasa
(21-60 tahun) yang terbagi menjadi 3 bagian yaitu dewasa awal (21-35 tahun),
dewasa tengah (36-50 tahun), dewasa akhir (51-60 tahun); dan fase lanjut usia
(>61 tahun) (Saam & Sri, 2013).
4
yang bersifat menyeluruh, Tahap 1 Orientasi Legalistik Kontrak Sosial dan Tahap
2 Orientasi Prinsip Etis Universal (Usia pertengahan-lansia). Konsep
perkembangan spiritual oleh Fowler yang terdiri tahapan mitos-fakta, tahapan
tersebut dibagi 6 tahap yakni : Tahap 0 Tidak Terdiferensiasi (0-3 tahun); Tahap 1
Intuitif-Proyektif (4-6 tahun); Tahap 2 Mitos-Fakta (7-12 tahun); Tahap 3 Sintetik-
Konvensional (Remaja atau dewasa); Tahap 4 Individualisasi-Reflektif (>18
tahun); Tahap 5 Pardoksial-Konsolidatif (>30 tahun); dan Tahap 6 Universalizing.
Dua teori berikutnya berkaitan dengan perkembangan psikoseksual dan
psikososial, teori psikoseksual dibahas oleh Sigmund Freud yang
mengelompokkan perkembangan manusia ke dalam lima kelompok besar, yakni:
Fase Oral-Sensori (0-1 tahun); Fase Anal-Muskular (1-3 tahun); Fase Falik (3-6
tahun); Fase Laten (6-12 tahun); dan Fase Genital (>12 tahun). Konsep teori
Psikososial oleh Erik H. Erickson membahas mengenai hubungan manusia dengan
sosialnya sepanjang kehidupannya, Erickson membaginya dalam delapan tahapan
yakni: Trust vs Mistrust (0-18 bulan); Autonomy vs Shame and Doubt (18 bulan-3
tahun); Initiative vs Guilt (3-6 tahun); Industry vs Inferiority (6-12 tahun); Identity
vs Role Confussion (12-18 tahun); Intimacy vs Isolation (18-25 tahun);
Generativity vs Stagnation (25-65 tahun); dan Integriry vs Despair (>65 tahun)
(Sarayati, 2016).
Sesuai dengan pasal 131 ayat (2) mengenai upaya pemeliharaan kesehatan
jiwa pada anak dilakukan sejak anak masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah
dilahirkan, kemudian pada anak pra-sekolah sampai berusia 18 (delapan belas)
tahun, setelah anak sudah beranjak dewasa baru anak tersebut mulai melakukan
imitasi dari orang terdekatnya, mengintegrasikan pola perilaku sebelumnya
menjadi perilaku baru yang lebih baik. Kemudian perkembangan bahasa yang
menjadi pengembangan kemampuan kognitif yang dimulai dengan intepretasi
kalimat baru yang diinduksi oleh kognitif untuk diverbalisasikan dan
dibandingkan dengan realitas yang dihadapinya. Perkembangan kognitif
dilengkapi dengan perkembangan moral yang dijelaskan pada teori dari Sigmund
Freud, Jean Piaget, dan Kohlberg.
Selain itu, setelah usia remaja harus siap dalam menghadapi rintangan
terutama harus dapat mengendalikan suatu masalah dalam keadaan yang
mendesak baik dalam segi kesehatan ,segi ekonomi dan lain-lainya supaya tidak
mempengaruhi serta menganggu kondisi kesehatan jiwanya tersebut, seperti yang
sudah dicantumkan dalam pasal 136 ayat(1) upaya pemeliharaan kesehatan harus
ditujukan untuk menjadi orang dewasa yang sehat dan produktif ,baik sosial
5
maupun ekonomi harus mampu mengendalikan ego yang menjadi jembatan dari
psikoanalisis yang menitikberatkan pada ego atau diri sendiri sebagai unsur yang
mandiri.
6
logis, dan nilai. Tahap ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai
perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa seacar
fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan
perkembangan sosial. Apabila seorang tidak sepenuhnya mencapai
perkembangan sampai tahap ini, maka ia tidak mempunyai ketrampilan
berpikir sebagai orang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari
tahap operasi berpikir konkrit (Yudrik, 2011).
7
memasuki pendidikan formal dan berusaha merebut perhatian serta
penghargaan atas karyanya. Hal yang sangat penting untuk diketahui pada
tahap ini yaitu anak akan mulai belajar menyelesaikan tugas yang
diberikan guru atau orang lain, timbul rasa tanggung jawab, senang
belajar bersama, dan timbul rasa rendah diri apabila dirinya kurang mampu
dibanding temannya (Sunaryo, 2010).
5. Fase Identitas vs kekacauan identitas (Adolescence (12-10 thn))
6. Fase Keintiman vs Isolasi (Young adulthood ( 21-40 thn))
7. Fase Generativity vs Stagnation Adulthood (41-65 thn))
8. Fase Integritas vs keputusasaan (Senescence (+65 thn))
c. Remaja Akhir (Late Adolesence), merupakan masa peleburan (16-19 tahun) dari
fase anak-remaja menuju maturasi yang ditandai dengan lima pencapaian, yakni :
8
3. Identitas seksual yang jelas
9
meluruskan hasil eksplorasinya sehingga remaja akan memperoleh penguatan atas
spiritualnya (Ariyanto, 2011). Perkembangan psikoseksual dan psikososial juga
berkembang secara progresif pada fase remaja, perkembangan psikoseksual
remaja berada pada tahap puncak teori Freud yakni tahap genital (>13 tahun).
Tahap genital dimulai dengan masa pubertas pada remaja yang ditandai dengan
terjadinya pematangan organ reproduksi dan seksual. Tahap genital
merealisasikan tahap falik pada rana seksualitas yang matur dengan menjalin
hubungan dengan seseorang yang berjenis kelamin berbeda, memusatkan energi
untuk maturisasi dan fungsi seksual yang utuh untuk mengatasi lingkungannya
(Sarayati, 2016). Perkembangan psikososial remaja disebut Erickson sebagai
tahap “Identity vs Role Confussion”, tahap ini berkarakteristik ketika remaja
berusaha untuk memperkenalkan dirinya pada lingkungannya dengan menyatakan
kesiapannya untuk mengaktualisasikan diri dengan percaya diri (Sarayati, 2016).
Selain itu, identitas diri pada remaja sudah terbentuk untuk menjalankan sesuai
dengan perannya. Untuk mendapatkan identitas dirinya, remaja menjalin
hubungan dengan lingkungan sosialnya untuk mengetahui posisinya dalam suatu
strata masyarakat. Selanjutnya, remaja akan menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan sehingga kehadirannya dapat diterima dalam kelompok masyrakat
(Ariyanto, 2011).
Pada usia sekolah dan remaja memiliki tahap perkembangan yang berbeda
dengan karakteristik dan pencapaian yang berbeda pula. Pencapaian dari setiap
tahapan perkembangan menjadi tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai
kesejahteraan. Tugas perkembangan dapat dijadikan sebagai indikator dalam
menilai status kesehatan, sehingga dengan tugas perkembangan yang telah dilalui
maupun dapat ditarik kesimpulan adanya penyimpangan maupun tidak. Sebagai
seorang perawat sangat penting untuk diketahui adanya karakteristik yang harus
dicapai untuk menentukan status kesehatan kliennya. Alat ukur yang dapat
digunakan yaitu dengan form checklist tugas tumbuh kembang yang dapat
berbentuk sebagai berikut:
10
2. Mampu untuk menalar secara logis
3. Mampu menarik kesimpulan dari informasi yang
tersedia
4. Mampu memahami cinta
5. Mampu memahami bukti logis
6. Mampu memahami nilai
Fase Laten (Teori Sigmund)
7. Menyukai pelajaran sekolah
8. Mempunyai teman tetap untuk bermain (hubungan
kelompok sebaya)
9. Mampu beribadah (nilai konsep)
10. Moral dan Etika:
a. Mampu mengerjakan ujian sendiri, tanpa
mencontek (moral)
b. Mengetuk pintu dan mengucappkan salam
sebelum masuk ke rumah orang lain (etika)
11. Mempu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga secara
sederhana
Fase Industry vs Inferiority (Teori Ericson)
12. Mampu menyelesaikan tugas yang diberikan guru
13. Menyelesaikan tugas tepat waktu ( rasa tanggung
jawab)
14. Senang belajar bersama
15. Merasa rendah diri apabila kurang mampu mengerjakan
tugas
No Kemampuan Ya Tidak
Kemampuan Klien
1 Menilai diri sendiri secara obyektif, kelebihan dan
kekurangan
2 Bergaul dengan teman sejenis dan lain jenis
3 Memiliki sahabat untuk teman curhat
4 Mengikuti kegiatan di uar aktivitas rutin (ekstra
11
sekolah, olah raga, seni, pramuka, pengajian)
5 Bertanggung jawab terhadap aktivitas yang dilakukan
6 Memiliki keinginan dan cita-cita masa depan
7 Mampu menentukan suatu keputusan meski tanpa
pesetujuan orang tua
8 Tidak menggunakan narkoba, merokok atau terlibat
perkeahian dalam pergaulan
9 Tidak melakukan tindakan asusila atau seks
komersial/ pribadi
10 Tidak menuntut orang tua secara paksa untuk
memenuhi keinginan remaja yang negatif, misal
kendaraan, senajat api
11 Berperilaku santun, menghormati orang tua dan guru,
bersikap baik dengan teman
12 Memiliki prestasi atau sumber kebanggaan sebagai
wujud aktualisasi diri yang positif
Kemampuan keluarga
1 Memfasilitasi remaja untuk mengikuti kegiatan yang
positif dan bermanfaat
2 Tidak membatasi atau mengekang remaja dalam
pencarian identitas diri dengan alasan yang tidak
rasional
3 Menjadi role model dalam cara berinteraksi sosial
dengan orang lain
4 Menciptakan suasana rumah yang nyaman remaja
untuk pengembangan bakat dan kepribadian remaja
5 Membimbing remaja secara bijak bila remaja terlibat
narkoba, merokok dan perkelahian
6 Menjalin hubungan yang harmonis dengan remaja
7 Menyediakan waktu yang cukup untuk diskusi
dengan remaja, mendengarkan keluhan, harapan dan
cita-citanya
8 Tidak menjadikan remaja sebagai orang yang sangat
junior dan tidak memiliki kemampuan apapun
No Karakteristik Ya Tidak
12
4 Bersifat egosentris
8 Mengobservasi spiritualitas
17 Mekanisme koping
13
25 Terdapat penyekat antara dirinya dengan lingkungannya
14
BAB 3. Asuhan Keperawatan
3.1 Asuhan Keperawatan Usia Sekolah
3.1.1 Pengkajian
Identitas
Nama : Kaamilatul Ummah
TTL/Umur : Jember, 21 Agustus 2006 (11 tahun 8 bulan)
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : Kelas 6 SD
Suku : Jawa
Status Marital : Belum menikah
Alamat : Jl. Mastrip No. 53, Jember
15
sebelum masuk ke rumah orang lain (etika)
11. Mempu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga secara
sederhana
Fase Industry vs Inferiority (Teori Ericson)
12. Mampu menyelesaikan tugas yang diberikan guru
13. Menyelesaikan tugas tepat waktu ( rasa tanggung
jawab)
14. Senang belajar bersama
15. Merasa rendah diri apabila kurang mampu mengerjakan
tugas
Pengkajian HEADSS
a. Home
Klien mengatakan memiliki hubungan yang baik dengan keluarga,
utamanya memiliki hubungan yang dekat dengan ibunya. Selain itu, klien
memiliki hubungan yang baik dengan kakak laki-lakinya dan adik perempuannya
yang terpaut usia 2 tahun dibawahnya. Pola asuh keluarga klien menitikberatkan
pada nilai agama.
b. Education
Klien menempuh pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islam Jember
kelas 6. Setelah tamat SD, keluarga klien merencanakan akan melanjutkan
belajarnya di Pondok Pesantren Nurul Jadid di Probolinggo. Klien mengatakan
bersedia untuk melanjutkan belajarnya di Pondok Pesantren tersebut. keluarga
klien memfasilitasi klien untuk lebih mengenal pondok pesantren dengan
mengajak klien menghadiri acara yang diadakan oleh pondok pesantren.
c. Activity
Klien merupakan seorang siswi kelas 6 SD. Klien mengatakan aktivitas
rutinnya adalah belajar mulai dari pukul 7 pagi hinggal 12 siang. Setelah sekolah
usai, klien mengikuti bimbingan belajar di sekolahnya hingga pukul 3 sore untuk
mempersiapkan ujian nasional. Klien mengatakan cemas mengahadapi ujian
nasional. Aktivitas di rumah, setelah sholat maghrib klien mengaji dibimbing oleh
ibunya.
d. Drugs
Klien tidak mengetahui mengenai obat-obatan terlarang.
e. Seks
16
Klien mengatakan memiliki hubungan baik dengan teman sebaya yang
berjenis kelamin sama.
f. Self-Harm, Depression, and Self Imagine
Klien mengatakan memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan
teman sebayanya. Klien merasa nyaman pada kondisi lingkungannya. Ketika klien
memiliki masalah, klien akan menceritakan kepada ibunya.
17
mengidentifikasi tujuan jangka
pendek dan jangka panjang
yang tepat
Dx 2
NIC :
a. mengidentifikasi pola koping
yang efektif
b. rasa cemas yang disampaikan
secara lisan (sedang)
NOC :
a. bantu klien dalam
mengidentifikasi tujuan jangka
pendek dan jangka panjang
yang tepat
b. dorong klien untuk
mengekspresikan perasaan
cemas, marah, atau sedih
c. temani klien dan berikan
keselamatan dan keamanan
selama periode cemas.
P : Melanjutkan intervensi pada dx 1
dan dx 2
RTL :
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada klien, maka akan
dilakukan pemberian promosi dan pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan
peningkatan perkembangan: anak. Sehingga anak usia sekolah mampu
berkembang secara optimal dalam hal bahasa, kognitif, sosial maupun
emosional.3.2 Asuhan Keperawatan Remaja
3.2.1 Pengkajian
Identitas
Nama : Mohammad Arif Kurniawan
TTL/Umur : Surabaya, 21 Juni 1999 (18 tahun 10 bulan)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
18
Pendidikan : Strata 1
Suku : Jawa
Status Marital : Belum menikah
Alamat : Dsn. Sambiroto RT. 18 RW. 03 Ds. Sambibulu Kec. Taman - Sidoarjo
No Karakteristik Ya Tidak
4 Bersifat egosentris
8 Mengobservasi spiritualitas
17 Mekanisme koping
19
18 Meningkatnya minat terhadap intelektualitas √
No Kemampuan Ya Tidak
Kemampuan Klien
1 Menilai diri sendiri secara obyektif, kelebihan dan √
kekurangan
2 Bergaul dengan teman sejenis dan lain jenis √
3 Memiliki sahabat untuk teman curhat √
4 Mengikuti kegiatan di uar aktivitas rutin (ekstra √
sekolah, olah raga, seni, pramuka, pengajian)
5 Bertanggung jawab terhadap aktivitas yang dilakukan √
6 Memiliki keinginan dan cita-cita masa depan √
7 Mampu menentukan suatu keputusan meski tanpa √
pesetujuan orang tua
8 Tidak menggunakan narkoba, merokok atau terlibat √
perkeahian dalam pergaulan
9 Tidak melakukan tindakan asusila atau seks √
komersial/ pribadi
10 Tidak menuntut orang tua secara paksa untuk √
memenuhi keinginan remaja yang negatif, misal
kendaraan, senajat api
11 Berperilaku santun, menghormati orang tua dan guru, √
bersikap baik dengan teman
20
12 Memiliki prestasi atau sumber kebanggaan sebagai √
wujud aktualisasi diri yang positif
Kemampuan keluarga
1 Memfasilitasi remaja untuk mengikuti kegiatan yang √
positif dan bermanfaat
2 Tidak membatasi atau mengekang remaja dalam √
pencarian identitas diri dengan alasan yang tidak
rasional
3 Menjadi role model dalam cara berinteraksi sosial √
dengan orang lain
4 Menciptakan suasana rumah yang nyaman remaja √
untuk pengembangan bakat dan kepribadian remaja
5 Membimbing remaja secara bijak bila remaja terlibat √
narkoba, merokok dan perkelahian
6 Menjalin hubungan yang harmonis dengan remaja √
7 Menyediakan waktu yang cukup untuk diskusi √
dengan remaja, mendengarkan keluhan, harapan dan
cita-citanya
8 Tidak menjadikan remaja sebagai orang yang sangat √
junior dan tidak memiliki kemampuan apapun
Pengkajian HEADSS
a. Home
Klien mengatakan memiliki hubungan yang baik dengan keluarga, sering
bercengkrama dengan keluarga jika ada masalah maupun tidak ada, baik secara
langsung ketika pulang kerumah maupun berbincang melalui handphone. Klien
memiliki hubungan yang baik dengan kedua kakak laki-lakinya. Jika terjadi
masalah dengan saudara maupun keluarga, klien mengatakan akan
mendistraksikan diri dengan berjalan/main diluar rumah untuk menenangkan diri
dan kemudian kembali ke rumah untuk menyelesaikan masalah.
b. Education
Klien menempuh pendidikan di Fakultas Keperawatan Universitas Jember
dan menginjak semester 2. Klien mengatakan mengatakan memilih pendidikannya
secara sukarela dengan dorongan dari orangtuanya serta termotivasi dari
keluarganya yang berlatarbelakang kesehatan. Klien mengatakan tertarik pada
bidang instrumentator yang berorientasi pada bidang bedah atau kamar operasi,
sehingga klien lebih memilih pembelajaran yang berkaitan dengan bidang
tersebut. Klien mengatakan memiliki hubungan yang baik dengan teman
sebayanya dan seimbang dengan teman yang berjenis kelamin sama maupun
berbeda.
c. Activity
21
Klien merupakan seorang mahasiswa, sehingga klien mengatakan aktivitas
rutinnya adalah perkuliahan dan kegiatan yang senada dengan pendidikannya.
Pada waktu senggang klien akan menghabiskan waktunya dengan diri sendiri
maupun teman sebayanya, seperti berkumpul bersama teman dan juga hangout
bersama. Namun, klien tidak memiliki kegiatan yang berkaitan dengan olahraga.
d. Drugs
Masa remaja adalah masa transisi dan menjadi masa krisis antara masa
anak-anak dan remaja sehingga memiliki kemungkinan untuk mencoba hal-hal
yang baru. Klien mengatakan tidak pernah memiliki keingintahuan atau rasa
tertarik terhadap hal-hal yang berkaitan dengan obat-obatan, rokok maupun
alkohol.
e. Seks
Perkembangan seksual dan pematangan hormon seksual, meningkatkan
perasaan dan perubahan suasana hati maupun perasaan pada remaja. Klien
mengatakan memiliki hubungan baik dengan teman sebaya yang berjenis kelamin
sama, namun tidak sedang menjalin hubungan yang spesial dengan siapapun.
f. Self-Harm, Depression, and Self Imagine
Klien mengatakan memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan
hubungan sosial yang baik pula dengan lingkungan sekitarnya, sehingga klien
menyimpulkan bahwa klien merasa aman pada lingkungannya. Klien mengatakan
tidak ada hal yang menyebabkan ketidaknyamanan pada dirinya. Ketika klien
mengalami suatu masalah, klien mengatakan akan menceritakan hal tersebut pada
teman yang berjenis kelamin berbeda, orangtua maupun keluarga untuk
mendapatkan solusi dan juga ketenangan.
22
2. Kesiapan meningkatkan koping kesehatannya.
Intervensi : A : Outcome Dx 1 dan Dx 2 dapat
tercapai
Dx 1
NOC :
a. Mencurahkan perasaan negatif
dengan cara yang tidak merusak
b. Mendiskusikan perasaan distres
dengan orang dewasa yang
mendukung
c.Menggunakan pemikiran operasional
formal
NIC :
a. Dukung pasien untuk mengenal dan
mendiskusikan pikiran dan
perasaannya.
b.Fasilitasi pasien untuk
mengidentifikasi pola respon yang
biasa dilakukan untuk situasi yang
bervariasi
c. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi sumber motivasi
d. Fasilitasi mengekspresikan diri
dengan kelompoknya
Dx 2
NOC :
a.Modifikasi gaya hidup untuk
mengurangi stres
b.Menggunakan perilaku untuk
mengurangi stres
c.Menggunakan strategi koping yang
efektif
NIC :
a.Dukung pasien untuk
23
mengidentifikasi deskripsi yang
realistik terhadap adanya perubahan
dalam peran
b.Dukung kemampuan mengatasi
situasi secara berangsur-angsur
c.Dukung aktivitas-aktivitas sosial dan
komunitas
d. Eksplorasi bersama pasien
mengenai metode sebelumnya pada
saat menghadapi masalah kehidupan
e.Dukung keterlibatan keluarga,
dengan cara yang tepat
P : Melanjutkan intervensi pada dx 1
dan dx 2
RTL :
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada klien, maka akan
dilakukan pemberian promosi dan pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan
perkembangan anak : remaja sesuai dengan kebutuhan klien. Sehingga status
kesehatan klien dapat mencapai kesejahteraan kesehatan dan klien dapat
menghindari masalah yang mungkin terjadi di masa mendatang. Selain itu, tugas
tumbuh kembang pada tahapan remaja dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanto, Joko Beny. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Perilaku Merokok Remaja Pria di SMA Negeri 3 Demak.
http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtptunimus-
gdl-jokobenyar-5776 [diakses pada 5 April 2018]
Bulechek, G.M., dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). 6th
Edition. Oxford: Elsevier Inc. Terjemahan oleh Nurjannah, I. dan R.D,
Tumanggor. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi keenam.
Yogyakarta: Mocomedia
24
Davies, Teifion & Craig TKJ. 2009. ABC Kesehatan Mental
https://books.google.co.id/books?
id=gW9Gj8lKmogC&pg=PR4&lpg=PR4&dq=Davies,+Teifion+
%26+Craig+TKJ.2009.ABC+Kesehatan+Mental.+Jakarta:
+EGC&source=bl&ots=qWJenl3I71&sig=RsFdWn3V4P-
8fbZhf4bV7_BTZcw&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjFkrqxl7XaAhXCerw
KHQ0dC4cQ6AEIKDAA#v=onepage&q&f=false [diakses pada 6 April
2018]
Herdman, T. Heather. 2015. NANDA International Inc. Nursing Diagnoses:
Definitions & Classifications 2015-2017. 10th Edition. Terjemahan oleh
Kelliat, Budi Anna, dkk. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2015-2017 .Edisi 10. Jakarta EGC
Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta:Prenadamedia.Online.
https://books.google.co.id/books?
id=5KRPDwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false
.
Moorhead, Sue., dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). 5th Edition.
Oxford: Elsevier Inc. Terjemahan oleh Nurjannah, I. dan R.D, Tumanggor.
Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi kelima. Yogyakarta:
Mocomedia
25
Sarayati, Safirah. 2016. Analisis Faktor Perilaku Seksual pada Anak SD di SDN
Dukuh Kupang II-489 Kecamatan Dukuh Pakis Kelurahan Dukuh Kupang
Surabaya. http://repository.unair.ac.id/29636/ [diakses pada 5 April 2018]
Stuart, G.W. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC
Sunaryo. 2010. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia. 2014
Santrock J.W., 2003. Adolescene Perkembangan Remaja. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
26