Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Sebanyak 20 persen atau 44 juta penduduk

Amerika Serikat usia 21 tahun ke atas, diketahui pernah

mengalami tumit pecah. Kebanyakan penderita tumit pecah

ini adalah wanita, yang jumlahnya 50 persen lebih

banyak daripada pria (IPFH., 2012). Tumit pecah adalah

suatu keadaan klinis yang ditandai dengan terdapatnya

fisura pada tumit. Beberapa kondisi yang meningkatkan

risiko terjadinya tumit pecah antara lain adalah cuaca

dingin dan kering, kelembapan kaki yang kurang, paparan

berlebih terhadap air panas dan penuaan (Star., 2012).

Fisura yang terjadi pada tumit pecah merupakan

akibat dari kulit kering (xerosis) pada tumit yang akan

menyebabkan berkurangnya elastisitas kulit sehingga

lapisan kulit akan mengeras dan timbul retakan (Weber

et al., 2010).

Kulit kering yang merupakan salah satu penyebab

terjadinya tumit pecah, terjadi karena suatu keadaan

yang dinamakan Transepidermal water loss yang terjadi

secara berlebih. Transepidermal water loss (TEWL)

adalah banyaknya uap air yang hilang dari kulit, namun

1
tidak termasuk keluarnya air melalui keringat.

Transepidermal water loss meningkat beriringan dengan

peningkatan temperatur kulit dan besarnya

Transepidermal water loss sangat dipengaruhi oleh

tingginya suhu lingkungan kulit (Draelos., 2010).

Indonesia merupakan salah satu negara dengan iklim

tropis dimana memiliki dua musim yaitu panas dan

penghujan. Pada saat musim panas, maka kemungkinan

terjadinya peningkatan Transepidermal water loss akan

meningkat seiringan dengan peningkatan suhu pada

lingkungan sekitar kulit.

Pemahaman tentang bagaimana terjadinya fisura dan

berbagai macam faktor resikonya masih sebatas opini dan

belum banyak dibuktikan secara ilmiah melalui

penelitian. Kurangnya penelitian dan juga informasi

tentang fisura, mengakibatkan banyak orang yang

menganggap remeh kondisi ini, sedangkan terjadinya

fisura dapat meningkatkan resiko terjadinya berbagai

macam komplikasi seperti infeksi dan berbagai macam

penyakit lainnya.

2
B. Rumusan Masalah

Apakah ada korelasi antara Transepidermal Water

Loss dengan derajat keparahan fisura pada tumit pecah ?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui korelasi antara Transepidermal

Water Loss dengan derajat keparahan fisura pada tumit

pecah.

D. Keaslian Penelitian

Setelah melakukan pencarian menggunakan berbagai

situs yang memuat database jurnal seperti EBSCO,

Medscape, Emedcine dan PubMed dengan menggunakan kata

kunci “Cracked Heels”, “Heels Fissure’s” dan

“Transepidermal water loss” tidak ditemukan artikel

terkait maupun judul penelitian yang serupa dengan

penelitian ini.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti : mengetahui apakah ada korelasi

antara Transepidermal Water Loss dengan derajat

keparahan fisura pada tumit pecah.

2. Bagi praktisi : mengetahui faktor resiko

terjadinya fisura pada tumit pecah sehingga dapat

3
memberikan terapi pada pasien sekaligus dapat

memberikan edukasi untuk pencegahannya.

3. Bagi masyarakat : mengetahui faktor resiko yang

dapat mengakibatkan fisura pada tumit pecah sehingga

dapat menghindarinya.

Anda mungkin juga menyukai