Anda di halaman 1dari 15

PEMBENTUKAN ORGANISASI

Disusun Oleh:

Kelopok 4

Abrianto
Dortea Wenda

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA SORONG

TAHUN AJARAN 2019/2020


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari,kita mengenal berbagai jenis organisasi yang memengaruhi
semua tingkatan kehidupan. Fakta menunjukkan bahwa kebanyakan di antara kita menjalani
sebagian besar dari kehidupan dalam organisasi-organisasi (atau sedikitnya, di pengaruhi oleh
berbagai macam organisasi). Kita merupakan anggota dari organisasi yang dinamakan
keluarga. menjadi anggota dari organisasi tempat kita bekerja, berpartisipasi aktif sebagai
anggota organisasi pada umumnya dapat di katakana murid. Sebagai mahasiswa kita
merupakan anggota organisasi yang dinamakan masyarakat.

Organisasi merupakan elemen yang amat diperlukan di dalam kehidupan manusia (apalagi
dalam kehidupan modern). Organisasi membantu kita melaksanakan hal-hal atau kegiatan-
kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan dengan baik sebagai indivudu. Di samping itu, dapat
dikatakan lagi bahwa organisasi-organisasi membantu masyarakat, membantu kelangsungan
pengetahuan dan ilmupengetahuan. Ia pun merupakan penting aneka macam karir di dalam
masyarakat. Organisasi-organisasi merupakan bagian dari lingkungan kita bekerja, tempat
kita bermain. Pendekatan organisasi adalah tempat kita melakukan apa saja. Organisasi-
organisasi mempengaruhi kehidupan. Sebaliknya, kita dapat pula mempengaruhi kehidupan
organisasi.

Pada dasarnya organisasi terbentk atas dasar adanya keterbatasan-keterbatasan pada manusia
sebagai induvidu dalam mencapai suatu tujuan. Dengan adanya organisasi dan kegiatanya,
diekspektasikan kendala-kendala individu dalam kemampuan biologis dan faktor visikal dari
lingkungan yang dihadapi olehnya dapat diatasi. Alasan terbentuknya organisasi diantaranya
adalah alasan sosial,yaitu sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk
pergaualan, alasan material yaitu memperbesar kemampuannya dan untuk efisiensi dan
mengakumulasikan pengetauan dari generasi-kegenerasi. Pada umumnya manusia banyak
tujuan yang hendak dicapai sepanjang hidupnya. Seringkali untuk mencapai tujuan besar,
seseorang memerlukan orang lain untuk diajak bekerjasama untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam kerjasama tersebut, aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang yang terlibat
mengikuti suatu pola kerja tertentu seperti adanya jalur-jalur wewenang, perintah, tanggung
jawab secara vertikal maupun horisontal dalam hirarki jabatan-jabatan yang muncul. “Tempat
atau wadah” kerja sama untuk mencapai tujuan dengan pola tertentu itu disebut sebagai
organisasi.

Dalam perwujudannya, organisasi memiliki sejumlah anggota yang bersifat fisik maupun non
fisik, meliputi pula aspek-aspek sosial, budaya, teknologi, dan sejumlah interaksi yang tidak
tampak oleh panca indara.

1. Rumusan Masalah
Berdasrkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut

1. Jelaskan Organisasi secara Umum ?


2. Jelaskan Alasan mempelajari organisasi ?
3. Pentingnya mempelajari organisasi bagi mahasiswa ?
4. Tujuan
Berdasrkan latar belakang di atas maka yang menjadi tujuan dalam makalah ini adalah
sebagai berikut

1. Untuk mengetahui Organisasi secara Umum


2. Untuk mengetahui Alasan mempelajari organisasi
3. Untuk mengetahui Pentingnya mempelajari organisasi bagi mahasiswa
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ORGANISASI
Organisasi adalah suatu sistem yang stabil, yang merupakan perwujudan kerja sama
antara individu-individu untuk mencapai tujuan bersama, dengan mengadakan jenjang dan
pembagian tugas tertentu. (Rogers, 1983).
Syarat-syarat Organisasi :
1. Memiliki tujuan yang dirumuskan dengan jelas.
2. Memiliki pembagian tugas yang jelas. Suatu organisasi pasti terdiri dari beberapa
posisi yang semuanya mempunyai tanggungjawab dan tugas yang jelas. Meski
memungkinkan adanya pergantian orang dalam suatu organisasi, namun tugas dan
fungsi masing-masing posisi itu tidak berubah dan tetap pada tujuan organisasi.
3. Memiliki kejelasan struktur otoritas (kewenangan). Tidak semua posisi dalam
organisasi memiliki kewenangan yang sama. Dan dalam pengaturan kewenangannya
diperjelas tentang pertanggung jawaban setiap posisi
4. Memiliki aturan dasar/umum (tujuan, syarat susunan pengurus dll.) dan aturan
khusus (perincian kegiatan, cara pembentukan pengurus dll.) atau biasa disebut
dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
5. Pola hubungan informal. Organisasi yang sangat ketat, penuh dengan birokrasi kaku
dan sangat formal akan menghilangkan unsur manusiawi dalam kinerja antar
anggotanya. Maka suatu organisasi haruslah menggunakan pola informal dalam
hubungan antar anggotanya untuk menghilangkan ketegangan dan bisa lebih akrab
namun tetap bertanggung jawab satu sama lain.

Disini, proses inovasi dalam organisasi sasarannya adalah tetap pada masing-maaing
individu namun tetap terikat pada aturan organisasi tersebut. Pemikiran kebanyakan orang
adalah dalam upaya mempertahankan kestabilan organisasi, para anggota organisasi tidak
terlalu menginginkan inovasi. Padahal pada kenyataannya suatu organisasi selalu berhadapan
dengan inovasi dan sebenarnya inovasi itu adalah suatu proses kemajuan organisasi.

B. Proses Pembentukan Organisasi

a. Proses pembentukan Kelompok dan Organisasi Sosial

Pada dasarnya, pembentukan kelompok dan organisasi sosial dapat diawalidengan adanya
persepsi, perasaan atau motivasi, dan tujuan yang samadalam memenuhi kebutuhannya.
Dalam proses selanjutnya didasarkanadanya hal-hal berikut:
1. Persepsi: Pembagian kelompok didasarkan pada tingkat kemampuanintelegensi yang
dilihat dari pencapaian akademis. Misalnya terdapatsatu atau lebih punya kemampuan
intelektual, atau yang lain memilikikemampuan bahasa yang lebih baik. Dengan
demikian diharapkananggota yang memiliki kelebihan tertentu bisa menginduksi
anggotalainnya.
2. Motivasi: Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasianggota kelompok
untuk berkompetisi secara sehat dalam mencapaitujuan kelompok. Perbedaan
kemampuan yang ada pada setiapkelompok juga akan memicu kompetisi internal
secara sehat. Dengandemikian dapat memicu anggota lain melalui trans!er ilmu
pengetahuanagar bisa memotivasi diri unuk maju.
3. Tujuan: Terbentuknya kelompok karena memiliki tujuan untuk dapatmenyelesaikan
tugas-tugas kelompok atau individu.
4. Organisasi: Pengorganisasian dilakukan untuk mempermudahkoordinasi dan proses
kegiatan kelompok. Dengan demikian masalahkelompok dapat diselesaikan secara
lebih e!esien dan e!ekti!
5. Independensi: Kebebasan merupakan hal penting dalam dinamikakelompok.
&ebebasan disini merupakan kebebasan setiap anggota untukmenyampaikan ide,
pendapat, serta ekspresi selama kegiatan. 'amundemikian kebebasan tetap berada
dalam tata aturan yang disepakatikelompok.
6. Interaksi: Interaksi merupakan syarat utama dalam dinamika kelompok,karena
dengan interaksi akan ada proses transfer ilmu dapat berjalan.

C. Rancangan Organisasi
Ada tiga rancangan (design) organisasi yang umum, yaitu rancangan dengan struktur
sederhana, rancangan organisasi birokrasi (bureaucracy), dan organisasi dengan struktur
matriks.
a. Rancangan Organisasi
Dengan struktur yang sederhana ditandai oleh departemenalization yang sedikit, span
of control yang lebar, kewenangan di pegang terpusat pada satu orang, dan formulasi sedikit.
Rancangan ini biasanya dapat ditemukan pada organisasi usaha yang kecil, dimana
pimpinannya juga menjadi pemilik. Misalnya pedagang-pedagang batik, usaha menjahit
pakaian. Perusahaan yang formalisasinya sedikit dinamakan juga organisasi organik,
sedangkan perusahaan yang banyak formalisasinya disebut organisasi mekanistik.
Rancangan dengan struktur sederhana kekuatannya terletak pada ksederhanannya. Mampu
bertindak cepat, lentur dan tidak mahal dalam pemeliharaannya. Jika usahanya berkembang
besar, maka struktur yang sederhana ini tidak dapat dipertahankan. Jumlah pegawai sampai
50-100 orang sulit bagi pemilik untuk mempertahankan struktur sederhana ini.
1. Birokrasi
Birokrasi adalah satu struktur dengan tugas-tugas yang beroperasi
sangat rutin dicapai melalui spesialisasi. Pelaksanaan tugas-tugas administrasi
kepegawaian misalnya, tugas perhitungan penggajian setiap bulan ditambah
dengan tambahan insentif yang dihitung berdasarkan peraturan-peraturan
tertentu, yang telah diformalisasi, merupakan tugas rutin yang setiap bulan
harus dlakukan. Disamping itu dapat ditemukan tugas-tugas yang
dikelompokkan ke dalam bagian-bagian fungsional tertentu, misalnya bagian
produksi, bagian distribusi, bagian keuangan, bagian akuntasi dan sebagainya.
Kewenangannya terpusat, span of control sempit, proses pengambilan
keputusan mengikuti rantai komando. Pengambilan keputusan pada tingkat
organisasi yang rendah harus diminta persetujuan oleh atasan sesuai dengan
rantai komando. Misalnya, persetujuan untuk mencetak formulir laporan
keuangan di percetakan tertentu dimintakan izin dan persetujuannya melalui
kepala departemen, kepada divisi dan akhirnya direktur.
Kekuatan utama dari organisasi berstruktur birokrasi terletak dalam
kemampuannya untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang distandardisasi
dengan cara yang sangat efisien (misalnya, penyusunan laporan keuangan
setiap bulan). Selanjutnya dalam organisasi birokrasi dapat bekerja tenaga-
tenaga yang tidak perlu highly talented, karena pelaksanaan tugas sudah
mengikuti peraturan-peraturan yang telah diformalisasi dan distandardisasi.
Tidak ada kebutuhan akan tenaga-tanaga pengambilan keputusan yang
berpengalaman dan inovatif di bawah tingkat eksekutif senior. Adanya bagian-
bagian dengan spesialisasi tertentu, yang berfungsi di bidang dapat
menimbulkan konflik antarbagian. Robins (1998) memberi gambaran dari
dialog yang terjadi antara empat eksekutif. “tahu nggak, tidak akan terjadi
sesuatu di tempat ini sampai kita memproduksi sesuatu”, kata ekskutif
produksi.
Manajer penelitian dan pengembangan berkomentar. “Salah tidak
terjadi sesuatu di sini sampai kami merancang sesuatu.” Eksekutif pemasaran
membantah, “tidak terjadi seuatu di sini sampai kami menjual sesuatu”.
Manajer akunting menjawab, “tidak peduli apakan anda mempruduksi,
merancang, atau menjual, tidak akan ada yang tahu apa yang terjadi sebelum
kami memasukkan hasil-hasilnya dalam laporan pembukuan kami.”
Kelemahan yang lain dari birokrasi adalah hasrat pada pegawai untuk bekerja
menurut aturan-aturan yang ada. Jika timbul masalah yang tidak dapat
diselesaikan sesuai dengan peraturan-peraturan yang berleku, maka persoalan
akan tetap ada dan tidak diselesaikan, atau diselesaikan tidak tept. Dapat
terjadi juga bahwa untuk mengurus surat izin misalnya, karena harus melewati
berbagai meja pejabat sebelum sampai kepada yang berwenang memberi izin,
baru setelah waktu lama kita dapatkan izin yang kita perlukan. Sebagai salan
satu akibat terjadilah penyuapan pejabat agar surat izin dapat cepat diperoleh.

2. Struktur Matrik
Merupakan rancangan organisasi lain yang populer. Bila kedua
rancangan organisasi di atas berlaku one man, one boss, setiap bawahan
memiliki dua alasan. Pada struktur matriks, setiap bawahan memiliki dua
alasan. Matriks mengkombinasi dua bentuk departementalisasi, yaitu
fungsional dan produk.
Struktur matriks dapat ditemukan dalam organisasi-organisasi
periklanan, perguruan tinggi, tumah-rumah sakit, perusahaan konsultan
manajemen dan sebagainya. Di fakultas Psikologi UI misalnya dosen
dikelompokkan berdasarkan bidang keahlian kekhususan mereka masing-
masing, sekaligus mereka menjadi dosen di program pendidikan yang
berbeda-beda.
Kekuatan departementalisasi fungsional ialah mengelompokkan
tenaga-tenaga ahli dari bidang tertentu dalam satu bagian, yang sekaligus
dapat berfungsi untuk menghasilkan produk yang berbeda-beda (mangajar di
program pendidikan yang berbeda-beda). Dengan demikian meminimalkan
jumlah tenaga ahli. Ciri dari struktur matrik ialah tidak mengikuti konsep
unity-of command (one man, one boss). Setiap tenaga ahli memiliki atasan
kepala bagian dan koordinator program.
Kekuatan dari matriks terletak pada kemampuannya untuk
melancarkan koordinasi jika organisasi memiliki kegiatan-kegiatan majemuk
yang banyak dan yang saling tergantung.
Kelemahan dari struktur matrik terletak pada kebingungan yang
diciptakan, kemungkinan merupakan sumber dari konflik kekuasaan, dan
tekanan yang terletak pada individunya. Misalnya, kepala bagian memerlukan
tenaganya untuk proyek penelitian, pada saat yang sama ia perlu mengajar di
program studi S1 dan S2.

D. Kerjasama Antar Organisasi

a. Bentuk Kerjasama

1. Joint Venture
Joint venture adalah bentuk kerjasama antar beberapa perusahaan yang berasal dari
beberapa negara menjadi satu perusahaan untuk mencapai konsentrasi kekuatan-kekuatan
ekonomi yang lebih padat.

Contoh perusahaan yang melakukan joint venture adalah:

–LG.Philips Components (joint venture antara LG dengan Philips)


–NUMMI (joint venture antara General Motors dengan Toyota)
–Penske Truck Leasing (joint venture antara GE dengan Penske)
–Sony Ericsson (joint venture antara Sony dengan Ericsson)

2. Kartel
Kartel yaitu suatu kesepakatan (tertulis) antara beberapa perusahaan produsen dan lain-
lain yang sejenis untuk mengatur dan mengendalikan berbagai hal, seperti harga, wilayah
pemasaran dan sebagainya, dengan tujuan menekan persaingan dan meraih keuntungan.

Contoh perusahaan yang melakukan kartel adalah:

-Di Indonesia, kerjasama dalam bentuk kartel terjadi pada PT Semen Gresik, PT Holcim
Indonesia dan PT Indocement, yang menguasai 88% pangsa pasar dan mampu untuk
mengontrol harga semen di dalam negeri.

3. Trust/Merger

Merger adalah proses difusi dua perseroan dengan salah satu diantaranya tetap berdiri
dengan nama perseroannya sementara yang lain lenyap dengan segala nama dan kekayaannya
dimasukan dalam perseroan yang tetap berdiri tersebut.

Merger terbagi menjadi tiga, yaitu:

a. Merger Horizontal, adalah merger yang dilakukan oleh usaha sejenis (usahanya
sama), misalnya merger antara dua perusahaan Roti, merger perusahaan sepatu.
b. Merger vertikal, adalah merger yang terjadi antara perusahaan-perusahaan yang saling
berhubungan, misalnya dalam alur produksi yang berurutan.

Contohnya:Perusahaan pemintalan benang merger dengan perusahaan kain, perusahaan ban


merger dengan peurusahaan mobil.
a. Konglomerat ialah merger antara berbagai perusahaan yang menghasilkan berbagai
produk yang berbeda-beda dan tidak ada kaitannya, misalnya perusahaan sepatu
merger dengan perusahaan elektronik, atau perusahaan mobil merger dengan
perusahaan makanan. Tujuan utama konglomerat ialah untuk mencapai pertumbuhan
Badan Usaha dengan cepat dan mendapatkan hasil yang lebih baik. Caranya ialah
dengan saling bertukar saham antara kedua perusahaan yang disatukan.

Contoh perusahaan yang melakukan Trust/Marger adalah:

-Rabobank International Indonesia (RII) telah melakukan merger dengan Bank Haga dan
Bank Hagakita setelah membeli saham mayoritas dua bank tersebut dari Grup Djarum tahun
2006. Bank Haga dan Bank Hagakita akan melebur ke Rabobank International Indonesia
(RII) sebagai bank hasil penggabungan dari tiga bank.

4. Holding Company

Holding company adalah suatu perusahaan yang bertujuan untuk memiliki saham dalam
satu atau lebih perusahaan lain atau mengatur satu atau lebih perusahaan lain tersebut.

Contoh perusahaan yang melakukan Holding company adalah:

-PT Semen Gresik Tbk membentuk perusahaan induk (holding company) bagi Semen Gresik,
Semen Padang, dan Semen Tonasa. Permodalan Semen Gresik masih yang paling kuat,
sedangkan pertumbuhan kinerja Semen Padang dan Tonasa berada di peringkat terbawah
sehingga PT Semen Gresik Tbk melakukan Holding company untuk meningkatkan kinerja
perusahaannya.

E. INOVASI DALAM ORGANISASI

1. KEPEKAAN ORGANISASI TERHADAP INOVASI

Kepekaan disini berarti berhubungan dengan sejauh mana organisasi itu peka terhadap
inovasi (lebih cepat menerima inovasi).

Ada beberapa variabel yang mempengaruhi kepekaasn organisasi terhadap inovasi, yaitu :

· Ukuran suatu organisasi. Makin besar ukuran suatu organisasi makin cepat menerima
inovasi.

· Karakteristik struktur organisasi, yang mencakup ;

- Sentralisasi. Kewenangan dan kekuasaan dalam organisasi dikendalikan oleh beberapa


orang tertentu. Hal ini mempunyai hubungan negatif terhadap kepekaan organisasi.
- Kompleksitas. Artinya suatu organisasi terdiri dari orang-orang yang memiliki keahlian
dan pengetahuan yang tinggi. Hal ini mempunyai hubungan positif terhadap kepekaan
organisasi.

- Formalitas. Artinya organisasi ini selalu menekankan pada prosedur dan aturan-aturan
baku dalam berogranisasi. Hal ini mempunyai hubungan negatif terhadap kepekaan
organisasi.

- Keakraban hubungan antar anggota. Hal ini juga jelas mempunyai hubungan positif
terhadap kepekaan organisasi.

- Kelenturan organisasi. Artinya sejauh mana organisasi mau menerima sumber dari luar
yang tidak ada kaitannya secara formal. Hal ini mempunyai hubungan positif terhadap
kepekaan organisasi.

- Karakteristik perorangan (pemimpin). Ketika seorang pemimpin memiliki sikap yang


terbuka terhadap inovasi maka semakin cepat organisasi itu menerima inovasi.

- Karakteristik eksternal organisasi. Hal ini berkaitan dengan sistem yang di anut oleh
organisasi. Apabila organisasi tersebut menganut sistem terbuka dalam arti mau menerima
pengaruh dari luar sistem, maka organisasi tersebut akan cepat menerima inovasi.

3. KEPUTUSAN INOVASI DALAM ORGANISASI

Pengambilan keputusan dalam suatu organisasi sangat penting karena menyangkut masa
depan organisasi, apakah keputusan itu membawa keberhasilan ataukah kegagalan
dikarenakan kesalahan dalam mengambil keputusan.

Dalam kaitannya dengan inovasi, metode ataupun cara yang dilakukan tidaklah sama
dengan langkah-langkah pengambilan keputusan biasa dimana resiko sudah diketahui, maka
perbedaannya disini adalah bahwa pengambilan keputusan inovasi itu dimulai dengan
adanya serba tak tentu (uncertainty).

Dalam organisasi, hal-hal atau faktor yang merangsang adanya inovasi ialah terjadinya
performance gaps (kesenjangan penampilan) yaitu kondisi dimana adanya perbedaan antara
apa yang ditampilkan dengan apa yang seharusnya dilakukan ketika keputusan diambil.
Dalam hal ini bisa saja berbentuk macam-macam masalah organisasi.

Nah, ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya kesenjangan penampilan ini, yaitu :

· Apabila penentuan kriteria keberhasilan suatu program organisasi tidak tepat. Misalnya
persyaratan yang terlalu tinggi dan tidak berimbang dengan kinerja dan SDM.

· Apabila suatu organisasi ingin meningkatkan kualitasnya. Misal ketika suatu organisasi
yang tengah berjalan dengan mantap, tidak ada masalah yang berarti. Namun sangb
pemimpin ingin sekali mengingkatkan kualitas dengan menambahkan syarat-syarat baru dan
semacamnya yang menyebabkan apa yang diharapkan oleh pemimpin tidak sama dengan apa
yang dilakukan para anggotanya.

· Apabila terjadi perubahan intern organisasi :

- Adanya pemimpin atau pejabat baru yang membawa aturan dan harapan baru.

- Perubahan teknologi.

· Apabila terjadi perubahan di luar organisasi (faktor lingkungan).

- Permintaan kebutuhan atau layanan adri masyarakat berubah.

- Terjadinya perubahan karena teknologi varu yang digunakan secara luas.

- Terjadi perubahan organisasi sebagai dampak dari kerja sama dengan pihak luar.

Tipe-tipe pengambilan keputusan inovasi dalam organisasi

Ada dua tipe pengambilan keputusan inovasi yang sering digunakan dalam organisasi,
perbedaannya adalah sejauh mana anggota organisasi dapat ikut berpartisipasi dalam proses
pengambilan keputusan, kedua tipe itu ialah :

· Keputusan Otoritas

Keputusan otoritas dibuat oleh seorang atau sekelompok kecil orang-orang yang sering
disebut juga sebagai “kelompok dominan” dalam suatu organisasi. Dalam hal ini keputusan
untuk menolak atau menerima inovasi dipaksakan kepada anggota organisasi oleh para
petinggi organisasi. Ada dua macam keputusan otoritas yang sering dgunakan dalam
organisasi formal yaitu :

- Keputusan otoritas dengan partisipasi anggota organisasi (pendekatan partisipatif).

Rogers dan Soemaker (1971) membuat hipotesa bahwa kecepatan penerimaan inovasi lebih
cepat dengan menggunakan pendekatan otoritatif.

- Keputusan otoritas tanpa partisipasi anggota organisasi (pendekatan otoritatif).

Zaltman, Duncan dan Holbek (1973) mengemukakan bahwa perubahan yang disebarkan
dengan menggunakan pendekatan otoritatif banyak yang tidak berkelanjutan daripada
perubahan yang disebarkan menggunakan pendekatan partisipatif.

Keputusan otoritas biasanya dipandang lebih efisien karena urutan pentahapan proses
pengambilan keputusan dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat.

· Keputusan Kolektif
Rogers dan Soemaker (1971) mendefinisikan keputusan kolektif sebagai suatu cara yang
digunakan para anggota sistem sosial untuk menerima atau menolak inovasi dengan
kesepakatan bersama dan semua anggota harus menerima keputusan yang telah dibuat
bersama tersebut. Keputusan kolektif biasanya digunakan oleh organisasi yang dibentuk
secara suka rela, misalnya organisasi kesenian atau olahraga.

Menurut Schein, ada dua hal yang menghambat dilaksanakannya pengambilan keputusan,
yaitu :

- Anggota minoritas sering merasa tidak cukup waktu pada saat mendiskusikan hal yang
diputuskan itu, sehingga mereka belum memahami secara mendalam.

- Kelompok minoritas menganggap bahwa dalam pemungutan suara itu terjadi dua
kelompok yang bersaing, saat ini mereka kalah dan mereka akan menunggu kesempatan
untuk berjuang mendapatkan kemenangan pada pemungutan suara di waktu yang akan
datang.

Tipe keputusan kolektif dapat memberikan fasilitas proses inovasi dalam beberapa cara,
antara lain :

- Terjadi mekanisme umpan balik secara internal.

- Setiap anggota mendapat kesempatan untuk dapat memahami akan kebutuhan inovasi.

- Memberikan kemungkinan lancarnya pelaksanaan implementasi.

- Meningkatnya kerja sama antar anggota dalam proses keputusan inovasi juga akan
mempengaruhi kelancaran implementasi.

Proses keputusan inovasi secara kolektif sangat tepat digunakan dan akan efektif apabila
partisipan (anggota organisasi) merasa bahwa :

- Inovasi ditempatnya bekerja relevan dengan keperluannya.

- Mereka memiliki kemampuan untuk memulai dan menerapkan inovasi.

- Mereka mempunyai kewenangan untuk menggunakan inovasi.

Apabila persyaratan tersebut tidak terpenuhi, maka kombinasi antara tipe keputusan kolektif
dan otoritas lebih tepat digunakan.

4. PROSES INOVASI DALAM ORGANISASI

Proses inovasi adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh individu atau organisasi,
mulai dari sadar atau tahu adanya inovasi sampai menerapkan (implementasi) inovasi. Dalam
mempelajari proses inovasi, para ahli menggunakan berbagai model untuk mengidentifikasi
kegiatan apa saja yang dilakukan oleh individu ataupun organisasi selama proses itu
berlangsung. Berikut contoh model proses inovasi yang berorientasi pada individual dan
organisasi :

Model yang Berorientasi pada Individual : Rogers & Shoemaker (1971).

Model yang Berorientasi pada Organisasi : Zaltman, Duncan & Holbek (1973).

I. Tahap permulaan (inisiasi)

1. Langkah pengetahuan dan kesadaran.

2. Langkah pembentukan sikap terhadap inovasi.

3. Langkah keputusan.

II. Tahap Implementasi

1. Langkah awal implementasi.

2. Langkah kelanjutan pembinaan

Berikut penjelasan mengenai model di atas :

I. Tahap Permulaan (initiation stage)

1. Langkah pengetahuan dan kesadaran.

Sebelum inovasi dapat diterima, calon penerima harus sudah menyadari bahwa ada
inovasi dan dengan demikian ada kesempatan untuk menggunakan inovasi dalam organisasi.
Jika kita lihat kaitannya dengan organisasi maka adanya kesenjangan penampilan dapat
mendorong untuk mencari suatu inovasi.

2. Langkah pembentukan sikap terhadap inovasi

Ada dua sikap yang akan ditunjukkan oleh anggota organisasi terhadap adanya inovasi :

a. Sikap terbuka terhadap inovasi, yang ditandai dengan :

- Kemauan anggota organisasi untuk mempertimbangkan inovasi.

- Mempertanyakan inovasi (sceptic).

- Merasa bahwa inovasi akan dapat meningkatkan kemampuan organisasi dalam


menjalankan fungsinya.
b. Memiliki persepsi tentang potensi inovasi yang ditandaidengan adanya pengamatan yang
menunjukkan :

- Bahwa ada kemampuan bagi organisasi untuk menggunakan inovasi.

- Organisasi pernah mengalami keberhasilan pada masa lalu dengan menggunakan inovasi.

- Adanya komitmen atau kemampuan untuk bekerja dengan menggunakan inovasi serta
siap untuk menghadapi kemungkinan timbulnya masalah dalam penerapan inovasi.

3. Langkah pengambilan keputusan

Pada langkah ini segala informasi tentang potensi inovasi di evaluasi. Jika unit
pengambilan keputusan dalam organisasi menganggap bahwa inovasi itu memang dapat
diterima dan ia senang untuk menerimanya maka inovasi akan diterima dan diterapkan dalam
organisasi. Begitupun sebaliknya. Hal yang harus diperhatikan adalah pengumpulan
informasi sebanyak-banyaknya mengenai inovasi yang akan diterima/ditolak agar tidak
terjadi kesalahan dalam pengambilan keputusan.

II. Tahap Implementasi (Penerapan)

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan oleh para anggota organisasi ialah menggunakan
dan menerapkan inovasi. Ada dua langkah yang harus dilakukan, yaitu :

1. Langkah awal implementasi.

Pada langkah ini organisasi mencoba menerapkan sebagian inovasi.

2. Langkah kelanjutan oembinaan penerapan inovasi.

Jika pada penerapan awal telah berhasil, para anggota telah mengetahui dan memahami
inovasi serta memperoleh pengalaman dalam menerapkannya maka tinggal melanjutkan dan
menjaga kelangsungannya.

5. EFISIENSI dan EFEKTIF dalam ORGANISASI


Ungkapan kata efisiensi dan efektifitas dapat diartikan secara menyeluruh dalam setiap
aktivitas / kegiatan organisasi. Kedua kata tersebut merupakan kata yang dapat saling
melengkapi. Mengapa begitu ? Karena kata efisiensi menceritakan bagaimana suatu usaha
dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan eksploitasi yang semakin meningkat karena
penggunaan biaya/dana yang sudah melebihi target yang direncanakan.

Di satu sisi, maksud dari efektifitas adalah meminta dan berusaha agar segala usaha atau
aktivitas organisasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan dengan tetap melakukan efesiensi
secara benar sesuai porsinya.Jangan salah kaprah, jika efisiensi dilakukan hanya semata-mata
untuk mengurangi agar beberapa pos pengeluaran mengalami penurunan, dengan tidak
memperhitungkan ketidak-efektifan produktifitas kinerja, yang terjadi malah kinerja
menurun. Dan sudah pasti program kerja tidak akan berjalan dengan semestinya.

Langkah terpenting dapat dilakukan untuk mewujudkan efisiensi dan efektifitas adalah
meningkatkan produktiftas SDM, ciptakan aturan dan mekanisme kerja yang konsisten serta
penyaluran dana/biaya operasional yang betul-betul dipergunakan demi kepentingan
kerja/kedinasan secara langsung sesuai dengan kepentingannya dan program efisiensi dan
efektifitas dilakukan secara merata pada semua lini atau bagian di lingkup organisasi, serta
efisiensi harus terus tetap dilakukan dalam kondisi apapun, asalkan tidak menghambat kinerja
organisasi.

Beberapa pengertian efisiensi:

-Efektifitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang
diharapkan dari sejumlah input.

-Efisiensi adalah perbandingan terbaik antara suatu kegiatan dengan hasilnya. Menurut
definisi ini, efisiensi terdiri atas 2 unsur yaitu kegiatan dan hasil dari kegiatan tersebut.
merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya sumber/biaya untuk
mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan.

-Pernyataan H. Emerson adalah:“Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara input


(masukan) dan outputefisiensi adalah sesuatu yang kita kerjakan berkaitan dengan
menghasilkan hasil yang optimal dengan tidak membuang banyak waktu dalam proses
pengerjaannya.efektif belum tentu efisien dan begitu sebaliknya.
Daftar Pustaka
https://kulpulan-materi.blogspot.com/2012/06/rancangan-organisasi.html

https://wijayaswy.wordpress.com/2013/10/27/jenis-organisasibentuk-
kerjasamakonflik-dalam-organisasi/

http://robymaulana.blogspot.com/2011/02/inovasi-dalam-organisasi.html

Anda mungkin juga menyukai