Anda di halaman 1dari 27

PENGANTAR SOSIOLOGI

“ MEMAHAMI POLITIK PEREKONOMIAN GLOBAL ”

Dosen Pengampu :

Havidzatul Hanim,S.Sos.,M.Si

Disusun oleh Kelompok 3 :

1. Bambang Sudaryono
2. Devy Ardianti
3. Yunika
4. Agam
5. Harry
6. Latifah
7. Audira

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2019


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap berbicara tentang politik dalam global, maka tak lengkap jika tidak membahas

ekonomi di dalamnya pula. Politik dan ekonomi merupakan elemen penting dalam

kehidupan manusia. Kegiatan sehari-hari masyarakat tak akan lepas dari kegiatan politik

dan ekonomi. Dalam dunia yang lebih luas politik dan ekonomi mampu memperngaruhi

berbagai aspek kehidupan manusia. Bahkan melibatkan berbagai organisasi pemerintahan,

perusahaan, individu dan aktor-aktor non pemerintah lainnya, transaksi ekonomi juga

menjadi kegiatan utama.

Perkembangan politik dan ekonomi cukup signifikan, dan sangat terpangruh terhadap

tingkah laku manusia. Situasi global saat ini merupakan hasil dari kebijakan yang diambil

para elite politik maupun ekonomi dahulu. Lalu, saat ini politik dan ekonomi dunia tidak

bisa dipahami hanya melalui satu perspektif saja. Kita perlu melihat politik dan ekonomi

gobal dari berbagai sudut pandang agar dapat memahami dengan baik. Pada pembahasan

makalah ini, penulis menyajikan berbagai konsep-konsep politik dan ekonomi global

dengan judul “Sosiologi: Memahami Politik dan Perekonomian Global”.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penulisan ini yaitu, sebagai berikut.

1. Apa konsep-konsep kekuasaan, wewenang, dan kekerasan?

2. Apa saja tipe pemerintah di dunia?

3. Bagaimana sistem politik Amerika Serikat?

4. Apa saja perspektif sosiologi dalam kepemimpinan?

1
5. Bagaimana konsep perang dan terorisme dalam kajian pengimplementasian

tujuan politik?

6. Bagaimana transformasi sistem perkonomian global?

7. Apa saja jenis-jenis sistem ekonomi dunia?

8. Bagaimana peran kapitalisme dalam perekonomian global?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun manfaat penulisan pada karya ini yaitu, sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui konsep-konsep kekuasaan, wewenang, dan kekerasan.

2. Untuk mendapatkan informasi mengenai tipe pemerintah di dunia.

3. Untuk mengetahui sistem politik Amerika Serikat.

4. Untuk mendapatkan informasi mengenai perspektif sosiologi dalam

kepemimpinan.

5. Untuk mengetahui konsep perang dan terorisme dalam kajian

pengimplementasian tujuan politik.

6. Untuk mendapatkan informasi tentang transformasi sistem perekonomian

global.

7. Untuk mengetahui jenis-jenis sistem ekonomi dunia.

8. Untuk mendapatkan informasi tentang peran kapitalisme dalam perekonomian

global.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Politik: Menetapkan Kepemimpinan

Agar tetap dapat berjalan, setiap masyarakat harus mempunyai suatu sistem

kepemimpinan. Beberapa orang harus mempunyai kekuasaan atas orang lain. Marilah kita

jajaki topik yang sedemikian signifikan dalam kehidupan kita ini.

A. Kekuasaan, Wewenang, dan Kekerasan

Kekuasaan (power) adalah kemampuan untuk melaksanakan keinginan kita,

meskipun ditentang orang lain sebagai sesuatu yang sah ataupun tidak sah.

Kekuasaan yang sah disebut wewenang (authority) yaitu kekuasaan yang dianggap

benar oleh orang lain, sedangkan kekuasaan yang tidak sah disebut paksaan

(coercion) ialah kekuasaan yang tidak dianggap orang sebagai suatu hal yang benar.

1) Wewenang dan Kekerasan yang Sah

Pemerintah, yang juga dikenal sebagai negara (state), menguasai monopoli

penggunaan kekerasan secara sah. Apa yang diajukan oleh Max Weber (1946,

1922/1968)–bahwa negara menguasai hak eksekutif atas penggunaan kekerasan dan

hak untuk menghukum siapa pun yang menggunakan kekerasan–sangat penting bagi

pemahaman kita mengenai politik. Kita tidak dapat membunuh sesorang karena ia

telah melakukan sesuatu yang secara mutlak kita anggap sebagai suatu bentuk

kejahatan yang sangat kejam–tetapi negara dapat melakukannya.

Lantas, mengapa orang menerima kekuasaan sebagai hal yang sah? Max

Weber (1922/1968) mengidentifikasikan tiga sumber wewenang, yaitu sebagai

berikut.

3
a) Wewenang Tradisional

Sepanjang sejarah, fondasi paling lazim bagi wewenang ialah tradisi.

Wewenang tradisional (traditional authority) didasarkan pada kebiasaan,

merupakan ciri kelompok kesukuan. Wewenang tradisional mengalami kemunduran

seiring berkembangnya industrialisasi, walaupun tidak hilang sepenuhnya. Contoh

wewenang tradisional seperti, kelahiran dalam suatu keluarga tertentu yang

mengharuskannya menjadi raja atau ratu atau kepala suku karena rakyat setempat

percaya bahwa ini merupakan cara yang paling benar untuk menentukan siapa yang

akan memerintah.

b) Wewenang Rasional-Legal

Wewenang rasional-legal (rational-legal authority) terkadang disebut sebagai

wewenang birokratis, tidaklah didasarkan pada kebiasaan, melainkan pada peraturan

tertulis. Oleh karena itu, rasional-legal merujuk pada hal-hal yang disepakati orang

secara masuk akal dan dituliskan menjadi hukum. Hal yang disepakati dapat bersifat

sangat luas seperti hak anggota masyarakat, atau bersifat sangat sempit seperti suatu

kontrak antara dua orang individu.

c) Wewenang Karismatis

Wewenang karismatis (charismatic authority) adalah tipe wewenang ketiga

yang dibeberkan oleh Weber, biasanya wewenang ini muncul dari pemimpin yang

menarik atau berkarisma bagi orang lain karena percaya bahwa orang tersebut

dianggap telah tersentuh oleh Tuhan atau dianugerahi kemampuan yang luar biasa

oleh alam (Lipset 1993).

4
2) Peralihan Wewenang

Peralihan wewenang secara teratur dari seorang pemimpin ke pemimpin yang

lain sangatlah penting bagi kestabilan sosial. Untuk wewenang tradisional, orang

mengetahui siapa yang akan mendapat giliran berikut. Untuk wewenang rasional-

legal, orang mungkin tidak mengetahui siapa yang akan menjadi pemimpin berikut,

namun mereka mengetahui bagaimana orang tersebut akan terpilih. Namun, bagi

wewenang karismatis tidak memiliki peraturan ini karena wewenang karismatis lebih

tidak stabil dibandingkan wewenang tradisional dan rasional-legal, dikarenakan jika

terjadi peralihan kekuasaan akan memancing terjadinya perebutan kekuasaan dan

juga jika mereka menunjuk penerus, penerus yang baru belum tentu dikagumi oleh

para pengikut sebelumnya seperti mereka mengagumi pemimpin sebelumnya.

B. Tipe Pemerintah

Bagaimanakah perbedaan tipe pemerintah –kerajaan, demokrasi, kediktatoran,

dan oligarki– berbeda? Marilah kita membandingkan tipe-tipe pemerintah yang ada

di dunia.

1) Kerajaan

Tipe pemerintah kerajaan (monarchy) adalah sebuah pemerintahan yang

dipimpin oleh raja atau ratu yang memiliki hak memerintah yang diturunkan dalam

keluarga. Sistem pemerintahan ini menjadi yang tertua di dunia, dan juga biasanya

pemimpinnya berkuasa sepanjang hayatnya. Contohnya adalah sistem pada Kerajaan

Thailand, yaitu Raja Bhumibol Adulyadej yang meninggal dunia pada 13 Oktober

2016 digantikan oleh anaknya yaitu Maha Vajiralongkorn.

5
2) Demokrasi

Tipe kedua, demokrasi adalah pemerintahan yang berasal dari rakyat, dimana

rakyat berperan aktif untuk melaksanakan atau menjalankan pemerintahan, dan juga

berperan aktif dalam menyampaikan pendapat demi kemajuan bersama. Terdapat

macam demokrasi yaitu demokrasi langsung (direct democracy)–suku dan kota

tersebut cukup kecil sehingga orang yang memiliki hak pilih dapat berkumpul,

menyatakan pendapat mereka, dan kemudian memberikan suara secara terbuka– dan

demokrasi representatif (representative democracy)–disebut demokrasi perwakilan

adalah demokrasi yang prinsipnya sedikit orang akan mewakili banyak orang.

Contohnya, dalam pembuatan undang-undang diwakili oleh Dewan Perwakilan

Rakyat, karena tidak mungkin seluruh rakyat ikut langsung membuat undang-

undang.

3) Kediktatoran dan Oligarki

Kediktatoran (dictatorship) adalah jika seorang individu merampas kekuasaan

dan kemudian mendiktekan keinginannya pada rakyat. Karena kekuasaan yang

terjadi biasanya menimbulkan perpecahan, terjadilah Oligarki (oligarchy) yaitu

suatu kelompok kecil merebut kekuasaan pemerintahannya. Contohnya adalah

perebutan kekuasaan yang kadang-kadang terjadi di Amerika Tengah dan Selatan,

dimana pimpinan tentara merampas kekuasaan suatu negara.

C. Sistem Politik Amerika Serikat

Dalam sistem politik Amerika Serikaat ini kita akan membahas dua partai

poltik terbesar di Amerika Serikat, pola pemberian suara, serta peran para pelobi dan

komite aksi politik (Political Action Committee: PAC).

6
1) Partai Politik

Setelah Amerika Serikat berdiri, muncul banyak partai politik. Namun pada

perang saudara terdapat hanya dua partai yang mendominasi politik Amerika, yaitu

partai Demokrat yang menurut publik terkait atas kelas pekerja dan partai

Republik yang terkait atas kelas yang lebih kaya. Setiap partai yang mengajukan

calon dan akan melakukan pemilihan umum harus menentukan calon mana yang

mewakili partai mereka lalu setiap calon berkampanye.

Meskipun orang-orang Demokrat dan Republik mewakili falsafah dasar yang

berbeda, tiap partai mengoperasionalisasikan falsafah tersebut secara luas, seorang

Demokrat yang konservatif akan sukar dibedakan dengan seorang Republik yang

liberal. Namun mereka yang tergolong ekstrim akan mudah dikenali, orang akan

mendukung perundang-undangan yang mengalihkan penghasilan orang kaya ke yang

lebih miskin atau yang mengendalikan upah, kondisi kerja, dan persaingan. Orang

yang sangat Republik, di lain pihak, akan menolak perundang-undangan semacam

itu.

Mereka yang terpilih menjadi anggota kongres dapat melintasi partai, artinya

beberapa anggota partai Demokrat dapat saja memberikan suara untuk rancangan

perundang-undangan yang diusulkan oleh orang Republik ataupun sebaliknya. Ini

terjadi karena pemegang jabatan memang mendukung falsafah partai mereka, namun

bukan berarti mereka akan mendukung operasionalisasi falsafah tersebut secara

spesifik. Dengan demikian, apabila yang dibahas ialah suatu rancangan undang-

undang tertentu, seperti kenaikan upah minimum oleh partai Republik dan menurut

salah satu anggota partai tersebut tidak adil maka mereka boleh menentang

rancangan tersebut dan apa bila menurut salah satu anggota partai Demokrat bahwa

7
rancangan tersebut sesuai maka dia boleh menyatakan setuju dengan rancangan

undang-undang tersebut.

Terlepas dari perbedaan dan pertikaian kedua partai tersebut, orang Demokrat

dan orang Republik memiliki persamaan kepentingan. Partai Demokrat dan partai

Republik akan mendukung dasar-dasar falsafah politik Amerika Serikat dengan

tegas, seperti pendidikan umum yang cuma-cuma, militer yang kuat, kebebasan

beragama, berbicara dan berkumpul, serta kapitalisme.

2) Pola Pemberian Suara

Dari tahun ke tahun Amerika Serikat memiliki pola suara yang konsisten.

Pemberian suara meningkat seiring dengan meningkatnya pendidikan. Peluang

lulusan perguruan tinggi untuk memberikan suara ialah dua kali lebih besar

dibandingkan mereka yang tidak lulus sekolah menengah ke atas. Pekerjaan dan

penghasilan juga memberikan pengaruh yang sangat signifikan.

Orang yang berpenghasilan 50.000 dolar setahun berpeluang dua kali lebih

besar untuk memberikan suara dibandingkan mereka yang berpenghasilan kurang

dari 10.000 dolar. Lalu perlu diketahui bahwa peluang perempuan untuk memberikan

suara agak lebih tinggi dari pada laki laki karena di Amerika Serikat juga populasi

perempuan agak lebih banyak dari pada laki-laki. Dalam pemberian suara di

Amerika Serikat juga memiliki macam macam asal pemberian suara.

a) Integrasi Sosial

Di dalam perpolitikan Amerika Serikat juga tidak luput dari ras dan etnis.

Mereka yang paling berpeluang memberikan suara adalah orang kulit putih yang

lebih tua, berpendidikan, kaya dan memiliki pekerjaan. Mereka yang paling tidak

berpeluang untuk memberikan suara adalah orang Amerika Latin yang lebih muda,

8
miskin, berpendidikan rendah, dan tidak bekerja. Dari kasus ini kita bisa menarik

kesimpulan bahwa semakin seseorang merasakan bahwa mereka mempunyai

kepentingan dalam sistem politik, semakin mungkin mereka memberikan

suara.Mereka memiliki banyak hal yang ingin dilindungi, dan mereka merasa bahwa

pemberian suara dapat memberikan perbedaan. Sebenarnya orang yang memperoleh

imbalan dari sistem politik dan ekonomi merasa lebih terintegrasi secara sosial.

Mereka memberikan suara karena mereka mengapresiasikan bahwa pemilihan umum

berpengaruh secara langsung terhadap kehidupan dan masyarakat tempat mereka dan

anak-anak mereka hidup.

b) Aliansi dan Apati

Kebalikan dari integrasi sosial, mereka yang lebih sedikit merasakan manfaat

dari sistem di bidang pendidikan, penghasilan, dan pekerjaan lebih berpeluang

merasa teralienasi dari politik, karena mereka memandang diri mereka sebagai orang

luar, banyak dari mereka merasa arah kepada pemerintah. Beberapa orang mersa

dikhianati, seraya percaya bahwa para politisi telah menjual diri mereka pada

kelompok yang memiliki kepentingan khusus. Mereka yakin bahwa politisi itu

adalah pembohong, kaum mioritas yang merasa bahwa sistem politik Amerika

Serikat adalah sistem “kulit putih” cenderung enggan memberikan suara.

Tidak menutup juga bahwa banyak orang yang berpendidikan tinggi dan

berpenghasilan baik pun menjauhi bilik suara. Banyak orang tidak memberikan suara

karena apati pemilih (voter apathy). Mereka memandang bahwa “tahun depan tidak

akan berbeda dari tahun sekarang entah siapa pun yang menjadi presiden” dan suatu

sikap yang lazim di antara mereka yang apatis adalah “perbedaan apa yang

9
disebabkan oleh satu suara bila ada jutaan pemilih?” banyak orang hanya melihat

sedikit perbedaan dari kedua partai politik utama.

Aliansi dan apati sangat lazim sehingga setengah orang yang memiliki hak

suara dalam bangsa tidak memberikan suara dalam pemilihan presiden, dan bahkan

banyak lagi orang yang tidak memberikan suara dalam pemilihan calon anggota

kongres.

c) Pelobi dan Kelompok Kepentingan

Kelompok kepentingan khusus (special-interest group) adalah mereka yang

berisikan orang-orang yang berpikiran sama mengenai suatu isu khusus dan dapat

dimobilisasikan untuk melakukan tindakan politik untuk kepentingan pribadi.

Kelompok ini biasanya akan mampu mengerahkan pelobi (lobbyist) –orang yang

dibayar untuk mempengaruhi pembuatan undang-undang atas nama klien mereka.

Kelompok kepentingan khusus dan pelobi telah menjadi salah satu kekuatan

besar dalam perpolitikan Amerika Serikat. Para anggota kongres ingin dipilih

kembali harus memperhatikan mereka, karena mereka mewakili suatu blok pemilih

yang mempunyai kepentingan vital bersama dalam hasil akhir undang-undang

tertentu yang diajukan, karena memiliki kemampuan finansial yang baik dan mampu

memberikan sejumlah dana besar, para pelobi dapat memberikan suara kepada kita

atau kepada lawan kita.

Kelompok kepentingan khusus membentuk komite aksi politik (political

action comittee: PAC). Organisasi-organisasi ini mencari sumbangan dana dari

banyak donatur, dan kemudian menggunakan seluruh dana yang dikumpulkan itu

untuk mempengaruhi pembuatan undang-undang. PAC sangat berkuasa, karena

mereka mendanai para pelobi dan para anggota legislatif.

10
Meskipun Amerika Serikat melarang kelompok ini, kelompok kepentingan

khusus tidak akan lenyap dalam politik Amerika Serikat, baik maupun buruk

kelompok kepentingan khusus memainkan suatu peran penting dalam sistem politik

Amerika Serikat.

D. Perspektif Sosiologi dalam Kepemimpinan

Untuk memahami tentang kepemimpinan, marilah kita lihat perspektif

sosiologi dalam kepemimpian pada kasus yang terjadi di Amerika Serikat.

1) Perspektif Fungsionalis: Pluralisme

Para fungsionalis berpandangan bahwa negara berasal dari kebutuhan dasar

kelompok sosial. Untuk melindungi diri mereka dari para penindas, rakyat

membentuk suatu pemerintah dan memberikan kepadanya monopoli dalam hal

kekerasan. Risikonya ialah bahwa negara dapat balik menggunakan kekuatan

tersebut terhadap warga negaranya sendiri. Dengan demikian, rakyat harus

menemukan suatu keseimbangan antara tidak mempunyai pemerintah–yang dapat

menyebabkan munculnya anarki (anarchy), suatu kondisi munculnya kekacauan dan

kekerasan dimana-mana–dan memiliki suatu pemerintah yang melindungi mereka

dari kekerasan, namun itu juga dapat berarti bahwa pemerintah dapat menggunakan

kekerasan terhadap mereka. Apabila negara berfungsi dengan baik, negara

merupakan suatu sistem seimbang yang dapat melindungi para warga negaranya–

baik dari satu sama lain maupun dari pemerintah itu sendiri.

Menurut para fungsionalis pluralisme (pluralism), suatu penyebaran

kekuasaan di antara banyak kelompok kepentingan khusus, mencegah agar suatu

kelompok tertentu tidak menguasai pemerintah dan menggunakannya untuk

menindas rakyat. Seperti contoh di Amerika Serikat, untuk mencegah agar

pemerintah tidak dikuasai suatu kelompok tertentu, para pendiri Amerika Serikat

11
mendirikan tiga cabang pemerintahan: cabang eksekutif (presiden), cabang yudikatif

(peradilan), dan cabang legislatif (Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat). Masing-

masing cabang itu disumpah untuk mendukung Konstitusi yang menjamin hak-hak

warga negara, dan masing-masing dapat membatalkan tindakan kedua cabang yang

lain. Sistem ini, yang dikenal sebagai checks and balances, didesain untuk menjamin

bahwa kekuasaan tetap terdistribusi dan bahwa tidak ada satu cabang pemerintahan

yang mendominasi

2) Perspektif Konflik: Elite Kekuasaan

Para penganut teori konflik tidak setuju dengan apa yang dinyatakan oleh

perspektif fungsionalis. C. Wright Mills (1956) berpendapat bahwa keputusan

penting tidak dibuat oleh para pelobi atau bahkan kongres sekalipun. Keputusan-

keputusan yang membawa dampak besar pada kehidupan orang Amerika–dan rakyat

diseluruh dunia dibuat oleh suatu elite kekuasaan (power elite). Para pemimpin

puncak dari korporasi terbesar, para jenderal dan laksamana yang paling berkuasa di

angkatan bersenjata, dan politisi elite tertentu–presiden, kabinetnya dan sejumlah

anggota senior kongres terpilih yang menjadi ketua komite utama. Mereka inilah

yang berkuasa, yang mengambil keputusan-keputusan yang akan mengarahkan

negara dan mengguncang dunia.

Para penganut teori konflik mengingatkan bahwa kita jangan membayangkan

elite kekuasaan atau kelas yang berkuasa sebagai suatu kelompok yang berkumpul

untuk menyepakati hal-hal yang spesifik. Persatuan mereka bersumber dari

persamaan latar belakang dan orientasi ke kehidupan. Dengan koneksi politik mereka

di pusat-pusat tertinggi kekuasaan, elite ini menentukan kondisi ekonomi dan politik

negara tempat beroperasi (Domhoff 1990, 1998).

12
2.2 Perang dan Terorisme: Suatu Cara Mengimplementasikan Tujuan Politik

Sebagaimana yang telah kita bahas, salah satu ciri penting negara ialah bahwa negara

mengakui adanya monopoli terhadap kekerasan. Pada waktu-waktu tertentu, suatu negara

dapat mengarahkan kekerasan tersebut pada bangsa-bangsa lain. Perang (war), konflik

bersenjata antara bangsa-bangsa (atau kelompok yang berbeda secara politik) sering kali

merupakan bagian dari kebijakan nasional. Marilah kita lihat aspek politik ini.

A. Perang

Perang sudah sedemikian seringnya terjadi dalam sejarah manusia. Pada abad

lalu saja, perang mungkin telah menelan sekitar 50 juta jiwa dan biaya yang tidak

terhitung jumlahnya. Pada tahun 1960-an, sosiolog Nicholas Timasheff (1965) ingin

mengetahui alasan bangsa-bangsa berperang, meskipun biayanya sangatlah tinggi.

Saat ia mempelajari perang, ia mengidentifikasikan tiga kondisi penting pada perang,

yaitu:

1) Perang sebagai suatu situasi antagonis dimana dua negara atau lebih saling

berbenturan karena tujuan yang saling bertentangan. Sebagai contoh: masing-

masing negara mungkin menginginkan lahan atau sumber daya yang sama.

2) Perang sebagai suatu tradisi budaya. Karena bangsa mereka telah berperang di

masa lampau, para pemimpin memandang perang sebagai suatu opsi untuk

menyelesaikan pertikaian serius dengan bangsa-bangsa lain.

3) Perang ialah suatu “bahan bakar” yang memuaskan situasi antagonis sampai ke

titik didih, sehingga membuat para politisi tidak lagi hanya memikirkan

mengenai opsi perang, tetapi bahkan benar-benar melakukan perang tersebut.

Timasheff mengidentifikasikan tujuh “bahan bakar” tersebut. Ia menemukan

bahwa perang mungkin terjadi ketika para pemimpin suatu negara memandang suatu

13
situasi antagonistis sebagai suatu peluang untuk mencapai satu atau lebih tujuan

berikut ini:

1) Balas dendam: menyelesaikan “urusan lama”; konflik-konflik sebelumnya.

2) Kekuasaan: memaksakan kehendak pada suatu bangsa yang lebih lemah.

3) Prestise: menyelamatkan “kehormatan” bangsa.

4) Persatuan: mempersatukan kelompok yang saling bersaing dalam negara

mereka.

5) Posisi: para pemimpin melindungi atau mengagung-agungkan posisi mereka

sendiri.

6) Etnisitas: menguasai “orang-orang kita” yang hidup di suatu negara lain.

7) Kepercayaan: dengan paksa mengubah kepercayaan, agama, atau politik orang

lain.

B. Perang dan Dehumanisasi

Perang memakan banyak korban, selain membunuh orang dan menghancurkan

harta benda. Salah satu akibatnya ialah mematikan moralitas. Terpaan terhadap

kekejaman dan pembunuhan sering menyebabkan terjadinya dehumanisasi

(dehumanization), yaitu proses pereduksian manusia menjadi objek yang tidak layak

diperlakukan sebagai manusia.

Sebagaimana ditekankan sosiolog Shibutani (1970), dehumanisasi didorong

oleh transformasi konflik yang berkepanjangan menjadi suatu perjuangan antara

kebaikan dan kejahatan. Tentunya di sini, musuh mewakili kejahatan. Pada Perang

Dunia II, misalnya, para ahli bedah Jerman menganggap bahwa orang Yahudi adalah

“manusia lebih rendah (Untermenschen) yang ditakdirkan untuk mati”. Ini

14
memampukan mereka memutilasi bagian tubuh orang-orang Yahudi, semata-mata

hanya untuk mengetahui akibat proses tersebut.

C. Terorisme

Terorisme merupakan suatu hal yang telah lama dikenal dalam sejarah dunia,

meskipun baru sekaranglah hal tersebut menjadi suatu kenyataan hidup orang

Amerika. Terorisme (terrorism), penggunaan kekerasan untuk menciptakan rasa

takut guna mencapai tujuan-tujuan politik, paling sering digunakan oleh suatu

kelompok yang secara politis lebih lemah daripada lawannya. Karena lebih lemah

dan tidak memiliki kemungkinan untuk dapat bertahan dalam menghadapi musuh di

medan perang, kelompok memilih teror sebagai senjatanya.

Kebencian antar kelompok telah terjadi selama bergenerasi-generasi, kadang-

kadang selama berabad-abad. Kelompok memupuk kebencian mereka dengan cara

tanpa henti merinci kekejaman yang telah dilakukan oleh musuh bebuyutan mereka.

Hal ini mendorong terorisme, karena apabila suatu kelompok yang lebih lemah dan

ingin menyerang suatu kelompok yang lebih kuat, teror adalah salah satu di antara

pilihan yang terbatas. Kadang-kadang terorisme bunuh diri adalah cara yang dipilih,

suatu taktik yang dapat mengguncangkan dunia dan menyita perhatian halaman

depan berita. Tentunya, contoh paling dramatis mengenai terorisme bunuh diri ialah

serangan terhadap World Trade Center (WTC) dan Pentagon di bawah arahan Osama

bin Laden. Tindakan-tindakan tersebut telah mengakibatkan munculnya suatu isu

mengenai hak-hak warga.

Serangan-serangan bunuh diri terhadap New York dan Washington masih

terhitung kecil apabila dibandingkan bahaya yang sebenarnya–senjata nuklir, kimia,

15
dan biologi. Apabila diarahkan kepada penduduk sipil, senjata semacam itu dapat

mengakibatkan kematian jutaan orang.

2.3 Perekonomian: Pekerjaan dalam Kampung Global

Kita pasti pernah bertanya-tanya bagaimana perubahan dalam perekonomian dapat

mempengaruhi peluang kita untuk mendapat suatu pekerjaan yang baik. Marilah kita lihat

apakah kita dapat memperoleh sedikit jawaban atas pertanyaan tersebut.

A. Transformasi Sistem Ekonomi

Perekonomian (economy) –suatu sistem produksi dan distribusi barang dan jasa

di masa kini sangatlah berbeda dengan semua perekonomian pada masa dahulu kala.

Untuk lebih memahami bagaiman kekuatan global mempengaruhi perekonomian dan

hidup kita, marilah kita mulai dengan suatu tinjauan perubahan sejarah yang terjadi.

1) Masyarakat Praindustri: Lahirnya Ketidaksetaraan

Kelompok manusia yang paling pertama. Masyarakat pemburu dan pengumpul,

memiliki perekonomian penyambung hidup (subsistence economy). Kelompok ini

terdiri atas 25 sampai 40 orang hidup dari lahan. Mereka mengumpulkan apa yang

dapat mereka temukan dan berpindah dari suatu tempat ketempat lain kala persediaan

makan mereka mulai menipis. Karena tidak ada (atau sedikit sekali) terdapat

kelebihan makanan ataupun bahan lain, mereka jarang melakukan tukar-menukar

dengan kelompok lain. Karena tidak ada kelebihan barang temuan yang dapat

diakumulasikan, tiap orang memiliki kepemilikan yang sama banyaknya (atau sama

sedikitnya) dengan milik orang lain.

Kemudian mereka menemukan cara beternak dan menanam tanaman. Ini

menciptakan terjadinya suatu surplus dan mengantarkan mereka ke gerbang

ketidaksetaraan sosial. Persediaan bahan makanan berlebih pada masyarakat

16
penggembala dan hortikultura memungkinkan manusia untuk bermukim di satu

tempat dalam waktu yang lama. Kelompok mereka semakin membesar untuk

pertama kalinya terjadi surplus, dan kelompok mulai saling tukar menukar.

Signifikasi utama sosiologis dari surplus dan perdagangan adalah sebagai

berikut: surplus dan perdagangan mendorong ketidaksetaraan sosial. Karena orang-

orang tertentu dapat mengakumulasi kepemilikan lebih banyak daripada orang lain.

Dampak perubahan tersebut masih terasa sampai hari ini.

2) Masyarakat Industri: Lahirnya Mesin

Mesin uap yang ditemukan pada tahun 1765 menyebabkan munculnya

masyarakat industri. Dengan menggunakan mesin-mesin yang digerakkan oleh bahan

bakar, masyarakat ini menciptakan suatu surplus yang tidak pernah dicapai dimana

pun di dunia. Ini pada akhirnya merangsang perdagangan antar bangsa dan

membawa ketidaksetaraan sosial lebih besar. Segelintir individu membuka pabrik

dan mengeksploitasi tenaga kerja banyak orang.

Kemudian datanglah mesin yang lebih efisien. Kala surplus tumbuh semakin

besar, fokusnya berubah dari produksi barang ke konsumsi. Pada tahun 1912,

sosiolog Thorstein Veblen menciptakan istilah konsumsi mencolok (conspicuous

cunsumption) untuk menggambarkan mendasar dalam orientasi orang-orang ini.

3) Masyarakat Pascaindustri: Kelahiran Era Informasi

Pada tahun 1973, sosiolog Daniel Bell mencatat bahwa suatu tipe baru

masyarakat sedang muncul. Masyarakat baru ini, yang disebut sebagai masyarakat

pascaindustri (postindustrial society), mempunyai enam ciri:

17
a) Suatu sektor jasa yang sedemikian besarnya sehingga sebagian besar orang

bekerja di dalamnya.

b) Suatu surplus barang yang melimpah.

c) Perdagangan antar bangsa yang bahkan lebih luas lagi.

d) Keanekaragaman dan kuantitas barang-barang yang tersedia bagi seorang

secara perseorangan secara rata-rata semakin banyak.

e) Suatu ledakan informasi.

f) Suatu “kampung global” (global village) –artinya, bangsa-bangsa di dunia

saling terkait melalui komunikasi, transpormasi, dan perdagangan yang cepat.

Untuk melihat mengapa transisi ini terjadi, kita dapat melihat bahwa dengan

teknologi di tahun 1800-an, seorang petani hanya mampu memproduksi bahan

makanan untuk lima orang. Dengan mesin yang kuat dan benih hibrida, sekarang ini,

seorang petani dapat memproduksi bahan makanan untuk sekitar delapan puluh

orang.

4) Masyarakat Bioekonomi: Perpaduan Biologi dengan Ekonomi

Kita mungkin berada pada tepi suatu tipe masyarakat yang lebih baru, yang

sedang diantarkan oleh kemajuan di bidang biologi, khususnya penguraian sistem

genom manusia dalam tahun 2001. Meskipun secara spesifik masyarakat baru ini

belumlah muncul, perkawinan antara biologi dan ekonomi akan menghasilkan

surplus dan kemungkinan-kemungkinan lebih besar bagi perdagangan. Kampung

global akan terus berkembang. Masyarakat baru ini mungkin menciptakan kehidupan

yang lebih panjang dan sehat. Jika kita melihat sejarah, tipe masyarakat ini pun dapat

menciptakan ketidaksetaraan lebih besar lagi antara bangsa-bangsa kaya dan miskin.

18
B. Sistem Ekonomi Dunia

Untuk memahami tentang perekonomian dunia, marilah kita bandingkan

kapitalisme dan sosialisme, dua sistem ekonomi utama di masa kini.

1) Kapitalisme

Orang yang tinggal dalam suatu masyarakat kapitalis mungkin tidak

memahami prinsip-prinsip dasarnya, meskipun mereka melihat pencerminannya

dalam pusat perbelanjaan dan jarungan makanan cepat saji. Jika kita melihat

komponen-komponen dasar dari sejumlah bisnis, kita akan melihat bahwa

kapitalisme (capitalism) mempunyai tiga ciri penting :

a) Kepemilikan pribadi terhadap alat produksi (individu memiliki tanah, mesin,

dan pabrik serta memutuskan apa yang akan mereka produksi).

b) Persaingan pasar (para pemilik menentukan produksi atas dasar persaingan).

c) Pencarian keuntungan (menjual sesuatu dengan harga lebih tinggi daripada

biaya modal).

Sejumlah orang percaya bahwa Amerika Serikat merupakan salah satu contoh

kapitalisme murni. Kapitalisme murni yang dikenal sebagai kapitalisme laissez-faize

(laissez-faize capitalism, yang secara harfiah berarti kapitalisme “lepas tangan”)

memiliki arti bahwa pemerintah tidak ikut campur tangan dalam pasar.

2) Sosialisme

Sosialisme (socialism) pun mempunyai tiga komponen penting:

a) Kepemilikan publik akan alat produksi.

b) Perencanaa terpusat (komite sentral merencanakan produksi; tidak ada

persaingan).

19
c) Pertukaran barang antara penjual dan pembeli berdasarkan kesejahteraan

(tidak ada motif keuntungan dalam distribusi barang dan jasa).

Dalam negara-negara sosialis, pemerintah memiliki alat produksi–bukan hanya

pabrik-pabrik tetapi juga lahan, jalan kereta api, kilang minyak, dan tambang emas.

Berbeda dengan kapitalisme dimana kekuatan pasar–penawaran dan permintaan–

menentukan apa yang akan diproduksi dan harga yang ditetapkan.

Sosialisme didesain untuk menghilangkan persaingan karena barang dijual

dengan harga yang ditetapkan terlebih dahulu, tanpa mempertimbangkan permintaan

akan barang tersebut. Tujuaannya adalah memproduksi barang untuk kesejahteraan

umum dan mendistribusikannya sesuai keperluan rakyat bukan berdasarkan daya beli

mereka.

3) Ideologi Kapitalisme dan Sosialisme

Kapitalisme dan sosialisme tidak hanya memiliki pendekatan yang berbeda

dalam memproduksi dan mendistribusi barang, tetapi juga mewakili sistem

kepercayaan yang saling bertentangan. Para kapitalis mereka percaya bahwa

kekuasaan pasar harus menentukan produk dan harga. Mereka percaya laba adalah

baik bagi kemanusiaan, sehingga mereka terangsang untuk memproduksi dan

mendistribusi secara inovatif dan efisien.

Para sosialis mereka percaya bahwa laba tidak memiliki nilai moral dan

mereka menganggap keuntungan merupakan kelebihan nilai yang tidak diterima

pekerja. Untuk dapat melakukannya pemerintah harus memiliki alat produksi yang

bukan digunakan untuk menghasilkan keuntungan melainkan untuk memproduksi

barang yang sesuai dengan keperluan rakyat.

20
4) Kritik terhadap Kapitalisme dan Sosialisme

Kritik utama yang ditujukan terhadap kapitalisme ialah bahwa kapitalisme

menyebabkan munculnya ketidaksetaraan. Kapitalisme, menurut para pengkritiknya

menciptakan lapisan kecil teratas yang terdiri dari orang-orang kaya dan berkuasa

yang mengeksploitasi lapisan di bawahnya, yang terdiri dari pekerja yang

berpenghasilan sangat kecil.

Sedangkan kritik utama yang ditujukan terhadap sosialisme ialah bahwa

sosialisme tidak menghormati hak-hak individu, orang lain atau suatu badan

pemerintahan memutuskan tempat orang akan bekerja, hidup, dan bersekolah.

Mereka mengatakan bahwa kesetaraan yang sesungguhnya diciptakan oleh

sosialisme ialah peluang yang sama untuk menjadi miskin.

5) Konvergensi Kapitalisme dan Sosialisme

Tumbuhnya kapitalisme dan sosialisme menjadi ideologi yang serupa dikenal

dengan nama teori konvergensi (convergence theory). Pandangan ini merujuk pada

suatu perekonomian mendatang yang bersifat hibrida atau campuran. Satu perubahan

mendasar pada negara-negara sosialis memberikan bukti bagi teori konvergensi.

Rusia dan Cina menderita karena produksi barang-barang bermutu rendah, mereka

dilanda serba kekurangan, dan standar hidup mereka jauh tertinggal di belakang

bangsa Barat. Untuk mengejar ketertinggalan, pada tahun 1980-an dan 1990-an

Rusia dan Cina kembali menerapkan kekuatan pasar.

Sedangkan, karena tidak puas dengan keserakahan dan eksploitasi pada

kapitalisme serta tidak adanya kebebasan dan individualitas pada sosialisme, Swedia

dan Denmark mengembangkan sosialisme-demokratis (democratic-socialism) atau

21
dikenal sosialisme kesejahteraan. Dalam bentuk sosialisme ini, baik negara maupun

individu memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa.

C. Kapitalisme dalam Perekonomian Global

Untuk dapat memahami kapitalisme di masa kini, kita perlu

mempertimbangkan korporasi dalam perekonomian global.

1) Kapitalisme Korporat

Kapitalisme mendorong kesalingtergantungan (inter-independence) secara

global yang terjadi pada masa kini. Kejayaan kapitalisme sebagai kekuatan ekonomi

yang dominan di dunia dapat dilacak ke suatu penemuan sosial yang bernama

korporasi. Suatu korporasi (corporation) ialah suatu usaha dalam bentuk badan

hukum. Korporasi dapat membuat kontrak, berutang, menuntut, dan dituntut. Namun

hak dan kewajibannya terpisah dari hak dan kewajiban para pemiliknya. Untuk

menunjukkan bagaimana korporasi sekarang mendominasi perekonomian. Para

sosiolog menggunakan istilah kapitalisme korporat (corporate capitalism).

Salah satu aspek korporasi yang paling mengejutkan (tetapi bersifat fungsional)

ialah pemisahan antara kepemilikan dengan manajemen. Tidak seperti bisnis pada

umumnya. Yang menjalankan korporasi sehari-harinya bukanlah para pemilik yang

memiliki saham perusahaan (Walters 1995: Sklair 2001). Yang menjalankan

korporasi ialah para manajer, dan mereka dapat memperlakukannya seolah-olah

mereka memilikinya.

Direktorat yang saling terpaut orang yang kaya memperluas kekayaannya

melalui direktorat yang saling terpaut (interlocking directorates): artinya, mereka

berperan sebagai direktur pada beberapa perusahaan. Sesama anggota dewan lainnya

pun duduk di dewan perusahaan lain, dan seterusnya. Laksana jaring laba-laba yang

22
diawali di pusat dan kemudian menyebar ke segala arah, perusahaan-perusahaan

tersebut saling terpaut ke dalam suatu jaringan (Mintz dan Schwartz 1985; Davis

2003).

2) Korporasi Multinasional

Di kala korporasi multinasional (multinational corporation: MNC)–korporasi

yang beroperasi melintas batas-batas nasional–menjalankan usaha, mereka menjadi

semakin terlepas dari kepentingan-kepentingan dan nilai-nilai negara asal mereka.

Raksasa-raksasa global ini memindahkan modal dan produksi dari suatu negara ke

negara lain–tanpa memperhatikan konsekuensi lain selain keuntungan.

Korporasi multinasional telah menjadi suatu kekuatan politik yang kuat, yang

mengubah bentuk dunia dengan cara yang belum pernah dapat dilakukan oleh siapa

pun. Meskipun kehadiran korporasi multinasional kita terima begitu saja–seperti juga

produk mereka yang berlimpah-limpah–kekuasaan dan kehadiran mereka di

panggung dunia merupakan suatu hal yang baru.

3) Suatu Tatanan Dunia Baru?

Sekarang ini kita melihat bahwa bangsa-bangsa di dunia merangkul

kapitalisme dengan penuh semangat. Yang melandasi terjadinya hal ini ialah aliran

informasi, modal, dan barang ke seluruh dunia, yang sebelumnya telah kita bahas.

Mungkin konsekuensi paling signifikan dari pencarian laba yang gencar ini ialah

suatu hasil yang tidak diduga: perdamaian dunia.

Faktor yang melandasi peristiwa ekonomi dan politik ini ialah kejayaan dan

kapitalisme. Kala korporasi multinasional berkembang, tekanan untuk meraih

keuntungan akan merangsang lebih banyak perjanjian perdagangan. Untuk

23
merealisasikan terjalinnya perjanjian perdagangan tersebut, dan untuk memantapkan

kepentingan mereka yang saling terkait, kaum elite korporat menciptaan kaum elite-

elite nasional yang memiliki kekuasaan di dalam suatu negara. Sebagai imbalan atas

akses ke pekerja, sember daya alam, dan pasar suatu negara, para elite negara

memberikan uang, kredit, dan senjata kepada elite-elite nasional untuk membantu

mereka agar tetap berkuasa. Proses mutualisme ini pada akhirnya mungkin

menhubungkan elite bisnis dan elite politik bangsa bangsa di dunia ke suatu sistem

kerja sama tunggal. Bila hal itu terjadi, seiring memudarnya kesetiaan kesukuan akan

batas-batas nasional, perjanjian-perjanjian perdagangan regional – dan pada akhirnya

global – yang dijalin oleh korporasi multinasional dapat menjadi sumber terciptanya

perdamaian.

24
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Sebagai kegiatan yang mengatur hidup orang banyak, politik dan perekonomian

memegang peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat. Kehidupan sehari-hari

masyarakat tak lepas dari kegiatan politik dan ekonomi. Dalam kampung global, politik

dan ekonomi saling berkaitan satu sama lain, dan saling mempengaruhi. Dalam

perkembangan politik dan ekonomi dunia, tak lepas dari latar belakang masyarakat.

Amerika Serikat adalah salah satu negara yang memiliki peranan penting di dalam politik

dan perekonomian global. Disadari atau tidak kegiatan politik dan ekonomi global akan

menciptakan suatu tatanan dunia baru.

25
DAFTAR PUSTAKA

Henslin, James M. 2007. Sosiologi: dengan Pendekatan Membumi Jilid 1 (Edisi 6).
Jakarta: Erlangga.
Henslin, James M. 2008. Sosiologi: dengan Pendekatan Membumi Jilid 2 (Edisi 6).
Jakarta: Erlangga.
Soekanto, Soerjono dan Budi Sulistyowati. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar Edisi Revisi.
Jakarta: Rajawali Pers.

26

Anda mungkin juga menyukai