Anda di halaman 1dari 3

KONSEP MANUSIA DALAM ISLAM

1.Pengertian Hakekat
Menurut bahasa hakikat berarti kebenaran atau inti dari segala sesuatu. Karena itu dapat dikatakan
hakikat syariat adalah inti dan jiwa dari suatu syariat itu sendiri.
2.Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt. Kesempurnaan
yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas sebagai khalifah di muka
bumi ini.
Dalam Al-Quran istilah manusia ditemukan dalam kosa kata yang berbeda, akan yaitu kata
basyar, insan dan al-nas:
-Kata basyar dalam Al-Quran disebutkan 37 kali salah satunya pada surat Al-Kahfi ayat 110 :Kata
basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis,
-Kata insan disebutkan dalam Al-Quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5), Konsep islam
selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia sebagai makhluk yang berpikir,
diberi ilmu, dfan memikul amanah (al-ahzar : 72)
-Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti az-zumar : 27.Konsep al-nas menunjuk pada semua
manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif.
Perbedaan dan Persamaan Manusia dengan Makhluk Lain
Perbedaannya Manusia diberikan akal pikiran dan qalb sehingga dapat memahami ilmu yang
diturunkan Allah berupa Al-Qur’an. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya, Allah menciptakan
manusia dalam keadaan yang sebaik-baiknya (QS. 95 : At-Tiin:4).Persamaan dengan makhluk lain
secara umum antara manusia dengan makhluk Allah yang lainnya (jin, malaikat dan yang lain)
memiliki kesamaan dari sisi orientasi (tujuan) penciptaannya yakni sama-sama diberi tugas untuk
beribadah pada Allah SWT.

EKSISTENSI MANUSIA DALAM ISLAM

Tujuan penciptaan manusia

Dari ayat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa, kedudukan manusia dalam sistem
penciptaannya adalah sebagai hamba Allah. Kedudukan ini berhubungan dengan hak dan kewajiban
manusia di hadapan Allah sebagai penciptanya. Dan tujuan penciptaan manusia adalah untuk
menyembah kepada Allah SWT.
Secara rinci, sebab-sebab kemulian manusia itu adalah:
a. Bahwa manusia berasal dari Adam yang diciptakan dari tanah.
b. Manusia memiliki bentuk fisik yang lebih baik.
c. Manusia mempunyai jiwa dan rohani, yang didalamnya terdapat rasio, emosi dan konasi.
d. Untuk mencapai kemulian martabat manusia tersebut, manusia perlu berusaha sepanjang
hidupnya melawan hawa nafsunya sendiri.
e. Manusia diangkat oleh Allah sebagai khalifah di muka bumi dengan tugas menjadi penguasa
yang mengelola dan memakmurkan bumi beserta isinya dengan sebaik baiknya.
f. Diciptakannya segala sesuatu di muka bumi ini oleh Allah adalah untuk kepentingan manusia itu
sendiri.
g. Manusia diberi beban untuk beragama (Islam) sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas
kekhalifaannya.
Fungsi dan peranan manusia dalam islam
Unsur yang terdapat dalam diri manusia yaitu rasa, akal dan badan harus seimbang, apabila tidak
maka manusia akan berjalan pincang. Sebagai contoh; apabila manusia yang hanya menitik
beratkan pada memenuhi perasaannya saja, maka ia akan terjerumus dan tenggelam dalam
kehidupan spiritual saja, fungsi akal dan kepentingan jasmani menjadi tidak penting. Apabila
manusia menitik beratkan pada fungsi akal saja, akan terjerumus dan tenggelam dalam kehidupan
yang rasionalistis, yaitu hanya hal-hal yang tidak dapat diterima oleh akal itulah yang akan dapat
diterima kebenaranya. Hal-hal yang tidak dapat diterima oleh akal, merupakan hal yang tidak benar.
Sedangkan pengalaman-pengalaman kejiwaan yang irasional hanya dapat dinilai sebagai hasil
lamunan semata-mata. Selain perhatian yang terlalu dikonsentrasikan pada hal-hal atau kebutuhan
jasmani atau badaniah, cendrung kearah kehidupan yang materilistis dan positivistis. Maka
al-Qur’an memberikan hudan kepada manusia, yaitu mengajarkan agar adanya keseimbangan antara
unsur-unsur tersebut.
MANUSIA SEBAGAI HAMBA DAN KHALIFAH
Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah
Sebagai makhluk Allah, manusia mendapat amanat Allah, yang harus dipertanggung jawabkan di
hadapanNya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka bumi adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas
kepemimpinan; wakil Allah di muka bumi untuk mengelola dan memelihara alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah berarti
manusia memperoleh mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Manusia
diciptakan Tuhan untuk menjadi khalifah-Nya di bumi. Hal ini dinyatakan dalam al-Qur’an surat
al-Baqarah ayat 30 :

Artinya : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat “sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?, Tuhan
berfirman; “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS.al-Baqarah: 30)
manusia akan diminta pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya tersebut (Q.S al-Qiyamah:
36).

Artinya : “Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung
jawaban)?” (Q.S al-Qiyamah: 36).
Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba
Selain peran manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi memiliki kebebasan, ia juga sebagai
hamba Allah (‘abdun). Seorang hamba Allah harus taat dan patuh kepada perintah Allah.
Keberadaan manusia di muka bumi ini bukanlah untuk main-main, senda gurau, hidup tanpa arah
atau tidak tahu dari mana datangnya dan mau kemana tujuannya. Ditegaskan dalam surat As-Shad :
27,

Artinya : “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa
hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir
itu karena mereka akan masuk neraka.” (Q.S. As-Shad : 27)
Manusia yang merupakan bagian dari alam semesta tidak diciptakan sia-sia, melainkan untuk suatu
tujuan. Allah menegaskan tujuan penciptaan manusia dalam firman-Nya surat az-Zariyat : 56
Dari ayat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa, kedudukan manusia dalam system
penciptaannya adalah sebagai hamba Allah. Kedudukan ini berhubungan dengan hak dan kewajiban
manusia di hadapan Allah sebagai penciptanya. Dan tujuan penciptaan manusia adalah untuk
menyembah kepada Allah SWT. Penyembahan manusia kepada Allah lebih mencerminkan
kebutuhan manusia terhadap terhadap terwujudnya sesuatu kehidupan dengan tatanan yang baik dan
adil.

Anda mungkin juga menyukai