dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, ungkapan ini diterjemahkan dalam
UUD 1945 (setelah Amandemen) pada Pasal 1 ayat (2): “Kedaulatan berada
pemerintahan. Oleh karena itu, kekuasaan para pemimpin dan pejabat formal
itu bukan muncul dari pribadinya, akan tetapi merupakan titipan rakyat atau
Eksistensi negara itu sendiri tidak lebih dari suatu produk perjanjian
dinamakan negara dan mendapat mandat dari rakyat untuk mengayomi dan
kekuasaannya kepada pemerintah yang dipilih. Maka akan ada aturan main
kekuasaan titipan yang dilaksanakan oleh pejabat atau penguasa itu benar–
yakni sarana demokrasi yang daripadanya dapat ditentukan siapa yang berhak
pemilu, rakyat memilih figur yang dapat dipercaya yang akan mengisi jabatan
1
Launa. GB, “Perkembangan Pemikiran Negara: Dari Socrates Samapai Marx”. Jurnal Ilmu
Politik Progresif Vol 1. No 3 Thn 2001, h. 22-23
2
Kartini Kartono, Pendidikan Politik, Bandung: Mandar Maju, 1996, h.156-158.
3
legislatif dan jabatan eksekutif. Dalam pemilu, rakyat yang telah memilih,
secara bebas dan rahasia, menjatuhkan pilihannya pada figur yang di nilai
Pilkada atau disebut voter turnout tentu menjadi kebanggan bagi setiap warga
negara, karena proses itu bermakna bahwa publik berpartisipasi penuh dalam
Begitulah kondisinya jika hasil pemilu atau Pilkada memberi efek dan manfaat
yang signifikan bagi kehidupan mereka. Kenyatanya, tak sedikit rakyat yang
tidak mau terlibat dalam proses pemilu atau Pilkada. Mereka lebih suka
menggunakan hak pilihnya dengan tidak memilih atau Golput. Ini adalah
3
Thamrin , Kerangka Kerja Sistem Politik Indonesia, Padang : Jurusan Ilmu Politik Universitas
Andalas, 2012 h. 97- 98.
4
Pangi Syarwi, Titik Balik Demokrasi : Petunjuk Bagi Para Pejuang Demokrasi, Jakarta. Pustaka
Intelegensia 2012, h.4
4
mantap atau sporadik, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau illegal,
Firmanzah, secara garis besar pemilih diartikan sebagai semua pihak yang
menjadi tujuan utama para kandidat untuk mereka pengaruhi dan yakinkan
daftar pemilih tetap (DPT) yang dikeluarkan KPU karena telah memenuhi
5
Samuel P. Hungtington; Joan M. Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Jakarta :
Rineka Cipta, 1990. h.5.
6
Gramedia Pustaka Utama, 2012. h.256.
7
Efriza, Political Explore : Sebuah Kajian Ilmu Politik, Bandung : Alfa Beta, 2012. h.480.
5
kepada kandidat yang didukungnya, tetapi juga memiliki hak untuk tidak
pemilih yang telah menggunakan hak pilihnya secara umum disebut voter
turnout bisa dijadikan tolak ukur keberhasilan sistem pemilu yang kemudian
Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang independen dan non partisan untuk
yang tinggi serta memahami dan menghormati hak-hak sipil dan politik dari
Umum.8
bebas dari pengaruh manapun berkaitan dengan tugas dan wewenangnya 9.”
8
Undang-undang Pemilu Nomor 15 Tahun 2011 “Tentang Penyelenggaraan Pemilu” (Yogyakarta:
Pustaka Mahardika, 2011). Hal 12.
9
Undang-undang Pemilu Nomor 15 Tahun 2011 “Tentang Penyelenggaraan Pemilu” (Yogyakarta:
Pustaka Mahardika, 2011). Hal 12.
6
Berbeda dengan peranan KPU, posisi lembaga ini dalam UU Nomor 15 tahun
2011 lebih mengakar karena adanya hubungan hierarkis antara KPU pusat
dan KPU kabupaten. Hubungan hierarkis ini dinyatakan dalam pasal 5 ayat (3)
Sekretariat Jendral (Setjen). Secara struktural KPU terdiri dari KPU Pusat dan
Pemungutan Suara.
10
Undang-undang Pemilu Nomor 15 Tahun 2011 “Tentang Penyelenggaraan Pemilu”
(Yogyakarta: Pustaka Mahardika, 2011). Hal 12.
7
dalam pemilu.
maka rakyat memiliki peran yang nyata dalam rangka ikut menentukan nasib
pemilihan umum dimana pemilihan umum merupakan salah satu cara untuk
maka yang berhak memilih Kepala Daerah adalah para anggota Dewan
politik.
Kepala Daerah dapat berjalan dengan tepat dan dengan asas Demokrasi
masyarakatnya.
Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, baik gurbernur dan
Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, baik gurbernur dan wakil
kedaulatan rakyat adalah suatu hal yang sangat fundamental dalam proses
tahun 2018.
Jauhnya , dan lokasi yang bebukitan , ekonomi dan pendidikan maka dengan
petani atau bertani dan buruh cenderung apatis terhadap politik. Dalam
mana calon yang Lebik lebih baik kepada Masyarakat, maka itulah yang dipilih
atau yang di kenali Dan jika tidak kenal maka mereka lebih memilih untuk
golput.
untuk penataan kembali struktur dan kultur politik, sehingga melahirkan tradisi
keabsahan kertas suara dianggap sah atau tidak sah oleh masing–masing
10
4. Grafik Partisipasi
Pemilih
11
Olahan Data KPUD Kabupaten Kubu Raya Tanggal 14 Agustus 2018
11
14.03 %
14.03 %
70.21 %
Terbuka untuk penetapan dan pengumuman peserta Calon Bupati dan Wakil
Bupati Kubu Raya di Gardenia Resort And Spa yang terletak di Jalan Ayani 2,
kabupaten Kubu Raya. KPU Kubu Raya telah menetapkan 3 pasangan Calon
yang akan berlaga di Pilkada Bupati Kabupaten Kubu Raya 2018. Muda
Gerindra, Hanura, Demokrat, PDIP, PAN, PKS, dan Nasdem dengan total 33
kursi. Lalu Hamzah Tawil bersama Kohim di usunng oleh 2 partai, yakni Golkar
dan PKB. Dan terakhir pasangan Werry Syahrial dan HM Nasir melaju dengan
jalur Independen.12
12
http://pontianak.tribunnews.com/2018/02/12/ditetapkan-inilah-tiga-pasangan-calon-bupati-dan-
wakil-bupati-kubu-raya. Di akses tanggal 9 Agustus 2018
12
mandiri.
“Program yang dulu pernah jaya akan kita hidupkan lagi. Seperti beras
lokal, BOS Daerah. Bahkan sekolah swasta mulai dari tingkat TK harus
diperkuat. Termasuk pelayanan kesehatan dengan skema BPJS
anggarannya mesti diperkuat,”.
secara simultan dan bergerak cepat. Jadi yang lebih penting program
unggulannya. Karena kalau hanya bicara rutinitas hal yang biasa. Maka harus
“Ekonomi kreatif lokal ini lah yang selama ini dapat menghidupkan
ekonomi masyarakat. Jadi akan kami galakkan terus ekonomi kreatif ini,
sektor infrastruktur tetap menjadi perhatian utama ia dan pasangannya
Kohim untuk terus ditingkatkan jika terpilih nanti. Karena infrastruktur ini
juga menjadi sarana pendukung ekonomi kreatif bisa bergerak dan
maju sehingga membangkitkan ekonomi daerah”.
13
Pemilihan Umum Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah (Pemilukada) untuk
memilih Bupati dan Wakil Bupati. Ada 3 pasangan calon yang maju, baik yang
B. Rumusan Masalah
Meningkat ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Dan Menganalisis Pola Dan Bentuk Kinerja KPUD Untuk
Politik Masyarakat.
D. Kegunaan Penelitian
maupun praktis :
15
2018 dan juga dapat dijadikan acuan agar Komisi Pemilihan Umum
Daerah yang akan datang bisa jauh lebih baik dan lebih sukses dari yang
sebelumnya.
fenomena hukum yang diteliti secara sistematik, rasional dan obyektif. Sesuai
dengan rumusan masalah tesis ini, maka konsep utama yang dijadikan
1. Teori Peran
antara teori, orientasi, maupun disiplin ilmu. Istilah “peran” diambil dari dunia
teater. Dalam teater, seorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh
tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh itu ia diharapkan untuk berperilaku
halnya dalam teater, posisi orang dalam masyarakat sama dengan posisi aktor
dalam teater, yaitu bahwa perilaku yang diharapkan daripadanya tidak berdiri
lain yang berhubungan dengan orang atau aktor tersebut. Dari sudut pandang
muncul ketika pesan yang dikirim tersebut tidak jelas, tidak secara langsung,
13
Gartiria Hutami, Pengaruh Konflik Peran Dan Ambiguitas Peran Terhadap Komitmen
Independensi Auditor Internal Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada Inspektorat Kota Semarang)
(Universitas Diponegoro, Jurnal). Hal. 5.
17
tidak dapat diinterpretasikan dengan mudah, dan tidak sesuai dengan daya
mengandung unsur konflik. Ketika hal itu terjadi, individu akan merespon
pesan tersebut dalam cara yang tidak diharapkan oleh si pengirim pesan.14
pada aturan main (the rules) dan kegiatan kolektif (collective action) untuk
disampaikan oleh ahli dari berbagai bidang. Menurut Ruttan dan Hayami,
berhubungan satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama yang
14
Gartiria Hutami, Pengaruh Konflik Peran Dan Ambiguitas Peran Terhadap Komitmen
Independensi Auditor Internal Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada Inspektorat Kota Semarang)
(Universitas Diponegoro, Jurnal). Hal. 5.
15
Tony Djogo Dkk, Kelembagaan Dan Kebijakan Dalam Pengembangan Agroforestri ( Bogor :
World Agroforestry Centre (ICRAF) 2003). Hal.3-4.
18
yang saling mengikat atau saling tergantung satu sama lain. Penataan institusi
untuk menentukan, menegakan hukum atau aturan itu sendiri dan untuk
organisasi.16
antara anggota masyarakat atau organisasi yang saling mengikat yang dapat
diwadahi dalam suatu organisasi atau jaringan dan ditentukan oleh faktor-
faktor pembatas dan pengikat berupa norma, kode etik aturan formal maupun
16
Tony Djogo Dkk, Kelembagaan Dan Kebijakan Dalam Pengembangan Agroforestri ( Bogor :
World Agroforestry Centre (ICRAF) 2003). Hal.3-4.
17
Tony Djogo Dkk, Kelembagaan Dan Kebijakan Dalam Pengembangan Agroforestri ( Bogor :
World Agroforestry Centre (ICRAF) 2003). Hal 3.
18
Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,1997). Hal.979.
19
Kelembagaan lokal dan area aktivitasnya terbagi menjadi tiga kategori, yaitu
kategori sektor publik (administrasi lokal dan pemerintah lokal); kategori sector
(organisasi jasa dan bisnis swasta). Bentuk resmi suatu lembaga yaitu
lembaga garis (line organization, military organization); lembaga garis dan staf
dengan nilai, norma dan aturan yang mengikutinya, serta memiliki bentuk dan
Dari berbagai elemen teori di atas dapat kita lihat bahwa definisi
atau kode etik, norma, hukum dan faktor pengikat lainnya antar anggota
penguasaan atas sumber daya alam yang didukung oleh peraturan dan
institusi. Tidak ada manusia atau organisasi yang bisa hidup tanpa interaksi
19
Sitti Bulkis, Manajemen Pembangunan, (Universitas Hasanudin, Makasar 2011). Hal.16.
20
abad 19 sebelum Perang Dunia II. Dalam pendekatan ini negara menjadi fokus
menyangkut antara lain sifat dari UUD, masalah kedaulatan, kedudukan dan
parlemen, badan eksekutif, dan badan yudikatif. Bahasan ini lebih bersifat
statis dan deskiptif daripada analitis, dan banyak memakai ulasan sejarah.
Yang terjadi, pendekatan tradisional lebih sering bersifat normatif (yaitu sesuai
salah satu dari sekian banyak faktor (sekalipun mungkin penentu yang paling
Secara garis besar pemilih diartikan sebagai semua pihak yang menjadi
dalam hal ini dapat berupa konstituen maupun masyarakat pada umumnya.
20
Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta, PT. Gramedia Pustaka, 2008). Hal.74-76.
21
Firmanzah, Marketing Politik, edisi pertama, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2007 hal. 112
21
seperti partai politik. Di samping itu, pemilih bisa saja merupakan bagian
masyarakat luas yang bisa saja tidak menjadi konstituen partai politik tertentu.
yang memang non-partisan, dimana ideologi dan tujuan politik mereka tidak
dikaitkan kepada suatu partai politik tertentu. Mereka ‘menunggu’ sampai ada
suatu partai politik yang bisa menawarkan program kerja yang terbaik menurut
cara pikir pemilih seperti itu sebagai faktor pokok yang menentukan sukses
tidaknya dalam kompetisi politik Pilkada Kabupaten Kubu Raya tahun 2018.
Yang lebih kompleks, motivasi pemilih itu berubah ubah sesuai dengan
dalam ketiga kelompok besar, yaitu kelompok loyalis, kelompok rasional, dan
kelompok pemilih pragmatis, jauh lebih sulit karena motivasi mereka dinamis
suatu studi yang memusatkan diri pada bidang yang menggeluti kebiasaan
menurut Huntington dan Nelson ada dua model partisipasi pemilih, yaitu
otonom), tetapi dalam banyak hal justru ditentukan oleh tekanan kelompok,
kuat di masyarakat.
22
Sofiah R, Kampanye Politik dan Perilaku Pemilih, dalam Jurnal Dinamika Vol.5 No.1 tahun 2005,
FISIP Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2005, hal.18
23
pemilu adalah perilaku ‘akspresif’.23 Perilaku ini tidak jauh berbeda dengan
ideologi. Keputusan untuk memberikan dukungan dan suara tidak akan terjadi
apabila tidak terdapat loyalitas pemilih yang cukup tinggi kepada partai politik
kalau mereka menganggap bahwa suatu partai politik tidak loyal serta tidak
konsisten terhadap janji dan harapan yang telah mereka berikan. Selain itu,
perilaku memilih juga sarat dengan kedekatan ideologi antara pemilih dengan
partai politik serta memiliki biaya ekonomis berupa sedikit waktu dan usaha.
khas yang selalu hadir pada saat pemilih harus menentukan pilihannya. Selain
itu, informasi yang tersedia sering sekali bertolak belakang dengan kenyataan
yang sebenarnya.
23
Firmanzah, op.cit hal 114
24
apakah itu etika, moralitas, agama, hal-hal yang bersifat estetika, kesukaan
tersebut mengambil keputusan atas nilai-nilai yang ia pegang, dan bukan dari
tujuan yang hendak dicapai. Rasionalitas tujuan, di sisi lain diartikan sebagai
Florina serta Enelow dan Hinich mempelajari pengaruh dari isu dan
dalam studi mereka bahwa pemilih menaruh perhatian yang sangat tinggi atas
24
Firmanzah, op.cit, hal 115
25
Firmanzah, op.cit, hal 116
25
post’ dan ‘ax-ante’. Penilaian ex-pos berarti menilai apa saja yang telah
dilakukan oleh sebuah partai atau pemimpin yang berkuasa untuk memperbaiki
kondisi yang ada. Sementara ex-ante dilakukan dengan cara mengukur dan
menilai kemungkinan program kerja dan solusi yang ditawarkan sebuah partai
berkontribusi pada kesan serius dan program kerja yang ditawarkan. Faktor-
26
Ibid, hal. 117
26
tertentu dan bukan yang lain dibedakan menjadi lima sesuai dengan
kontek struktur yang lebih luas, seperti struktur sosial, sistem partai, sistem
dan desa, bahasa dan nasionalisme. Jumlah partai, basis sosial sistem partai
pilkada dipengaruhi latar belakang demografi dan sosial ekonomi, seperti jenis
27
Susanto, Pilkada Langsung: Kajian Yuridis dan Politis. Jurnal Dinamika Vol. V No. I, Surakarta,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2005, hal 9
27
tertentu, sub kultur tertentu dan profesi tertentu bertempat tinggal pada unit
peilaku untuk memilih pada pilkada berupa identifikasi kandidat. Konsep ini
lain.
kalkulasi untung dan rugi. yang dipertimbangkan tidak hanya “ongkos” memilih
tetapi juga perbedaan dari alternatif berupa pilihan yang ada. Bagi pemilih,
banyak pula rakyat bersusah payah menggunakan hak pilih dalam pilkada.
Pendekatan pilihan rasional tidak selalu benar karena cukup banyak rakyat
hak pilih berdasarkan informasi yang tidak lengkap dan akurat, seperti tradisi,
dari Downs, keputusan memilih (to vote) berbeda secara signifikan dengan
barang atau jasa yang dibelinya. Sedangkan keputusan yang salah dalam
keputusan individu tidak akan berarti apa-apa kecuali dalam jumlah besar.
panjang. Gerakan ini lahir pada masa orde baru berkuasa menggelar pemilu
1971 (pemilu pertama) sampai dengan pemilu 1997 (pemilu terakhir). Mereka
bersikap golput karena tidak setuju dengan sistem politik yang diterapkan
tidak peduli pada persoalan politik yang ada. Rosenberg menyebutkan tiga
28
Firmanzah, op.cit hal 104
29
Soedjono Sastroadmodjo, op.cit hal 75
29
pesaing politik. Hal itu didasarkan atas pemikiran bahwa buah pikiran politik
itu tidak menarik baginya dan menganggap bahwa politik itu hanya
perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan. Partisipasi dapat juga
seseorang atau sekelompok orang untuk ikut secara aktif dalam kehidupan
politik, yaitu dengan jalan memilih pimpinan Negara secara langsung ataupun
pemula itu sendiri ialah pemilih yang baru pertama kali ikut memilih dalam
30 Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009), h.
36.
30
orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik yaitu dengan jalan
kehidupan mereka.33
partisipasi aktif dan pasrtisipasi pasif. Partisipasi aktif adalah mengajukan usul
31 Andi Faisal Bakti dkk, Literasi Politik dan Konsolidasi Demokrasi, (Jakarta: Churia
Press, 2012), ;h. 127.
32 Efriza, Political Explorer Sebuah Kajian Ilmu Politik, (Jakarta: Alfabeta, 2012). Hal.
155.
33
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Widisarana Indonesia, 2007,
hlm 142-143.
31
34
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Widisarana Indonesia, 2007,
hlm 142-143.
32
luas. Kemajuan itu berakibat pada partisipasi warga kota baru seperti kaum
Perubahan struktur kelas baru itu sebagai akibat dari terbentuknya kelas
menengah dan pekerja baru yang makin meluas dalam era industrialisasi dan
pemerintah.
warga negara baik hak-hak politik, ekonomi, maupun hak mendapat jaminan
sosial dan hukum. Selain itu, kewajibannya sebagai warga negara dalam
36
Soedjono Sastroatmodjo, Op.cit, hal 91
34
baik yang menyangkut apakah pemerintah itu dapat dipercaya atau tidak,
maupun apakah pemerintah dapat dipengaruhi atau tidak. Artinya, jika mereka
keputusan politik, maka bagi mereka berpartisipasi secara aktif adalah hal
yang sia-sia.
partisipasi politik yang cenderung lebih tinggi . Demikian pula orang yang
memiliki status ekonomi yang tinggi cenderung lebih aktif dalam berpartisipasi
politik. Variabel lainnya ialah afiliasi politik orang tuanya dan pengalaman-
37
Soedjono Sastroatmodjo, Op.cit, hal 92
35
seseorang. Status ekonomi, karakter suku, usia, jenis kelamin, dan agama,
politik. Ketiga, menyangkut sistem politik dan sistem partai tempat seorang
individu itu hidup. Seseorang yang hidup dalam negara demokratis cenderung
Menurut Sanit, ada lima faktor yang mendorong partisipasi politik pada
termasuk politik. Kedua, adanya kenyataan berpolitik secara luas dan terbuka.
sempit (primordial, kesukuan, dsb) yang tidak mendapat respon yang wajar
dari rakyat. Ketiga, apatis yang tumbuh dan seringkali disusul dengan
38
Soedjono Sastroatmodjo, Op.cit hal 9
37
seseorang atau sekelompok orang untuk turut serta secara aktif dalam
spontan, mantap atau sporadik, secara damai atau dengan kekerasan, legal
atau ilegal, efektif atau tidak efektif. Fungsi utama partai politik adalah mencari
berdasarkan ideologi tertentu. Cara yang digunakan partai politik dalam sistem
39
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 55.
38
itu adalah dengan melalui mekanisme pemilihan umum. Terkait dengan tugas
tersebut maka menjadi tugas partai politik untuk mencari dukungan seluas-
Ketika pola atau cara ini masih direproduksi terus menerus, bisa dipastikan
hanya dihargai dengan uang. Bukan karena kesadaran sendiri untuk memilih
Artinya meskipun diberi kesempatan oleh pemerintah atau Negara tetapi kalau
kemauan ataupun kemampuan tidak ada maka partisipasi tidak akan terwujud.
40
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009), h.
368.
41
Davis Keth, Human Behavior at Work: Organizational Behavior (New York: Mc GrawHill Book
Company, 1987), h. 145.
39
sebagai berikut:
tetapi kalau tidak diberi kesempatan oleh pemerintah Negara maka partisipasi
tidak akan terjadi. Oleh karena itu tiga hal tersebut kemauan, kemampuan
42
Affan Sulaiman, Public Policy-Kebijakan Pemerintah (Bandung: BKU Ilmu Pengetahun Program
Master, Ilmu-ilmu Sosial pada Intitut Imu Pemerinthan Bekerjasama UNPAD-IIP. 1998) h. 198.
43
Affan Sulaiman, Public Policy-Kebijakan Pemerintah, h. 200.
40
merasa tidak lagi menjadi obyek dari kebijakan pemerintah tetapi harus dapat
modern partisispasi politik meruapakan suatu maslaah yang penting dan akhir-
adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif
dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan Negara
(public policy).44
politik yang ada, jika seseorang tersebut merasa dirinya sesuai dengan
suasana lingkungan dimana dia berada. Apabila kondisi yang terjadi adalah
sebaliknya, maka akan lahir sikap dan tingkah laku politik yang tampak janggal
44
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009), h.
367
41
atau negatif, misalnya jika seseorang sudah terbiasa berada dalam lingkungan
masyarakat yang feodal atau tidak demokratis maka dia akan mengalami
politik belum bisa diwujudkan, karena itu penting untuk dilakukan oleh para
mengaktualisasikan citacitanya.45
45
Ikhsan Darmawan, Mengenal Ilmu Politik, ( Jakarta: Kompas Media Nusantara,2015) hal 55.
42
proses Interest Aggregation, partsipasi politik jenis ini artinya seorang individu
politik jenis ini artinya seseorang indivisu terlibat dalam proses pembuatan
kebijakan.46 Masyarakat yang bijak harus turut serta dalam proses pemilihan
daerah sebagai masyarakat yang cerdas harus mampu menilai calon yang
masyarakat dan tidak memilih calon yang hanya mementingkan diri sendiri
Sebagai pemilik hak pemilih dalam pemilu kita jangan sampai menyia-
nyiakan hak suara hanya untuk iming-iming sementara yang dalam artian kita
46
Ikhsan Darmawan, Mengenal Ilmu Politik, hal 55.
43
harus memberikan suara kita kepada calon yang tepat. Ketidakikutsertaan kita
sebenarnya justru akan membuat kita susah sendiri karena kita tidak turut
memilih tetapi harus mengikuti pemimpin yang tidak kita pilih. Partisipasi
salah satu kritiknya adalah ketika masyarakat tidak merasa memiliki dan acuh
F. Metode Penelitian
penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data
adalah metode penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data primer dan
Mengacu pada kedua pendapat ini, maka penelitian tesis ini dilakukan
1. Studi Kepustakaan
a. Sumber Data :
47
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat),
Rajawali Pers, Jakarta, 2001, Hlm. 13-14
48
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Cetakan Kelima, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1994, Hlm., 12, 59-60
44
Kepala Daerah.
ini.
49
Rony Hanitijo Soemitro, Penelitian Hukum Dan Jurimetri, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1983.
45
Raya.
G. Sistematika Penulisan.
Sistimatika penulisan tesis ini terdiri dari 4 (empat) bab, tiap-tiap bab
Penelitian.
Politik, Prilaku Memilih, Arti, Asas dan Tujuan pemilihan kepala daerah
H. Jadwal Penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Andi Faisal Bakti dkk, Literasi Politik dan Konsolidasi Demokrasi, (Jakarta:
Churia Press, 2012)
Efriza, Political Explore : Sebuah Kajian Ilmu Politik, Bandung : Alfa Beta, 2012
Pangi Syarwi, Titik Balik Demokrasi : Petunjuk Bagi Para Pejuang Demokrasi,
Jakarta. Pustaka Intelegensia 2012
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat), Rajawali Pers, Jakarta, 2001
48
Sofiah R, Kampanye Politik dan Perilaku Pemilih, dalam Jurnal Dinamika Vol.5
No.1 tahun 2005, FISIP Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2005,
Susanto, Pilkada Langsung: Kajian Yuridis dan Politis. Jurnal Dinamika Vol. V
No. I, Surakarta, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2005,
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :
Undang-Undang Dasar 1945
SUMBER INTERNET :
http://pontianak.tribunnews.com/2018/02/12/ditetapkan-inilah-tiga-pasangan-
calon-bupati-dan-wakil-bupati-kubu-raya. Di akses tanggal 9 Agustus 2018