Anda di halaman 1dari 42

TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS PADA


IBU HAMIL DENGAN RISIKO TINGGI BERUSIA KURANG
DARI 20 TAHUN

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kelompok Khusus

Dosen Mata Ajar : Ns. Diana D., M.Kep

DISUSUN OLEH :

1. Andi Widianto (20101440116007)


2. Dwi Riyanti (20101440116025)
3. Grenada Nabella.P. (20101440116037)
4. Rima Indriyani (20101440116080)
5. Rina Elsa Rizkiana (20101440116081)

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV / DIPONEGORO

SEMARANG

2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bagi kebanyakan wanita, proses kehamilan dan persalinan adalah

proses yang dilalui dengan kegembiraan dan suka cita. Tetapi 5-10% dari

kehamilan termasuk kehamilan dengan resiko tinggi.Wanita dengan kehamilan

resiko tinggi harus mempersiapkan diri dengan lebih memperhatikan perawatan

kesehatannya dalam menghadapi kehamilan dengan resiko tinggi ini.

Kematian ibu adalah kematian yang berhubungan dengan kehamilan,

merupakan kejadian yang jarang bila dibandingkan dengan kematian bayi.Angka

yang rendah ini disebabkan oleh sifat kematian ibu yang tersembunyi.Sekitar 99%

kematian ibu didunia berasal dari negara berkembang, sering terjadi dirumah dan

tidak pernah tercatat dalam sistem pelayanan kesehatan.WHO memperkirakan

setiap tahunnya 500.000 ibu meninggal sebagai akibat langsung dari

kehamilan.Sebagian kematian itu sebenarnya dapat dicegah.Lima penyebab

kematian ibu saat ini adalah perdarahan, sepsis, hipertensi dalam kehamilan,

partus lama, dan abortus terinfeksi.

Dengan perawatan yang baik, 90-95% ibu hamil yang termasuk

kehamilan dengan resiko tinggi dapat melahirkan dengan selamat dan

mendapatkan bayi yang sehat.Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah dan diatasi

dengan baik bila gejalanya ditemukan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan

2
tindakan untuk memperbaikinya, dan kenyataannya, banyak dari faktor resiko ini

sudah dapat diketahui sejak sebelum konsepsi terjadi.

Jadi semakin dini masalah dideteksi, semakin baik untuk memberikan

penanganan kesehatan bagi ibu hamil maupun bayi.Juga harus diperhatikan bahwa

pada beberapa kehamilan dapat mulai dengan normal, tetapi mendapatkan

masalah kemudian.Oleh karenanya sangat penting bagi setiap ibu hamil untuk

melakukan ANC atau pemeriksaan kehamilan secara teratur, yang bermanfaat

untuk memonitor kesehatan ibu hamil dan bayinya, sehingga bila terdapat

permasalahan dapat diketahui secepatnya dan diatasi sedini mungkin.

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tahun 2007 berkisar 228/100.000

kelahiran hidup (KH). Angka ini masih jauh diatas target AKI untuk MDGs

(Millenium Development Goals) sebesar 125/100.000 KH pada tahun 2015.1

Penyebab tingginya AKI dan AKB salah satunya adalah adanya 3

keterlambatan yaitu keterlambatan pengambilan keputusan, terlambat merujuk

dan terlambat mendapatkan pertolongan.Untuk mengatasi hal ini maka pemerintah

bekerjasama dengan WHO meluncurkan strategi Safe Motherhood dengan fokus

Making Pregnancy Safer (MPS) sejak tahun 1999. Salah satu kegiatan dalam

MPS adalah peningkatan deteksi dan penanganan ibu hamil resiko tinggi.4,5,6

Deteksi dini resiko tinggi pada ibu hamil dilaksanakan oleh tenaga kesehatan

bersama dengan masyarakat melalui program Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K).

Program ini dicanangkan oleh Menteri Kesehatan pada tahun 2007 yang

merupakan salah satu komponen pelaksanaan desa/kelurahan siaga yang tertera

3
dalam rencana strategis Kementrian Kesehatan tahun 2010 dalam Kepmenkes no

HK.03.01/160/I/2010.7,8

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

adalah suatu program yang dicanangkan dalam upaya mempercepat penurunan

angka kematian ibu dengan cara memantau, mencatat serta menandai setiap ibu

hamil. Program ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan dibantu kader dan tokoh

masyarakat.dengan menempelkan stiker berisi nama, tanggal taksiran persalinan,

penolong persalinan, tempat persalinan, pendamping persalinan, transportasi dan

calon pendonor darah pada rumah yang di dalamnya terdapat ibu hamil. Dengan

begitu diharapkan setiap ibu hamil sampai dengan bersalin dan nifas dapat

dipantau oleh masyarakat sekitar dan tenaga kesehatan untuk mendapatkan

pelayanan yang sesuai standar sehingga proses persalinan sampai dengan nifas

termasuk rujukannya dapat berjalan dengan aman dan selamat, tidak terjadi

kesakitan dan kematian ibu serta bayi yang dilahirkan selamat dan sehat. 7,9

Komponen penyelenggaraan P4K yang dilaksanakan oleh tenaga

kesehatan (bidan) beserta masyarakat terdiri dari 3 unsur kegiatan yaitu

peningkatan pengetahuan masyarakat tentang KIA, kegiatan pelayanan SIAGA

(siap, antar, jaga) dari dan untuk masyarakat serta kegiatan pendukung dari

pemerintah dan tokoh masyarakat. Fokus kegiatan P4K oleh masyarakat terdiri

dari notifikasi (penandaan), penggalangan donor darah, mempersiapkan tabungan

ibu bersalin (tabulin) dan dana sosial bersalin (Dasolin), serta persiapan ambulan

desa (transportasi). 10,11

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kehamilan

Menurut Sarwono (2009), Masa kehamilan dimulai dari konsepsi

sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu

atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi

dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi 3 bulan,

triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan

ketujuh sampai 9 bulan. Kehamilan merupakan suatu perubahan dalam rangka

melanjutkan keturunan yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang

tumbuh didalam rahim ibu.

Menurut Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro, SpOG, untuk tiap kehamilan

harus ada spermatozoon, ovum, pembuahan ovum (konsepsi) dan nidasi hasil

konsepsi. Umumnya nidasi terjadi di dinding depan da belakang uterus, dekat

fundus uteri. Jika nidasi ini terjadi, barulah dapat disebut terjadi adanya

kehamilan.Masa kehamilan dimulai dan konsepsi sampai lahirnya

janin.Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

dihitung dari hari pertama haid terahir (Sarwono Prawirohardjo, 2007).

Kehamilan dimulai dari ovulasi sampai partus lamanya kira-kira 280

hari (40minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu).Kehamilan 40

minggu ini disebut kehamilan matur (cukup bulan). Bila kehamilan lebih dari

43 minggu disebut kehamilan post matur. Kehamilan antara 28 dan 36 minggu

5
disebut kehamilan premature. Kehamilan post matur akan mempengaruhi

viabilitas (kelangsungan hidup) bayi yang dilahirkan, karena bayi yang terlalu

muda mempunyai prognosis buruk. Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan

dibagi menjadi 3 bagian, yaitu trimester pertama (antara 0-12 minggu),

kehamilan trimester dua (antara 12-28 minggu), dan kehamilan trimester tiga

(antara 28-40 minggu). Bila hasil konsepsi dikeluarkan dari kavum uteri pada

kehamilan dibawah 20 minggu, disebut abortus (keguguran).Bila hal ini

terjadi di bawah 36 minggu disebut partus prematurus (persalinan

premature).Kelahiran dari 38-40 minggu disebut partus aterm. (Hanifa

Wiknjosastro, 2007 : 125)

B. Definisi Kehamilan Resiko Tinggi

Kehamilan risiko tinggi (KRT) adalah keadaan yang dapat

mempengaruhi keadaan optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang

dihadapi (Manuaba, 1998). Menurut Rustam (1998) kehamilan risiko tinggi

adalah beberapa situasi dan kondisi serta keadaan umum seorang selama

masa kehamilan, persalinan, nifas akan memberikan ancaman pada

kesehatan jiwa ibu maupun janin yang dikandungnya.

Sedangan menurut Depkes RI (1999) yang dimaksud faktor risiko

tinggi adalah keadaan pada ibu, baik berupa faktor biologis maupun non-

biologis, yang biasanya sudah dimiliki ibu sejak sebelum hamil dan dalam

kehamilan mungkin memudahkan timbulnya gangguan lain.

6
C. Faktor Resiko

Secara garis besar, kelangsungan suatu kehamilan sangat bergantung

pada keadaan dan kesehatan ibu, plasenta dan keadaan janin. Jika ibu sehat

dan didalam darahnya terdapat zat-zat makanan dan bahan-bahan organis

dalam jumlah yang cukup, maka pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam

kandungan akan berjalan baik. Dalam kehamilan, plasenta akan befungsi

sebagai alat respiratorik, metabolik, nutrisi, endokrin, penyimpanan,

transportasi dan pengeluaran dari tubuh ibu ke tubuh janin atau sebaliknya.

Jika salah satu atau beberapa fungsi di atas terganggu, maka pertumbuhan

janin akan terganggu. Demikian juga bila ditemukan kelainan pertumbuhan

janin baik berupa kelainan bawaan ataupun kelainan karena pengaruh

lingkungan, maka pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan

dapat mengalami gangguan.

Sebelum hamil, seorang wanita bisa memiliki suatu keadaan yang

menyebabkan meningkatnya resiko selama kehamilan. Selain itu, jika seorang

wanita mengalami masalah pada kehamilan yang lalu, maka resikonya untuk

mengalami hal yang sama pada kehamilan yang akan datang adalah lebih

besar. Untuk menentukan suatu kehamilan resiko tinggi, dilakukan penilaian

terhadap wanita hamil untuk menentukan apakah dia memiliki keadaan yang

menyebabkan dia ataupun janinnya lebih rentan terhadap penyakit atau

kematian.

Faktor itu bisa digolongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor medis

dan faktor non medis. Faktor medis meliputi, usia, paritas, graviditas, jarak

7
kehamilan, riwayat kehamilan dan persalinan, dan faktor non medis adalah

pengawasan antenatal (Manuaba, 1998)

Menurut Rustam (1998) faktor non-medis dan faktor medis yang

dapat mempengaruhi kehamilan adalah :

1. Faktor non medis antara lain :

Status gizi buruk, sosial ekonomi yang rendah, kemiskinan,

ketidaktahuan, adat, tradisi, kepercayaan, kebersihan lingkungan,

kesadaran untuk memeriksakan kehamilan secara teratur, fasilitator dan

sarana kesehatan yang serba kekurangan merupakan faktor non medis

yang banyak terjadi terutama dinegara-negara berkembang yang

berdasarkan penelitian ternyata sangat mempengaruhi morbiditas dan

mortalitas.

2. Faktor medis antara lain :

Penyakit - penyakit ibu dan janin, kelainan obstetrik, gangguan

plasenta, gangguan tali pusat, komplikasi persalinan.

D. Cara Menentukan Kehamilan Risiko Tinggi

Cara menentukan pengelompokkan kehamilan resiko tinggi, yaitu

dengan menggunakan cara kriteria. Kriteria ini diperoleh dari anamnesa

tentang umur, paritas, riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu, dan

pemeriksaan lengkap kehamilan sekarang serta pemeriksaan laboratorium

penunjang bila diperlukan.

8
Kriteria kehamilan beresiko yaitu primi muda, primi tua, primi tua

sekunder, tinggi badan kurang dari 145 cm, grandemulti, riwayat persalinan

buruk, bekas seksio sesarea, pre-eklampsi, hamil serotinus, perdarahan

antepartum, kelainan letak, kelainan medis. (Rochjati, 2005)

Puji Rochjati (2005) mengemukakan batasan faktor risiko pada ibu

hamil ada 3 kelompok yaitu :

a. Kelompok Faktor risiko I (ada potensi gawat obstetri), seperti primipara

muda terlalu muda umur kurang dari 20 tahun, primi tua, terlalu tua,

hamil pertama umur 35 tahun atau lebih, primi tua sekunder, terlalu lama

punya anak lagi, terkecil 10 tahun lebih, anak terkecil < 2 tahun, grande

multi, hamil umur 35 tahun atau lebih, tinggi badan kurang dari 145 cm,

riwayat persalinan yang buruk, pernah keguguran, pernah persalinaan

premature, riwayat persalinan dengan tindakan ( ekstraksi vakum,

ekstraksi forcep, operasi (seksio sesarea) ). Deteksi ibu hamil berisiko

kelompok I ini dapat ditemukan dengan mudah oleh petugas kesehatan

melalui pemeriksaan sederhana yaitu wawancara dan periksa pandang

pada kehamilan muda atau pada saat kontak.

b. Kelompok Faktor Risiko II ( ada gawat obstetri), ibu hamil dengan

penyakit, pre-eklamsia/eklamsia, hamil kembar atau gamelli, kembar air

atau hidramnion, bayi mati dalam kandungan, kehamilan dengan

kelainan letak, serta hamil lewat bulan. Pada kelompok faktor resiko II

ada kemungkinan masih membutuhkan pemeriksaan dengan alat yang

lebih canggih (USG) oleh dokter Spesialis di Rumah Sakit.

9
c. Kelompok Faktor Risiko III (ada gawat obstetri), perdarahan sebelum

bayi lahir, pre eklamsia berat atau eklampsia. Pada kelompok faktor

risiko III, ini harus segera di rujuk ke rumah sakit sebelum kondisi ibu

dan janin bertambah buruk/jelek yang membutuhkan penanganan dan

tindakan pada waktu itu juga dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu

dan bayinya yang terancam.

Jadmika (1997) menggunakan kriteria yaitu komplikasi obstetrik

yaitu usia yang terdiri dari usia 19 tahun atau kurang dan usia 35 tahun

keatas resiko tinggi, paritas yang terdiri dari primigravida dan grandemulti

(para lebih dari 6), jarak kehamilan yang terdiri dari < 2 tahun dan > 4

tahun, riwayat persalinan yang lalu yang terdiri dari l kali abortus atau

lebih, 2 kali partus prematus atau lebih, kematian janin dalam kandungan

atau kematian perinatal, perdarahan pasca persalinan, kehamilan mola,

pernah ditolong secara obstetri operatif, pernah operasi ginekologi,

pernah inversio uteri : disproporsi sefalo-pelviks, perdarahan antepartum,

pre-eklampsi dan eklamsi, kehamilan ganda, hidramnion, kelainan letak

pada hamil tua, dismaturitas, kehamilan pada infertilitas, persalinan terakhir

5 tahun atau lebih

Komplikasi medis yaitu anemia, hipertensi, penyakit jantung,

diabetes melitus, obesitas, penyakit saluran kencing, penyakit hati, penyakit

paru, penyakit-penyakit lain dalam kehamilan.

10
E. Faktor Resiko Tinggi Yang Mempengaruhi Kehamilan

1. Usia

Bahaya dan risiko dalam kehamilan serta persalinan akan lebih

besar pada wanita yang hamil usia terlalu muda atau terlalu tua. Seiring

dengan semakin tua usia seorang wanita untuk hamil maka semakin tinggi

pula terjadinya hipertensi, toksemia, dan hipertensi esensial. Sedangkan

umur ibu yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun juga

merupakan suatu faktor predisposisi terjadinya kelahiran prematur.

Walaupun wanita hamil dengan usia tua lebih matang dalam berfikir,

tetapi penurunan kesehatan dan stamina secara alami mempengaruhi baik

kehidupan janin maupun dalam proses persalinan (Rochjati, 2005).

a. Usia < 20 tahun (terlalu muda untuk hamil)

Yang dimaksud dengan terlalu muda untuk hamil adalah hamil

pada usia< 20 tahun. Pada usia < 20 tahun secara fisik kondisi rahim

dan panggul belum berkembang optimal, sehingga dapat

mengakibatkan resiko kesakitan dan kematian pada kehamilan dan

dapat menyebabkan pertumbuhan serta perkembangan fisik ibu

terhambat karena apabila usia ibu hamil kurang dari 20 tahun atau

terlalu muda dapat terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya

sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan

hormonal yang terjadi selama kehamilan .

Dampak kehamilan resiko tinggi pada usia muda antara lain :

a. Keguguran

11
Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja.

Seperti karena terkejut, cemas, stres.Tetapi ada juga keguguran

yang sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional sehingga dapat

menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti tingginya

angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya

dapat menimbulkan kemandulan.

b. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan

bawaan.

Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat

reproduksiterutama rahim yang belum siap dalam suatu proses

kehamilan, berat badan lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi

saat hamil kurang dan juga umur ibu yang belum menginjak 20

tahun.

Cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu

tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah,

pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu

kurang stabil. Selain itu cacat bawaan juga di sebabkan karena

keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal, seperti

dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-

loncat dan memijat perutnya sendiri.

Ibu yang hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya

akan gizi masih kurang, sehingga akan berakibat kekurangan

berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dengan demikian

12
akan mengakibatkan makin tingginya kelahiran prematur, berat

badan lahir rendah dan cacat bawaan.

c. Mudah terjadi infeksi

Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress

memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.

d. Anemia kehamilan/kekurangan zat besi.

Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang

pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia

muda.karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami

anemia. tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk

meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah

janin dan plasenta.lama kelamaan seorang yang kehilangan sel

darah merah akan menjadi anemis.

e. Keracunan Kehamilan (Gestosis).

Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan

anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam

bentuk pre-eklampsia atau eklampsia.Pre-eklampsia dan eklampsia

memerlukan perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian.

f. Kematian ibu yang tinggi.

Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena

perdarahan dan infeksi.Selain itu angka kematian ibu karena gugur

kandung juga cukup tinggi.yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga

non profesional (dukun). (Nurokhim, 1997)

13
Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia dibawah 20 tahun antara

lain:

1. Resiko bagi ibunya :

a. Mengalami perdarahan

Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena

otot rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi. selain itu

juga disebabkan selaput ketuban stosel (bekuan darah yang

tertinggal didalam rahim).kemudian proses pembekuan darah

yang lambat dan juga dipengaruhi oleh adanya sobekan pada

jalan lahir.

b. Kemungkinan keguguran/abortus

Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi

keguguran.hal ini disebabkan oleh faktor-faktor alamiah dan

juga abortus yang disengaja, baik dengan obat-obatan maupun

memakai alat.

c. Persalinan yang lama dan sulit

Adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun

janin.penyebab dari persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh

kelainan letak janin, kelainan panggul, kelaina kekuatan his dan

mengejan serta pimpinan persalinan yang salah.

14
d. Kematian ibu

Kematian pada saat melahirkan yang disebabkan oleh

perdarahan dan infeksi.

2. Dari bayinya :

a. Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan.

Adalah kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259

hari).hal ini terjadi karena pada saat pertumbuhan janin zat

yang diperlukan berkurang.

b. Berat badan lahir rendah (BBLR)

Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari

2.500 gram.kebanyakan hal ini dipengaruhi kurangnya gizi saat

hamil, umur ibu saat hamil kurang dari 20 tahun. dapat juga

dipengaruhi penyakit menahun yang diderita oleh ibu hamil.

c. Cacat bawaan

Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak

saat pertumbuhan.hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya kelainan genetik dan kromosom, infeksi, virus

rubela serta faktor gizi dan kelainan hormon.

d. Kematian bayi.kematian bayi yang masih berumur 7 hari

pertama hidupnya atau kematian perinatal.yang disebabkan

berat badan kurang dari 2.500 gram, kehamilan kurang dari 37

15
minggu (259 hari), kelahiran kongenital serta lahir dengan

asfiksia.(Manuaba,1998).

b. Usia 20 – 35 tahun (usia reproduksi)

Usia ibu sangat berpengaruh terhadap proses reproduksi. Dalam

kurun waktu reproduksi sehat diketahui bahwa usia yang aman untuk

kehamilan dan persalinan adalah usia 20-35 tahun, dimana organ

reproduksi sudah sempurna dalam menjalani fungsinya (BKKBN,

1999).

c. Usia > 35 tahun (terlalu tua untuk hamil)

Yang dimaksud dengan terlalu tua adalah hamil diatas usia 35

tahun kondisi kesehatan ibu dan fungsi berbagai organ dan sistem

tubuh diantaranya otot, syaraf, endokrin, dan reproduksi mulai

menurun. Bila seorang wanita hamil setelah berumur 35 tahun ke atas,

kesehatan tubuh ibu sudah tidak sebaik pada umur 20-35 tahun dan

kemungkinan memperoleh anak cacat lebih besar. Pada usia lebih dari

35 tahun terjadi penurunan curah jantung yang disebabkan kontraksi

miokardium. Ditambah lagi dengan tekanan darah dan penyakit lain

yang melemahkan kondisi ibu, sehingga dapat mengganggu sirkulasi

darah kejanin yang berisiko meningkatkan komplikasi medis pada

kehamilan, antara lain : keguguran, eklamsia, dan perdarahan.

Menurut Kloosterman (1973) dalam Wiknjosastro, et al (2007),

frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih dari

35 tahun 10 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang

16
berumur kurang dari 25 tahun. Ibu hamil yang dicurigai mengalami

perdarahan antenatal harus memeriksakan kehamilannya di Rumah

Sakit (RS) yang memiliki fasilitas operatif dan transfusi darah dan

bersalin di RS tersebut.

2. Paritas

Paritas merupakan faktor penting selama kehamilan. Angka kematian bayi

dari ibu hamil ketiga meningkat bila dibandingkan dengan kehamilan

kedua dan kemungkinan terjadi akan semakin meningkat pada kehamilan

kelima. Paritas tinggi juga berhubungan dengan makin sering timbulnya

kelainan-kelainan ginekologis seperti prolapsus uteri, cervicitis, erosi

cervix, dan carcinoma cervix. Demikian juga masalah kesehatan yang

sifatnya non-obstetrik (Rochjati, 2005).

Klasifikasikan paritas adalah sebagai berikut :

A. Primipara

Adalah seorang yang telah melahirkan seorang anak matur atau

prematur

B. Multipara

Adalah seorang wanita yang telah melahirkan lebih dari satu anak

C. Grandemulti

Adalah seorang wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau

lebih.Pada keadaan ini sering kali ditemukan perdarahan sesudah

persalinan akibat dari kemunduran kemampuan kontraksi

uterus.Kontraksi uterus diperlukan untuk menghentikan perdarahan

17
sesudah persalinan.Sering pula ditemukan inersia uteri (tidak cukupnya

tenaga/HIS untuk mengeluarkan janin).Penyulit lainnya yang juga

sering ditemukan yaitu kecenderungan untuk terjadinya kelainan letak

janin, kelainan plasenta, serta kelainanan pada perlekatan plasenta

pada dinding uterus.

Paritas merupakan salah satu faktor resiko tinggi pada kehamilan,

kehamilan resiko tinggi lebih banyak terjadi pada multipara dan

grandemultipara, keadaan endometrium pada daerah korpus uteri sudah

mengalami kemunduran dan berkurangnya vaskularisasi, hal ini terjadi

karena degenerasi dan nekrosis pada bekas luka implantasi plasenta pada

kehamilan sebelumnya di dinding endometrium. Adanya kemunduran

fungsi dan berkurangnya vaskularisasi pada daerah endometrium

menyebabkan daerah tersebut menjadi tidak subur dan tidak siap menerima

hasil konsepsi, sehingga pemberian nutrisi dan oksigenisasi kepada hasil

konsepsi kurang maksimal dan mengganggu sirkulasi darah ke janin. Hal ini

akan beresiko pada kehamilan dan persalinan.

3. Jarak Kehamilan

Dalam pemanfaatan layanan antenatal, jumlah anak hidup

berhubungan dengan beban pengasuhan anak, diasumsikan bahwa semakin

banyak anak maka akan semakin sedikit kesempatan ibu untuk

meningggalkan rumah dan memeriksakan kehamilannya (Rochjati, 2005).

18
Jarak dua kehamilan yang terlalu dekat juga menjadi faktor

predisposisi terjadinya kelahiran prematur, perdarahan antepartum, dan

hipertensi (Wiknjosastro, 2007).

Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekarang

sebaiknya diatas 2 tahun karena bila kurang dari 2 tahun akan bepengaruh

pada kehamilan dan persalinan (Depkes RI, 2001:28).

Jarak adalah selang waktu antara dua peristiwa, ruang antara dua

objek bagian. Jarak adalah masa antara dua kejadian yang berkaitan.

Kehamilan adalah keadaan dimana terjadi proses pertumbuhan dan

perkembangan janin di dalam rahim mulai sejak konsepsi dan berakhir

sampai permulaan persalinan.

a. Kehamilan dengan jarak < 3 tahun

Pada kehamilan dengan jarak< 3 tahun keadaan endometrium

mengalami perubahan, perubahan ini berkaitan dengan persalinan

sebelumnya yaitu timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis di

tempat implantasi plasenta.

Adanya kemunduran fungsi dan berkurangnya vaskularisasi

pada daerah endometrium pada bagian korpus uteri mengakibatkan

daerah tersebut kurang subur sehingga kehamilan dengan jarak< 3

tahun dapat menimbulkan kelainan yang berhubungan dengan letak

dan keadaan plasenta.

b. Kehamilan dengan jarak > 3 tahun

19
Pada kehamilan dengan jarak> 3 tahun keadaan endometrium

yang semula mengalami trombosis dan nekrosis karena pelepasan

plasenta dari dinding endometrium (Korpus uteri) telah mengalami

pertumbuhan dan kemajuan endometrium.

Dinding-dinding endometrium mulai regenerasi dan sel epitel

kelenjar-kelenjar endometrium mulai berkembang, bila pada saat ini

terjadi kehamilan endometrium telah siap menerima sel-sel

memberikan nutrisi bagi pertumbuhan sel telur.

c. Kehamilan dengan jarak > 4 tahun

Pada kehamilan dengan jarak> 4 tahun sel telur yang

dihasilkan sudah tidak baik, sehingga bisa menimbulkan kelainan-

kelainan bawaan seperti sindrom down, saat persalinan pun beresiko

terjadi perdarahan post partum. Hal ini disebabkan otot-otot rahim

tidak selentur dulu, hingga saat harus mengkerut kembali bisa terjadi

gangguan yang beresiko terjadi hemoragic post partum (HPP), resiko

terjadi pre-eklampsia dan eklampsi juga sangat besar karena terjadi

kerusakan sel-sel endotel. (Rochjati, 2005)

4. KEK ( Kekurangan Energi Kronik)

Istilah KEK atau kurang energi kronik merupakan istilah lain dari

Kurang Energi Protein (KEP) yang diperuntukkan untuk wanita yang

kurus dan lemah akibat kurang energi yang kronis. Definisi ini

diperkenalkan oleh World Health Organization (WHO).Seseorang

20
dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA (Lingkar Lengan Atas)

<23,5 cm.

Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan

komplikasi pada ibu antara lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak

bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi. Pengaruh KEK

terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama,

persalinan sebelum waktunya (premature), pendarahan setelah persalinan,

serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.( Lubis, 2003)

Kekurangan gizi kronis pada ibu hamil juga dapat mempengaruhi

proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan kegururan , abortus, bayi

lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra

partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah

(BBLR).Bila BBLR bayi mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan

pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak.( Lubis, 2003)

Program Puskesmas dalam penanggulangan KEK pada ibu hamil

merupakan kunci utama untuk menurunkan angka kelahiran bayi BBLR,

dengan didukung oleh dana besar pemerintah lewat paket Pemberian

makanan tambahan / PMT pemulihan Bumil KEK. Termasuk di dalamnya

pemberian penyuluhan kesehatan untuk ibu hamil serta program Desa

Siaga, adalah program nasional yang membutuhkan peran serta

masyarakat untuk menyukseskannya.

21
5. Riwayat obstetri

a) Jejas atau bekas luka dalam pada alat-alat kandungan, ataupun jalan

lahir yang ditimbulkan oleh persalinan terdahulu akan memberikan

akibat buruk pada pada kehamilan sekarang.

b) Pernah mengalami abortus (sengaja atau tidak, dengan atau tanpa

tindakan kerokan/kuretase), terlebih lagi bila mengalami abortus

ulangan, makin besar kemungkinan terjadi pada kehamilan berikut dan

kemungkinan perdarahan.

c) Pernah mengalami gangguan organik daerah panggul seperti adanya

peradangan, tumor ataupun kista.

d) Pernah mengalami penyulit kehamilan seperti hiperemesis gravidarum,

kematian janin, preeklampsia-eklampsia, hidramnion, kelainan letak

janin, kelainan janin bawaan, janin kembar (gemelli).

e) Pernah mengalami penyakit seperti gangguan endokrin (diabetes

melitus, hyperthyroid), penyakit jantung, penyakit paru (asthma, TBC),

penyakit ginjal, penyakit hati, sendi dan penyakit kelamin seperti

siphilis serta infeksi lainnya baik oleh virus, bakteri maupun parasit.

f) Pernah mengalami persalinan dengan tindakan seperti ekstraksi forcep

ataupun vakum, seksio sesar, pengeluaran plasenta dengan tangan

(manual plasenta).

22
F. Penatalaksanaan Kehamilan Risiko Tinggi

Semakin dini masalah dideteksi, semakin baik penanganan yang dapat

diberikan bagi kesehatan ibu hamil maupun bayi.Juga harus diperhatikan

bahwa pada beberapa kehamilan dapat mulai dengan normal, tetapi

mendapatkan masalah kemudian.Oleh karenanya sangat penting bagi setiap

ibu hamil untuk melakukan ANC atau pemeriksaan kehamilan secara teratur,

yang bermanfaat untuk memonitor kesehatan ibu hamil dan bayinya, sehingga

bila terdapat permasalahan dapat diketahui secepatnya dan diatasi sedini

mungkin. Juga hiduplah dengan cara yang sehat (hindari rokok, alcohol,

dll),serta makan makanan yang bergizi sesuai kebutuhan anda selama

kehamilan.

Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah dengan pemeriksaan dan

pengawasan kehamilan yaitu deteksi dini ibu hamil risiko tinggi atau

komplikasi kebidanan yang lebih difokuskan pada keadaan yang

menyebabkan kematian ibu.Pengawasan antenatal menyertai kehamilan secara

dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah

dalam persiapan persalinan.Diketahui bahwa janin dalam rahim dan

ibunya merupakan satu kesatuan yang saling mengerti.Pengawasan

antenatal sebaiknya dilakukan secara teratur selama hamil. Oleh WHO

dianjurkan pemeriksaan antenatal minimal 4 kali dengan 1 kali pada

trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III (Rumus l -

l, 2-l, 3-2).

23
Adapun tujuan pengawasan antenatal adalah diketahuinya secara

dini, keadaan risiko tinggi ibu dan janin, sehingga dapat :

1. Melakukan pengawasan yang lebih intesif

2. Memberikan pengobatan sehingga risikonya dapat dikendalikan

3. Melakukan rujukan untuk mendapatkan tindakan yang adekuat

4. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu. (Manuaba, 1998)

Tujuan Kunjungan Ulang :

a. Kunjungan 1, hingga usia kehamilan 16 minggu dilakukan untuk :

1. Penapisan dan pengobatan anemia

2. Perencanaan persalinan

3. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya

b. Kunjungan II (24-28 minggu ) dan kunjungan III (32 minggu)

dilakukan untuk :

1. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya

2. Penapisan pre-eklampsi; gemelli, infeksi alat reproduksi dan

saluran perkemihan

3. Mengulang perencanaan persalinan

c. Kunjungan IV (36 minggu sampai lahir)

1. Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III

2. Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi

3. Memantapkan rencana persalinan

4. Mengenali tanda-tanda persalinan

24
G. Upaya Pencegahan

Usaha untuk pencegahan penyakit kehamilan dan persalinan

tergantung pada berbagai faktor dan tidak semata-mata tergantung dari sudut

medis atau kesehatan saja.Faktor sosial ekonomi juga sangat berpengaruh.

Karena pada umumnya seseorang dengan keadaan sosial ekonomi rendah

tidak akan terlepas dari kemiskinan, dan ketidaktahuan sehingga mempunyai

kecenderungan untuk menikah pada usia muda dan tidak berpartisipasi dalam

keluarga berencana.

Disamping itu keadaan sosial ekonomi yang rendah juga akan

megakibatkangizi ibu dan perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan yang

jelek. Transportasi yang baik disertai dengan ketersediaannya pusat-pusat

pelayanan yang bermutu akan dapat melayani ibu hamil untuk mendapatkan

asuhan anenatal yang baik, cakupannya luas, dan jumlah pemeriksaan yang

cukup.

Di negara maju setiap wanita hamil memeriksakan diri sekitar 15 kali

selama kehamilannya. Sedangkan di Indonesia pada kehamilan resiko rendah

dianggapcukup bila memeriksakan diri 4-5 kali. Jadi secara garis besar dapat

disimpulkan bahwa usaha yang dapat dilakukan untuk pencegahan penyulit

pada kehamilan dan persalinan adalah:

1. Asuhan antenatal yang baik dan bermutu bagi setiap wanita hamil.

2. Peningkatan pelayanan, jaringan pelayanan dan sistem rujukan

kesehatan.

25
3. Peningkatan pelayanan gawat darurat sampai ke lini terdepan.

4. Peningkatan status wanita baik dalam pendidikan, gizi, masalah

kesehatan wanita dan reproduksi dan peningkatan status sosial

ekonominya.

5. Menurunkan tingkat fertilitas yang tinggi melalui program keluarga

berencana.

H. Program Pemerintah

Kematian Ibu menurut International Statistical Classification of

Deseases, Injuries and Causes of Death, Edition (ICD-X), adalah kematian

seorang wanita yang terjadi selama kehamilan sampai dengan 42 hari setelah

berakhirnya kehamilan, tanpa memperhatikan lama dan tempat terjadinya

kehamilan, yang disebabkan oleh atau dipicu oleh kehamilan atau penanganan

persalinan.

Penyebab kematian ibu secara umum dibagi menjadi dua kelompok

(Depkes RI, 2005), yaitu:

1. Penyebab langsung

Kematian yang terjadi akibat komplikasi kehamilan, persalinan dan

nifas yang disebabkan oleh intervensi, kegagalan, penanganan yang tidak

tepat atau rangkaian semua peristiwa tersebut.

26
2. Penyebab tidak langsung

Kematian yang terjadi oleh karena penyakit yang timbul sebelum

atau selama kehamilan dan tidak disebabkan langsung oleh penyebab

kebidanan, akan tetapi diperburuk oleh kehamilan yang fisiologis.

Seringnya terjadi kematian pada saat persalinan, lebih banyak

disebabkan karena perdarahan, selain itu penyebab lain yang bisa menimbulkan

kematian pada ibu hamil yaitu terjadinya empat terlalu (4T) yaitu terlalu muda,

terlalu tua, terlalu sering (dekat) dan terlalu banyak. Kondisi ini kemudian

didukung oleh adanya tiga Terlamabat (3T) yaitu terlambat mengenali tanda-

tanda, terlambat mencapai tempat pelayanan dan terlambat mendapat

pertolongan.. Faktor tesebut (4T dan 3T) merupakan masalah sosial yang turut

menentukan kesehatan dan keselamatan proses persalinan.

Untuk menekan angka kematian ibu saat persalinan perlu seorang

penolong persalinan yang mampu mengenal dan menangani secara cepat dan

tepat kpmplikasi persalinan.Pemerintah mengupayakan dengan memberikan

penekanan semua persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

Pencapaian ini tidak dapat terealisasi dengan baik karena sebagian besar

masyarakat di beberapa daerah berpendapat bahwa kematian ibu saat persalinan

bukanlah menjadi suatu masalah, karena kematian ibu pada saat persalinan

merupakan takdir yang harus bisa diterima dengan ikhlas, bukan disebabkan

karena penolong persalinan, sikap inilah yang menjadi suatu tantangan dalam

menurunkan angka kematian ibu di Indonesia sehingga AKI masih tetap tinggi.

27
Program “Making Pregnancy safer” di Indonesia

Dalam upaya menurunkan angka kematian ibu di Indonesia dengan

bantuan negara donor, pada Oktober Tahun 2000 Departemen Kesehatan telah

menyusun Rencana Strategis (Renstra) jangka panjang dalam upaya penurunan

angka kematian ibu dan kematian bayi baru lahir. Dalam Renstra ini difokuskan

padakegiatan yang dibangun atas dasar sistem kesehatan yang mantap untuk

menjamin pelaksanaan intervensi dengan biaya yang efektif berdasarkan bukti

ilmiah yang dikenal dengan sebutan "Making Pregnancy Safer (MPS)" yang pada

dasarnya menekankan seluruh persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.(Depkes

RI.2005).

Making Pragnancy Safer (MPS) adalah strategi sektor kesehatan yang

merupakan kelanjutan dari program “Safe Motherhood” dengan tiga pesan

kuncinya yaitu, setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap

komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat dan setiap

Wanita Usia Subur (WUS) mempunyai akses terhadap pencegahan akses terhadap

pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi

keguguran. Visi MPS adalah setiap perempuan di Indonesia dapat menjalani

kehamilan dan persalinan dengan aman, dan bayi dilahirkan hidup dan sehat.

Sedangkan misi adalah menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru

lahir melalui pemantapan sistem kesehatan untuk menjamin akses terhadap

intervensi yang cost-efektive berdasarkan bukti ilmiah yang berkualitas,

memberdayakan wanita, keluarga dan masyarakat dan mempromosikan kesehatan

ibu dan bayi baru lahir sebagai suatu prioritas dalam pembangunan nasional.

28
Target dan dampak MPS adalah menurunkan angka kematian ibu menjadi

125 per kelahiran hidup, angka kematian neonatal menjadi 15 per 1000 kelahiran

hidup. Untuk mencapai target tersebut maka ditetapkan empat strategi utama

meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehtan ibu dan bayi baru lahir

berkualitas, membangun kemitraan yang efektif, mendorong pemberdayaan

wanita dan keluarga melalui peningkatan pengetahuan untuk menjamin

perilakusehat dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir,

serta mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan

pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir (Depkes RI, 2001).

29
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Proses pengkajian dilakukan selama periode prenatal yang
meliputi wawancara, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.
Data yang perlu dikumpulkan pada saat pengkajian adalah interpretasi
subyektif pasien tentang status kesehatan dan kehamilannya dan
observasi afek pasien, postur, bahasa tubuh, warna kulit, tanda fisik dan
keadaan emosional (Klien, 2000).
Saat wawancara tanyakan riwayat kesehatan komprehensif yang
menekankan pada :
a. Kehamilan saat ini: alasan mencari perawatan, keluhan utama atau
keluhan yang dirasakan selama hamil, hamil ke berapa, usia
kehamilan sekarang, tanggal perkiraan melahirkan, kebutuhan selama
kehamilan, persiapan persalinan dan persiapan awal menjadi ibu,
harapan yang diinginkan tentang cara kelahiran, jenis kelamin bayi,
status nutrisi, pola berkemih.
b. Kehamilan sebelumnya: jumlah anak saat ini, riwayat kehamilan dan
pengalaman persalinan sebelumnya, riwayat kehilangan (abortus)
janin, dan riwayat medis yang meliputi: riwayat pembedahan,
penggunaan obat, penyakit yang menyertai, riwayat menstruasi.
c. Riwayat psikososial dan budaya: pekerjaan wanita dan pasangan,
pendidikan, status pekawinan, latar belakang budaya dan etnik, status
sosial ekonomi, persepsi tentang kehamilan saat ini (apakah
kehamilan ini diinginkan, direncanakan, apakah wanita dan pasangan
senang, apakah wanita menerima kehamilan), masalah yang timbul
akibat kehamilan (finansial, karier/pekerjaan, tempat tinggal),
perubahan pola seksual.

30
d. Keadaan keluarga: kaji sistem dukungan keluarga, hubungan ibu
hamil dengan suami, keluarga ayah, ibu, dan saudara, hubungan
dengan keluarga suami, riwayat cacat dan kelainan genetik. Riwayat
keluarga memberi informasi tentang keluarga pasien, orang tua,
saudara kandung, anak. Hal ini membantu mengidentifikasi gangguan
genetik, familial dan kondisi yang dapat mempengaruhi status
kesehatan wanita atau janin.
e. Pengkajian fisik: pemeriksaan fisik difokuskan pada pemeriksaan
ginekologi, payudara, abdomen, pemeriksaan panggul, inspeksi luar,
pemeriksaan dalam, palpasi luar, dan pemeriksaan yang menyangkut
keluhan utama dan riwayat kesehatan atau penyakit yang pernah
diderita pasien.
f. Tes kesehatan atau laboratorium yang pernah dilakukan selama hamil:
pemeriksaan darah (kadar Hb, Ht, sel darah putih, glukosa), tekanan
darah, tinggi badan, berat badan, urin (protein, sel darah putih, pH),
USG, VDRL, hepatitis, EKG, titer rubela, toxo, pap smear.
g. Pengkajian semua faktor resiko yang mungkin ada: Hipertensi,
jantung, diabetes, cacat bawaan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga perlu
dilakukan pengkajian yang berkaitan dengan tugas perawatan
kesehatan keluarga, yaitu:
a. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan
Hal yang perlu dikaji Untuk mengetahui kemampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan adalah
1) Pengetahuan pasien dan keluarga tentang fakta dari masalah
yang meliputi pengertian, tanda kehamilan, gejala kehamilan
normal dan penyimpangan dari normal,
2) Persepsi keluarga terhadap kehamilan
b. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan yang tepat

31
Hal yang perlu dikaji untuk mengetahui kemampuan
keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
yang tepat adalah :
1) Apakah kehamilan yang dialami dianggap suatu masalah?
2) Apakah keluarga takut dengan akibat perubahan yang terjadi
akibat kehamilan?
3) Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap anggota
keluarga yang sedang hamil dan kehamilannya?
4) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan?
5) Apakah keluarga percaya terhadap petugas kesehatan?
c. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit
Hal yang perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit adalah :
1) Sejauh mana keluarga mengetahui kehamilannya: kebutuhan,
perubahan dan perawatan.
2) Sejauh mana keluarga mengetahui kebutuhan dan
perkembangan perawatan yang diperlukan.
3) Sejauh mana keluarga mengetahui sumber sumber yang ada
dalam keluarga (penanggung jawab, sumber keuangan, fasilitas
fusik, psikososial, dukungan keluarga).
4) Bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang
sedang hamil?
d. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara
lingkungan rumah yang sehat.
Hal yang perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat
adalah:
1) Sejauh mana keluarga mengetahui sumber sumber yang
dimiliki.

32
2) Sejauh mana keluarga melihat keuntungan atau manfaat
pemeliharaan lingkungan.
3) Sejauh mana keluarga mengetahui pentingnya higiene sanitasi.
4) Sejauh mana keluarga mengetahui upaya pencegahan.
5) Sejauh mana kekompakan antar anggota keluarga.
e. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga menggunakan
fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat.
Hal yang perlu dikaji untuk mengetahui sejauhmana
kemampuan keluarga menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan
di masyarakat adalah:
1) Sejauh mana keluarga tahu keberadaan fasilitas kesehatan
yang dapat digunakan untuk perawatan wanita hamil.
2) Sejauh mana keluarga mengetahui keuntungan yang dapat
diperoleh dari fasilitas kesehatan.
3) Sejauh mana keluarga mempercayai petugas dan fasilitas
kesehatan.
4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik
dengan petugas kesehatan?
5) Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga?
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa ditegakkan berdasarkan data yang didapat selama
pengkajian. Diagnosa yang mungkin muncul adalah :
a. Ansietas yang berhubungan dengan kekhawatiran terhadap diri sendiri
dan janin, Krisis situasional atau maturasional, perubahan fisik selama
hamil, rasa tidak nyaman selama kehamilan, ancaman terhadap konsep
diri, stress, perubahan status peran, status kesehatan, pola peran,
keadaan ekonomi.
b. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan respon keluarga
terhadap diagnosa kehamilan.
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman
terhadap penatalaksanaan kesehatan dan kehamilan.

33
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan Morning sicknes atau Emesis gravidarum.
e. Perubahan pola seksual yang berhubungan dengan rasa kurang
nyaman pada kehamilan, rasa takut bahwa senggama akan mencederai
janin.
f. Konflik peran orang tua berhubungan dengan ketidaktahuan peran
yang harus dijalankan, Perubahan status peran, perkawinan.
g. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan persepsi negatif terhadap
kehamilan, psikososial, perubahan fisik selama kehamilan.
Untuk diagnosa keperawatan keluarga etiologi berdasarkan hasil
pengkajian dari 5 tugas perawatan kesehatan keluarga.
3. Rencana Intervensi
Tujuan utama intervensi yang akan dilakukan pada asuhan keperawatan
yang diberikan pada masa kehamilan adalah :
a. Wanita akan menunjukan pengetahuan yang benar tentang adaptasi
yang dialami tubuh seorang ibu hamil terhadap perkembangan janin
sebagai dasar untuk memahami rasional dan pentingnya perawatan,
koping yang digunakan dan menjalankan perannya.
b. Wanita akan menggunakan pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi,
kebutuhan seksual, aktivitas sehari hari, rasa tidak nyaman akibat
kehamilan, dan perawatan diri.
c. Wanita akan mengenali gejala gejala yang menunjukan deviasi atau
penyimpangan dari kehamilan normal dan melaporkan hal hal
tersebutuntuk dapat segera diatasi.
d. Wanita dan keluarganya akan berpartisipasi secara aktifdalam
perawatannya selama kehamilan.
Dari beberapa masalah keperawatan yang muncul, perawat dapat
melakukan intervensi yang berkaitan dengan kebutuhan selama
kehamilan diantaranya adalah:

34
a. Ciptakan hubungan perawat-pasien-keluarga yang saling percaya. Hal
ini penting untuk menentukan intensitas, kualitas hubungan dan
keberhasilan intervensi yang direncanakan bersama
b. Kaji keluhan selama hamil: mual, muntah, pusing, perubahan pola
seksual, sering kencing dan pengalaman kehamilan dan persalinan
sebelumnya.
c. Berikan informasi adekuat tentang kehamilan: perubahan fisik,
perubahan emosi, psikologis dan perubahan peran serta tanda tanda
dari masalah kehamilan yang tidak normal.
d. Beri kesempatan pasien, pasangan, anggota keluarga, atau anak untuk
mengutarakan perasaan terhadap kehamilan yang dijalani, harapan dan
masalah yang mungkin ada terkait kehamilan anggota keluarganya.
e. Libatkan pasien, pasangan, anggota keluarga, atau anak dalam
kelompok yang sama untuk berbagi pengalaman, pendapat dan
perasaan.
f. Diskusikan bersama pasien, pasangan atau anggota keluarga yang lain
tentang kebutuhan selama hamil, harapan terhadap kehamilan
sekarang, dan rencana persalinan.
g. Ajarkan teknik persiapan yang diperlukan untuk proses persalinan dan
persiapan menjadi ibu: latihan nafas, senam hamil, teknik mengejan
yang benar, cara perawatan payudara, cara menyusui.
h. Berikan alternatif atau pilihan penyelesain terhadap masalah yang
dirasakan.
i. Berikan dukungan secara adekuat dan anjurkan pada keluarga untuk
melakukan hal yang sama terhadap perubahan yang tejadi selama
kehamilan.
j. Jelaskan cara senggama yang aman untuk wanita hamil, perawatan
diri yang diperlukan terkait perubahan selama kehamilan (payudara,
personal higiene,kulit).
k. Anjurkan keluarga ikut berperan pada perawatan ibu.

35
l. Beri informasi pada pasien dan anggota keluarga untuk mengakses
sumber informasi terkait kehamilan: buku, internet, konsultasi dengan
dokter kandungan.
m. Motivasi pasien untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara
teratur termasuk pemeriksaan darah, dan ginekologi.
n. Diskusikan dengan ibu dan atau anggota keluarga yang lain tentang
jadwal kunjungan dan pemeriksaan kehamilan.

36
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan materi dalam makalah tersebut dapat di simpulkan beberapa hal

sebagai berikut :

Ibu hamil dalam komunitas merupakan kelompok beresiko mengalami


masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang sering muncul pada ibu hamil
antara lain anemia, perdarahan, dan munculnya penyakit penyerta kehamilan
seperti diabetes dan preeklamsia. Kesehatan ibu hamil merupakan indicator
penting dalam kualitas pelayanan kesehatan.
Perawatan pada ibu hamil bersifat preventif care untuk mencegah
terjadinya masalah kurang baik bagi ibu maupun janin agar dapat melalui
persalinan dengan sehat dan aman, diperlukan kesiapan fisik dan mental ibu
sehingga ibu dalam keadaan status kesehatan yang optimal karena dengan
keadaan kesehatan ibu yang optimal sangat berpengaruh bagi pertumbuhan
janin yang di kandungnya.
Pemerintah ikut andil dalam upaya mengatasi masalah pada ibu hamil
dengan membuat berbagai program, antara lain program Gerakan Sayang Ibu
(GSI), pelayanan antenatal, program tabungan kehamilan, pemberian
vaksinasi tetanus toksoid dan pemberian Fe.

B. Saran

1. Untuk ibu hamil

Untuk ibu hamil disarankan untuk meningkatkan pengetahuannya tentang

kehamilan resiko tinggi dengan cara aktif mencari informasi tentang hal

tersebut selama masa kehamilan baik bertanya kepada petugas kesehatan

37
maupun inisiatif mencari informasi melalui media-media informasi. Serta

diharapkan partisipasi masyarakat untuk melaksanakan deteksi dini pada

ibu-ibu hamil yang beresiko tinggi. Dengan deteksi dini diharapkan untuk

selanjutnya dapat dilakukan pencegahan maupun penanggulangan yang

sesuai. Dan untuk ibu-ibu yang memiliki resiko kehamilan agar

memeriksakan kehamilannya secara teratur agar jika terjadi masalah

dengan kehamilannya dapat ditangani dengan cepat.

2. Untuk Puskesmas

Diharapkan meningkatkan pelayanannya melalui program Making

Pragnancy Safer (MPS) yaitu strategi sektor kesehatan yang merupakan

kelanjutan dari program “Safe Motherhood” dengan tiga pesan kuncinya

yaitu, setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap

komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat dan

setiap Wanita Usia Subur (WUS) mempunyai akses pencegahan terhadap

pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi

selama kehamilan.

Untuk bidang KIA diharapkan melakukan kunjungan antenatal secara

terus-menerus kepada ibu hamil yang memiliki resiko agar jika terjadi

komplikasi dapat ditanggulangi sedini mungkin dan kerjasama lintas

program dengan bidang promkes untuk melakukan penyuluhan-

penyuluhan tentang kehamilan resiko tinggi dan KB.

3. Bagi Lintas Sektoral

38
Diharapkan dapat melakukan kerjasama lintas sektoral melalui

pendekatan dengan aparat pemerintah, tokoh masyarakat maupun tokoh

agama setempat, untuk meningkatkan program pemberian penyuluhan

tidak hanya diposyandu tetapi bisa di pengajian-pengajian sehingga

masyarakat mengerti tentang kehamilan beresiko tinggi sehingga

mayarakan dapat melakukan pencegahan. Serta diharapkan kerjasama

lintas sektoral melalui PKK maupun Rukun Tetangga (RT) dalam hal

menggerakkan peran serta masyarakat untuk berpartisipasi dalam hal

kesehatan selama kehamilan.

39
DAFTAR PUSTAKA

BPJS Kesehatan. Panduan Praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal. Available at


: http://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/05-
Kebidanan%20&%20Neonatal.pdf (Diakses pada 02 Oktober 2018)

Depkes RI. 2012. Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi
Baru Lahir di Indonesi. Available at :
http://www.gizikia.depkes.go.id/artikel/upaya-percepatan-penurunan-
angka-kematian-ibu-dan-bayi-baru-lahir-di-indonesia/?print=print
(Diakses pada tanggal 02 Oktober 2018).

Depkes RI. 2011. Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil. Available at :


http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-
content/uploads/downloads/2013/08/Pedoman-Pelaksanaan-Kelas-Ibu-
Hamil.pdf (Diakses pada 02 Oktober 2018)

Kemenkes RI. 2013. Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas Mampu PONED.


Available at : http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-
content/uploads/downloads/2014/03/PEDOMAN-PUSKESMAS-PONED-
2013.pdf (Diakses pada 05 Oktober 2018)

Adriani, Merryana. Wirjatmadi, Bambang. 2012. Peranan Gizi dalam Siklus


Kehidupan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI. 2010. Pedoman Pemantauan


Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Available at:
http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-
content/uploads/downloads/2013/08/Pedoman-PWS-KIA.pdf (Diakses
pada 06 Oktober 2018)

40
FIGO Comitee for the Study of Ethical Aspects of Human Reproduction and
Women’s Health. 2012. Ethical Issues in Obstetric and Gynecology.
London: FIGO House

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Pelaksanaan Kelas


Ibu Hamil. Available at: http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-
content/uploads/downloads/2013/08/Pedoman-Pelaksanaan-Kelas-Ibu-
Hamil.pdf (Diakses pada 06 Oktober 2018)

Kementrian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu.


Available at: http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/wp-
content/uploads/downloads/2013/12/Pedoman-ANC-Terpadu.pdf (Diakses
pada 06 Oktober 2018)

Kementrian Kesehatan RI. 2015. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun


2015-2019. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Info Datin: Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. 2014. Pedoman
Pelayanan Antenatal terpadu oleh Kementrian Kesehatan. Kementrian
Kesehatan RI. http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/678. Hasil
Riskesdas 2013 Terkait Kesehatan Ibu (Diakses 07 Oktober 2018).

Rahmadewi dan Rina. Gizi Indon 2011, 34(2): 120-128. Faktor- factor yang
Berhubungan dengan Kehamilan Berisiko Tinggi.(Diakses O7 Oktober
2018).

Farrer, Helen. 1999. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Anna Maria Sirait. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 15 No. 2 April 2012:
103-109. Prevalensi Hipertensi pada Kehamilan di Indonesia dan

41
Berbagai Faktor yang Berhubungan (Riset Kesehatan Dasar 2007).
(Dikases 07 Oktober 2018).

Pusat Promosi Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2014. Peningkatan


Kesehatan Ibu dan Anak Bagi Bidan dan Perawat. Available at:
http://promkes.depkes.go.id/dl/lembar%20balik%20poskesdes.pdf
(Diakses pada 07 Oktober 2018)

42

Anda mungkin juga menyukai