Peneliti : begini mbak saya dari pascasarjana PGRI, ingin sedikit tau
tentang K13 selama pembelajaran bahasa indonesia di
homeschooling itu bagaimana sih, boleh ?
Peneliti : oke langsung saja ya mbak, gimana sih mbak pendapat mbak
dengan adanya perubahan kurikulum ini ?
Peneliti : jadi secara tidak langsung lebih komplicated dari pada yang
KTSP ya.
Responden : mrnurut saya itu bukan pemutusan kebijakan tapi itu dari menteri
lah menurut saya pendidikan berfikir bahwa KTSP belum
membawa perubahan seperti yang diinginkan kita sekarang.
Responden : kalau menurut saya itu sudah baik ya, karena pemerintah ingin
kualitasnya meningkat harapannya, karena yaitu mereka tidak
mengerti keadaan dilapangan sehingga berdasarkan pengamatan
saja dan tidak mengerti apa yang harus ditingkatkan. Tapi pada
prinsipnya itu sudah bagus.
Responden : iya
Peneliti : secara tidak langsung ada tidak sih mbak perbedaan K13 di
sekolah formal dan di homeschooling?
Peneliti : kemudian kalau dari segi sosialisasi yang mbak dapatkan apakah
sudah sering mengikuti diklat ?
Responden : diklatnya 3x
Peneliti : apakah itu cukup mbak sebagai modal untuk melaksanakan K13 ?
Responden : diklat itu perlu disosialisasi , kalau saya kan ikut sudah 3x, hanya
saja ahirnya tergantung kepada penafsiran masing-masing guru,
karena ternyata tutor atau pengejaranya yang memberikan
pelatihan itu ditanya sering beda pendapat maunya seperti apa, nah
belum ada penafsiran yang utuh larena tidak ada persamaan
persepsi jadi yang membuat kita menjadi bingung sebagai tutor.
Responden : iya, coba deh mbak bayangkan guru disuruh menilai kognitif,
spiritual, dan kepribadian. Nah ada sekitar 5-10 penilaian, kita
diminta menilai peserta didik satu per satu, sementara siswa SMA
kan banyak, waktu kita habis untuk menilai. Dan juga saya lihat
penilaian ini di adopasi oleh penilaian anak SD dan TK.
Peneliti : berarti secara tidak langsung penilaiannya itu lebih ribet ya mbak
?
Peneliti : oke, itu tadi kanm penilaian dan RPP nya dan langkah-
langkahnya. Sekarang yang ingin saya tanyakan kalau berkaitan
dengan modul dan sumber belajar apakah modul untuk guru
biasanya dijadikan pedoman dalam melaksanakan K13 ?
Responden : modul itu sudah diberikan dan kita para guru diminta menilai
apakah itu sudah cocok atau belum. Nah disitu ada dua buku yang
sudah ada, satu yang sudah ada itu lumaayan, yang satunya itu
menurut saya itu kurang cocok karena penulisannya itu bukan
orang bahasa indonesia.
Peneliti : kemudian mbak ada tidak sih modul tambahan dari
homeschooling itu sendiri ?
Reponden : ada
Responden : ada
Peneliti : oke, terus selanjutnya mbak kalau tadi sudah modul. Apasih
evaluasi yang mbak gunakan dalam K13 ini sendiri ?
Responden : iya
Peneliti : terus menurut mbak, kan tadi suah RPP , sekarang metode yang
sering mbak gunakan untuk melihat pencapaian siswa ?
Responden : itu hanya penilaian ya, misalkan kita menerapkan metode diskusi,
cara melihat, tetapi tidak realistis dan juga membuat guru jadi
enak, seandainya salah penafsiran gitu. Siswa yang bekerja tetapi
guru yang enak. Nah kalua misalnya semua dalam penafsirannya
seperti itu ya siswanya susah untuk belajar dan mengerti.
Peneliti : terus mbak kalau dari metode yang paling cocok untuk siswa
metode apa ?
Peneliti : terus kalau ada kelebihan pasti ada kekurangan kan, apasih
kkekurangan kari K13?
Peneliti : apa saja sih mbak kendala yang dihadapi dalam K13 ini ?
Responden : iya dari pribadi , karena disetiap rumah itu kan sudah
menggunakan wifi.
Responden : iya
Peneliti : jadi secara tidak langsung ada kontribusi dari guru dan siswa
Responden : iya