PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peran dan kedudukan penilaian status gizi (PSG) didalam ilmu gizi adalah untuk
mengetahui status gizi, yaitu ada tidaknya malnutrisi pada individu dan masyarakat. PSG
adalah interprestasi dari data yang dikumpulkan dengan menggunakan berbagai metode
untuk mengidentifikasi populasi atau individu yang beresiko atau dengan status gizi
kurang/ buruk. Metode PSG ini diantaranya metode antopometri, biokimia
(biochemical), metode penilaian klinis (Clinical Asessment) , dan penilaian pola makan
(Dietary Asessment) .
Dietary Assessment atau penilaian konsumsi makanan adalah salah satu metode
tidak langsung yang digunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau kelompok
dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Secara umum survei
konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran
tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga
dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan
tersebut (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002: 88). Sedangkan secara khusus, dimaksudkan
untuk menentukan tingkat kecukupan konsumsi pangan nasional dan kelompok
masyarakat, menentukan status gizi keluarga maupun individu, sebagai dasar
perencanaan dan program pengembangan gizi.
Berdasarkan jenis data yang diperoleh dapat dihasilkan data yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif. Secara kuantitatif akan diketahui jumlah pangan
yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung menggunakan Daftar Komposisi Bahan
Makanan (DKBM). Metode pengumpulan data yang dapat digunakan adalah metode
recall 24 jam, food records, dan weighing method. Secara kualitatif akan
diketahui frekuensi makan,frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan, menggali
informasi tentang kebiasaan makan serta cara memperoleh bahan makanan. Metode
pengumpulan data yang dapat digunakan adalah food frequency questionnaire dan
dietary history.
1|Food Record
persediaan makanan secara nasional dengan cara Food Balance Sheet (FBS)), tingkat
rumah tangga, dan tingkat individu.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Food Record?
2. Bagaimana prinsip dan prosedur pelaksaan Food Record?
3. Bagaimana prosedur pencatatan dalam Food Record?
4. Apa saja macam-macam Food record?
5. Apa perbedaan Estimated Food Record dengan Weighed Food Record?
6. Apa kelebihan dan kekurangan metode Food Record?
7. Apa saja kesalahan yang sering muncul dalam metode Food Record?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Food Record
2. Mengetahui prinsip dan prosedur melakukan Food record
3. Mengetahui tahapan-tahapan dalam pencatatan Food record
4. Mengetahui macam-macam Food record beserta kelebihan dan kekurangannya
5. Mengetahui perbedaan Estimated Food Record dengan Weighed Food Record
6. Mengetahui kelebihan dan kekurangan metode Food Record
7. Mengetahui kesalahan yang sering muncul dalam metode Food Record
2|Food Record
BAB II
PEMBAHASAN
3|Food Record
Dalam Fahmida & Dillon, 2007 juga disebutkan bahwa prosedur pada metode
estimasi makanan dan penimbangan makanan adalah sebagai berikut :
1. Responden diminta untuk mencatat, konsumsi pada saat yang sama, semua makanan
dan minuman (termasuk snack) yang dimakan dalam ukuran rumah tangga (URT)
untuk periode waktu yang telah ditentukan.
2. Rincian deskripsi dari makanan tersebut adalah meliputi :
o Nama (lokal/setempat dan umum jika diketahui)
o Metode pemasakan
o Kondisi makanan (mentah, masak, dikupas atau olahan)
o Nama merk jika memungkinkan
o Semua bumbu, herbal dan rempah-rempah
o Deskripsi yang lengkap dari masing-masing makanan
o Menimbang jumlah yang dikonsumsi atau mengestimasi menggunakan ukuran
rumah tanggan (URT) dan menggunakan peralatan rumah tangga yang
dikaliberasi.
Apabila responden makan diluar rumah maka responden biasanya diminta untuk
mencatat deskripsi dan jumlah dari makanan yang dimakan. Ahli gizi dapat kemudian
membeli dan menimbang duplikat porsi dari masing-masing item makanan yang dicatat,
hal ini dilakukan jika memungkinkan, untuk menilai kemungkinan jumlah makanan yang
dikonsumsi.
4|Food Record
rumah tangga yang dikaliberasi (terstandar) untuk mendapatkan jumlah dari makanan
yang dikonsumsi oleh subjek.
5. Mengestimasi jumlah bahan yang dikonsumsi oleh individu sebagai proporsi dari
masing-masing bahan yang ada di dalam makanan yang dimakan (catat masing-
masing jumlah bahan makanan mentah yang digunakan, berat makanan dalam bentuk
akhir dan jumlah yang dikonsumsi)
Menyesuaikan jumlah bahan dengan hasil masakan dan memasukkannya sebagai
berat dari bahan yang dimasak (catat proses pemasakan yang dilakukan karena ada
beberapa zat gizi yang hilang pada saat pemasakan).
2.4. Macam-macam metode Food Record
2.4.1 Estimated Food Record
Dalam Estimated Food Record, responden diminta untuk mencatat semua
makanan dan minuman termasuk makanan ringan yang dimakan dalam ukuran
rumah tangga (URT) dalam jangka waktu tertentu, mendeskripsikan secara rinci
semua makanan dan minuman termasuk nama merk dan metode persiapan serta
pembuatannya. Untuk makanan campuran seperti Spaghetti Bolognese, jumlah
setiap bahan mentah yang digunakan dalam resep beserta berat akhir dari makanan
tersebut dan jumlah yang dikonsumsi oleh responden dicatat apabila
memungkinkan. Kemudian informasi tersebut dicatat dalam tabel sebagai berikut :
Name : Date:
Street address : Day of the week :
Town/City :
Place Time Desription of Food or Amount Lab Use Only
eaten drink. Give Band name if Day/meal Food Amount
applicable Code Code Code
Additional Questions :
Was Intake unusual in any way? Yes (...) No (...)
If yes, in what way?
5|Food Record
Ukuran porsi makanan dapat diestimasikan oleh responden dalam berbagai
cara. Standar ukuran rumah tangga (URT) dari gelas dan sendok sebaiknya
digunakan, dilengkapi dengan pengukuran menggunakan penggaris (untuk daging
dan kue) serta perhitungan (untuk telur dan potongan roti). Sayangnya, kesalahan
dapat timbul karena responden tidak dapat mengkuantifikasikan porsi dengan
benar. Kesalahan lain dapat timbul dalam mengkonversi berat volume. Bagian
akhir dari metode ini biasanya dilakukan oleh peneliti.
6|Food Record
Kelebihan Kekurangan
Metode ini relatif murah dan cepat. Terlalu membebani responden.
Dapat menjangkau sampel dalam Tidak cocok untuk responden yang
jumlah besar. buta huruf.
Dapat diketahui konsumsi zat gizi Sangat tergantung pada kejujuran
sehari. dan kemampuan responden dalam
Hasilnya relatif lebih akurat. mencatat dan memperkirakan jumlah
konsumsi.
7|Food Record
ada), setelah jadi, dan bagian yang dimakan. Sebagai alternatif, apabila diperlukan,
ahli gizi dapat menghubungi pihak restoran untuk memastikan detail porsi yang
telah dikonsumsi responden.
Seperti halnya Estimasi Food Record, jumlah, selang waktu, dan pemilihan
hari dibutuhkan untuk mencirikan asupan makanan harian atau aktual dari individu
dalam metode ini tergantung pada variasi responden dalam menentukan asupan
makanan, yang selanjutnya bergantung pada kepentingan zat gizi, studi populasi,
dan variasi asupan musiman. Seperti halnya Estimated Food Record, bahwa hari
libur atau hari besar dan hari minggu harus dimasukkan didalam survey secara
seimbang untuk menghitung adanya efek akhir pekan pada asupan zat gizi.
Hal yang perlu diperhatikan disini adalah apabila terdapat sisa makanan
setelah makan maka perlu juga ditimbang sisa tersebut untuk mengetahui jumlah
sesungguhnya makanan yang dikonsumsi. Sehingga dalam Arisman, 2009
dituliskan bahwa dalam metode penimbangan lebih tepat apabila dilakukan
pengamatan secara langsung terhadap responden, meskipun membutuhkan waktu
lebih lama dan biaya lebih tinggi. Cara ini cocok diterapkan pada pasien rawat inap
di rumah sakit. Pengamat mencatat takaran makanan yang diresepkan oleh ahli
gizi, jumlah santapan yang diantar oleh petugas gizi, jumlah yang dimakan pasien,
serta banyaknya makanan yang tersisa.
8|Food Record
Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode ini adalah sebagai berikut :
Kelebihan Kekurangan
9|Food Record
2.6. Kelebihan dan Kekurangan Metode Food Record Secara Umum
Kelebihan dan kekurangan dari metode food records menurut Fahmida dan Dillon,
2007 adalah sebagai berikut :
Kelebihan Kekurangan
1. Tidak mengandalkan ingatan 1. Membutuhkan tingkat kerjasama
2. Menyediakan data yang rinci dari yang tinggi dari subjek
ukuran porsi makanan yang 2. Karena beban yang diberikan
dikonsumsi, khususnya saat kepada responden sangat
menggunakan metode penimbangan tinggi maka didapatkan hasil dari
3. Dapat dikatakan cukup valid rata-rata respon responden sangat
4. Dapat menilai pola makan dan rendah
kebiasaan makan dalam hubungannya 3. Memerlukan waktu relatif lama
dengan lingkungan sosio-demografi 4. Subjek seharusnya bisa membaca
dari responden untuk mendapatkan hasil pencatatan
5. Dapat meningkatkan interpretasi dari yang lengkap, atau dibutuhkan
hasil laboratorium, antropometri dan seorang enumerator yang akan
data klinis. melakukan tugas pencatatan
6. Pengumpulan data dengan hari yang 5. Petugas harus terlatih dalam
multiple akan lebih mewakili dari menggunakan alat ukur dan formulir
kebiasaan intake (asupan makanan) pencatatan
7. Hasil yang didapatkan lebih akurat 6. Analisisnya membutuhkan tenaga
karena mempertimbangkan adanya yang terlatih dan mahal
sisa dari makanan, terbuang dan rusak 7. Laporan subjek terkadang
selama pengukuran dilakukan. underreporting (melaporkan terlalu
rendah) masih sering terjadi
Berdasarkan kekurangan pada metode food records seperti yang diuraikan dalam
Fahmida & Dillon, 2007,sejalan dengan pendapat Gibson & Ferguson, 2008 bahwa
metode food records dalam pelaksanaannya sangat membutuhkan banyak waktu,
memerlukan biaya yang mahal, dan memberikan beban yang besar pada responden.
Mengatasi begitu banyaknya kekurangan yang ada pada metode ini, Gibson & Ferguson,
2008 membuat suatu modifikasi terhadap metode recall 24 jam dengan dilakukannya
pelatihan terhadap suatu kelompok untuk mengestimasi ukuran porsi dengan tepat
sebelum recall yang sebenarnya dilakukan. Menyediakan chart gambar sebelum recall
dilakukan yang digunakan untuk menceklist pada hari disaat makanan tersebut
dikonsumsi dan hal ini juga berguna untuk membandingkan dengan hasil recall untuk
mengurangi factor kelupaan pada responden dan menyediakan mangkuk dan piring
10 | F o o d R e c o r d
(URT) yang terstandar yang akan digunakan saat recall dilakukan. Hal ini bertujuan
untuk memudahkan responden memvisualisasikan jumlah makanan yang dikonsumsi.
2.7. Bias atau Kesalahan yang Sering Terjadi Pada Metode Food Record
Bias atau kesalahan yang sering terjadi dalam dietary assessment dapat dibedakan
menjadi kesalahan random dan kesalahan sistematis. Kesalahan random biasanya akan
berdampak pada reliabilitas suatu metode dan keadaan ini dapat dikurangi dengan
meningkatkan jumlah pengamatan namun hal inipun tidak sepenuhnya dapat
menghilangkan bias tersebut. Sebaliknya kesalahan sistematis tidak dapat diminimalkan
dengan memperpanjang jumlah pengamatan. Kesalahan pengukuran yang bersifat random
dan sistematis dapat diminimalkan dengan memadukan prosedur kendali mutu kedalam
masing-masing tahapan dalam metode dietary assessment. Termasuknya didalamnya
pelatihan dan sesi pelatihan ulang untuk pewawancara dan pemprogram, standarisasi
tekhnik wawancara dan kuesioner, uji coba kuesioner dan percobaan penyelenggaraan
penelitian sebelum survey sebenarnya dilakukan (Gibson, 2005).
Bias yang berasal dari responden biasanya muncul apabila responden salah
pengertian terhadap apa yang ditanyakan atau diminta oleh pewawancara,
kecendrungan memberikan jawaban yang bersifat socially desirable. Socially
desirable adalah kecendrungan dari responden untuk menghindari kritik dan
kecendrungan untuk mendapatkan pujian. Sumber bias yang lain adalah responden
memberikan data kadang underreporting ataupun overreporting (Gibson, 2005).
11 | F o o d R e c o r d
Menurut Thomson & Subar, 2001 dalam penelitiannya bahwa bias yang sering
terjadi pada metode food records adalah terjadinya underreporting pada responden.
Pada penelitian tersebut underreporting terjadi pada responden dengan nilai BMI
yang tinggi (BMI > 24) dan terutama terjadi pada wanita. Keadaan ini juga ditemukan
pada responden usia lanjut. Efek ini mungkin terjadi karena responden tersebut
melakukan diet ketat pada hari-hari tertentu. Penelitian lain menunjukkan bahwa
kondisi demografis dan psikologis mempengaruhi underreporting responden seperti
pendidikan, pekerjaan, pengaruh dari keinginan sosial, body image dan pembatasan
terhadap makanan. Penelitian yang dilakukan Mauer, et al dalam Thomson & Subar
bahwa ada beberapa jenis makanan yang cenderung underreporting oleh responden
diantaranya adalah seperti makanan penutup, kue-kue yang manis dan dipanggang,
butter dan minuman beralkohol, sedangkan yang dilaporkan lebih banyak adalah
berupa biji-bijian, daging, salad dan sayuran.
Menurut Siagian, 2010 menuliskan bahwa bias yang sering terjadi terutama
untuk metode penimbangan makanan adalah kuantitas konsumsi pangan yang
diperoleh mungkin bukan kuantitas konsumsi yang lazim (kebiasaan) karena
responden mungkin mengubah jenis dan jumlah pangan yang akan dikonsumsi karena
ia tahu konsumsi pangannya sedang dinilai atau diamati. Hal lain yang mungkin
terjadi adalah subjek atau responden mengubah pola asupan kebiasaannya untuk
mempermudah penimbangan.
12 | F o o d R e c o r d
4. Faktor Kelupaan pada Responden
Gangguan memori pada responden yang sering terjadi adalah responden gagal
dalam mengingat makanan yang biasa dikonsumsi dan dapat pula responden
melaporkan makanan yang sebenarnya tidak dikonsumsi pada saat recall tesebut
dilakukan. Untuk mengurangi faktor kelupaan yang terjadi pada responden dapat
dilakukan dengan teknik pertanyaan probing & standar Promting serta menggunakan
alat bantu mengingat seperti alat bantu simulasi makanan yang dari plastic atau tanah
liat, gambar bahan makanan atau photo.
Suplemen yang biasanya dikonsumsi oleh responden juga harus dicatat dalam
dietary assessment. Untuk mendapatkan informasi yang akurat, biasanya nama merk
harus diketahui. Nama merk merupakan hal yang kritis karena antar merk memiliki
variasi yang sangat besar. Kesalahan dalam ketepatan mengkuantitatifkan dosis
suplemen sangat berdampak dalam estimasi dari intake zat gizinya. Dari beberapa
penelitian yang dilakukan sering terjadinya underreporting dalam menentukan dosis
suplemen. Ditambah lagi faktor kimia dalam dietary suplement dapat berpengaruh
dalam biovailabilitas, sehingga lebih dianjurkan untuk mencatat komposisi kimia
dalam dietary supplement apabila itu memungkinkan.
13 | F o o d R e c o r d
7. Kesalahan dalam Penanganan Bahan Makanan Campuran
Berdasarkan beberapa bias yang sering muncul dalam pengumpulan data dietary
assesment maka Supariasa, 2012 menuliskan bahwa untuk mengurangi bias tersebut
dapat dilakukan dengan cara : menggunakan sampel dalam jumlah besar, ulangi
pengukuran dalam intake konsumsi terhadap subjek atau responden yang sama dalam
beberapa waktu, dan usahakan selalu melakukan kaliberasi terhadap alat-alat ukur.
Pernyataan dalam Supariasa, 2012 ini lebih dilengkapi lagi dalam Berdanier, 2008
yang menguraikan bahwa ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk
mengurangi bias saat pengumpulan data. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
14 | F o o d R e c o r d
2. Membatasi hari pengumpulan data
15 | F o o d R e c o r d
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Food Record merupakan catatan responden mengenai jenis dan jumlah makanan
dan minuman dalam satu periode, biasanya 3 hari dalam seminggu, yakni 2 hari biasa
dan 1 hari libur, sampai 7 hari dan dapat dikuantifikasikan dengan estimasi
menggunakan Ukuran Rumah Tangga (Estimated Food Record) atau menimbang
(Weighed Food Record). Dalam Estimated Food Record, responden diminta untuk
mencatat semua makanan dan minuman termasuk makanan ringan yang dimakan dalam
ukuran rumah tangga (URT) dalam jangka waktu tertentu, mendeskripsikan secara rinci
semua makanan dan minuman termasuk nama merk dan metode persiapan serta
pembuatannya serta memperkirakan berat makanan yang dikonsumsi dalam ukuran
rumah tangga (URT). Weight Food record atau metode penimbangan makanan
merupakan metode paling presisi untuk memperkirakan kebiasaan makan dan asupan zat
gizi pada individu karena menggunakan satuan baku.
Bias atau kesalahan yang sering terjadi dalam dietary assessment dapat dibedakan
menjadi kesalahan random dan kesalahan sistematis. Kesalahan random biasanya akan
berdampak pada reliabilitas suatu metode dan keadaan ini dapat dikurangi dengan
meningkatkan jumlah pengamatan namun hal inipun tidak sepenuhnya dapat
menghilangkan bias tersebut. Sebaliknya kesalahan sistematis tidak dapat diminimalkan
dengan memperpanjang jumlah pengamatan.
16 | F o o d R e c o r d
DAFTAR PUSTAKA
Gibson, Rosalind S. 1993. Principles of Nutritional Assessment 1st Edition. New York :
Oxford University Press
Supariasa, I Dewa Nyoman., B. Bakri dan I. Fajar. 2012. Penilaian Status Gizi. EGC, Jakarta.
Thompson, Frances E & Amy F Subar. 2001. Dietary Assesment Methodology. National
Cancer Institute, Bethesda, Maryland.
Food And Agricultural Organization. Keynote Paper: Individual food intake survey methods.
(http://www.fao.org, Online, diakses pada 14 April 2013 pukul 20.15 WIB)
Australasian Child and Adolescent Obesity Research Network. Dietary intake asessment-
Weighed Food Record. (http://www.acaorn.org.au , Online, diakses 14 April 2013
pukul 21.00 WIB)
17 | F o o d R e c o r d