KONDROSARKOMA
KONDROSARKOMA
UNIVERSITAS HALUOLEO
KONDROSARKOMA
Oleh:
K1A112069
Pembimbing:
0
KONDROSARKOMA
Resty Yulianita Nurman, Benny Murtaza
A. PENDAHULUAN
B. DEFINISI
1
dua bentuk tulang kompakta dan tulang spongiosa. Tulang kompakta tampak
sebagai massa yang padat; tulang spongiosa terdiri atas anyaman trabekula.2
Kartilago normal ditemukan pada sendi, tulang rusuk, telinga, hidung,
diskus intervertebra dan tenggorokan. Kartilago tersusun dari sel (kondrosit
dan kondroblast) dan matriks. Kondroblas dan kondrosit memproduksi dan
mempertahankan matriks. Matriks terdiri dari elemen fibrous dan substansi
dasar. Matriks ini kuat dan solid tetapi lentur.2
Tulang rawan (Kartilago) merupakan bentuk jaringan ikat yang sel-sel
dan serabut-serabutnya tertanam di dalam matriks yang berbentuk seperti agar.
Matriks bertanggung jawab atas kekuatan dan kekenyalan tulang rawan.
Kecuali pada permukaan sendi, tulang rawan diliputi oleh selapis membrana
fibrosa, yang dinamakan perichondrium. Terdapat tiga jenis kartilago:2
Kartilago hyalin : mempunyai banyak matriks amorf yang mempunyai
indeks bias yang sama dengan serabut-serabut yang terbenam di dalamnya.
Selama masa anak-anak dan remaja, cartilago hyalin berperan penting pada
pertumbuhan tulang panjang (lempeng epiphyfisis terdiri dari tulang rawan
hyalin). Kartilago ini sangat tahan terhadap robekan dan meliputi hampir
semua permukaan sendi sinovial. Kartilago hyalin tidak dapat diperbaiki bila
mengalami fraktur; tempat kerusakan diisi oleh jaringan fibrosa.2
Kartilago Fibrosa : mempunyai banyak serabut kolagen yang tertanam
di dalam sedikit matriks dan ditemukan di dalam discus articularis (misalnya
pada articulatio temporomandibularis), articulatio sternoclavicularis, dan
articulatio genu) dan pada permukaan sendi clavicula dan mandibula. Bila
rusak, fibrokartilago dapat memperbaiki dirinya sendiri secara lambat dengan
cara yang sama dengan jaringan fibrosa lainnya di dalam tubuh. Discus
articularis mempunyai sedikit aliran darah, oleh karena itu tidak dapat
memperbaiki dirinya sendiri bila mengalami kerusakan.2
Kartilago elastis mempunyai banyak serabut elastis yang tertanam di
dalam matriks. Seperti yang dapat diduga, tulang rawan ini sangat fleksibel dan
ditemukan pada auricula, meatus acusticus externus, tuba auditiva dan
2
epiglotis. Bila mengalami kerusakan tulang rawan ini dapat memperbaiki
dirinya sendiri dengan jaringan fibrosa.2
Pertumbuhan Tulang
Proses pembentukan tulang disebut osifikasi (ossi = tulang, fikasi =
pembuatan) atau disebut juga osteogenesis. Semua tulang berasal dari
mesenkim, tetapi dibentuk melalui dua cara yang berbeda. Tulang berkembang
melalui dua cara, baik dengan mengganti mesenkim atau dengan mengganti
tulang rawan. Susunan histologis tulang selalu bersifat sama, baik tulang itu
berasal dari selaput atau dari tulang rawan.3
a. Osifikasi membranosa
Osifikasi membranosa adalah osifikasi yang lebih sederhana
diantara dua cara pembentukan tulang. Tulang pipih pada tulang
tengkorak, sebagian tulang wajah, mandibula, dan bagian medial dari
klavikula dibentuk dengan cara ini. Juga bagian lembut yang membantu
tengkorak bayi dapat melewati jalan lahirnya yang kemudian mengeras
dengan cara osifikasi membranosa.3
3
Gambar 2.Osifikasi membranosa
a. Osifikasi Endokondral
Pembentukan tulang ini adalah bentuk tulang rawan yang terjadi
pada masa fetal dari mesenkim lalu diganti dengan tulang pada sebagian
besar jenis tulang. Pusat pembentukan tulang yang ditemukan pada corpus
disebut diafisis, sedangkan pusat pada ujung-ujung tulang disebut epifisis.
Lempeng rawan pada masing-masing ujung, yang terletak di antara epifisis
dan diafisis pada tulang yang sedang tumbuh disebut lempeng epifisis.
Metafisis merupakan bagian diafisis yang berbatasan dengan lempeng
epifisis. Penutupan dari ujung-ujung tulang atau dikenal dengan epifise
line rerata sampai usia 21 tahun, hal tersebut karena pusat kalsifikasi pada
epifise line akan berakhir seiring dengan pertambahan usia, dan pada
setiap tulang.
4
Gambar 3. Osifikasi Endokondral
Massa tulang bertambah sampai mencapai puncak pada usia 30-35
tahun setelah itu akan menurun karena disebabkan berkurangnya aktivitas
osteoblas sedangkan aktivitas osteoklas tetap normal. Secara teratur tulang
mengalami turn over yang dilaksanakan melalui 2 proses yaitu modeling
dan remodeling. Pada keadaan normal jumlah tulang yang dibentuk
remodeling sebanding dengan tulang yang dirusak. Ini disebut positively
coupled jadi masa tulang yang hilang nol. Apabila tulang yang dirusak lebih
banyak terjadi kehilangan masa tulang ini disebut negatively coupled yang
terjadi pada usia lanjut. Dengan bertambahnya usia terdapat penurunan
masa tulang secara linier yang disebabkan kenaikan turn over pada tulang
sehingga tulang lebih rapuh. Pengurangan ini lebih nyata pada wanita,
tulang yang hilang kurang lebih 0,5 sampai 1% per tahun dari berat tulang
pada wanita pasca menopouse dan pada pria diatas 70 tahun, pengurangan
tulang lebih mengenai bagian trabekula dibanding dengan korteks.3
5
D. ETIOLOGI
Etiologi kondrosarkoma masih belum diketahui secara pasti. Beberapa
unsur fisika dan kimia seperti radiasi, berilium dan isotop radioaktif telah
ditengarai sebagai faktor resiko potensial terhadap perkembangan tumor
kondroid. Berdasarkan penelitian yang terus berkembang, didapatkan bahwa
kondrosarkoma juga dapat berkembang dari tumor-tumor tulang jinak seperti
enkondroma atau osteokondroma. Tumor ini dapat juga terjadi efek samping
dari terapi radiasi untuk terapi kanker. Selain itu pasien dengan sindrom
enkondromatosis seperti penyakit Ollier dan sindrom Maffucci berisiko tinggi
terkena kondrosarkoma.4
E. EPIDEMIOLOGI
6
F. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi kondrosarkoma ialah terbentuknya kartilago oleh sel-sel
tumor tanpa disertai osteogenesis. Sel tumor hanya memproduksi kartilago
hialin yang mengakibatkan abnormalitas pertumbuhan tulang dan kartilago.
Secara fisiologis, kondrosit yang mati dibersihkan oleh osteoklas kemudian
daerah yang kosong itu, diinvasi oleh osteoblas-osteoblas yang melakukan
proses osifikasi. Proses osifikasi ini bertambah panjang dan lempeng epifisis
kembali ke ketebalan semula. Seharusnya kartilago yang diganti oleh tulang
diujung diafisis lempeng memiliki ketebalan yang setara dengan pertumbuhan
kartilago baru di ujung epifisis lempeng. Namun pada kondrosarkoma proses
osteogenesis tidak terjadi., sel-sel kartilago menjadi ganas dan menyebabkan
abnormalitas penonjolan tulang, dengan berbagai variasi ukuran dan lokasi.
Proses keganasan kondrosit dapat berasal dari perifer atau sentral.
Apabila lesi awal dari kanalis intramedular, di dalam tulang itu sendiri
dinamakan kondrosarkoma sentral sedangkan kondrosarkoma perifer apabila
lesi dari permukaan tulang seperti kortikal dan periosteal. Tumor
kemudian tumbuh membesar dan mengikis korteks sehingga menimbulkan
reaksi periosteal pada formasi tulang baru dan soft tissue.Penelitian baru-
baru ini berkesimpulan patogenesis dari kondrosarkoma bisa
melibatkan inaktifasi mutasional dari gen supresor tumor terdahulu. Telah
dilaporkan terjadinya inaktifasi mutasional tumor supresor p16, Rb, dan
p53 pada contoh kondrosarkoma. Lebih lanjut lagi, inaktifasi p53
berhubungan dengan tumor tingkat yang lebih tinggi dan prognosis yang
lebih jelek.6
7
G. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan meliputi
pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi.7
1. Diagnosis Klinis
Manifestasi klinis kondrosarkoma sangat beragam. Pada umumnya
penyakit ini memiliki perkembangan yang lambat, kecuali saat menjadi
agresif. Berikut adalah gejala yang bisa ditemukan pada kondrosarkoma.
a. Nyeri
Nyeri merupakan gejala yang paling banyak ditemukan. Sekitar 75%
pasien kondrosarkoma merasakan nyeri. Gejala nyeri ditimbulkan
tergantung pada predileksi serta ukuran tumor. Gejala dini biasanya
berupa nyeri yang bersifat tumpul akibat pembesaran tumor yang
perlahan-lahan. Nyeri berlansung lama dan memburuk pada malam
hari. Saat istirahat nyeri tidak menghilang.
b. Pembengkakan
c. Massa yang teraba
d. Frekuensi miksi yang meningkat
Manifestasi ini ditemukan pada kondrosarkoma di pelvis. Namun
semua manifetasi klinis ini tidak selalu ada di setiap
kondrosarkoma. Gejala yang ditimbulkan tergantung gradenya.
Pada grade tinggi, selain pertumbuhan tumor cepat juga disertai
nyeri yang hebat. Sedangkan pada grade rendah, pertumbuhan
tumor lambat dan biasanya disertai keluhan seperti nyeri pinggul
dan pembengkakan.
2. Pemeriksaan radiologi
Pada kondrosarkoma, pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi:
a. Foto konvensional
Foto konvensional merupakan pemeriksaan penting yang dilakukan
untuk diagnosis awal kondrosarkoma. Baik kondrosarkoma primer
atau sentral memberikan gambaran radiolusen pada area destruksi
8
korteks. Bentuk destruksi biasanya berupa pengikisan dan reaksi
eksternal perosteal pada formasi tulang baru, Scallop erosion pada
endosteal cortex terjadi akibat pertumbuhan tumor yang lambat dan
permukaan tumor yang licin. Pada kondrosarkoma, endosteal
scallopingg kedalamannya lebih dari 2/3 korteks, maka hal ini
dapat membedakan kondrosarkoma dengan enkondroma.
9
Gambar 5. Anteroposterior and lateral radiographs show an
extensive diaphyseal tibial lesion that is predominantly lytic. Areas
of chondroid matrix mineralization are seen superiorly (large
arrow) and a focus of deep scalloping (small arrows), cortical
remodeling, and periosteal reaction (arrowheads) anterolaterally.
b. CT Scan
Dari 90% kasus ditemukan gambaran radiolusen yang berisi
kalsifikasi matriks kartilago. Pada pemeriksaan CT scan
didapatkan hasil lebih sensitif untuk penilaian distribusi kalsifikasi
matriks dan integritas korteks. Endosteal cortical scalloping pada
tumor intramedullar juga terlihat lebih jelas pada CT scan
dibandingkan dengan foto konvensional.
10
Gambar 6. Axial CT scan shows the deep endosteal scalloping,
cortical breakthrough, soft-tissue extension (M), and central
flocculent calcification (C). The nonmineralized component has
low attenuation.
c. MRI
MRI dapat menunjukkan lesi lobulated dengan sinyal rendah
atau menengah pada T1W1 dan intensitas sinyal tinggi pada
T2W1. MRI bisa menunjukkan staging yang tepat terhadap
adanya keterlibatan meduler dan massa jaringan lunak.
Kondrosarkoma derajat rendah menunjukkan lesi dengan pola
lobulated dan adanya peningkatan septasi setelah dilakukan
injeksi media kontras intravena. Tumor derajat tinggi tidak
memiliki septasi dan menunjukkan peningkatan penyangatan
heterogen yang difus. Tumor jinak dan kondrosakoma derajat
rendah tidak dapat dibedakan dengan MRI dari matriks saja.8
11
Gambar 7. Axial gadolinium-enhanced T1-weighted MR image
with fat saturation reveals mild peripheral enhancement (arrows)
with deep endosteal scalloping extending through the cortex with
softtissue extension (M).
3. Histopatologi
Gambaran makroskopis pada kebanyakan tumor memperlihatkan
sifat kartilaginosa, besar dengan penampilan berkilau dan berwarna kebiru-
biruan. Secara mikroskopis, beberapa tumor berdiferensiasi baik dan sulit
dibedakan dengan enkondroma bila hanya berdasarkan pada gambaran
histopatologi saja. Kecurigaan kearah keganasan apabila sel tumor berinti
besar, inti multiple dalam suatu sel tunggal atau adanya beberapa
kondroblas dalam satu lakuna. Diantara sel tersebut terdapat matriks
kartilaginosa yang mungkin disertai dengan kalsifikasi atau osifikasi.
Klasifikasi kondrosarkoma berdasarkan patologi anatomi.
1. Clear cell chondrosarcoma
12
Clear cell chondrosarcoma adalah tumor berlobulasi, ukuran
sel besar, inti ditengah, sitoplasma banyak, transparan terang,
sekitar sel jernih, dapat terlihat banyak sel datia multinukleat,
derajat keganasan rendah. Pertumbuhan tumor lambat,
kebanyakan pada usia tengah baya dan lansia, nyeri relatif
ringan, dapat timbul bengkak. Tampilan sinar X berupa
destruksi osteolitik, tepi relatif jelas. Umumnya perlu
pembuktian patologik. Terapi utama operasi, menurut keadaan
dilakukan reseksi lokal luas atau amputasi. 10
2. Mesenchymal chondrosarcoma
13
3. Dedifferentiated chondrosarcoma
14
kondroma, osteosarkoma dan tumor ganas tulang lain. Jenis ini
memiliki derajat keganasan relatif tinggi, umumnya pada usia
tengah baya atau lanjut usia, nyeri bersifat progresif dan
bengkak merupakan gejala klinis utama. Tampilan sinar X
rumit, tampak gambaran ronsen kondrosarkoma, tapi juga
tampak gambaran fibrosarkoma atau osteosarkoma. Diagnosis
perlu secara patologik. Metastasis terjadi dini, operasi
berdasarkan stadium dilakukan reseksi luas atau amputasi.
Prognosis kurang baik.10
4. Juxtacortical chondrosarcoma
15
H. KLASIFIKASI
16
sering tampak dan sering meluas. Inti sel umumnya berbentuk spindle dengan
ukuran lebih besar 5-10 kali dibanding normal.11
I. DIAGNOSIS BANDING
Kondrosarkoma biasanya berasal dari tulang normal atau merupakan
perubahan ganas dari kelainan jinak seperti osteokondroma dan enkondroma.
1. Osteokondroma
17
pada pembuluh darah atau saraf sekitarnya atau tumor tiba-iba membesar
disertai nyeri maka diperlukan tindakan operasi secepatnya, terutama bila
hal ini terjadi pada orang dewasa. 12
2. Enkondroma
18
dikeluarkan melalui kuretase kemudian diisi dengan jaringan tulang dari
tempat lain (bone graft).12
J. PENATALAKSANAAN
19
Gambar 14. Proses pembedahan
b. Kemoterapi
Kemoterapi, meskipun bukan yang paling utama, namun ini
diperlukan jika kanker telah menyebar ke area tubuh lainnya. Terapi ini
menggunakan obat anti kanker (cytotoxic) untuk menghancurkan sel-sel
kanker.
c. Radioterapi
Prinsip radioterapi adalah membunuh sel kanker menggunakan sinar
berenergi tinggi. Namun kondrosarkoma merupakan radioresistant.
K. PROGNOSIS
20
Evans et al, menunjukkan bahwa tingkat kelansungan hidup tergantung
pada tingkat histologi tumor, sebagai berikut:
Tumor grade I – 90% bertahan hidup pada 5 tahun
Tumor grade II – 81% bertahan hidup pada 5 tahun
Tumor grade III- 29% bertahan hidup pada 5 tahun
21
DAFTAR PUSTAKA
22
11. Murphey MD, Walker EA, Wilson AJ, Kransdorf MJ, Temple
TH, Gannon FH. 2003. Imaging of primary chondrosaroma :
Radiologic-pathologic correlation.
12. Rasjad, C. 2009. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: Yarsif
Watampone.
23