Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sebagian besar dari perkembangan berlangsung melalui kegiatan belajar. Dalam


perkembangan dan kemajuan suatu bangsa dapat ditentukan oleh proses belajar
yang dilakukan oleh penduduknya, terutama proses belajar dalam hal pendidikan.
Mengingat pentingnya bagi kehidupan, maka proses belajar harus dilaksanakan
sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. Usaha dan
keberhasilan belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor. Belajar yang efektif dapat
membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif perlu
memperhatikan kondisi internal yaitu kondisi yang ada di dalam diri siswa itu
sendiri, selain itu juga memperhatikan kondisi eksternal yang merupakan kondisi
yang ada di luar diri pribadi manusia. Keberhasilan proses belajar ini dapat terlihat
dari prestasi akademik siswa. Variabel yang diduga mempengaruhi belajar siswa
antara lain cara atau metode dan teori mengajar yang digunakan oleh guru ataupun
dosen, pemberian beasiswa untuk siswa berprestasi, fasilitas sekolah yang
lengkap, suasana belajar yang kondusif, motivasi belajar siswa, kondisi kesehatan
siswa dan adanya perhatian orangtua terhadap siswa.

1.2.Rumusan Masalah
1) Apakah Definisi Belajar menurut para ahli?
2) Apakah Tujuan dari Belajar?
3) Apakah Teori-teori dalam belajar?
4) Apakah Prinsip-prinsip yang mendasari belajar?
5) Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi belajar?
6) Apakah definisi dari faktor internal dan faktor eksternal?

1
1.3.Tujuan Penulisan
 Mengetahui Definisi Belajar menurut para ahli
 Mengetahui Tujuan dari Belajar
 Mengetahui Teori-teori dalam belajar
 Mengetahui Prinsip-prinsip yang mendasari belajar
 Mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
 Mengetahui Definisi dari faktor internal dan faktor eksternal

2
BAB II

PEMBAHASAN

1) Definisi Belajar Menurut Para Ahli

a) CHAPLIN menyatakan bahwa belajar memiliki dua definisi yaitu


“…acquisition of any relatively permanent change in behavior as a result of a
practice and experience.” (perolehan perubahan tingkah laku yang relative
menetap sebagai akibat dari latihan dan pengalaman) dan “process of acquiring
responses as a result of special practice” (proses memperoleh respon-respon
sebagai akibat adanya latihan khusus). Skinner seperti yang dikutip Barlow
berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah
laku) yang berlangsung secara progresif (“… a process of progressive behavior
adaptation.” )

b) Menurut PAUL EGGEN DAN DON KAUCHAK, belajar adalah perubahan


struktur mental individu yang memberikan untuk menunjukkan perubahan
perilaku (learning is a change in a person’s mental structure that provides the
capacity to demonstrate change in behavior)

c) HILGARD DAN BOWER, dalam buku Theories of Learning (1975)


mengemukakan, bahwa “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan
tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasarnkecenderungan respon
pembawaan, kemetangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya
kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).”

d) GANE, dalam buku The Conditions of Learning (1977) menyatakan bahwa:


“Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan
mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari

3
waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi
tadi.”

e) MORGAN, dalam buku Introduction to Psychology (1978) mengemukakan:


“Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang
terjadi sebagai suatu hasi dari latihan atau pengalaman.”

f) WITHERINGTON, dalam buku Educationan Psychology mengemukakan:


“Belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri
sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,
kepandaian, atau suatu pengertian.”

g) KBBI mendefinisikan kata pembelajaran berasal dari kata ajar yang berarti
petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau diturut, sedangkan
pembelajaran berarti proses , cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk
hidup belajar.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu
perubahan tingkah laku yang relative menetap pada seseorang akibat
pengalaman atau latihan yang menyangkut aspek fisik maupun psikis, seperti
dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki keterampilan menjadi
memiliki keterampilan dan sebagainya.

2) Tujuan Dari Belajar

Menurut Dalyono, Tujuan Belajar Adalah :


 Belajar bertujuan mengadakan perubahan dalam dirinya, yaitu perubahan
tingkah laku.
 Belajar bertujuan mengubah kebiasaan yang buruk menjadi baik.
 Belajar mengubah sikap dari negative menjadi positif, tidak hormat
menjadi hormat, benci menjadi sayang dan sebagainya.
 Dengan belajar dapat memiliki keterampilan.
 Belajar bertujuan menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu.

4
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar adalah
terjadinya perubahan dalam diri seseorang terhadap cara berpikir, mentalitas dan
perilakunya yang meliputi aspek kognitif (pengetahuan), afektif (pemahaman) dan
psikomotorik (keterampilan).

3) Teori-Teori Dalam Belajar


a. Teori Conditioning

Dapat dikatakan bahwa pelopor dari teori ini adalah Pavlov, seorang ahli
psikologi-refleksologi dari Russia. Dia melakukan percobaan-percobaan dengan
anjing. Secara ringkas percobaan-percobaan Pavlov dapat kita uraikan sebagai
berikut:

Seekor anjing yang telah dibedah sedemikian rupa, sehingga kelenjar ludahnya
berada diluar pipinya, dimasukan ke dalam ruangan yang gelap. Di kamar itu
hanya ada sebuah lubang yang berada tepat didepan moncongnya, tempat
menyodorkan makanan dan tempat untuk menyorotkan cahaya pada waktu
dilakukan percobaan-percobaan. Pada moncongnya yang telah dibedah itu
dipasang sebuah pipa yang dihubungkan dengan sebuah tabung diluar kamar.
Dengan demikian dapat diketahui keluar tidaknya air liur dari moncong anjing itu
pada waktu diadakan percobaan.

Alat-alat yang dipergunakan dalam percobaan-percobaan itu adalah makanan,


lampu senter untuk menyorotkan bermacam-macam warna, dan bunyi-bunyian.
Dari hasil percobaan yang dilakukan dengan anjing itu, Pavlov mendapatkan
kesimpulan bahwa gerakan-gerakan refleks itu dapat dipelajari; dapat berubah
karena mendapat latihan. Sehingga dengan demikian dapat dibedakan dua macam
refleks, yaitu refleks wajar (unconditioned-reflex) – keluar air liur ketika melihat
makanan yang lezat dan refleks bersyarat/yang dipelajari (conditioned-reflex)—
keluar air liur karena reaksi terhadap warna sinar atau bunyi tertentu.Setelah
percobaan Pavlov ini banyak para ahli psikologi setelahnya yang mengikuti
praktek percobaan pada hewan, antara lain Guthrie, Skinner, Watson, dll.

5
b. Teori Connectionism (Thorndike)

Menurut teori trial and error ini, setiap organisme jika dihadapkan dengan situasi
baru akan melakukan tindakan coba-coba yang sifatnya membabi buta. Jika
dalam usaha mncoba-coba itu ada sesuatu yang dapat memenuhi tuntutan situasi,
maka perbuatan yang kebetulan itu akan “dipegangnya”. Karena latihan yang
terus menerus, maka waktu yang dipergunakan untuk melakukan perbuatan yang
cocok itu makin lama makin efesien.

Sebagai contoh kami kemukakan disini percobaan Thorndike dengan seekor


kucing yang dibuat lapar dimasukan kedalam kandang. Pada kandang itu dibuat
lubang pintu yang tertutup yang dapat terbuka jika suatu pasak di pintu itu
tersentuh. Diluar kandang itu diletakan sepiring daging. Bagaimana reaksi kucing
itu? Mula-mula kucing itu bergerak kesana kemari mencoba hendak keluar
melalui berbagai jeruji kandang itu. Lama-kelamaan pada suatu ketika
tersentuhlah salah satu pasak itu oleh salah satu kakinya. Kandang itu terbuka,
lalu keluarlah kucing tersbut menghampiri dan menyantap makanan itu.

Percobaan diulang kembali. Tingkah laku kucingpun pada awalnya sama,


bergerak kesana kemari sampai pada akhirnya menemukan pasak pembuka itu.
Dan pada kali kedua ini waktu yang diperlukan kucing itu lebih singkat dari kali
pertama.

Dari penelitiannya ini Thorndike menyimpulkan bahwa proses belajar itu


mengalami tiga proses, yakni:

1. Trial and error (mencoba-coba dan mengalami kegagalan), dan


2. Law of effect (segala tingkah laku yang mengakibatkan suatu
kegiatan yang memuaskan itu akan diingat dan dipelajari dengan
sebaik-baiknya)
3. Forgetting the false (melupakan setiap kegagalan, dan berusaha
untuk tidak mengulanginya lagi)

6
c. Teori insight full learning

Melihat kepada nama teori ini dan pada aliran yang mendasarinya yakni Gestalt,
sangat jelas bahwa teori ini sangat bertentangan dengan teori-teori yang telah
disebutkan terdahulu

Menurut para ahli psikologi Gestalt, manusia itu bukanlah hanya sekedar makhluk
reaksi yang hanya bisa bergerak jika ada perangsang yang mempengaruhinya, tapi
manusia itu adalah individu yang merupakan kebulatan jasmani-rohani. Manusia
bukan hanya bereaksi, tapi berinteraksi dengan dunia luar dengan kpribadiannya
dan dengan cara yang unik pula. Tak ada dua orang yang memiliki pengalaman
yang persis identik terhadap objek atau realita yang sama. Manusia dapat dengan
bebas memilih cara bagaimana ia bereaksi dan berstimuli yang mana ditolaknya
dan yang mana diterimanya.

Dengan demikian, maka belajar menurut teori ini bukan hanya meerupakan
proses asosiasi antara stimulus-respon yang makin lama makin kuat karena
adanya latihan-latihan dan pengulangan akan tetapi belajar akan terjadi apabila
adanya insight (pengertian). Insight ini akan muncul apabila seseorang setelah
beberapa saat mencoba memahami suatu masalah tiba-tiba muncul adanya
kejelasan, terlihat olehnya hubungan antara satu unsur dengan unsur-unsur
lainnya, kemudian dipahami sangkut-pautnya dan dimengerti maknanya.

4) Prinsip-Prinsip Yang Mendasari Belajar

Menurut Adi ada 3 prinsip belajar yang utama, yaitu :

1. Classical Conditioning
Teori ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan Ivan
Pavlov (1849-1936), seorang ilmuan kebangsaan Rusia. Classical
conditioning merupakan suatu proses belajar melalui pembiasaan
(conditioning) terhadap suatu objek dengan menitikberatkan pada proses
pemberian stimulus untuk mendapatkan suatu respon tertentu tanpa
menggunakan penguat (reinforcement)

7
Prinsip dasar model Classical Conditioning ini adalah sebuah
unconditioned stimulus (US), unconditioned response (UR), dan conditioned
stimulus (CS). US merupakan objek dalam lingkungan organism yang secara
otomatis diperoleh tanpa harus mempelajarinya terlebih dahulu atau bisa
dikatakan sebagai proses yang nyata (UR). Sebagai contoh, seorang anak selalu
tertawa setiap kali melihat badut. Seandainya badut itu (US) dihubungkan pada
iklan televisi untuk bubur sarapan pagi (CS) secara berulang-ulang anak itu akan
tertawapada pemasangan iklan ini karena adanya badut tersebut. Classical
conditioning terjadi apabila kotak bubur tersebut mampu membuat si anak tertawa
meskipun tidak ada badut. Kemudian anak tersebut mengasosiasikan hal-hal yang
menyenangkan dengan bubur tersebut, meskipun tidak ada badut. Pengulangan
dari stimulus terlihat dalam pemindahan sifat-sifat reaksi yang dihasilkan dari
rangsangan atau stimulus yang satu (US) ke stimulus yang lain (CS).

2. Instrumental (operant) conditioning


Penelitian conditioning operant dimulai dengan sejumlah eksperimen oleh
Throndike. Beliau berpendapat bahwa dalam conditioning operant, hukum
efek menyeleksi , dari sejumlah respon acak, hanya respon yang diikuti
oleh konsekuensi positif. Proses ini mirip evolusi yang hukum
kelangsungan hisup bagi yang terkuat memilih dari sekumpulan variasi
spesies acak, hanya perubahan yang meningkatkan kelangsungan hidup
spesies. Dengan begitu hokum efek meningkatkan kelangsungan hidup
spesies.

Instrumental conditioning tidak sekedar menyandarkan diri pada stimulus


response saja, tetapi juga memperkenalkan fungsi penguat (reinforcer) yang
banyak memainkan peran sebagai operant conditioning dikarenakan adanya
kemampuan learner untuk mengubah dan mengoperasikan (operate) lingkungan
dan sebagai tindak lanjutnya akan dapat memunculkan kembali tindakan tersebut
bila perubahan yang terjadi membawa hasil yang menyenangkan learner.

3. Cognitive Learning
Terminology kognisi (cognitive) mengarah pada pengolahan informasi
mengenai lingkungan, yang diterima melalui panca indera. Sedangkan

8
learning mengarah pada perubahan perilaku yang bersifat permanen
sebagai hasil dari latihan ataupun pengalaman. Cognitive learning adalah
perubahan cara memproses informasi sebagai hasil pengalaman atau latian.
Pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan arti penting internal dan
mental manusia. Dalam pandangan para ahli kognitif, tingkah laku
manusia yang tampak, tidak dapat diukur dan diterapkan tanpa melibatkan
proses mental, seperti : motivasi, kesengajaan, keyakinan dan sebagainya.

Menurut Sobur, yang diambil dari teori psikologi Gestalt, Prinsip-Prinsip Belajar
yaitu :

a) Belajar dimulai dari suatu keseluruhan, kemudian menuju bagian-bagian.


b) Keseluruhan memberikan makna pada bagian-bagian.
c) Belajar adalah penyesuaian diri terhadap lingkungan.
d) Belajar akan berhasil apabila tercapai kematangan untuk memperoleh
pengertian.
e) Belajar akan berhasil apabila ada tujuan yang berarti individu.
f) Dalam proses belajar itu, individu merupakan organism yang aktif, bukan
bejana yang harus diisi oleh orang lain.

Menurut Dalyono, Prinsip-Prinsip Belajar antara lain:

a) Kematangan Jasmani dan Rohani

Salah satu prinsip yang terpenting dalam belajar adalah harus mencapai
kematangan jasmani dan rohaninya. Kematangan jasmani yaitu telah mencapai
pada batas minimal umur serta kondisi fisiknya telah cukup untuk melakukan
kegiatan. Kematangan rohani artinya telah memiliki kemampuan secara psikologis
untuk melakukan kegiatan belajar, misalnya kegiatan berpikir dan mengingat.

b) Memiliki Kesiapan

Setiap orang yang hendak melakukan kegiatan belajar harus memiliki kesiapan
yakni fisik, mental, dan perlengkapan belajar. Kesiapan fisik berarti harus
memiliki tenaga yang cukup dan kesehatan yang baik, sementara kesiapan mental
memiliki minat dan motivasi yang cukup untuk melakukan kegiatan belajar.

9
Belajar tanpa kesiapan fisik, mental dan perlengkapan akan banyak mengalami
kesulitan, akibatnya tidak memperoleh hasil yang baik.

c) Memahami Tujuan

Dalam proses belajat tentunya harus memiliki tujuan yang jelas, agar mudah
mencapai sasaran belajar yang diinginkan. Jika tidak ada tujuan yang jelas dalam
belajar, maka proses belajar tidak akan menemui tujuan yang jelas dan tidak
terkoordinasi dengan baik.akibatnya, belajar tidak akan efektif.

d) Memiliki Kesungguhan

Orang yang belajar harus memiliki kesungguhan untuk melaksanakannya. Belajar


tanpa kesungguhan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Selain itu,
akan banyak waktu dan tenaga yang terbuang percuma. Sebaliknya, jika belajar
dengan sungguh-sungguh serta tekun akan memperoleh hasil yang maksimal dan
penggunaan waktu yang efektif dan efisien.

e) Ulangan dan Latihan

Dalam belajar, tidak serta merta langsung dapat diproses pada otak. Tentu saja
melalui beberapa proses, yaitu pengulangan dan latihan terus menerus setiap
hari.sesuatu yang dipelajari perlu diulang-ulang secara terus-menerus agar
meresap dalam otak dan dapat memberikan hasil yang maksimal dalam
mengingat. Tegasnya, semua bahan yang dipelajari memerlukan pengulangan dan
latihan agar dapat dikuasai dengan semaksimal mungkin. Dengan kata lain,orang
yang belajar harus melewati ulangan dan latihan.

5) Penyesuaian Diri Manusia Yang Berkaitan Dengan Belajar

Berikut ini beberapa uraian terkait dengan macam cara penyesuaian diri yang
dilakukan manusia dengan sengaja maupun tidak sengaja, dan hubungannya
dengan proses belajar:

10
A . Belajar dan Kematangan

Kematangan adalah suatu proses pertumbuhan organ-organ. Suatu organ dalam


diri makhluk hidup dikatakan telah matang, jika ia telah mencapai kesanggupan
untuk menjalankan fungsinya masing-masing. Kematangan itu datang pada waktu
sendirinya.

Sedangkan belajar lebih membutuhkan kegiatan yang disadari, suatu aktivitas,


latihan-latihan dan konsentrasi dari orang yang bersangkutan. Proses belajar
terjadi akibat adanya perangsang-perangsang dari luar. Sedangkan proses
kematangan terjadi dari dalam.

Akan tetapi meskipun demikian janganlah dilupakan bahwa kedua proses (belajar
dan kematangan) itu dalam perakteknya berhubungan erat satu sama lain, bahkan
keduanya saling melengkapi.

B. Belajar dan Penyesuaian diri

Penyesuaian diri merupakan suatu proses yang dapat merubah tingkah laku
manusia. Berikut ini bentuk penyesuaian diri yang terbagi menjadi dua macam;

1) Penyesuaian diri autoplastis, yaitu seseorang mengubah dirinya disesuaikan


dengan keadaan lingkungan/dunia luar.

2) Penyesuaian diri alloplastis, yang berarti mengubah lingkungan/dunia luar


disesuaikan dengan kebutuhan dirinya.

Kedua macam penyesuaian diri di atas termasuk ke dalam proes belajar, karena
dengan hal itu terjadi perubahan-perubahan yang kadang-kadang sangat
mendalam dalam kehidupan manusia. Sebab manusia dalam kehidupannya setiap
hari selalu belajar. Akan tetapi tidak semua belajar adalah penyesuaian diri.

C. Belajar dan Pengalaman

Belajar danPengalaman, keduanya merupakan suatu proses belajar yang dapat


merubah sikap, tingkah lku danpengetahuan. Namun, belajar dan memperoleh
pengalaman adalah berbeda. Mengalami sesuatu belum tentu merupakan belajar

11
dalam arti pedagogis; tetapi sebaliknya tiap-tiap belajar itu mengalami
pengalaman.

Contoh pengalaman yang berarti bukan belajar: Karena mengalami sesuatu yang
menyedihkan dapat menimbulkan apatis dan putus asa pada diri seseorang.
Contoh lain: karena bodohnya, pengalaman-pengalamannya tidak digunakan
untuk belajar; tidak digunakan untuk menambah pengalaman yang baru.

D. Belajar dan Bermain

Dalam bermain juga terjadi proses belajar. Persamaannya bahwa dalam belajar
dan bermain terjadi perubahan, yang dapat merubah tingkah laku, sikap dan
pengalaman.

Disisi lain antara belajar dan bermain memiliki perbedaan. Menurut arti katanya,
bermain merupakan kegiatan yang cenderung khusus dilakukan oleh anak-anak
meskipun hal ini sering kali dilakukan oleh orang dewasa. Sedangkan belajar
merupkan kegiatan yang umum, yaitu kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh
setiap manusi baik ketika semenjak lahir hingga tumbuh dewa terlebih sampai
makhir hayatnya.

Menurut sifatnya, perbedaan belajar dengan bermain ialah kegiatan belajar


mempunyai tujuan yang terletak pada masa depan, atau masa kemudian.
Sedangkan kegiatan bermainhanya ditunjukan pada situasi dan waktu itu saja.
Adapun tujuan bemain adalah untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan yang
sesuai dengan situasi dan kondisi yang dialaminya pada waktu itu.

Meskipun demikian,hubungan antara keduanya sangat erat, sehingga kita adapt


mengenal istilah “belajar sambil bermain” yang kandungan isinya menekankan
belajarnya, begitu pula dengan istilah “bermain sambil belajar” maka hal yang
ditekankan didalam kegiatan itu adalah bermainnya.

E. Belajar dan Pengertian

Belajar memiliki pengertian yang lebih luas daripada hanya mencapai pengertian.
Ada pula proses belajar yang berlangsung dengan otomati tanpa pengertian.

12
Seperti proses belajar yang terjadi pada hewan, umpamanya seekor kucing
berlatih menangkap sesuatu dengan menggunaka bela. Latihan cara menangkap
itu dilakukannya tanpa pengertian, tanpa menyadari apa maksud dan tujuan dari
latihan tersebut.

Sebaliknya ada pula pengertian yang tidak menimbulkan proses belajar, karena
belum tentu orang yang mendapatkamendapatkan pengertian perilakunya dapat
berubah dan orang yang mengerti tentang sesuatu berarti ia dapat
merealisasikannya sesuia dengan pengertian apa yang ia ketahui.

F. Belajar dan Mengingat

Menghafal/mengingat tidak sama dengan belajar. Hafal atau ingat akan sesuatu
belum menjamin bahwa dengan demikianorang suda belajar dalam arti yang
sebenarnya. Sebab untuk mengetahui sesuatu tidak cukup dengan hanya
menghafal saja, tetapi harus dengan pengertian dan pemahaman.

Maksud belajar adalh menyediakan pengalaman-pengalaman untuk menghadapi


soal-soal dimasa depan. Jika pengalaman-pengalaman itu hanya merupakan
sesuatu yang statis, yang tidak bergunauntuk adanya perubahan dalam tingkah
laku, sikap atau pengetahuan, maka yang demikian itu tidak terjadi peroses
belajar.

G.Belajar dan Latihan

Persamaannya bahwa belajar dan latihan keduanya dapat menyebabkan


perubahan/proses tingkah laku, sikap dan pengetahuan. Akan tetapi dalam
keduanya terdapat perbedaan. Di dalam praktek terdapat pula proses belajar yang
terjadi tanpa latihan.

Umpamanya: seorang anak kecil yang tangannya terbakar di dapur, sekali saja
ketika ia mengetahui bahwa api itu panas. Jadi, belajar memilih arti yang lebih
luas dari pada latihan.

13
Adapula belajar yang hanya dengan pegertian saja, tanpa latihan. Seperti seorang
anak yang di ajak berkarya-wisata ke pabrik gula, dapat mengerti bagaimana
proses membuat gula.

Dengan uraian di atas kiranya menjadi jelas bagi kita bagaimana cara-cara atau
proses belajar itu berlangsung. Dengan itu kita dapat mengetahui bahwa belajar
itu tidak hanya melatih kematangan, menyesuiakan diri, memperoleh pengalaman,
pengertian atau latihan-latihan.

Begitu pula jika dilihat dari sudut ilmu mendidik, belajar berarti perbaikan dalam
tingah laku dan kecakapan-kecakapan manusia, atau memperoleh kecakapan-
kecakapan dan tingkah laku yang baru. Jadi, perubahan yang terjadi pada proses
belajar itu merupakan perubahan/perbaikan dari fungsi-fungsi psikis yang menjadi
syaratyang mendasari perbaikan tingkah laku dan kecakapan-kecakapan.

Termasuk didalamnya perubahandidalam pengetahuanminat, dan perhatian yang


dibentuk oleh tenaga-tenaga/fungsi-fungsi psikis dalam pribadi manusia itu
sendiri.

6) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Syah, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi tiga


macam, yaitu :

1) Faktor internal (faktor dari dalam diri), yakni kondisi jasmani dan rohani.
2) Faktor eksternal (faktor dari luar diri), yakni kondisi lingkungan sekitar.
3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran
materi-materi pelajaran.

7) Definisi Dari Faktor Individual Dan Faktor Eksternal

a) Faktor individual seperti, faktor kematangan/pertumbuhan,kecerdasan,


latihan, motivasi, dan faktor pribadi.

14
b) Faktor eksternal (sosial) seperti, keluarga/ keadaan rumah, guru dan cara
mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam KBM, lingungan dan kesempatan
yang tersedia dan motivasi sosial.

Marilah kita uraikan dan pahami faktor-faktor tersebut secara singkat:

a. Kematangan/ pertumbuhan

Kita tidak dapat melatih anak yang baru berumur 6 bulan untuk belajar berjalan.
Andaipun kita paksa, tetap anak itu tidak akan dapat/ sanggup berjalan karena
untuk dapat melakukan itu anak memerlukan kematangan potensi jasmaniah
maupun rohaniah. Anak umur 6 bulan otot-otot dan tulang-tulangnya masih
lemah, berat badan dan kekuatan tenaganya masih belum ada keseimbangan yang
harmonis dan keberanian untuk mencoba pun belum ada.

b. Kecerdasan/ Intelijensi

Bukan hanya kematangan saja yang dapat membuat seseorang berhasil dalam
belajarnya tetapi juga kecerdasan/ intelijensi pu berpengaruh. Kitatidak dapat
membantahnya, kenyataan telah menunjukan pada kita, meskipun anak yang
berumur 14 tahun ke atas pada umumnya telah matang untuk belajar ilmu pasti,
tapi tidak semua anak-anak tersebut pandai dalam ilmu pasti.

c. Latihan dan Ulangan

Karena terlatih dan seringkali mengulang sesuatu maka pengetahuan dan


kecakapan yang dimilikinya dapat menjadi semakin dikuasai dan mendalam.
Sebaliknya jika tanpa latihan pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya akan
berkurang bahkan hilang. Dan dengan sering latihan akan timbul minat dan
semakin besar minat akan timbul perhatiannya sehingga besar pula hasrat untuk
mempelajarinya.

d. Motivasi

Motif merupakan pendorong bagi organisme untuk melakukan sesuatu. Sebagai


contoh Motif lapar pada kucing percobaan Thorndike mendorong kucing itu
berkali-kali sehingga akhirnya dapat “membuka” pintu tanpa melakukan

15
perbuatan-perbuatan yang membabi buta lagi. Motif intrinsik dapat mendorong
seseorang sehingga akhirnya orang itu menjadi spesialis dalam ilmu pengetahuan
tertentu,. Tak mungkin seseorang mau berusaha mempeelajari sesuatu dengan
sebaik-baikny, tanpa ia mengetahui manfaat maupun faedah yang akan dicapai
dari belajarnya itu bagi dirinya.

e. Sifat-sifat Pribadi Seseorang

Di samping faktor-faktor tadi faktor pribadi seseorang turut memegang peranan


penting dalam berhasilnya belajar seeorang. Karena tiap orang memiliki
kepribadian yang berbeda-beda maka berbeda pula tingkat keberhasilan tiap
orang. Dan termasuk dalam kepribadian seseorang adalah faktor fisik, kesehatan
dan kondisi badan.

Selain faktor pribadi yang bersifat individual keberhasilan seseorang dalm belajar
juga dipengaruhi oleh faktor sosial eksternal.

a) Keadaan keluarga

Tidak dapat dipungkiri keadaan keluarga yang beraneka ragam seperti miskin,
kaya, tentram dan damai dan sebagainya turut berperan dalam keberhasilan
seseorang dalam belajar. Dan realita pun telah menunjukannya. Termasuk dalam
keadaan kelurga juga adalah ada tidaknya fasilitas yang diperlukan dalam belajar
turut memegang peranan penting dalam keberhasilan belajar.

b) Guru/Pembimbing dan Cara Mengajar

Hal yang penting dalam pembelajaran terutama di sekolah adalah faktor


guru/pembimbing dan bagaimana cara mengajarnya merupakan faktor yang
terpenting. Bagimana sikap guru, kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan
yang dimiliki guru, dan bagaimana cara yang digunakan untuk mengajarkan
pengetahuannya pada anak didiknya, dapat menentukan bagaimana hasil belajar
yang dapat di capai.

16
c) Alat-alat pelajaran

Faktor guru/pembimbing dan cara mengajarnya tidak dapat kita mutlakkan salah
besar jika anak didiknya gagal dalam proses pembelajaran, tapi faktor itu tidak
lepas dari ada tidaknya dan cukup tidaknya alat-alat pelajaran yag tersedia di
sekolah. Sekolah yang memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk
belajar apalagi ditambah dengan cara mengajar yang baik dari gurunya, kecakapan
gurunya dalam menggunakan alat tersebut akan mempermudah dan mempercepat
belajar anak didik.

d) Motivasi sosial

Karena belajar merupakan suatu proses dalammaka motivasi memiliki peran


penting. Bukan hanya motivasi yang timbul dari dalam diri sendiri tetapi juga
motivasi yang diberikan dari orang-orang yang ada sekitar anak didik, seperti guru
ketika disekolah dapat memotivasi anak didiknya untuk rajin belajar agar
mendapatkan nilai yang bagus ketika ulangan, begitupun orang tua ketika di
rumah dan lingkungan masyarakat pada umummnya dapat memberikan motivasi
pada anak didik agar sukses dalam belajarnya.

e) Lingkungan dan Kesempatan

Seorang anak dari keluarga yang baik, memiliki intelijensi yang baik, bersekolah
di suatu sekolah yang keadaan guru-gurunya dan alat-alatnya baik, belum tentu
dapat belajar dengan baik. Masih ada faktor yang terbilang paling berpengaruh
pada hasil belajar. Contohnya karena jarak antara rumah dan sekolah yang terlalu
jauh, memerlukan kendaraan yang ukup lama sehingga melelahkan. Banyak pula
anak-anak yang tidak dapat belajar dengan hasil baik dan tidak dapat
mempertinggi belajarnya, akibat tidak adanya kesempatan yang disebabkan oleh
sibuknya pekerjaan setiap hari, pengaruh lingkungan yang buruk dan negatif serta
faktor-faktor lain yang terjadi di luar kemampuannya. Faktor lingkungan dan
kesempatan ini lebih berpengaruh lagi bagi cara belajar pada orang-orang dewasa.

17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana
perubahan itu dapat mengarah pada tingkah laku yang lebih baik, tetapi ada
juga kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk.

2. Teori-teori dalam belajar sangat banyak, namun pada makalah ini


penulis hanya mencantumkan tiga teori belajar yang paling masyhur di
kalangan para ahli, yakni; Teori Conditioning, Teori Connectionism, dan Teori
insight full learning.

3. Secara umum faktor-faktor dalam belajar dapat kita bedakan menjadi 2


macam, yakni:

· Faktor individual seperti, faktor kematangan / pertumbuhan, kecerdasan,


latihan, motivasi, dan faktor pribadi.

· Faktor eksternal (sosial) seperti, keluarga/ keadaan rumah, dosen dan cara
mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam KBM, lingkungan dan
kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.

B. SARAN
Dengan memahami pentingnya belajar bagi kehidupan masing-masing individu di
dunia, maka diharapkan agar semuanya mampu melaksanakan kewajibannya
sebagai pelajar yang baik dengan menetapkan system belajar yang bisa
mendukung hasil yang maksimal dan dapat memanfaatkan waktu dengan bijak
dan se-efisien mungkin agar tidak terbuang percuma.

18
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, M Ngalim, Drs., Psikologi Pendidikan, Cetakan Ke-26, Rosda,


Bandung, 2013.

Farkhana, Nada, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Siswa,


-, Semarang, 2010

Thobroni,Muhammad dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, Arruz Media,


Jogjakarta, 2011

http://yanuariaeksa.blogspot.com/2014/06/fasefase-belajar-menurut-ahli.html.

Dalyono. 2007 . Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka
Setia.

Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

19

Anda mungkin juga menyukai