Makalah Psikologi
Makalah Psikologi
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.2.Rumusan Masalah
1) Apakah Definisi Belajar menurut para ahli?
2) Apakah Tujuan dari Belajar?
3) Apakah Teori-teori dalam belajar?
4) Apakah Prinsip-prinsip yang mendasari belajar?
5) Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi belajar?
6) Apakah definisi dari faktor internal dan faktor eksternal?
1
1.3.Tujuan Penulisan
Mengetahui Definisi Belajar menurut para ahli
Mengetahui Tujuan dari Belajar
Mengetahui Teori-teori dalam belajar
Mengetahui Prinsip-prinsip yang mendasari belajar
Mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Mengetahui Definisi dari faktor internal dan faktor eksternal
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi
tadi.”
g) KBBI mendefinisikan kata pembelajaran berasal dari kata ajar yang berarti
petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau diturut, sedangkan
pembelajaran berarti proses , cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk
hidup belajar.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu
perubahan tingkah laku yang relative menetap pada seseorang akibat
pengalaman atau latihan yang menyangkut aspek fisik maupun psikis, seperti
dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki keterampilan menjadi
memiliki keterampilan dan sebagainya.
4
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar adalah
terjadinya perubahan dalam diri seseorang terhadap cara berpikir, mentalitas dan
perilakunya yang meliputi aspek kognitif (pengetahuan), afektif (pemahaman) dan
psikomotorik (keterampilan).
Dapat dikatakan bahwa pelopor dari teori ini adalah Pavlov, seorang ahli
psikologi-refleksologi dari Russia. Dia melakukan percobaan-percobaan dengan
anjing. Secara ringkas percobaan-percobaan Pavlov dapat kita uraikan sebagai
berikut:
Seekor anjing yang telah dibedah sedemikian rupa, sehingga kelenjar ludahnya
berada diluar pipinya, dimasukan ke dalam ruangan yang gelap. Di kamar itu
hanya ada sebuah lubang yang berada tepat didepan moncongnya, tempat
menyodorkan makanan dan tempat untuk menyorotkan cahaya pada waktu
dilakukan percobaan-percobaan. Pada moncongnya yang telah dibedah itu
dipasang sebuah pipa yang dihubungkan dengan sebuah tabung diluar kamar.
Dengan demikian dapat diketahui keluar tidaknya air liur dari moncong anjing itu
pada waktu diadakan percobaan.
5
b. Teori Connectionism (Thorndike)
Menurut teori trial and error ini, setiap organisme jika dihadapkan dengan situasi
baru akan melakukan tindakan coba-coba yang sifatnya membabi buta. Jika
dalam usaha mncoba-coba itu ada sesuatu yang dapat memenuhi tuntutan situasi,
maka perbuatan yang kebetulan itu akan “dipegangnya”. Karena latihan yang
terus menerus, maka waktu yang dipergunakan untuk melakukan perbuatan yang
cocok itu makin lama makin efesien.
6
c. Teori insight full learning
Melihat kepada nama teori ini dan pada aliran yang mendasarinya yakni Gestalt,
sangat jelas bahwa teori ini sangat bertentangan dengan teori-teori yang telah
disebutkan terdahulu
Menurut para ahli psikologi Gestalt, manusia itu bukanlah hanya sekedar makhluk
reaksi yang hanya bisa bergerak jika ada perangsang yang mempengaruhinya, tapi
manusia itu adalah individu yang merupakan kebulatan jasmani-rohani. Manusia
bukan hanya bereaksi, tapi berinteraksi dengan dunia luar dengan kpribadiannya
dan dengan cara yang unik pula. Tak ada dua orang yang memiliki pengalaman
yang persis identik terhadap objek atau realita yang sama. Manusia dapat dengan
bebas memilih cara bagaimana ia bereaksi dan berstimuli yang mana ditolaknya
dan yang mana diterimanya.
Dengan demikian, maka belajar menurut teori ini bukan hanya meerupakan
proses asosiasi antara stimulus-respon yang makin lama makin kuat karena
adanya latihan-latihan dan pengulangan akan tetapi belajar akan terjadi apabila
adanya insight (pengertian). Insight ini akan muncul apabila seseorang setelah
beberapa saat mencoba memahami suatu masalah tiba-tiba muncul adanya
kejelasan, terlihat olehnya hubungan antara satu unsur dengan unsur-unsur
lainnya, kemudian dipahami sangkut-pautnya dan dimengerti maknanya.
1. Classical Conditioning
Teori ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan Ivan
Pavlov (1849-1936), seorang ilmuan kebangsaan Rusia. Classical
conditioning merupakan suatu proses belajar melalui pembiasaan
(conditioning) terhadap suatu objek dengan menitikberatkan pada proses
pemberian stimulus untuk mendapatkan suatu respon tertentu tanpa
menggunakan penguat (reinforcement)
7
Prinsip dasar model Classical Conditioning ini adalah sebuah
unconditioned stimulus (US), unconditioned response (UR), dan conditioned
stimulus (CS). US merupakan objek dalam lingkungan organism yang secara
otomatis diperoleh tanpa harus mempelajarinya terlebih dahulu atau bisa
dikatakan sebagai proses yang nyata (UR). Sebagai contoh, seorang anak selalu
tertawa setiap kali melihat badut. Seandainya badut itu (US) dihubungkan pada
iklan televisi untuk bubur sarapan pagi (CS) secara berulang-ulang anak itu akan
tertawapada pemasangan iklan ini karena adanya badut tersebut. Classical
conditioning terjadi apabila kotak bubur tersebut mampu membuat si anak tertawa
meskipun tidak ada badut. Kemudian anak tersebut mengasosiasikan hal-hal yang
menyenangkan dengan bubur tersebut, meskipun tidak ada badut. Pengulangan
dari stimulus terlihat dalam pemindahan sifat-sifat reaksi yang dihasilkan dari
rangsangan atau stimulus yang satu (US) ke stimulus yang lain (CS).
3. Cognitive Learning
Terminology kognisi (cognitive) mengarah pada pengolahan informasi
mengenai lingkungan, yang diterima melalui panca indera. Sedangkan
8
learning mengarah pada perubahan perilaku yang bersifat permanen
sebagai hasil dari latihan ataupun pengalaman. Cognitive learning adalah
perubahan cara memproses informasi sebagai hasil pengalaman atau latian.
Pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan arti penting internal dan
mental manusia. Dalam pandangan para ahli kognitif, tingkah laku
manusia yang tampak, tidak dapat diukur dan diterapkan tanpa melibatkan
proses mental, seperti : motivasi, kesengajaan, keyakinan dan sebagainya.
Menurut Sobur, yang diambil dari teori psikologi Gestalt, Prinsip-Prinsip Belajar
yaitu :
Salah satu prinsip yang terpenting dalam belajar adalah harus mencapai
kematangan jasmani dan rohaninya. Kematangan jasmani yaitu telah mencapai
pada batas minimal umur serta kondisi fisiknya telah cukup untuk melakukan
kegiatan. Kematangan rohani artinya telah memiliki kemampuan secara psikologis
untuk melakukan kegiatan belajar, misalnya kegiatan berpikir dan mengingat.
b) Memiliki Kesiapan
Setiap orang yang hendak melakukan kegiatan belajar harus memiliki kesiapan
yakni fisik, mental, dan perlengkapan belajar. Kesiapan fisik berarti harus
memiliki tenaga yang cukup dan kesehatan yang baik, sementara kesiapan mental
memiliki minat dan motivasi yang cukup untuk melakukan kegiatan belajar.
9
Belajar tanpa kesiapan fisik, mental dan perlengkapan akan banyak mengalami
kesulitan, akibatnya tidak memperoleh hasil yang baik.
c) Memahami Tujuan
Dalam proses belajat tentunya harus memiliki tujuan yang jelas, agar mudah
mencapai sasaran belajar yang diinginkan. Jika tidak ada tujuan yang jelas dalam
belajar, maka proses belajar tidak akan menemui tujuan yang jelas dan tidak
terkoordinasi dengan baik.akibatnya, belajar tidak akan efektif.
d) Memiliki Kesungguhan
Dalam belajar, tidak serta merta langsung dapat diproses pada otak. Tentu saja
melalui beberapa proses, yaitu pengulangan dan latihan terus menerus setiap
hari.sesuatu yang dipelajari perlu diulang-ulang secara terus-menerus agar
meresap dalam otak dan dapat memberikan hasil yang maksimal dalam
mengingat. Tegasnya, semua bahan yang dipelajari memerlukan pengulangan dan
latihan agar dapat dikuasai dengan semaksimal mungkin. Dengan kata lain,orang
yang belajar harus melewati ulangan dan latihan.
Berikut ini beberapa uraian terkait dengan macam cara penyesuaian diri yang
dilakukan manusia dengan sengaja maupun tidak sengaja, dan hubungannya
dengan proses belajar:
10
A . Belajar dan Kematangan
Akan tetapi meskipun demikian janganlah dilupakan bahwa kedua proses (belajar
dan kematangan) itu dalam perakteknya berhubungan erat satu sama lain, bahkan
keduanya saling melengkapi.
Penyesuaian diri merupakan suatu proses yang dapat merubah tingkah laku
manusia. Berikut ini bentuk penyesuaian diri yang terbagi menjadi dua macam;
Kedua macam penyesuaian diri di atas termasuk ke dalam proes belajar, karena
dengan hal itu terjadi perubahan-perubahan yang kadang-kadang sangat
mendalam dalam kehidupan manusia. Sebab manusia dalam kehidupannya setiap
hari selalu belajar. Akan tetapi tidak semua belajar adalah penyesuaian diri.
11
dalam arti pedagogis; tetapi sebaliknya tiap-tiap belajar itu mengalami
pengalaman.
Contoh pengalaman yang berarti bukan belajar: Karena mengalami sesuatu yang
menyedihkan dapat menimbulkan apatis dan putus asa pada diri seseorang.
Contoh lain: karena bodohnya, pengalaman-pengalamannya tidak digunakan
untuk belajar; tidak digunakan untuk menambah pengalaman yang baru.
Dalam bermain juga terjadi proses belajar. Persamaannya bahwa dalam belajar
dan bermain terjadi perubahan, yang dapat merubah tingkah laku, sikap dan
pengalaman.
Disisi lain antara belajar dan bermain memiliki perbedaan. Menurut arti katanya,
bermain merupakan kegiatan yang cenderung khusus dilakukan oleh anak-anak
meskipun hal ini sering kali dilakukan oleh orang dewasa. Sedangkan belajar
merupkan kegiatan yang umum, yaitu kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh
setiap manusi baik ketika semenjak lahir hingga tumbuh dewa terlebih sampai
makhir hayatnya.
Belajar memiliki pengertian yang lebih luas daripada hanya mencapai pengertian.
Ada pula proses belajar yang berlangsung dengan otomati tanpa pengertian.
12
Seperti proses belajar yang terjadi pada hewan, umpamanya seekor kucing
berlatih menangkap sesuatu dengan menggunaka bela. Latihan cara menangkap
itu dilakukannya tanpa pengertian, tanpa menyadari apa maksud dan tujuan dari
latihan tersebut.
Sebaliknya ada pula pengertian yang tidak menimbulkan proses belajar, karena
belum tentu orang yang mendapatkamendapatkan pengertian perilakunya dapat
berubah dan orang yang mengerti tentang sesuatu berarti ia dapat
merealisasikannya sesuia dengan pengertian apa yang ia ketahui.
Menghafal/mengingat tidak sama dengan belajar. Hafal atau ingat akan sesuatu
belum menjamin bahwa dengan demikianorang suda belajar dalam arti yang
sebenarnya. Sebab untuk mengetahui sesuatu tidak cukup dengan hanya
menghafal saja, tetapi harus dengan pengertian dan pemahaman.
Umpamanya: seorang anak kecil yang tangannya terbakar di dapur, sekali saja
ketika ia mengetahui bahwa api itu panas. Jadi, belajar memilih arti yang lebih
luas dari pada latihan.
13
Adapula belajar yang hanya dengan pegertian saja, tanpa latihan. Seperti seorang
anak yang di ajak berkarya-wisata ke pabrik gula, dapat mengerti bagaimana
proses membuat gula.
Dengan uraian di atas kiranya menjadi jelas bagi kita bagaimana cara-cara atau
proses belajar itu berlangsung. Dengan itu kita dapat mengetahui bahwa belajar
itu tidak hanya melatih kematangan, menyesuiakan diri, memperoleh pengalaman,
pengertian atau latihan-latihan.
Begitu pula jika dilihat dari sudut ilmu mendidik, belajar berarti perbaikan dalam
tingah laku dan kecakapan-kecakapan manusia, atau memperoleh kecakapan-
kecakapan dan tingkah laku yang baru. Jadi, perubahan yang terjadi pada proses
belajar itu merupakan perubahan/perbaikan dari fungsi-fungsi psikis yang menjadi
syaratyang mendasari perbaikan tingkah laku dan kecakapan-kecakapan.
1) Faktor internal (faktor dari dalam diri), yakni kondisi jasmani dan rohani.
2) Faktor eksternal (faktor dari luar diri), yakni kondisi lingkungan sekitar.
3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran
materi-materi pelajaran.
14
b) Faktor eksternal (sosial) seperti, keluarga/ keadaan rumah, guru dan cara
mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam KBM, lingungan dan kesempatan
yang tersedia dan motivasi sosial.
a. Kematangan/ pertumbuhan
Kita tidak dapat melatih anak yang baru berumur 6 bulan untuk belajar berjalan.
Andaipun kita paksa, tetap anak itu tidak akan dapat/ sanggup berjalan karena
untuk dapat melakukan itu anak memerlukan kematangan potensi jasmaniah
maupun rohaniah. Anak umur 6 bulan otot-otot dan tulang-tulangnya masih
lemah, berat badan dan kekuatan tenaganya masih belum ada keseimbangan yang
harmonis dan keberanian untuk mencoba pun belum ada.
b. Kecerdasan/ Intelijensi
Bukan hanya kematangan saja yang dapat membuat seseorang berhasil dalam
belajarnya tetapi juga kecerdasan/ intelijensi pu berpengaruh. Kitatidak dapat
membantahnya, kenyataan telah menunjukan pada kita, meskipun anak yang
berumur 14 tahun ke atas pada umumnya telah matang untuk belajar ilmu pasti,
tapi tidak semua anak-anak tersebut pandai dalam ilmu pasti.
d. Motivasi
15
perbuatan-perbuatan yang membabi buta lagi. Motif intrinsik dapat mendorong
seseorang sehingga akhirnya orang itu menjadi spesialis dalam ilmu pengetahuan
tertentu,. Tak mungkin seseorang mau berusaha mempeelajari sesuatu dengan
sebaik-baikny, tanpa ia mengetahui manfaat maupun faedah yang akan dicapai
dari belajarnya itu bagi dirinya.
Selain faktor pribadi yang bersifat individual keberhasilan seseorang dalm belajar
juga dipengaruhi oleh faktor sosial eksternal.
a) Keadaan keluarga
Tidak dapat dipungkiri keadaan keluarga yang beraneka ragam seperti miskin,
kaya, tentram dan damai dan sebagainya turut berperan dalam keberhasilan
seseorang dalam belajar. Dan realita pun telah menunjukannya. Termasuk dalam
keadaan kelurga juga adalah ada tidaknya fasilitas yang diperlukan dalam belajar
turut memegang peranan penting dalam keberhasilan belajar.
16
c) Alat-alat pelajaran
Faktor guru/pembimbing dan cara mengajarnya tidak dapat kita mutlakkan salah
besar jika anak didiknya gagal dalam proses pembelajaran, tapi faktor itu tidak
lepas dari ada tidaknya dan cukup tidaknya alat-alat pelajaran yag tersedia di
sekolah. Sekolah yang memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk
belajar apalagi ditambah dengan cara mengajar yang baik dari gurunya, kecakapan
gurunya dalam menggunakan alat tersebut akan mempermudah dan mempercepat
belajar anak didik.
d) Motivasi sosial
Seorang anak dari keluarga yang baik, memiliki intelijensi yang baik, bersekolah
di suatu sekolah yang keadaan guru-gurunya dan alat-alatnya baik, belum tentu
dapat belajar dengan baik. Masih ada faktor yang terbilang paling berpengaruh
pada hasil belajar. Contohnya karena jarak antara rumah dan sekolah yang terlalu
jauh, memerlukan kendaraan yang ukup lama sehingga melelahkan. Banyak pula
anak-anak yang tidak dapat belajar dengan hasil baik dan tidak dapat
mempertinggi belajarnya, akibat tidak adanya kesempatan yang disebabkan oleh
sibuknya pekerjaan setiap hari, pengaruh lingkungan yang buruk dan negatif serta
faktor-faktor lain yang terjadi di luar kemampuannya. Faktor lingkungan dan
kesempatan ini lebih berpengaruh lagi bagi cara belajar pada orang-orang dewasa.
17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana
perubahan itu dapat mengarah pada tingkah laku yang lebih baik, tetapi ada
juga kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk.
· Faktor eksternal (sosial) seperti, keluarga/ keadaan rumah, dosen dan cara
mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam KBM, lingkungan dan
kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.
B. SARAN
Dengan memahami pentingnya belajar bagi kehidupan masing-masing individu di
dunia, maka diharapkan agar semuanya mampu melaksanakan kewajibannya
sebagai pelajar yang baik dengan menetapkan system belajar yang bisa
mendukung hasil yang maksimal dan dapat memanfaatkan waktu dengan bijak
dan se-efisien mungkin agar tidak terbuang percuma.
18
DAFTAR PUSTAKA
http://yanuariaeksa.blogspot.com/2014/06/fasefase-belajar-menurut-ahli.html.
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka
Setia.
19