Anda di halaman 1dari 21

MASYARAKAT PERKOTAAN DAN MASYARAKAT

INDUSTRI

DISUSUN OLEH :

NAMA : EKA WARDANA

NIM : 515 18 011 170

KONVERSI KELAS H

DOSEN PENGAMPU : SUMARDI,S.Sos., M.Si

UNIVERSITAS PANCASAKTI MAKASSAR


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FARMASI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat

dan karunia-Nya sehingga makalah Ilmu Sosial Dasar ini dapat diselesaikan tepat

pada waktunya. Makalah ini berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan

Masyarakat Perkotaan & Masyarakat Industri.

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah

membantu dan ikut terlibat dalam penyusunan laporan ini, utamanya kepada

dosen pengampu bapak Sumardi, S.Sos., M.Si., atas arahan yang diberikan

kepada kami dalam penyelesaian makalah ini.

Menyadari akan keterbatasan ilmu dan pengalaman yang kami miliki,

kami berharap hasil yang nantinya kami peroleh dapat diterima dan bermanfaat di

masa yang akan datang. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan

saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

membacanya terutama bagi Jurusan Farmasi Universitas Pancasakti Makassar

serta dapat digunakan untuk kepentingan kepustakaan.

Makassar, Januari 2019

Tim Penyusun
DAFTAR PUSTAKA
MASYARAKAT PERKOTAAN DAN MASYARAKAT INDUSTRI ......................... 1
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 4
C. Tujuan .................................................................................................................... 4
BAB II ................................................................................................................................ 5
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 5
A. Masyarakat Perkotaan .......................................................................................... 5
B. Masyarakat Industri ............................................................................................. 6
BAB III............................................................................................................................... 8
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 8
A. Pertumbuhan dan Perkembangan Kota.............................................................. 8
B. Ciri- Ciri Masyarakat Kota ................................................................................ 10
C. Mata Pencaharian Masyarakat Kota ................................................................ 12
D. Modernisasi Kota dan Dampaknya ................................................................... 13
E. Ciri-ciri Masyarakat Industri............................................................................. 15
F. Perilaku Masyarakat Industri ............................................................................ 17
G. Kebudayaan Masyarakat Industri ..................................................................... 18
H. Mata Pencaharian Masyarakat Industri ........................................................... 19
BAB IV ............................................................................................................................. 20
PENUTUP........................................................................................................................ 20
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 21
BAB I
A. Latar Belakang
Masyarakat kota dan industri dari dahulu memiliki sesuatu daya tarik

untuk diteliti lebih dalam. Banyak aspek-aspek yang menarik perhatian dan

hubungan antara kota dan industri tanpa disadari sangat kuat dan penting

untuk dipahami secara lebih mendalam. Dari permasalahan-permasalahan

dalam masing-masing masyarakat kelompok urban dan industrial

mendapatkan perhatian dan memiliki sesuatu yang menarik.

Bukan hanya mengenai permasalahan yang ada dalam kedua kelompok

tersebut tetapi masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui apa itu

kelompok urban dan kelompok industrial. Melihat kenyataan tersebut perlu

dibuat sebuah pembahasan yang sistematis yang mampu menjelaskan seperti

apa komunitas urban dan industrial yang terjadi di sekitar masyarakat.

Proses-proses terbentuknya masyarakat urban dan industrial cukup

menarik untuk diamati dan dapat mengetahui bagaimana solusi yang diberikan

akibat munculnya kedua kelompok tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan makalah diatas, dalam
keterbatasan masalah di atas adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari Masyarakat Kota dan Masyarakat Industri?
2. Apa ciri-ciri dari Masyarakat Kota dan Masyarakat Industri?
3. Apa definisi, faktor dan penyebab dari Urban Community dan Industrial
Community?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Masyarakat Kota dan Masyarakat Industri
2. Mengetahui ciri-ciri dari Masyarakat Kota dan Masyarakat Industri
3. Mengetahui penyebab dari Urban Community dan Industrial Community
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Masyarakat Perkotaan
Pengertian masyarakat perkotaan menurut para ahli sbb :

a. Wirth

Kota adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen,

dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.

b. Max Weber,

Kota menurutnya, apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi

sebagian besar kebutuhan ekonominya dipasar lokal.

c. Dwigth Sanderson

Kota ialah tempat yang berpenduduk sepuluh ribu orang atau lebih.

Dari beberapa pendapat secara umum dapat dikatakan mempunyani

ciri-ciri mendasar yang sama. Pengertian kota dapat dikenakan pada

daerah atau lingkungan komunitas tertentu dengan tingkatan dalam

struktur pemerintahan.

Masyarakat perkotaan sering disebut juga urban community, adalah

masyarakat yang tidak tertentu jumlah penduduknya. Pengertian kota sendiri

adalah suatu himpunan penduduk masalah yang tidak agraris, yang bertempat

tinggal di dalam dan di sekitar suatu kegiatan ekonomi, pemerintah, kesenian,

ilmu pengetahuan, dan sebagainya.

Kota merupakan suatu daerah yang memiliki ciri-ciri khusus yang

dapat membedakannya dengan daerah desa , seperti pemusatan jumlah

penduduk , pusat pemerintahan dan sarana dan prasarana penunjang aktivitas


manusia yang relatif lebih lengkap di bandingkan dengan daerah desa. Secara

umum kota adalah tempat bermukimnya warga kota, tempat bekerja, tempat

kegiatan dalam bidang ekonomi, pemerintah dan lain-lain.

Kota besar merupakan tempat berlangsungnya peningkatan dan

pengembangan banyak dimensi kehidupan, serta tempat berkonsentrasinya

warga baru yang berdatangan setiap saat. Banyak masalah yang dihadapi

masyarakat kota besar, misalnya (1) skala jarak yang semakin besar

memisahkan tempat kerja dengan tempat tinggal yang membutuhkan waktu ,

energi, dan biaya yang besar pula. (2) buruknya kondisi perumahan baik

kualiatas maupun kuantitasnya , penanganan limbah yang buruk , pencemaran

udara, kebisingan, dan masalah-masalah lainnya yang meningkatkan biaya

hidup warganya. (3) keterbatasan fasilitas dan pelayanan publik , lapangan

kerja , dan persaingan yang ketat, gejala - gejala pengangguran , bentuk-

bentuk kejahatan, dan perilaku-perilaku yang tidak layak lainnya.

Tanggung jawab perbaikan mutu kehidupan kota memang berada

ditangan pemerintah baik lokal, regional, maupun nasional akan tetapi

partisipasi warga kota ikut menentukan keberhasilan perbaikan kehidupan

kota yang bersangkutan , oleh karena itu warga harus ikut berperan dan

berpartisipasi aktif untuk meningkatkan kualitas kehidupan perkotaan.

B. Masyarakat Industri
Menurut Straubhaar dan LaRose (2004), Masyarakat Industri mengacu

pada terjadinya Revolusi Industri, yang umumnya dikaitkan dengan penemuan

mesin uap. Namun sesungguhnya, pemicu penting menuju era industri


tersebut dimulai dengan penemuan di bidang komunikasi, yakni publikasi

Bible yang diproduksi dengan mesin cetak pengembangan dari Johannes

Guttenberg (1455).

a. Munculnya Masyarakat Industri

Manusia cenderung bersifat dinamis. Selalu ada perubahan yang

terjadi pada diri manusia. Semakin meningkatnya kebutuhan hidup

sedangkan SDA yang tersedia semakin menipis dan lahan kerja yang tidak

memadai, keterbatasan lahan perkotaan untuk migrasi, pemerataan

pembangunan dan penghematan biya produksi menyebabkan munculnya

keinginan untuk menciptakan satu hal baru yang dapat meningkatkan taraf

hidup menjadi lebih baik dengan mengubah pola hidupnya. Perubahan

paling sederhana yang tampak secara spasial adalah alih fungsi lahan

pertanian menjadi kawasan industri dan kawasan perumahan yang tentu

berdampak pada beralihnya profesi masyarakat petani ke profesi lain. Hal

ini mempunyai pengaruh pada pola hidup, mata pencaharian, perilaku

maupun cara berpikir.


BAB III

PEMBAHASAN
A. Pertumbuhan dan Perkembangan Kota
Pertumbuhan kota adalah perubahan fisik kota sebagai akibat dari

perkembangan masyarakat kota. Pertumbuhan kota berasal dari berbagai

faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas dan kualitas hidup tenaga

kerja (Glaeseret al, 1995).

Cheema (1993) menyebutkan adanya beberapa faktor penyebab

cepatnya pertumbuhan kota, yaitu bahwa kota lebih memberikan peluang

terhadap kesempatan kerja, pendidikan, pelayanan kesehatan, dan pelayanan

sosial lainnya. Selanjutnya dikatakan bahwa faktor kemudahan transportasi

dan komunikasi juga berperan dalam memacu pertumbuhan kota karena lebih

menjanjikan peningkatan kesejahteraan dan peningkatan perekonomian bagi

keluarga.\

Perkembangan kota dapat diartikan sebagai suatu perubahan

menyeluruh, yaitu yang menyangkut segala perubahan didalam masyarakat

kota secara menyeluruh, baik perubahan sosial ekonomi maupun perubahan

fisik.

Menurut Catanese (1989) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

perkembangan kota dapat berupa faktor fisik dan non fisik. Faktor-faktor fisik

akan mempengaruhi perkembangan suatu kota diantaranya:


a. Faktor Lokasi

Faktor di mana kota itu berada akan sangat mempengaruhi

perkembangan kota tersebut, hal ini berkaitan dengan kemampuan kota

tersebut untuk melakukan aktifitas dan interaksi yang dilakukan

penduduknya. Kota yang berlokasi di jalur jalan utama atau persimpangan

jalan utama akan mampu menyebarkan pergerakan dari dan semua penjuru

dan menjadi titik pertemuan antara pergerakan dari berbagai arah.

b. Faktor Geografis

Kondisi geografis suatu kota akan mempengaruhi perkembangan kota.

Kota yang mempunyai kondisi geografis relatif datar akan sangat cepat

untuk berkembang dibandingkan dengan kota di daerah yang bergunung-

gunung yang akan menyulitkan dalam melakukan pergerakan baik itu

orang maupun barang. Selain itu kota di daerah yang bergunung–gunung

akan sulit merencana dan mendesainnya dibandingkan dengan daerah

dengan daerah datar. Sebagai gambaran kota yang berada di dataran

rendah (rata) lebih cepat berkembang dibandingkan dengan Kota yang

berada di daerah yang bergunung-gunung.

Sedang faktor-faktor non fisik yang berpengaruh terhadap

perkembangan suatu kota dapat berupa:

a. Faktor Perkembangan Penduduk

Perkembangan penduduk data disebabkan oleh dua hal , yaitu

secara alami (internal) dan migrasi (eksternal), perkembangan secara

alami adalah yang berkaitan dengan kelahiran dan kematian yang terjadi di
kota tersebut, sedangkan migrasi berhubungan dengan pergerakan

penduduk dari luar kota masuk kedalam kota.

b. Faktor Aktivitas Kota

Kegiatan yang ada didalam kota tersebut, terutama kegiatan

perekonomian. Perkembangan perekonomian ditentukan oleh faktor faktor

yang berasal dari dalam kota itu sendiri (faktor internal) yang meliputi

faktor-faktor produksi seperti lahan, tenaga kerja, modal serta faktor-

faktor yang berasal dari luar daerah (faktor eksternal) yaitu tingkat

permintaan dari daerah-daerah lain terhadap komoditi yang dihasilkan oleh

daerah yang bersangkutan.

B. Ciri- Ciri Masyarakat Kota


Beberapa ciri-ciri sosial kehidupan masyarakat kota, antara lain:

a. Heterogenitas sosial

Kota merupakan metting pot bagi aneka suku maupun ras, sehingga

masing-masing kelompok berusaha di atas kelompok lain. Maka dari itu

sering terjadi usaha untuk memperkuat kelompoknya untuk melebihi

kelompok yang lain.

b. Hubungan sekunder

Dalam masyarakat kota pergaulan dengan sesama anggota (orang lain)

c. Toleransi sosial

Masyarakat kota tidak memperdulikan tingkah laku sesamanya dan pribadi

sebab masing-masing anggota mempunyai kesibukan sendiri. Sehingga

kontrol sosial pada masyarakat kota dapat di katakana lemah sekali dan

non pribadi.
d. Kontrol sekunder

Anggota masyarakat kota secara fisik tinggal berdekatan, tetapi secara

pribadi atau sosial berjauhan. Dimana bila ada anggota masyarakat yang

susah, senang, jahad, dan lain sebagainya, anggota masyarakat yang lain

tidak mau mengerti.

e. Mobilitas sosial

Di kota sangat mudah sekali terjadi perubahan maupun perpindahan status,

tugas maupun tempat tinggal.

f. Individual

Akhibat hubungan sekunder, maupun kontrol sekunder, maka kehidupan

masyarakat di kota menjadi individual. Apakah yang mereka inginkan dan

rasakan, harus mereka rencana dan laksanakan sendiri. Bantuan dan kerja

sama dari anggota masyarakat yang lainsulit untuk di harapkan.

g. Ikatan suka rela

Walaupun hubungan sosial bersifat sekunder, tetapi dalam organisasi

tertentu yang mereka sukar. (kesenian, olahraga, politik) secara sukarela ia

menggabungkan diri menggabungkan dan berkorban.

h. Segregasi kekurangan

Akibat dari integritas sosial dan kompetisi ruang terjadi pola sosial, ras,

dan kompetisi ruang, terjadi pola sosial yang berdasarkan pada sosial

ekonomi, ras, agama, suku bangsa dan sebagainya. Maka dari itu akhirnya

terjadi pemisahan temat tinggal dalam kelompok-kelompok tertentu.

Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu:


a. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan

keagamaan di desa. Masyarakat kota hanya melakukan kegiatan

keagamaan hanya bertempat di rumah peribadatan seperti di masjid,

gereja, dan lainnya.

b. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa

bergantung pada orang lain.

c. Di kota-kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan, karena

perbedaan politik dan agama dan sebagainya.

d. Jalan pikiran rasional yang dianut oleh masyarkat perkotaan.

e. Interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan

pribadi dari pada kepentingan umum.

C. Mata Pencaharian Masyarakat Kota


Mata pencaharian penduduk di perkotaan mengarah kepada sektor

pembangunan, perindustrian, transportasi, pariwisata dll. Daerah perkotaan

khususnya di kota-kota besar di pandang sebagai lahan sumber mata

pencaharian dengan penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan mata

pencaharian dalam sektor bercocok tanam ataupun nelayan di daerah

pedesaan/pantai. Namun, memiliki mata pencaharian di sektor tersebut juga

memerlukan kemampuan dan keahlian yang profesional dalam menjalankan

pekerjaannya.

Karena tingginya penghasilan didaerah perkotaan, menyebabkan

masyarakat pedesaan tertarik untuk bekerja di perkotaan yang akhirnya

mereka meninggalkan desanya untuk transmigrasi ke kota walaupun mereka

berbekal pendidikan yang tidak cukup tinggi. Hal ini menyebabkan, terjadinya
kepadatan penduduk di daerah perkotaan juga meningkatkan angka

pengangguran di kota karena lahan pekerjaan yang terbatas.

Mata pencaharian masyarakat di kota sebagian besar sebagai pegawai

kantoran, banyak juga yang berdagang atau membuka bisnis sendiri sebagai

mata pencaharian mereka. Perbedaan mata pencaharian antara di kota dengan

di desa, dilihat dari lingkungan lahan di pedesaan sebagian besar digunakan

untuk pertanian, sedangkan dikota sudah tidak ada lahan yang digunakan

untuk penghijauan. Lahan-lahan di perkotaan banyak digunakan untuk

pembangunan gedung-gedung bertingkat, perumahan eliet, dan mall-mall

besar. Hal ini, dikarenakan daerah perkotaan telah mengalami pengaruh

globalisasi yang menyebabkan tingkat perekonomian di kota juga meningkat.

D. Modernisasi Kota dan Dampaknya


Modernisasi adalah proses pergeseran sikap dan mentalitas agar dapat

hidup sesuai dengan tuntutan masa kini. Modernisasi kota merupakan sebuah

proses transformasi atau berkembangnya kota dari keadaan sebelumnya yang

kurang maju dan kurang berkembang menuju keadaan yang lebih baik,

perkembangan berlaku pada bidang ekonomi, pendidikan, sosial dan lain

sebagainya.

Modernisasi kota bertujuan mencapai masyarakat yang lebih maju,

berkembang dan sejahtera, hal ini dapat terjadi karena keterbukaan pada

masyarakat sehingga dengan mudah menerima budaya dan keanekaragaman

pemikiran yang ada. Kota berkembang karena adanya pertumbuhan populasi

dan aktifitas dari penduduknya. Modernisasi merupakan hasil dari

perkembangan pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih.


Perkembangan ini dapat dirasakan oleh orang-orang dari berbagai lapisan

sosial yang ada, juga dari berbagai tempat, modernisasi menjangkau dari kota

hingga desa. Sehingga saat ini masyarakat dapat melakukan berbagai hal

dengan mudah, seperti contohnya, kemajuan teknologi, dulu orang

mengerjakan tugas dengan cara menulis tangan, lalu ditemukan mesin ketik

untuk mempermudah tugas tersebut, semakin lama mesin ketik berkembang

lebih kompleks menjadi komputer.

Tapi selain dari dampak tersebut, tidak dapat dihindari pula dampak

negative dari modernisasi. Pertama, pola konsumtif masyarakat yang semakin

meningkat dan hal ini menyebabkan persaingan yang tinggi, seperti contohnya

dulu orang tidak diharuskan dan tidak terlalu memerlukan ponsel, tetapi kini

ponsel merupakan kebutuhan yang sangat penting, tetapi semakin

berkembangnya ponsel, orang-orang yang memiliki kelebihan uang selalu

mengeluarkan dana untuk mengikuti perkembangan ponsel yang semakin

canggih. Kedua, sikap individualistik dan apatis, teknologi menyebabkan

manusia merasa tidak membutuhkan orang lain, padahal sebenarnya manusia

diciptakan sebagai makluk sosial, contohnya penggunaan gadget yang salah,

menyebabkan orang bersikap apatis terhadap lingkungan sekitarnya. Ketiga,

meningkatnya kriminalitas di kota, karena kesenjangan sosial yang semakin

jelas tampak pada kehidupan masyarakat kota, hal ini menyebabkan orang

miskin semakin frustasi dan perasaan tersebut mendorong untuk berbuat

kriminal, selain itu kriminalitas juga terjadi dikarenakan menipisnya rasa

kekeluargaan. Keempat, westernisasi, sifat kebarat-baratan tidak dapat kita


hindari, seperti model pakaian yang terus berubah, dan ini membawa kita pada

pola hidup konsumtif.

E. Ciri-ciri Masyarakat Industri


1. Secara Umum

b. Meluasnya produksi massa barang-barang industri dengan

menggunakan mesin, yang terpusat di kota-kota besar

c. Migrasi massal dari pedesaan ke kota-kota (urbanisasi)

d. Peralihan dari pekerjaan sektor pertanian kepada pekerjaan di sektor

pabrik.

e. Jumlah penduduk kota yang melek huruf seiring kebutuhan bidang

pekerjaan yang lebih komplek

f. Munculnya surat kabar untuk kaum urban sebagai sarana untuk

mengiklankan produk-produk baru industri. Media massa mempunyai

peranan penting dalam masyarakat industri.

g. Penemuan teknologi baru seperti film, radio, dan televisi sebagai

hiburan kaum urban.

2. Secara Khusus

a. Mereka dalam menyambung kehidupan tidak melewati lahan pertanian

seperti masyarakat agraris atau mengandalkan hasil peternakan, seperti

masyarakat padang pasir, melainkan pada jalannya mesin-mesin

pabrik.

Khususnya di daerah perkotaan, ketergantungan masyarakat industri

terhadap pabrik, sama halnya bergantung dengan penguasa pabrik,

tidak jarang dijumpai penguasa pabrik bersikap tidak etis atau tidak
manusiawi terhadap pekerja diantaranya melarang beribadah,

membuka aurat, memaksa ikut upacara agamanya, bila tidak bersedia

akan dikeluarkan.

b. Potensi-potensi kehidupan terdapat pada sarana-sarana yang dapat

menunjang perkembangan pabrik diantaranya ialah ilmu pengetahuan

yang berhubungan dengan gedung misalnya pengetahuan arsitek atau

sipil, yang berhubungan dengan pengaturan personalnya terdapat pada

pengetahuan personalia atau manajemen untuk pengembangan

produksi terdapat pada manajemen pemasaran, akuntansi untuk

kegiatan administrasinya dan masih banyak lagi pengetahuan untuk

bekal hidup pada Masyarakat Industri.

c. Kecintaan masyarakat industri terhadap kebahagiaan material sangat

besar dibandingkan dengan kebahagiaan immaterial, sebagaimana

kebahagiaan masyarakat agraris, yang lebih menekankan pada

kerukunan, kasih sayang dan saling menghormati. Hal itu dapat

dimaklumi karena bentuk-bentuk kebahagiaan material pada

masyarakat industri kuantitas dan kualitasnya sangat banyak, variatif

dan selalu mengalami perubahan, berkat dukungan kemajuan

pengetahuan teknologi. Mereka lebih baik mengorbankan kebahagiaan

immaterial yang ruang lingkupnya lebih kecil, demi kebahagiaan

material. Sehingga masyarakat industri banyak mengalami gangguan

psikis, rasa ketegangan, persaingan, ketakutan terhadap ketertinggalan


dan konflik, perjudian, wanita dan minuman keras sering dijadikan

tempat hiburan untuk menghilangkan ketegangan.

F. Perilaku Masyarakat Industri


1. Masyarakat industri pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa

tergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia

perorangan atau individu.

2. Kesempatan kerja lebih banyak diperoleh warga kota karena sistem

pembagian kerja yang tegas dan sesuai dengan kemampuan yang

dimilikinya (prfesionalisme)

3. Pola pemikiran yang raional, sistematis dan objektif yang pada umumnya

dianut masyarakat perkotaan menyebabkan interaksi-interaksi yang terjadi

lebih didasarkan pada faktor kepentingan dari pada faktor pribadi.

4. Faktor waktu lebih penting dan berharga, sehingga pembagian waktu yang

sangat teliti sangat penting untuk mengejar kepentingan individu.

5. Para pengelola industri akan menciptakan aturan-aturan yang berlaku

sesuai tuntutan dalam dunia industri yang jauh berbeda dengan aturan

masyarakat agraris.

6. Aktivitas yang dilakukan masyarakat industri pun berbeda dengan

masyarakat agraris. Mereka cenderung lebih menghargai waktu, hidup

serba cepat, jam kerja mereka lebih jelas, kerja tersistematisasi, persaingan

ketat di berbagai aspek, dan sebagainya.

7. Mereka juga cenderung lebih menggunakan rasio dalam memutuskan

sesuatu ataupun bertindak.


8. Perubahan sosial sangat nampak dengan nyata, karena kota-kota biasanya

terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.

G. Kebudayaan Masyarakat Industri

Industri memberikan input kepada masyarakat sehingga membentuk

sikap dan tingkah laku yang mencerminkan cara bersikap dalam bekerja.

Dengan berkembangnya aspek ekonomi yaitu industrialisasi jelas akan

membawa perubahan dalam dalam kehidupan masyarakat walaupun secara

perlahan. Masyarakat secara bertahap menerima adanya zaman baru, yaitu

modernisasi.

Mereka mulai belajar menerima budaya yang ditularkan negara luar

karena adanya kerjasama satu sama lain dan hal itu tidak bisa dihindarkan.

Mereka harus bisa menyesuaikan diri, namun hal itu tidak lantas

mengharuskan masyarakat meninggalkan budaya sendiri.

Secara ekonomis kini masyarakat industrialis semakin bertambah kaya,

baik secar kuantitas maupun kualitas. Namun kondisi yang membaik ini

menurut Mercuse adalah keadaan yang terlihat hanya dari kulit luarnya saja.

Sesuatu yang menipu karena pada kenyataanya peningkatan kualitas dan

kuantitas kesejahteraan manusia hanya dirasakan secara lahiriah saja. Manusia

pada masyarakat industri adalah manusia yang tidah utuh nilai-nilai

kemanusiaannya. Mereka terjebak dalam budaya konsumeristik hedonisme

yang dipacu oleh faktor-faktor produksi.

Untuk menjadi industrial, masyarakat harus disiapkan untuk menerima

nilai-nilai yang bakal menunjang proses industrialisasi, dikehendaki ataupun


tidak pasti melahirkan tata nilai yang kebanyakan tidak dikenal oleh suatu

masyarakat pedesaan (Nurcholish Madjid, 1999 : 127).

H. Mata Pencaharian Masyarakat Industri


Dalam masyarakat industri biasanya terdapat spesialisasi pekerjaan.

Terbentuknya spesialisasi pekerjaan tersebut disebabkan oleh semakin

kompleks dan rumitnya bidang-bidang pekerjaan dalam masyarakat industri.

Proses perubahan yang terjadi dalam diferensiasi pekerjaan ini mengakibatkan

terjadinya hierarki prestise dan penghasilan yang kemudian menimbulkan

adanya stratifikasi dalam masyarakat yang biasanya berbentuk piramida.

Stratifikasi sosial inilah yang menentukan strata anggota masyarakat yang

ditentukan berdasarkan sikap dan karakteristik masing-masing anggota

kelompok.

Dalam masyarakat Industri, mata pencaharian masyarakatnya secara

umum dapat diklasifikasikan sebagai pengolah dan pembuat barang-barang

industri. Bercocok tanam tidak lagi menjadi pekerjaan tetap mereka,karena

lahan- lahan pertanian telah berubah fungsi menjadi home industri dan pabrik

pabrik. Perlu digarisbawahi bahwa perubahan mata pencaharian tadi, juga

sangat berpengaruh pada kemajuan perdagangan. Sehingga berdagang juga

merupakan salah satu ciri mata pencaharian masyarakat industri.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
a. Masyarakat perkotaan sering disebut juga urban community, adalah
masyarakat yang tidak tertentu jumlah penduduknya. Pengertian kota
sendiri adalah suatu himpunan penduduk masalah yang tidak agraris,
yang bertempat tinggal di dalam dan di sekitar suatu kegiatan ekonomi,
pemerintah, kesenian, ilmu pengetahuan, dan sebagainya.
b. Definisi mengenai kota menurut para ahli didasari beberapa aspek
menurut perhatiannya masing-masing Hoekveld dalam Daljoeni
(1998:41) mengungkapkan bahwa kota ditentukan berdasarkan beberapa
aspek , yaitu morfologi, jumlah penduduk, hukum, ekonomi, dan sosial.
c. Masyarakat industri adalah masyarakat yang menjalankan aktivitas dan
memenuhi kebutuhna hidupnya dari hasil teknologi modern, bentuk
kongkrit masyarakat industri dapat dilihat pada negara-negara maju,
seperti amerika, jepang, jerman, perancis, dan inggris.
DAFTAR PUSTAKA
Straubhaar, Joseph, dan Robert LaRose, Media Now, Communications Media in
The Information Age, Belmont USA, Wadsworth/Thomson Learning,
2000.
Glaeser, E. L., et.al., 1992, “Growth in Cities.” Journal of Political Economy, Vol.
100(6), hal. 1126-1152.

Cheema, 1993, Urban Land Use Planning, Yogyakarta, Gajah Mada University
Press

Catanese, A. J. (1979), History and Trends of Urban Planning, In Introduction to


Urban Planning edited by Anthony J. Catanese dan James C.Snyder.
New York, McGraw Hill.

Madjid, Nurcholish. 1999, Islam Kemodernan dan Keindonesian, Mizan,


Bandung.
http://celoteh-galang.blogspot.co.id/2012/11/masyarakat-pedesaan-masyarakat-
perkotaan.html diakses pada Senin, 21 Januari 2019

http://dapatkanyangandacari.blogspot.co.id/2011/12/komunitas-urban-dan-

komunitas-rural.html diakses pada Senin, 21 Januari 2019

Anda mungkin juga menyukai