Anda di halaman 1dari 16

BAB II

2.1 Pengertian Catur Purusa Artha

Tujuan hidup manusia berdasarkan Agama Hindu adalah “Moksartham Jagadhita


ya ca Iti Dharma”. Yang artinya tujuan hidup manusia dapat diartikan sebagai usaha

untuk mencapai kesejahteraan jasmani,ketentraman batin dan kehidupan abadi.


Moksartham Jagadhita ya ca Iti Dharma lalu menjadi ajran tentang tujuan manusia
Hindu. Ajaran ini lalu dijabarkan dalam konsep Catur Purusa Artha. Catur Purusa
Artha berasal dari akar kata Catur yang berarti Empat, purusa yang berarti Jiwa,
dan Artha yang berarti Tujuan Hidup. Jadi, Catur Purusa Artha adalah Empat Tujuan

hidup manusia. Catur Purusa Artha memiliki kaitan yang erat dengan Catur Varga
yang berarti empat tujuan hidup manusia yang terjalin erat satu dengan yang
lainnya(Mudera,1992:64). Uraian mengenai keterkaitan Catur Purusa Artha dan Catur
Varga, dapat kita temui dalam Susastera India yang telah ditulis berabad-abad
lamanya. Misalnya dalam Kitab Mahabharata atau Asta Dasa Parva. Karena kitab
kesusasteraan India banyak diterjemahkan kedalam bahasa Jawa Kuno (Kawi), maka
uraian tentang Catur Purusa Artha juga banyak ditemui dalam sumber-sumber jawa
kuno lainnya, seperti Kekawin Ramayana, Sarasamusscaya, dan sebagainya.

Kitab-kitab tersebut merupakan kitab yang banyak dibaca dan digemari sampai
saat ini, maka ajaran Catur Purusa Artha merupakan ajaran yang bersifat universal dan
berlaku sepanjang jaman. Di dalam Kitab Brahma Purana, dapat kita jumpai kutipan
mengenai Catur Purusa Artha, seperti disebutkan di bawah ini:

“dharmaarthakamamoksanam sariram sadhanam”

Artinya: Tubuh adalah alat untuk mendapat Dharma, Artha, Kama, dan Moksa.

Kutipan diatas menjelaskan bahwa manusia harus menyadari apa yang menjadi
tujuan hidupnya, apa yang harus dicarinya dengan badan yang dimilikinya. Semuanya

3
tak lain adalah Catur Purusa Artha itu sendiri. Berikut adalah bagian-bagian dari catur
Purusa Artha beserta Penjelasannya:

2.1.1. Dharma

Kata Dharma berasal dari kata dhr yang berarti menjinjing,


memelihara, memangku, mengatur. Jadi, dharma dapat diartikan
sebagai sesuatu yang mengatur atau memelihara dunia beserta semua
makhluk. Menurut Santi Parva (109.11) bahwa semua yang ada di

dunia ini telah memiliki dharma dan diatur oleh dharma. Sebagai
contoh, manusia yang telah memelihara dan mengatur hidupnya untuk
mencapai moksa adalah orang-orang yang telah melaksanakan dharma.
Artinya, bahwa kewajiban-kewajiban daripada sorang manusia adalah
melaksanakan Dharma demi mencapai moksa. Seperti yang diuraikan
dalam kitab Sarassamuscaya berikut ini:

Kamarthau lipsamanas tu dharmam evaditas caret. Na hi

dharmadapetyarthah kamo vapi kadacana. Yan paramarthanya, yan

arthakama bsadhyan, dharma juga. Irekasakna rumuhun,

niyata,katemwan in artha kama mne. Tan paramartha wi katemwan in


arthakama denin anasar saken dharma

Artinya: jika Artha dan Kama yang dituntut, maka seharusnya,


lakukanlah Dharma terlebih dahulu, pasti akan diperoleh Artha atau
Kama itu nanti, tidak akan ada artinya jika memperoleh Artha dan
Kama tetapi menyimpang dari Dharma. Arti kata Dharma yang bersifat
umum adalah kebenaran,hukum,kebajikan dan agama(Pudja,1981-
1982:2850). Sementara itu Mudera cs (1992:64-65) menyatakan bahwa
Dharma berarti segala perilaku yang luhur,perilaku yang sesuai denga

4
ajaran agama. Ajaran agama menuntun ,mebina dan mengatur hidup

manusia sehingga mencapai kesejahteraan hidup lahir dan batin.

Dalam kitab suci ada bebrapa manfaat dharma antara lain :

 Alat untuk mencapai surga dan moksa


 Menghilangkan segala macam penderitaan
 Sumber datangnya kebaikan bagi yang menjalankannya

Selanjutnya Dharma dinyatakan pula sebagai sarana untuk melaksanakan tugas tugas
sosial,sebagai bahan untuk digunakan sebagai pedoman yang dinamakan “Catur
Dharma”(Nesawan,1998:64). Keempat jenis Dharma ini antara lain :

 Dharma Kriya artinya untuk melaksankan ajaran dharma manusia harus


berusaha berbuat untuk kebahagiaan masyarakat pada umumnya . agar
berjalan dengan baik, Dharma Kriya harus dilandasi dengan Sad Paramita :
 Dharma Paramitha : suka berbuat amal dan kebajikan
 Ksanti Paramitha : suka memaafkan kesalahan orang lain
 Wirya Paramitha: selalu mengutamakan kebenaran dan keadilan
 Pradnya Paramitha: selalu bersikap tenang dan bijaksana
 Dhiyana Paramitha:menyayangi semua makhluk
 Sila Paramitha: selalu berperilaku baik
 Dharma Santosa artinya selalu berusaha untuk mencapai kedamaian lahir
batin
 Dharma Jati artinya selalu ingat akan kewajiban untuk menjamin
kesejahteraan dan ketenangan keluarga dengan mengutamakan kepentingan
umum
 Dharma Putus artinya melakukan kewajiban dengan tulus ikhlas dan penuh
rasa tanggung jawab atas dasar budi yang baik dengan menjauhkan diri dari
noda dan dosa ,demi terwujudnya keadilan dalam masyarakat

5
2.1.2. Artha

Artha dapat diartikan sebagai tujuan hidup ataupun kepentingan orang


lain. Namun dalam hal ini, Artha lebih di fokuskan pada kekayaan atau harta.
Agama Hindu sangatlah memperhatikan kedudukan dan fungsi artha dalam
kehidupan. Mencari Harta atau Kekayaan, bukanlah sesuatu yang dilarang,
malahan itu merupakan hal yang dianjurkan asalkan semuanya itu diperoleh
berdasarkan Dharma dan digunakan untuk kepentingan Dharma pula. Dalam

Agama Hindu, sebenarnya Artha bukanlah merupakan tujuan. Melainkan,


Moksa lah yang menjdai tujuan tertinggi umat Hindu yang hidup di dunia
ini. Artha hanyalah merupakan sarana untuk mencapai tujuan tersebut yang

sangat penting pula setelah Dharma. Di dalam kitab Sarassamuscaya dijelaskan


bahwa jika harta diperoleh dengan jalan Dharma, maka bahagia lah orang yang
memperolehnya itu, tetapi jika harta tersebut diperoleh dengan cara Adharma,
maka noda dan dosa lah yang ia dapatkan. Seperti itulah arti dari kutipan salah

satu sloka di kitab Sarassamuscaya. Harta yang diperoleh seseorang harus


dapat di bagi tiga, yakni:

- Sadhana ri Kasiddhan in dharma


Dipakai untuk memenuhi Dharma. Contohnya untuk melakukan

kewajiban-kewajiban dharma, seperti pelaksanaan Panca Yadnya.

- Sadhana ri kasiddhan in Kama.

Dipakai untuk memenuhi Kama. Contohnya, untuk kesenian,

olahraga, rekreasi, hobby, dan lain sebagainya.

- Sadhana ri kasiddhan in Artha.


Dipakai untuk mendapatkan harta kembali, contohnya, untuk
memproduksi sesuatu, berjualan, dan lain sebagainya.

Khusus dalam keagamaan , Artha dapat difungsikan dalam pelaksanaan


Panja Yanja(Nesawan,1988:65-66)berikut ini :

6
- Dalam pelaksanaan Dewa yanja , artha dapat dipersembahkan
sebagai sarana persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi

- Dalam pelaksanaan Manusa Yajna, artha dapat digunakan sebagai


sarana untuk korban suci demi kesejahteraan manusia

- Dalam pelaksanaan Pitra Yanja, artha dapat dipergunakan untuk


sarana korban suci untuk penghormatan leluhur

- Dalam pelaksanaan Ri Yanja, artha dapat dipergunakan sebagai


persembahan kepada para Rsi yang amat besar jasa nya

- Dalam pelaksanaan Bhuta Yajna, artha dapat dipergunakan sarana


korban untyk bhuta kala

Disamping untuk keagamaan, Artha juga dapat digunakan untuk mewujudkan


kebahagiaan dan kesejahteraan umat. Dalam hubungan ini arta dapat dibedakan
menjadi 2 bagian(Nesawan,1988:66), yaitu :

- Untuk kesejahteraan dan kemakmuran umat manusia artha


dibedakan dalam :
 Bhoga yakni harta benda yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan primer
 Upabhoga yakni harta benda yang digunakan untuk keperluan
hidup lainnya seperti pakaian,perhiasan dll
 Paribhoga yakni harta benda untuk memenuhi kebutuhan
sosial

- Untuk dana sosial antara lain sebagai bantuan kepad fakir miskin

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Artha atau kekayaan itu pada
hakekatnya harus disalurkan untuk tiga tujuan antara lain :

7
- Maha don Dharma Karya untuk keperluan dharma atau agama
seperti Panca Yajna
- Maha don ArthaKarya untuk keperluan kesejahteraan dan
kemakmuran seperti berusaha dan ditabung
- Maha don Kama Karya untuk keperluan memenuhi keinginan
,seperti makanan,hiburan dll

Dalam ajaran Agama Hindu berkali-kali ditekankan bahwa Harta tidak akan
dibawa mati. Yang akan meringankan dan menuntun pergi ke akhirat adalah perbuatan

baik dan buruk. Oleh karena itu, harta kekayaan hendaknya di sedekahkan, dipakai,

dan diabdikan untuk perbuatan dharma. Hanya dengan cara demikian lah harta tersebut

memiliki nilai yang utama.

2.1.3. Kama

Kama adalah hakekat kepuasaan rohani dan jasmani . Kama dalam


ajaran Agama Hindu juga berarti nafsu atau keinginan yang dapat memberikan
kepuasan atau kesejahteraan hidup. Kama juuga dapat diartikan sebagai

kesenangan,kenikmatan,dan cinta kasih. Sebagai tujuan hidup kama juga harus


dipenuhi agar kebahagiaan dapat dicapai,tetapi tentu harus dilakukan dengan
baik dan berlanaskan dharma. Kenikmatan tersebut merupakan salah satu
tujuan hidup utama manusia karena manusia memiliki 10 indriya yaitu :

- Panca Budhindria ( 5 indria penilai )


- Srotendriya : indria pendengar
- Tvagendriya : indria perasa sentuhan
- Caksvindriya : indria penglihatan
- Jihvendriya : indria pengecap
- Ghranendriya : indria pembau

- Panca Karmendria ( 5 indria pekerja )


-Wagindriya : indria penggerak pada mulut

8
-Panindriya : indria penggerak pada tangan
-Padendriya : indria penggerak pada kaki
-Payvindriya : indria penggerak pada anus
-Upasthendriya : indria penggerak pada kelamin

Kesepuluh indriya tersebut menyebabkan manusia berbuat sesuatu, perasaan


ingin tahu. Kita harus dapat mengontrol indria tersebut agar tidak terjerumus kepada
hal-hal negative karena sering sekali indria menjerumuskan manusia ke arah yang
negatif jika manusia itu tidak dapat mengendalikan indria itu sendiri. Menurut ajaran
agama Hindu, Kama atau nafsu tidak ada artinya jika diperoleh dengan cara yang
menyimpang dari Dharma. Karena Dharma menduduki tempat paling utama dari

Kama dan menjadi pedoman dalam mencapai Kama. Dalam kekawain Ramayana,
dikatakan bahwa, Kenikmatan (Kama) hendaknya terletak dalam kemungkinan yang
diberikan kepada orang lain untuk merasakan kenikmatan. Jadi,pekerjaan yang
bersifat ingin menguntungkan diri sendiri dalam memperoleh harta dan kenikmatan
tidak dilaksanakan.

Kama disamping diartikan sebagai keinginan atau nafsu dapat pula diartikan
sebagai cinta kasih yang tulus ikhlas terhadap sesama makhluk,terhadap
kebenaran,keadilan dan kejujurandengan tujuan mencapai kesenangan dan
kebahagiaan. Dalam pengertiannya sebagai cinta kasih maka kama dapat dibedakan
menjadi 3 yang dinamakan Tri Parartha yang terdiri atas

- Asih atau menyayangi dan mengasihi sesama manusia


- Punya atau cinta kasih terhadap sesama yang diwujudkan dengan
menolong kepada mereka yang membutuhkan
- Bhaktiatau cinta kasih yang tulus ikhlas kepada Ida Sang Hyang
Widhi

2.1.4 Moksa

Moksa merupakan tujuan tertinggi umat Hindu. Moksa memiliki arti, yakni

pelepasan atau kebebasan. Maksud dari kebebasan disini adalah kebahagiaan dimana
atma dapat terlepas dari pengaruh maya dan ikatan Subha-Asubha Karma, serta

9
bersatunya sang Atman dengan Brahman (asalnya). Moksa juga dapat diartikan

sebagai Mukti atau Nirvana. Pada hakekatnya, manusia mengharapkan kebahagiaan

yang tertinggi (Sat Cit Ananda). Namun kebahagiaan seperti ini tidak dapat kita

rasakan di kehidupan duniawi ini. Menurut ajaran Agama Hindu, Kebahagiaan yang
kekal dan abadi hanya di dapat dengan persatuan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa
yang disebut dengan Moksa. Umat manusia harusnya sadar bahwa perjalanan hidup
mereka di dunia adalah untuk mencari Ida Sang Hyang Widhi dan bersatu dengan
beliau. Tentu kita tidak mengharapkan kembali bahwa kita akan lahir ke dunia

berulang-ulang dan sengsara. Apabila kita masih lahir ke dunia, itu berarti kita belum

mencapai Kebahagiaan yang tertinggi.

Dalam Brahma Purana disebutkan 3 tingkatan moksa oleh orang yang melihat
kebenaran , yaitu :

- Moksa dari keterikatan ajnana (kebodohan)


- Keselamatan lepas dari ragasamkyasa (hancunya keterikatan yang
sangat dalam dan atau amat melekat)
- Trsnaksaya (menghancurkan kehausan seperti sangat terikat pada
keduniawian)

Disamping 3 tingkatan diatas ,adapula tingkatan moksa yang berdasarkan kondisi


atman dalam hubungannya dengan brahman. Dalam hubungan ini,moksa dapat dibagi
menjadi 4 yaitu :

- Sampya atau kemiripan dengan sifat Tuhan merupakan moksa yang


dicapai masih hidup terutama oleh para maharesi pada waktu
melaksanakan yoga semedi
- Sarupya atau kesamaan sifat Tuhan dan mencerminkan
keagungannya merupakan moksa yang dicapai semasih hidup
dimana kedudukan atman dapat mengatasi unsur unsur maya
- Salokya atau keberadaan berdampingan yang sadar dengan Tuhan
dalam dunia yang sama tapi belum dapat bersatu dengan Brahman
- Sayujya merupakan moksa dengan tingkatan yang paling
tinggi,dimana moksa sudah bersatu dengan atman
10
Selanjutnya , jika dilihat dari segi kebebasan yang dicapai oleh atman , maka
moksa dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan yaitu :

- Moksa yaitu kelepasan yang masih meninggalkan badan kasar


- Adi Moksa yaitu kelepasan dengan meninggalkan bekas berupa abu
- Parama Moksa yaitu kelepasan tanpa meninggalkan bekas

Untuk bisa mencapai moksa , kitab ManawaDharmasastra menuntun agar setiap


orang mengikuti cara cara ini :

- Mempelajari Weda
- Melakukan tapa
- Mempelajari pengetahuan yang benar
- Mengendalikan panca indria
- Tidak menyakiti atau membunuh makhluk lain
- Menghormati dan melayani Guru

Keenam cara diatas harus dilaksanakan secara menyeluruh artinya tidak boleh
memilih salah satu saja . disamping ke enam cara tersebut, ada juga cara lain yang
dapat dilakukan untuk tercapainya tujuan moksa yakni dengan melaksanakan Caur
Yoga :

- Karma Yoga merupakan jalan untuk menghubungkan diri dengan


tuhan dengan cara melaksanakan pekerjaan atau perbuatan yang
baik tanpa mementingkan hasilnya

- Bhakti Yoga merupakan jalan untuk menghubungkan diri dengan


tuhan dengan cara sujud dan bhakti berdasarkan cinta kasih yang
mendalam kepada Tuhan

- Jnana Yoga jalan untuk menghubungkan diri dengan tuhan dengan


cara mempelajari atu mengamalkan ilmu pengetahuan yang
dimiliki

- Raja Yoga jalan untuk menghubungkan diri dengan tuhan dengan


carapengendalian diri seperti melalkuakn tapa brata semadhi .

11
Seperti layaknya kita menyeberangi Samudera, tentu mencapai Beliau
(Brahman) bukanlah sesuatu yang mudah untuk di lakukan. Akan tetapi, semua itu
dapat diperoleh jika jalan yang kita tempuh untuk mencapai Beliau adalah dengan jalan
Dharma. Lagi-lagi disini diuraikan mengenai Dharma. Ya, itu semua memang harus

berlandaskan Dharma, karena Tuhan/Brahman itu adalah kebenaran itu sendiri. Sangat

mustahil sekali, jika kita mencapai beliau dengan jalan Adharma. Jangankan mencapai
Brahman, untuk mencapai Artha dan Kama pun kita tidak akan mampu jika
melakukannya. Tujuan umat hindu sesungguhnya untuk mencapai dan melaksanakan
Dharma sebagai pengendali Artha dan Kama yang merupakan sarana untuk mencapai
kebahagiaan yang hakiki, yakni mencapai Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Moksa.

2.2 Pengertian Catur Asrama

Catur Asrama artinya empat lapangan atau lapisan hidup manusia sebagai
tempat menimba pendidikan spiritual dan kehidupan material. Dalam pustaka
Silakrama (dalam Subagiasta, 2007 : 7), ada dijelaskan mengenai ajaran etika
pendidikan agama Hindu mengenai Catur Asrama. Pembagian Catur asrama
adalah Brahmacari Asrama, Grhastha Asrama, Wanaprastha Asrama, dan
bhiksuka / Sanyasin Asrama. Adapun pengertian masing-masing pembagian
Catur Asrama adalah :

2.2.1. Brahmacari
Brahmacari berasal dari 2 kata , brahma dan cari . Brahma artinya ilmu

pengetahuan suci dan Cari ( car ) yang artinya bergerak . Jadi brahmacari
artinya bergerak di dalam kehidupan menuntut ilmu pengetahuan ( masa
menuntut ilmu pengetahuan ). Dalam kitab Nitisastra II, disebutkan
pertama masa menuntut ilmu pengetahuan adalah maksimal 25 tahun, dan
seterusnya hendaknya kawin untuk mempertahankan keturunan dan
generasi berikutnya. Dalam kitab Manawa Dharma Sastra disebutkan
12
bahwa umur untuk mulai belajar adalah semasa anak anak yaitu 5 tahun
dan selambat lambatnya umur 8 tahun. Brahmacari juga dikenal dengan
istilah ” Asewaka guru / aguron-guron ” yang artinya guru membimbing
siswanya dengan petunjuk kerohanian untuk memupuk ketajaman otak
yang disebut dengan ” Oya sakti ” . Dalam masa brahmacari ini siswa
dilarang mengumbar hawa nafsu sex ,karena akan mempengaruhi
ketajaman otak. Untuk masa menuntut ilmu, tidak ada batasnya umur,

mengingat ilmu terus berkembang mengikuti waktu dan zaman . Maka

pendidikan dilakukan seumur hidup. Dalam kitab Silakrama (dalam


Supeksa, 2011), pendidikan seumur hidup dapat dibedakan menurut
perilaku seksual dengan masa brahmacari. Dengan brahmacari dapat
dibedakan menjadi 3 bagian, antara lain :

2.2.1.1. Sukla brahmacari artinya tidak kawin selama hidupnya .

Contoh orang yang melaksanakan sukla brahmacari .


Laksmana dalam cerita ramayana, bhisma dalam
mahabarata, jarat karu dalam cerita adi parwa.

2.2.1.2. Sewala brahmacari artinya kawin hanya rekali dalam


hidupnya walau apapun yang terjadi. Cotohnya Dewi

Kunti dalam pewayangan.

2.2.1.3. Tresna ( kresna brahmacari ) artinya kawin yang lebih dari


satu kali , maksimal empat kali. Perkawinan ini
diperbolehkan apabila istri tidak melahirkan atau istri
tidak bisa melaksanakan tugas sebagai mana mestinya.

Adapun ciri – ciri dari seorang bharmacari / brahmacarini adalah :

- Kesederhanaa : seorang yang hidupnya dalam tahap brahmacari


sesungguhnya tidak diperkenankan untuk tampil hidup mewah. Sebaliknya

13
seorang brahmacari harusnya hidup sederhana baik dalam sikap maupun
penampilan. Seorang brahma cari dilarang keras menggunakan pakaian
ketat yang dapat menarik perhatian orang lain dan membentuk lekuk tubuh,
selain itu dilarang menggunakan perhiasan atau alat lainnya yang dapat
mempercantik diri sehingga menjadi pusat perhatian orang banyak.

- Kesucian dan Kebersihan : seorang murid sejati selalu mempertahankan


keucian diri maupun badannya. Untuk menjaga kebersihan setidaknya ia
mandi sekali dalam sehari dan menggunakan pakaian yang bersih dan
sopan. Untuk menjaga kesucian diri murid hendaknya menghindari

kegiatan yang dapat menjerumuskan kearah sex bebas. Karena pada tahap

ini pengeluaran air mani dapat menimbulkan turunnya ketajaman otak.

- Kejujuran : seorang murid sangat dilarang untuk melakukan kebohongan,


menipu atau membual apalagi sampai menimbulkan gossip dan fitnah.

- Pertapaan : kehidupan brahmacari dipenuhi oleh pertapaan pengendalian


diridari hal – hal duniawi. Seperti : kekerasan, perkelahian, perkataan

kasar.

2.2.2. Grahasta
Grahasta merupakan jenjang yang kedua yaitu kehidupan pada waktu
membina rumah tangga ( dari mulai kawin ). Kata Grahasta berasal dari

dua kata. Grha artinya rumah, stha artinya berdiri. Jadi Grahasta artinya

berdiri membentuk rumah tangga. Dalam berumah tangga ini harus


mampu seiring dan sejalan untuk membina hubungan atas darar saling
cinta mencintai dan ketulusan. Kehidupan grahasta dimulai sejak umur 25

– 50 tahun bagi kaum pria dan 18 – 50 bagi kaum wanita.

2.2.3. Wanaprasta

14
Wanaprasta terdiri dari dua kata yaitu ” wana ” yang artinya pohon,
kayu, hutan, semak belukar dan ” prasta ” yang artinya berjalan, berdoa.

Jadi wanaprasta artinya hidup menghasingkan diri ke dalam hutan. Mulai

mengurangi hawa nafsu bahkan melepaskan diri dari ikatan duniawi.


Tetapi wanaprasta dengan cara mengasingkan diri dengan hidup di hutan
pada zaman sekarang boleh jadi sulit ditemukan. Sebab pada zaman
modern ini, orang dapat saja menyucikan diri, melepaskan kenikmatan
duniawi dengan tetap tinggal di rumah, di kamar suci, tenang, sepi, dan
jauh dari gangguan orang lain. Selain menambah pengetahuan suci pada

tahap ini disertai dengan yoga. Inti dari tahap ini adalah :

- Melepaskan diri dari keterikatan duniawi


- Menjadikan pikiran tenang dan tentram
- Memudahkan penyampaian rasa hormat kepada ida sang hyang
widhi wasa
- Mengabdikan diri berbuat amal kebaikan di masyarakat.

2.2.4. Bhiksuka ( Sanyasin ).


Kata bhiksuka berasal dari kata biksu yang merupakan sebutan pendeta
Buda. Biksu artinya meminta-minta. Masa bhiksuka ialah tingkat
kehidupan yang dilepaskan terutama ikatan duniawi, hanya mengabdikan
diri kepada Tuhan ( Ida Sang Hyang Widhi Wasa ). Seorang bhisuka

memiliki tingkah laku yang amat baik dan bijaksana. Sikap dan tingkahnya

selalu menunjukkan kasih saying yang menyebabkan orang lain bahagia .


Seorang pada tahap ini biasanya adalah seorang pernawirawan yang
bekerja tidak untuk mencari nafkah namun bekerja social tanpa pamrih.

2.3 Korelasi antara Catur Purusa Artha dan Catur Asrama

Adapun kaitan Catur Purusa Artha dengan Catur Asrama. Seperti yang telah kita
ketahui bersama, bahwa Catur Asrama adalah empat tingkatan hidup manusia, mulai
15
dari Brahmacari (masa menuntut ilmu), Grhasta (masa berumah tangga), Wanaprastha
(mulai meninggalkan kehidupan materi), dan Biksuka/sanyasin (melepaskan
keterikatan duniawi). Keempat tingkatan ini hanya bersifat informal yang nantinya
memiliki kaitan erat dengan Catur Purusa Artha, dengan kata lain, Catur Purusa Artha
merupakan filsafat hidup dari Catur Asama :

- Dalam tingkatan hidup Brahmacari, kedudukan Dharma (dalam hal ini


Kebenaran) sangatlah penting. Dharma adalah tujuan pokok dalam tingkat

hidup Brahmacari. Artha dan Kama belum begitu mendapat tempat penting

disini. Sebagaimana telah diungkapkan di atas, bahwa mencari Artha,


Kama dan Moksa maka Brahmacari merupakan dasar Asrama yang lain
Grhasta, Wanaprastha, dan Biksuka. Tingkat hidup pada masa Brahmacari
ini sering sekali di sebut sebagai aguron-guron atau asewaka guru yang
artinya adalah suatu tingkat kehidupan yang memerlukan ketekunan,
kesungguhan. Karena pada tahap ini, seorang sisya/murid mendapatkan
wejangan-wejangan dari guru yang berarti juga mendapatkan ilmu
pengetahuan dari sang guru. Tentunya mendapatkan pengetahuan seperti

ini memerlukan sikap kesungguhan. Pada tahap Brahmacari ini juga,

seseorang dapat membentuk wataknya berdasarkan pada Dharma.

- Grhasta, melewati masa Brahmacari, seseorang wajib memasuki masa


Grhasta. Dalam tingkat hidup Grhasta, masalah artha dan Kama menjadi

tujuan hidup yang sangat penting. Seseorang yang telah memasuki masa
Grhasta akan memiliki kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan
masalah masyarakat maupun dengan masalah keagamaan. Di samping
memiliki kewajiban untuk melanjutkan sebuah keturunan, seorang
Grhastin (sebutan untuk orang yang menjalani tahap Grhasta)
berkewajiban juga melaksnakan yadnya, seperti Dewa Yadnya, Pitra
Yadnya, Rsi Yadnya, Manusa Yadnya dan Bhuta Yadnya. Tingkat

kehidupan Grhasta merupakan tingkatan hidup yang sangat berat. Namun,

16
apabila semua kewajiban-kewajiban tersebut dapat di laksanakan
berdasarkan dengan dharma, maka hidup ini akan sangat mulia.

- Wanaprastha (masa untuk mengasingkan diri). Seseorang yang telah


masuk dalam masa Wanaprastha, akan mulai mengasingkan dirinya dari
kegiatan kehidupan kemasyarakatan. Dalam hal ini, berarti Artha dan
Kama mulai berkurang sehingga, Artha dan Kama dalam tingkat hidup
Wanaprastha tidak memiliki kedudukan yang penting. Apabila seseorang
sudah memasuki masa Wanaprastha ini, berarti seseorang itu sudah berani
melepaskan diri dari ikatan Kama dan Artha. Karena tujuan pokok dari

Asrama ini adalah untuk mencapai moksa. Untuk dapat menyatu dengan
Ida Sang Hyang Widhi, maka pada masa ini kegiatan yang lebih banyak
dilakukan dalam masa ini adalah tapa brata dan semadhi.

- Tingkat hidup yang terakhir dalam Catur Asrama adalah Sanyasin atau
Biksuka. Sesungguhnya, pada tingkat Wanaprastha dan Biksuka tidak

banyak bedanya. Dalam tingkat Sanyasin, seseorang benar-benar telah

matang dalam semadhinya. Seorang Sannyasa benar-benar sudah tidak

memiliki keinginan untuk mencari Kama maupun Artha lagi. Hanya satu
yang menjadi keinginannya, yakni mencapai penunggalan Ida Sang Hyang
widhi yang berupa suka tan pawali duka yaitu Moksa. Seorang Sannyasa
akan lebih banyak melakukan dharma yatra atau tirtha yatra yaitu
mengunjungi tempat-tempat suci. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan
bahwa dalam masa Brahmacari, saat Dharma merupakan tujuan utama
adalah merupakan tingkat hidup yang sangat menentukan berhasilnya
tingkat hidup yang lain, yakni Grhasta, Wanaprastha, dan Biksuka. Dengan
kata lain, Grhasta, Wanaprastha dan Biksuka tidak akan tercapai dengan
baik tanpa menghayati Dharma.

17
Tabel korelasi Catur Asrama dan Catur Purusa Artha

Catur Asrama Catur Purusartha Kegiatan Umat Hindu

Brahmacari Dharma atau Kebenaran Mempelajari Dharma

Grhastha Artha atau Kekayaan Mencari Artha untuk rumah


tangga

Wanaprastha Kama atau Nafsu/ Keinginan Mengendalikan Kama/ Nafsu,


menginggalkan keduniawian

Bhiksuka/ Samnyasa Moksa atau Pembebasan Menyatukan diri dengan


Tuhan

18

Anda mungkin juga menyukai