hidup manusia. Catur Purusa Artha memiliki kaitan yang erat dengan Catur Varga
yang berarti empat tujuan hidup manusia yang terjalin erat satu dengan yang
lainnya(Mudera,1992:64). Uraian mengenai keterkaitan Catur Purusa Artha dan Catur
Varga, dapat kita temui dalam Susastera India yang telah ditulis berabad-abad
lamanya. Misalnya dalam Kitab Mahabharata atau Asta Dasa Parva. Karena kitab
kesusasteraan India banyak diterjemahkan kedalam bahasa Jawa Kuno (Kawi), maka
uraian tentang Catur Purusa Artha juga banyak ditemui dalam sumber-sumber jawa
kuno lainnya, seperti Kekawin Ramayana, Sarasamusscaya, dan sebagainya.
Kitab-kitab tersebut merupakan kitab yang banyak dibaca dan digemari sampai
saat ini, maka ajaran Catur Purusa Artha merupakan ajaran yang bersifat universal dan
berlaku sepanjang jaman. Di dalam Kitab Brahma Purana, dapat kita jumpai kutipan
mengenai Catur Purusa Artha, seperti disebutkan di bawah ini:
Artinya: Tubuh adalah alat untuk mendapat Dharma, Artha, Kama, dan Moksa.
Kutipan diatas menjelaskan bahwa manusia harus menyadari apa yang menjadi
tujuan hidupnya, apa yang harus dicarinya dengan badan yang dimilikinya. Semuanya
3
tak lain adalah Catur Purusa Artha itu sendiri. Berikut adalah bagian-bagian dari catur
Purusa Artha beserta Penjelasannya:
2.1.1. Dharma
dunia ini telah memiliki dharma dan diatur oleh dharma. Sebagai
contoh, manusia yang telah memelihara dan mengatur hidupnya untuk
mencapai moksa adalah orang-orang yang telah melaksanakan dharma.
Artinya, bahwa kewajiban-kewajiban daripada sorang manusia adalah
melaksanakan Dharma demi mencapai moksa. Seperti yang diuraikan
dalam kitab Sarassamuscaya berikut ini:
4
ajaran agama. Ajaran agama menuntun ,mebina dan mengatur hidup
Selanjutnya Dharma dinyatakan pula sebagai sarana untuk melaksanakan tugas tugas
sosial,sebagai bahan untuk digunakan sebagai pedoman yang dinamakan “Catur
Dharma”(Nesawan,1998:64). Keempat jenis Dharma ini antara lain :
5
2.1.2. Artha
6
- Dalam pelaksanaan Dewa yanja , artha dapat dipersembahkan
sebagai sarana persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi
- Untuk dana sosial antara lain sebagai bantuan kepad fakir miskin
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Artha atau kekayaan itu pada
hakekatnya harus disalurkan untuk tiga tujuan antara lain :
7
- Maha don Dharma Karya untuk keperluan dharma atau agama
seperti Panca Yajna
- Maha don ArthaKarya untuk keperluan kesejahteraan dan
kemakmuran seperti berusaha dan ditabung
- Maha don Kama Karya untuk keperluan memenuhi keinginan
,seperti makanan,hiburan dll
Dalam ajaran Agama Hindu berkali-kali ditekankan bahwa Harta tidak akan
dibawa mati. Yang akan meringankan dan menuntun pergi ke akhirat adalah perbuatan
baik dan buruk. Oleh karena itu, harta kekayaan hendaknya di sedekahkan, dipakai,
dan diabdikan untuk perbuatan dharma. Hanya dengan cara demikian lah harta tersebut
2.1.3. Kama
8
-Panindriya : indria penggerak pada tangan
-Padendriya : indria penggerak pada kaki
-Payvindriya : indria penggerak pada anus
-Upasthendriya : indria penggerak pada kelamin
Kama dan menjadi pedoman dalam mencapai Kama. Dalam kekawain Ramayana,
dikatakan bahwa, Kenikmatan (Kama) hendaknya terletak dalam kemungkinan yang
diberikan kepada orang lain untuk merasakan kenikmatan. Jadi,pekerjaan yang
bersifat ingin menguntungkan diri sendiri dalam memperoleh harta dan kenikmatan
tidak dilaksanakan.
Kama disamping diartikan sebagai keinginan atau nafsu dapat pula diartikan
sebagai cinta kasih yang tulus ikhlas terhadap sesama makhluk,terhadap
kebenaran,keadilan dan kejujurandengan tujuan mencapai kesenangan dan
kebahagiaan. Dalam pengertiannya sebagai cinta kasih maka kama dapat dibedakan
menjadi 3 yang dinamakan Tri Parartha yang terdiri atas
2.1.4 Moksa
Moksa merupakan tujuan tertinggi umat Hindu. Moksa memiliki arti, yakni
pelepasan atau kebebasan. Maksud dari kebebasan disini adalah kebahagiaan dimana
atma dapat terlepas dari pengaruh maya dan ikatan Subha-Asubha Karma, serta
9
bersatunya sang Atman dengan Brahman (asalnya). Moksa juga dapat diartikan
yang tertinggi (Sat Cit Ananda). Namun kebahagiaan seperti ini tidak dapat kita
rasakan di kehidupan duniawi ini. Menurut ajaran Agama Hindu, Kebahagiaan yang
kekal dan abadi hanya di dapat dengan persatuan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa
yang disebut dengan Moksa. Umat manusia harusnya sadar bahwa perjalanan hidup
mereka di dunia adalah untuk mencari Ida Sang Hyang Widhi dan bersatu dengan
beliau. Tentu kita tidak mengharapkan kembali bahwa kita akan lahir ke dunia
berulang-ulang dan sengsara. Apabila kita masih lahir ke dunia, itu berarti kita belum
Dalam Brahma Purana disebutkan 3 tingkatan moksa oleh orang yang melihat
kebenaran , yaitu :
- Mempelajari Weda
- Melakukan tapa
- Mempelajari pengetahuan yang benar
- Mengendalikan panca indria
- Tidak menyakiti atau membunuh makhluk lain
- Menghormati dan melayani Guru
Keenam cara diatas harus dilaksanakan secara menyeluruh artinya tidak boleh
memilih salah satu saja . disamping ke enam cara tersebut, ada juga cara lain yang
dapat dilakukan untuk tercapainya tujuan moksa yakni dengan melaksanakan Caur
Yoga :
11
Seperti layaknya kita menyeberangi Samudera, tentu mencapai Beliau
(Brahman) bukanlah sesuatu yang mudah untuk di lakukan. Akan tetapi, semua itu
dapat diperoleh jika jalan yang kita tempuh untuk mencapai Beliau adalah dengan jalan
Dharma. Lagi-lagi disini diuraikan mengenai Dharma. Ya, itu semua memang harus
berlandaskan Dharma, karena Tuhan/Brahman itu adalah kebenaran itu sendiri. Sangat
mustahil sekali, jika kita mencapai beliau dengan jalan Adharma. Jangankan mencapai
Brahman, untuk mencapai Artha dan Kama pun kita tidak akan mampu jika
melakukannya. Tujuan umat hindu sesungguhnya untuk mencapai dan melaksanakan
Dharma sebagai pengendali Artha dan Kama yang merupakan sarana untuk mencapai
kebahagiaan yang hakiki, yakni mencapai Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Moksa.
Catur Asrama artinya empat lapangan atau lapisan hidup manusia sebagai
tempat menimba pendidikan spiritual dan kehidupan material. Dalam pustaka
Silakrama (dalam Subagiasta, 2007 : 7), ada dijelaskan mengenai ajaran etika
pendidikan agama Hindu mengenai Catur Asrama. Pembagian Catur asrama
adalah Brahmacari Asrama, Grhastha Asrama, Wanaprastha Asrama, dan
bhiksuka / Sanyasin Asrama. Adapun pengertian masing-masing pembagian
Catur Asrama adalah :
2.2.1. Brahmacari
Brahmacari berasal dari 2 kata , brahma dan cari . Brahma artinya ilmu
pengetahuan suci dan Cari ( car ) yang artinya bergerak . Jadi brahmacari
artinya bergerak di dalam kehidupan menuntut ilmu pengetahuan ( masa
menuntut ilmu pengetahuan ). Dalam kitab Nitisastra II, disebutkan
pertama masa menuntut ilmu pengetahuan adalah maksimal 25 tahun, dan
seterusnya hendaknya kawin untuk mempertahankan keturunan dan
generasi berikutnya. Dalam kitab Manawa Dharma Sastra disebutkan
12
bahwa umur untuk mulai belajar adalah semasa anak anak yaitu 5 tahun
dan selambat lambatnya umur 8 tahun. Brahmacari juga dikenal dengan
istilah ” Asewaka guru / aguron-guron ” yang artinya guru membimbing
siswanya dengan petunjuk kerohanian untuk memupuk ketajaman otak
yang disebut dengan ” Oya sakti ” . Dalam masa brahmacari ini siswa
dilarang mengumbar hawa nafsu sex ,karena akan mempengaruhi
ketajaman otak. Untuk masa menuntut ilmu, tidak ada batasnya umur,
13
seorang brahmacari harusnya hidup sederhana baik dalam sikap maupun
penampilan. Seorang brahma cari dilarang keras menggunakan pakaian
ketat yang dapat menarik perhatian orang lain dan membentuk lekuk tubuh,
selain itu dilarang menggunakan perhiasan atau alat lainnya yang dapat
mempercantik diri sehingga menjadi pusat perhatian orang banyak.
kegiatan yang dapat menjerumuskan kearah sex bebas. Karena pada tahap
kasar.
2.2.2. Grahasta
Grahasta merupakan jenjang yang kedua yaitu kehidupan pada waktu
membina rumah tangga ( dari mulai kawin ). Kata Grahasta berasal dari
dua kata. Grha artinya rumah, stha artinya berdiri. Jadi Grahasta artinya
2.2.3. Wanaprasta
14
Wanaprasta terdiri dari dua kata yaitu ” wana ” yang artinya pohon,
kayu, hutan, semak belukar dan ” prasta ” yang artinya berjalan, berdoa.
tahap ini disertai dengan yoga. Inti dari tahap ini adalah :
memiliki tingkah laku yang amat baik dan bijaksana. Sikap dan tingkahnya
Adapun kaitan Catur Purusa Artha dengan Catur Asrama. Seperti yang telah kita
ketahui bersama, bahwa Catur Asrama adalah empat tingkatan hidup manusia, mulai
15
dari Brahmacari (masa menuntut ilmu), Grhasta (masa berumah tangga), Wanaprastha
(mulai meninggalkan kehidupan materi), dan Biksuka/sanyasin (melepaskan
keterikatan duniawi). Keempat tingkatan ini hanya bersifat informal yang nantinya
memiliki kaitan erat dengan Catur Purusa Artha, dengan kata lain, Catur Purusa Artha
merupakan filsafat hidup dari Catur Asama :
hidup Brahmacari. Artha dan Kama belum begitu mendapat tempat penting
tujuan hidup yang sangat penting. Seseorang yang telah memasuki masa
Grhasta akan memiliki kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan
masalah masyarakat maupun dengan masalah keagamaan. Di samping
memiliki kewajiban untuk melanjutkan sebuah keturunan, seorang
Grhastin (sebutan untuk orang yang menjalani tahap Grhasta)
berkewajiban juga melaksnakan yadnya, seperti Dewa Yadnya, Pitra
Yadnya, Rsi Yadnya, Manusa Yadnya dan Bhuta Yadnya. Tingkat
16
apabila semua kewajiban-kewajiban tersebut dapat di laksanakan
berdasarkan dengan dharma, maka hidup ini akan sangat mulia.
Asrama ini adalah untuk mencapai moksa. Untuk dapat menyatu dengan
Ida Sang Hyang Widhi, maka pada masa ini kegiatan yang lebih banyak
dilakukan dalam masa ini adalah tapa brata dan semadhi.
- Tingkat hidup yang terakhir dalam Catur Asrama adalah Sanyasin atau
Biksuka. Sesungguhnya, pada tingkat Wanaprastha dan Biksuka tidak
memiliki keinginan untuk mencari Kama maupun Artha lagi. Hanya satu
yang menjadi keinginannya, yakni mencapai penunggalan Ida Sang Hyang
widhi yang berupa suka tan pawali duka yaitu Moksa. Seorang Sannyasa
akan lebih banyak melakukan dharma yatra atau tirtha yatra yaitu
mengunjungi tempat-tempat suci. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan
bahwa dalam masa Brahmacari, saat Dharma merupakan tujuan utama
adalah merupakan tingkat hidup yang sangat menentukan berhasilnya
tingkat hidup yang lain, yakni Grhasta, Wanaprastha, dan Biksuka. Dengan
kata lain, Grhasta, Wanaprastha dan Biksuka tidak akan tercapai dengan
baik tanpa menghayati Dharma.
17
Tabel korelasi Catur Asrama dan Catur Purusa Artha
18