A. Latar Belakang
Obat topikal adalah obat yang diberikan melalui kulit dan
membran mukosa pada prinsipnya menimbulkan efek lokal.
Pemberian topical dilakukan dengan mengoleskannya di suatu
daerah kulit, memasang balutan lembab, merendam bagian tubuh
dengan larutan, atau menyediakan air mandi yang dicampur obat.
berbagai jenis obat dikemas dalam bentuk obat luar seperti lotion,
liniment, pasta dan bubuk yang biasanya dipakai untuk pengobatan
gangguan dermatologis misalnya gatal-gatal , kulit kering, infeksi
dan lain-lain. Obat topical juga dikemas dalam bentuk obat tetes
(instilasi) yang dipakai untuk tetes mata, telinga, atau hidung serta
dalam bentuk untuk irigasi baik mata, telinga, hidung, vagina,
maupun rectum.
Dalam memberikan pengobatan kita sebagai perawat harus
mengingat dan memahami prinsip enam benar benar agar kita dapat
terhindar dari kesalahan dalam memberikan obat.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui macam macam farmakologi pada system
integumen
2. Untuk mengetahui sediaan obat topical serta indikasi dan kontra-
indikasi obat topical pada system integumen
3. Untuk mengetahui farmakokinetik obat topical system Integumen
PEMBAHASAN
Eksim
Eksim merupakan salah satu penyakit kulit yang banyak
terjadi di Indonesia. Eksim yang sering dijumpai di
masyarakat antara lain eksim atopik (eksim bawaan), iritan,
dan alergi.
Eksim iritan disebabkan oleh bahan-bahan yang mampu
mengelupas lemak alami di kulit, seperti sabun, deterjen,
dan disinfektan.
Sedangkan eksim karena alergi disebabkan oleh reaksi imun
terhadap bahan yang mengenai kulit dan baru muncul pada
pemaparan kedua dan berikutnya.
Pada eksim, kulit menjadi sangat kering dan keras/berkerak
karena ketidakmampuan kulit menahan air di dalam sel-sel
kulit, maka dapat dikatakan juga kemampuan kulit sebagai
barier kimia, fisik, dan biologik menurun karena
keabnormalan dinding sel di epidermis.
Tahap-tahap eksim :
1. kemerahan kulit yang bisa dipicu oleh iritan atau alergen atau
faktor-faktor lainnya.
2. Saat kemerahan, mediator inflamasi dilepaskan di kulit
sehingga menyebabkan inflamasi/peradangan, sangat gatal,
terasa perih, kering dan terkadang hingga melepuh lalu pecah.
ciri-ciri pada eksim akut:
kemerahan dan membengkak, timbul papula berupa sebuah
gelembung yang melepuh, eksudasi, lapisan kulit menjadi keras
permukaannya (kerak), dan bersisik.
Ciri-ciri eksim kronis, permukaan kulit lebih keras dan berkerak,
lebih berpigmen/gelap, lebih tebal (karena digosok dan digaruk
terus menerus), eksudat sudah berkurang tetapi justru
berkembang hingga ke jaringan dalam kulit (lapisan dermis).
Strategi terapi
Terapi non-farmakologis dapat dilakukan melalui pemakaian
emollient (krim, losion, salep, minyak) yang dapat
melembabkan kulit, menghindari faktor pemicu (iritan/alergen,
stress, makanan), dan juga menghilangkan kebiasaan
menggaruk. Pada tahun 1999, sebuah studi menunjukkan
bahwa pemakaian emollient mampu menurunkan keparahan
eksim atopik pada 89% anak-anak (Chambers and Roberts,
2003).
Terapi farmakologis yang banyak digunakan adalah
pemakaian steroid topikal tetapi terkadang digunakan juga
antihistamin, oral streroid, antibiotik, pimecrolimus, dan
tacrolimus.
C.Steroid Topikal
Topikal berarti dioleskan pada kulit, bisa berupa krim, salep, atau
losion.
Steroid topikal digunakan untuk mengatasi inflamasi/peradangan
yang terjadi dan efektif untuk mengontrol ’flare-up’ yang membuat
rasa gatal dan kering.
Strategi terapi
1. Terapi non farmakologi dapat dilakukan dengan melakukan
identifikasi dan eliminasi faktor pencetus seperti
menggunting kuku, menghindari zat iritatif (deterjen,
kosmetik, keringat, dsb.), sinar matahari dan beberapa
alergen spesifik (makanan, debu, stres, infeksi dsb).
2. Terapi farmakologi dapat dilakukan dengan memberikan
obat seperti kortikosteroid topikal, anti gatal, antibiotik, dan
krim hidrasi kulit.
kortikosteroid topikal menjadi pilihan utama untuk dermatitis
atopi karena merupakan imunosupressan yang kuat dan
sebagai anti inflamasi.
Penggunaan steroid topikal yang bersifat anti-inflamasi
merupakan dasar terapi untuk pengobatan lesi – lesi
dermatitis atopi dan bila digunakan sesuai anjuran,
kortikosteroid topikal cukup aman. Kekuatan kortikosteroid
yang dipilih harus memperhatikan pada keparahan gejala dan
lokasi lesi. Sebagai contoh pemakaian kortikosteroid topikal
dengan potensi kuat harus dihindarkan dari daerah wajah,
genitalia, dan daerah lipatan tubuh. Untuk daerah – daerah
tersebut obat yang secara umum direkomendasikan
merupakan obat dengan potensi ringan.
Tujuanya untuk menghindari adanya potensi efek samping
yang dimungkinkan muncul. Semakin tinggi potensinya,
semakin besar pula kemungkinan terjadi efek samping.
Penggunaan steroid topikal ini juga hanya ditekankan pada
daerah lesi dermatitis atopi saja sedangkan pada kulit yang
tidak terlibat, cukup dengan emolient untuk menghindari kulit
kering dan proses inflamasi.
Terdapat 7 golongan kortikosteroid berdasarkan potensinya
yang tentunya juga mempunyai potensi efek samping yang
berbeda pada penggunaannya, terutama jika digunakan
dalam jangka panjang.
Untuk potensi obat yang sangat kuat maka hanya untuk
digunakan dalam waktu yang sangat singkat dan hanya
pada lokasi yang mengalami penebalan (likenifikasi) berat,
tidak untuk wajah dan daerah lipatan. Steroid potensi
sedang dapat digunakan untuk periode yang lebih lama dan
ditujukan penggunaannya untuk lesi di badan dan
ekstremitas.
Konsentrasi dan
Nama Bentuk Sediaan Dosis
0,1% krim,
Halcinonide solution 2 – 3 x/hari
Potensi Tinggi
Betamethasone
valerate 0,025% krim 2 – 3 x/hari
Fluclorolone
acetonide 0,025% krim 2 x/hari
Fluocinolone
acetonide 0,2% krim 2 – 3 x/hari
Fluocortolone/
fluocortolone
caproate 0,25%/0,25% krim 1 – 3 x/hari
Fluocortolone
pivalate/
fluocortolone 0,25%/0.25%
caproate salep 1 – 3 x/hari
Hydrocortisone
aceponate 0,127% krim 1 – 2 x/hari
Potensi Sedang
Alclometasone
dipropionate 0, 05% krim, salep 2 – 3 x/hari
Sampai 4
Clobetasone butyrate 0,05% krim, salep x/hari
Potensi Rendah
0,5% krim, 1%
lotion, gel, krim
Hydrocortisone 2,5% krim 2 – 3 x/hari
Obat pilihan
yang disarankan untuk terapi Scabies adalah Scabimite cream
dengan bahan aktif nya permethrin 5%.
a. Nama dagang di Indonesia Scabimite cream 5%
b. Bentuk sediaan Cream 5% x 10 g, 30 g.
c. Farmakologi
Permethrin bekerja dengan cara mengganggu polarisasi
dinding sel syaraf parasit yaitu melalui ikatan dengan
Natrium. Hal ini memperlambat repolarisasi dinding sel
dan akhirnya terjadi paralise parasit.
Permethrin dimetabolisir dengan cepat di kulit, hasil
metabolisme yang bersifat tidak aktif akan segera
diekskresi melalui urine.
Permethrin juga diabsorbsi setelah pengaplikasian secara
topikal, tetapi kulit juga merupakan sebuah tempat
metabolisme dan konjugasi metabolit.
d. Indikasi
Permethrin cream 5% digunakan untuk terapi investasi Sarcoptes
scabiei.
e. Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap Permethrin, Pirethroid sintetis atau
Pirethrin.
f. Cara pemakaian
Permethrin cream digunakan untuk sekali pemakaian. Oleskan
Permethrin cream merata pada seluruh permukaan kulit mulai
dari kepala sampai ke jari-jari kaki, terutama daerah belakang
telinga, lipatan bokong dan sela-sela jari kaki. Lama pemakaian
selama 8-12 jam. Dianjurkan pengolesan pada malam hari
kemudian dicuci pada keesokan harinya.
g. Efek samping
Dapat timbul rasa panas seperti terbakar yang ringan, pedih,
gatal, eritema, ruam kulit. Efek samping ini bersifat sementara
dan akan menghilang sendiri.
h. Peringatan
Infestasi Scabies kadang diikuti dengan adanya pruritus,
edema dan erythema.
Pengobatan dengan Scabimite bisa secara sementara
memperburuk kondisi ini.
Keamanan dan keefektifan pada anak-anak berumur kurang
dari 2 bulan belum diumumkan.
Penggunaan selama kehamilan dan menyusui harus
berdasarkan rekomendasi dokter.
i. Keuntungan
Aman dan efektif untuk digunakan dalam beberapa tingkat
scabies.
Diaplikasikan secara tunggal (sekali pemakaian)
Non-neurotoxic scabicide
IMPETIGO
Impetigo merupakan suatu infeksi kulit superfisial (kulit bagian atas)
yang disebabkan oleh bakteri streptokokus atau bakteri
stafilokokus. Penyakit impetigo ditandai dengan adanya bula yaitu
benjolan pada kulit dengan diameter >0,5 cm dan berisi cairan yang
merupakan pustula(penumpukkan nanah dalam kulit).
Gambaran klinis dari penyakit ini yaitu bula yang berdinding tipis
sehingga mudah pecah akan menimbulkan krusta (koreng) pada
kulit.
Pengobatan infeksi ini dapat digunakan antibiotik secara topikal dan
oral.
Tujuan terapinya
mengobati infeksi,
mencegah penularan,
menghilangkan rasa tidak nyaman,
dan mencegah terjadinya kekambuhan.
Sasaran terapinya yaitu infeksi bakteri streptokokus atau
stafilokokus.
Cara Terapi
1. non farmakologis untuk pengobatan impetigo yaitu
menghilangkan krusta dengan cara mandi selama 20-30
menit disertai mengelupaskan krusta dengan handuk basah
dan bila perlu olesi dengan zat antibakteri, mencegah
menggaruk daerah lecet atau dapat dilakukan dengan menutup
daerah yang lecet dengan perban tahan air dan memotong
kuku, lanjutkan pengobatan sampai semua luka lecet sembuh.
2. Terapi farmakologis yang digunakan yaitu menggunakan
antibiotik topikal atau antibiotik per-oral. Penggunaan
antibiotik per-oral diberikan jika pasien sensitif terhadap
antibiotik topikal dan kondisi penyakit atau lesi yang
ditimbulkan sudah parah (lesi lebih luas). Antibiotik topikal
yang dapat digunakan yaitu mupirocin dan asam fusidat.
Antibiotik per-oral yang dapat digunakan yaitu eritromisin dan
flukloksasilin.
Pilihan obat
Antibiotik topical
1. Mupirocin
Nama Generik : Mupirocin
Nama paten : BACTROBAN (GlaxoSmithKline)
Brand name : Bactoderm (Ikapharmindo)
Indikasi : infeksi kulit primer akut, misalnya
impetigo, folikulitis, furunkulosis
Kontraindikasi : hipersensitif terhadap mupirocin
Bentuk sediaan : salep dan krim
Dosis : salep→oleskan 3x/hr selama 10 hari,
Efek samping : rasa terbakar, gatal, rasa tersengat,
kemerahan
Peringatan : hindari kontak dengan mata. Hati-hati
penggunaan pada gangguan ginjal sedang sampai berat, hamil,
lakatasi. Hentikan penggunaan jika terjadi reaksi sensitivitas
atau reaksi kimia. Tidak untuk digunakan pada permukaan
mukosa.
Penggunaan jangka panjang menyebabkan pertumbuhan
berlebihan dari mikroorganisme yang tidak diinginkan.
2. Asam Fusidat
Nama Generik : Asam Fusidat
Brand name : Afucid (Ferron), Fusycom (Combiphar), Fuladic
(Guardian), Futaderm (Interbat)
Indikasi : Impetigo kontagiosum, folikulitis superfisdial,
furunkulosis, sikosis barbae, hidradenitis akselaris, abses,
paronikia, eritrasma
Kontraindikasi : hipersensitif terhadap asam fusidat.
Bentuk sediaan : salep(Na fusidat) dan krim (asam fusidat)
Dosis : tanpa pembalut/kasa steril : gunakan 3-4x/hari
dengan pembalut/kasa steril : gunakan lebih sering lama terapi
kurang lebih 7 hari.
Efek samping : reaksi sensitifitas misalnya ruam kulit, urtikaria,
iritasi
Peringatan : hindari penggunaan pada bagian mata.
Penggunaan jangka dapat meningkatkan resiko sensitisasi kulit dan
resistensi bakteri. Hamil trimester pertama. Bayi baru lahir.
Antibiotik per-oral
1. Eritromisin
Nama Generik : Eritromisin
Nama paten : ERYTHROCIN (Abbott)
Indikasi : infeksi saluran nafas bagian atas dan bawah
tonsilitas, abses peritonsiler, faringitis, laringitis, sinusitis,
infeksi sekunder pada demam dan flu, trakeitis, bronkitis akut dan
kronis, pneunomia, bronkiektaksis.
Infeksi telinga: otitis media dan eksternal, mastoiditis.
Infeksi oral : gingivitis, angina vincenti.
Infeksi mata: blefaritis.
Infeksi kulit dan jaringan lunak: furunkel dan karbunkel,
paronikia, abses, akne pustularis, impetigo, selulitis, erisipelas.
Kontraindikasi : hipersensitif terhadap eritromisin, penyakit hati.
Bentuk sediaan : tablet atau kapsul
Dosis : dewasa 1-2g/hr tiap 6, 8 atau 12 jam. Infeksi berat
4g/hr dalam dosis terbagi. Anak 30-50 mg/kgBB/hr tiap 6, 8 atau 12
jam. Bayi-2tahun 125mg 4x/hr, 2-8tahun 250 mg 4x/hr atau 500 mg
tiap12jam Sebelum atau pada waktu makan.
Efek samping : jarang: hepatotoksik, ototoksik.
Gangguan GI : mual, muntah, nyeri perut,diare.
Urtikaria, ruam dan reaksi alergi lainya.
Peringatan : gangguan ginjal, gangguan fungsi hati,
porfiria, kehamilan (tidak diketahui efek buruknya) menyusui
(sejumlah kecil masuk ke ASI)
2. Flukloksasilin
Nama Generik : flukloksasilin Na monohidrat
Indikasi : infeksi bakteri gram(+) termasuk yang resisten
penisilin.
Infeksi karena stapilokokus terutama pada kulit
(impetigo, selulitis)
Kontraindikasi : hipersensitif terhadap penisilin, bayi yang lahir
dari ibu yang hipersensitif penisilin.
Bentuk sediaan : kapsul (250 mg, 500mg)
Dosis : dewasa 250-500 mg tiap 8 jam (3x/hr).
Anak <2tahun 62,5mg 3x/hr (tiap 8 jam), 2-10tahun
125 mg 3x/hr (tiap 8 jam)
Efek samping : mual, muntah, nyeri perut, diare.Urtikaria, ruam
kulit, kadang terjadi reaksi anafilaktik.
Peringatan : hipersensitif penisilin, gangguan ginjal, leukimia
limfatik
Faktor pencetus
1. Penggunaan sabun atau detergen, bahan kimia yang
dapat memicu rasa gatal pada kulit
2. Pakaian dari bahan wol atau berserat kasar
3. Keringat berlebihan, disebabkan lingkungan yang
bersuhu panas/dingin dan kelembaban tinggi atau
rendah, sinar matahari.
4. Akibat tungau debu rumah, bulu binatang, serbuk sari,
karpet, dll.
SasaranTerapi
untuk penyakit dermatitis atopik ini lebih untuk mengatasi
kekeringan kulit yang timbul, menghilangkan inflamasi, mengurangi
rasa gatal, mengidentifikasi dan menghilangkan faktor pencetus.
Tujuan
Perawatan dan pengobatan dermatitis atopik harus dilakukan
mengingat penyakit ini kronis dan sangat mengganggu. Banyak
faktor yang menyebabkan kambuh antara lain alergen, infeksi kulit,
iritasi, berkeringat, kedinginan, stress. Oleh karena itu pengobatan
pada dasarnya dengan menghindari hal-hal tersebut. Tujuan dari
terapi dermatitis atopik yaitu untuk
(1) melembutkan kulit dengan emolien,
(2) mengurangi rasa gatal dengan antihistamin oral,
(3) mengurangi inflamasi dengan steroid topikal
Kesimpulan
Obat topical adalah obat yang diberikan dengan cara mengoleskan
dan memberikan efek local missal pada kulit yang bertujuan untuk
memperoleh reaksi lokal dari obat tersebut, pada mata yang yang
biasa berbentuk tetes mata yang bertujuan untuk mengobati
gangguan pada mata, untuk mendilatasi pupil pada pemeriksaan
‘struktur internal mata, untuk melemahkan otot lensa mata pada
pengukuran refraksi mata,untuk mencegah kekeringan pada mata
dan juga pemberian obat topical pada telinga yang bertujuan untuk
memberikan effek terapi lokal (mengurangi peradangan, membunuh
organisme penyebab infeksi pada kanal telinga eksternal),
menghilangkan nyeri.
Tugas
1. Cari 2 macam obat penyakit kulit dengan sebutkan
a. Golongan
b. Nama generic / brand
c. Dosis
d. Indikasi
e. Efek samping
f. Cara kerja
g. Cara penyimpanan
TERIMAKASIH
DAFTAR PUSTAKA
Davey, P., 2003, At a Glance MEDICINE, Erlangga, Jakarta.
Tatro, D. S., 2004, A to Z Drugs Facts, 5th Edition, Wolters Kluwer
Health, Inc., USA
Amiruddin M D, 2005, Penatalaksanaan Dermatitis Atopik. Jurnal
Med Nus Vol. 26 No. 1 Januari-Maret 2005.
Corwin, Elizabeth, J, 2000, Buku Saku Patofisiologi, 606-607, EGC,
Jakarta.
Tan, H. T., dan Rahardja, K., 2003, Obat-obat Penting, 688 – 690, PT.
Elex Media Komputindo, Jakarta.