Anda di halaman 1dari 33

FARMAKOLOGI INTEGUMEN

A. Latar Belakang
Obat topikal adalah obat yang diberikan melalui kulit dan
membran mukosa pada prinsipnya menimbulkan efek lokal.
Pemberian topical dilakukan dengan mengoleskannya di suatu
daerah kulit, memasang balutan lembab, merendam bagian tubuh
dengan larutan, atau menyediakan air mandi yang dicampur obat.
berbagai jenis obat dikemas dalam bentuk obat luar seperti lotion,
liniment, pasta dan bubuk yang biasanya dipakai untuk pengobatan
gangguan dermatologis misalnya gatal-gatal , kulit kering, infeksi
dan lain-lain. Obat topical juga dikemas dalam bentuk obat tetes
(instilasi) yang dipakai untuk tetes mata, telinga, atau hidung serta
dalam bentuk untuk irigasi baik mata, telinga, hidung, vagina,
maupun rectum.
Dalam memberikan pengobatan kita sebagai perawat harus
mengingat dan memahami prinsip enam benar benar agar kita dapat
terhindar dari kesalahan dalam memberikan obat.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui macam macam farmakologi pada system
integumen
2. Untuk mengetahui sediaan obat topical serta indikasi dan kontra-
indikasi obat topical pada system integumen
3. Untuk mengetahui farmakokinetik obat topical system Integumen
PEMBAHASAN

Eksim
 Eksim merupakan salah satu penyakit kulit yang banyak
terjadi di Indonesia. Eksim yang sering dijumpai di
masyarakat antara lain eksim atopik (eksim bawaan), iritan,
dan alergi.
 Eksim iritan disebabkan oleh bahan-bahan yang mampu
mengelupas lemak alami di kulit, seperti sabun, deterjen,
dan disinfektan.
 Sedangkan eksim karena alergi disebabkan oleh reaksi imun
terhadap bahan yang mengenai kulit dan baru muncul pada
pemaparan kedua dan berikutnya.
 Pada eksim, kulit menjadi sangat kering dan keras/berkerak
karena ketidakmampuan kulit menahan air di dalam sel-sel
kulit, maka dapat dikatakan juga kemampuan kulit sebagai
barier kimia, fisik, dan biologik menurun karena
keabnormalan dinding sel di epidermis.

Tahap-tahap eksim :
1. kemerahan kulit yang bisa dipicu oleh iritan atau alergen atau
faktor-faktor lainnya.
2. Saat kemerahan, mediator inflamasi dilepaskan di kulit
sehingga menyebabkan inflamasi/peradangan, sangat gatal,
terasa perih, kering dan terkadang hingga melepuh lalu pecah.
 ciri-ciri pada eksim akut:
kemerahan dan membengkak, timbul papula berupa sebuah
gelembung yang melepuh, eksudasi, lapisan kulit menjadi keras
permukaannya (kerak), dan bersisik.
 Ciri-ciri eksim kronis, permukaan kulit lebih keras dan berkerak,
lebih berpigmen/gelap, lebih tebal (karena digosok dan digaruk
terus menerus), eksudat sudah berkurang tetapi justru
berkembang hingga ke jaringan dalam kulit (lapisan dermis).

 Bagi sebagian pasien, dengan menggaruk dapat menghilangkan


rasa gatal padahal itu adalah gejala yang paling buruk.
 Dengan menggaruk justru turut meningkatkan pelepasan
mediator inflamasi di kulit dan memperparah rasa gatal dan juga
akan semakin membengkak.
 Ini juga membuat kulit semakin mudah dimasuki iritan ataupun
alergen sehingga membuat kulit kering, semakin meradang, dan
juga gatal.
 Begitulah siklus yang terjadi sehingga beberapa pengobatan
dimaksudkan untuk memecah siklus ini.
B. Pengobatan Eksim
Pengobatan eksim dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Sasaran terapi eksim adalah bagian kulit yang terkena eksim.
Menurut Clark (2002), ada tiga tujuan utama terapi eksim, yaitu:
1. mengobati kulit dan menjaganya tetap sehat,
2. mencegah ’flare-up’, dan
3. mengobati gejala yang muncul sesegera mungkin.

Strategi terapi
 Terapi non-farmakologis dapat dilakukan melalui pemakaian
emollient (krim, losion, salep, minyak) yang dapat
melembabkan kulit, menghindari faktor pemicu (iritan/alergen,
stress, makanan), dan juga menghilangkan kebiasaan
menggaruk. Pada tahun 1999, sebuah studi menunjukkan
bahwa pemakaian emollient mampu menurunkan keparahan
eksim atopik pada 89% anak-anak (Chambers and Roberts,
2003).
 Terapi farmakologis yang banyak digunakan adalah
pemakaian steroid topikal tetapi terkadang digunakan juga
antihistamin, oral streroid, antibiotik, pimecrolimus, dan
tacrolimus.

C.Steroid Topikal
Topikal berarti dioleskan pada kulit, bisa berupa krim, salep, atau
losion.
Steroid topikal digunakan untuk mengatasi inflamasi/peradangan
yang terjadi dan efektif untuk mengontrol ’flare-up’ yang membuat
rasa gatal dan kering.

Cara kerja Steroid :


1. Mencegah pelepasan fosfolipid dari membran sel kemudian
2. mencegah perubahannya menjadi prostaglandin dan mediator
inflamasi lainnya.
Steroid topikal ini sebaiknya digunakan saat gejala muncul
pertama kali karena luka selanjutnya akan lebih sulit untuk
diobati.
Beberapa kunci pemakaian steroid topikal pada eksim:
1. Mulailah pengobatan pada saat gejala muncul pertama kali.
2. Pilih jenis steroid dengan potensi cocok.
3. Pakai produk dengan hemat (tidak terlalu banyak dan terlalu
sering).
4. Untuk mendapat efek yang diinginkan cukup gunakan dalam
jangka waktu singkat; jangka waktu yang lama digunakan untuk
eksim akut sedangkan untuk eksim kronis membutuhkan
pengawasan dari dokter.
5. gunakan emollient (pelembab) pada waktu yang berbeda dengan
penggunaan steroid.
Steroid sebaiknya digunakan 30 menit setelah topikal emollient
atau setelah mandi dengan bath oil atau pengganti sabun untuk
menghilangkan sel-sel mati yang dapat mengganggu absorpsi.
Steroid topikal mampu menembus kulit sehingga beberapa dapat
ditemukan di dalam darah. Apabila sejumlah besar ditemukan di
dalam darah, efek samping akan muncul, antara lain penipisan kulit.
Hal ini bisa disebabkan pemakaian yang tidak tepat maka pemakaian
steroid topikal jangan sampai ke kulit normal. Dengan pemakaian
yang tepat, steroid topikal aman dan efektif untuk eksim.

D. Jenis Steroid Topikal


Steroid topikal tersedia pada banyak kekuatan, sebaiknya dipilih
yang kekuatannya paling lemah dahulu. Para lansia dan anak-anak
mempunyai kulit yang lebih tipis sehingga steroid yang lebih lemah
kekuatannya yang digunakan.
Steroid topikal mempunyai 4 macam kekuatan, yaitu
1.lemah,
2.sedikit kuat,
3.kuat,
4.sangat kuat.

Beberapa obat pilihannya:


1. Hidrokortison (potensi: lemah)
Nama Generik : hydrocortisone krim 1% dan 2,5%
Nama Dagang : Steroderm (Medikon) krim 1%;
Cortaid (Upjohn Indonesia) salep 0,5%;
Hufacort (Gratia Husada) krim 1% dan 2,5%.
Indikasi : radang kulit ringan seperti eksim, ruam popok
Kontra-indikasi : luka kulit akibat bakteri, jamur atau viral yang
tak diobati; jerawat ; akne vulgaris.
Bentuk sediaan : krim dan salep.
Dosis dan aturan pakai : dioleskan tipis 1-2 kali sehari
(kulit harus bersih dan kering)
Efek samping : jarang menimbulkan efek samping,
Resiko khusus/peringatan : penggunaan jangka panjang pada bayi
dan anak-anak (maksimal seminggu), penggunaan jangka panjang
pada wajah, bayi di bawah 1 tahun.

2. Ester betametason (potensi: kuat)


Nama Generik : bethametasone
Nama Dagang : Betason (Kimia Farma) krim 0,1%;
Corsaderm (Corsa) krim 0,1%;
Diprosone-Ov (Schering Plough Indonesia) salep dan krim 0,05%.
Indikasi : kelainan radang kulit yang berat seperti eksim tidak
menunjukkan respons pada kortikosteroid yang
kurang kuat; psoriasis.
Kontra-indikasi : luka kulit akibat bakteri, jamur atau viral yang tak
diobati; jerawat rosacea perioral dermatitis; akne
vulgaris.
Bentuk sediaan : krim dan salep.
Dosis dan aturan pakai :
-. dioleskan tipis 1-2 kali sehari, untuk lebih dari 13 tahun:
-. gunakan jumlah paling minim dalam jangka waktu yang pendek
(tidak lebih dari 2 minggu).
Efek samping : penekanan pituitary-adrenalaxis, dan efek samping
lokal (penipisan kulit, dermatitis kontak, dermatitis perioral,
depigmentasi ringan). Pemberian lebih dari 100 g/minggu dari
sediaan 0,1% menimbulkan penekanan adrenal.
Resiko khusus/peringatan : penggunaan jangka panjang pada bayi
dan anak-anak (maksimal seminggu), bayi di bawah 1 tahun, anak-
anak di bawah 12 tahun, penggunaan pada wajah .

Penggunaan Kortikosteroid Topikal pada Dermatitis Atopik Anak


 Dermatitis merupakan masalah kulit yang kerap dijumpai
dalam kehidupan sehari – hari.
 Salah satu dermatitis yang sering mendapat perhatian khusus
adalah dermatitis atopi, mengingat angka kejadiannya yang
cenderung terus meningkat dan dampaknya yang berakibat
pada kualitas hidup pasien maupun keluarganya.
 Peningkatan disebabkan diantaranya oleh tingginya tingkat
polusi udara, maraknya binatang peliharaan, usia tua saat
hamil, dan banyaknya jenis makanan yang beredar. Disamping
itu dermatitis atopi juga sangat jelas faktor herediternya.
 Kehadiran dermatitis atopi terkadang juga menyebabkan
masalah psikologis yang cukup besar. Bahkan apabila gejala
yang muncul cukup parah dapat mengganggu aktivitas sehari-
hari.
 Gejala umum dermatitis atopi yang sering dijumpai adalah rasa
gatal yang hebat. Padahal dengan menggaruk justru akan
menambah gambaran klinis bahkan dapat memperparah
keadaan dengan kemungkinan timbulnya infeksi sekunder.
Selain itu juga kulit menjadi kering dan menebal (likenifikasi),
disertai inflamasi dan eksudasi yang dapat kambuh sewaktu –
waktu.
 Faktor- factor yang dapat memicu dematitis atopi al :
 alergen makanan,
 alergen hirup,
 berbagai bahan iritan,
 dan stress, akan tetapi seberapa besar peran alergen
makanan dan alergen hirup ini masih kontroversial.
Secara umum, alergen makanan lebih berperan pada
dermatitis atopi usia dini.
 Patogenesis dermatitis atopi sampai saat ini belum diketahui
secara pasti sehingga belum ada pengobatan yang dapat
memberikan kesembuhan total pada penderita.
 penatalaksanaan dermatitis atopi memerlukan pendekatan
secara sistemik dan multidimensional.
 sasaran terapi pada penderita ini adalah inflamasi kulit (lesi
dermatitis atopi) beserta tanda dan gejala penyakit yang
muncul.
 Tujuan penatalaksanaan terapi :
1. untuk mengurangi dan mengatasi inflamasi beserta tanda
dan gejala penyakit yang menyertainya seperti kekeringan
kulit, gatal – gatal.
2. mencegah/mengurangi kekambuhan
3. mengeliminasi faktor pencetus.

 Strategi terapi
1. Terapi non farmakologi dapat dilakukan dengan melakukan
identifikasi dan eliminasi faktor pencetus seperti
menggunting kuku, menghindari zat iritatif (deterjen,
kosmetik, keringat, dsb.), sinar matahari dan beberapa
alergen spesifik (makanan, debu, stres, infeksi dsb).
2. Terapi farmakologi dapat dilakukan dengan memberikan
obat seperti kortikosteroid topikal, anti gatal, antibiotik, dan
krim hidrasi kulit.
 kortikosteroid topikal menjadi pilihan utama untuk dermatitis
atopi karena merupakan imunosupressan yang kuat dan
sebagai anti inflamasi.
 Penggunaan steroid topikal yang bersifat anti-inflamasi
merupakan dasar terapi untuk pengobatan lesi – lesi
dermatitis atopi dan bila digunakan sesuai anjuran,
kortikosteroid topikal cukup aman. Kekuatan kortikosteroid
yang dipilih harus memperhatikan pada keparahan gejala dan
lokasi lesi. Sebagai contoh pemakaian kortikosteroid topikal
dengan potensi kuat harus dihindarkan dari daerah wajah,
genitalia, dan daerah lipatan tubuh. Untuk daerah – daerah
tersebut obat yang secara umum direkomendasikan
merupakan obat dengan potensi ringan.
Tujuanya untuk menghindari adanya potensi efek samping
yang dimungkinkan muncul. Semakin tinggi potensinya,
semakin besar pula kemungkinan terjadi efek samping.
Penggunaan steroid topikal ini juga hanya ditekankan pada
daerah lesi dermatitis atopi saja sedangkan pada kulit yang
tidak terlibat, cukup dengan emolient untuk menghindari kulit
kering dan proses inflamasi.
 Terdapat 7 golongan kortikosteroid berdasarkan potensinya
yang tentunya juga mempunyai potensi efek samping yang
berbeda pada penggunaannya, terutama jika digunakan
dalam jangka panjang.
 Untuk potensi obat yang sangat kuat maka hanya untuk
digunakan dalam waktu yang sangat singkat dan hanya
pada lokasi yang mengalami penebalan (likenifikasi) berat,
tidak untuk wajah dan daerah lipatan. Steroid potensi
sedang dapat digunakan untuk periode yang lebih lama dan
ditujukan penggunaannya untuk lesi di badan dan
ekstremitas.

POTENSI KORTIKOSTEROID TOPIKAL

Konsentrasi dan
Nama Bentuk Sediaan Dosis

Potensi Sangat Tinggi

0,05% krim, salep,


Clobetasol aplikasi kulit
Propionate kepala 1 – 2 x/hari

0,1% krim,
Halcinonide solution 2 – 3 x/hari

Potensi Tinggi

Amcinonide 0,1% krim 2 -3 x/hari

Beclometasone 0,025% krim 2 x/hari


dipropionate

0,05% krim, salep,


Betamethasone cair 0,064% krim,
dipropionate salep, solution 1 – 3 x/hari

Betamethasone
valerate 0,025% krim 2 – 3 x/hari

0,1% krim, gel,


Betamethasone lotion, salep,
valerate solution 1 – 3 x/hari

0,05% gel, 0,025%


Desoximetasone krim, salep 1 – 3 x/hari

Difluocortolone 0,3% salep


valerate berlemak 2x/ hari

Difluocortolone 0,1% krim, salep


valerate berlemak, salep 1 – 3 x/hari

Fluclorolone
acetonide 0,025% krim 2 x/hari

Fluocinolone 0,025% krim, gel,


acetonide salep 0,03% salep 1 – 3 x/hari

Fluocinolone
acetonide 0,2% krim 2 – 3 x/hari

Fluocinolone 0,005% krim 1 – 3 x/hari


acetonide 0,01% krim, salep
0,0125% krim

Fluocinonide 0,05% krim, salep 2 – 3 x/hari

Fluocortolone/
fluocortolone
caproate 0,25%/0,25% krim 1 – 3 x/hari

Fluocortolone
pivalate/
fluocortolone 0,25%/0.25%
caproate salep 1 – 3 x/hari

Fluticasone 0,05% krim,


propionate 0,005% salep 1 – 2 x/hari

Hydrocortisone
aceponate 0,127% krim 1 – 2 x/hari

Methylprednisolone 0,1% krim, salep


aceponate berlemak, salep 1 – 2 x/hari

0,1% krim, salep,


Mometasone furoate lotion 1 x/hari

Prednicarbate 0,25% krim 1 – 2 x/hari

Potensi Sedang

Alclometasone
dipropionate 0, 05% krim, salep 2 – 3 x/hari
Sampai 4
Clobetasone butyrate 0,05% krim, salep x/hari

0,05% krim, salep,


Desonide lotion 2 x/hari

Fluprednidene 0,1% krim,


acetate solution 2 x/hari

0,1% krim, salep,


Triamcinolone lotion 0,2% krim,
acetonide 0,02% krim 2 – 3x/hari

Potensi Rendah

0,5% krim, 1%
lotion, gel, krim
Hydrocortisone 2,5% krim 2 – 3 x/hari

Hydrocortisone 1% krim, salep


acetate 2,5% krim 2 – 3 x/hari

Dalam aplikasinya sebagian besar obat sebaiknya diberikan 1 –


2 x/hari. Untuk daerah telapak tangan dan kaki dapat diberikan lebih
sering. Penggunaan kortikosteroid topikal dengan potensi sangat
tinggi hanya direkomendasikan selama 1 – 2 minggu (paling lama 3
minggu) kemudian beralih ke potensi yang lebih ringan seiring
dengan perbaikan kondisi dan emolient untuk mencapai hidrasi
kulit. Sebaiknya obat dengan potensi sangat tinggi tidak digunakan
untuk anak di bawah 1 tahun.
 Efek Samping yang mungkin terjadi selama pemakaian
kortikosteroid dan senantiasa harus dikendalikan adalah
efek lokal, meliputi penipisan kulit yang dapat membaik
dengan penghentian obat, perburukan kondisi infeksi,
dermatitis kontak, jerawat pada tempat pemberian, dan
hipopigmentasi reversibel. Sedangkan efek sistemiknya
dapat berupa penyerapan melalui kulit yang dapat
menyebabkan supresi sumbu pituitari – adrenal, gangguan
pertumbuhan .
Dalam prakteknya kortikosteroid topikal dengan potensi
rendah jarang menimbulkan efek samping begitu pula
dengan potensi sedang dan tinggi juga jarang menimbulkan
masalah jika digunakan kurang dari 3 bulan.

Krim Permethrin 5% untuk Pengobatan Scabies


Scabies disebabkan oleh mite (tungau). Scabies mites tertarik
pada bau dan kehangatan dari manusia. Tungau ini ukurannya
cukup besar sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang dan
sering menular diantara orang-orang yang tidur bersama. Kadang
tungau ditularkan melalui pakaian, seprei dan benda-benda lainnya
yang digunakan secara bersama-sama; masa hidupnya hanya
sebentar dan pencucian biasa bisa menghancurkan tungau ini.
Tungau betina membuat terowongan di bawah lapisan kulit paling
atas dan menyimpan telurnya dalam lubang. Beberapa hari
kemudian akan menetas tungau muda (larva). Infeksi menyebabkan
gatal-gatal hebat, kemungkinan merupakan suatu reaksi
alergi terhadap tungau.
Ciri khas dari scabies adalah gatal-gatal hebat, yang biasanya
semakin memburuk pada malam hari. Lubang tungau tampak
sebagai garis bergelombang dengan panjang sampai 2,5 cm, kadang
pada ujungnya terdapat beruntusan kecil. Lubang/terowongan
tungau dan gatal-gatal paling sering ditemukan dan dirasakan di
sela-sela jari tangan, pada pergelangan tangan, sikut, ketiak, di
sekitar puting payudara wanita, alat kelamin pria, di sepanjang garis
ikat pinggang dan bokong bagian bawah. Infeksi jarang mengenai
wajah, kecuali pada anak-anak dimana lesinya muncul sebagai
lepuhan berisi air. Lama-lama terowongan ini sulit untuk dilihat
karena tertutup oleh peradangan yang terjadi akibat penggarukan.
Ada banyak infeksi tungau (mite) yang bukan merupakan
scabies. Maka dari itu harus dilakukan biopsy untuk memastikan
infeksi disebabkan oleh apa. Tungau scabies pada manusia (Human
scabies mites) bukan merupakan sarcopic mange mites yang
mengenai hewan. Sarcopic mange mites bisa terbawa pada manusia
tetapi tidak bisa menggali kulit manusia. Jika hewan terinfeksi
tungau mange, maka meraka harus diobati secara terpisah.
Tujuan Pengobatan :
-. untuk membunuh tungau scabies
Permethrin 5% cream efektif dan aman digunakan dalam terapi
manajemen scabies. Pengobatan terdiri dari aplikasi tunggal selama
8-12 jam. Kemudian bisa diulangi dalam kurun 1 minggu.
Pasien yang hamil harus diobati hanya bila mereka punya
riwayat penyakit scabies. Permethrin 5% cream bisa diaplikasikan
sekali untuk 12 jam atau sulfur 5% – 6% dalam petrolatum
diaplikasikan setiap malam selama 3 malam dari tulang selangkang
kebawah bisa digunakan. Pasien akan terus mengalami gatal-gatal
selama beberapa minggu setelah pengobatan. Bisa digunakan
triamcolone 0,1% cream untuk mengobati dermatitis nya.

Kebanyakan gagalnya pengobatan scabies berhubungan


dengan salah pengunaan obat atau pengobatan yang tidak tuntas.
Dalam kasus ini, ulangi pengobatan dengan permethrin sekali setiap
minggu untuk 2 minggu, dengan disertai edukasi mengenai metode
dan luas permukaan yang diaplikasikan.

 Obat pilihan
yang disarankan untuk terapi Scabies adalah Scabimite cream
dengan bahan aktif nya permethrin 5%.
a. Nama dagang di Indonesia Scabimite cream 5%
b. Bentuk sediaan Cream 5% x 10 g, 30 g.
c. Farmakologi
 Permethrin bekerja dengan cara mengganggu polarisasi
dinding sel syaraf parasit yaitu melalui ikatan dengan
Natrium. Hal ini memperlambat repolarisasi dinding sel
dan akhirnya terjadi paralise parasit.
 Permethrin dimetabolisir dengan cepat di kulit, hasil
metabolisme yang bersifat tidak aktif akan segera
diekskresi melalui urine.
 Permethrin juga diabsorbsi setelah pengaplikasian secara
topikal, tetapi kulit juga merupakan sebuah tempat
metabolisme dan konjugasi metabolit.

d. Indikasi
Permethrin cream 5% digunakan untuk terapi investasi Sarcoptes
scabiei.
e. Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap Permethrin, Pirethroid sintetis atau
Pirethrin.
f. Cara pemakaian
Permethrin cream digunakan untuk sekali pemakaian. Oleskan
Permethrin cream merata pada seluruh permukaan kulit mulai
dari kepala sampai ke jari-jari kaki, terutama daerah belakang
telinga, lipatan bokong dan sela-sela jari kaki. Lama pemakaian
selama 8-12 jam. Dianjurkan pengolesan pada malam hari
kemudian dicuci pada keesokan harinya.
g. Efek samping
Dapat timbul rasa panas seperti terbakar yang ringan, pedih,
gatal, eritema, ruam kulit. Efek samping ini bersifat sementara
dan akan menghilang sendiri.

h. Peringatan
 Infestasi Scabies kadang diikuti dengan adanya pruritus,
edema dan erythema.
 Pengobatan dengan Scabimite bisa secara sementara
memperburuk kondisi ini.
 Keamanan dan keefektifan pada anak-anak berumur kurang
dari 2 bulan belum diumumkan.
 Penggunaan selama kehamilan dan menyusui harus
berdasarkan rekomendasi dokter.
i. Keuntungan
 Aman dan efektif untuk digunakan dalam beberapa tingkat
scabies.
 Diaplikasikan secara tunggal (sekali pemakaian)
 Non-neurotoxic scabicide

IMPETIGO
Impetigo merupakan suatu infeksi kulit superfisial (kulit bagian atas)
yang disebabkan oleh bakteri streptokokus atau bakteri
stafilokokus. Penyakit impetigo ditandai dengan adanya bula yaitu
benjolan pada kulit dengan diameter >0,5 cm dan berisi cairan yang
merupakan pustula(penumpukkan nanah dalam kulit).
Gambaran klinis dari penyakit ini yaitu bula yang berdinding tipis
sehingga mudah pecah akan menimbulkan krusta (koreng) pada
kulit.
Pengobatan infeksi ini dapat digunakan antibiotik secara topikal dan
oral.
Tujuan terapinya
 mengobati infeksi,
 mencegah penularan,
 menghilangkan rasa tidak nyaman,
 dan mencegah terjadinya kekambuhan.
Sasaran terapinya yaitu infeksi bakteri streptokokus atau
stafilokokus.
Cara Terapi
1. non farmakologis untuk pengobatan impetigo yaitu
menghilangkan krusta dengan cara mandi selama 20-30
menit disertai mengelupaskan krusta dengan handuk basah
dan bila perlu olesi dengan zat antibakteri, mencegah
menggaruk daerah lecet atau dapat dilakukan dengan menutup
daerah yang lecet dengan perban tahan air dan memotong
kuku, lanjutkan pengobatan sampai semua luka lecet sembuh.
2. Terapi farmakologis yang digunakan yaitu menggunakan
antibiotik topikal atau antibiotik per-oral. Penggunaan
antibiotik per-oral diberikan jika pasien sensitif terhadap
antibiotik topikal dan kondisi penyakit atau lesi yang
ditimbulkan sudah parah (lesi lebih luas). Antibiotik topikal
yang dapat digunakan yaitu mupirocin dan asam fusidat.
Antibiotik per-oral yang dapat digunakan yaitu eritromisin dan
flukloksasilin.
Pilihan obat
 Antibiotik topical
1. Mupirocin
Nama Generik : Mupirocin
Nama paten : BACTROBAN (GlaxoSmithKline)
Brand name : Bactoderm (Ikapharmindo)
Indikasi : infeksi kulit primer akut, misalnya
impetigo, folikulitis, furunkulosis
Kontraindikasi : hipersensitif terhadap mupirocin
Bentuk sediaan : salep dan krim
Dosis : salep→oleskan 3x/hr selama 10 hari,
Efek samping : rasa terbakar, gatal, rasa tersengat,
kemerahan
Peringatan : hindari kontak dengan mata. Hati-hati
penggunaan pada gangguan ginjal sedang sampai berat, hamil,
lakatasi. Hentikan penggunaan jika terjadi reaksi sensitivitas
atau reaksi kimia. Tidak untuk digunakan pada permukaan
mukosa.
Penggunaan jangka panjang menyebabkan pertumbuhan
berlebihan dari mikroorganisme yang tidak diinginkan.
2. Asam Fusidat
Nama Generik : Asam Fusidat
Brand name : Afucid (Ferron), Fusycom (Combiphar), Fuladic
(Guardian), Futaderm (Interbat)
Indikasi : Impetigo kontagiosum, folikulitis superfisdial,
furunkulosis, sikosis barbae, hidradenitis akselaris, abses,
paronikia, eritrasma
Kontraindikasi : hipersensitif terhadap asam fusidat.
Bentuk sediaan : salep(Na fusidat) dan krim (asam fusidat)
Dosis : tanpa pembalut/kasa steril : gunakan 3-4x/hari
dengan pembalut/kasa steril : gunakan lebih sering lama terapi
kurang lebih 7 hari.
Efek samping : reaksi sensitifitas misalnya ruam kulit, urtikaria,
iritasi
Peringatan : hindari penggunaan pada bagian mata.
Penggunaan jangka dapat meningkatkan resiko sensitisasi kulit dan
resistensi bakteri. Hamil trimester pertama. Bayi baru lahir.

 Antibiotik per-oral
1. Eritromisin
Nama Generik : Eritromisin
Nama paten : ERYTHROCIN (Abbott)
Indikasi : infeksi saluran nafas bagian atas dan bawah
tonsilitas, abses peritonsiler, faringitis, laringitis, sinusitis,
infeksi sekunder pada demam dan flu, trakeitis, bronkitis akut dan
kronis, pneunomia, bronkiektaksis.
Infeksi telinga: otitis media dan eksternal, mastoiditis.
Infeksi oral : gingivitis, angina vincenti.
Infeksi mata: blefaritis.
Infeksi kulit dan jaringan lunak: furunkel dan karbunkel,
paronikia, abses, akne pustularis, impetigo, selulitis, erisipelas.
Kontraindikasi : hipersensitif terhadap eritromisin, penyakit hati.
Bentuk sediaan : tablet atau kapsul
Dosis : dewasa 1-2g/hr tiap 6, 8 atau 12 jam. Infeksi berat
4g/hr dalam dosis terbagi. Anak 30-50 mg/kgBB/hr tiap 6, 8 atau 12
jam. Bayi-2tahun 125mg 4x/hr, 2-8tahun 250 mg 4x/hr atau 500 mg
tiap12jam Sebelum atau pada waktu makan.
Efek samping : jarang: hepatotoksik, ototoksik.
Gangguan GI : mual, muntah, nyeri perut,diare.
Urtikaria, ruam dan reaksi alergi lainya.
Peringatan : gangguan ginjal, gangguan fungsi hati,
porfiria, kehamilan (tidak diketahui efek buruknya) menyusui
(sejumlah kecil masuk ke ASI)

2. Flukloksasilin
Nama Generik : flukloksasilin Na monohidrat
Indikasi : infeksi bakteri gram(+) termasuk yang resisten
penisilin.
Infeksi karena stapilokokus terutama pada kulit
(impetigo, selulitis)
Kontraindikasi : hipersensitif terhadap penisilin, bayi yang lahir
dari ibu yang hipersensitif penisilin.
Bentuk sediaan : kapsul (250 mg, 500mg)
Dosis : dewasa 250-500 mg tiap 8 jam (3x/hr).
Anak <2tahun 62,5mg 3x/hr (tiap 8 jam), 2-10tahun
125 mg 3x/hr (tiap 8 jam)
Efek samping : mual, muntah, nyeri perut, diare.Urtikaria, ruam
kulit, kadang terjadi reaksi anafilaktik.
Peringatan : hipersensitif penisilin, gangguan ginjal, leukimia
limfatik

 Penggunaan Triamcinolon Topikal Dalam Terapi Dermatitis Atopik


Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh, kira-kira sebesar
17% dari berat tubuh manusia. Ketebalan kulit berkisar antara 3-
5mm. Fungsi utama dari kulit adalah untuk melindungi struktur
dibawahnya dari trauma, perbedaan suhu, masuknya benda-
benda yang berbahaya ke dalam kulit, kelembaban, radiasi, dan
invasi mikroorganisme. Lapisan kulit ada tiga, yaitu epidermis
yang mempunyai fungsi utama sebagai barrier tubuh, dermis
yang mempunyai fungsi utama untuk menjaga tubuh dari luka
mekanis dan mendukung dermal appendage dan epidermis, dan
jaringan subkutan yang mempunyai fungsi utama mendukung
dermis dan epidermis, dan sebagai tempat penimbunan lemak.

 Dermatitis atopik (DA) merupakan penyakit yang kronik,


kambuhan, gatal dan radang yang juga dikenal dengan nama
atopic eczema.
 Dermatitis atopik sering disebut eksim ringan.
 Umumnya DA menyebar pada permukaan bagian utama tubuh.
Wajah, kulit kepala dan leher.
Dermatitis atopik sering disertai xerosis atau kekeringan,
terbakar, dan daerah yang tidak radang meluas ke seluruh tubuh.
Dermatitis tidak hanya menyebabkan gatal, namun perlindungan
lapisan kulit menjadi tidak normal. Mudah teririasi karena alergi.
 Penyebab DA adalah komplikasi genetik, lingkungan.
 Gatal yang terus menerus dan reaktivitas kulit adalah tanda dari
penyakit DA. Luka ruam yang akut mengalami gatal yang intens.
Luka gatal ini jika digaruk akan mengeluarkan eksudat. Luka
subakut lebih tebal, lebih pucat, bersisik dan kemerahan. Luka
kronik memiliki karakteristik penebalan, noda-noda tonjolan, dan
tonjolan jaringan fibrosa.
Pemicu imunologi dapat berpengaruh pada perkembangan
DA, yaitu allergen makanan dan aeroallergen. Macam-macam
allergen menyebabkan 85% pasien DA hasil tes serum IgE
antibodinya positif. Dermatitis atopik juga biasa disebabkan
karena aeroallergen (sampah, pollen, dll). Tes alergi hewan
peliharaan juga dapat dilakukan. Alergi makanan juga dapat
menjadi faktor DA. Telur, susu, kacang dan gandum tercatat
hampir 90% menjadi allergen makanan pada anak dengan DA.
Walaupun allergen makanan sudah dihindari namun kondisi akan
tetap sampai 1-3 tahun kemudian.
Air susu ibu merupakan hipolergenik terbesar sebagai nutrisi
bayi, kecuali jika ibu menyusui berdiet khusus selama menyusui.
Situasi stres karena pasien frustasi akibat gatal sering terjadi.
Namun stres sendiri tidak menyebabkan DA. Mengetahui irritan
juga diperlukan, contohnya sabun, detergen, baju, rokok,
temperatur, kelembaban dapat menjadi faktor walau sinar UV
menguntungkan untuk beberapa pasien, tapi sunscreen tetap
diperlukan untuk menghindari terbakar sinar matahari. Namun
bahan kimia sunscreen seringkali dapat menyebabkan dermatitis.
 Sasaran terapi DA adalah menghilangkan gejala DA.
Strategi terapi DA :
1. terapi nonfarmakologi bisa termasuk menghindari kontak
dengan parfum, sabun berwarna dan detergen.
Menggunakan cara 2 kali bilas untuk cucian, menghindari
fluktuasi temperatur yang ekstrim, dan lain sebagainya.
Tabir surya harus digunakan pada pasien dengan DA, tapi
penggunaan agen nonkimia seperti tabir surya, titanium
atau zinc oxide mungkin bisa menyebabkan iritasi lebih
lanjut atau kontak dermatitis.
2. Terapi farmakologis DA dapat dilakukan dengan
menggunakan kortikosteroid topikal, antihistamin .
Pada terapi, sangat penting untuk memilih bentuk sediaan obat. Jika
lukanya basah maka harus dikeringkan, jika lukanya kering maka
harus dibasahkan. Sediaan basah sangat berguna pada luka akut
yang kering, luka radang sedangkan basis salep sangat berguna
untuk luka kronik, penebalan. Pemilihan pembawa untuk luka kronik
berdasarkan kecocokan pasien. Seringkali pasien dengan penyakit
kulit kronis menggunakan berbagai tipe pembawa contohnya basis
krim yang kering pada pagi hari dan basis salep pada malam hari
walaupun berminyak namun merupakan emollient yang lebih baik.
Formulasi obat dermatologik yang tersedia adalah larutan, suspensi,
lotion kocok, serbuk, lotion, emulsi, gel, krim, salep dan aerosol.
Kortikosteroid topikal merupakan obat yang biasa digunakan
dalam menangani inflamasi dan pruritus yang disebabkan oleh DA.
Kortikosteroid topikal digunakan untuk pengobatan reaktif dalam
jangka pendek untuk flare-ups akut. Penggunaan kortikosteroid
topikal harus ditambah dengan emollients.

 obat-obat yang termasuk golongan kortikosteroid yaitu


hidrokortison, prednisolon, derivat 9-α-fluor (triamcinolon,
deksametason, betametason), derivat 6-α-fluor, derivat difluor
(flutikason, flumitason), derivat klor (beklometason, mometason),
derivat klor-fluor (klobetasol, fluklorolon).
 Triamcinolon merupakan kortikosteroid sintetik poten yang
digunakan untuk mengobati sejumlah autoimun dan kondisi
alergi. Triamcinolon acetonide merupakan kortikosteroid
terhalogenasi pertama yang digunakan secara topikal dengan
luas dan ketika dikenalkan pertama kali ditemukan secara
dramatis lebih efektif daripada beberapa dermatitis topikal
sebelumnya.
 Triamcinolon merupakan kortikosteroid topikal pertama yang
mempunyai efek terapeutik pada psoriasis.

Penggunaan Triamcinolon Topikal


 Indikasi: inflamasi dermatitis yang responsif terhadap steroid.
 Kontraindikasi: hipersensitif terhadap triamcinolon atau bahan
lain dalam formulasi, infeksi jamur sistemik, infeksi serius
(kecuali septic shock dan tuberculous meningitis), terapi
utama pada keadaan asmatikus, infeksi jamur, virus atau
bakteri pada mulut dan tenggorokan.
 Peringatan: jangan digunakan pada kulit terbuka atau luka.
 Efek samping: gatal-gatal, alergi dermatitis kontak, kekeringan,
folikulitis, infeksi kulit (kedua), hipertrikosis, erupsi
menyerupai bentuk jerawat, hipopigmentasi, maserasi kulit,
atrofi kulit, striae, miliaria, dermatitis perioral, atrofi mukosa
oral.
 Farmakologi:
Triamcinolon merupakan kortikosteroid terfluorinasi sintesis
yang aktivitas glukokortikoid-nya meningkat hebat dan
aktivitas mineralkortikoid-nya banyak berkurang dibanding
kortisol.
Aksi antiinflamasi triamcinolon adalah mensupresi atau
mencegah tanda-tanda inflamasi seperti panas lokal,
kemerahan, lembek, bengkak, tanpa menghiraukan
penyebabnya. Mikroskopik utama awal (dilatasi kapiler,
oedema, migrasi leukosit dan fagosit) dan tanda-tanda
berikutnya (proliferasi kapiler dan fibroblas, deposisi kolagen)
terhambat. Beberapa hal utama ini muncul karena
terbentuknya inhibitor fosfolipase, lipokortin yang menurunkan
suplai asam arakidonat untuk sintesis prostaglandin dan
leukotrien.
 Mekanisme aksi: menurunkan inflamasi dengan menekan
migrasi leukosit polimorfonuklear dan menurunkan
permeabilitas kapiler, menekan sistem imun dengan
menurunkan aktivitas dan volum sistem limfatik, menekan
fungsi adrenal (pada dosis tinggi).
 Dosis: cream lapisan tipis pada daerah dikehendaki 2 – 4 kali
sehari;
 Nama dagang triamcinolon di Indonesia yaitu: Kenacort A®,
Kenalog in orabase®, Ketricin
 Penggunaan Tacrolimus pada Atopic Dermatitis
Dermatitis atopik merupakan penyakit kulit sangat gatal
berupa bercak kemerahan bersisik, terdapat pada wajah dan
daerah-daerah lipatan yang bisa menjadi basah dan
mengering seperti koreng. Garukan dan gesekan akan
menyebabkan infeksi, penebalan kulit.

Dermatitis atopik dibagi menjadi tiga fase yaitu:


1. Dermatitis atopik fase infantil (bayi usia 0-2 tahun)
2. Dermatitis atopik fase anak (anak usia 2-12 tahun)
3.Dermatitis atopik fase dewasa (usia 12-18 tahun)

 Faktor pencetus
1. Penggunaan sabun atau detergen, bahan kimia yang
dapat memicu rasa gatal pada kulit
2. Pakaian dari bahan wol atau berserat kasar
3. Keringat berlebihan, disebabkan lingkungan yang
bersuhu panas/dingin dan kelembaban tinggi atau
rendah, sinar matahari.
4. Akibat tungau debu rumah, bulu binatang, serbuk sari,
karpet, dll.
SasaranTerapi
untuk penyakit dermatitis atopik ini lebih untuk mengatasi
kekeringan kulit yang timbul, menghilangkan inflamasi, mengurangi
rasa gatal, mengidentifikasi dan menghilangkan faktor pencetus.
Tujuan
Perawatan dan pengobatan dermatitis atopik harus dilakukan
mengingat penyakit ini kronis dan sangat mengganggu. Banyak
faktor yang menyebabkan kambuh antara lain alergen, infeksi kulit,
iritasi, berkeringat, kedinginan, stress. Oleh karena itu pengobatan
pada dasarnya dengan menghindari hal-hal tersebut. Tujuan dari
terapi dermatitis atopik yaitu untuk
(1) melembutkan kulit dengan emolien,
(2) mengurangi rasa gatal dengan antihistamin oral,
(3) mengurangi inflamasi dengan steroid topikal

Kesimpulan
Obat topical adalah obat yang diberikan dengan cara mengoleskan
dan memberikan efek local missal pada kulit yang bertujuan untuk
memperoleh reaksi lokal dari obat tersebut, pada mata yang yang
biasa berbentuk tetes mata yang bertujuan untuk mengobati
gangguan pada mata, untuk mendilatasi pupil pada pemeriksaan
‘struktur internal mata, untuk melemahkan otot lensa mata pada
pengukuran refraksi mata,untuk mencegah kekeringan pada mata
dan juga pemberian obat topical pada telinga yang bertujuan untuk
memberikan effek terapi lokal (mengurangi peradangan, membunuh
organisme penyebab infeksi pada kanal telinga eksternal),
menghilangkan nyeri.
Tugas
1. Cari 2 macam obat penyakit kulit dengan sebutkan
a. Golongan
b. Nama generic / brand
c. Dosis
d. Indikasi
e. Efek samping
f. Cara kerja
g. Cara penyimpanan

TERIMAKASIH
DAFTAR PUSTAKA
Davey, P., 2003, At a Glance MEDICINE, Erlangga, Jakarta.
Tatro, D. S., 2004, A to Z Drugs Facts, 5th Edition, Wolters Kluwer
Health, Inc., USA
Amiruddin M D, 2005, Penatalaksanaan Dermatitis Atopik. Jurnal
Med Nus Vol. 26 No. 1 Januari-Maret 2005.
Corwin, Elizabeth, J, 2000, Buku Saku Patofisiologi, 606-607, EGC,
Jakarta.
Tan, H. T., dan Rahardja, K., 2003, Obat-obat Penting, 688 – 690, PT.
Elex Media Komputindo, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai