Anda di halaman 1dari 80

Milik teknik mesin Universitas Pamulang untuk kalangan sendiri

Diktat kuliah
instalasi pembangkit
tenaga uap

Disusun oleh :

Jaim ST

Program studi teknik mesin


Fakultas teknik
Universitas Pamulang
Daftar Isi

BAB I KETEL UAP........................................................................................ 1

1.1 Pengertian ketel uap ........................................................................ 2


1.2 Komponen Ketel Uap...................................................................... 2
1.3 Prinsip Ketel Uap ............................................................................ 6
1.4 Siklus Air di Boiler ......................................................................... 7
1.5 Jenis-jenis Ketel Uap ...................................................................... 9
1.5.1 Keuntungan dan kerugian ketel pipa api ......... 15
1.5.2 Keuntungan dan kerugian ketel pipa air ......... 15
1.5.3 Panas Laten ..................................................... 16
1.5.4 Efisiensi........................................................... 16
1.5.5 Jenis uapBerdasarkan proses pembentukan uap
......................................................................... 17
1.5.6 Usaha............................................................... 18
1.5.7 Entalpi Uap ..................................................... 19
BAB II PERPINDAHAN PANAS PADA BOILER ...................................................... 20

2.1 Perpindahan Kalor pada Lorong Api ............................................ 21


2.2 Perpindahan kalor dari pembakaran ke dinding dalam lorong api
....................................................................................................... 22
2.3 Perpindahan kalor dari dinding dalam ke dinding luar lorong api
....................................................................................................... 25
2.4 Perpindahan kalor dari dinding luar lorong api ke air................... 26
2.5 Analisis Perpindahan Kalor .......................................................... 28
2.6 Perpindahan kalor secara Radiasi atau pancaran .......................... 32

2.7 Perpindahan kalor secara konveksi atau aliran ............................. 34

BAB III Bahan Bakar ........................................................................................ 38


3.1 Komposisi Bahan Bakar ............................................................... 39
3.2 Pembakaran ................................................................................... 39
3.3 Spesifikasi Bahan Bakar ............................................................... 41
3.3.1 Bahan Bakar Padat .......................................... 47
3.3.2 Bahan Bakar Cair ............................................ 48
3.3.3 Bahan Bakar Gas ............................................. 50
3.4 Proses Pembakaran ....................................................................... 51
3.5 Perbandingan Udara -Bahan Bakar ............................................... 52
3.6 Susunan Gas Asap ......................................................................... 54
3.7 Neraca Bahan dan Neraca Kalor ................................................... 55
3.8 Operasi Pembakaran ..................................................................... 55
3.9 Pencemaran ................................................................................... 59

BAB IV TERMODINAMIKA ........................................................................ 63


4.1 Pendahuluan .................................................................................. 63
4.2 Beberapa Siklus dalam termodinamika......................................... 63
4.3 Hukum Pertama Termodinamika .................................................. 72
4.4 Hukum kedua Termodinamika...................................................... 73
4.5 Hukum ketiga Termodinamika ..................................................... 75
4.6 Kalorimetri .................................................................................... 76
4.7 Kalor Jenis (kalor spesifik) ........................................................... 78
4.8 Entalpi
4.9 80
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 83
Ketel uap

Ketel uap ( Boiler) Ketel uap adalah sebuah alat untuk menghasilkan
uap,dimana terdiri dari dua bagian yang penting yaitu: dapur pemanasan, dimana
yangmenghasilkan panas yang didapat dari pembakaran bahan bakar dan boiler
proper,sebuah alat yang mengubah air menjadi uap.

Uap atau fluida panas kemudian disirkulasikan dari ketel untuk


berbagai proses dalam aplikasi pemanasan. Ketel atau pembangkit uap adalah salah s
atudari sekian banyak peralatan dalam siklus energi thermal yang bertujuan
untukmerubah air menjadi uapyang berguna.

Uap yang dihasilkan tersebut kemudian dapat membangkitkan tenagamekanik


atau mensuplai panas bagi keperluan industri ( manufacturing proses)Bentuk dari
ketel uap secara garis besar merupakan suatu bejana tertutup, dimanakalor dari
pembakaran bahan bakar dipindahkan ke air melalui ruang bakar dan bidang-bidang
pemanas.

Energi dalam (intenal energi) dari air akan meningkat seiring


denganmeningkatnya temperature dan tekanan. Dimana pada suatu tingkat
keadaantertentu air akan berobah menjadi uap (menguap) Sumber kalor untuk ketel
dapat berupa bahan baker dalam bentuk padat, cair atau gas.Bahkan
dewasa ini sumberkalor dengan menggunakan energi listrik atau nuklir banay
dikembangkan.

Cara kerja ketel uap Air umpan ketel dari tangki dipompakan ke
economizeruntuk dipanaskan awal sebelum masuk ketel uap Dari economiser air
yang sudahhangat dialirkan ke ketel, selanjutnya dipanaskan sampai menghasilkan
uap jenuh(saturated steam) Uap jenuh dari ketel dipanaskan lanjut di pemanas
lanjut(superheater) dan menghasilkan uap panas lanjut (superheated steam) yang
siapuntuk digunakan, seperti menggerakkan turbin uap (steam turbine),
untukkeperluan pemrosesan (merebus, memanaskan, dll.) Steam generation juga
dilengkapi dengan peralatanperalatan keselamatan, seperti : pengukur level air
diketel, Pengukur tekanan di ketel dll.

1. Pengertian Ketel Uap

Ketel uap merupakan gabungan yang kompleks dari pipa-pipa


penguapan(evaporator), pemanas lanjut (superheater), pemanas air (ekonomiser)
dan pemanas udara (air heater). Pipa-pipa penguapan (evapurator) dan pemanas
lanjut(superheater) mendapat kalor langsung dari proses pembakaran bahan
bakar,sedangkan pemanas air (economiser) dan pemanas udara (air heater)
mendapatkalor dari sisa gas hasil pembakaran sebelum dibuang ke atmosfer.
Ketel uap adalah sebuah alat untuk menghasilkan uap, dimana terdiri daridua
bagian yang penting yaitu: dapur pemanasan, dimana yang
menghasilkan panas yang didapat dari pembakaran bahan bakar dan boiler proper, se
buah alatyang mengubah air menjadi uap. Uap atau fluida panas kemudian
disirkulasikandari ketel untuk berbagai proses dalam aplikasi pemanasan.
Uap yang dihasilkan bisa dimanfaatkan untuk:
a) mesin pembakaran luar seperti: mesin uap dan turbin
b) suplai tekanan rendah bagi kerja proses di industri seperti
industri pemintalan, pabrik gula dan sebagainya
c) menghasilkan air panas, dimana bisa digunakan untuk instalasi
pemanas bertekanan rendah.

2. Komponen Ketel Uap

Komponen sistem ketel uap terdiri dari komponen utama dan


komponen bantu yang masing-masing memiliki fungsi untuk menyokong
prinsip kerja keteluap.
Keterangan:
1. Dearator
2. Bagasse distribution conveyor
3. Dapur (furnace)
4. Superheated steam valve
5. Air heather
6. Induced Draft Fan (I.D.F)
7. Cerobong asap (chimney)
8. Secondary fan

Komponen utama ketel uap terdiri dari:

a. Ruang Pembakaran (F u r n a c )
Furnace adalah dapur sebagai penerima panas bahan bakar
untuk pembakaran, yang terdapat fire gate di bagian bawah sebagai alas
bahan bakar dan yang sekelilingnya adalah pipa-
pipa air ketel yang menempel pada dinding tembok ruang pembakaran yang
menerima panas dari bahan bakar secara radiasi, konduksi, dan konveksi.
b. D r u m A i r d a n D r u m U a p
Drum air terletak pada bagian bawah yang berisi dari tangkikondensat yang
dipanaskan dalam daerator, disamping itu berfungsisebagai tempat
pengendapan kotoran-kotoran dalam air yang dikeluarkanmelalui proses
blowdown. Drum uap terletak pada bagian atas yang berisiuap yang kemudian
disalurkan ke steam header
c. Pemanas Lanjut ( Super Heater)
Super heater adalah bagian-bagian ketel yang berfungsi
sebagai pemanas uap, dari
saturated steam (±250°C) menjadi super heated steam (±360°C).
d. Ai r He a t e r
Air heater adalah alat pemanas udara penghembus bahan bakar.
e. Dust Coll ector
Dust collector adalah alat pengumpul abu atau penangkap abu padasepanjang
aliran gas pembakaran bahan bakar sampai kepada gas buang.
f. Soot blower
Soot blower adalah alat yang berfungsi sebagai pembersih jelagaatau abu yang
menempel pada pipa-pipa.Sedangkan untuk komponen bantu dalam sistem
ketel uap antara lain:
a) Air pengisi ketel (boiler feed water)
Air pengisi ketel didapatkan dari 2 sumber yaitu:
air condensate,didapatkan dari hasil pengembunan uap bekas
yang telah digunakansebagai pemanas pada
evaporator, juice heater dan vacuum pan. Aircondensate ini
ditampung dan kemudian dialirkan ke station boiler sebagaiair
umpan pengisi ketel dengan persyaratan Ph: 8,5, Iron (ppm) :
0,002,Oxygen (ppm) : 0,02
b) Dearator
Merupakan pemanas air sebelum dipompa kedalam
ketel sebagaiair pengisian. Media pemanas adalah exhaust
steam pada tekanan ± 1kg/cm 2 dengan suhu ± 150°C,
sehingga didapatkan air pengisian ketelyang bersuhu antara
100°C-105°C. Fungsi utamanya adalahmenghilangkan oksigen
(O2) dan untuk menghindari terjadinya karat padadinding
ketel.
c) High pressure feed water pump
Berfungsi untuk melayani kebutuhan air pengisi ketel
yangdijadikan uap, sampai dengan kapasitas ketel yang
maksimum, sehinggaketel uap akan dapat bekerja dengan
aman. Kapasitas pompa harus lebihtinggi dari kapasitas ketel,
minimum 1,25 kali, tekanan pompa juga haruslebih tinggi dari
tekanan kerja ketel, agar dapat mensupply air kedalamketel.
d) Secondary Fan
Merupakan alat bantu ketel yang berfungsi sebagai
alat penghembus pembakaran bahan bakar yang kedua sebagai
pembantuF.D.F. untuk mendapatkan pembakaran yang lebih
sempurna lagi.
e) I n d u c e d D r a f t Fa n (I.D.F)
Alat bantu ketel yang berfungsi sebagai penghisap gas asap
sisa pembakaran bahan bakar, yang keluar dari ketel.
f) F o r c e D r a f t F an (F.D.F)
Merupakan alat bantu ketel yang berfungsi sebagai
penghembus bahan bakar.
g) Cerobong asap( Chimne y)
Berfungsi untuk membuang udara sisa pembakaran.
Diametercerobong berkisar berukuran 3 m dan tinggi
cerobong 40 m, ini berbedasetiap industri.
h) Ash Conveyor
Merupakan alat pembawa atau pengangkut abu dari sisa-
sisa pembakaran bahan bakar, baik yang dari rangka bakar
( fire grate) ataupun juga dari alat-alat pengumpul abu (dust
collector ), untuk dibuang danditeruskan ke kolam
penampungan dan ini biasanya digunakan sebagaikompos
diperkebunan tebu.

3. Prinsip Ketel Uap

Boiler atau ketel uap adalah suatu perangkat mesin yang berfungsiuntuk
mengubah air menjadi uap. Proses perubahan air menjadi uap terjadidengan
memanaskan air yang berada didalam pipa-pipa denganmemanfaatkan panas dari
hasil pembakaran bahan bakar. Pembakarandilakukan secara kontinyu didalam ruang
bakar dengan mengalirkan bahan bakar dan udara dari luar.
Uap yang dihasilkan boiler adalah uap superheat dengan tekanan
dantemperatur yang tinggi. Jumlah produksi uap tergantung pada
luas permukaan pemindah panas, laju aliran, dan panas pembakaran yangdiberikan.
Boiler yang konstruksinya terdiri dari pipa-pipa berisi air disebutdengan water tube
boiler.
Pada unit pembangkit, boiler juga biasa disebut dengan steam
generator(pembangkit uap) mengingat arti kata boiler hanya pendidih, sementara
padakenyataannya dari boiler dihasilkan uap superheat bertekanan tinggi.

Siklus Air di Boiler

Siklus air merupakan suatu mata rantai rangkaian siklus fluida kerja.Boiler
mendapat pasokan fluida kerja air dan menghasilkan uap untuk dialirkan keturbin.
Air sebagai fluida kerja diisikan ke boiler menggunakan pompa air pengisidengan
melalui economiser dan ditampung didalam
Steam drum.
Economiser adalah alat yang merupakan pemanas air terakhir sebelummasuk
ke drum. Di dalam economiser air menyerap panas gas buang yang
keluardari superheater sebelum dibuang ke atmosfir melalui cerobong.
Peralatan yang dilalui dalam siklus air adalah drum boiler, down
comer,header bawah (bottom header), dan riser.Siklus air di steam drum adalah,
airdari drum turun melalui pipa-pipa down comer ke header bawah (bottom
header).Dari header bawah air didistribusikan ke pipa-pipa pemanas (riser ) yang
tersusunmembentuk dinding ruang bakar boiler. Didalam riser air mengalami
pemanasan dan naik ke drum kembali akibat perbedaan temperatur
Perpindahan panas dari api ( flue gas) ke air di dalam pipa-pipa boilerterjadi
secara radiasi, konveksi dan konduksi. Akibat pemanasan selain temperaturnaik
hingga mendidih juga terjadi sirkulasi air secara alami, yakni dari drum turunmelalui
down comer ke header bawah dan naik kembali ke drum melalui pipa- pipariser .
Adanya sirkulasi ini sangat diperlukan agar terjadi pendinginanterhadap pipa-pipa
pemanas dan mempercepat proses perpindahan panas.Kecepatan sirkulasi akan
berpengaruh terhadap produksi uap dan kenaikantekanan serta temperaturnya.
Selain sirkulasi alami, juga dikenal sirkulasi paksa ( forced circulation).Untuk
sirkulasi jenis ini digunakan sebuah pompa sirkulasi (circulation pump).Umumnya
pompa sirkulasi mempunyai laju sirkulasi sekitar 1,7, artinya jumlahair yang
disirkulasikan 1,7 kali kapasitas penguapan. Beberapa keuntungan darisistem
sirkulasi paksa antara lain :
1) Waktu start (pemanasan) lebih cepat
2) Mempunyai respon yang lebih baik dalam mempertahankan aliran air
ke pipa-pipa pemanas pada saat start maupun beban penuh.
3) Mencegah kemungkinan terjadinya stagnasi pada sisi penguapan

Jenis-jenis Ketel Uap

Klasifikasi ketel uap ada beberapa macam, untuk memilih ketel uap
harusmengetahui klasifikasinya terlebih dahulu, sehingga dapat memilih dengan
benardan sesuai dengan kegunaannya di industri. Karena jika salah dalam
pemilihanketel uap akan menyababkan penggunaan tidak akan maksimal dan
dapatmenyebabkan masalah dikemudian harinya.
Klasifikasi ketel uap :
 Berdasarkan fluida yang mengalir dalam pipa
 Berdasarkan pemakaiannya
 Berdasarkan letak dapur (furnace posisition )
 Berdasarkan jumlah lorong (boiler tube )
 Berdasarkan pada porosnya tutup drum (shell)
 Berdasarkan bentuk dan letak pipa
 Berdasarkan peredaran air ketel ( water circulation )
 Berdasarkan tekanan kerjanya
 Berdasarkan kapasitasnya
 Berdasarkan pada sumber panasnya (heat source )

1) Berdasarkan fluida yang mengalir dalam pipa

 Ketel Pipa api ( Fire tube boiler )Pada ketel pipa api, gas panas melewati
pipa-pipa dan air umpan ketel adadi dalam shell untuk dirubah menjadi
steam. Ketel pipa api dapat menggunakan bahan bakar minyak bakar, gas
atau bahan bkar padat dalam operasinya.
 Ketel pipa air ( water tube boiler )Pada ketel pipa air, air diumpankan
boiler melalui pipa-pipa masukkedalam drum. Air yang tersirkulasi
dipanaskan oleh gas pembakaran membentuksteam pad daerah uapdalam
drum. Ketel ini dipilih jika kebutuhan steam dan tekanan steam sangat
tinggi seperti pada kasus ketel untuk pembangkit tenaga.untuk ketel pipa
air yang menggunakan bahan bakar padat, tidak umum dirancangsecara
paket. Karakteristik ketel pipa air sebagai berikut:
 Fored, induced dan balanced draft membantu untuk
meningkatkanefisiensi pembakaran.
 Kurang toleran terhadap kualitas air yang dihasilkan dari plant pen
golahan air.
 Memungkinkan untuk tingkat efisiensi panas yang lebih tinggi.
Gambar Ketel Pipa Api

Gambar Ketel Pipa Air


2) Berdasarkan pemakaiannya

 Ketel stasioner ( stasionary boiler )


atau ketel tetap Ketel uap stasioner adalah ketel-ketel yang didudukan
pada suatu pondasiyang tetap, seperti ketel untuk pembangkitan tenaga, untuk
industri dll2)
 ketel mobil ( mobile boiler ),
ketel pndah / portable boiler Ketel mobil adalah ketel yang dipasang
pada pondasi yang berpindah- pindah (mobil ), seperti boiler lokomotif, loko
mobile dan ketel panjang serta lainyan sepertinya termasuk ketel kapal (
marine boiler )

3) Berdasarkan letak dapur (furnace posisition )


 Ketel dengan pembakaran di dalam (internally fired steam boiler )Dalam
ketel uap ini dapur berada (pembakaran terjadi )di bagian dalamketel .
kebanyakan ketel pipa api memakai system ini.
 Ketel dengan pembakaran di luar ( outernally fired steam boiler )Dalam ketel
uap ini dapur berada (pembakaran terjadi )di bagian dalamketel . kebanyakan
ketel pipa air memakai system ini.

4) Berdasarkan jumlah lorong (boiler tube)

 Ketel dengan lorong tunggal (single tube steam boiler )


Pada single tube steam boiler, hanya terdapat 1 lorong saja, lorong
apimaupun lorong air. Cornish boiler adalah single fire tube boiler dan
simplevertikal boiler adalah single water tube boiler.
 Multi fire tube boiler
Multi fire tube boiler misalnya ketel scotch dan multi water tube
boilermisalnya ketel B dan W dll.
Gambar multi fire tube boiler

Gambar ketel dengan lorong tunggal


5) Berdasarkan pada porosnya tutup drum (shell)

 Ketel tegak ( vertikal steam boiler ) seperti ketel cocharn, ketel clarkson dll
 Ketel mendatar ( horizontal steam boiler )seperti ketel cornish, lancashire,
scotch dll

6) Berdasarkan bentuk dan letak pipa

 ketel dengan pipa lurus, bengok dan berllekak-lekuk ( stright, bentand sinous
tubeler heating surface )
 ketel dengan pipa miring datar dan miring tegak ( horizontal,inclined or
vertical tubeler heating surface )

7) Berdasarkan peredaran air ketel ( water circulation )

 Ketel dengan peredaran alam ( natural circulation steam boiler )


Pada natural circulation boiler, peredaran air dalam ketel terjadi
secaraalami yaitu air yang ringan naik, sedangkan terjadilah aliran
aliran conveksi alami.Umumnya ketel beroperasi secara aliran alami, seperti
ketel lancashire, babcock& wilcox.
 Ketel dengan peredaran paksa (forced circulation steam boiler)
Pada ketel dengan aliran paksa, aliran peksa diperoleh dari sebuah
pompacentrifugal yang digerakkan dengan elektric motor misalnya la-mont
boiler, benson boiler, loeffer boiler dan velcan boiler.
8) Bedasarkan tekanan kerjanya
 tekanan kerja rendah: ≤5 atm
 tekanan kerja sedang : 5-40 atm
 tekanan kerja tinggi : 40-80 atm
 tekanan kerja sangat tinggi : >80 atm
9) Berdasarkan Kapasitasnya
 kapasitas rendah: ≤2500 kg/jam
 kapasitas sedang : 2500-50000 kg/jam
 kapasitas tinggi : >50000 kg/jam
10) Berdasarkan pada sumber panasnya (heat source )
 ketel uap dengan bahan bakar alami
 ketel uap dengan bahan bakar buatan
 ketel uap dengan dapur listrik
 ketel uap dengan energi nuklir
 Keuntungan dan kerugian ketel pipa api:
Keuntungan :
 Menghasilkan uap dengan tekanan lebih tinggi daripada ketel pipa api
 Untuk daya yang sama menempati ruang yang lebih kecil daripada
ketel pipaapi.
 Laju aliran uap lebih rendah
 Komponen - komponen yang berbeda bisa diurai sehingga mudah
untukdipindahkan
 Permukaan pemanasan lebih efektif karena gas panas mengalir keatas
padaarah tegak lurus
 Pecah pada pipa tidak meniimbulkan kerusakan ke seluruh ketel
Kerugian :
 Air umpan mensyaratkan mempunyai kemurnian tinggi untuk
mencegahendapan kerak di dalam pipa. Jika terbentuk kerak di dalam pipa
bisamenimbulkan panas yang berlebihan dan pecah
 Membutuhkan perhatian yang lebih hati – hati bagi penguapannya.
Karenaitu akan menimbulkan biaya operasi yang lebih tinggi
 Pembersihan pipa air tidak mudah dilakukan

 Keuntungan dan kerugian ketel pipa air.


Keuntungan :
 Konstruksi ketel sederhana
 Biaya awal murah
 Baik untuk kapasitas uap yang besar
 Tidak bermasalah terhadap fluktuasi beban karena kapasitas
uap cukup besar dan jumlah air di dalam tangki banyak
 Tidak memerlukan air pengisi yang begitu bersih
Kerugian :
 Membutuhkan waktu start yang cukup lama untuk mendapat kualitas
uapyang diinginkan
 Hanya dapat dipakai efisien untuk keperluan dengan kapasitas dan
tekananuap yang rendah

 Panas Laten
Panas laten adalah panas yang diperlukan untuk merubah phasa
(wujud ) benda, tetapi temperaturnya tetap. Panas laten penguapan (
latentheat of vaporization ) adalah jumlah panas yang harus
ditambahkankepada zat ( cair ) pada titik didihnya sampai wujudnya
berubah menjadiuap seluruhnya pada suhu yang sama.Panas laten
pengembunan ( latentheat of condensation ) adalah jumlah panas yang
harusdibuang/dikeluarkan oleh zat ( gas / uap ) pada titik embunnya,
untukmengubah wujud zat dari gas menjadi cair pada suhu yang sama.
Panaslaten pencairan / peleburan ( latent heat of fusion ) adalah jumlah
panasyang harus ditambahkan kepada zat ( padat ) pada titik leburnya
sampaiwujudnya berubah menjadi cair semuanya pada suhu yang
sama.Panaslaten pembekuan ( latent heat of solidification ) adalah
jumlah panas yangharus dibuang / dikeluarkan oleh zat (cair )
pada titik bekunya untukmengubah wujudnya dari cair menjadi padat
pada suhu yang sama.
Panas laten ( panas perubahan fase dengan suhu tetap) di bagi 4 :
a. Panas peleburan ( dari fase padat menjadi cair).
b. Panas sublimasi ( dari fase padat menjadi gas ).
c. Panas kondensasi ( dari fase gas menjadi cair ).
d. Panas penguapan (dari fase cair menjadi gas).
 Efisiensi
Efisiensi boiler didefinisikan sebagai persen energi panas
masuk yangdigunakan secara efektif pada steam yang dihasilkan.
Terdapat dua metode pengkajian efisiensi boiler:
 Metode langsung: energi yang didapat dari fluida kerja
(airdan steam)dibandingkan dengan energi yang
terkandung dalam bahan bakar boiler
 Metode tidak langsung: efisiensi merupakan perbedaan
antara kehilangandan energi yang masuk.
Secara matematik efisiensi ketel dirumuskan sebagai
berikut:

ƞ
𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑦𝑘𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑦𝑑𝑦𝑘𝑘𝑘𝑦𝑑𝑑𝑦𝑦𝑢𝑢𝑑𝑑𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑦𝑦𝑦𝑦ℎ𝑘𝑘𝑎𝑎𝑑𝑑𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑘𝑘𝑢𝑢
=
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑦𝑦𝑘𝑘𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ𝑘𝑘𝑎𝑎𝑑𝑑𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑘𝑘𝑢𝑢𝑑𝑑𝑘𝑘

𝑊𝑊𝑚(ℎ − ℎ1)
ƞ=
𝑐𝑐
Dimana:
We = berat air yang sebenarnya menguap / penguapan sebenarnya
C = nilai kalor bahan bakar dalam kcal/ kg bahan bakarh
1 = kalor sensibel/ nyata air umpan dalam kcal/ kg uap bersesuain
H = kalor total uap dalam kcal/ kg uap pada tekanan kerjanya

 Jenis uapBerdasarkan proses pembentukan uap


 Uap air.
Uap yang terbentuk diatas permukaan air sebagai akibat
dari penurunan tekanan di atas permukaan air sampai
tekanan penguapan yangsesuai dengan temperatur
permukaan air tersebut pada titik didih dan padatekanan di
bawah tekanan atmosfer bumi. Penurunan
tekanandisebabkankarena adanya tekanan uap jenuh yang
sesuai dengantemperatur permukaan air maka akan terjadi
penguapan.
 Uap panas.
Uap yang terbentuk akibatmendidihnya air, aliran air
menddidih bilatekanan dan temperatur udara pada kondisi
didih.
Berdasarkan keadaannya :
 Uap jenuh.
Uap yang tidak mengandung bagian bagian air yang
lepas dimana pada tekanan tertentu belaku suhu tertentu.
 Uap kering
Uap yang di dapat dengan pemanasan lanjut dari uap
jenuh,
dimana pada tekanan terbentuk dan dapat diperoleh beberapa je
nis uap keringdengan suhu berlainan
 Uap basah
Uap jenuh yang bercampur denganbagian – bagian air
yang halusyang temperaturnya sama
 Usaha
Besaran skalar yang didefinisikan sebagai perkalian antara
besarnya perpindahan benda dengan komponen gaya yang searah
dengan perpindahantersebut. Dirumuskan sebagai berikut :
W= F.sDimana
W = besarnyausaha yang dilakukan
F = force atau yang bekerja
S = perpindahan
 Entalpi Uap
Entalpi Uap Yaitu jumlah energi yang digunakan untuk
menguapkan 1mol zat cair menjadi gas pada titik uapnya, dan pada
keadaan standar.
Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka dinotasik
andengan DHvap. Dimana satuannya = kJ / mol.
Contoh :H2O(l) → H2O(g) Δ H° = +44,05 k
Perpindahan Panas pada Boiler

1. Perpindahan panas secara pancaran (radiation)


Perpindahan panas secara radiasi adalah perpindahan panas antara
suatu benda ke benda yang lain dengan jalan melalui gelombang-
gelombnagelektromagnetik tanpa tergantung kepada ada atau tidak adanya
media diantara benda yang menerima pancaran panas tersebut. Molekul-
molekul api yangmerupakan hasil pembakaran bahan bakar dan udara akan
menyebabkan terjadinyagangguan keseimbangan elektromagnetis terhadap
media yang disebut aether(materi bayangan tanpa bobot yang mengisi
ruangan). Sebagian panas yang timbuldari hasil pembakaran tersebut
diteruskan ke aether yang kemudian diteruskankepada bidang yang akan
dipanasi yaitu dinding atau pipa ketel.
2. Perpindahan panas secara aliran (convection)
Perpindahan panas secara konveksi adalah perpindahan panas
yangdilakukan oleh molekul-molekul suatu fluida (cair maupun gas).
Molekul-molekulfluida tersebut dalam gerakannya melayang-layang kesana
kemari membawasejumlah panas masing-masing (q) joule. Pada saat molekul
fluida tersebutmenyentuh dinding atau pipa ketel maka panasnya dibagikan
sebagian kepadadinding atau pipa ketel, sedangkan sebagian lagi dibawa
molekul pergi.
Gerakan-gerakan molekul yang melayang-layang tersebut
disebabkankarena perbedaan temperatur di dalam fluida itu sendiri. Dalam
gerakannya,molekul-molekul api tersebut tidak perlu melalui lintasan yang
lurus untukmencapai dinding bidang yang dipanasi.
3. Perpindahan panas secara rambatan (conduction)
Perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan panas dari
suatu bagian benda padat kebagian lain dari benda padat yang sama atau dari
benda padatyang satu ke benda padat yang lain karena terjadinya
persinggungan fisik (kontakfisik atau menempel) tanpa terjadinya
perpindahan panas molekul-molekul
dari benda padat itu sendiri. Di dalam dinding ketel, panas akan dirambatkan
oleh molekul-molekul dinding ketel sebelah dalam yang berbatasan dengan
api, menujuke molekul-molekul dinding ketel sebelah luar yang berbatasan
dengan air.Perambatan tersebut menempuh jarak terpendek

Perpindahan Kalor pada Lorong Api


Lorong api merupakan bagian penting dalam ketel uap tipe pipa api dalam
menentukan jumlah produksi uap air ketel tersebut. Lorong api digunakan sebagai
dapur pembakaran bahan bakar (furnace). Gas panas hasil pembakaran bahan bakar
dari burner disalurkan ke dalam lorong api dan kalor dari panas pembakaran
disalurkan melalui dinding burner kepada air untuk mengubah air menjadi uap pada
tekanan dan temperatur yang dibutuhkan. Persoalan utama pada desain lorong api,
selain kemampuan untuk menahan tekanan kerja, adalah kemampuan untuk
menghantarkan kalor pembakaran ke air yang merendam lorong api.

Lorong api merupakan piranti vital dalam perancangan ketel uap (boiler).
Selain memberikan kalor kepada air dari gas panas, lorong api juga menjadi tempat
untuk membakar bahan bakar (dapur/furnace). Burner ditempatkan di salah satu
ujung lorong api dan menyemburkan bahan bakar yang langsung dibakar di ujung
burner ke arah lorong api.
Aspek perancangan lorong api tidak hanya melibatkan tekanan boiler, tetapi
juga mempertimbangkan laju perpindahan kalor yang terjadi. Jika luas permukaan
atau ketebalan lorong api tidak cukup untuk memindahkan kalor dari dinding dalam
ke air, maka terjadi penumpukan kalor yang menyebabkan kenaikan temperatur
dinding lorong api yang jika berlangsung terus menerus dapat menyebabkan
kegagalan konstruksi. Kegagalan konstruksi terjadi karena pemanasan berlebihan
yang menyebabkan struktur lorong api melemah sehingga tidak mampu menahan
tekanan uap (Djokosetyardjo, 1987).
Lorong api menggunakan bahan (material) sesuai standar ASME. Pada
umumnya, bahan untuk lorong api adalah besi baja dengan beberapa variasi
kandungan logam tertentu untuk menambah daya tahan bahan. Dengan melihat
bahan, modus perpindahan kalor konduksi menjadi asumsi utama dalam menghitung
perpindahan kalor dari pembakaran bahan bakar ke air di sekeliling lorong api.
Kenyataannya, perpindahan kalor pada lorong api melibatkan semua modus
perpindahan kalor, yaitu radiasi, konduksi, dan konveksi didih.
Perpindahan kalor dari pembakaran ke air merupakan proses yang sangat rumit
dan kompleks. Namun demikian penyederhanaan dengan mengasumsikan
perpindahan kalor berlangsung dalam arah satu dimensi dan bersifat steady cukup
memadai untuk memperkirakan laju perpindahan kalor tersebut. Besarnya laju
perpindahan kalor dari gas panas ke dinding dalam lorong api sama dengan laju
perpindahan kalor dari dinding dalam ke dinding luar lorong api dan sama dengan
laju perpindahan kalor dari dinding luar lorong api ke air.

Perpindahan kalor dari pembakaran ke dinding dalam lorong api.


Kalor yang dihasilkan dari pembakaran adalah sebesar (Muin, 1988)

Qf = W f (LHV) f kkal/h (1)

Wf = pemakaian bahan bakar, kg/h


LHV = Nilai bakar terendah (Low heating value), kkal/kg
f = efisiensi pembakaran 0,9 – 0,97
Sebagian kalor tersebut dibawa keluar dari lorong api bersama gas asap pada
temperatur tg sebesar
Qg = Wf Vg Cp t g kkal/h (2)
3
Vg = volume gas asap, m /kg
Cp = panas jenis gas asap, kkal/m3 C
tg = temperatur gas asap, C

Dengan demikian kalor yang dipindahkan dari gas yang menyala ke dinding
dalam lorong api adalah sebesar

Qr = Qf - Q g (3)

Perpindahan kalor dari gas panas ke dinding dalam lorong api merupakan
perpindahan kalor radiasi api. Karena menyala, maka api meradiasikan kalor ke
dinding sekitarnya. Laju perpindahan kalor radiasi dari nyala api ke dinding dalam
lorong api ditentukan oleh (Muin, 1988)

TA TB

Gambar 1. Arah aliran gas pembakaran


dalam lorong api. TA= temperatur masuk gas
dan TB = temperature keluar gas.

Gambar 3. Emisivitas H2O


  T f 4  T 4 
Qr   wi Awi Bo  g     g  wi   (4)
 
  100   100  
wi = emisivitas dari dinding dalam lorong api
Awi = luas permukaan dinding dalam
Bo = 4,9 : 4,97
g = CO2 +  H2O - g
g = CO2 + H2O -  g
Tf = temperatur nyala = (TA – TB)/2
Twi = temperatur dinding dalam
CO2 = CO2 (Tf /Twi)0,65
H2O =  H2O
 g = g
g = emisivitas gas total
g = absorbtivitas gas total
 = faktor koreksi emisivitas H2O
Namun untuk perhitungan teknik dapat diasumsikan bahwa g = g dan  g =

Gambar 2. Emisivitas CO2

g = 0

Perpindahan kalor dari dinding dalam ke dinding luar lorong api.


Perpindahan kalor dari dinding dalam ke dinding luar lorong api berlangsung
secara konduksi.
Besarnya laju perpindahan kalor konduksi pada lorong api adalah (Holman,
1988)

2kL(Twi  Two )
Qk  (5)
ln(ro  ri )

k = konduktivitas termal bahan lorong api, W/m2C


L = panjang lorong api, m
Twi = temperatur dinding dalam lorong api, C
Two = temperatur dinding luar lorong api, C
ro = jejari luar lorong api, m
ri = jejari dalam lorong api, m

Perpindahan kalor dari dinding luar lorong api ke air.


Perpindahan kalor yang terjadi dari dinding luar lorong api ke air adalah
perpindahan kalor didih. Bila suatu permukaan bersentuhan dengan zat cair dan
dipelihara pada suhu yang lebih tinggi dari suhu jenuh zat cair itu, maka akan terjadi
pendidihan. Sedangkan fluks kalor yang berlangsung bergantung pada perbedaan
antara suhu permukaan dan suhu jenuh.
Pada lorong api, permukaan luar lorong api terbenam seluruhnya di bawah
permukaan air sehingga prosesnya mengikuti proses didih kolam (pool boiling).
Sesuai dengan kebutuhan, biasanya ketel uap yang menggunakan lorong api
digunakan untuk menghasilkan uap jenuh, sehingga temperatur air juga dijaga pada
temperatur jenuhnya.
Penguapan yang disebut mendidih terjadi di permukaan (Heating Surface). Uap
terbentuk menjadi gelembung-gelembung yang bila mencapai ukuran tertentu akan
naik ke permukaan air. Pada proses pool boiling pada lorong api sebagai pemanas,
gerakan fluida yang terjadi hanya secara aliran bebas (free convection) (Holman,
1988).
Pada saat pemanasan diteruskan, akan terbentuk gelembung-gelembung uap
pada permukaan lorong api yang diikuti dengan didih nukleat dimana gelembung uap
terbentuk lebih cepat dan bergerak dan dibuang ke permukaan air. Proses ini terus
berlanjut dimana gelembung uap terbentuk lebih cepat di permukaan luar lorong api
sehingga menghalangi masukknya aliran air ke arah dinding luar lorong api. Pada
saat ini, kalor dialirkan melalui proses konveksi, konduksi dan radiasi sekaligus.
Jadi sangat jelas bahwa proses perpindahan kalor didih merupakan proses yang
sangat rumit. Namun demikian, secara empirik, besarnya perpindahan kalor didih
kolam diberikan oleh: (Holman, 1988)

Qd = hA(Two – Tj ) (6)

yang mana :
h = koefisien perpindahan kalor, W/m2C
A = luas dinding luar lorong api, m2
Two = temperatur dinding luar lorong api, C
Tj = temperatur jenuh air, C

dimana
 p 
0,4

h  h1  
p
 1 


h1 = koefisien perpindahan kalor seperti ditentukan tabel
p = tekanan ketel uap
p1 = ekanan atmosfir standar

Tabel 1 Hubungan sederhana untuk Koefisien Perpindahan Kalor Didih dari


Dinding Luar Lorong Api ke Air.
Tx = Two - Tj (Holman, 1988)

Qd , h , W/m2C
A
kW/m2
Qd 1024
16
A (Tx)1/3
Qd 556
16 240
A (Tx)3

Analisis Perpindahan Kalor


Laju perpindahan kalor dari gas pembakaran ke dinding dalam lorong api, dari
dinding dalam ke dinding luar lorong api, dan dari dinding luar lorong api ke air,
harus sama, sehingga Qr = Qk = Qd (Djokosetyardjo, 1987)
Jika laju perpindahan kalor tidak sama, yaitu jika Qr  Qk atau Qk  Qd, maka
akan terjadi penumpukan kalor pada dinding lorong api yang menyebabkan kenaikan
temperatur dinding secara terus menerus yang dapat menyebabkan kegagalan
konstruksi lorong api.
Faktor yang menentukan besarnya laju perpindahan kalor pada dinding lorong
api adalah temperatur dinding dalam Twi dan temperatur dinding luar Two. Selain itu,
laju perpindahan kalor juga ditentukan oleh dimensi lorong api yaitu panjang L dan
ketebalan dindingnya.
Twi dapat diperoleh dari persamaan (4), sehingga temperatur dinding dalam
lorong api adalah

g Q.10 
Twi   T   (7)
g  wi Awi Bo g 

Untuk menjaga agar Twi tetap stabil, maka kalor yang diterima dinding dalam
lorong api harus diteruskan seluruhnya ke dinding luar lorong api supaya tidak terjadi
kenaikan temperatur yang berlebihan dari dinding dalam. Dengan demikian, supaya
laju perpindahan kalor dari gas panas ke dinding dalam dan dari dinding dalam ke
dinding luar tetap sama, maka temperatur dinding luar haruslah
Qk ln(ro  ri )
Two  Twi  2kL (8)

Sedangkan untuk menjaga agar temperatur dinding luar tidak mengalami


kenaikan temperatur secara berlebihan, maka laju perpindahan kalor dinding luar ke
air harus sama dengan laju perpindahan kalor dari dinding dalam ke dinding luar
lorong api. Dengan laju perpindahan kalor Qd = Qk, temperatur dinding luar adalah

Two  Tj  Qd (9)
hA

Two yang dihitung dari persamaan (8) dan (9) di atas haruslah sama. Jika Two
yang dihitung dari dari laju perpindahan kalor konduksi lebih tinggi dari pada Two
yang dihitung dari laju perpindahan kalor didih, maka akan terjadi penumpukan kalor
pada dinding lorong api. Akan lebih aman jika mengalirkan kelebihan kalor ke air
dari pada membiarkan terjadinya penumpukan kalor pada dinding lorong api yang
akan mengakibatkan kegagalan konstruksi. Kelebihan kalor yang diserap air akan
mengakibatkan laju penguapan lebih tinggi dari yang seharusnya dan dapat
meningkatkan tekanan dalam ketel uap. Tetapi, ketel uap dilengkapi dengan katup
pengaman yang membatasi tekanan, sehingga tidak akan terjadi kelebihan tekanan
dalam ketel uap.
Satu-satunya faktor yang mempengaruhi laju perpindahan kalor pada lorong api
adalah dimensi lorong api. Dimensi yang mempengaruhi laju perpindahan kalor
radiasi adalah luas permukaan dinding dalam, konduksi oleh tebal dan panjang lorong
api. Sedangkan laju perpindahan kalor didih dipengaruhi oleh luas permukaan
dinding luar lorong api. Dengan demikian, maka seluruh dimensi lorong api, selain
dihitung berdasarkan kekuatan menahan tekanan operasi ketel uap, juga harus
dihitung berdasarkan laju perpindahan kalor yang terjadi.
Kalor yang dibutuhkan untuk menguapkan air menjadi uap jenuh besarnya
dihitung dengan persamaan (6). Jadi luas permukaan pemindah panas pada dinding
luar lorong api adalah sebesar:
Qd
A (10)
h(Two  T j )
Sedangkan
A  2Do L
Do = diameter luar lorong api

Panjang lorong api L bersifat tetap karena berkaitan dengan dimensi ketel uap
secara keseluruhan dengan mempertimbangkan kebutuhan tempat untuk memasang
ketel uap. Dengan demikian variabel yang bisa berubah adalah pada diameter lorong
api.
Ketebalan dinding lorong api yang dibutuhkan untuk memindahkan kalor
sebesar Qk = Qd dihitung dengan memasukkan harga Do/2 ke dalam ro dan L pada
persamaan (5) untuk mendapatkan ri. ri pada akhirnya digunakan untuk mencocokkan
laju perpindahan kalor pada furnace, sehingga dapat diperkirakan laju pembakaran
bahan bakar agar tidak menyebabkan pemanasan lebih pada dinding lorong api.
Ketebalan dinding lorong api (ro – ri) dicocokan dengan ketebalan yang
dibutuhkan oleh dinding lorong api untuk menahan tekanan dalam ketel uap sebesar
(ASME)

D
t (11)
 100SV 
16 1  Y  1 
 CP 
t = tebal dinding lorong api, mm
D = diameter dalam lorong api, mm
SV = tegangan maksimum yang diijinkan untuk bahan pada temperatur
jenuh, kg/mm2
C = koefisien konstruksi sambungan lorong api pada ketel
L = panjang lorong api, mm
P = tekanan desain, kg/mm2

2D/L
Y5
10  D / L

Pencocokan laju perpindahan kalor agar Qr = Qk = Qd dilakukan secara terus


menerus sehingga diperoleh (ro – ri) > t. Pencocokan laju perpindahan kalor akan
menyebabkan perhitungan yang berulang-ulang, diawali dari kebutuhan kalor yang
akan digunakan untuk menguapkan air. Jika kemampuan lorong api untuk
mengantarkan kalor dari api ke air lebih kecil dari kalor yang dihasilkan dari
pembakaran bahan bakar, maka laju pembakaran harus dikurangi untuk menghindari
panas berlebihan pada dinding lorong api.
Perpindahan kalor secara Radiasi atau pancaran

Mungkin anda sebagai siswa tidak asing dengan istilah api unggun. Api
unggun yang sering dinyalakan ketika melakukan kegiatan kemah atau pramuka pada
malam hari. Apa yang dapat kamu rasakan saat kamu berada di sekitar nyala api
unggun? Kamu akan merasakan hangatnya api unggun dari jarak berjauhan.
Bagaimanakah panas api unggun dapat sampai ke badanmu? Kalor yang kamu terima
dari nyala api unggun disebabkan oleh energi pancaran. Kalor ini berpindah tanpa
melalui zat perantara. Jadi pengertian Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa
melalui zat perantara.

Contoh lain yang merupakan peritiwa radiasi adalah peristiwa panasnya sinar
matahari hingga sampai ke bumi. Peristiwa ini dimanfaatkan untuk mengeringkan
sesuatu misalnya menjemur pakaian. Jika tidak ada peristiwa radiasi anda tidak akan
bisa mengeringkan pakaian. Bagaimana cara mengetahui adanya radiasi atau
pancaran kalor?
Alat yang digunakan untuk mengetahui adanya radiasi kalor atau energi
pancaran kalor disebut termoskop. Termoskop terdiri dari dua buah bola kaca yang
dihubungkan dengan pipa U berisi air alkohol yang diberi pewarna. Perhatikan
gambar!

Salah satu bola lampu dicat hitam, sedangkan yang lain dicat putih. Apabila
pancaran kalor mengenai bola A, hal ini mengakibatkan tekanan gas pada bola A
menjadi besar. Hal ini mengakibatkan turunnya permukaan zat cair yang ada di
bawahnya. Bagaimanakah sifat radiasi dari berbagai permukaan?
Alat yang digunakan untuk menyelidiki sifat radiasi berbagai permukaan
disebut termoskop diferensial. Kedua bola lampu dicat dengan warna yang sama,
tetapi di antara bola tersebut diletakkan bejana kubus yang salah satu sisinya
permukaannya hitam kusam dan sisi lainnya mengkilap. Jika bejana kubus diisi
dengan air panas, akan terlihat permukaan alkohol di bawah bola B turun. Perbedaan
ini disebabkan karena kalor yang diserap bola B lebih besar daripada bola A. Dari
hasil pengamatan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Permukaan benda hitam, kusam, dan kasar merupakan pemancar dan


penyerap kalor yang baik.
2. Permukaan benda putih, mengkilap dan halus merupakan pemancar
dan penyerap kalor yang buruk
Oleh karena itu jika anda ingin melancong ke pantai pada siang hari jangan
menggunakan pakaian hitam gunakan pakaian yang mengkilap atau putih. Kenapa?
Ini akan berlaku konsep perpindahan kalor secara radiasi.

Perpindahan kalor secara konveksi atau aliran


Konveksi adalah perpindahan kalor pada suatu zat yang disertai
perpindahan partikel-partikel zat tersebut. Konveksi terjadi karena perbedaan
massa jenis zat. Kamu dapat memahami peristiwa konveksi, antara lain:

1. Pada zat cair karena perbedaan massa jenis zat, misal sistem
pemanasan air, sistem aliran air panas.
2. Pada zat gas karena perbedaan tekanan udara, misal terjadinya angin
darat dan angin laut, sistem ventilasi udara, untuk mendapatkan udara yang
lebih dingin dalam ruangan dipasang AC atau kipas angin, dan cerobong asap
pabrik.
Contoh peristiwa konveksi adalah pada saat memanaskan air dengan cerek
atau ketel, di dalam cerek atau ketel akan terjadi aliran air secara terus menerus
selama pemanasan, hal ini disebabkan karena perbedaan massa jenis zat. Air yang
menyentuh bagian bawah gelas kimia tersebut dipanasi dengan cara konduksi. Akibat
air menerima kalor, maka air akan memuai dan menjadi kurang rapat. Air yang lebih
rapat pada bagian atas itu turun mendorong air panas menuju ke atas. Gerakan ini
menimbulkan arus konveksi. Pada bagian zat cair yang dipanaskan akan memiliki
massa jenis menurun sehingga mengalir naik ke atas. Pada bagian tepi zat cair yang
dipanaskan konveksi yang terjadi seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Pada bagian tengah zat cair yang dipanaskan, konveksi yang terjadi seperti
ditunjukkan pada gambar berikut

Contoh lain dari peristiwa konveksi adalah terjadinya angin laut dan angin
darat. Angin laut dan angin darat merupakan contoh peristiwa alam yang melibatkan
arus konveksi pada zat gas. Tahukah kamu bagaimana terjadinya angin laut dan angin
darat?
Pada siang hari daratan lebih cepat panas daripada lautan. Hal ini
mengakibatkan udara panas di daratan akan naik dan tempat tersebut diisi oleh udara
dingin dari permukaan laut, sehingga terjadi gerakan udara dari laut menuju ke darat
yang biasa disebut angin laut. Angin laut terjadi pada siang hari, biasa digunakan oleh
nelayan tradisional untuk pulang ke daratan. Bagaimanakah angin darat terjadi?

Pada malam hari daratan lebih cepat dingin daripada lautan. Hal ini
mengakibatkan udara panas di permukaan air laut akan naik dan tempat tersebut diisi
oleh udara dingin dari daratan, sehingga terjadi gerakan udara dari darat menuju ke
laut yang biasa disebut angin darat. Angin darat terjadi pada malam hari, biasa
digunakan oleh nelayan tradisional untuk melaut mencari ikan.
Contoh yang lain di dalam kehidupan sehari-hari yang melibatkan proses konveksi
adalah cerobong asap pabrik. Tahukah kamu mengapa cerobong asap pabrik di buat
tinggi? Coba anda cari jawabannya dengan menggunakan konsep konveksi.

Bahan Bakar
Ditinjau dari sudut teknis dan ekonomis, bahan bakar diartikan sebagai bahan yang
apabila dibakar dapat meneruskan proses pembakaran tersebut dengan sendirinya,
disertai dengan pengeluaran ka lor. Bahan bakar dibakar dengan tujuan
untuk memperoleh kalor tersebut, untuk digunakan baik secara langsung
maupun tak langsung. Sebagai contoh penggunan kalor dari proses pembakaran
secara langsung adalah:
 Untuk memasak di dapur-dapur rumah tangga
 Untuk instalasi pemanas

Sedangkan contoh penggunaan kalor secara tidak langsung adalah:

 Kalor diubah menjadi energi mekanik, misalnya pada motor bakar


 Kalor diubah menjadi energi listrik, misalnya pada pembangkit listrik tenaga
diesel, tenaga gas dan te naga uap

Beberapa macam bahan bakar yang dikenal adalah:

 Bahan bakar fosil, seperti: batubara, minyak bumi, dan gas bumi.
 Bahan bakar nuklir, seperti: uranium dan plutonium. Pada bahan bakar nuklir,
kalor diperoleh dari hasil reaksi rantai penguraian atom-atom melalui peristiwa
radioaktif.
 Bahan bakar lain, seperti: sisa tumbuh-tumbuhan, minyak nabati, minyak
hewani.

Bahan bakar konvensional, ditinjau dari keadaannmya dan wujudnya dapat padat,
cair atau gas, sedang ditinjau dari cara terjadinya dapat alamiah dan non -alamiah
atau buatan atau “manuvactured”. Termasuk bahan bakar padat alamiah ialah:
antrasit, batubara bitumen, lignit, kayu api, sisa tumbuhan. Termasuk bahan bakar
padat non- alamiah antara lain: kokas, semi-kokas, arang, briket, bris, serta bahan
bakar nuklir. Bahan bakar cair non-alamiah antara lain: bensin atau gasolin,
kerosin atau minyak tanah, minyak solar, minyak residu, dan juga bahan bakar padat
yang diproses menjadi bahan bakar cair seperti minyak resin dan bahan bakar
sintetis. Bahan bakar gas alamiah misalnya: gas alam dan gas petroleum, sedang
bahan bakar gas non -alamiah misalnya gas rengkah (atau cracking gas) dan
“produce gas”.

Pembakaran

Pembakaran adalah reaksi kimia yang cepat antara oksigen dan bahan yang dapat
terb akar, disertai timbulnya cahaya dan menghasilkan kalor.

Pembakaran spontan adalah pembakaran dimana bahan mengalami oksidasi


perlahan- lahan sehingga kalor yang dihasilkan tidak dilepaskan, akan tetapi
dipakai untuk menaikkan suhu bahan secara pelan-pelan s ampai mencapai suhu
nyala.

Pembakaran sempurna adalah pembakaran dimana semua konstituen yang dapat


terbakar di dalam bahan bakar membentuk gas CO2, air (= H2O) dan gas SO2,
sehingga tak ada lagi bahan yang dapat terbakar tersisa.
Komposisi Bahan Bakar
Bahan bakar fosil dan bahan bakar organik lainnya umumnya tersusun dari unsur-
unsur C (karbon), H (hidrogen), O (oksig en), N (nitrogen), S (belerang), P
(fosfor) dan unsur-unsur lainnya dalam jumlah kecil, namun unsur-unsur kimia yang
penting adalah C, H dan S, yaitu unsur-unsur yang jika terbakar menghasilkan kalor,
dan disebut sebagai “bahan yang dapat terbakar” atau “combustible matter”, disingkat
dengan BDT.
Unsur-unsur lain yang terkandung dalam bahan bakar namun tidak dapat
terbakar adalah O, N, bahan mineral atau abu dan air. Komponen-komponen ini
disebut sebagai “bahan yang tidak dapat terbakar” atau “non -combustible matter”,
disingkat dengan non-BDT.

Secara singkat komposisi bahan bakar padat dinyatakan menurut:

1. Analisis pendekatan (proximate analysis), yaitu kandungannya akan BDT, air,


abu.

BDT terdiri dari:

 bahan yang bila terbakar membentuk gas atau uap, yait u gas CO2, CO, SO2,
uap air. Bahan ini disingkat dengan BTG.
 bahan yang jika terbakar tidak membentuk gas, dan pembakaran lebih
lanjut terhadap bahan ini menghasilkan kokas. Bahan ini disebut “karbon
tetap” atau “fixed carbon” disingkat KT.

Setelah proses pembakaran:

 BTG: terbakar menghasilkan gas -gas CO2, CO, SO2, dan uap air
yang keluar sebagai gas asap atau gas buang.
 non-BDT: unsur O dan N membentuk gas -gas oksigen (O2) dan nitrogen
(N2), dan keluar sebagai gas asap. Komponen abu tetap tinggal di ruang
pembakaran, ditampung oleh penampung (“ash pit”), dan keluar sebagai
sisa pembakaran (“refuse”) disingakt SB.
 KT: terbakar membentuk kokas. Kokas mempunyai kandungan
karbon mendekati 100%.
b. Analisis tuntas (ultimate analysis), yaitu komposisi bahan sampai unsur-
unsurnya, seperti kandungan C, H, O, N, S, abu dan air. Air yang terkandung dalam
bahan bakar mencakup:
 air yang menempel secara mekanis.
 air senyawa, yaitu air yang dapat terbentuk jika unsur O dan H dalam bahan
bakar mempunyai perbandingan stoikiometeris.
Bahan bakar cair terdiri dari seyawa hidrokarbon atau campuran beberapa macam
senyawa hidrokarbon. Pada minyak bumi, kandungan hidrokarbon terdiri dari C5
sampai C16, meliputi seri parafin, napftena, olefin dan aromatik. Hidrokarbon-
hidrokarbon tersebut kadang-kadang merupakan senyawa ikatan dengan
belerang, oksigen dan nitrogen, yang jumlahnya beragam.
Bahan-bahan gas terdiri dari campuran senyawa -senyawa C dan H yang mudah
terbakar (CH4, C2H6, C2H4, C2H2, CO, H2 dan lain -lain), serta gas -gas
yang tidak terbakar (N2, CO2, SO2). Senyawa C dan H tersebut tidak selalu
senyawa hidrokarbon (CO, H2). Contoh bahan bakar gas adalah gas alam yang
merupakan campuran gas -gas parafin hidrokarbon jenuh seperti metana, etana,
gas nitrogen, gas karbon dioksida, dan lain -lain.

Kandungan air di dalam bahan bakar cair dan bahan bakar gas terbats pada harga
nisbi menurut kelarutanair di dalam cairan dan dalam gas tersebut.
Kandungan air, kandungan abu dan kandungan belerang dalam bahan baka r sangat
menentukan mutu bahan bakar tersebut, karena bahan-bahan tersebut mempengaruhi
besarnya nilai kalor dan sekaligus menentukan spesifikasinya.

Spesifikasi Bahan Bakar

Spesifikasi bahan bakar yang terpenting adalah:

a. Nilai Kalor atau “Heating Value” atau “Calorific Value” atau Kalor Pembakaran.

Nilai kalor adalah kalor yang dihasilkan oleh pembakaran sempurna 1 kilogram atau
satu satuan berat bahan bakar padat atau cair atau 1 meter kubik atu 1 satuan volume
bahan bakar gas, pada keadaan baku.
Nilai kalor atas atau “gross heating value” atau “higher heating value” adalah kalor
yang dihasilkan oleh pembakaran sempurna satu satuan berat bahan bakar padat atau
cair, atau satu satuan volume bahan bakar gas, pada tekanan tetap, suhu 250C, apabila
semua air yang mula -mula berwujud cair setelah pembakaran mengembun menjadi
cair kembali.

Nilai kalor bawah atau “net heating value” atau “lower heating value” adalah kalor
yang besarnya sama dengan nilai kalor atas dikurangi kalor yang diperlukan oleh air
yang terkandung dalam bahan bakar dan air yang terbentuk dari pembakaran bahan
bakar untuk menguap pada 25 derajat Celcius dan tekanan tetap. Air dalam
sistem, setelah pembakaran berwujud uap air pada 25 derajat Celcius.

b. Kandungan Air di dalam Bahan Bakar

Air yang terkandung dalam bahan bakar padat terdiri dari:

 Kandungan air internal atau air kristal, yaitu air yang terikat secara kimiawi.
 Kandungan air eksternal atau air mekanikal, yaitu air yang menempel
pada permukaan bahan dan terikat secara fisis atau mekanis.

Air dalam bahan bakar cair merupakan air eksternal, berperan sebagai
pengganggu. Air dalam bahan bakar gas merupakan uap air yang bercampur
dengan bahan bakar tersebut. Air yang terkandung dalam bahan bakar
menyebabkan penurunan mutu bahan bakar karena:

 Menurunkan nilai kalor dan memerlukan sejumlah kalor untuk penguapan


 Menurunkan titik nyala
 Memperlambat proses pembakaran, dan menambah volume gas buang.

Keadaan tersebut mengakibatkan:

 Pengurangan efisiensi ketel uap ataupun efisiensi motor bakar.


 Penambahan biaya perawatan ketel.
 Menambah biaya transportasi, merusak saluran bahan bakar cair (“fuel
line”) dan ruang bakar.

c. Kandungan Abu

Abu yang terkandung dalam bahan bakar padat adalah mineral yang tak dapat
terbakar (non-BDT) yang tertinggal setelah proses pembakaran dan perubahan-
perubahan atau reaksi-reaksi yang menyertainya selesai. Abu berperan menurunkan
mutu bahan bakar karena menurunkan nilai kalor. Di dalam dapur atau dalam
generator gas, abu dapat meleleh pada suhu tinggi, menghasilkan massa yang disebut
“slag”. Sifat kandungan abu dapat ditandai oleh perubahan-perubahan yang terjadi
bila suhunya naik. Kalau suhu diberi lambang t, maka:

 t1 = suhu pada saat abu mulai deformasi


 t2 = suhu pada saat abu mulai lunak
 t3 = suhu pada saat abu mulai mencair

Kalau abu meleleh pada suhu t3 < 13000C, maka abu bertitik leleh rendah. Kalau abu
meleleh pada suhu 13000C < t 3 < 14250 C; abu bertitik leleh sedang. Kalau abu
meleleh pada suhu t3 > 14250 C; abu bertitik leleh tinggi.

Slag dapat menutup aliran udara yang masuk di antara batang-batang rooster (kisi-
kisi) dalam ruang pembakaran, menutupi timbunan bahan bakar dan merusak
dapur, serta abu yang terbawa oleh gas asap mengikis bidang pemanasan ketel.

d. Kandungan Belerang

Apabila bahan bakar yang mengandung belerang dibakar, belerang akan terbakar
membentuk gas belerang dioksida (SO2) dan belerang trioksida (SO3). Gas -gas ini
bersifat sangat korosif terhadap logam dan meracuni udara sekeliling.
e. Kandungan BTG dan Daya Pembentukan Kokas

Jika bahan bakar padat dibakar tanpa udara berlebihan, pertama -tama yang
menguap adalah air, baru kemudian gas -gas yang terbentuk dari terbakarnya BTG.
Sisa akhir pembakaran adalah KT atau kokas serta abu. Makin tua umur geologis
bahan bakar padat, makin rendah kandungan BTG-nya.

f. Berat Jenis (Spesific Gravity)

Berat jenis dinyatakan dalam gram per ml, dalam derajat API, dalam lb (baca:
“pound”) per galon, atau lb per cuft, dan derajat Baume. Berat jenis disingkat sp. gr.
atau sg.

Definisi: perbandingan berat bahan bakar terhadap berat air, diukur pada
600F, yang pada suhu tersebut berat air = 62.4 lb/cuft. Sg bahan bakar cair berubah
oleh suhu, karena adanya ekspansi, terlebih-lebih sg bahan bakar gas.

Ada beberapa satuan sg seperti antara lain:

1. Sg 60/60 0F = 141.5 / 0API 131 .5, dimana 0API diukur pada 60 0F


2. Sg 60/60 0F = 140 / 0Be 130, dimana 0Be diukur pada 60 0F
3. Sg 60/60 0F = (lb/cu ft) /62.4, dimana lb/cu ft diukur pada 60 0F
4. Sg 60/60 0F = (lb/gal) / 8.34, dimana lb/gal diukur pada 60 0F

Banyak hubungan antara Sg dengan sifat-sifat penting bahan bakar minyak, yaitu:

 Untuk pembakaran pada volume tetap: Nilai Kalor Atas, Btu/lb = 22 320 – [3
780 x (Sg)2]
 Untuk pembakaran pada tekanan tetap: Nilai Kalor Bawah, Btu/lb = 19 960 –
[3 780 x (Sg)2] + (1 362 x Sg)
 Persen hidrogen, % = 26 – (15 x Sg)
 Kalor spesifik, Btu/lb 0F = kal/gr 0F = [0.388 x 0.00045 x t (0F)] : (Sg)1/2
 Kalor laten penguapan, Btu/lb = [110 .9 x 0.09 x t (0F)] : Sg

Rumus pada butir 4 dan 5 sebenarnya hanya berlaku untuk bahan bakar
hidrokarbon murni tanpa adanya ikutan, namun karena biasanya bahan ikutan
jumlahnya kecil sekali, maka kedua rumus tersebut masih aman untuk digunakan.

g. Viskositas

Viskositas adalah kebalikan fluiditas atau daya alir. Makin tinggi viskositas makin
sukar mengalir. Mengingat kecepatan mengalir juga tergantung pada berat jenis,
maka pengukuran viskositas demikian dinyatakan sebagai “viskositas kinematik”.
Viskositas absolut = viskositas kinematik berat jenis cairan.

Satuan viskositas antara lain: poise, gram/cm detik, atau dengan skala
Saybolt Universal diukur dalam detik.
Catatan: Agar minyak dapat dipompa harus mempunyai viskositas 10000 detik SU
(Saybolt Universal), dan agar dapat dikabutkan dengan tekanan udara 1 psi harus
mempunyai viskositas 100 detik SU.

Pengaruh viskositas pada pengabutan sangat menentukan dalam


mencapai pembakaran sempurna dan bersih. Jika pengabutan berlangsung dengan
viskositas lebih dari 100 detik SU dan tekanan udara kurang 1 psi, maka butiran-
butiran kabut minyak terlalu besar hingga susah bercampur dengan udara
sekunder. Akibatnya aka n terbentuk gumpalan karbon yang mengganggu burner
dan dapur. Bagi minyak- minyak berat, pemanasan pendahuluan harus
dilakukan sebelum pengabutan. Pemanasan pendahuluan ini gunanya untuk
menurunkan viskositas sampai di bawah 100 detik SU.

h. Flash Point
“Flash point” adalah suhu dimana bahan bakar terbakar dengan sendirinya oleh
udara sekelilingnya disertai kilatan cahaya. Untuk menentukan kapan minyak
terbakar sendiri, Pensky-Martens memakai sistem “closed cup”, sedang Cleveland
memakai “open cup”. Uji dengan open cup menunjukkan angka 20 -30 0F lebih tinggi
daripada dengan closed cup.

i. Titik Bakar atau “Ignition Point”

Titik bakar adalah suhu dimana bahan bakar cair yang dipanaskan pada
keadaan baku dapat terbakar selama waktu sekurang-kurangnya 5 detik.

j. Bau

Bau tak enak yang khas biasanya ditimbulkan oleh senyawa belerang dalam bahan
bakar cair. Senyawa itu adalah belerang hidrokarbon atau merkaptan yang bersifat
korosif.

k. Titik Anilin

Titik anilin adalah suhu dimana sejumlah volume yang sama dari bahan bakar cair
dan anilin tepat bercampur. Atau, suhu terendah dimana terjadi awan yang
disebabkan karena batas pemisahan fase cair dari campurannya yang homogen
sejumlah volume anilin yang sama dengan volume sampel menjadi hilang.

l. Faktor Karakterisasi dan Titik Didih

Faktor karakterisasi ini memberi petunjuk tentang watak dan sifat-sifat termal
fraksi minyak bumi. Di samping itu, juga menyatakan perbedaan sifat
parafinitas hidrokarbon secara kuantitatif atau indeks parafinitas minyak bumi
mentah. Faktor karakterisasi UOP ( Universal Oil Products Company) dinyatakan
dalam K.
K = (TB)1/3 : Sg, di mana TB adalah titik didih rata-rata pada 1 atmosfer dalam
derajat Rankine.
Bahan Bakar Padat

Bahan bakar padat yang biasa dipakai dalam industri dan transport asi adalah
batubara. Batubara termasuk bahan bakar fosil karena terbentuk dari sisa
tumbuh- tumbuhan yang mengalami proses geologis dalam jangka waktu
jutaan tahun. Berdasarkan perbedaan umur geologis, berturut-turut dari yang
paling tua, batubara dibagi sebagai:

 antrasit
 semi-bitumen
 bitumen
 sub-bitumen
 lignit

Makin muda umur batubara, makin besar kandungan unsur hidrogennya, makin
rendah nisbah KT terhadap BTG. Karena berasal dari tumbuh-tumbuhan maka
batubara tersusun terutama oleh bahan organik. Untuk menyatakan
komposisi batubara, digunakan analisis pendekatan dan analisis tuntas. Nilai kalor
berkisar antara 9 000 -10000 kkal/kg, yang dipengaruhi oleh kadar C, H dan S.

Beberapa rumus pendekatan yang diperoleh secara empiris, menyatakan


hubungan antara nilai kalor, kadar C, kadar H dan kadar S, ataupun kadar KT dan
BTG.

Rumus Dulong:

Nilai kalor atas, NKA = 14490 C + 61000 Ha + 5550 S, di mana C, S, Ha = fraksi


berat karbon, belerang dan hidrogen bebas; dan NKA dalam Btu/lb.
Catatan:

1 Btu = 252 kalori

1 lb = 453.6 gram.

Rumus Calderwood:
C = 5.88 x 0.00512 x NKA x 40.5S x 0.0053 x 80 x 100(BTG : KT)1.55

C, S, BTG, KT = % berat C, S, BTG, KT dalam batubara

Kalau 100 BTG/KT > 80, tanda pada suku terakhir negatif.

Bahan Bakar Cair


Bahan bakar cair yang biasa dipakai dalam industri, transportasi maupun rumah
tangga adalah fraksi minyak bumi. Minyak bumi adalah campuran berbagai
hidrokarbon yang termasuk dalam kelompok senyawa: parafin, naphtena, olefin, dan
aromatik. Kelompok senyawa ini berbeda dari yang lain dalam
kandungan hidro gennya.

Minyak mentah, jika disuling akan menghasilkan beberapa macam fraksi,


seperti: bensin atau premium, kerosen atau minyak tanah, minyak solar, minyak
bakar, dan lain -lain. Setiap minyak petroleum mentah mengandung keempat
kelompok senyawa tersebut, tetapi perbandingannya berbeda. Perbedaan minyak
mentah yang utama ialah:

 Minyak aspaltik, yang terdiri sebagian besar naphtena dan aromatik


 Minyak prafin, sebagian besar berupa parafin (lilin)

a. Bensin atau Gasolin atau Premium

Gasolin dibuat menurut kebutuhan mesin, seperti avgas (aviation gasoline),


premium dan gasolin biasa, terdiri dari C4 sampai C12. Sifat yang terpenting
pada gasolin adalah “angka oktana”. Angka oktana adalah angka yang menyatakan
besarnya kadar isooktana dalam campurannya dengan normal heptana. Isooktana
mempunyai angka oktana 100, sedang normal heptana mempunyai angka oktana
0. Makin tinggi angka oktana gasolin semakin baik unjuk kerjanya.

b. Kerosen

Termasuk kerosen adalah:

 Bahan bakar turbin gas pada pesawat terbang.


 Minyak bakar, biasa dipakai untuk dapur rumah tangga, bahan bakar kapal laut,
dan penerangan lampu kereta api di masa lalu.

Mutu kerosen tergantung pada sifatnya dalam uji lampu (lamp test) dan uji bakar,
seperti timbulnya asap dan kabut putih. Asap disebabkan oleh hidrokarbon aromatik
sedang kabut putih oleh disulfida.

c. Bahan Bakar Diesel

Bahan bakar diesel atau minyak diesel dipakai untuk mengoperasikan mesin diesel
atau “compression ignition engine”. Mutunya ditentukan oleh angka cetana.
Makin tinggi angka cetana, makin tinggi unjuk kerja yang diberikan oleh bahan bakar
diesel. Angka cetana adalah besarnya kadar volume cetana dalam campurannya
dengan metilnaphtalen. Cetan murni mempunyai angka cetana = 100,
sedang aromatik mempunyai angka cetana 0. Unjuk kerja adalah persentase rata-
rata daya yang dapat diperoleh dari mesin dengan bahan bakar tertentu
dibandingkan dengan daya yang diperoleh dari bahan bakar yang mempunyai
angka cetana 100.

d. Minyak Residu
Minyak residu biasa digunakan pada ketel uap, baik yang stasioner maupun yang
bergerak. Dalam hal instalasinya, pemakaian minyak residu dalam ketel uap akan
lebih murah dibanding batubara. Disamping itu, pemakaian minyak residu
tidak menimbulkan masalah abu. Akan tetapi pada ke tel uap tekanan tinggi dan suhu
tinggi dapat menimbulkan korosi dan kerusakan pada “superheater tube”. Pemakaian
minyak residu kecuali dalam ketel uap antara lain:

 Tanur dalam industri baja, tanur tinggi dalam industri semen dan industri lain
yang mempunyai kaitan dengan semen, serta berbagai dapur dalam
industri petroleum dan industri kimia.
 Mesin diesel, kecuali pada mesin diesel kecepatan tinggi seperti pada truk dan
lokomotif, pada mesin diesel kapal serta mesin diesel berkecepatan rendah
untuk pembangkit tenaga listrik.
 Turbin gas.
Bahan Bakar Gas
Termasuk dalam bahan bakar gas antara lain:

a. Asetilena

Gas asetilena digunakan dalam pengelasan dan pemotongan logam, yang


memerlukan suhu nyala yang tinggi, dapat juga dipakai untuk lampu karbida.
Gas asetilena dapat membentuk asetilida yang eksplosif jika dicampur dengan
tembaga (Cu), terlebih-lebih dengan udara.

b. Blast Furnace Gas

Gas ini merupakan hasil samping peleburan bijih besi dengan kokas dan udara panas
di dalam “blast furnace”.

c. Gas Air Biru ( Blue Water Gas)


Dibuat dari reaksi antara kukus (steam) dengan karbon padat yang dipanasi pada
suhu tinggi, merupakan campuran antara gas H2 dan gas CO.

d. Gas Batubara

Gas batubara disebut juga gas kota, dibuat dari dis tilasi destruktif batubara dalam
retort tertutup dengan pemanasan tinggi.

e. Gas Alam

Gas alam tersusun dari parafin hidrokarbon, khususnya gas metana bercampur
dengan nitrogen, N2, dan karbon dioksida, CO2, diperoleh dari tambang
dengan pengeboran tanah melalui batuan kapur atau batuan pasir. Kandungan
metananya di atas 90%.

f. Gas Petroleum

Gas petroleum diperoleh dari fraksionasi minyak bumi mentah, dan dapat juga dari
gas alam, mengandung propana dan butana sebagai komponen terbesar.

Proses Pembakaran
Dalam pembakaran proses yang terjadi adalah oksidasi dengan reaksi sebagai berikut:
 Karbon + oksigen = Karbon dioksida + panas
 Hidrogen + oksigen = Uap air + panas
 Sulfur + oksigen = Sulfur dioksida + panas

Pembakaran di atas dikatakan sempurna bila campuran bahan bakar dan oksigen
(dari udara) mempunyai perbandingan yang tepat, hingga tidak diperoleh sisa. Bila
oksigen terlalu banyak, dikatakan campuran “lean” (kurus). Pembakaran ini
menghasilkan api oksidasi. Sebaliknya, bila bahan bakarnya terlalu banyak (atau
tidak cukup oksigen), dikatakan campuran “rich” (kaya). Pembakaran ini
menghasilkan api reduksi. Api reduksi ditandai oleh lidah api panjang, kadang-
kadang sampai terlihat berasap. Keadaan ini juga disebut pembakaran tidak
sempurna.

Seperti diketahui, oksigen untuk pembakaran diperoleh dari udara yang terdiri dari
20% O2 dan 80% N2. Sebagai contoh, bila diperlukan 1 lb O2, berarti
memerlukan 4.32 lb udara atau setiap cu ft O2 perlu 4.78 cuft udara. Gas N2 yang
mengisi 80% dari udara, tidak ikut dalam reaksi pembakaran, malahan menghisap
panas dari hasil reaksi pembakaran. Untuk menentukan jumlah O2 yang tepat
pada setiap pembakaran, merupakan hal yang tidak mudah. Pada umumnya
dipakai kelebihan udara. Keuntungannya tidak terjadi pemborosan bahan bakar.
Kerugiannya mengurangi panas hasil pembakaran. Untuk ini dijaga ada kelebihan
udara, tetapi tidak terlalu banyak (antara 5-15%).

Dalam pembakaran, ada pengertian udara primer yaitu udara yang


dicampurkan dengan bahan bakar di dalam burner (sebelum pembakaran) dan udara
sekunder yaitu udara yang dimasukkan dalam ruang pembakaran setelah
burner, melalui ruang sekitar ujung burner atau melalui tempat lain pada dinding
dapur.
Perbandingan Udara -Bahan Bakar

Untuk memperoleh reaksi pembakaran yang baik diperlukan:

1. Perbandingan tertentu antara bahan bakar dengan udara.

Table 1 Proper Combining Proportions for Perfect Combustion

lb lb
O2 p air p
cu ft cu ft cu ft cu ft
Stat Sym er lb er lb
O2 per air per O2 p air p
Fuel e bol fuel fuel
cu ft cu ft er lb er lb
fuel fuel fuel fuel

11.5
2.66 2
7 151.
34.5
3
8
2.47 31.6
Soli 453
Carbon 0.57 5
d 4.32
C … … 2 32.5
Hydro 94.8
Gas 17.2
gen H2 0.5 2.39 1 56.7
8 6.79
Carbon Gas
CO S 0.5 2.39 4 226.
monox Soli 16.1 11.8
CH4 5
ide d … … 3.73 2 7
Sulfur Gas 5 212
C2H6
2 9.56 15.6 47.4
Metha Gas
ne Vap C3H8 3.63 8 206.
3.5 16.72 44.3
Ethane or 5 5
C4H1 15.4
Propan Vap 5 23.9 43.1
0 3.58 8 203.
e or
6.5 31.1 5 42.6 5
Butane Liqu C8H1 15.1
Octane id 8 … … 3.51 5 41.6 199

2. Pencampuran yang baik antara bahan bakar dengan udara.

Campuran yang baik adalah yang homogen dan tiap partikel bahan bakar harus
kontak langsung dengan partikel udara.
Pada umumnya bahan bakar telah berubah menjadi uap (combustible vapor) sebelum
terbakar. Untuk mempercepat terjadinya “combustible vapor” diperlukan
proses pengabutan.
Butiran-butiran kabut tersebut luas permukaannya menjadi sangat besar, hingga
mempercepat penguapan. Untuk bahan bakar padat, tentunya tidak dapat dilakukan
pengabutan. Untuk mendekati bentuk kabut tersebu t diperlukan
pemecahan/penghalusan butirannya dalam “pulverizer” dan sprayer.

3. Permulaan dan kelangsungan penyalaan campuran.

Pada awal pembakaran, diperlukan nyala api atau loncatan api listrik setelah
sebagian kecil bahan bakar mulai terbakar, maka sebagian panas pembakaran
digunakan untuk menaikkan suhu bahan bakar sampai suatu saat suhu bahan
bakar cukup tinggi untuk terbakar sendiri. Bila kondisi ini sudah dicapai, bantuan
nyala api sudah tidak diperlukan lagi.

Susunan Gas Asap


Apabila pembakaran berlangsung sempurna, maka susunan gas asap hanya terdiri
dari: CO2, H2O, SO2, N2 dari udara dan O2 kelebihan. Pembakaran tidak
sempurna, maka disamping gas -gas tersebut di atas, terjadi pula gas CO serta sisa
bahan bakar yang tidak terbakar. Besarnya kadar gas CO2 dalam gas asap merupakan
indikator sempurna atau tidak sempurnanya pembakaran.
Neraca Bahan dan Neraca Kalor

Berat massa bahan yang masuk ruang pembakaran = berat massa bahan yang keluar.

Aliran masuk ruang bakar:

 bahan bakar (a)


 udara uap air (b)
Aliran keluar ruang bakar:
 gas hasil pembakaran (c)
 sisa udara dan air (d)
 sisa pembakaran (e), yang terdiri dari sisa bahan bakar, abu dan air

Neraca: a + b = c + d + e

Catatan:

 Bahan bakar (a) merupakan berat bahan bakar kering ditambah air
(kelembaban)
 Udara uap air (b) merupakan berat udara ditambah uap air yang terkandung
dalam udara.
 Air dalam d dan e adalah air yang terkandung dalam bahan bakar ditambah air
dari kelembaban udara ditambah air yang terbentuk dari reaksi pembakaran.
Operasi Pembakaran
Kalor pembakaran yang diperoleh dari reaksi bahan bakar dengan udara
dipergunakan untuk:

1. Menaikkan suhu bahan bakar yang dibakar dalam dapur.

2. Menaikkan suhu campuran bahan bakar dan udara.

3. Sebagian besar yang lain terbuang sebagai:

 radiasi ke sekeliling
 terbawa keluar cerobong dalam gas asap
 konduksi dan konveksi ke peralatan dapur

Temperatur dapur akan maksimum bila kehilangan-kehilangan di atas minimum.

Pada pengoperasian burner memperhatikan kecepatan nyala:


Pada nyala yang stabil, kecepatan nyala sama dengan kecepatan campuran
bahan bakar dan udara yang keluar dari burner.
 Bila kecepatan nyala lebih besar akan terjadi “flash back”.
 Bila kecepatan nyala lebih kecil akan terjadi “blow off”.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan nyala:

 tekanan campuran bahan bakar dan udara


 suhu pembakaran
 perbandingan udara primer dan bahan bakar
 efek pendinginan dari lingkungan

Kecepatan nyala ini tidak dapat diperhitungkan lebih dahulu, kecuali pada keadaan
yang sangat tertentu saja.

Untuk memperoleh efisiensi yang tinggi dalam pengoperasian dapur, perlu alat-
alat kontrol sebagai berikut:

 Kontrol Suhu. Bahan bakar yang masuk ke dalam dapur banyaknya dikontrol
oleh temperatur dalam dapur, antara lain pirometer radiasi dan temperatur
atap dapur. Bila dibaca terlalu tinggi, maka jumlah bahan bakar harus
dikurangi dan seterusnya.
 Kontrol Pembakaran. Pengaturan bahan bakar/udara digunakan flowmeter
yang disambungkan dengan mekanisme servo pada katup kontrol otomatis.
 Kontrol Aliran. Menjaga kesetimbangan aliran pemasukan udara/bahan bakar
dan pengeluaran gas asap.
Petunjuk kepada Operator
Di bawah ini beberapa petunjuk yang akan membantu para Operator dalam
menangani beberapa jenis oven.
a. Oven dengan bahan bakar batubara.
1. Kedalaman api 15 inchi dari pintu. Pemasukan batubara 1.5-2 sekop penuh
tiap sq ft luas pembakaran. Bila kebanyakan menghasilkan asap dan boros
bahan bakar.
2. Kisi-kisi pembakaran harus selalu tertutup oleh bahan bakar, dijaga ketinggian
nyala api, garukan digunakan bila perlu.
3. Bara api yang tertutup abu harus dicegah dengan membersihkan api secara
hati-hati. Setelah pembersihan nyala api akan bersih kembali.
4. Jarak batangan penyangga api harus teratur dan bila bengkok harus
segera diluruskan.
5. Pemasukan udara dijaga agar nyala api baik.
6. Kebocoran oven harus dicegah agar tidak ada udara luar masuk.
b. Oven dengan bahan bakar gas.
1. Burner harus selalu bersih dan dipelihara secara rutin. Semua bagian pengatur
harus mudah digerakkan. Pengontrol udara pada injektor seringkali
macet oleh kotoran/korosi atau rusak.
2. Penutup oven harus bebas, bekerja baik dan rapat, agar udara luar tidak masuk.
3. Pengendalian udara yang tepat harus selalu dijaga agar nyala api baik. Untuk
lebih tepat dilakukan analisa gas asap. Akan lebih membantu para Operator
bila dilengkapi alat pencatat CO2.
4. Pada blast furnace yang umumn ya bekerja dengan nyala api non luminous,
nyala api yang panjang dan lemah, menunjukkan terlalu banyak gas.
Aliran gas harus dikecilkan, hingga nyala api lebih pendek dan berwarna
kekuning-kuningan. Atau menambah suplai udara hingga terdengar nyala api
terkuat. Nyala api kekuning-kuningan dan cerah adalah yang paling baik.
Makin cerah makin baik.
5. Sekali burner disetel dengan menghasilkan nyala yang baik, jangan diubah-
ubah lagi.
6. Klep pada cerobong harus disetel untuk memperoleh kesetimbangan aliran
dalam dapur. Cara pengetesan: Hembuskan asap/dekatkan nyala api kecil
pada lubang di dinding oven. Bila asap tidak terisap masuk atau lidah api
nyala tidak menuju ke lubang, maka letak “damper” betul.
7. Bila oven tidak dipakai, saluran gas, udara dan damper harus ditutup.
c. Oven dengan bahan bakar minyak.
1. Viskositas minyak harus benar.
2. Minyak harus bebas air, karena dapat menunda pembakaran dan membentuk
asap tebal.
3. Burner harus dilengkapi dengan katup berskala yang menunjukkan besar-
kecilnya aliran minyak.
4. Burner harus dibuka dan dibersihkan secara teratur, sebaiknya tiap penggantian
shift.
5. Bila oven dimatikan, burner harus dipindahkan untuk melindungi dari panas
radiasi.
6. Celah lubang burner harus dicek secara periodik.

Aturan umum untuk penghematan bahan bakar:

1. Dengan alat yang ada harus dibuat rencana agar beban oven selalu penuh.
2. Nyala api harus selalu dijaga berada dalam oven. Agar dicegah
terjadinya pembakaran di luar oven atau pada aliran gas asap.
3. Pintu-pintu harus selalu dijaga dalam kondisi baik dan tertutup rapat/tidak
bocor.
4. Penggunaan bahan bakar harus disesuaikan dengan kondisi pembakaran.
5. Jumlah bahan bakar harus selalu dicatat, demikian juga dengan berat bahan
yang dipanaskan.
6. Kebocoran pada dinding oven adalah penyebab besarnya kehilangan
panas. Dinding oven harus selalu disemir dengan bahan tertentu antara lain
campuran tanah liat dan semen api untuk mencegah bocoran udara.
Pencemaran

Pada proses pembakaran bahan bakar konvensional (bukan bahan bakar nuklir),
tak dapat dihindari kemungkinan terjad inya pencemaran, baik oleh komponen-
komponen dalam gas asap yang bersifat racun bagi kesehatan serta
mengganggu kenyamanan manusia, maupun oleh radiasi kalor.

Khusus pencemaran oleh bahan-bahan hasil pembakaran, meliputi 5 macam bahan


pencemar utama yaitu:

1. Partikulat, yaitu padatan atau cairan yang sangat kecil, tersuspensi dalam gas asap.
Partikulat ini terlepas ke atmosfer, dan efek yang ditimbulkan berupa:

 terganggunya penglihatan oleh kabut partikulat


 menyebabkan bronkhitis, emphysema dan kanker

2. Bas belerang oksida, atau SOx, yaitu SO2 dan SO3.

 Biasanya gas SO3 terbentuk dalam dapur karena oksidasi SO2 menjadi SO3.
Akibat yang ditimbulkan oleh gas -gas ini ialah:
 Apabila terjadi kontak dengan air akan terbentuk asam belerang (H2SO4) yang
bersifat korosif terhadap logam dan merusak instalasi dapur.
 Gas SO2 dan SO3 membentuk kabut di atmosfer, mengakibatkan
terjadinya hujan asam yang membahayakan kehidupan tumbuh-tumbuhan.
 Menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan.

3. Gas nitrogen oksida, terbentuk apabila pembakaran dilakukan dalam udara,


pada suhu yang cukup tinggi. Hal ini terjadi karena gas nitrogen N2 dan gas
oksigen O2 bereaksi membentuk NO dan NO2. Efek yang ditimbulkan oleh gas ini
ialah:

 dapat merusak kehidupan tanaman dan binatang


 mengganggu kesehatan manusia karena menimbulkan iritasi pada
saluran pernafasan
 bersifat korosif pada logam
 menimbulkan hujan asam oleh terbentuknya asam nitrat di atmosfer
 apabila bereaksi dengan uap atau gas dari senyawa organik dengan bantuan
sinar matahari dapat menimbulkan kabut fotokimia

4. Gas karbon monoksida yang terbentuk apabila pembakaran tidak sempurna.


Efek yang ditimbulkan oleh gas CO bagi kesehatan manusia ialah apabila gas
tersebut terhisap melalui pernafasan, gas CO bereaksi dengan haemoglobin
dalam darah, sehingga menghambat transfer oksigen yang membahayakan
kehidupan manusia.

5. Gas -gas senyawa organik.

Akibat yang ditimbulkan oleh adanya gas ini adalah di atmosfer dengan gas NOx
membentuk oksidan berupa kabut. Kabut oksidan ini menimbulkan iritasi pada mata,
hidung dan tenggorokan.
BAB -11
TERMODINAMIKA

I. Pendahuluan
Semua mahluk hidup melakukan pekerjaan.Tumbuh-tumbuhan melakukan
pekerjaan ketika mengangkat air dari akar ke cabang-cabang,hewan melakukan
melakukan pekerjaan ketika berenang ,merayap, dan terbang.Kerja juga terjadi ketika
pemompaan darah melalui pembuluh darah dalam tubuh dan pada pemompaan ion-ion
melewati dinding sel .Semua kerja ini diperoleh dari pengeluaran energy kimia yang
disimpan dalam makanan yang dikonsumsi oleh mahluk hidup.
Termodinamika berasal dari dua kata yaitu thermal (yang berkenaan dengan
panas) dan dinamika (yang berkenaan dengan pergerakan).Termodinamika adalah
kajian mengenai hubungan,panas, kerja, dan energy dan secara khusus perubahan panas
menjadi kerja.Hukum termodinamika pertama dan kedua dirumuskan pada abad ke-19
oleh para ilmuan mengenai peningkatan efisiensi mesin uap.Bagaimanapun hokum ini
merupakan dasar seperti hokum fisika lainnya.Mereka membatasi efisiensi amuba atau
ikan paus seperti mereka membatasi efisiensi mobil atau tenaga nuklir tumbuhan.

II. Beberapa Siklus dalam termodinamika


Dengan menganggap sejumlah tertentu gas terkandung dalam sebuah silinder
yang disusun dengan piston dan thermometer.Dengan menggerakan piston dan
memanaskan atau mendinginkan silinder, tekanan P, volume V, dan suhu T dapat
diubah.Keadaan termodinamika gas ditentukan dengan memberikan nilai dari variable-
variabel termodinamika P,V dan T. Jika variable-variabel dihubungkan oleh persamaan
PV=nRT
Dimana n adalah jumlah mol gas dan R=8,314 J/K adalah tetapan
gas .Persamaan ini menunjukan bahwa jika dua variable diketahui, variable ketiga dapat
ditentukan.Hal ini berarti hanya dua variable yang diperlukan untuk menentukan
keadaan.Bahkan jika gas tidak ideal, hanya dua variable yang diperlukan, karena
terdapat persamaan keadaan yang berhubungan dengan variable-variabel ini.
Siklus termodinamika terdiri dari urutan operasi/proses termodinamika, yang
berlangsung dengan urutan tertentu, dan kondisi awal diulangi pada akhir proses. Jika

1
operasi atau proses dilukiskan pada diagram p-v, akan membentuk lintasan tertutup.
Karena daerah dibawah setiap kurva merupakan kerja yang dilakukan, sehingga kerja
netto dalam satu siklus diberikan oleh daerah yang ditutupi oleh lintasan, seperti
ditunjukkan oleh gambar 1.

Gambar 1. Sebuah siklus termodinamika.

Pengetahuan mengenai siklus termodinamika adalah penting di dalam sistem


pembangkit tenaga (seperti mesin bensin, diesel, turbin gas, dll). Mesin-mesin ini
menggunakan campuran bahan bakar dan udara untuk operasinya. Karena massa bahan
bakar yang digunakan sangat kecil bila dibandingkan dengan massa udara, sehingga
campuran diasumsikan mengikuti sifat-sifat gas sempurna.
Klasifikasi Siklus Termodinamika
Siklus termodinamika, secara umum, bisa diklasifikasikan kedalam dua tipe:
1. Siklus reversibel,
2. Siklus irreversibel.
Siklus Reversibel
Sebuah proses, dimana perubahan dalam arah sebaliknya, akan membalik proses
seutuhnya, dikenal dengan proses reversibel. Sebagai contoh, jika selama proses
termodinamika dari keadaan 1 ke 2, kerja yang dilakukan oleh gas adalah W1-2, dan
kalor yang diserap adalah Q1-2. Sekarang jika kerla dilakukan pada gas sebesar W1-2
dan mengeluarkan kalor sebesar Q1-2, kita akan membawa sistem kembali dari keadaan
2 ke 1, proses disebut reversibel.
Pada proses reversibel, seharusnya tidak ada kerugian panas karena gesekan, radiasi
atau konduksi, dsb. Siklus akan reversibel jika semua proses yang membentuk siklus

2
adalah reversibel. Maka pada siklus reversibel, kondisi awal dicapai kembali pada akhir
siklus.
Siklus Ireversibel
Sebagaimana telah disebut di atas bahwa jika perubahan dalam arah sebaliknya,
akan membalik proses seutuhnya disebut sebagai proses reversibel. Tetapi jika
perubahan tidak membalik proses, maka disebut proses ireversibel. Pada proses
ireversibel, terjadi kerugian panas karena gesekan, radiasi atau konduksi.
Dalam keadaan di lapangan, sebgai besar proses adalah ireversibel. Penyebab utma
ireversibel adalah : (1) gesekan mekanik dan fluida, (2) ekspansi tak tertahan, (3)
perpindahan panas dengan perbedaan temperatur tertentu. Lebih jauh, gesekan akan
merubah kerja mekanik menjadi panas. Panas ini tidak bisa dirubah kembali dalam
jumlah yang sama ke dalam kerja mekanik. Sehingga jika ada gesekan di dalam proses
maka proses adalah ireversibel. Sebuah siklus adalah ireversibel jika ada proses
ireversibel pada proses-proses pada siklus tersebut. Maka pada siklus ireversibel,
kondisi awal tidak didapati pada akhir siklus.
Reversibilitas Proses Termodinamika
1. Isothermal dan Adiabatik
Perlu dicatat bahwa proses atau siklus penuh adalah hal yang ideal. Dalam
keadaan sebenarnya, operasi isotermal atau adiabatik lengkap tidak dicapai. Namun
demikian keadaan ini bisa diperkirakan. Alasan dari hal tersebut adalah tidak mungkin
mentransfer kalor pada temperatur konstan pada operasi isotermal. Lebih jauh, adalah
tidak mungkin membuiat silinder non-konduksi pada proses adiabatik. Pada keadaan
sebenarnya, proses isotermal bisa dicapai jika proses begitu lambat sehingga kalor yang
diserap atau dilepaskan pada laju dimana temperatur tetap konstan. Dengan cara yang
sama, proses adiabatik bisa dicapai jika proses terjadi dengan sangat cepat sehingga
tidak ada waktu bagi kalor untuk masuk atau meninggalkan gas.
Dengan pandangan tersebut, proses isotermal dan adiabatik dianggap sebagai proses
reversibel.
2. Volume konstan, tekanan konstan dan pvn konstan
Kita tahu bahwa temperatur benda panas, yang memberikan panas, tetap konstan
selama proses, temperatur zat kerja akan bervariasi ketika proses berlangsung. Dalam
pandangan ini, ketiga operasi di atas adalah ireversibel. Tetapi hal ini bisa dibuat

3
mendekati reversibilitas dengan memanipulasi temperatur benda panas bervariasi
sehingga pada setiap tingkatan temperatur zat kerja tetap konstan.
Dalam hal ini, proses volume konstan, tekanan konstan dan pvn konstan dianggap
sebagai proses reversibel.

Efisiensi Siklus
Didefinisikan sebagai rasio kerja yang dilakukan terhadap kalor yang disuplai
selama siklus. Secara matematik, efisiensi siklus: diberikan yangkalor dilakukan yang
kerja
η=Kerja yang dilakuan/kalor yang diberikan
Karena kerja yang dilakukan selama satu siklus adalah sama dengan kalor yang
diberikan dikurangi dengan kalor yang dilepaskan, efisiensi siklus bisa juga dinyatakan:

η=Kerja yang diberikan – kalor yang dilepaskan


Kalor yang diberikan

Siklus Carnot
Siklus di buat oleh carnot, yang merupakan ilmuan pertama yang menganalisis
permasalahan efisiensi mesin kalor.Pada mesin carnot, zat kerja melakukan operasi
siklus yang terdiri dari dua operasi termal dan dua operasi adiabatik.Diagram P-V da T-
S dari siklus ditunjukan pada gambar di bawah ini
Mesin yang dibayangkan oleh Carnot mempunyai udara (yang dianggap
mempunyai sifat seperti gas sempurna) sebagai zat kerja yang berada di dalam silinder
dimana terdapat piston A yang bergerak tanpa gesekan. Dinding silinder dan piston
adalah non-konduktor, tetapi dasar silinder B adalah konduktor dan ditutup oleh
penutup terisolasi IC. Mesin diasumsikan bekerja diantara dua sumber dengan kapasitas
yang tak terbatas, satu pada temperatur tinggi dan yang lainnya pada temperatur rendah.
Teorema Carnot adalah pernyataan formal dari fakta bahwa:Tidak mungkin ada
mesin yang beroperasi diantara dua reservoir panas yang lebih efisien daripada sebuah
mesin Carnot yang beroperasi pada dua reservoir yang sama. Artinya, efisiensi
maksimum yang dimungkinkan untuk sebuah mesin yang menggunakan temperatur
tertentu diberikan oleh efisiensi mesin Carnot

4
Mesin Carnot adalah mesin kalor hipotetis yang beroperasi dalam suatu siklus
reversibel yang disebut siklus Carnot. Model dasar mesin ini dirancang oleh Nicolas
Léonard Sadi Carnot, seorang insinyur militer Perancis pada tahun 1824. Model mesin
Carnot kemudian dikembangkan secara grafis oleh Émile Clapeyron 1834, dan
diuraikan secara matematis oleh Rudolf Clausius pada 1850an dan 1860an. Dari
pengembangan Clausius dan Clapeyron inilah konsep dari entropi mulai muncul.
Setiap sistem termodinamika berada dalam keadaan tertentu. Sebuah siklus
termodinamika terjadi ketika suatu sistem mengalami rangkaian keadaan-keadaan yang
berbeda, dan akhirnya kembali ke keadaan semula. Dalam proses melalui siklus ini,
sistem tersebut dapat melakukan usaha terhadap lingkungannya, sehingga disebut mesin
kalor.

Sebuah mesin kalor bekerja dengan cara memindahkan energi dari daerah yang
lebih panas ke daerah yang lebih dingin, dan dalam prosesnya, mengubah sebagian

5
energi menjadi usaha mekanis. Sistem yang bekerja sebaliknya, dimana gaya eksternal
yang dikerjakan pada suatu mesin kalor dapat menyebabkan proses yang memindahkan
energi panas dari daerah yang lebih dingin ke energi panas disebut mesin refrigerator.

Pada diagram di bawah ini, yang diperoleh dari tulisan Sadi Carnot berjudul
Pemikiran tentang Daya Penggerak dari Api (Réflexions sur la Puissance Motrice du
Feu), diilustrasikan ada dua benda A dan B, yang temperaturnya dijaga selalu tetap,
dimana A memiliki temperatur lebih tinggi daripada B. Kita dapat memberikan atau
melepaskan kalor pada atau dari kedua benda ini tanpa mengubah suhunya, dan
bertindak sebagai dua reservoir kalor. Carnot menyebut benda A "tungku" dan benda B
"kulkas".[1] Carnot lalu menjelaskan bagaimana kita bisa memperoleh daya penggerak
(usaha), dengan cara memindahkan sejumlah tertentu kalor dari reservoir A ke B.

Diagram asli mesin Carnot, 1824


Implikasi lain dari teorema Carnot adalah mesin reversibel yang beroperasi
antara dua reservoir panas yang sama memiliki efisiensi yang sama pula.
Efisiensi maksimum yang dinyatakan pada persamaan diatas dapat diperoleh
jika dan hanya jika tidak ada entropi yang diciptakan dalam siklus tersebut. Jika ada,
maka karena entropi adalah fungsi keadaan, untuk membuang kelebihan entropi agar
dapat kembali ke keadaan semula akan melibatkan pembuangan kalor ke lingkungan,

6
yang merupakan proses irreversibel dan akan menyebabkan turunnya efisiensi. Jadi
persamaan diatas hanya memberikan efisiensi dari sebuah mesin kalor reversibel .

Pengertian Isoterm
Semua keadaan dengan suhu yang sama terletak pada kurva disebut
isotherm.Pada gambar menunjukan beberapa Isoterm untuk suhu yang berbeda:suhu
dari isotherm tertentu lebih tinggi dari suhu semua isotherm yang terletak dibawahnya
dan lebih rendah dari suhu semua isotherm yang terletak diatasnya.Pada suhu yang
tinggi isotherm merupakan kurva yang halus yang ditunjukan oleh persamaan 11.1,
tetapi pada temperature rendah bentuk isotherm lebih komplek karena gas tidak lagi
ideal.

Pengertian Isotermal
Pada perubahan isothermal suhu dipertahankan agar konstan(tetap).Hal ini
dilakukan dengan menempatkan silinder yang dihubungkandengan sumber air pada
suhu yang di inginkan (gambar 11.4b).Silinder mempunyai dinding yang tipis yang
terbuat dari bahan yang dapat menghantarkan panas,misalnya tembaga, sehingga panas
dengan mudah mengalir secara bolak-balik antara sumber air dan gas.Sumber air cukup
besar dengan suhu yang tidak dapat dipengaruhi oleh jumlah perubahan panas dan
gas.Selama ekspansi isothermal, panas mengalir ke gas untuk menjaga suhu agar
konstan (ingat, suhu gas menurun jika panas terhalangi untuk mengalir ke gas selama
ekspansi terjadi).sistem yang mengikuti keadaan isotherm terjadi dari keadaan awal A
ke keadaan Akhir B’ ( gambar 11.3)

Perngertian Adiabatik
Pada perubahan adiabatic tidak ada panas yang dapat masuk atau keluar dari
system.Hali ini karena dikelilingi oleh silinder dengan bahan-bahan penyekat seperti
asbes atau streafoam (gambar 11.4a).jika gas ideal di kembangkan secara adiabatic,

7
suhu dan tekanan menurun.Sintem tersebut ditunjukan oleh garis penuh AB pada
gambar 11.3

Pengertian Isokhorik
Pada perubahan isokhorik volume system dipertahankan agar konstan.Hal ini
dilakukan dengan mengapit piston pada posisi tertentu.Keadaan gas diubah dengan
memanaskan gas (gambar 11.4c).Ketika piston dipasang,tidak ada kerja yang dilakukan
oleh system selama terjadi perubahan.Sistem mengikuti garis AA’ pada gambar 11.3

Pengertian Isobarik
Pada perubahan isobaric,tekanan system diertahankan pada tekanan tertentu.Hal
ini dilakukan dengan menggunakan tekanan konstan eksternal ke piston (gambar
11.4d).keadaan gas diubah dengan memanskan ga.sistem tersebut mengikuti garis AB’’
pada gambar 11.

8
III. Hukum Pertama Termodinamika
Hukum ini terkait dengan kekekalan energi. Hukum ini menyatakan perubahan
energi dalam dari suatu sistem termodinamika tertutup sama dengan total dari jumlah
energi kalor yang disuplai ke dalam sistem dan kerja yang dilakukan terhadap sistem.
Hukum pertama termodinamika adalah konservasi energi.Secara singkat, hukum
tersebut menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan
tetapi hanya dapat berubah dari bentuk yang satu ke bentuk yang lainnya.Untuk tujuan
termodinamik, perlu lebih spesifik dan menguraikan hukum tersebut secara lebih
kuantitatif.Termodinamika memperhitungkan hubungan antara system S, misalnya gas
dalam silinder pada gambar 11.1 dan lingkungan ε di sekelilingnya.Lingkungan adalah
segala sesuatu yang ada di luar system yang dapat mempengaruhi system, dimana pada
banyak kasus termasuk pada sekeliling system.Sistem dan lingkungan merupakan
semesta U.

Energi sestem (Es) adalah jumlah energi kinetik molekul-molekul system


( energi termal) dan energi potensial atom-atom dalam molekul (energi kimia).Energi Es
bergantung pada keadaan system,berubah ketika keadaan berubah.Misalnya,perubahan
isobaric pada gambar 11.4d, sumber panas meningkatkan energi termal system.Jika
sumber panas adalah bagian dari lingkungan, energi Eε lingkungan juga berubah.Hukum
pertama termodinamika mengatakan bahwa energi Eu semesta
Eu = Es + Eε
Tidak berubah.Ini berarti, jika Es dan Eε adalah energi sistem dan lingkungan
ketika sistem berada pada satu keadaan dan E’s dan E’ε adalah energi ketika sistem
berada pada keadaan lain, maka
E’s + E’ε = Es + Eε atau (E’s – Es ) + ( E’ε - E ε )
Seperti sebelumnya, delta digunakan sebagai awalan yang berati “perbedaan
dalam“ atau „perubahan dari“.Secara spesifik ∆E S adalah energi dari keadaan akhir
sistem dikurangi energi dari keadaan awal,

9
∆ES = E’S – ES
Dan ∆ES adalah energi akhir lingkungan dikurangi energi awal
∆Eε = E’ε – Eε
Hubungan simbol-simbol persamaan 11.2 dapat dituliskan
∆ES + ∆Eε = 0 atau
∆ES = - ∆Eε hukum pertama 11.3
Ini adalah ungkapan matematika yang sesuai untuk hukum pertama
termodinamika.Persamaan tersebut digunakan untuk menghitung perubahan energi
sistem jika perubahan energi lingkungan diketahui, dan serbaliknya.

IV. Hukum kedua Termodinamika


Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Hukum ini menyatakan
bahwa total entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung untuk
meningkat seiring dengan meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya.
Sebuah benda dengan massa m dilepaskan dari ketinggian h secara spontan jatuh
ke tanah, kemudian diam.Pada situasi ini energi semesta adalah jumlah energi termal
benda, energi termal tanah dan energi mekanik benda.Sebelum dilepaskan, benda
mempunyai energi mekanik yang sama dengan energi potensialnya U = mgh, dan
setelah benda tersebut diam di tanah, energi mekaniknya nol.Pada proses ini, dengan
gemikian energi mekanik semesta berkurang dari mgh menjadi nol.Jika energi total
semesta tidak berubah (hukum pertama termodinamika), energi termal semesta dapat
meningkat dengan mgh.Peningkatan energi termal menunjukan peningkatan yang kecil
pada temperatur benda dan tanah.
Sebagaimana diketahui dari pengalaman sehari-hari bahwa suatu benda yang
awalnya diam di tanah tidak akan pernah secara spontan meloncat ke udara.Hal tersebut
tidak mungkin terjadi karena melanggar hukum pertama.Jika sebuah benda meloncat ke
udara, akan terjadi peningkatan energi mekanik semesta.Hal ini tidak akan melanggar
hukum pertama, bagaimanapun jika terdapat hubungan penurunan energi termal
semesta.Hukum pertama tidak menjelaskan mengapa benda tidak pernah meloncat ke
udara secara spontan.
Proses benda meloncat ke udara secara spontan adalah kebalikan dari proses
benda jatuh ke tanah secara spontan.Satu proses terjadi dengan mudah. Sedangkan

10
proses kebalikannya tidak akan pernah terjadi sama sekali.Banyak proses irreversibel
yang lain yang dapat terjadi hanya dalam satu arah.Sebagai contoh, ketika benda yang
dingin dan benda panas bersentuhan, kalor selalu mengalir dari benda panas kebenda
yang dingin, dan tidak pernah dari benda dingin ke benda yang panas.Akibatnya suhu
benda yang panas menurun, sedangkan suhu benda yang dingin meningkat.Jika proses
kebalikan yang terjadi, benda yang dingin akan menjadi lebih dingin sedangkan benda
yang panas akan lebih panas.Contoh lain, tinta diteteskan kedalam segelas air,
menyebar hingga tinta tersebut dalam air.proses kebalikannya, dimana campuran air dan
tinta secara spontan memisah menjadi air murni dan tinta murni, tidak akan pernah
terjadi
Formulasi Kelvin-Planck atau hukum termodinamika kedua menyebutkan
bahwa adalah tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor yang bekerja dalam
suatu siklus yang semata-mata mengubah energi panas yang diperoleh dari suatu
reservoir pada suhu tertentu seluruhnya menjadi usaha mekanik. Hukum kedua
termodinamika mengatakan bahwa aliran kalor memiliki arah; dengan kata lain, tidak
semua proses di alam semesta adalah reversible (dapat dibalikkan arahnya). Sebagai
contoh jika seekor beruang kutub tertidur di atas salju, maka salju dibawah tubuh nya
akan mencair karena kalor dari tubuh beruang tersebut. Akan tetapi beruang tersebut
tidak dapat mengambil kalor dari salju tersebut untuk menghangatkan tubuhnya.
Dengan demikian, aliran energi kalor memiliki arah, yaitu dari panas ke dingin. Satu
aplikasi penting dari hukum kedua adalah studi tentang mesin kalor.

V. Hukum ketiga Termodinamika


Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini
menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut, semua
proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini juga
menyatakan bahwa entropi benda berstruktur kristal sempurna pada temperatur nol
absolut bernilai nol.

VI. Kalorimetri
Kalor yang diserap selama perubahan di ukur dalam kalorimeter, sebuah bejana
air yang besar mengelilingi wadah yang lebih kecil .Bagian luar bejana disekat secara
termal untuk mencegah kalor masuk atau keluar selama perubahan terjadi.Wadah yang

11
terbuat dari tembaga atau bahan yang dapat menghantarkan panas, untuk memastikan
terjadi pertukaran panas antara air dan wadah.Wadah melingkupi sistem untuk di ukur,
dan air yang mengelilingi, wadah adalah lingkungan.

VII. Kalor Jenis (kalor spesifik)


Ketika kalor ditambahkan pada sistem, suhu sistem meningkat.Untuk
memberikan sejumlah kalor, suhu berubah ∆T bergantung pada tekanan atau volume
sistem yang dijaga konstan selama proses.Pada perubahan Isokhorik (volume konstan),
perubahan suhu dihubungkan dengan kalor yang siserap.
Q = Cv .∆T Isokhorik .....11.6a
Dimana Cv adalah kapasitas kalor sistem pada volume konstan.Kalor jenis Cv suatu zat
adalah kapasitas kalor dibagi oleh massa zat :
Cv = Cv/m.........................11.6b
Kalor jenis adalah sifat khas suatu zat.Hal tersebut bergantung pada suhu, tetapi suhu
yang sangat kecil dapat dianggap konstan.Jika tidak ada kerja yang terjadi ketika ∆V =
0, kalu Q yang di serap sama dengan perubahn energi.Gabungan persamaan 11.6a dan
11.6b, diperoleh :
∆ES = Q = mCv .∆T
Kebanyakan perubahan bilogi terjadi pada tekanan tetap (konstan) daripada volume
tetap, pada perubahan isobari ( tekanan konstan), perubahan suhu dihubungkan dengan
kalor yang diserap
Q = mCp.∆T Isobarik. ..................................... 11.7
Dimana Cp adalah kalor jenis pada tekanan konstan.ini adalah kalor jenis yang banyak
digunakan secara umum.Tabel 11.1 memberikan nilai Cp untuk beberapa Zat.Satuannya
adalah Kcal /kg°C atau J/kg°c
Dari persamaan 11.4 , 11.5 dan 11.7 perubahan energi dalam perubahan Isobarik
menjadi,
∆ES = Q –W
= m.Cp.∆T – P.∆V
Jika cairan atau padatan di panaskan pada tekanan konstan, hanya terjadi
peningkatan kecil pada volume, jadi hubungan P∆V sangat kecil pada persamaan
11.8.Akibatnya terdapat perbedaab yang kecil antara perubahan volume konstan dan

12
tekanan konstanuntuk cairan atau padatan, dan Cv sama dengan Cp untuk semua tujuan
praktis.Gas, disisi lain dianggap mengalami ekspansi ketika di panaskan, dengan
demikian 1,0 dan 16,7 bergantung pada gas.Di bawah ini merupakan tabel beberapa
kalor jenis pada tekanan 1 atm.

Subtance T (˚C) T(Kcal/Kg˚C) T(J/Kg˚C)

Gass

Air 100 0,240 1000

Carbon dioksida 15 0,199 833

Oksigen 15 0,218 913

Nitogen 15 0,248 1040

Air 100 0,482 2020

Liquid

Ethanol 25 0,581 2430

Merkuri 20 0,0332 139

Air 0 1,0074 4218,1

Solid

Alumunium 20 0,214 899

Brass 20 0,0917 384

Copper 20 0,0921 386

Glass,crown 20 0,161 674

Flint 20 0,117 490

Granite 20 0,192 804

Human body 37 0,83 3500

Iron 20 0,115 481

air 0 0,492 2060

Kayu 20 0,42 1760

13
VIII. Entalpi

Entalpi adalah istilah dalam termodinamika yang menyatakan jumlah energi


internal dari suatu sistem termodinamika ditambah energi yang digunakan untuk
melakukan kerja. Secara matematis, entalpi dapat dirumuskan sebagai berikut:

di mana:

H = entalpi sistem (joule)


U = energi internal (joule)
P = tekanan dari sistem (Pa)
V = volume sistem (m2)
Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang
menyebabkan benda tersebut berubah suhu atau wujud bentuknya. Kalor berbeda
dengan suhu, karena suhu adalah ukuran dalam satuan derajat panas. Kalor merupakan
suatu kuantitas atau jumlah panas baik yang diserap maupun dilepaskan oleh suatu
benda.
Dari sisi sejarah kalor merupakan asal kata caloric ditemukan oleh ahli kimia
perancis yang bernama Antonnie laurent lavoiser (1743 - 1794). Kalor memiliki satuan
Kalori (kal) dan Kilokalori (Kkal). 1 Kal sama dengan jumlah panas yang dibutuhkan
untuk memanaskan 1 gram air naik 1 derajat celcius.

APLIKASI TERMODINAMIKA DALAM BIOLOGI

Pengaturan Suhu Tubuh

Pengaturan temperatur adalah suatu pengaturan secara kompleks dari suatu


proses fisiologisdi mana terjadi kesetimbangan antara produksi panas dan kehilangan
panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan.

14
Burung atau mamalia secara fisiologis digolongkan dalam worm Blooded atau
homotermal.Organisme homotermal ini secara umum dapat dikatakan temperatur tubuh
tetap konstan walaupun suhu lingkungan berubah.Hal ini terjadi karena ada interaksi
berantai antara pembentukan panas dan kehilangan panas.Kedua proses ini dalam
keadaan tertentu aktifitasnya diatur oleh susunan syaraf pusat yang mana mengatur
metabolisme, sirkulasi (peredaran darah),perspirasi (penguapan) dan pekerjaan otot-otot
skeletal.sebagai contoh kontraksi otot banyak menghasilkan panas,rumusnya dapat di
tulis:

K= W/H

Dimana K=Efisiensi

H =Energi total (dalam kalori) pada waktu kerja

W = Usaha dinyatakan dalam KgM

Temperatur 37˚C diterima sebagai temperatur normal tubuh manusia.Untuk


mengukur rata-rata temperatur badan dan kulit terdapat banyak kesukaran.Berikut
keterangan suhu tubuh dalam anggota badan mabusia.

Dengan mengetahui termperatur kulit rata-0rata kita dapat menentkan temperatur tubuhnya
:ini bertdasarkan hasil percobaan temperatur basal nikel dan dubur pada keadaan temperatur lingkungan
oleh DuBoir.N.Y.aced.Mned,1939,75:143-173.yaitu dengan cara : Mean Body temperatur = (0,69 x
temperatur kulit rata-rata ).

Kuantitas suhu tubuh ini berkaitan dengan panas yang tertampung di dalam tubuh manusia (heat
stronge).Untuk menghitung banyaknya panas yang tertampung dalam tubuh manusia.yaitu engan cara
harus menghitung perubahan temperatur tubuh rata-rata dikalikan dengan panas spesifik dan mas badan
maka diperoleh persamaan:

Heat stronge =temperatur shange x spesifik heat x massa

15
16
DAFTAR PUSTAKA

1. Moran M.J.,Shapiro H,N,:Fundamentals of engineering


Thermodynamics,Third Ed,John Wiley & Sons Inc, 1995,Bab 9-14.

Anda mungkin juga menyukai