Anda di halaman 1dari 32

MATA PELAJARAN 03 :

PENGENALAN K2/K3

TUJUAN PELAJARAN :
Setelah mengikuti pelajaran ini peserta mampu memahami
menjelaskan dan menerapkan dasar-dasar K2/K3 sesuai dengan
SOP/IK (Instruksi Kerja, Standar Perusahaan, Instruksi Manual dan
Standar Perusahaan.

DURASI : 6 JP

PENYUSUN :
1. MM

Simple Inspiring Performing Phenomenal i


DAFTAR ISI

TUJUAN PELAJARAN i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR TABEL iv
PENGENALAN K2/K3 PEMBANGKIT 1
1. KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN 1
1.1. HUBUNGAN ANTARA K2 DAN K3 1
1.2. PENGERTIAN KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN 1
1.3. LANDASAN HUKUM / DASAR HUKUM 2
1.3.1 RINGKASAN PERATURAN PERUNDANGAN 03/2005 2
2. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 4
2.1. PENGERTIAN K3 4
2.2. LANDASAN HUKUM 4
2.3. RUANG LINGKUP 4
2.4. PENERAPAN K2/K3 5
3. KESEHATAN DAN LINGKUNGAN KERJA 6
3.1. KESEHATAN KERJA 6
3.2. LANDASAN HUKUM KESEHATAN KERJA 10
3.3. FAKTOR BAHAYA DI LINGKUNGAN KERJA 10
3.4. ALAT PELINDUNG DIRI 11
4. PENANGGULANGAN KEBAKARAN 19
4.1. PENGERTIAN DAN DEFINISI K3 KEBAKARAN 19
4.2. LANDASAN HUKUM / DASAR HUKUM 20
4.3. FENOMENA KEBAKARAN 20
4.4. ALAT PEMADAM KEBAKARAN 22
5. KECELAKAAN KERJA 26
5.1. PENGERTIAN DAN DEFINISI KECELAKAAN 26
6. PROSEDUR IDENTIFIKASI BAHAYA 27

Simple Inspiring Performing Phenomenal ii


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Hubungan antara K2 dan K3 ........................................................................................................ 1


Gambar 2 Bagan Keselamatan Ketenagalistrikan ........................................................................................ 3
Gambar 3 Pola Penerapan K2/K3 ................................................................................................................. 6
Gambar 4 Safety Helmet ............................................................................................................................ 13
Gambar 5 Safety Shoes .............................................................................................................................. 14
Gambar 6 Gloves ........................................................................................................................................ 15
Gambar 7 Masker ....................................................................................................................................... 16
Gambar 8 Google........................................................................................................................................ 17
Gambar 9 Tali Pengaman dan Baju Kerja ................................................................................................... 18
Gambar 10 Pelindung Telinga .................................................................................................................... 18
Gambar 11 Diagram Fenomena Kebakaran ............................................................................................... 20
Gambar 12 Segitiga Api .............................................................................................................................. 21
Gambar 13 APAR (Alat Pemadam Api Ringan) ........................................................................................... 24
Gambar 14 Instalasi Hydrant ...................................................................................................................... 25
Gambar 15 Hydrant Pilar, Hydrant Box dan Host ...................................................................................... 25
Gambar 16 Peralatan Hydrant ................................................................................................................... 25
Gambar 17 Instalasi Springkler................................................................................................................... 26

Simple Inspiring Performing Phenomenal iii


DAFTAR TABEL

Tabel 1 Standart Kalsifikasi Kebakaran ......................................................... Error! Bookmark not defined.


Tabel 2 Jenis Media Pemadam Kebakaran ................................................... Error! Bookmark not defined.

Simple Inspiring Performing Phenomenal iv


PENGENALAN K2/K3 PEMBANGKIT

1. KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN

1.1. HUBUNGAN ANTARA K2 DAN K3


Bagaimana hubungan antara K2 dan K3 ?
Hubungan antara K2 dan K3 dapat dijelaskan sebagai berikut :
K3 = Keselamatan dan Kesehatan Kerja
K2 = Keselamatan Ketenagalistrikan

Gambar 1 Hubungan antara K2 dan K3

1.2. PENGERTIAN KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN


Definisi / Pengertian :
Keselamatan Ketenagalistrikan adalah segala upaya atau langkah-langkah pengamanan
Instalasi tenaga listrik dan pengamanan pemanfaat tenaga listrik untuk mewujudkan kondisi
Andal bagi instalasi dan kondisi Aman dari bahaya bagi manusia, serta kondisi Akrab
Lingkungan ( ramah lingkungan ), dalam arti tidak merusak lingkungan hidup disekitar instalasi
tenaga listrik.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 1


Upaya untuk mewujudkan “ A 3 “ dapat dilakukan dengan ;
a. Standarisasi\
b. Penerapan 4 Pilar K2
c. Sertifikasi
d. Penerapan SOP / IK
e. Adanya Pengawas Pekerjaan

1.3. LANDASAN HUKUM / DASAR HUKUM


Landasan hukum yang mengatur tentang K2 adalah sebagai berikut :
a. UU No.1 / 1970 tentang Keselamatan Kerja
b. UU No.30 / 2009 tentang Ketenagalistrikan
c. Keppres No.22 / 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja
d. PP 50/2012 tentang Sisteem Manajemen K3 ( SMK3 )
e. Kep Direksi No.090.K / DIR / 2005 tentang Pedoman Keselamatan Instalasi
f. Kep Direksi No.091.K / DIR / 2005 tentang Pedoman Keselamatan Umum
g. Kep Direksi No.092.K / DIR / 2005 tentang Pedoman Keselamatan Kerja

1.3.1 RINGKASAN PERATURAN PERUNDANGAN 03/2005


Pada Peraturan Perundangan 03/2005 Pasal 21 tentang Keselamatan Ketenagalistrikan dapat
dijeslakan sebagai barikut :
a. Setiap kegiatan usaha Ketenagalistrikan wajib memenuhi Ketentuan Keselamatan
Ketenagalistrikan
b. Keselamatan Ketenagalistrikan meliputi :
 Standarisasi
 Pengamanan Instalasi dan pemanfaat TL untuk mewujudkan kondisi :
- Andal dan aman bagi Instalasi ( Keselamatan Instalasi )
- Aman dari bahaya bagi manusia :
* Tenaga Kerja ( Keselamatan Kerja )
* Masyarakat Umum ( Keselamatan Umum )
- Akrab lingkungan ( Keselamatan Lingkungan )
 Sertifikasi :
- Sertifikasi Laik Operasi bagi instalasi penyediaan TL,
- Sertifikasi kesesuaian dengan Standar PUIL untuk instalasi pemanfaatan
TL ( instalasi pelanggan ),
- Tanda Keselamatan bagi pemanfaat TL ( alat kerja / rumah tangga )
- Sertifikasi Kompetensi bagi tenaga teknik Ketenagalistrikan.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 2


Gambar 2 Bagan Keselamatan Ketenagalistrikan

Simple Inspiring Performing Phenomenal 3


2. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

2.1. PENGERTIAN K3
Upaya atau pemikiran dan penerapannya yang ditujukan untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia
pada umumnya, hasil karya dan budayanya, untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja
Keselamatan Kerja, adalah suatu usaha pencegahan terhadap kecelakaan kerja yang dapat
menimbulkan berbagai kerugian, baik kerugian harta benda (rusaknya peralatan), maupun
kerugian jiwa manusia ( luka ringan, luka berat, / cacat bahkan tewas ).

2.2. LANDASAN HUKUM


Landasan Hukum mengatur tentang K3 adalah sebagai berikut :
a. UU No.1 / 1970 tentang Keselamatan Kerja
b. Pasal 86, 87 Paragraf 5 UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
c. Keppres No.22 / 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja
d. PP No.50 / 2012 tentang Sistem Manajemen K3 ( SMK3 )

2.3. RUANG LINGKUP


Ruang lingkup tentang Keselamatan Kerja dalam segala tempat kerja, baik didarat, didalam
tanah, dipermukaan air, didalam air maupun diudara yang berada didalam wilayah keskuasaan
hukum Republik Indonesia, yang antara lain :
a. Dilakukan pembuatan, uji coba dan penggunaan peralatan mesin dan instalasi yang
dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan.
b. Dilakukan pembuatan, perdagangan, penggunaan dan pengangkutan barang-barang
mudah meledak, terbakar menggigit dan beracun.
c. Dilakukan pembangunan, pebaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran.
d. Dilakukan usaha petanian, perkebunan, pembukaan hutan dan pengolahan hasil hutan.
e. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan.
f. Dilakukan pengangkutan, barang, binatang dan manusia.
g. Dilakukan pekerjaan bongkar muat.
h. Dilakukan penyelaman dan pengambilan benda dan pekerjaan didalam air.
i. Dilakukan pekerjaan diketinggian.
j. Dilakukan pekerjaan dibawah tekanan udara.
k. Dilakukan pekerjaan yang mengundang bahaya tertimbun, kajatuhan, kena benda
terpelanting, terperosok.
Dilakukan pekerjaan dalam tanki, sumur atau lobang.
l. terdapat atau penyibara debu, api, radiasi, asap, gas, getaran, sinar atau suara.
m. Dilakukan pembuangan atau penimbunan serempak atau limbah.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 4


n. Dilakukan pemancaran, penyiaran, radio, telepon, TV atau radar.
o. Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan penyelidikan/riset yang menggunakan
alat teknis.
p. Dibangkitkan, dirubah, disalurkan, dikumpulkan atau disimpan listrik, gas, air atau
minyak.
q. Diputar film pertunjukan, sandiwara atau rekreasi menggunakan instalasi listrik atau
peralatan mekanik.

Diundangkan pada tanggal : 12 Januari 1970, Tujuan / sasaran dari Undang - Undang ini
adalah :
a. Agar tenaga kerja dan setiap orang lain yang berada ditempat kerja selalu dalam
keadaan selamat dan sehat.
b. Agar sumber - sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara aman dan efisien
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara aman dan efisien

Undang - Undang ini diberlakukan untuk setiap tempat kerja yang di dalamnya terdapat 3 (tiga)
unsur, yaitu :
a. Adanya suatu usaha, baik usaha yang bersifat ekonomi maupun sosial
b. Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya, baik secara terus menerus atau hanya
sewaktu-waktu
c. Adanya sumber bahaya

2.4. PENERAPAN K2/K3


Pola pelaksanaan K2/K3 di PT PLN (Persero) dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Pola penerapannya sesuai dengan Budaya Perusahaan
b) K2/K3 didefinisikan dan dipahami dengan jelas oleh segenap karyawan
c) Adanya komitmen yang jelas dari Top Manajemen dari setiap unit – unit kerja
PLN
d) Pengorganisasian K2 / K3 ditangani dengan jelas oleh;
 Pejabat yang bertanggung jawab terhadap program K2/K3
 Ahli K3
 P2K3 (Panitia Pembina K3)
 Disusunnya rencana kerja K2/K3 yang meliputi kegiatan / program – program
sebagai berikut :
 Program teknis Operasional,meliputi ;
- Perlindungan dan pencegahan kecelakaan
- Pendidikan dan Pelatihan
- Pencegahan dan penaggulangan bahaya kebakaran
- Kesehatan kerja

Simple Inspiring Performing Phenomenal 5


- Investigasi,pelaporan dan tindak lanjut kecelakaan
- Pemeliharaan dan peningkatan K2 / K3
 Program Manajemen meliputi;
- Zero Accident ( Kecelakaan Nihil)
- SMK3 (Sistem Manajemen K3)

Hasil penerapan program K2 / K3 dapat dilihat pada Statistik dan kinerja unit – unit PLN
khususnya dalam kinerja K2 / K3 serta adanya penghargaan prestasi K2 / K3 dari pihak /
institusi yang berwenang.

Gambar 3 Pola Penerapan K2/K3

3. KESEHATAN DAN LINGKUNGAN KERJA

3.1. KESEHATAN KERJA


Pengertian dari kesehatan kerja berbeda-beda. Kesehatan kerja menurut Suma’mur (2009)
adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau kedokteran beserta prekteknya yang bertujuan
agar tenaga kerja atau masyarakat tenaga kerja memperoleh derajat kesehatan yang
setinggitingginya, baik fisik atau mental maupun sosial, dengan upaya promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan
oleh pekerjaan dan atau lingkungan kerja, serta terhadap penyakit pada umumnya.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 6


Kesehatan kerja menurut Syukri Sahab (1997), meliputi segala upaya untuk mencegah
penyakit akibat kerja dan penyakit lainnya pada tenaga kerja. Namun secara umum
pengertiannya sama yaitu suatu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan agar
tercipta produktivitas yang setinggi-tingginya.

Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan masyarakat yang mempunyai ruang
lingkup tenaga kerja, yang bertujuan untuk mendapatkan derajat kesehatan bagi tenaga kerja
seoptimal mungkin baik fisik, mental, maupun sosial dan produktif (Depnaker, 1997)
Dari aspek kesehatan kerja, setiap tenaga kerja ingin agar tetap sehat sejak memulai kariernya
sampai mencapai masa pensiun, terhindar dari berbagai gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh pekerjaan maupun lingkungan kerjanya. Untuk itu setiap pengusaha /
manajemen perusahaan harus melaksanakan upaya kesehatan kerja ditempat kerja.

Tujuan kesehatan kerja Menurut komite bersama ILO dan WHO adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya
baik jasmani, rohani, maupun sosial untuk semua lapangan pekerjaan.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh kondisi kerja.
3. Mencegah tenaga kerja dari bahaya kesehatan yang timbul akibat pekerjaan.
4. Menempatkan tenaga kerja pada suatu lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi
fisik, faal tubuh dan mental psikologis tenaga kerja yang bersangkutan.

Ruang lingkup kesehatan kerja meliputi (Depnaker, 2001)


1. Kesehatan kuratif, adalah menekan seminimal mungkin angka absen karena sakit, serta
memperpendek lamanya sakit.
2. Kesehatan preventif Kesehatan prefentif merupakan upaya untuk mencegah tenaga
kerja mengalami gangguan kesehatan dan penyakit.
3. Kesehatan rehabilitatif Pengamanan bahaya oleh karena proses produksi yang mungkin
berakibat kepada tenaga kerja maupun masyarakat luas.
4. Kesehatan promitif Penyesuaian diantara tenaga kerja dan pekerjaannya dengan tujuan
kegairahan dan efensiensi kerja.

Setiap perusahaan wajib menyelenggarakan program kesehatan kerja di mana tujuan dari
pada penyelenggaraan kesehatan kerja tersebut adalah untuk kepentingan semua pihak yang
terliat dalam proses produksi, seperti pengusaha dan tenaga kerja, serta semua orang yang
berada di lingkungan perusahaan. Program Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut
1. Pemeriksaan kesehatan kerja. Meliputi
a. Pemeriksaan Kesehatan sebelum kerja
b. Pemeriksaan Kesehatan berkala

Simple Inspiring Performing Phenomenal 7


c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
2. Diagnosa dan pengobatan penyakit, baik penyakit umum maupun khusus.
3. Monitoring atau evaluasi tempat kerja secara berkala melalui pengukuran.
4. Pengamanan bahaya bahan kimia di tempat kerja.
5. Latihan dan pendidikan tentang kerja yang dilakukan secara berkala dan
berkesinambungan.
6. Pengadaan oleh alat pelindung diri oleh perusahaan dan pemanfaatan serta
pemeliharaan alat tersebut oleh tenaga kerja.
7. Pencatatan dan pelaporan pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja.
8. Penelitian epidemiologis untuk mengevaluasi dampak lingkungan kerja.
9. Mengevaluasi secara berkala evektifitas dari program kesehatan kerja yang telah
dilaksanakan.
10. Usaha lain, masalnya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana yang
diselenggarakan oleh perusahaan.
Pemeriksaan kesehatan kerja ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Per 02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam
penyelenggaraan keselamatan kerja yang meliputi
1. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja (awal), sebelum seorang tenaga kerja diterima
untuk melakukan pekerjaan.
2. Pemeriksaan kesehatan berkala (periodik), setelah tenaga kerja bekerja
3. Pemeriksaan kesehatan khusus, dilakukan pada tenaga kerja tertentu dan tenaga kerja
dengan kondisis tertentu
Pemeriksaan kesehatan purna bakti, dilakukan 3 (tiga) bulan sebelum tenaga kerja memasuki
masa pensiun.

Tujuan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja


a. Rikes awal (sebelum kerja) :
• Tenaga Kerja yang diterima sehat
• Tidak mempunyai penyakit menular
• Cocok untuk pekerjaan yang akan dilakukan
b. Rikes berkala (periodik) :
• Mempertahankan derajat kesehatan Tenaga Kerja
• Menilai kemungkinan pengaruh dari pekerjaan
• Untuk pengendalian Lingkungan kerja
c. Rikes khusus :
• Menilai adanya pengaruh dari pekerjaan tertentu.
• Menilai terhadap Tenaga Kerja atau golongan Tenaga Kerja tertentu

Simple Inspiring Performing Phenomenal 8


Mekanisme Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja adalah sebagai berikut
a. Dilakukan oleh dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja.
b. Dokter Pemeriksa Kesehatan Tenaga Kerja membuat rencana pemeriksaan.
c. Dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja harus membuat laporan tentang kegiatan
pemeriksaannya
Waktu Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
1. Rikes awal dilakukan sebelum seorang tenaga kerja bekerja atau pindah tempat kerja.
2. Rikes berkala dilakukan minimal 1 tahun sekali.
3. Rikes khusus dilakukan pada saat/kondisi tertentu
4. Rikes purna bakti dilakukan 3 bulan sebelum pensiun/berhenti bekerja

Upaya perlindungan tenaga kerja agar tenaga kerja selalu dalam keadaan sehat, selamat,
aman dan sejahtera sehingga pada akhirnya untuk mencapai suatu tingkat produktivitas yang
tinggi maka dilakukan upaya kesehatan kerja. Sebagaimana tercantum dalam pasal 3 ayat 1
Undang – Undang No.1 tahun 1970 dimana syarat-syarat kesehatan kerja yaitu :
- Memberikan pertolongan pada kecelakaan
- Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja
- Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan, angin, cuaca, sinar, suara dan getaran.
- Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
- Menyelenggarakan suhu dan lembab yang baik
- Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
- Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingungan cara dan proses
kerjanya.
Dalam pasal 8 menyebutkan kewajiban pengusaha untuk:
a. Memeriksa kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerjaa
yang akan diterimanya maupun yang akan dipindahkan, sesuai dengan sifat
pekerjaannya
b. Memeriksakan kesehatan dari semua tenaga kerja yang berada dibawah pimpinanya
secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh pengusaha
Penerapan yang lain dalam kesehatan kerja adalah adanya jaminan sosial tenaga kerja
meliputi jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua dan jaminan
pemeliharaan kesehatan. Hal ini tertuang dalam Undang - undang no.03 tahun 1992 tentang
Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Simple Inspiring Performing Phenomenal 9


3.2. LANDASAN HUKUM KESEHATAN KERJA
Landasan hukum yang mengatur tentang Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut
- UU 1/1970 tentang Keselamatan Kerja
- UU 03/1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
- Peraturan Pemerintah 14/1993 tentang JAMSOSTEK
- KEPRES 22/1992 tentang Penyakit Timbul karena Hubungan Kerja
- PMP 7/1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan dalam Tempat
Kerja
- PerMen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi 01/1976 tentang Kewajiban Latihan
Hyperkes bagi Dokter Perusahaan
- PerMen Tenaga Kerja, Trnasmigrasi dan Koperasi 01/1979 tentang Kewajiban Latihan
Hyperkes bagi Paramedis
- Permenaker 02/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
- Permenakertrans 01/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja
- Permenakertrans 03/1982 tenatng Pelayanan Kesehatan Kerja
- Permenaker 01/1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan BAgi Tenaga
Kerja dengan Manfaat Lebih Baik dari JAminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar
Jaminan Sosial Tenaga Kerja
- Keputusan Menteri TEnaga Kerja 333/1989 tentang diagnose dan Pelaporan Akibat
Kerja
- Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja SE.01/Men/1979 tentang Pengadaan Kantin dan
Ruang Makan
- Surat Edaran Dirjen Binawas SE.07/BW/1997 tenatnag Pengujian Hepatitis B dalam
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
- Surat Edaran Dirjen Binawas SE.86//BW/89 tentang Perusahaan Catering yang
Mengelola Makan Bagi Tenaga Kerja.

3.3. FAKTOR BAHAYA DI LINGKUNGAN KERJA


Pengertian Lingkungan Kerja adalah istilah generik yang mencakup identifikasi &evaluasi
terhadap faktor-faktor lingkungan yang memberikan dampak pada kesehatan tenaga kerja (ref:
ILO). Faktor bahaya lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja adalah
a. Faktor fisik, meliputi Kebisingan, Iklim Kerja, Getaran, Radiasi gelombang
elektromagnetik, Pencahayaan. Tekanan Udara
b. Faktor kimia, meliputi padat (debu, serat atau partikel), gas (O2, N2, CO, SO2, NH3,
NO2, H2S) dan cair

Simple Inspiring Performing Phenomenal 10


c. Faktor biologi, meliputi Serangga, bakteri, virus, parasit, jamurFaktor Psikologi meliputi
cara kerja dan alat kerjaFaktor Fisiologi, meliputi upah, kerja monoton, lokasi kerja yang
terpencil
Penanggulangan penyakit akibat kerja yang disebabkan faktor fisiologi adalah dengan cara
menerapkan pirnsip ergonomic yaitu
 SikapTubuh
 Normalisasi ukuran alat kerja contoh kursi dapat naik turun, tempat kerja dapat diatur
kesegala arah.
 Ukuran Kerja disesuaikan dengan aktivitas pekerjaan contoh meja kerja pada pekerjaan fisik
(mengangkat) lebih rendah dari tinggi siku.
 Tempat duduk sesuai dengan syarat berikut tinggi dataran duduk yang dapat diatur,
memiliki sandaran punggung, lebar duduk tidak boleh < 25 cm.
 Pekerjaan berdiri sedapat mungkin dirubah menjadi pekerjaan duduk atau diberi
kesempatan pekerjaa untuk duduk
 Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri, diharapkan 23 - 27' kebawah,
sedangkan untuk pekerjaan duduk 32 - 44' kebawah
 Pembebanan, contoh bekerja mengangkat beban yang berat
 Derajat tanjakan, contoh ketinggian anak tangga 20 – 30 cm
 Waktu kerja, contoh pmberlakuan kerja 8 jam sehari, 40 jam seminggu
 Waktu istirahat, contoh pemberlakukan jam istriharat kepada tenaga kerja.
 Daya penglihatan, contoh memberikan penerangan yang tepat guna sesuai dengan
pekerjaan
 Beban kerja
 Mental psikologis, contoh premi, motivasi
 Biomekanika, gerakan dengan sikap tubuh

3.4. ALAT PELINDUNG DIRI

Dalam mencegah tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja, diperlukan suatu pengendalian
ataupun pengawasan sistem kerja maupun alat produksinya.
Ada 3 hal pokok yang harus diperhatikan ;
 Pengendalian sistem peralatan/mesin paling baik dalam mencegah bahaya adalah
mesin yang dirancang tidak akan mengganggu tenaga kerja dan lingkungannya.
Setidaknya mengurangi bahan beracun, atau memasang pelindung mesin dan
memakai ventilasi yang baik.
 Pengendalian sistem administrasi perlu diatur suatu sistem kerja, waktu kerja yang baik.
Mengurangi jumlah tenaga kerja ditempat kerja yang berbahaya, termasuk pula
perlunya pelatihan.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 11


 Menyediakan alat pelindung diri. Apabila kedua hal tersebut diatas belum dapat
mengurangi bahaya, maka alat pelindung diri harus dipergunakan.

Untuk menetapkan alat pelindung diri yang dibutuhkan tenaga kerja, diperlukan beberapa
pertimbangan ;
 Memeriksa bahan dan proses produksi harus diketahui sistem pemesinan serta bahan
yang dibutuhkan maupun hasil sampingan dari proses produksi terutama bahan kimia
dan gas.
 Perlu diketahui angka kesakitan tenaga kerja, maupun kecelakaan yang terjadi.
 Mempelajari pengalaman pada industri lain yang lebih maju maupun yang telah
mengalami kecelakaan.
 Selalu mengikuti perkembangan teknologi.
 Mengikuti standar yang baku.
Pimpinan perusahaan adalah yang bertanggung jawab dalam penyediaan dan efektifitas
penggunaan alat pelindung diri ditempat kerja.
Dalam hal ini perlu adanya tanggung jawab dan keterlibatan pimpinan dalam pelaksanaan
program alat pelindung diri sehingga perlu adanya rencana kerja yang tertulis untuk
menyediakan alat pelindung diri, perlu pula adanya pendidikan bagi tenaga kerja dalam hal
APD.Kemudian meningkatkan kesadaran dalam penggunaan alat pelindung diri, sehingga
tenaga kerja memakainya dengan taat dan sadar akan kesehatan dirinya. Kebijaksanaan dan
tata cara penggunaan alat keselamatan kerja harus jelas dan terbuka bagi semua tenaga kerja.
Ada dua kategori utama alat pelindung diri
 Alat pelindung diri yang lazim digunakan:
 Pelindung kepala - helm;
 Pelindung kaki - sepatu atau boot pengaman;
 Pelindung kulit - baju kerja yang cocok.
 Alat pelindung diri untuk pekerjaan atau tugas khusus yang harus
dikerjakan :
 Pelindung tangan - sarung tangan;
 Untuk paru-paru - respirator;
 Untuk mata - pelindung mata/kaca mata;
 Menahan jatuh - pakaian keselamatan / belt pengikat;
 Menahan kebisingan - pelindung telinga.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 12


a. Pelindung Kepala
Benda-benda yang jatuh, beban di tempat ketinggian, dan benda di berbagai tempat dan arah
ada di mana-mana pada pekerjan bangunan. Alat yang kecil atau baut jatuh dari ketinggian 10
atau 20 meter dapat menyebabkan luka serius atau apabila jika terkena kepala tanpa
pelindung. Kecelakaan pada kepala sering terjadi ketika naik dari suatu tempat ke tempat yang
lebih tinggi.

Helm pengaman sangat efektif melindungi kepala untuk manahan bahaya-bahaya tersebut dan
anda harus memakainya walaupun anda tidak berada di tempat kerja dan khususnya jika anda
berada dalam daerah dimana sedang berlangsung pekerjaan pada ketinggian. Daerah ini
dikategorikan sebagai daerah helm (hard hat areas) yang secara jelas ditulis dan dipasang
pada pintu masuk dan tempat yang strategis. Ketentuan ini berlaku bagi para manager,
supervisor dan tamu / pengunjung. Hanya helm yang sudah diuji oleh Standard Nasional atau
International boleh digunakan secara benar untuk menghindari lepas helmnya tersebut. Helm
melindungi anda hanya jika anda memakainya.

Gambar 4 Safety Helmet

b. Pelindung Kaki
Banyak cidera kaki akibat tertusuk paku akibat benda yang jatuh tidak dicabut pakunya atau
dipindahkan atau dihancurkan. Apabila hal ini dilakukan akan sangat mengurangi kecelakaan
dan membatasi pemakaian sepatu pengaman. Type sepatu pengaman atau bot pengaman
yang digunakan tergantung dari jenis pekerjaan. Semua sepatu pengaman, bagian solnya
harus keras dan bagian ujung atasnya mempunyai lapisan pelindung besi.
Banyak jenis pengaman yang sering digunakan :
 Ringan, sepatu pengaman dengan sol/atas yang lebih rendah/tipis untuk memanjat;
 Sepatu pengaman biasa untuk pekerjaan berat;

Simple Inspiring Performing Phenomenal 13


 Sepatu pengaman karet atau plastik yang digunakan untuk melindungi terhadap
cairan kimia korosif, bahan-bahan kimia dan air.

Gambar 5 Safety Shoes

c. Pelindung Tangan
Cidera tangan adalah hal biasa terjadi dan kemungkinan menyebabkan beberapa cacat, maka
cegahlah agar tidak terjadi pada setiap pekerjaan anda. Tangan sangat sering terluka dan
dalam pekerjaan bangunan lebih banyak kejadian kecelakaan pada pergelangan tangan ke
bawah dari pada bagian tubuh lainnya. Luka terbuka, tergores, pecah/retak, keseleo, kejang,
amputasi dan terbakar pada bagian ini lebih sering terjadi. Banyak cara pencegahan dengan
teknik sederhana dalam penggunaan peralatan pada pekerjaan dengan memakai pelindung
tangan yang cocok seperti sarung tangan dan kaos tangan.

Diantaranya pekerjaan yang biasanya berbahaya dimana diperlukan pelindung tangan adalah:
 Bekerja kontak dengan benda keras, tajam atau permukaan bergerigi;
 Kontak dengan pancaran panas, luka korosif, atau bahan beracun seperti aspal
dan damar;
 Bekerja dengan mesin getaran seperti bor pneumatik dimana bantalan turut
bergetar;
 Pekerjaan listrik pada keadaan lembab dan dingin.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 14


Gambar 6 Gloves

d. Perlindungan Pernapasan
Pada pekerjaan bangunan terdapat pekerjaan tertentu dimana terdapat debu berbahaya, kabut
atau gas yang timbul seperti:
 Industri kimia, gas, debu dan Iain-Iain;
 Pengamplasan;
 Penutupan bangunan dengan bahan isolasi yang mengandung asbes;
 Pengelasan atau pemotongan bahan dengan pemanasan yang mengandung bahan
seng, timah atau cadmium;
 Cat semprot;
 Pemecah batu.

Respirator
Apabila terdapat bahan beracun yang kadarnya berbahaya di udara terbuka pakailah
respirator. Pemakaian jenis respirator yang baik tergantung pada sumber bahaya dan kondisi
pekerjaan yang ada, dan anda memerlukan latihan dalam penggunaan, pembersihan dan
pemeliharaannya. Penjelasan bagi pemakaian rpirator dan filter harus diberikan oleh petugas
keselamatan dan kesehatan kerja yang berwenanges. Masker sederhana adalah tipe kertas.
Ingat jenis ini hanya efektif untuk gangguan debu.
Ada 3 jenis masker muka (hidung dan mulut) dengan filter, yaitu :
 Untuk melindungi dari partikel udara misalnya masker untuk debu dari batu dengan
filter terpasang dalam cartridge (catatan : filter ini mempunyai waktu pakai khusus
dan harus diganti jika perlu);
 Untuk melindungi dari gas atau asap, misalnya ketika menggunakan cat yang

Simple Inspiring Performing Phenomenal 15


mengandung larutan, filter masker ini mengandung karbon aktif;
 Masker dengan kombinasi filter debu dan gas. Cartridge harus diganti secara rutin.

Gambar 7 Masker

Masker penutup seluruh muka dapat dipasang filter yang sama seperti masker hidung dan
mulut dan dapat melindungi juga mata dan muka. Alat pernapasan buatan dengan bentuk
masker penutup muka dan tekanan udara tertentu, selalu memberikan perlindungan dan harus
digunakan bila di tempat kerja tidak tersedia udara atau oksigen yang cukup. Udara disediakan
dari kompresor melalui filter, atau tabung udara/oksigen. Dalam cuaca panas, masker jenis ini
sangat cocok karena terpasang ketat sekitar muka dan udara dari tabung berfungsi sebagai
pendingin. Pekerja yang memakai masker ini harus dilatih dan menurut petunjuk dari pabrik.

e. Pelindung Mata
Dalam pekerjaan konstruksi bangunan terdapat banyak situasi dan pekerjaan dimana dapat
terjadi cidera mata yang disebabkan oleh bahan yang beterbangan, debu dan radiasi.
Sebagian besar cidera mata yang terjadi pada tempat kerja konstruksi bangunan diakibatkan
berlangsungnya pekerjaan sebagai berikut:
 Pemecahan, pemotongan, pembentukan atau pemasangan batu, pekerjaan batu
bata dan pengecoran dengan mengunakan tangan atau alat kerja;
 Penghalusan cat atau pembersihan permukaan akibat karat;
 Pemotongan paku keling dan baut;
 Penggerindaan dengan mesin gerinda dalam keadaan kering;
 Pengelasan dan pemotongan besi.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 16


Dalam beberapa proses konstruksi kemungkinan dapat tejadi risiko tambahan antara lain
kebocoran atau cipratan panas atau cairan korosif. Beberapa sumber bahaya ini dapat
dikendalikan dengan alat pengaman mesin yang baik, ventilasi atau rencana kerja yang baik.
Tetapi dalam banyak kasus bahaya, misalnya pemotongan atau pembentukan batu, pelindung
mata adalah satu-satunya jalan pemecahannya. Kadang-kadang pekerja mengetahui bahaya
yang mengancam mata mereka, tetapi tidak mau memakai pelindung mata.

Gambar 8 Google

Hal ini dikarenakan pemilihan jenis yang dipakai tidak cocok atau merintangi pandangan, lagi
pula pelindung mata pada pekerjaan bangunan tidak segera tersedia bila diperlukan. 90%
cidera mata dapat dicegah dengan pemakaian pelindung mata.

f. Pakaian Pengaman beserta tali pengaman


Sebagian besar kecelakaan fatal dalam industri konstruksi berkaitan / disebabkan jatuh dari
ketinggian. Bilamana upaya pemecahan tidak praktis seperti pemasangan landasan kerja atau
jaringan keselamatan, pemakaian pakaian pengaman mungkin satu-satunya jalan untuk
mencegah cidera berat atau mati.
Contoh situasi dimana digunakan pakaian pengaman termasuk :
 Pekerjaan pemeliharaan pada struktur seperti jembatan-jembatan;
 Pekerjaan dalam ruang tertutup seperti gudang bawah tanah dimana terdapat
bahaya asap, gas atau bahan berbahaya lainnya.
 Pekerjaan industri kapal besar.
Banyak jenis sabuk pengaman dan pakaian/tali pengaman yang tersedia. Pabrik pembuat atau
agen harus dapat memberikan keterangan tentang jenis yang cocok dan petunjuk penggunaan

Simple Inspiring Performing Phenomenal 17


serta pemeliharaan. Pakaian dengan tali pengaman yang lengkap lebih disukai dari pada sabuk
pengaman saja.
Tali pengaman dan tali pengikat tubuh harus :
 Mempunyai batas minimum jatuh bagi pemakai tidak lebih dari 2 meter, untuk
perlengkapannya;
 Cukup kuat menahan berat pemakai;
 Tersambung / terpasang pada dudukan yang kuat melalui titik kait, jangkar di atas
tempat kerja pemakai.

Gambar 9 Tali Pengaman dan Baju Kerja

g. Pelindung telinga
Ada dua jenis :
o Sumbat telinga (ear plug)
Sumbat telinga yang baik adalah menahan frekuensi tertentu saja dengan
kemampuan daya lindung sebesar 25 – 30 DB. Bila ada kebocoran sediit maka
akan mengurangi kemampuan daya lindungnya.
o Tutup telinga (ear muf)
Tutup telinga jenisnya sangat beragam dengan kemampuan daya lindng
berkisar sebesar 35 – 45 DB.

Gambar 10 Pelindung Telinga

Simple Inspiring Performing Phenomenal 18


Penerapan dan Pemeliharaan Alat Pelindung Diri sebagai berikut :
a. Menyediakan alat pelindung diri yang dapat memberi perlindungan yang memadai.
b. Memilih alat perlindungan diri yang pas dan baik, dan mudah dipelihara, untuk
digunakan apabila resiko pemaparan tidak dapat dihilangkan dengan cara lain.
c. Memastikan pemakaian rutin alat pelindung diri dilakukan sesuai dengan instruksi
yang benar dan melalui masa percobaan dan pelatihan.
d. Memastikan semua orang menggunakan alat pelindung diri apabila dibutuhkan
untuk bekerja.
e. Memberikan tanda yang jelas di tempat kerja yang wajib menggunakan alat
pelindung diri.
f. Memberikan dukungan untuk pembersihan dan pemeliharaan alat pelindung diri
secara rutin.
g. Memastikan bahwa alat pelindung diri dapat diterima oleh pekerja
h. Menyediakan tempat yang memadai bagi menyimpan alat pelindung diri.

4. PENANGGULANGAN KEBAKARAN

4.1. PENGERTIAN DAN DEFINISI K3 KEBAKARAN

K3 menjadi salah satu bagian penting dalam dunia pekerjaan dewasa ini. Efisiensi biaya dan
peningkatan keuntungan semakin diperhatikan seiring dengan penekanan resiko kecelakaan
dan penyakit akibat kerja. Terjadinya kecelakaan pada perusahaan menyebabkan
terhambatnya pekerjaan yang akan berdampak pada penurunan hasil serta kerugian perbaikan
maupun pengobatan Oleh karena itu K3 harus dikelola sebagaimana pengelolaan produksi dan
keuangan serta fungsi penting perusahaan yang lainnya. Salah satu jenis kecelakaan yang
sering dijumpai dan menimbulkan kerugian yang sangat besar adalah kebakaran.

Kebakaran merupakan hal yang sering terjadi pada gedung yang diawali dari kebakaran kecil
yang kemudian menjadi besar dikarenakan kesiapan peralatan pemadam api yang kurang
memadai atau ketidaksiapan peralatan tersebut pada saat hendak digunakan. Manajemen
Peralatan Proteksi Kebakaran adalah merupakan suatu rencana yang memuat prosedur yang
mengatur peralatan proteksi bencana kebakaran yang harus disediakan sebagai alat untuk
memadamkan api saat terjadi kebakaran secara mendadak dan tidak dikehendaki yang dapat
berakibat mengancam terhadap kehidupan, aset dan operasi perkantoran serta lingkungan.
Kebakaran adalah terjadinya api yang tidak dikehendaki. Bagi tenaga kerja,kebakaran
perusahaan dapat merupakan penderitaan dan malapetaka khususnya terhadap mereka yang
tertimpa kecelakaan dan dapat berakibat cacat fisik

Simple Inspiring Performing Phenomenal 19


4.2. LANDASAN HUKUM / DASAR HUKUM
Landasan hukum yang mengatur tentang Penanggulangan Kebakaran adalah
- UU No.1 / 1970 tentang Keselamatan Kerja
- UU No.30 / 2009 tentang Ketenagalistrikan
- PP 50/2012 tentang Sistem Manajemen K3 ( SMK3 )
- KEPMENAKER No Kep 186/Men/1999 Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di
Tempat Kerja , Pasal 2 (1) dan (2) mewajibkan kepada pengurus/ pengusaha untuk
mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
- UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
- PERMENAKER 04/80 tentang APAR
- PERMENAKER 02/83 tentang ALARM
- INST. MENAKER INS. 11/MEN/1997 tentang pengawasan khusus k3 penaggulangan
kebakaran

4.3. FENOMENA KEBAKARAN


Fenomena kebakaran atau gejala pada setiap tahapan mulai awal terjadinya penyalaan sampai
kebakaran padam, dapat diamati beberapa fase tertentu, yaitu :
 Sumber awal pencetus (source energy)
 Penyalaan tahap awal (initiation)
 Api berkembang lebih besar (Growth)
 Penyalaan api serentak (Flashover)
 Kebakaran mantap (Stedy/full development fire)
 Periode surut (Decay)

Gambar 11 Diagram Fenomena Kebakaran

Simple Inspiring Performing Phenomenal 20


Penjelasan
1. Tidak diketahui kapan dan dimana terjadinya api/kebakaran tetapi yang pasti ada
sumber awal pencetusnya (source energy) yaitu adanya potnsi energy yang tidak
terkendali.
2. Apabila energy yang tidak terkendali kontka dengan zat yang dapat terbakar, maka
akan terjadi penyalaan tahap awal (initation) bermula dari sumber api/nyala yang
relative kecil.
3. Apabila pada periode awal kebakaran tidak terdekesi maka nyala api akan berkembang
lebih besar (growth) sehingga pai akan menjalar bila ada media sekelilingnya
4. Intensitas nyala api meningkat dan akan menyebarkan panas kesemua arah secara
konduksi, konveksi dan radiasi, hingga pada suatu saat kurang lebih sekitar setelah 3-
10 menit atau setelah temperature mencapai 300 C akan terjadi penyalaan apai
serentak yang disebut Flashover, yang biasanya ditandai pecahnya kaca.
5. Setelah flashover, nyala api akan membara yang disebut periode kebakaran mantap
(Steady/ full development fire). Temperatur pada saat kebakaran penuh (full fire)
dapat mencapai 600 – 1000 C Bagunan dengan struktur konstruksi baja akan runtuh
pada temperature 700 C dan Bagunan dengan konstruksi beton bertulang setelah
terbakar lebih dari 7 jam dianggap tidak layak lagi untuk digunakan.
6. Setelah melampui puncak pembakaran intensitas nyala akan berkurang dan berangsur
– angsur akan padam yang disebut periode surut (decay)

Nyala api adalah suatu fenomena yang dapat diamati gejalanya yaitu adanya cahaya dan
panas dari suatu bahan yang sedang terbakar. Unsur pokok terjadinya api dalam teori klasik
yaitu teori segitiga api (Triangle of fire) menjelaskan bahwa untuk dapat berlangsungnya proses
nyala api diperlukan adanya tiga unsur pokok yaitu adanya unsur :
a. bahan yang dapat terbakar (fuel)
b. oksigen (O2) yang cukup dari udara atau dari bahan oksidator.
c. panas yang cukup

Gambar 12 Segitiga Api

Simple Inspiring Performing Phenomenal 21


Dengan teori itu maka apabila salah satu unsur dari segitiga api tersebut tidak ada maka api
tidak akan terjadi. Bahan yang dapat terbakar jenisnya dapat berupa bahan padat,cair dan gas.
Sifat penyalaan dari jenis-jenis bahan tadi terdapat perbedaan yaitu gas lebih mudah terbakar
dibandingkan dengan bahan bakar cair maupun padat, demikian juga bahan cair lebih mudah
terbakar dibandingkan bahan padat. Hal ini menggambarkan adanya tingkat suhu yang
berbeda pada setiap jenis bahan.

4.4. ALAT PEMADAM KEBAKARAN


Alat pemadam kebakaran adalah sebuah seperangkat alat yang didesain dan digunakan untuk
memadamkan jenis kebakaran yang dapat membahayakan jiwa dan asset yang berharga.
Jenis-jenis Alat pemadam kebakaran adalah sebagai berikut :
1. Alat pemadam Api Tradisional
2. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
3. Hydrant
4. Springkle

4.6.1 Alat Pemadam Api Tradisional


Dalam lingkungan tertentu, Alat Pemadam Api Tradisional ini disebut juga dengan APAT.Alat
ini sangat baik untuk mencegah dan atau untuk pemadaman awal (dalam keadaan api
masihkecil), terutama dalam lingkungan rumah tangga atau perkantoran dengan ruangan yang
tidak begitu luas.Kecuali itu peralatan ini mudah didapat dan murah harganya, serta mudah
pemakainnya, meskipundengan sedikit pengarahan dari orang yang berpengalaman.
Macam dari APAT ini antara lain :
a. pasir,
b. selimut api atau karung basah,
c. sekop,
d. pengkait,
e. ember,
f. galah bambu yang ujungnya dipasang plat seng dan lain-lain.

Pasir adalah media pemadam yang sangat baik untuk kebakaran lantai (tanah datar) terutama
untuk kebakaran minyak, meskipun pasir ini juga dapat dipakai untuk pemadaman awal pada
semua jenis kebakaran.Prinsip pemadaman dengan pasir adalah Smothering
Smothering yaitu menyekat atau memisahkan antara oksigen yang berada di udara dengan
bahan bakar. Kecuali itu, pasir dapat dipakai untukmembendung tumpahan minyak pada lantai
sehingga tumpahan minyak tidak meluas. Telah diketahui bahwa Pembangkit Listrik tenaga
uap adalah salah satu Industri yang memerlukansumber panas yang cukup besar guna
membangkitkan Energi Listrik. Oleh karena itu, resiko terjadinya kebakaran adalah cukup

Simple Inspiring Performing Phenomenal 22


tinggi, bukan hanya karena bahan baka rdan energi listrik tetapi juga adanya bahan bakar kimia
dan gas yang mudah terbakar seperti hydrogen dan gas yang lain.

4.6.2 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)


Alat pemadam api ringan, digunakan untuk memadamkan api pada awal kebakaran. Desain
konstruksinya dapat dijinjing dan mudah dioperasikan oleh sau orang. Syarat pemasangan alat
pemadam api ringan adalah
 Ditempatkan yang mudah diliat dan mudaah dijangkau, mudah diambil (tidak diikat mati
atau digembok
 Jarak jangkauan maksimum 15 m
 Tinggi pemasangan maksimum 125 cm
 Jenis media dan ukurannya sesuai dengan klasifikasi kebakaran dan beban api.
 Secara berkala harus diperiksa
 Media pemadam harus diisi ulang sesuai batas waktu yang ditentukan
 Kekuatan konstruksi tabung harus diuji padat dengan air sesuai ketentuan,
Jenis media pemadam kebakaran ada 2 tipe :
 tipe basah (air dan busa)
 tipe kering (powder, gas (CO2), dan Clean agent)
Kegagalan dalam pemadaman kebakaran dalam penggunaan APAR adalah
- Jenis tidak sesuai
- Ukuran tidak sesuai
- Macet/tidak berfungsi dikarenakan tidak bertekanan dan menggumpal
- Salah penempatan
- Petugas (belum ditunjuk dan belum terampil

Air
air digunakan untuk memadamkan kebakaran dengan hasil yang memuaskan ( efektif dan
ekonomis ) karena harganya relatif murah, pada umumnya mudah diperoleh, aman dipakai,
mudah disimpan dan dipindahkan APAR jenis air terdapat dalam bentuk stored pressure type
(tersimpan bertekanan) dan gas cartridge type (tabung gas). Sangat baik digunakan untuk
pemadaman kebakaran kelas A.

Busa
 Dapat digunakan memadamkan api untuk class A dan B, namun sangat efektif untuk
pemadaman kebakaran class B
 Sangat tidak dianjurkan untuk dipakai pada pemadaman kebakaran class C
 Berfungsi mendinginkan dan memutus hubungan (menyelimuti) antara udara dan minyak
• Dapat disimpan selama maksimal 1 tahun
• Untuk jenis kulit tertentu dapat menimbulkan efek gatal

Simple Inspiring Performing Phenomenal 23


dan dapat ditanggulangi dengan mencuci menggunakan
air dan sabun

Dry Powder
 Dapat digunakan memadamkan api untuk class A,B dan C
 Berisi serbuk kimia yang dapat menyerap panas,tidak menghantarkan listrik,mempunyai
daya lekat yang baik,dan menghalangi terjadinya oksidasi pada bahan bakar.
 Dapat disimpan selama 2 tahun
 Tidak boleh digunakan dalam ruang sempit dan tertutup,karena bila terhirup akan
mempengaruhi sistem pernafasan.
 Tindakan pertolongan bila terhirup adalah dengan meminumkan susu panas pada korban.

Gas (CO2)
 Dapat digunakan memadamkan api untuk class A,B dan C
 Berisi gas CO2 bertekanan 1000-1200 psi (± 80 atm)
 Berfungsi mendinginkan dan memutus hubungan O2 (menyelimuti)
• Dapat disimpan selama 4-5 tahun
• Sangat efektif digunakan pada ruangan sempit dan tertutup
• Tidak menimbulkan efek samping pada kesehatan
• Umumnya memiliki ukuran tabung yang besar dan berat

Gambar 13 APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

4.6.3 Hydrant
Hydrant adalah instalasi pemadam kebakaran yang dipasang permanen berupa jaringan
perpipaan berisi ari bertekanan terus menerus yang siap untuk memadamkan kebakaran.
Komponen utama system hydrant terdiri dari :
 Sistem persediaan air (min 45 menit)
 System pompa yang handal, terdiri 3 macam pompa yaitu pompa jockey, pompa utama
dan pompa cadangan
 Seamiest Connection atau sambungan untuk mensupplai air dari mobil kebakaran

Simple Inspiring Performing Phenomenal 24


 Jaringan pipa yang cukup

Gambar 14 Instalasi Hydrant

Gambar 15 Hydrant Pilar, Hydrant Box dan Host

Gambar 16 Peralatan Hydrant

Simple Inspiring Performing Phenomenal 25


4.6.4 Springkler
Springkler adalah instalasi pemadam kebakaran yang dipasang secara permanen untuk
melindungi bangunan dari bahaya kebakaran yang akan bekerja secara otomatis
memancarkan air, apabila (nosel/pemancar/kepala springkler) terkena panas pada temperature
tertentu.
Komponen utama system springkler seperti pada gambar terdiri dari
 Persedian Air
 Pompa
 Siamese Connection
 Jaringan Pipa
 Kepala Springkler

Gambar 17 Instalasi Springkler

5. KECELAKAAN KERJA

5.1. PENGERTIAN DAN DEFINISI KECELAKAAN


Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan / tidak diharapkan .yang dapat
menimbulkan berbagai kerugian ,baik kerugian harta benda (rusaknya peralatan ) maupun
kehilangan jiwa manusia.

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk
penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam
perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang kerumah melalui jalan yang
biasa atau wajar dilalui. Kecelakaan kerja tidak selalu diukur dari adanya korban manusia
cidera atau mati.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 26


Kecelakaan dinas adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja,
termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja yaitu:
Kecelakaan dinas pada waktu kerja
a. Kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja,
dan pulang ke rumah melalu jalan maupun diluar kerja.
b. Kecelakaan dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan tugas, kewajiban dan tanggung
jawab sehari-hari baik ditempat kerja maupun di luar kerja.
c. Kecelakaan dalam melakukan perjalanan dinas di dalam negeri atau diluar negeri yang
harus dibuktikan dengan surat perintah perjalanan dinas, kecuali perjalanan pengobatan
dan perjalanan pensiun.
d. Meninggal dunia secara mendadak ditempat kerja, termasuk perjalanan ditempat kerja
sampai iba di Rumah Sakit, tetapi belum sempat mendapat perolehan dari dokter
dengan catatan bahwa yang bersangkutan dari rumah dalam keadaan sehat.
e. Perkelahian ditempat kerja yang disebabkan pegawai yang bersangkutan mendapat
serangan dari fihak lain yang tidak diperkirakan sebelumnya atau melakukan reaksi dari
aksi yang dilakukan fihak lain.
f. Kecelakaan yang terjadi pada waktu instirahat antara jam-jam kerja dilingkungan kerja.
Kecelakaan Dinas di luar waktu kerja :
a. Kegiatan Olah raga yang merupakan tugas dari perseroan.
b. Mengikuti pendidikan yang merupakan tugas dari perseroan
c. Pemberian penghasilan dan hak-hak kepegawaian lainnya sebagaimana dimaksud
dalam Angka II 1.2 Edaran ini diberikan untuk waktu paling lama 18 (delapan belas)
bulan

Upaya pencegahan kecelakaan ditujukan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmani maupun rohani setiap tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya,
hasil karya dan budaya, untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja.

6. PROSEDUR IDENTIFIKASI BAHAYA


Tahapan Pelaksanaan Indtifikasi Bahaya adalah sebagai berikut :
a. Dalam mengidentifikasi sumber bahaya di lingkungan pekerjaaan hal-hal yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut :
 Identifikasi Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan
potensi bahaya
 Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin
dapat terjadi

Simple Inspiring Performing Phenomenal 27


b. Penilaian resiko oleh Petugas yang berkompeten akan memperhatikan beberapa
hal sebagai berikut:
 Penilaian risiko kerja termasuk penilaian perlengkapan APD-
nya
 Mempertimbangkan semua tugas dan situasi
 Mengidentifikasi bahaya yang akan terjadi atau mungkin
akan terjadi
 Mengidentifikasi kepada siapa yang mungkin terkena bahaya
 Menganalisa resiko yang terluka dan yang mengalami
kerugian dari bahaya yang terjadi dan mengidentifikasi semua resiko yang
signifikan
 Pengevaluasian resiko
c. Pengendalian resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan melalui :
 Pengendalian teknis yang meliputi eliminasi, substitusi,
isolasi, ventilasi, higiene dan sanitasi
 Risiko kerja yang sudah diatasi dengan penggunaan APD
bagi pekerjanya, masuk dalam katagori prioritas tindakan ke 4
 Pekerjaan yang dinilai berisiko dan belum ada APD-nya,
masuk dalam katagori prioritas tindakan 3 sd.1, tergantung besar atau
kecilnya penilaian tingkat risiko, semakin tinggi penilaian tingkat risiko,
semakin diutamakan urutan prioritas tindakannya.
 Pendidikan dan pelatihan tentang HIRARC
 Evaluasi melalui audit internal
d. Petugas yang berkompeten dalam mengidentifikasi bahaya, penilaian resiko dan
pengendalian resiko
e. Hasil analisis dijadikan program kerja

Simple Inspiring Performing Phenomenal 28

Anda mungkin juga menyukai