Anda di halaman 1dari 10

Hubungan Sumber Informasi dan Usia Remaja Puteri dengan Perilaku

Perawatan Diri saat Menstruasi


Tetti Solehati, Ermiati, Mira Trisyani, Yanti Hermayanti
Fakultas Keperawatan Universitas Padjajaran
Email: tsh_tetti@yahoo.com

Abstrak

Remaja putri merupakan kelompok rawan terjangkit infeksi saluran reproduksi, salah satunya disebabkan pola
perilaku belum mendukung dalam perawatan diri saat menstruasi yang menyebabkan meningkatnya angka
keputihan patologis. Pola perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh usia dan informasi. Pada pondok pesantren
biasanya guru memberikan edukasi tentang kesehatan reproduksi sesuai dengan ajaran islam yang dirasakan
lengkap untuk siswinya sehingga akan berpengaruh pada perilaku kesehatan reproduksi mereka. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui hubungan sumber informasi dan usia siswi dengan perilaku perawatan diri saat menstruasi.
Metode: Desain penelitian deskriptif korelasional. Teknik pengambilan sample total sampling dengan jumlah 100
siswi kelas VIII dan IX. Kegiatan: Penelitian dilakukan di Pondok Pesantren Al-Musaddadiyah Garut tahun 2016.
Instrumen terdiri dari quisioner data sumber informasi dan usia, serta lembar ceklis perilaku perawatan diri saat
menstruasi. Data dianalisis menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan hampir
setengahnya responden berusia 15 tahun (27%), seluruh responden (100%) mendapatkan informasi, hampir
seluruh responden (82%) mendapatkan informasi dari ibu, dan hampir seluruh responden (87%) berperilaku
tidak mendukung. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa hanya variabel usia yang memiliki nilai signifikan
terhadap perilaku perawatan diri saat menstruasi (p = 0,033), sedangkan variabel sumber informasi tidak ada
yang memiliki nilai yang signifikan seperti dari; ibu (p = 1,000), koran (p = 0,767), TV (p = 0,338), internet (p
= 0,296), guru (p = 0,682), teman (p = 0,675), petugas kesehatan (p = 0,208), dan informasi lainnya (p = 0,780).
Kesimpulan terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan perilaku perawatan diri saat menstruasi.

Kata kunci: Perawatan diri saat menstruasi, siswi, sumber informasi.

The Correlation between Information Source and Age of Adolscent Girls to


Self Care Practices of Menstrual Hygiene Behavior

Abstract
Young female are prone to contracting of reproductive tract infections, one of which is due to a behavioral pattern
in self-care during menstruation that leads to increase of pathological vaginal discharge. A person’s behavior
patterns can be affected by age and information. In the boarding school, usually teachers provide education about
reproductive health in accordance with Islamic teachings so that will affect the behavior of their reproductive health.
The purpose of this study was to determine the relationship between the source of information and the age of female
students with self-care behavior during menstruation. Method: Descriptive correlational research design was used
in this study. Sampling technique was total sampling of 100 students of class VIII and IX. Activity: The research
was conducted at Pondok Pesantren Al-Musaddadiyah Garut in 2016. The instrument consisted of information
questionaire and data of age, as well as checklist of self-care behavior during menstruation. Data were analyzed
using univariate and bivariate analysis. The results showed that almost half (27%) of respondents aged 15 years, all
respondents (100%) received information, almost all respondents (82%) received information from mothers, and
almost all respondents (87%) had unsupport behavior. The correlation test results showed that only the variable of age
had significant value to the self-care behavior during menstruation (p = 0,033),whereas the variable of information
source had not significant value such as from mother (p = 1,000), news paper (p = 0,767), TV (p = 0,338), internet
(p = 0.296), teachers (p = 0.682), friends (p = 0,682), health providers (p = 0,208), and other informations (p =
0,780). Conclusion There was a significant relationship between age and self-care behavior during menstruation.

Keywords: Self-care during menstruation, student, source of information.

JKP - Volume 5 Nomor 2 Agustus 2017 145


Tetti Solehati : Hubungan Sumber Informasi dan Usia Remaja Puteri dengan Perilaku Perawatan Diri

Pendahuluan sekali, mandi setiap hari, membasuh area


genitalia setelah buang air besar atau kecil,
Menstruasi merupakan kejadian fisiologis melanjutkan aktivitas normal sehari-hari
bagi perempuan dimana terjadi perubahan (pergi sekolah, melakukan aktivitas fisik,
kritis di kehidupan normal mereka (Mythili, olahraga), personal hygiene, memelihara
2007; Parvin et al., 2015). Menurut House, keseimbangan asupan nutrisi yang tepat,
Mahon, dan Cavill (2012), para remaja dan menggunakan obat sesuai resep yang
putri perlu memerhatikan kebersihan organ diberikan dokter (Poureslami & Ashtiani,
reproduksi mereka terutama saat menstruasi 2002; Santina, Wehbe, Ziade, & Nehme,
karena bila tidak dikelola dengan baik maka 2013). Perawatan diri saat menstruasi
akan menghasilkan masalah kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor salah
reproduksi, salah satunya adalah keputihan. satunya faktor demografi (Green dalam
Mereka harus dapat merawat diri dengan Notoatmojo, 2007) seperti usia, pengalaman
baik pada saat menstruasi terjadi. mendapat informasi, sumber informasi, status
Perawatan diri saat menstruasi merupakan menstruasi, usia menarche, dan keluhan
suatu upaya yang dilakukan untuk saat menstruasi. Usia berpengaruh terhadap
meningkatkan dan memelihara kesehatan kematangan berperilaku, semakin tinggi usia
selama menstruasi (Perry & Potter, 2006) maka semakin baik perilakunya. Pengalaman
dengan tujuan memelihara kebersihan dan mendapat informasi dan sumber mendapat
kesehatan individu selama masa menstruasi informasi yang memadai akan meningkatkan
sehingga mendapatkan kesejahteraan fisik pengetahuan seseorang sehingga termotivasi
dan psikis, serta dapat meningkatkan derajat melakukan perilaku yang baik. Status
kesehatan seseorang. Perawatan diri saat menstruasi memengaruhi seseorang untuk
menstruasi merupakan salah satu masalah berperilaku sesuai dengan kondisi menstruasi
kritis yang menetukan status kesehatan para yang mereka alami dibanding dengan mereka
remaja dan pada akhirnya praktek ini akan yang belum mengalami menstruasi dimana
terus tertanam hingga kehidupan dewasanya akan lebih acuh terhadap perawatan yang
nanti (Adika, 2013). Kebersihan genital harus dilakukan saat menstruasi karena
yang buruk serta perawatan diri yang tidak belum pernah mengalami kondisi menstruasi
memadai saat menstruasi merupakan salah tersebut. Mereka yang telah mengalami
satu penentu utama terjadinya morbiditas menstruasi akan banyak bertanya dan
pada remaja (McCaleb & Cull, 2000), seperti mencari informasi yang berkaitan dengan
kanker serviks, gejala pruritus vulvae, iritasi perawatan diri saat menstruasi. Usia
area genital, infeksi saluran kemih, infeksi menarche berhubungan dengan pengetahuan
saluran reproduksi, vaginitis, vulpovaginitis, dan pengalaman saat menstruasi yang akan
dan keputihan atau flour albus yang berpengaruh terhadap perilaku perawatan
disertai gatal-gatal, iritasi, bau yang tidak diri mereka saat menstruasi terjadi.
menyenangkan, serta adanya rasa perih Karekteristik yang berbeda-beda
diakibatkan oleh salah satu organisme seperti di berbagai negara juga memengaruhi
Candida albican, Trichomas vaginalis, dan perawatan diri remaja putri saat menstruasi.
Gardnerella vaginalis (Baradero, 2007; Penelitian Santina et al. (2013) pada remaja
Leppert & Peipert, 2004). Penelitian Dewi, putri di Lebanon menemukan bahwa 50,65%
Sawitri, dan Adiputra (2013) pada wanita di remaja putri mengikuti adat kebiasaan
kota Denpasar menemukan bahwa perilaku sesuai dengan keyakinan sosialkultural
higiene organ reproduksi yang kurang mereka dengan mempraktikkan larangan-
merupakan salah satu faktor risiko terjadinya larangan yang berbeda selama menstruasi
kanker serviks. Penelitian Joseph (2009) sesuai, 35,5% mengubah kebiasaan minum
pada siswi remaja di India ditemukan bahwa mereka tidak meminum air dingin, 20%
ada hubungan higiene dengan infeksi sistem menghindari makanan yang kaya vitamin C
reproduksi dan infeksi saluran perkemihan. untuk mencegah risiko amenorrhea, 18,2%
Perawatan diri saat menstruasi meliputi tidak berpartisipasi dalam aktivitas sosial
mengganti pakaian dan celana dalam dengan atau melakukan pekerjaan rumah, 70,3%
teratur, mengganti pembalut setiap 3-4 jam menghindari aktivitas fisik untuk mencegah

146 JKP - Volume 5 Nomor 2 Agustus 2017


Tetti Solehati : Hubungan Sumber Informasi dan Usia Remaja Puteri dengan Perilaku Perawatan Diri

risiko hypermenorrhea. Karekteristik pondok pesantren terbesar yang ada di


seseorang juga dipengaruhi oleh informasi kecamatan Tarogong Kidul dengan jumlah
yang meningkatkan pengetahuan seseorang siswi sebanyak 164 orang (BPS Garut, 2013).
Banyak remaja perempuan tidak mendapat BKKBN (dalam Fitriyah, Indriani dan
informasi yang cukup terkait isu perawatan Sulistyorini, 2013) menyatakan bahwa
diri terkait menstruasi yang diakibatkan oleh kepercayaan, sikap, dan nilai yang ada di
sikap orang tua dan masyarakat yang kurang pesantren serta anggapan bahwa pesantren
terbuka dalam mendiskusikan perawatan diri sebagai pusat tarekat maupun pendidikan
tersebut, hal ini tentu menjadi penghalang alternatif ideal bagi anak menjadikan
bagi remaja untuk mendapatkan hak informasi kebudayaan yang ada di pesantren agak
yang tepat (Gharoro, 2013). Latar belakang berbeda dengan budaya masyarakat pada
sosial-ekonomi, status kesehatan, kebiasaan umumnya di uar pesantren. Pesantren
para remaja putri memengaruhi perawatan menerapkan aturan yang membatasi interaksi
diri saat menstruasi. Rahman (2014) pada antara santri dengan dunia luar dengan
siswi di SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta tujuan memandirikan dan menjaga akhlak
menemukan bahwa faktor sumber informasi serta moral para santri. Shodiq (2012, dalam
dan kebiasaan individu berpengaruh terhadap Fitriyah, Indriani, dan Sulistyorini, 2013)
perilaku personal hygiene. menuliskan bila fenomena remaja pesantren
Masih banyaknya remaja putri yang memang sangat menarik. Di satu sisi mereka
memiliki pemahaman yang kurang tentang adalah remaja dengan segala keinginannya
perawatan diri saat menstruasi menyebabkan tetapi di sisi lain mereka dituntut menjadi
mereka berisiko mengalami masalah seorang panutan karena label santri yang
reproduksi. Berdasarkan Badan Pusat melekat pada dirinya. Lingkungan pesantren
Statistik Indonesia (2008) ditemukan 43,3 yang cenderung tertutup dari pengaruh luar
juta jiwa remaja berperilaku tidak sehat yang memungkinkan remaja pesantren mengalami
dapat menimbulkan keputihan (Sari, 2012). kesulitan dalam mendapatkan informasi
Jawa barat memiliki penduduk usia remaja kesehatan, tidak terkecuali masalah
putri yang cukup besar dan masih memiliki perawatan diri saat mentruasi. Walaupun
perilaku yang kurang mendukung tentang selama ini para siswi mendapatkan informasi
perawatan diri saat menstruasi, salah satunya mengenai perawatan diri ketika mereka
adalah Kabupaten Garut. Badan Koordinasi mengalami menstruasi tetapi tidak materi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang disampaikan tidak selengkap materi
Provinsi Jawa Barat menyatakan bahwa yang mereka butuhkan, terutama dari aspek
remaja di Kabupaten Garut memiliki risiko kesehatannya.
terhadap masalah kesehatan reproduksi. Ketua UKS di wilayah Pondok Pesantren
Dilihat dari jumlah remaja usia 15–24 tahun Al-Musaddadiyah Garut mengatakan
yang mendapat penyuluhan tentang kesehatan bahwa dalam 5 bulan terakhir remaja yang
reproduksi hampir tidak ada remaja yang mengeluhkan terkait masalah keputihan
mendapatkan penyuluhan. Penyuluhan pada disertai bau dan gatal-gatal di area vagina
remaja lebih banyak diberikan tentang materi sebanyak 28 orang. Kondisi ini bisa
HIV/AIDS serta KB (Keluarga Berencana). disebabkan karena kurangnya perawatan
(BPS Garut, 2015). diri yang baik karena kurangnya informasi
Jumlah penduduk di Kabupaten Garut yang diterima para santri. Menurut salah satu
pada tahun 2013 berjumlah 2.502.410 guru di Pondok Pesantren ini mengatakan
dengan jumlah kecamatan 310 kecamatan. bahwa sudah ada di kurikulum mengenai bab
Kecamatan Tarogong Kidul memiliki jumlah tentang kebersihan organ genitalia ataupun
penduduk terbanyak kedua dengan Jumlah kebersihan organ genitalia saat menstruasi
penduduk menurut kelompok usia adalah sesuai yang diajarkan menurut islam tetapi
0–14 tahun 35.355 orang dan usia 15–64 belum mencankup perawatan diri ketika
tahun 77.409 orang. Banyak pesanteren yang menstruasi dari segi kesehatan, jadi masih
didirikan di Kabupeten Garut, oleh karena itu berupa materi secara umum. Menurut ibu
Garut terkenal sebagai kota santri. Pondok pemilik pondok pesantren mengatakan
Pesantren Al-Musaddadiyah merupakan bahwa belum pernah ada penyuluhan

JKP - Volume 5 Nomor 2 Agustus 2017 147


Tetti Solehati : Hubungan Sumber Informasi dan Usia Remaja Puteri dengan Perilaku Perawatan Diri

tentang perawatan diri saat menstruasi, baik dan kesalahpahaman mengenai proses
yang dilakukan oleh poskestren maupun fisilogis normal ini dan memungkinkan
puskesmas. Selain itu pondok pesantren ini perempuan tidak berperilaku higienis pada
sulit untuk dilakukan penyuluhan kesehatan saat menstruasi (Lamadah, Mohamed, &
reproduksi padahal sudah terprogram dari El-Khedr, 2015). Pentingnya pembinaan
pemerintah tetapi masih kurang kooperatif. kesehatan reproduksi remaja dilakukan untuk
UKS belum tersedia, jika siswa/i sakit mereka memberikan informasi dan pengetahuan yang
di bawa ke poskestren. berhubungan dengan perilaku hidup sehat
Hasil studi pendahuluan pada delapan bagi remaja. Sekolah dirasa perlu untuk
orang siswi didapatkan data satu orang siswi memasukkan topik mengenai kesehatan
mengatakan sering mengalami keputihan reproduksi salah satunya tentang perawatan
yang gatal, berwarna kuning, mengganti diri saat menstruasi ke dalam kurikulum mata
celana dalam sehari sekali; empat orang siswi pelajaran (Eswi, Helal, & Elarousy, 2012).
mengatakan sering mengalami keputihan
berwarna kuning, gatal-gatal, mengganti
pembalut menstruasi lebih dari enam jam, Metode Penelitian
vagina dibersihkan menggunakan sabun,
kadang-kadang mencuci tangan sebelum Penelitian ini bersifat kuantitatif
cebok; dua orang siswi mengatakan sering menggunakan rancangan deskriptif
gatal-gatal, keputihan bening, mengganti korelasional. Pengambilan data dilakukan
celana dalam sehari dua kali, tidak bulan Agustus 2016 di Pondok Pesantren
mengeringkan vagina setelah BAK, dan satu Al-Musaddadiyah Garut. Populasi dalam
orang siswi mengatakan keputihan berwarna penelitian ini adalah seluruh remaja putri
bening disertai bau. Dari delapan responden kelas VIII dan IX di Pondok Pesantren Al-
hanya satu responden yang menggunakan Musaddadiyah Garut berjumlah 100 orang
bahan celana dalam dari bahan katun dan dengan pengambilan sampel menggunakan
sebanyak delapan responden tersebut tidak total sampling.
pernah mencukur bulu kemaluan. Tiga Instrumen penelitian yang digunakan
orang mengatakan pada saat menstruasi terdiri dari: (A) data nama, usia, kelas,
memiliki pantangan makanan pedas dan es, dan (B) lembar ceklis perilaku. Instrumen
malas keramas, terkadang menggunakan perilaku dibuat sendiri oleh peneliti sesuai
obat saat terjadinya dismenorhoe, terkadang kebutuhan. Kuesioner ini dibuat sendiri
ditemukan buang pembalut di luar tempat oleh peneliti dengan memodifikasi dari
sampah, terkadang siswi tidak melakukan jurnal Santina, Wehbe, Ziade, dan Nehme
olah raga karena dismenorhoe atau tidak (2013); Poureslami dan Ashtiani (2002);
nyaman dengan menstruasinya. Mereka Kozier dan Erb’s (2008); dan Nair (2008)
mengatakan malu kalau akan menanyakan yang berhubungan dengan perawatan diri
tentang perawatan menstruasi ke poskestren saat menstruasi yaitu personal hygiene, diet
karena dokter jaganya laki-laki. Sekolah ini makanan, penggunaan pembalut, serta latihan
memiliki toilet yang kebersihannya kurang atau olahraga dan teknik relaksasi. Jumlah
terjaga, serta tempat sampah yang kotor. pertanyaan pada kuesioner ini sebanyak
Minimnya pemahaman remaja putri dapat 42 pertanyaan. Kuesioner diisi dengan
diatasi dengan meningkatkan pengetahuan menggunakan tanda (√) centang pada kolom
siswi tentang perawatan diri saat menstruasi pilihan jawaban yang diberikan.
sejak dini akan mendorong tingkat kesadaran Teknik pengumpulan data dengan
untuk melakukan praktek perawatan diri menggunakan kuisioner tertutup dimana
yang tepat sehingga dapat mencegah tingkat seluruh responden dikumpulkan dalam satu
kesakitan pada perempuan. Pengetahuan ruangan aula pondok pesantren, kemudian
tentang kesehatan reproduksi merupakan memberikan penjelasan tujuan dari penelitian
faktor penting dalam menentukan perilaku dan meminta kesediaan responden untuk
higiene perempuan pada saat menstruasi. mengisi kuisioner. Responden mengisi
Kurangnya informasi yang tepat mengenai kuisioner dengan mengisi lembar demografi
menstruasi akan mengarah pada sikap negatif dan mengisi lembar perilaku dengan ceklist

148 JKP - Volume 5 Nomor 2 Agustus 2017


Tetti Solehati : Hubungan Sumber Informasi dan Usia Remaja Puteri dengan Perilaku Perawatan Diri

(√) Selama pengisian kuisioner dilakukan informasi yang dimiliki siswi di Pondok
pendampingan oleh para peneliti. Data yang Pesantren Al Musaddadiyah Garut dapat
telah terkumpul dianalisis secara univariat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.
(persentase, cut of point) dan bivariat Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa hampir
(chi square test). Analisis univariat untuk setengahnya responden sebanyak 27 orang
mendeskripikan demografi responden, (27%) berusia 15 tahun, seluruh responden
sedangkan analisis bivariat untuk menjelaskan sebanyak 100 orang (100%) mendapatkan
tentang hubungan antara demografi responden informasi tentang perawatan diri saat
denga perilaku mengenai perawatan diri saat menstruasi, dan hampir seluruh responden
menstruasi. sebanyak 82 orang (82%) sumber informasi
diperoleh dari ibu. Untuk melihat perilaku
perawatan diri selama menstruasi pada siswi,
Hasil Penelitian dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini.
Pada tabel 2 tersebut diatas, diperoleh
Hasil penelitian tentang usia dan sumber bahwa hampir seluruh responden sebanyak 87

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Usia dan Sumber Informasi Responden di Pondok Pesantren Al-
Musaddadiyah Garut Tahun 2016 (n=100)
Demografi f %
Usia (Tahun)
12 3 3
13 19 19
14 18 18
15 27 27
16 17 17
17 13 13
18 3 3
Pengalaman Mendapat Informasi :
Ya 100 100
Tidak 0 0
Sumber Informasi
Ibu 82 82
Koran 14 14
TV 24 24
Internet 39 39
Guru 51 51
Teman 58 58
Petugas Puskesmas 40 40
Lainnya 15 15

Tabel 2 Distribusi Frekuansi Perilaku Perawatan Diri Siswi Saat Menstruasi di Pondok
Pesantren Al-Musaddadiyah Garut
Variabel f %
Perilaku Mendukung 13 13
Tidak Mendukung 87 87

JKP - Volume 5 Nomor 2 Agustus 2017 149


Tetti Solehati : Hubungan Sumber Informasi dan Usia Remaja Puteri dengan Perilaku Perawatan Diri

Tabel 3 Hubungan Demografi dengan Perilaku Perawatan Diri Siswi Saat Menstruasi di Pondok
Pesantren Al-Musaddadiyah Garut Tahun 2016 (n=100)
Perilaku
Variabel Mendukung Tidak Mendukung P
n (%) n (%)
Usia (Tahun)
12 – 14 10 30
15 – 18 27 33 0,033
Sumber Informasi :
Ibu
Ya 30 52 1,000
Tidak 7 11
Koran
Ya 6 8 0,767
Tidak 31 55
TV
Ya 11 13 0,338
Tidak 26 50
Internet
Ya 17 22 0,296
Tidak 20 41
Guru
Ya 20 31 0,682
Tidak 17 32
Teman
Ya 20 38 0,675
Tidak 17 25
Petugas Puskesmas
Ya 18 22 0,208
Tidak 19 41
Lainnya
Ya 6 9 0,780
Tidak 31 54

orang (87%) memiliki sikap tidak mendukung dari lainnya (p = 0,780) tidak memiliki nilai
dalam perawatan diri saat menstruasi. signifikan dengan perilaku perawatan diri
Dari tabel 3 tersebut diatas, dapat dilihat saat menstruasi.
bahwa hanya variabel usia yag memiliki
nilai signifikan terhadap perilaku perawatan
diri saat menstruasi (p = 0,033), sedangkan Pembahasan
variabel pengalaman mendapat informasi dari
ibu (p = 1,000), dari koran (p = 0,767), dari Data demografi responden menunjukkan
TV (p = 0,338), dari internet (p = 0,296), dari bahwa hampir setengahnya responden
guru (p = 0,682), dari teman (p = 0,675), dari sebanyak 27 orang (27%) berusia 15 tahun,
petugas kesehatan (p = 0,208), dan informasi seluruh responden sebanyak 100 orang

150 JKP - Volume 5 Nomor 2 Agustus 2017


Tetti Solehati : Hubungan Sumber Informasi dan Usia Remaja Puteri dengan Perilaku Perawatan Diri

(100%) mendapatkan informasi tentang Sayangnya masih banyak ibu yang merasa
perawatan diri saat menstruasi, dan hampir tabu dan merasa menanggap kurang penting
seluruh responden sebanyak 82 orang (82%) untuk menyampaikan informasi tersebut
sumber informasi diperoleh dari ibu. Remaja kepada puteri mereka. Belum lagi pada
usia 15 tahun berada pada berakhirnya masa masyarakat kita juga masih ada perasaan tabu
remaja awal dan mulai masuk ke masa remaja untuk mendisuksikan dengan puteri mereka
pertengahan. Pada usia ini biasanya remaja tentang segala sesuatu yang berhubungan
memiliki rasa ingin tahu akan segala hal. dengan menstruasi. Para ibu hanya
Remaja perempuan cenderung menerima menyampaikan informasi seadanya kepada
informasi dari berbagai sumber termasuk puteri mereka. Hal ini akan menyebabkan
orangtua, sekolah, teman, dan media massa para remaja mendapatkan informasi yang
baik informasi yang benar maupun yang kurang memadai tentang perawatan diri saat
salah. Pada hasil penelitian semua siswi menstruasi mereka, sehingga mereka mencari-
mendapatkan informasi tentang perawatan cari sendiri informasi tentang perawatan
diri saat menstruasi dari berbagai macam diri tersebut, atau bahkan tidak peduli sama
sumber informasi dan sumber informasi sekali. Hal ini tentulah akan memengaruhi
terbanyak adalah ibu mereka. Ibu merupakan pada perilaku mereka dalam melakukan
sosok orang dewasa yang paling dekat dengan perawatan diri selama menstruasi. Padahal
remaja perempuan. Ibu sudah seharusnya pada usia remaja ini, mereka akan mengalami
memiliki informasi yang memadai tentang perubahan kognitif yang meningkat yang
perawatan diri saat menstruasi yang harus menyebabkan rasa keingintahuan yang besar
disampaikan kepada puteri mereka. Penelitian tentang berbagai hal dan akan mencari tahu
Eswi, Helal, dan Elarousy (2012) di Mesir dengan pemikiran dan caranya sendiri (Allen,
membuktikan bahwa sumber informasi 2006). Seharusnya orang tua memberikan
mengenai menstruasi paling banyak diperoleh informasi yang memadai kepada puterinya
dari ibu mereka (53%). Ibu, secara tradisional agar berperilaku sehat. Seseorang akan
memilki peran yang besar dalam memberikan cenderung untuk menerapkan perilaku sehat
pendidikan mengenai menstruasi kepada ketika ia merasa perilaku tersebut bermanfaat
puterinya. Ibu merupakan media pertama untuk meningkatkan kesehatannya (Kusuma,
bagi puterinya untuk memperoleh informasi 2015).
mengenai menstruasi. Penelitian Thakre Selain orang tua, ada orang lain yang
(2011) di India membuktikan bahwa 71,33% berperan besar terhadap perubahan perilaku
remaja mendapatkan informasi pertama remaja yaitu guru. Guru memiliki peran
tentang menstruasi dari ibu mereka. Paparan sebagai pengganti orang tua di sekolah.
informasi yang diberikan oleh ibu kepada Guru seperti halnya ibu memiliki peran
puterinya sangat bergantung dari tingkat penting dalam memberikan informasi dan
pengetahuan ibu, ada atau tidak adanya meningkatkan perilaku siswi mengenai
hambatan yang terjadi dalam proses diskusi, menstruasi dan perawatan dirinya kepada
dan bagaimana sikap ibu terhadap menstruasi anak didiknya. Jangan sampai siswi
tersebut. Orang tua terutama ibu diharapkan mencari sendiri informasi tanpa bimbingan
dapat memberikan dukungan emosi sehingga sehingga mendapatkan informasi yang
remaja merasa nyaman dan tidak takut untuk salah. Berdasarkan penelitian Karout (2015),
mengalami perkembangan terutama pada penting bagi remaja puteri untuk me-manage
remaja putri yang mengalami menstruasi perawatan diri saat menstruasi mereka yang
pertama (menarche). Pengetahuan yang diberikan saat mereka di sekolah.
dapat diberikan kepada remaja tentang Hasil penelitian ini menunjukkan perilaku
menstruasi pertama berupa pengetahuan dalam perawatan diri selama menstruasi
tentang proses terjadinya menstruasi secara para responden sebagian besar pada katagori
biologis, dukungan emosional, dan dukungan tidak mendukung 87 orang (87 %). Menurut
psikologis. Keluarga, terutama ibu, Keluarga Skinner, (1938, dalam Notoatmodjo, 2007)
sebagai lingkungan utama remaja memegang perilaku merupakan hasil hubungan antara
peranan penting dalam membentuk perilaku rangsangan (stimulus) dan tanggapan
remaja (Triyanto, 2014) (respon). Hal ini dikenal dengan teori SOR

JKP - Volume 5 Nomor 2 Agustus 2017 151


Tetti Solehati : Hubungan Sumber Informasi dan Usia Remaja Puteri dengan Perilaku Perawatan Diri

(Stimulus Organisme Respons). Perilaku hanya variabel usia yang memiliki hubungan
adalah tindakan atau perbuatan yang dapat dengan perilaku siswi dalam melakukan
diamati dan bahkan dipelajari. Perilaku perawatan diri saat menstruasi (p = 0,033),
itu sendiri terbentuk dari tiga faktor, yaitu sedangkan variabel pengalaman mendapat
pertama faktor predisposisi yang terwujud informasi dari ibu (p = 1,000), dari koran (p
dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, = 0,767), dari TV (p = 0,338), dari internet
keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. (p = 0,296), dari guru (p = 0,682), dari teman
Kedua, faktor pendukung terwujud dalam (p = 0,675), dari petugas kesehatan (p =
lingkungan fisik contohnya ada atau tidaknya 0,208), dan informasi dari lainnya (p = 0,780)
fasilitas atau sarana kesehatan. Ketiga, tidak memiliki hubungan bermakna dengan
faktor pendorong terwujud dalam sikap dan perilaku perawatan diri saat menstruasi.
perilaku petugas kesehatan atau petugas Usia merupakan salah satu faktor yang
lain yang merupakan kelompok refensi dari dapat memengaruhi seseorang dalam
masyarakat. Hasil penelitian ini tidak sejalan berperilaku. Semakin tinggi usia maka akan
dengan hasil penelitian yang dilakukan semakin baik (mendukung) dalam berperilaku
Rahmawati (2014) di SMP Muhammadiyah karena pengetahuan dan daya pikir mereka
3 Yogyakarta kelas VII, dimana sebanyak terhadap perilaku akan berkembang. Mereka
59,5% responden dikatagorikan baik pada dapat membedakan mana perilaku yang
perilaku perawatan diri saat menstruasi. Hal baik (mendukung) dan mana perilaku yang
ini terjadi karena edukasi yang diberikan pada buruk (tidak mendukung). Mereka juga akan
siswi di Pondok Pesantren Al-Musaddadiyah dapat memahami predikasi apa yang akan
Garut belum menyentuh pada motivasi mereka alami jika melakukan perilaku yang
siswi untuk berperilaku baik untuk merawat tidak baik bagi dirinya. Begitupun dalam
dirinya saat menstruasi. Padahal kurikulum perilaku kesehatan. Dari hasil penelitian ini,
pendidikan kesehatan pada pondok pesantren perilaku mereka masih kurang mendukung
sudah sesuai dengan kebutuhan perempuan padahal semua responden telah mendapatkan
saat remaja, dimana dalam ajaran Islam informasi tentang menstruasi. Diperlukan
sudah lengkap dijelaskan bagaimana cara suatu metode edukasi yang disesuaikan
perawatan diri saat seorang perempuan dengan tingkat usia mereka dalam merubah
mengalami menstruasi. Sehingga dengan perilaku kearah yang mendukung kesehatan
demikian akan meningkatkan pemahaman dalam hal ini perawatan diri mereka saat
dan motivasi mereka untuk berperilaku mengalami menstruasi serta edukasi yang
mendukung terhadapa perawatan diri mereka dapat meningkatka rasa peduli mereka
saat mengalami menstruasi. Sehingga dengan pada kesehatan saat menstruasi, mengingat
demikian diperlukan pengkajian mendalam pada usia ini para remaja putri memerlukan
tentang hal-hal yang menyebabkan informasi kesehatan yang memadai tentang
perilaku para siswi di Pondok Pesantren perawatan dirinya tetapi pada usia ini
Al-Musaddadiyah Garut masih berkatagori juga mereka memiliki sifat mau untuk
tidak mendukung dalam merawat diri saat bertanya. Menurut Rajakumari (2015) dalam
menstruasi. Selain itu diperlukan fasilitator penelitiannya mengatakan bahwa diperlukan
yang dapat membantu memecahkan masalah edukasi yang dapat meningkatkan kepeduliam
kesehatan reproduksi khususnya perawatan para remaja puteri dalam merawat kesehatan
diri saat menstruasi. Menurut Fitriyah dkk. saat menstruasi.
(2013) keterbatasan fasilitator di sekolah
menyebabkan masalah kesehatan pribadi
perempuan. Dalam penelitiannya juga Simpulan
menemukan bahwa siswa mendapatkan
stimulus pertama tentang kesehatan Hasil penelitian yang telah dilakukan
reproduksi dari guru sekolah. Selain guru, mengenai perilaku perawatan diri selama
tentulah ibu diharapkan menjadi fasilitator menstruasi pada siswi di pondok pesantren
kesehatan bagi putrinya, sesuai dengan hasil Al-Musaddadiyah Garut, dapat disimpulkan
penelitian. bahwa hampir setengahnya dari responden
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berusia 15 tahun (27%), seluruh responden

152 JKP - Volume 5 Nomor 2 Agustus 2017


Tetti Solehati : Hubungan Sumber Informasi dan Usia Remaja Puteri dengan Perilaku Perawatan Diri

(100%) mendapatkan informasi tentang Public Health and Preventive Medicine


perawatan diri saat menstruasi, hampir Archive, 1(1), 84–91.
seluruh responden sebanyak 82 orang
(82%) mendapatkan informasi dari ibu. Eswi, A., Helal, H., & Elarousy, W. (2012).
Hampir seluruh responden berperilaku tidak Menstrual attitude and knowledge among
mendukung perawatan diri saat menstruasi Egyptian female adolescents. Journal of
sebanyak 87 orang (87%). Terdapat America Science, 555.
hubungan bermakna usia dengan perilaku
perawatan diri saat menstruasi (p = 0,033), Fitriyah, N., Indriani, D., & Sulistyorini, Y.
sedangkan variabel-variabel pengalaman (2013). Riwayat kesehatan reproduksi remaja
mendapat informasi dari: ibu (p = 1,000), santri. Biometrika dan Kependudukan. 2(2),
koran (p = 0,767), TV (p = 0,338), internet p 182–192.
= 0,296), guru (p = 0,682), teman (p = 0,675),
petugas kesehatan (p = 0,208), dan informasi Gharoro, L.A. (2013). Menstrual hygiene
lainnya (p = 0,780) tidak memiliki hubungan practices among junior secondary school
bermakna dengan perilaku perawatan diri students in Benin City. Journal of Educational
saat menstruasi. and Social Research, 129.
House, S., Mahon, T., & Cavill, S. (2012).
Daftar Pustaka Menstrual hygiene matters: A resource for
improving menstrual hygiene around the
Adika, V.O., Ayinde, M.O., & Jack-Ide I.O. world. Retrieved from www.wateraid.org/
(2013). Self care practices of menstrual mhm.
hygiene among adolescents school going
girls in Ammasoma Community, Bayelsa Joseph, B. (2009). Hygiene related
State. International Journal of Nursing and adverse reproductive health outcomes
Midwifery, 5(5), 99–105. amongst adolescent schoolgirls Of
Thiruvananthapuram District. Dissertation.
Allen, J., Insabella, G.M, & Potter, M.R.
(2006). A social inter action model of Karout, N. (2015). Knowledge and beliefs
development of depressive symptom in regarding menstruation among Saudi nursing
adolescence. Journal of Consulting and students. Journal of Nursing Education and
Clinical Physicology, 74(1), 55–65. Practice, 6(1), 24–30.
Baradero, Dayrit, & Siswadi. (2007). Seri Kozier, & Erb’s. (2008). Fundamental of
asuhan keperawatan klien gangguan sistem nursing concepts, process, and practices (8th
reproduksi dan seksualitas. Jakarta: EGC. Ed.). New Jersey: Pearson Education Inc.
BPS. (2013). Data penduduk Kecamatan Kusuma, D. P., Sari, S. P., & Nurhidayah, I.
Tarogong Kidul Kabupaten Garut. Garut: (2015). Hubungan Persepsi dengan Perilaku
BPS. Ibu Membawa Balita ke Posyandu. Jurnal
Keperawatan Padjadjaran, 3(1).
BPS. (2015). Jumlah Remaja Usia 15–24
Tahun yang Mendapat Penyuluhan Tentang Lamadah, S.M., Mohamed, H.A.A., & El-
Kesehatan Reproduksi (Kespro), HIV/AIDS, Khedr, S.M. (2015). Knowledge, attitude and
dan Keluarga Berencana (KB) Menurut practices of adolescent females regarding
Kecamatan di Kabupaten Garut, 2015. reproductive health at Makkah al Mukaramah.
Garut: BPS. Life Science Journal, 146.
Dewi, I.G.A.A.N., Sawitri, A.G.S., & Leppert & Peipert. (2004). Primary care for
Adiputra, N. (2013). Paparan asap rokok women. Philadelphia; London: Lippincott
dan higiene diri merupakan faktor risiko lesi Williams & Wilkins.
prakanker leher rahim di Kota Denpasar.

JKP - Volume 5 Nomor 2 Agustus 2017 153


Tetti Solehati : Hubungan Sumber Informasi dan Usia Remaja Puteri dengan Perilaku Perawatan Diri

McCaleb, A., & Cull, V.V. (2000). Socio- Rahman, N. (2014). Faktor-faktor yang
cultural influences and self care practices berhubungan dengan perilaku personal
of middle adolescents. Journal Pediatrics hygiene pada saat menstruasi di SMP
Nursing, l5(1), 30–35. Muhammadiyah 5 Yogyakarta.

Mythili, A. (2007). A study to assess the Rajakumari, G.A. (2015). A study on


knowledge and attitude regarding menstrual knowledge regarding menstrual hygiene
hygiene among adolscent girls at selected among adolescent school girls. Global
urban and rural schools in Bangalore with a Journal of Current Research, 111–116.
view to develop self instructions model.
Santina, T., Wehbe, N., Ziade, F.M., &
Nair, S.S. (2008). Sharing simple facts: Nehme, M. (2013). Assessment of beliefs
Useful information about menstrual health and practices relating to menstrual hygiene
and hygiene. Dalam U. N. Fund, Child’s of adolescent girls in Lebanon. International
Environment Section (hal. 29-30). New Journal of Health Sciences and Research,
Delhi, India: UNICEF House. 75-88.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan Sari, I.P., Firani, K.F., & Yuliatun, L. (2013).
dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Pengaruh pendidikan kesehatan tentang
menstruasi terhadap perubahan perilaku
Parvin, M.N., Haque, M.M., Parvin, B., Islam, menstrual higiene remaja putri untuk
S.M., Begum, M.S., & Mondol, S.R. (2015). pencegahan infeksi saluran reproduksi (ISR).
Hygiene practice during menstruation among BIMIKI, 2(1), 11–18.
adolescent schools girls. The American
Journal of Innovative Research and Applied Thakre, S.B., Thakre, S.S., Reddy, M.,
Science, 99. Rathi, N., Pathak, K., & Ughade, S. (2011).
Menstrual Hygiene: Knowledge and Practice
Perry, A.G., & Potter, P.A. (2006). Clinical among Adolescent School Girls of Saoner,
nursing skills & techniques. St. Louis: Mosby. Nagpur District. Journal of Clinical and
Poureslami, M., & Ashtiani, F.O. (2002). Diagnostic Research. 5(5): 1027–1033.
Assessing knowledge, attitudes, and behavior
of adolescent girls in suburban Districts of Triyanto, E., Setiyani, R., & Wulansari, R.
Tehran about dysmenorrhea and menstrual (2014). Pengaruh Dukungan Keluarga dalam
hygiene. Journal of International Women’s Meningkatkan Perilaku Adaptif Remaja
Studies, 3(2), 51–61. Pubertas. Jurnal Keperawatan Padjadjaran,
2(1).

154 JKP - Volume 5 Nomor 2 Agustus 2017

Anda mungkin juga menyukai