Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi dapat meningkatkan tekanan darah dipembuluh darah
meningkat secara kronis, karena jantung bekerja lebih keras memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Jika dibiarkan
penyakit Tekanan darah tinggi atau hipertensi dapat menyebabkan serangan
jantung, stroke, dan gagal ginjal. Hipertensi dapat penyebab kematian akibat
serangan jantung 45% dan kematian akibat stroke 51% diseluruh
dunia(Reskesdas, 2013).
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) jumlah penderita hipertensi
akan terus meningkatdengan jumlah penduduk yang semakin bertambah
pada tahun2025 yang mendatang,diperkirakan 29 persenorang dewasa di
seluruh dunia terkena hipertensi.Penderita hipertensi paling banyak
dinegara berkembang, dan 40 persen penderita hipertensi dinegara ekonomi
yang berkembang, sedangkan negara maju hanya 35 persen. Dinegara
Kawasan Afrika memegang peringkat pertama sebanyak 46 persen penderita
hipertensi,dan sementara kawasan Afrika menempati peringkat terakhir
dengan 35 persen. Dan dikawasan Asia Tenggara, 36 persen orang dewasa
menderita hipertensi (Widiyani,2013).
Hipertensi menurut Nasional terjadi peningkatan prevalensi hipertensi
7,6% pada tahun 2007 menjadi 9,5% pada tahun 2013. Prevalensi hipertensi
berdasarkan Provinsi menurut umur >18 tahun pada tahun 2013 ialah
provinsi Sulawesi Utara (15,2%), Provinsi Kalimatan Selatan (13,3%), dan di
Yogyakarta (12,9%).Hipertensi yang terendah terdapat di provinsi Papua
(3,3%), Papua Barat (5,2%), dan Riau (6,1%). Hipertensi yang tertinggi
terdapat di Provinsi Sulawesi Barat (4,7%) pada tahun 2007 menjadi (9,65%),
pada tahun 2013. Provinsi Jambi mengalami peningkatan (7,6%) pada tahun
2007 menjadi (8,0%) pada tahun 2013,sedangkan di provinsi Riau (8,2%)

1
2

pada tahun 2007 terjadi penurunan menjadi (6,1%) pada tahun


2013(Kemenkes, 2013).
Menurut Prevalensi Hipertensi di Indonesia yang didapat berdasarkan
pengukuran yang diukur menurut umur > 18 tahun sebesar 25,8%, yang
tertinggi di Bangka Belitung 30,9%, Kalimatan Selatan 30,8%, Kalimatan
Timur 29,6%, dan Jawa Barat 29,4%. Prevalensi Hipertensi di Indonesia
yang didapat melalui wawancara atau kuensioner yang terdignosis oleh
tenaga kesehatan sebesar 9,5%. Hipertensi yang minum obat sendiri ada
0,1%. Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi yang
sedang minum obat hipertensi sebesar 0,7%. Jadi prevalensi hipertensi
di Indonesia sebesar 26,5% (25,8% + 0,7%), hipertensi cenderung yang
lebih tinggi pada kelompok yang berpendidikan lebih rendah dan kelompok
yang tidak bekerja. Pada analisis hipertensi terbatas pada usia 15-17 tahun
menurut JNC VII 2003 didapatkan prevalensi Nasional sebesar 5,3% (laki-
laki 6,0% dan perempuan 4,7%), di daerah perdesaan (5,6%) lebih tinggi
dari di perkotaan (5,1% ), (Reskesdas, 2013).
Penyakit hipertensi menduduki urutan faktor resiko ketiga terbesar
yang menyebabkan kematian dini, hipertensi bisa menyebabkan terjadinya
gagal jantung kongestif serta penyakit cerebrovasculer. Hipertensi juga
dikenal sebagai heterogeneouse group of disease karena dapat menyerang
siapa saja dari berbagai kelompok umur, sosial dan ekonomi, dengan adanya
perubahan gaya hidup akibat urbanisasi, modernisasi, dan globalisasi
menyebabkan faktor resiko dapat meningkatkan angka kesakitan yang
disebabkan hipertensi (Depkes RI,2006).
Penyakit Hipertensi dapat menyebabkan sakit kepala sekali- kali
atau kronis, hipertensi sering disebut sebagai pembunuh diam-diam atau
silent killer (Feigin, 2004). Hipertensi esensial atau hipertensi primer
merupakan penyebabnya faktor yang berkembangnya hipertensi esensial di
Puskesmas Pauh adalah faktor genetik, jenis kelamin, dan umur, diet, berat
badan, gaya hidup.
3

Hubungan Riwayat keluarga yang menderita hipertensi dapat


meningkatkan resiko penyakit hipertensi hampir 70-80% yang terjadi karena
adanya riwayat keluarga yang mempunyai hipertensi. Faktor genetik juga
berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan renin membran.
Menurut Davidson bila kedua orang tuanya menderita hipertensi maka sekitar
45% akan turun ke anak-anaknya, bila salah satu orang tuanya yang terkena
hipertensi maka sekitar 30% akan turun keanak-anaknya.
Umur sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi dengan bertambah
umur resiko terkena hipertensi menjadi lebih besar, prevalensi hipertensi pada
usia lanjut cukup tinggi sekitar 40%, dengan kematian sekitar diatas 60 tahun.
Semakin bertambah umur terjadinya hipertensi semakin besar, tingginya
hipertensi sejalan dengan bertambah umur disebabkan oleh perubahan
struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit
dan dinding pembuluh darah menjadi kaku, dengan meningkatnya tekanan
darah sistolik.
Jenis kelamin sangat berpengaruh dengan terjadinya hipertensi, pada
umur 55-64 tahun penderita hipertensi pria dan wanita sama banyak. Namun
setelah wanita memasuki menopause, wanita menjadi meningkat. Bahkan
setelah umur 65 tahun terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi
dibandingkan dengan pria yang disebabkan oleh faktor hormonal. Penelitian
di Indonesia yang lebih tinggi terdapat pada wanita.
Merokok ternyata cukup besar berpengaruh terhadap terjadinya
hipertensi maupun penyakit jantung koroner, mengingat kebiasaan merokok
beresiko tinggi untuk menimbulkan arteriosklerosis atau pengerasan
pembuluh darah nadi, termasuk pembuluh darah jantung koroner. Bahkan
merokok memberikan resiko yang jauh lebih besar dari pada kelebihan berat
badan (obesitas). Merokok juga meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan
oksigen untuk disuplai keotot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan
darah tinggi atau hipertensi semakin meningkatkan resiko kerusakan pada
pembuluh darah arteri.
4

Pola makan yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan kelebihan berat


badan atau bahkan obesitas merupakan pencetus awal untuk terkenanya
penyakit hipertensi. Faktor penyebab utama terjadinya hipertensi adalah
Asteroklerosis yang didasari dengan konsumsi lemak berlebih dan garam
tinggi, kegemukkan dan makan secara berlebihan, merokok, minum-minuman
mengandung alkohol, stres emosional. Cara mengatasi hipertensi sebenarnya
cukup mudah sesungguhnya faktor utama penentunya adalah pola makan.
Makanan yang baik untuk mencegah dan mengurangi resiko hipertensi adalah
makanan rendah lemak, buah-buahan dan sayur-sayuran sangat baik untuk
mengurangi resiko hipertensi, (Depkes, 2006).
Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Kabupaten Sarolangun dengan
jumlah kunjungan pasien hipertensi di 15 Puskesmas tahun 2013 – 2014.
Data jumlah kunjungan hipertensi pada tahun 2013 yang ada di Kabupaten
Sarolangun dengan jumlah 6.011 orang dan terjadi peningkatan pada tahun
2014 sebanyak 7.613 orang. Jumlah kunjungan hipertensi tertinggi urutan
peringkat pertama di Puskesmas Pauh pada tahun 2013 sebanyak 500
orang,dan pada tahun 2014 terjadi peningkatan kunjungan 624 orang.
Sedangkan jumlah kunjungan pasien hipertensi yang terendah di puskesmas
Sungai Baung sebanyak 152 orang pada tahun 2013 dan pada tahun 2014
terjadi penurunan menjadi 100 orang.
Puskesmas Pauh Kabupaten Sarolangun jumlah kunjungan pasien
hipertensi berdasarkan umur tahun 2013-2014. Jumlah kunjungan hipertensi
pada tahun 2013 pada umur 45-59 tahun sebanyak 239 orang, umur 60-69
tahun sebanyak 143 orang dan umur > 70 tahun sebanyak 118 orang.
Sedangkan pada tahun 2014 jumlah kunjungan hipertensi mengalami
peningkatan pada umur 45-59 tahun sebanyak 310 orang, umur 60-69 tahun
sebanyak 163 dan pada umur >70 tahun sebanyak 151 orang.
Berdasarkan permasalahan diatas mendorong penulis untuk melakukan
penelitian tentang “Hubungan faktor-faktor dengan kejadian hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Pauh Kabupaten Sarolangun Tahun 2015”.
5

B. PerumusanMasalah
Berdasarkanfenomenapadalatarbelakangtersebutdapatdirumuskanmasal
ahpenelitianyaituapasajaHubungan faktor-faktor dengankejadianhipertensi di
wilayahkerjaPuskesmasPauhKabupatenSarolangunTahun 2015.

C. TujuanPenelitian
Penelitian ini dilakukan dengan memiliki tujuan sebagai berikut:
1. TujuanUmum
UntukmengetahuiHubungan faktor-faktor dengankejadianhipertensi
di wilayahkerjaPuskesmasPauhKabupatenSarolangunTahun 2015.
2. TujuanKhusus
a. Untukmengetahuigambaranriwayatkeluargadengankejadianhipertens
i diwilayahPuskesmasPauhKabupatenSarolanguntahun 2015.
b. Untukmengetahuigambaranumurdengankejadianhipertensi di
wilayahPuskesmasPauhKabupatenSarolanguntahun 2015.
c. Untukmengetahuigambaranjenis kelamindengankejadianhipertensi
diwilayahPuskesmasPauhKabupaten Sarolanguntahun 2015.
d. Untuk mengetahui gambaran merokok dengan kejadian hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Pauh Kabupaten Sarolangun tahun 2015.
e. Untuk mengetahui gambaran pola makan dengan kejadian hipertensi
diwilayah kerja Puskesmas Pauh Kabupaten Sarolangun tahun 2015.
f. Untukmengetahuihubunganriwayatkeluargadengankejadianhipertens
i diwilayahkerja PuskesmasPauhKabupatenSarolanguntahun 2015.
g. Untukmengetahuihubunganumurdengankejadianhipertensi di
wilayahkerja PuskesmasPauhKabupatenSarolanguntahun 2015.
h. Untukmengetahuihubunganjenis kelamindengankejadianhipertensi di
wilayah kerjaPuskesmasPauhKabupaten Sarolanguntahun 2015.
i. Untuk mengetahui hubungan merokok dengan kejadian hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Pauh Kabupaten Sarolangun tahun 2015.
j. Untuk mengetahui hubungan pola makan dengan kejadian hipertensi
di wilayah kerja Puskesmas Pauh Kabupaten Sarolangun tahun 2015.
6

D. ManfaatPenelitian
1. BagiDinasKesehatanKabupatenSarolangun
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan dan
tambahan informasi bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Sarolangun dalam
meningkatkan kesehatan khususnya penyakit hipertensi.
2. BagiPuskesmasPauhKabupaten Sarolangun
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam mengambil
keputusan terhadap peningkatan pelayanan kesehatan terhadap pasien
hipertensi melalui pengobatan.
3. BagiInstansiPendidikan
Dapat dijadikan sebagai tambahan bahan referensi bacaan dan
sebagai salah satu bentuk sumbangan ilmu dibidang penelitian.
4. Bagi Peneliti lain
Diharapkan hasil ini dapat dijadikan sebagai acuan dan pedoman
bagi peneliti selanjutnya yang ingi melakukan penelitian yang sama
namun dengan variabel dan tempat penelitian yang berbeda.

E. Keaslian Penelitian
1. Manik, 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada
lansia di posyandu lansia diwilayah kerja Puskesmas Parsoburan
Kecamatan Siantar Marihat Pematang Siantar tahun 2011. Peneliti survey
analitik melalui pendekatan cross sectional. Populasi adalah semua lansia
yang berkujung ditiga posyandu lansia berjumlah 105 orang (total
sampling). Analisis data dilakukan dengan univariat dan bivariat.
7

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh point prevalence rate hipertensi


30,5%, proporsi responden hipertensi tertinggi pada kelompok umur >60
tahun (31,70%), jenis kelamin perempuan (31,60%), pendidikan SD
(54,50%), pensiunan/tidak berkerja (33,30%), ada riwayat keluarga
(70,60%), obesitas (34,40%), aktivitas fisik tidak cukup (47,60%), dan
merokok (32,40%). Hasil analisis bivariat terdapat tiga variabel yang
mempunyai hubungan signifikan dengan hipertensi lansia yaitu
pendidikan (p=0,016), riwayat keluarga (p=0,000; RP=3,106), dan
aktivitas fisik (p=0,002; RP=2,500).
2. Kurnia, 2009. Karakteristik penderita hipertensi yang dirawat inap
dibagian penyakit dalam Rumah Sakit Umum Kota Padang Panjang
Sumatera Barat tahun 2002-2006. Dari hasil penelitian ditemukan trend
kunjungan penderita hipertensi meningkat sebesar 67,18% atau sebesar
3,05 kali menurut garis persamaan y= 11,7x+3,1 dari tahun 2002-2006.
Umur rata-rata penderita hipertensi 62,06 tahun, jenis kelamin
perempuan (61,2%), suku minang (87,3%), agama islam (100%),
pekerjaan wiraswasta (33,5%), stastus kawin (88,8%), tempat tinggal
dalam Kota Padang Panjang (69,1%)keluhan utama sakit kepala
(pusing,oyong) (21,7%), hipertensi sedang (50%), lama rawatan rata-rata
adalah 5,8 hari, tanpa komplikasi (73,4%), PBJ (50%). Hasil uji statistik
menyatakan lama rawatan tidak berbeda secara signifikan pada penderita
berdasarkan komplikasi (F=1,724; p=0,131). Lama rawatan penderita
hipertensi ringan secara signifikan lebih singkat dari pada penderita
hipertensi berat (3,91 hari vs 7,61 hari ; F=14,425 ; p=0,000). Lama
rawatan penderita hipertensi meninggal dunia secara signifikan lebih
singkat dari pada penderita pulang berobat jalan (4,29 hari vs 6,96 hari ;
F=10,524 ; p=0,000).
3. Arif, 2013. Faktor–faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi
pada lansia di pusling Desa Klumpit UPT Puskesmas Gribig Kabupaten
Kudus. Dari hasil penelitian ditemukan faktor yang diteliti berhubungan
dengan kejadian hipertensi pada lansia di pusling Desa Klumpit UPT
8

Puskesmas Gribig meliputi kebiasaan asupan garam (nilai p


(0,001)<0,05), konsumsi makanan berlemak (nilai p (0,029) < 0,05),
merokok (nilai p (0,003) < 0,005), dan olahraga (nilai p (0,014) < 0,05).

Anda mungkin juga menyukai