Anda di halaman 1dari 28

REFERAT

Tension Pneumothorax

Disusun oleh :
Yuni Tri Yustianti
NIM : 030.14.204

Pembimbing :
dr. Reni Ari Martani, Sp.P, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD KARDINAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 5 November 2018 – 12 Januari 2019
LEMBAR PENGAJUAN

REFERAT
Tension Pneumothorax

Diajukan untuk memenuhi syarat Kepaniteraan


Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kardinah
Periode 5 November 2018 – 12 Januari 2019
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Disusun oleh :
Yuni Tri Yustianti
NIM : 030.14.204

Pembimbing :
RSUD Kardinah

dr. Reni Ari Martani, Sp.P, M.Kes

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah referat yang berjudul Tension Pneumothorax. Referat
ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik departemen Ilmu Penyakit Dalam
Studi Pendidikan Dokter Universitas Trisakti di Rumah Sakit Umum Kardinah Tegal.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini, terutama kepada dr. Reni Ari
Martani, Sp.P, M.Kes selaku pembimbing yang telah memberikan waktu dan bimbingannya
sehingga makalah referat ini dapat terselesaikan.

Dengan segala keterbatasan yang ada, penulis menyadari bahwa referat ini masih
belum sempurna, oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangatlah
penulis harapkan untuk menyempurnakan referat ini di kemudian hari. Terlepas dari segala
keterbatasan yang ada penulis berharap semoga referat ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya.

Tegal, 28 Desember 2018


Penulis

Yuni Tri Yustianti


(030.14.204)

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... i


KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 3
2.1 Anatomi Pleura ......................................................................................... 3
2.2 Fisiologi Pleura ........................................................................................... 4
2.3 Definisi Pneumothorax .............................................................................. 5
2.4 Klasifikasi Pneumothorax ......................................................................... 6
2.5 Epidemiologi Tension Pneumothorax ........................................................ 8
2.6 Etiologi Tension Pneumothorax . ............................................................... 8
2.7 Patofisiologi Pneumothorax ...................................................................... 9
2.8 Manifestasi Klinis Tension Pneumothorax ............................................... 9
2.9 Diagnosis Tension Pneumothorax .............................................................. 10
3.0 Penatalaksanaan Tension Pneumothorax.................................................... 15
3.1 Komplikasi Tension Pneumothorax ........................................................... 19
3.2 Prognosis Tension Pneumothorax ............................................................. 20
BAB III KESIMPULAN ............................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 22

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

Pleura atau pembungkus paru-paru terbagi menjadi dua, pleura viseral yang
melapisi paru dan pleura parietal yang yang melapisi dinding dalam hemithorax.
Diantara kedua pleura tersebut terbentuk suatu ruang yang disebut rongga pleura.
Pada keadaan normal rongga pleura tersebut berisi cairan pleura dalam jumlah
sedikit. Penyakit yang berhubungan dengan rongga pleura salah satunya adalah
pneumotoraks.1
Pneumotoraks adalah kumpulan udara atau gas dalam rongga pleura yaitu
antara paru-paru dan dinding dada. Hal tersebut dapat terjadi secara spontan pada
individu tanpa kondisi paru-paru kronis (primer) serta pada individu dengan
penyakit paru-paru kronis (sekunder), dan banyak pneumotoraks terjadi setelah
trauma fisik dada, cedera ledakan, atau sebagai komplikasi dari perawatan medis.2
Salah satu jenis pneumotoraks yaitu tension pneumothorax atau pneumotoraks
tegangan yang mengarah ke kekurangan oksigen berat dan tekenan darah rendah,
yang terus berkembang menjadi serangan jantung apabila tidak diobati.3

Tekanan di rongga pleura pada orang sehat selalu negatif untuk dapat
mempertahankan paru dalam keadaan berkembang (inflasi). Tekanan pada rongga
pleura pada akhir inspirasi 4 s/d 8 cm H2O dan pada akhir ekspirasi 2 s/d 4 cm
H2O. Peningkatan tekanan intratoraks mengakibatkan bergesernya organ
mediastinum secara masif ke arah berlawanan dari sisi paru yang mengalami
tekanan. Non-tension pneumothorax tidak seberat Tension pnemothorax karena
akumulasi udara semakin bertambah sehingga tekanan terhadap organ di dalam
rongga dada juga semakin meningkat.3
Tension pneumotoraks merupakan suatu keadaan darurat medis dan
memerlukan pengobatan segera tanpa penyelidikan lebih lanjut.1 Tension
pneumotoraks terjadi karena pembukaan yang memungkinkan udara untuk
memasuki fungsi ruang pleura seperti katup, dan dengan setiap napas lebih
banyak udara masuk dan tidak dapat dikeluarkan kembali. Tension pneumotoraks
biasanya dirawat dengan dekompresi jarum dengan segera. Hal tersebut perlu

1
dilakukan sebelum pasien dikirim ke rumah sakit, dan dapat dilakukan oleh tenaga
darurat medis atau professional terlatih lainnya.3

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Pleura

Pleura merupakan membran serosa yang melingkupi parenkim paru,


mediastinum, diafragma serta tulang iga; terdiri dari pleura viseral dan pleura
parietal. Di antara pleura parietal dan viseral terdapat ruang yang disebut rongga
pleura yang terisi sejumlah tertentu cairan yang memisahkan kedua pleura
tersebut sehingga memungkinkan pergerakan kedua pleura tanpa hambatan
selama proses respirasi. Pleura yang melapisi permukaan dalam dinding toraks
kanan dan kiri, melapisi permukaan superior diafragma kanan dan kiri, melapisi
mediastinum kanan dan kiri yang semuanya disebut pleura parietalis. Kemudian
pada pangkal paru, membran serosa ini berbalik melapisi paru dan disebut pleura
visceralis yang berinvaginasi mengikuti fisura yang membagi tiap lobusnya.4

Pleura viseral membatasi permukaan luar parenkim paru termasuk sura


interlobaris, sementara pleura parietal membatasi dinding dada yang tersusun dari
otot dada dan tulang iga, serta diafragma, mediastinum dan struktur servikal.
Pleura viseral dan parietal memiliki perbedaan inervasi dan vaskularisasi. Pleura
viseral diinervasi saraf-saraf otonom dan mendapat aliran darah dari sirkulasi
pulmoner, sementara pleura parietal diinervasi saraf- saraf interkostalis dan nervus
frenikus serta mendapat aliran darah sistemik. Pleura viseral dan pleura parietal
terpisah oleh rongga pleura yang mengandung sejumlah tertentu cairan pleura.5,6

3
Gambar 1. Pleura viseral dan parietal serta struktur sekitar pleura5

2.2 Fisiologi Tekanan Pleura

Tekanan pleura merupakan cermin tekanan di dalam rongga toraks.


Perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh pleura berperan penting dalam proses
respirasi.5 Tekanan pleura secara fisiologis memiliki dua pengertian yaitu tekanan
cairan pleura dan tekanan permukaan pleura. Tekanan cairan pleura
mencerminkan dinamik aliran cairan melewati membran dan bernilai sekitar -10
cmH2O. Tekanan permukaan pleura mencerminkan keseimbangan elastik rekoil
dinding dada ke arah luar dengan elastik rekoil paru ke arah dalam.7

Pleura viseral dan parietal saling tertolak oleh gaya potensial molekul
fosfolipid yang diabsorpsi permukaan masing-masing pleura oleh mikrovili
mesotel sehingga terbentuk lubrikasi untuk mengurangi friksi saat respirasi.
Proses tersebut bersama tekanan permukaan pleura, keseimbangan tekanan oleh
gaya Starling dan tekanan elastik rekoil paru mencegah kontak antara pleura
viseral dan parietal walaupun jarak antarpleura hanya 10 μm. Proses respirasi
melibatkan tekanan pleura dan tekanan jalan napas. Udara mengalir melalui jalan
napas dipengaruhi tekanan pengembangan jalan napas yang mempertahankan
saluran napas tetap terbuka serta tekanan luar jaringan paru (tekanan pleura) yang
melingkupi dan menekan saluran napas. Perbedaan antara kedua tekanan (tekanan
4
jalan napas dikurangi tekanan pleura) disebut tekanan transpulmoner. Tekanan
transpulmoner memengaruhi pengembangan paru sehingga memengaruhi jumlah
udara paru saat respirasi.7

2.3 Definisi Pneumothorax

Pneumotoraks adalah kumpulan udara atau gas dalam rongga pleura yaitu
antara paru-paru dan dinding dada. Hal tersebut dapat terjadi secara spontan pada
individu tanpa kondisi paru-paru kronis (primer) serta pada individu dengan
penyakit paru-paru kronis (sekunder), dan banyak pneumotoraks terjadi setelah
trauma fisik dada, cedera ledakan, atau sebagai komplikasi dari perawatan medis.2
Salah satu jenis pneumotoraks yaitu tension pneumothorax atau pneumotoraks
tegangan mengarah ke kekurangan oksigen berat dan tekenan darah rendah, yang
terus berkembang menjadi serangan jantung apabila tidak diobati.3

Tension pneumotoraks merupakan suatu keadaan darurat medis dan


memerlukan pengobatan segera tanpa penyelidikan lebih lanjut.2 Tension
pneumothorax adalah keadaan darurat yang gawat, dapat mematikan dalam
beberapa menit bila tidak segera dikoreksi. Tension pneumothorax terjadi apabila
lebih banyak udara yang memasuki ruang pleura pada saat inspirasi dibandingkan
dengan yang keluar pada saat ekspirasi. Tekanan intrapleura terus meningkat
sekalipun paru sudah kolaps total. Akhirnya tekanan ini menjadi demikian tinggi
sehingga mediastinum terdorong ke sisi yang berlawanan. Hipoksia yang sangat
berat dapat timbul. Ketika tekanan intrapleura meninggi dan kedua paru tertekan,
aliran darah yang melalui sirkulasi sentral akan menurun secara signifikan yang
mengakibatkan hipotensi arterial dan syok.8

5
Gambar 2. Pneumothorax

Gambar 3. Tension Pneumothorax

2.4 Klasifikasi Pneumothorax

Berdasarkan klinis, pneumotoraks dibagi menjadi :

1. Pneumotoraks Spontan Primer (PSP)


Cenderung terjadi pada individu muda tanpa adanya masalah paru-paru
yang mendasari, biasanya menyebabkan gejala terbatas. Nyeri dada dan kadang-
kadang sesak napas ringan adalah gejala dominan. Setengah dari pasien dengan
pneumotoraks spontan primer menunggu beberapa hari untuk mencari bantuan
medis. Sangat jarang PSP menyebabkan tension pneumotoraks. Gejala biasanya
mulai saat istirahat. Laki-laki tinggi, terutama perokok khas pada risiko tinggi
PSP. Telah ditemukan bahwa PSP terjadi lebih sering selama perubahan tekanan

6
atmosfer dan saat terpapar music keras, dan ini menjelaskan mengapa episode
pneumotoraks dapat terjadi dalam kelompok.3

2. Pneumotoraks Spontan Sekunder (PSS)


Terjadi pada individu dengan penyakit paru-paru yang mendasari. Gejala
cenderung lebih parah, sebagian paru-paru yang yang tidak terpengaruh pada
umumnya tidak mampu menggantikan hilangnya fungsi dari sisi yang terkana.
Hipoksia (penurunan kadar oksigen dalam darah) biasanya hadir dan dapat
diamati sebagai sianosis (warna biru pada bibir dan kulit). Hypercapnia
(akumulasi karbon dioksida dalam darah) terkadang dihadapi, hal ini dapat
menyebabkan koma.3
Sesak napas mendadak pada individu dengan masalah paru-paru seperti
penyakit paru obstruktif kronik dan cystic fibrosis karena itu mungkin perlu
diselidiki kemungkinan terjadinya pneumotoraks. Ukuran pneumotoraks
berhubungan terbatas pada gejala yang dialami.3

3. Trauma Pneumotoraks
Terjadi baik karena lubang di dinding dada, seperti luka tusuk atau luka
tembak, memungkinkan udara masuk ruang pleura, atau karena cedera pada
paru-paru.9 Pneumotoraks ini dapat kecil dalam setengah dari kasus ini, tetapi
mereka bisa membesar jika orang tersebut membutuhkan ventilasi mekanis dan
kehadiran mereka karena itu masih relevan. Hal ini juga sering ditemui pada
mereka yang sudah menerima ventilasi mekanis.3

4. Tension Pneumotoraks
Didefinisikan berbeda oleh sumber yang berbeda, tetapi umumnya
dikatakan terjadi bila ada hipoksia berat meskipun telah diberikan oksigen,
tekanan darah rendah dan penurunan tingkat kesadaran. Tension pneumotoraks
merupakan keadaan darurat medis dan memerlukan pengobatan segera tanpa
penyelidikan lebih lanjut.2 Tension pneumothorax juga dapat terjadi pada pasien
yang menerima ventilasi mekanis. Pada pasien tersebut sulit untuk diketahui
terjadinya tension pneumothorax karena pasien dalam pengaruh bius dan tidak
dapat menyampaikan keluhan, sering dicurigai karena terjadinya penurunan
7
kadar oksigen dalam darah dan tekanan darah secara ekstrem dan terjadi tiba-
tiba.3

2.5 Epidemiologi Tension Pneumothorax

Insidensi tension pneumotoraks di luar rumah sakit tidak mungkin dapat


ditentukan. Revisi oleh Department of Transportation (DOT) Emergency Medical
Treatment (EMT) Paramedic Curriculum menyarankan tindakan dekompresi
jarum segera pada dada pasien yang menunjukan tanda serta gejala yang non-
spesifik. Sekitar 10-30% pasien yang dirujuk ke pusat trauma tingkat 1 di
Amerika Serikat menerima tindakan pra rumah sakit berupa dekompresi jarum
torakostomi, meskipun pada jumlah tersebut tidak semua pasien menderita kondisi
tension pneumotoraks.
Insidensi umum dari tension pneumotoraks pada Unit Gawat Darurat (UGD)
tidak diketahui. Literatur medis hanya menyediakan gambaran singkat mengenai
frekuensi pnemotoraks desak. Sejak tahun 2000, insidensi yang dilaporkan kepada
Australian Incident Monitoring Study (AIMS), 17 pasien yang diduga menderita
pneumotoraks, dan 4 diantaranya didiagnosis sebagai tension pneumotoraks. Pada
tinjauan yang lebih lanjut, angka kematian prajurit militer dari trauma dada
menunjukan hingga 5% dari korban pertempuran dengan adanya trauma dada
mempunyai tension pneumotoraks pada saat waktu kematiannya.10,11

2.6 Etiologi Tension Pneumothorax

Etiologi Tension Pneumotoraks yang paling sering terjadi adalah karena


iatrogenik atau berhubungan dengan trauma yaitu, sebagai berikut :
 Trauma benda tumpul atau tajam – meliputi gangguan salah satu pleura
visceral atau parietal dan sering dengan patah tulang rusuk (patah tulang
rusuk tidak menjadi hal yang penting bagi terjadinya Tension
Pneumotoraks)
 Pemasangan kateter vena sentral (ke dalam pembuluh darah pusat),
biasanya vena subclavia atau vena jugular interna (salah arah kateter
subklavia).
 Komplikasi ventilator, pneumothoraks spontan, Pneumotoraks sederhana

8
ke Tension Pneumotoraks
 Ketidakberhasilan mengatasi pneumothoraks terbuka ke pneumothoraks
sederhana di mana fungsi pembalut luka sebagai katup satu arah.
 Akupunktur, baru-baru ini telah dilaporkan mengakibatkan
pneumothoraks 12,13

2.7 Patofisiologi Tension Pneumothorax


Tension pneumorothorax berkembang ketika terjadi one-way-valve
(fenomena ventil), kebocoran udara yang berasal dari paru-paru atau melalui
dinding dada masuk ke dalam rongga pleura dan tidak dapat keluar lagi (one-way-
valve). Akibat udara yang masuk ke dalam rongga pleura dan tidak dapat keluar
lagi, maka tekanan di intrapleural akan meningkat, paru-paru menjadi kolaps dan
terdesak ke sisi kontralateral sehingga menyebabkan hipoksia karena mengganggu
pertukaran gas efektif, mediastinum terdorong ke sisi berlawanan dan
menghambat pengembalian darah vena ke jantung (venous return). Hipoksia dan
penurunan aliran balik vena ini disebabkan oleh kompresi dinding atrium yang
mengganggu fungsi jantung. Tension pneumotoraks dapat menyebabkan kolaps
kardiovaskuler. Penurunan cardiac output jantung menyebabkan hipotensi dan
pada akhirnya kematian kepada pasien, jika tidak diobati.12
Banyak peneliti masih memperdebatkan mekanisme pasti dari kolapsnya
sistem kardiovaskuler, tapi umumnya, mereka percaya bahwa kondisi ini terjadi
akibat perpaduan antara efek mekanik dan hipoksia. Efek mekanik bermanifestasi
akibat kompresi vena cava superior dan inferior karena pergeseran mediastinum
dan peningkatan tekanan intratorakal. Hipoksia menyebabkan resistensi pembuluh
darah pulmonal meningkat melalui vasokonstriksi. Selain itu, penurunan cardiac
output dan asidosis metabolik yang memburuk menyebabkan penurunan suplai
oksigen ke jaringan perifer, dan kemudian menginduksi metabolism anaerob. Jika
hal ini tidak dapat ditangani dengan cepat, hipoksemia, asidosis metabolik, dan
penurunan cardiac output menyebabkan cardiac arrest dan kematian.13

2.8 Manifestasi Klinis Tension Pneumothorax


Gejala pneumotoraks termasuk nyeri dada yang biasanya bersifat mendadak.
Rasa sakit terasa tajam dan dapat menyebabkan perasaan sesak di dada. Sesak
9
nafas, denyut jantung yang cepat, batuk dan kelelahan merupakan gejala lain
pada pneumotoraks. Kulit dapat berwarna kebiruan atau sianosis karena
penurunan kadar oksigen darah.3
Tension pneumotoraks didefinisikan berbeda oleh sumber yang berbeda,
tetapi umumnya dikatakan terjadi bila ada hipoksia berat meskipun telah
diberikan oksigen, tekanan darah rendah dan penurunan tingkat kesadaran.
Tension pneumotoraks merupakan keadaan darurat medis dan memerlukan
pengobatan segera tanpa penyelidikan lebih lanjut.1 Tension pneumothorax juga
dapat terjadi pada pasien yang menerima ventilasi mekanis. Pada pasien tersebut
sulit untuk diketahui terjadinya tension pneumothorax karena pasien dalam
pengaruh bius dan tidak dapat menyampaikan keluhan, sering dicurigai karena
terjadinya penurunan kadar oksigen dalam darah dan tekanan darah secara
ekstrem dan terjadi tiba-tiba.3

2.9 Diagnosis Tension Pneumothorax


Diagnosa tension pneumothorax merupakan diagnosa dari klinis, bukan
dari radiologi. Sebaiknya, tension pneumotoraks ideal diobati sebelum dilakukan
pemeriksaan rontgen, terutama jika ada hipoksia berat, tekanan darah sangat
rendah, atau gangguan tingkat kesadaran, namun rontgen terkadang diperlukan
jika ada keraguan menentukan lokasi pneumotoraks.

Tanda-tanda klasik dari tension pneumotoraks adalah adanya distress nafas,


takikardi, hipotensi, adanya deviasi trakea, hilangnya suara nafas unilateral,
distensi vena leher, dan bisa menjadi sianosis pada manifestasi lanjutnya. Gelaja
klinis dari tension pneumothorax ini mungkin mirip dengan gejala klinis dari
cardiac tamponade, tetapi angka kejadian tension pneumotorax ini lebih besar dari
cardiac tamponade. Selain itu untuk membedakannya juga bisa dilakukan dengan
mengetahui bahwa dari perkusi didapatkan adanya hiperresonansi pada bagian
dada ipsilateral.13
Pada pemeriksaan fisik thorak didapatkan :
1. Inspeksi :
a. Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiper ekspansi
dinding dada)

10
b. Pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggal
c. Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat
2. Palpasi :
a. Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar
b. Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat
c. Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit
3. Perkusi :
a. Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani
b. Batas jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila
tekanan intrapleura tinggi

4. Auskultasi :
a. Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai
menghilang15
Pada pemeriksaan penunjang, didapatkan pada:
1. Foto Röntgen
Gambaran radiologis yang tampak pada foto röntgen kasus
pneumotoraks antara lain :
a. Gambaran hiperlusen avaskular pada hemitoraks yang mengalami
pneumotoraks. Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru
yang kolaps akan tampak garis yang merupakan tepi paru. Bagian paru
yang kolaps dan yang mengalami pneumotoraks dipisahkan oleh garis
radioopak tipis yang berasal dari pleura visceralis yang dikenal sebagai
pleural white line. Kadang-kadang paru yang kolaps tidak membentuk
garis, akan tetapi berbentuk lobuler sesuai dengan lobus paru.
b. Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radio
opaque yang berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps
paru yang luas sekali. Besar kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan
berat ringan sesak napas yang dikeluhkan.
c. Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium
intercostals melebar, diafragma mendatar dan tertekan ke bawah. Apabila
ada pendorongan jantung atau trakea ke arah paru yang sehat,

11
kemungkinan besar telah terjadi pneumotoraks ventil dengan tekanan
intra pleura yang tinggi.

Gambar 4. Foto Rö pneumotoraks (PA), bagian yang ditunjukkan dengan anak


panah merupakan bagian paru yang kolaps

2. Analisa Gas Darah


Analisis gas darah arteri dapat memberikan gambaran hipoksemi
meskipun pada kebanyakan pasien sering tidak diperlukan. Pada pasien dengan
gagal napas yang berat secara signifikan meningkatkan mortalitas sebesar 10%.

3. CT-scan thorax
CT-scan thoraks lebih spesifik untuk membedakan antara emfisema
bullosa dengan pneumotoraks, batas antara udara dengan cairan intra dan
ekstrapulmoner dan untuk membedakan antara pneumotoraks spontan primer
dan sekunder.

4. USG
Pneumotoraks dapat juga didiagnosis oleh USG. Udara di rongga pleura
ditampilkan pantulan gelombang yang sangat tajam. Tidak seperti udara
intrapulmoner, pantulan gelombang tidak bergerak saat respirasi. Bagaimanapun
juga, luas pneumotoraks ditentukan dengan radiologis dada9.
Menggunakan Linear array transducer (Small parts/high frequency
probe) dengan pasien dalam posisi supinasi, scan dipermukaan anterior dinding
12
dada menarik garis sagital (longitudinal). Scan mulai dari anterior axillary line
ke para sternal line

Tension pneumotoraks dapat berkembang (memburuk) dengan sendirinya,


terutama pada pasien dengan ventilasi tekanan positif. Hal ini bisa segera terjadi
atau dalam beberapa jam ke depan. Sebuah takikardi hipotensi, dijelaskan dan
peningkatan tekanan udara sangat progresif dari tekanan yang semakin meningkat.

Gambar 5. Deviasi trakhea menjauh dari sisi dada yang terkena tension,
pergeseran mediastinum, depresi dari diafragma-hemiselulosa.11,14

Dengan derajat tension pneumotoraks, tidak sulit untuk menilai bagaimana


fungsi kardiovaskuler dapat terganggu akibat tension, karena terdapat adanya
obstruksi pada vena yang kembali ke jantung. Masif tension pneumotoraks
memang seharusnya sudah dapat dideteksi secara klinis dan, dalam menghadapi
kolaps hemodinamik, telah tatalaksana dengan cara emergency thoracostomy -
needle atau sebaliknya.11,14

13
Gambar 6. Tension pneumotoraks kiri
Sebuah tension pneumotoraks mungkin berkembang saat pasien menjalani
pemeriksaan lanjutan, seperti CT scan (gambar di bawah) atau operasi. kalaupun
ada penurunan oksigenasi pasien atau status ventilasi, dada harus kembali
diperiksa.6,11

Gambar 7. CT scan tension pneumotoraks


Adanya (chest tube) bukan berarti pasien tidak bisa berkembang menjadi
tension pneumotoraks. Pasien di bawah ini memiliki ketegangan sisi kanan
meskipun adanya sebuah chest tube. Sangat mudah untuk menilai bagaimana hal
ini dapat terjadi pada gambar CT yang menunjukkan chest tube dalam fisura
oblique. Chest tube disini akan ditempatkan bagian belakang dada, sehingga akan
di pertahankan tetap disana ketika paru-paru didepannya menekan ke arah atas-
belakang. Chest tube pada pasien trauma terlentang harus ditempatkan secara
posterior untuk menghindari komplikasi ini. Komplikasi lain dari tension
pneumothorax lainnya seperti haemothoraks masih akan di-drainase asalkan paru-
paru telah mengembang sepenuhnya.11,13,15

14
CT scan juga menunjukkan mengapa tension pneumotoraks tidak terlihat
pada X-ray dada polos paru yang dikompresi belakang tetapi meluas keluar ke
tepi dinding dada, sehingga tanda-tanda paru-paru terlihat di seluruh bidang paru-
paru. Namun ada pergeseran garis tengah dibandingkan dengan film
sebelumnya.11,14
Tension pneumotoraks juga dapat bertahan jika ada cedera pada jalan napas
besar, mengakibatkan fistula bronkhopleura. Dalam hal ini sebuah tabung dada
tidak dapat mengatasi kebocoran udara utama. Dalam kasus ini thorakotomi
biasanya ditunjukkan untuk memperbaiki saluran udara dan paru-paru yang
rusak.11,14
Hati-hati juga pasien dengan tension pneumotoraks bilateral. Trakea
merupakan central, ketika perkusi dan suara nafas yang sama di kedua sisi.
Pasien-pasien ini biasanya secara haemodinamika terancam atau dalam traumatik
arrest. Gawat darurat dekompresi dada bilateral dapat menjadi bagian dari
prosedur untuk traumatik arrest dimana hal ini dimungkinkan.11

3.0 Penatalaksanaan Tension Pneumothorax


Needle Thoracostomy
Tension pnumothorax membutuhkan dekompresi yang segera. Hal tersebut
mungkin perlu dilakukan sebelum pasien diantar ke rumah sakit, dan dapat
dilakukan oleh tenaga darurat medis atau professional terlatih lainnya.
Dekompresi ini dapa dilakukan dengan memasukkan jarum ke ruang intercostal
ke dua pada garin midclavicular pada sisi dada yang terkena. Terapi definitifnya
biasanya membutuhkan insersi chest tube ke dalam ruang pleural melalui ruang
intercostal ke lima (setinggi puting susu) dibagian depan di garis midclavicular.
Prinsip terapi dari tension pneumothrax ini adalah menjaga jalan nafas agar tetap
terbuka, menjaga kualitas ventilasi, oksigenasi, menghilangkan penyebab
traumanya dan menghilangkan udara di ruang pleura, dan mengontrol ventilasi.10
Keberhasilan dari terapi yang kita lakukan bisa dinilai dari hilangnya udara
bebas pada ruang interpleural dan pencegahan pada kekambuhan atau recurensi.10
Pada kasus tension pneumotoraks, tidak ada pengobatan non-invasif yang dapat
dilakukan untuk menangani kondisi yang mengancam nyawa ini. Pneumotoraks
adalah kondisi yang mengancam jiwa yang membutuhkan penanganan segera.
15
Jika diagnosis tension pneumotoraks sudah dicurigai, jangan menunda
penanganan meskipun diagnosis belum ditegakkan.
Pada kasus tension pneumotoraks, langsung hubungkan pernafasan pasien
dengan 100% oksigen. Lakukan dekompresi jarum tanpa ragu. Hal-hal tersebut
seharusnya sudah dilakukan sebelum pasien mencapai rumah sakit untuk
pengobatan lebih lanjut. Setelah melakukan dekompresi jarum, mulailah persiapan
untuk melakukan torakostomi tube. Kemudian lakukan penilaian ulang pada
pasien, perhatikan ABCs (Airway, breathing, cirvulation) pasien. Lakukan
penilaian ulang foto toraks untuk menilai ekspansi paru, posisi dari torakostomi
dan untuk memperbaiki adanya deviasi mediastinum. Selanjutnya, pemeriksaan
analisis gas darah dapat dilakukan.
Dekompresi sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada kasus
pneumothoraks yang luasnya >15%. Pada intinya, tindakan ini bertujuan untuk
mengurangi tekanan intra pleura dengan membuat hubungan antara rongga pleura
dengan udara luar dengan cara :
a. Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk rongga pleura,
dengan demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan
berubah menjadi negatif karena mengalir ke luar melalui jarum tersebut.
b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil :
1) Dapat memakai infus set
Jarum ditusukkan ke dinding dada sampai ke dalam rongga pleura,
kemudian infus set yang telah dipotong pada pangkal saringan tetesan
dimasukkan ke botol yang berisi air. Setelah klem penyumbat dibuka,
akan tampak gelembung udara yang keluar dari ujung infus set yang
berada di dalam botol.
2) Jarum abbocath
Jarum abbocath merupakan alat yang terdiri dari gabungan jarum dan
kanula. Setelah jarum ditusukkan pada posisi yang tetap di dinding
toraks sampai menembus ke rongga pleura, jarum dicabut dan kanula
tetap ditinggal. Kanula ini kemudian dihubungkan dengan pipa plastik
infus set. Pipa infuse ini selanjutnya dimasukkan ke botol yang berisi air.
Setelah klem penyumbat dibuka, akan tampak gelembung udara yang
keluar dari ujung infuse set yang berada di dalam botol.
16
3) Pipa water sealed drainage (WSD)
Sebuah tabung dada (tabung thoracostomy dalam kedokteran Inggris atau
drain intercostal) adalah sistem drainage yang menggunakan water seal yang
dimasukkan melalui bagian samping dada ke ruang pleura. Hal ini digunakan
untuk menghilangkan udara (pneumotoraks) atau cairan (efusi pleura, darah,
chyle), atau nanah (empyema) dan ruang intrathoracic.3
Tujuan:
• Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk
mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut
• Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan
hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrican.13
Indikasi :3

 Pneumotoraks: akumulasi udara di rongga pleura


 Efusi pleura: akumulasi cairan dalam ruang pleura
 Chylothorax : kumpulan cairan limfatik dalam ruang pleura
 Empyema : infeksi pyogenic dari ruang pleura
 Hematothorax : akumulasi darah dalam rongga pleura
 Hydrothporax : akumulasi cairan serosa dalam ruang pleura
Kontraindikasi :3
 Kontraindikasi untuk penempatan tabung dada termasuk koagulopati,
kurangnya kerjasama oleh pasien, pasien dalam ventilator mekanik dan
hernia diafragma. Kontraindikasi tambahan termasuk jaringan parut di
ruang pleura (adhesi).

Tempat Pemasangan

Dimasukkan ke dalam suatu daerah di bawah aksila (ketiak) disebut segitiga


aman, di mana kerusakan organ internal dapat dihindari, hal ini digambarkan
dengan garis horizontal pada tingkat papilla mammae dan dua otot-otot
dinding dada (Latissimus dorsi dan pectoralis major). Anestesi local
diterapkan. Dua jenis tabung dapat digunakan.

17
Follow up WSD

 Undulasi
Adalah pergerakan cairan di dalam selang sesuai irama pernapasan.
Cairan akan bergerak ke bawah sewaktu inspirasi dan bergerak ke atas sewaktu
ekspirasi. Undulasi negative dapat terjadi karena habisnya efusi atau akibat
terjepitnya selang WSD. Pada keadaan keadaan ini dapat dilakukan spoling
dengan NaCl 0,9%, bila setelah spoling cairan mengalir kembali berarti ada
jepitan pada selang WSD, bila setelah spoling tdak mengalir berarti efusi
pleura sudah habis.
 Gelembung
Gelembung udara yang terlihat dalam botol WSD, lebih jelas bila
pasien disuruh meniup.

 Warna dan jumlah cairan yang keluar dalam 24 jam


 Foto rontgen dada ulang
Komplikasi WSD

Komplikasi utama adalah perdarahan, infeksi, dan edema reexpansion


paru. Penyumbatan tabung dada juga bisa menjadi komplikasi utama jika
terjadi dalam pengaturan perdarahan atau produksi udara yang signifikan atau
cairan. Ketika penyumbatan tabung dada terjadi dalam pengaturan ini, pasien
dapat menderita pericardial tamponade, atau infeksi sebuah empyema. Semua
ini dapat menyebabkan perawatan rumah sakit yang berkepanjangan dan
bahkan kematian. Untuk meminimalkan potensi untuk menyumbat, dokter
bedah sering menggunakan tabung berdiameter lebih besar. Tabung-tabung
diameter besar namun memberikan kontribusi yang signifikan terhadap rasa
sakit tabung dada yang terkait. Dalam sebagian besar kasus, nyeri terkait
hilang setelah tabung dada dicabut, bagaimanapun, sakit kronis yang
berhubungan dengan tabung dada tidak jarang karena diinduksi parut pada
ruang intercostal.

18
Gambar 7

Tindakan bedah
a. Dengan pembukaan dinding toraks melalui operasi, kemudian dicari
lubang yang menyebabkan pneumothoraks kemudian dijahit
b. Pada pembedahan, apabila ditemukan penebalan pleura yang
menyebabkan paru tidak bisa mengembang, maka dapat dilakukan dekortikasi.
c. Dilakukan reseksi bila terdapat bagian paru yang mengalami robekan
atau terdapat fistel dari paru yang rusak
d. Pleurodesis. Masing-masing lapisan pleura yang tebal dibuang,
kemudian kedua pleura dilekatkan satu sama lain.

3.1 Komplikasi Tension Pneumothorax


Pneumotoraks tension (terjadi pada 3-5% pasien pneumotoraks) dapat
mengakibatkan kegagalan respirasi akut. Pio-pneumotoraks, hidro-
pneumotoraks/hemo-pneumotoraks, henti jantung paru dan kematian (sangat
jarang terjadi); pneumomediastinum dan emfisema subkutan sebagai akibat
komplikasi pneumotoraks spontan, biasanya karena pecahnya bronkus, sehingga
19
kelainan tersebut harus ditegakkan (insidensinya sekitar 1%), pneumotoraks
simultan bilateral (insidensinya sekitar 2%), pneumotoraks kronik (insidensinya
sekitar 5 %), bila tetap ada selama waktu lebih dari 3 bulan.3
Misdiagnosis adalah komplikasi yang paling umum terjadi dari dekompresi
jarum. Jika pneumotoraks tetapi bukan tipe terjadi yang terjadi, dekompresi jarum
akan mengubah pneumotoraks menjadi tension pneumotoraks. Jika tidak terdapat
pneumotoraks, pasien akan mengalami kondisi pneumotoraks setelah dekompresi
jarum dilakukan. Sebagai tambahan jarum akan melukai jaringan paru, yang
mungkin pada kasus langka dapat menyebabkan cedera paru atau hemotoraks.
Jika jarum yang ditempatkan terlalu dekat ke arah tulang sternum, dekompresi
jarum dapat menyebabkan hemotoraks karena laserasi dari pembuluh darah
intercosta.
Penempatan torakostomi tube dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan
saraf intercostae dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan parenkim paru,
terutama jika menggunakan trokar untuk penempatannya.11,14

2.9 Prognosis
Prognosis baik apabila segera dilakukan pertolongan dan pengobatan intensif,
terutama yang mengenai penderita muda yang sehat. Pasien dengan pneumotoraks
spontan hampir separuhnya akan mengalami kekambuhan, setelah sembuh dari
observasi maupun setelah pemasangan tube toracostomy. Kekambuhan jarang
terjadi pada pasien-pasien pneumotoraks yang dilakukan torakotomi terbuka.
Pasien-pasien yang penatalaksanaannya cukup baik, umumnya tidak dijumpai
komplikasi. Pasien pneumotoraks spontan sekunder prognosisnya tergantung
penyakit paru yang mendasari.16,17
Lebih dari 50% pasien dengan pneumothorax akan mengalami hal yang sama
di kemudian hari. Tidak ada komplikasi jangka panjang setelah terapi yang
berhasil. Follow up dilakukan setidak-tidaknya dalam satu tahun setelah
pneumothorax teratasi yang dilakukan melalui pengambilan x-ray setiap tiga
bulan.12

20
BAB III

KESIMPULAN

Pneumotoraks adalah kumpulan udara atau gas dalam rongga pleura yaitu
antara paru-paru dan dinding dada. Hal tersebut dapat terjadi secara spontan pada
individu tanpa kondisi paru-paru kronis (primer) serta pada individu dengan
penyakit paru-paru kronis (sekunder), dan banyak pneumotoraks terjadi setelah
trauma fisik dada, cedera ledakan, atau sebagai komplikasi dari perawatan medis.
Salah satu jenis pneumotoraks yaitu tension pneumothorax atau pneumotoraks
tegangan yang mengarah ke kekurangan oksigen berat dan tekenan darah rendah,
yang terus berkembang menjadi serangan jantung apabila tidak diobati.

Peningkatan tekanan intratoraks mengakibatkan bergesernya organ


mediastinum secara masif ke arah berlawanan dari sisi paru yang mengalami
tekanan. Non-tension pneumothorax tidak seberat Tension pnemothorax karena
akumulasi udara semakin bertambah sehingga tekanan terhadap organ di dalam
rongga dada juga semakin meningkat. Tension pneumotoraks merupakan suatu
keadaan darurat medis dan memerlukan pengobatan segera tanpa penyelidikan
lebih lanjut. Tension pneumotoraks terjadi karena pembukaan yang
memungkinkan udara untuk memasuki fungsi ruang pleura seperti katup, dan
dengan setiap napas lebih banyak udara masuk dan tidak dapat dikeluarkan
kembali. Tension pneumotoraks biasanya dirawat dengan dekompresi jarum
dengan segera. Hal tersebut perlu dilakukan sebelum pasien dikirim ke rumah
sakit, dan dapat dilakukan oleh tenaga darurat medis atau professional terlatih
lainnya.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Aloosh O, Afshar H, Dadashpour N, Kian A, Eraghi GM. Idiophathic Exudative


Hydropneumothorax and Spontaneous Pneumomediastinum in a Young Iranian Man:
A case report. J Cardiothoracic Med. 2017; 5(1): 553-555

2. Marx J. Rosen’s emergency medicine: concepts and clinical practice. Philadelphia. 2010. 7 th
ed.

3. Hisyam B, Budiono E. Pneumotoraks dalam Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata MK,
Setiyohadi B, Syam AF. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta. 2015. 6th ed. P1642.
4. Moore KL, Dalley AF, Agur AMR eds. Clinically Oriented Anatomy, 6th ed. Thorax
Baltimore: Lippincott Williams & Willkins. 2010. P 72-180.

5. Pratomo PI, Yunus F. Anatomi dan Fisiologi Pleura. Pulmonologi dan Ilmu
Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2013;40(6):407-
412

6. Moore, O. Forrest, et al. Blunt traumatic occult pneumothorax: is observation safe? Result of a
prospective, AAST multicenter study. The journal of trauma injury, infection, and critical
care. 2011;70 (5).

7. Miserocchi G. Mechanisms controlling the volume of pleural uid and extravascular


lung water. Eur Respir Rev. 2009;114(18):244–52.

8. Bresler MJ, Sterbach GL. Manual Kedokteran Darurat. 6th ed. Penerbit buku kedokteran EGC.
2012. P34-6.

9. Wolf SJ, Babarta VS, Bonnett CJ, Pons PT, Cantrill SV. Blast Injuries. Lancet. 2009. 374
(9687): 405-15.

10. Jain, Dhruv, et al. Understanding And Managing Tension Pneumothorax. New Delhi.
Journal Indian Academy Of Clinical Medicine. 2009.
11. Daley, Brian James, et al. Pneumothorax. Tennesse. Department Of Surgery Division
Of Trauma And Critical Care University Of Tennesse Health Science Center College Of
Medicine: Emedicine.Mescape.Com. 2013.
12. Jain, Dhruv, et al. Understanding And Managing Tension Pneumothorax. New Delhi. Journal
Indian Academy Of Clinical Medicine. 2009.

22
13. Sharma, Anita. Jindad, Parul. Principles Of Diagnosis And Management Of Traumatic
Pneumothorax. Uttarakhand: Journal Of Emergencies. 2009.
14. Al-Hameed, Farhan. Pneumothorax Imaging. Saudi Arabia. Intensive Care Department
Of King Abdulaziz Medical City: Emedicine.Medscape.Com. 2013.

15. Sideras, Jim. Tension Pneumothorax: Identification And Treatment. Harvard


University: EMS1.com. 2011.

16. Airlangga University. Pedoman Teknik Operasi “OPTEK”, Teknik Operasi Sistema
Kardiothorax, Surabaya: Airlangga University. 2009. P:130-148.

17. Putz,R., Pabst, R., et al. SOBOTTA Atlas Anatomi Manusia Jilid 2. 22th ed. Jakarta:
EGC. 2007.

23

Anda mungkin juga menyukai