Anda di halaman 1dari 11

KARAKTERISTIK PENGUSAHA INDUSTRI KERIPIK TEMPE BERBASIS

PRODUK UNGGULAN DI KOTA MALANG.

M. Yusriansyah
Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang (UM), Malang, Indonesia
Email: m_yusriansyah@yahoo.com

ABSTRAK
Keripik tempe adalah olahan makanan ringan yang berbahan dasar tempe. Hal ini
juga ikut menunjang berkembangnya kegiatan di sektor industri dan bisnis pusat oleh oleh
makanan yang salah satu produk unggulannya yaitu ”Keripik Tempe Khas Kota Malang”.
Terdapat penurunan pada industri keripik tempe, “akibat melambungnya harga kedelai yang
menghambat pasokan bahan baku berupa tempe yang pada tahun 2007 masih mencapai 80-
90 industri keripik tempe, di tahun 2010 menurun menjadi 65 industri kripik tempe”( Kanwil
Disperindag, 2010). Terdapat masalah yang di hadapi industri ini, menurut Koperasi Tempe
Tahu Indonesia perwakilan Malang antara lain tidak semua industri dapat melakukan
promosi melalui media cetak, elektronik, ataupun internet, masalah aksesibilitas atau
keterjangkauan dalam melakukan pemasaran ataupun distribusi produk yang membutuhkan
biaya lebih dan alat transportasi yang memadai, pemasaran yang tidak merata karena terdapat
beberapa industri kripik tempe yang kurang inovatif dan kreatif dalam meracik produknya,
sehingga kurang begitu diminati di pasaran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik pengusaha industri keripik
tempe di Kota Malang, mengkaji keripik tempe yang menjadi produk unggulan di Kota
Malang, dan mengkaji produktivitas industri keripik tempe di Kota Malang.
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan survei dan studi deskriptif yang bersifat
expost facto yaitu mengumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai faktor-faktor
pendukung yang ada dalam penelitian. Pengambilan sampel menggunakan metode simple
random sampling, sedangkan analisis yang digunakan adalah analisis statistic deskripstif dan
tabulasi silang.
Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa: 1) Karakteristik pengusaha
industri keripik tempe di Kota Malang secara umum memiliki jumlah pekerja 4-19,
mempunyai aset industri tidak lebih dari 200 juta, serta omset tahunan yang tidak lebih dari
satu miliar per tahunnya. 2) Keripik tempe menjadi produk unggulan di Kota Malang karena
bahan yang mudah didapatkan dari usaha tempe masyarakat sekitar yang merupakan produk
yang tidak tahan lama, agar tahan lama maka dibuatlah keripik tempe, keripik tempe mampu
berkembang dari generasi ke generasi dengan inovasi berbagai aneka rasa, berdaya saing
handal dengan produk yang berkualitas, memberikan peluang kerja bagi masyarakat lokal
serta dipasarkan mulai dari kawasan regional, nasional, sampai internasional. 3)
Produktivitas industri keripik tempe di Kota Malang tergolong tinggi, yaitu mencapai biaya
operasional harian yang mereka butuhkan dalam sehari mencapai lebih dari 500 ribu, dan
pendapatan per bulannya antara 10 juta hingga 20 juta.
Kata Kunci : Industri kecil, Keripik Tempe, Kota Malang
PENDAHULUAN

Keripik tempe adalah olahan makanan ringan yang berbahan dasar tempe. Jenis
makanan ringan ini sangat di gemari kebanyakan masyarakat di Indonesia. Beberapa daerah
di Indonesia menjadikan keripik tempe ini sebagai oleh-oleh atau buah tangan khas dari
daerah tersebut, salah satunya Kota Malang. Hal ini juga ikut menunjang berkembangnya
kegiatan di sektor industri dan bisnis pusat oleh-oleh makanan yang salah satu produk
unggulannya yaitu ”Keripik Tempe Khas Kota Malang”.
Produk keripik tempe di Kota Malang dihasilkan oleh industri kecil rumah tangga
(IKRT). IKRT di Kota Malang memiliki peranan besar dalam perekonomian, yaitu dalam
penyerapan tenaga kerja dan kontribusinya terhadap pendapatan daerah maupun nasional.
Akan tetapi yang terjadi, sejauh ini produk unggulan ini belum ditempatkan secara khusus
dalam pengembangan industri kecil dan rumahtangga di Kota Malang. Padahal produk
unggulan makanan ringan ini merupakan potensi yang tidak kecil pada pengembangan
industri skala kecil di Kota Malang.
Karakteristik Industri keripik tempe di Kota Malang memiliki karakteristik tersendiri.
Industri ini berdiri disepanjang jalan raya, di samping rumah penduduk, dan berbentuk
industri kerajinan rumahtangga. Karakteristik ini dapat ditunjukkan dengan perbedaan
kualitas produk, lokasi daerah pemasaran tiap industri, promosi, harga. Selain itu, terdapat
penurunan pada industri keripik tempe, “akibat melambungnya harga kedelai yang
menghambat pasokan bahan baku berupa tempe yang pada tahun 2007 masih mencapai 80-
90 industri keripik tempe, di tahun 2010 menurun menjadi 65 industri kripik tempe”( Kanwil
Disperindag, 2010). Hal ini terjadi karena terdapat masalah yang di hadapi industri ini,
menurut Koperasi Tempe Tahu Indonesia perwakilan Malang antara lain tidak semua
industri dapat melakukan promosi melalui media cetak, elektronik, ataupun internet, masalah
aksesibilitas atau keterjangkauan dalam melakukan pemasaran ataupun distribusi produk
yang membutuhkan biaya lebih dan alat transportasi yang memadai, pemasaran yang tidak
merata karena terdapat beberapa industri kripik tempe yang kurang inovatif dan kreatif dalam
meracik produknya. Sehingga kurang begitu diminati di pasaran.
Masalah ini mempengaruhi penurunan produktivitas pada industri keripik tempe
tersebut, banyak terjadi pemogokan kerja yang berujung pada pengurangan tenaga kerja dan
pelaku industri memilih untuk menutup industrinya. Data yang digambarkan oleh
Disperindag secara umum sangat jelas diketahui bahwa produktivitas industri keripik tempe
di Kota Malang mengalami penurunan, hal ini dapat menjadi suatu ancaman bagi
perkembangan industri keripik tempe tersebut kedepannya.
Mendasarkan pada uraian latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian
tentang Karakteristik Industri Kecil dan Rumah Tangga Berbasis Produk Unggulan Keripik
Tempe di Kota Malang.
METODE

Penelitian ini dirancang dengan menggunakan pendekatan survei dan studi deskriptif
yang bersifat expost facto yaitu mengumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai faktor-
faktor pendukung yang ada dalam penelitian. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan
menggunakan 2 macam data yaitu: data primer dan data sekunder yang diperoleh dari hasil
pengamatan langsung (observasi), dokumentasi. Data tersebut kemudian dianalisis dengan
metode deskriptif. Subjek penelitian yang ada pada penelitian ini adalah pemilik keripik
tempe yang ada di Kota Malang. Populasi dalam penelitian ini adalah pengusaha industri
keripik tempe yang berlokasi di Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Populasi dalam
penelitian ini yaitu pemilik industri keripik tempe yang berjumlah 65 pemilik home industri
(Koperasi Tempe Tahu Malang, 2012). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan metode simple random sampling dilakukan secara acak tanpa didasarkan atas
strata yang ada dalam populasi itu. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah
34 pengusaha industri keripik tempe. Data di analisis dengan analisis dekriptif dan tabulasi
silang.

HASIL
Karakteristik pengusaha industri keripik tempe di Kota Malang berdasarkan data
yang diperoleh menyatakan pemilik industri rumah tangga mempunyai tenaga kerja rata-rata
4 orang dinyatakan 3 pemilik industri, maka tergolong industri rumah tangga. Sebanyak 31
industri kecil menyatakan rata rata mempunyai tenaga kerja 5 sampai 19 orang. Aset yang
dimiliki oleh pemilik industri tidak lebih dari 200 juta, yakni antara 100 hingga 200 juta.
Industri keripik tempe di Kota Malang mempunyai omset tahunan antara 100 juta hingga 1
miliar per tahun.
Industri keripik tempe mempunyai omset tahunan yang besar. Jika semakin besar
omset yang didapatkan, maka semakin tinggi pula pendapatan yang di dapatkan. Untuk
memperoleh gambaran umum tentang keterkaitan antara omset dengan pendapatan
ditunjukkan pada Tabel 1.1:
Tabel 1.1 Kaitan antara omset tahunan dengan pendapatan per bulan

Omset tahunan Pendapatan per bulan

< 10 juta 10 – 25 juta >25 juta Jumlah

f % f % f % f %

<100 juta 0 0 0 0 0 0 0 0

100 – 500 juta 3 8,82 3 8,82 0 0 6 17,65

500 juta – 1 miliar 18 52,94 10 29,41 0 0 28 82,35

21 61,76 13 38,23 0 0 34 100

Pada Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa responden yang omset tahunansebesar 100 juta
sampai 500 juta mempunyai pendapatan per bulan kurang dari 10 juta per bulannya yaitu
sebesar 8,82%, dan yang berpendapatan 10 juta sampai 25 juta yakni sebesar 8,82%. Pemilik
industri yang omset tahunan 500 juta hingga 1 miliar mempunyai pendapatan kurang dari 10
juta per bulannya yaitu sebesar 52,94%, dan yang berpendapatan10 juta hingga 25 juta
sebesar 29,41%. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa ada keterkaitan antara omset
dengan pendapatan. Semakin besar omset yang didapat oleh industria keripik tempe, maka
pendapatan yang di dapat juga semakin banyak.
Bahan baku untuk membuat keripik tempe adalah tempe. Keterjangkauan bahan baku
dari lokasi produksi mempengaruhi hasil produksi. Bahan baku diperoleh dari Kota Malang.
Karena di kota malang terdapat sentra pembuat tempe yaitu di Sanan, Kelurahan Purwantoro,
Kecamatan Blimbing.
Alat transportasi yang digunakan beragam meliputi sepeda motor, mobil pribadi,
ataupun mobil box. Ongkos transportasi yang dibutuhkan berkisar 100 ribu sampai 500 ribu
disesuaikan dengan jenis kendaraan yang digunakan. Pemasaran dilakukan responden
melalui bermacam macam strategi yaitu baik secara grosir,eceran, dan transaksi online.
Industri keripik tempe di Kota Malang menjadi produk unggulan. Hal ini karena
pelaku industri keripik tempe di Kota Malang telah melaksanakan prinsip kriteria ramah
lingkungan. Langkah yang dilakukan yaitu: prinsip pencegahan pencemaran (pollution
prevention), prinsip pengendalian pencemaran (pollution control), prinsip remediasi atau
pemulihan (remediation). Ketiga prinsip ini telah dijalankan dengan baik oleh pelaku industri
keripik tempe di Kota malang karena para pelaku juga memperhatikan tentang kebersihan
produk serta eksistensi mereka dalam industri keripik tempe di Kota Malang agar keripik
tempe tetap menjadi produk unggulan di Kota Malang. Sebagai produk unggulan di Kota
Malang, industri keripik tempe mempunyai pasar yang mencapai skala regional, nasional,
dan beberapa respoden juga menyatakan jika industri keripiknya telah mencapai tingkat
internasional, khususnya di Amerika Serikat.
Produktivitas merupakan penggambaran kaitan antara hasil atau keluaran dengan
sumber atau masukan yang dipakai. Jika biaya operasional yang dibutuhkan dalam suatu
proses produksi, maka akan berkaitan dengan pendapatan yang dihasilkan dalam proses
produksi tersebut. Untuk memperoleh gambaran umum tentang keterkaitan antara biaya
operasional dengan pendapatan telah dikumpulkan data dari 34 pemilik industri di daerah
penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.2 sebagai berikut:
Tabel 1.2 Kaitan antara biaya operasional harian dengan pendapatan per bulan

Biaya Pendapatan per bulan


operasional per
hari < 10 juta 10 – 25 juta >25 juta Jumlah

f % f % F % f %

<100 ribu 0 0 0 0 0 0 0 0

100 – 500 ribu 0 0 0 0 0 0 0 0

>500 ribu 21 61,76 13 38,23 0 0 34 100

21 61,76 13 38,23 0 0 34 100

Pada Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa pemilik industri yang biaya operasional harian
lebih dari 500 ribu mempunyai pendapatan per bulan kurang dari 10 juta per bulannya yaitu
sebesar 61,76%, dan yang berpendapatan 10 juta sampai 25 juta yakni sebesar 38,23%.
Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa ada keterkaitan antara biaya operasional dengan
pendapatan. Semakin besar biaya operasional yang didapat oleh industri keripik tempe, maka
jumlah produk yang dihasilkan semakin banyak dan menambah jumlah pendapatan bersih
per bulannya.
Suatu industri akan memperhitungkan jumlah berapa yang dikeluarkan dan
memprediksi berapa yang akan menjadi pemasukan. Pendapatan bersih industri keripik
tempe tergolong tinggi, per bulannya antara 10 juta hingga 20 juta berhasil didapatkan oleh
responden. Pendapatan bersih tersebut diperoleh dari 15% keuntungan dari produk yang
dijual.
Modal awal pemilik industri keripik tempe dalam memulai usahanya adalah ± Rp
5.000.000. Jumlah modal tersebut digunakan pada kisaran tahun 1990 - 2005 dalam merintis
usahanya. Pada industri keripik tempe yang memulai merintis usaha pada tahun 2005 hingga
sekarang, pemilik industri menyatakan jika modal awal usaha mereka berkisar antara 5 juta
sampai 10 juta. Jika modal awal yang dibutuhkan itu besar, maka pendapatan yang
dihasilkan juga akan besar. Untuk memperoleh gambaran umum tentang keterkaitan antara
modal awal dengan pendapatan telah dikumpulkan data dari 34 pemilik industri di daerah
penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.3 sebagai berikut:
Tabel 1.3 Kaitan antara modal awal dengan pendapatan per bulan

Modal Awal Pendapatan per bulan

< 10 juta 10 – 25 juta >25 juta Jumlah

f % f % f % f %

<5 juta 12 35,29 3 8,82 0 0 15 44,12

5 – 10 juta 9 26,47 10 29,41 0 0 19 55,88

>10 juta 0 0 0 0 0 0 0 0

21 61,76 13 38,23 0 0 34 100

Pada Tabel 1.3 dapat diketahui bahwa responden yang modal awalnya kurang dari 5
juta mempunyai pendapatan per bulan kurang dari 10 juta per bulannya yaitu sebesar
35,29%, dan yang berpendapatan 10 juta sampai 25 juta yakni sebesar 8,82%. Pemilik
industri yang modal awalnya 5 sampai 10 juta, mempunyai pendapatan kurang dari 10 juta
per bulannya yaitu sebesar 26,47%, dan yang berpendapatan 10 juta hingga 25 juta sebesar
29,41%. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa ada keterkaitan antara modal dengan
pendapatan. Semakin besar modal yang dikeluarkan oleh industri keripik tempe, maka
pendapatan yang di dapat juga semakin banyak.

PEMBAHASAN

Karakteristik industri kecil dan rumah tangga keripik tempe di Kota Malang
berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara tehadap pemilik industri, terungkap bahwa
pemilik industri rata rata mempunyai tenaga kerja 1- 4 orang untuk industri rumah tangga
dan 5- 19 orang untuk industri kecil, dengan rata rata memiliki aset industri antara 100 juta
hingga 200 juta. Karakteristik industri keripik tempe yang lain yaitu mempunyai omset
tahunan yang besar yakni antara 100 juta hingga 1 miliar per tahunnya. Hal ini sesuai dengan
apa yang tercantum dalam BPS yang mempunyai kriteria penggolongan industri kecil dan
rumah tangga yaitu “kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki hasil penjualan tahunan
maksimal Rp 1 milyar dan memiliki kekayaan bersih, tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha, paling banyak Rp 200 juta industri rumah tangga dengan pekerja 1-4 orang
dan industri kecil dengan pekerja 5-19 orang” (BPS,1999). Perkembangan industri keripik
tempe di Kota Malang mengalami perkembangan yang cukup pesat seiring dengan
banyaknya wisatawan yang singgah di Kota Malang pada saat ini.
Industri keripik tempe di Kota Malang bergantung terhadap ketersediaan bahan baku
merupakan faktor pendukung utama yang harus tersedia, apabila tidak ada bahan baku maka
proses produksi juga tidak akan berjalan dengan baik. Bahan baku untuk membuat keripik
tempe adalah tempe. Bhan baku diperoleh dari sentra produksi tempe yaitu di daerah Sanan,
Kecamatan Blimbing. Hal ini disebabkan dengan kedekatan geografis lokasi penghasil tempe
dengan industri kripik tempe tersebut, selain itu ada juga dari beberapa industri yang
memproduksi tempe sendiri. Kebutuhan bahan baku keripik tempe mencapai 200kg – 300kg
per hari atau lebih dari 5000kg per bulan.
Ketersediaan bahan baku akan membuat produksi keripik tempe menjadi lancar, akan
tetapi jika bahan baku tidak ada maka hal ini akan menjadi hambatan bagi para pemilik
industri keripik tempe untuk menghasilkan produksi.
Melambungnya harga kedelai mempengaruhi pengadaan bahan baku industri keripik tempe.
Bahwa faktor harga bahan baku akan menghambat proses produksi, baik itu tempe sebagai
bahan baku yang berimbas otomatis terhadap produksi keripik tempe itu sendiri. Akan tetapi
pemilik industri yang menyatakan jika ketersediaan bahan baku yang kadang terlambat
datang juga menjadi penghambat dalam proses produksi.
Alat transportasi sangat berpengaruh terhadap memperoleh bahan baku serta dalam
proses distribusi hasil produksi. Alat transportasi yang digunakan beragam meliputi sepeda
motor, mobil pribadi, ataupun mobil box. Ongkos transportasi yang mereka keluarkan per
hari kurang dari 100 ribu karena kendaraan yang digunakan hanya sepeda motor, beberapa
pemilik industri yang lainnya menyatakan ongkos transportasi yang mereka keluarkan antara
100 ribu sampai 500 ribu karena kendaraan yang mereka gunakan mobil pribadi atau mobil
box, dan beberapa pemilik industri yang mengatakan bahwa mereka selain ada mobil mereka
juga menggunakan beberapa unit sepeda motor yang mengakbatkan pengeluaran mereka
membengkak.
Keripik tempe yang diproduksi memerlukan strategi pemasaran yang baik supaya
dapat dijual dan diterima dengan baik oleh konsumen. Pemasaran yang dilakukan pemilik
industri melalui bermacam macam strategi pemasaran yaitu baik secara grosir, eceran, dan
transaksi online. Selain itu ada juga yang memasarkan produk mereka dengan melakukan
pesan antar untuk mempermudah konsumen dalam mendapatkan produk keripik tempe Kota
Malang
Untuk lokasi pemasarannya, responden menyatakan bahwa mereka memasarkan hasil
produksi keripik tempe mereka di tempat produksi, yaitu rumah mereka masing-masing.
Karena apabila mereka harus memasarkan hasil produksi mereka tidak pada tempat produksi
atau rumah mereka masing-masing maka biaya produksi yang harus dikeluarkan juga
menjadi bertambah untuk proses pengiriman produk. Jumlah keripik tempe yang mampu di
pasarkan tiap bulannya, responden menyatakan beragam antara 1000 pack hingga ada yang
menyatakan lebih dari 5000 pack yang mampu dipasarkan tiap bulannya. Akan tetapi mulai
banyaknya pelaku industri baru keripik tempe menjadi faktor penghambat pemasaran hasil
produksi keripik tempe. Banyaknya persaingan pasar menimbulkan efek yang tidak sehat
bermunculan yaitu perang harga untuk menarik ataupun berebut konsumen.
Permintaan pasar merupakan tingkat permintaan konsumen terhadap hasil industri
keripik tempe ini yang meliputi produk kerajinan keripik tempe yang sudah jadi. Keripik
tempe rasa rasa paling diminati di pasaran sedangkan keripik tempe original baik yang
berbentuk kotak maupun bulat tetap mempunyai peminat tersendiri.
Industri keripik tempe di Kota Malang menjadi produk unggulan. Hal ini dikarenakan
pelaku industri keripik tempe di Kota Malang telah melaksanakan prinsip kriteria ramah
lingkungan. Langkah pertama yang dilakukan yaitu: prinsip pencegahan pencemaran
(pollution prevention). Prinsip ini adalah “dasar bagi terciptanya kondisi yang sangat
minim dihasilkannya bahan pencemar” (Sulaeman, 2007). Keseluruhan responden
menyatakan telah melakukan pencegahan pencemaran meliputi pemilihan bahan baku,
pemakaian hemat bahan-energi-air, perawatan peralatan, SDM yang cakap dalam proses dan
pegelolaan lingkungan. Langkah kedua yang dilakukan yaitu: Prinsip pengendalian
pencemaran (pollution control). Prinsip ini diterapkan bila pencemaran atau limbah
masih dihasilkan dalam suatu proses produksi. Maka, yang dapat dilakukan adalah
“mengendalikan bahan pencemar atau limbah tersebut agar tidak mencemari pekerja,
produk dan lingkungan sekitar. Upaya yang dapat dilakukan adalah mengolah limbah
tersebut untuk menurunkan tingkat bahayanya atau menurunkan tingkat pencemarnya atau
menjadikannya bahan yang lebih bermanfaat/bernilai ekonomi” (Sulaeman, 2007). Dalam
hal ini pemilik industri telah melakukan pengendalian bahan pencemar, mengolah limbah
dengan menjadikannya bahan yang lebih bermanfaat atau bernilai ekonomi. Langkah ketiga
yaitu: prinsip remediasi atau pemulihan (remediation), seluruh pemilik industri telah
melakukan pemulihan jika sampai terjadi pencemaran. Ketiga prinsip ini telah dijalankan
dengan baik oleh pelaku industri keripik tempe di Kota malang karena para pelaku juga
memperhatikan tentang kebersihan produk serta eksistensi mereka dalam industri keripik
tempe agar keripik tempe tetap menjadi produk unggulan di Kota Malang.
Sebagai produk unggulan di Kota Malang, industri keripik tempe mempunyai pasar
yang mencapai skala nasional, beberapa pemilik industri juga menyatakan jika industri
keripiknya telah mencapai tingkat internasional, khususnya di Amerika Serikat.
Produktivitas merupakan penggambaran kaitan antara hasil atau keluaran dengan
sumber atau masukan yang dipakai. Jika biaya operasional yang dibutuhkan dalam suatu
proses produksi, maka akan berkaitan dengan pendapatan yang dihasilkan dalam proses
produksi tersebut. Karena suatu industri akan memperhitungkan jumlah berapa yang
dikeluarkan dan memprediksi berapa yang akan menjadi pemasukan. Pemilik industri keripik
tempe menyatakan jika kebutuhan biaya operasional harian yang mereka butuhkan dalam
sehari mencapai lebih dari 500 ribu. Biaya operasional tersebut mencakup ongkos produksi,
bahan baku, ongkos transportasi,dan lain lain yang rata rata per harinya mencapai 1 juta
hingga 3 juta rupiah.
Pendapatan bersih industri keripik tempe tergolong tinggi, yaitu antara 10 juta hingga
20 juta per bulan. Pendapatan bersih tersebut diperoleh dari 15% keuntungan dari produk
yang dijual. Pendapatan sebesar itu menunjukkan jika industri keripik tempe di Kota Malang
merupakan usaha yang menjanjikan ditinjau dari sisi penghasilan bersih per bulan.
Modal merupakan salah satu faktor utama untuk mendirikan suatu industri., karena
tanpa tersedianya modal maka kegiatan produksi suatu industri akan terhambat. Pemilik
industri dalam memulai usahanya sebagaian besar menggunakan modal dengan uang mereka
masing-masing atau modal sendiri. Modal awal pemilik industri keripik tempe dalam
memulai usahanya adalah
± Rp 5.000.000. Jumlah modal tersebut digunakan pada kisaran tahun 1990 - 2005 dalam
merintis usahanya. Pada industri keripik tempe yang memulai merintis usaha pada tahun
2005 hingga sekarang, pemilik industri menyatakan jika modal awal usaha mereka berkisar
antara 5 juta sampai 10 juta, dan kebanyakan mereka yang baru memulai industri ini
mendapatkan modal dari pnjaman bank yaitu BRI (Bank Rakyat Indonesia) melalui program
KUR (Kredit Usaha Rakyat).
Hambatan pengadaan modal pada industri keripik tempe adalah pada bunga tinggi,
hal ini dinyatakan dengan jumlah presentasi yaitu 100%. Bunga yang harus diberikan kepada
Koperasi atau Bank yang tinggi serta jaminan apabila peminjam modal tidak bisa membayar
bunga terlalu besar maka pemilik industri keripik tempe memilih menggunakan modal
mereka sendiri walaupun dalam jumlah yang relatif kecil.
Dengan konteks yang hampir sama dengan penelitian ini, penelitian yang dilakukan
oleh Listyaningtyas dengan judul “Permasalahan Permodalan Pada Beberapa Usaha Kecil
di Kota Malang”. Hasil penelitian Listyaningtyas dimana permodalan pada usaha kecil
jumlahnya kecil. Hal ini dikarenakan “usaha kecil memiliki keterbatasan mengakses
informasi dan adanya suku bunga yang tinggi. Pemanfaatan modal masih sangat bergantung
jumlah modal yang dimiliki dan keadaan pasar, sedangkan pemanfaatan modal masih
terkendala besarnya modal yang dimiliki dan keterbatasan pengetahuan mengenai
produksi”(Listyaningtyas, 2010).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu dinyatakan produk
keripik tempe ini menjadi produk unggulan karena merupakan industri yang ramah
lingkungan dan mempunyai orientasi pasar mulai dari kawasan regional, nasional, hingga
internasional. Selain itu ditunjukkan dalam penelitian ini yaitu tingginya produktivitas
industri keripik tempe yang tinggi dengan daya saing produk yang tinggi. Terdapat
keterkaitan antara besar pendapatan bersih per bulan dengan omset tahunan yang dihasilkan,
modal awal, dan biaya operasional yang dikeluarkan dalam proses produksi.
Teknologi yang digunakan dalam industri keripik tempe ini meliputi segala alat-alat
yang digunakan mulai dari proses produksi industri keripik tempe hingga proses
pemasarannya. Hambatan dalam penggunaan alat alat berteknologi ini meliputi alat-alat yang
digunakan serta ketahanan alat tersebut mencapai berapa lama yang dihitung dalam tahun.
Alat-alat yang digunakan untuk produksi keripik tempe apabila cepat rusak, maka biaya yang
harus dikeluarkan oleh pemilik industri juga bertambah.
Alat yang digunakan industri keripik tempe di Kota Malang merupakan perpaduan
antara tradisional dan modern. Dapat diketahui bahwa yang menjadi hambatan utama pada
teknologi adalah pada teknologi yang modern tetapi harganya mahal sehingga modal tidak
mencukupi. Akan tetapi, berdasarkan survei, teknologi atau alat-alat yang digunakan untuk
produksi di industri keripik tempe di Kota Malang dikategorikan alat-alat yang modern.
Penggunaan alat-alat produksi yang modern membutuhkan biaya yang relatif tinggi.
Sedangkan dari segi pengetahuan diketahui bahwa pelaku industri tidak termasuk gagap
teknologi, karena sebenarnya mereka mengetahui teknologi modern, hanya saja terhambat
oleh faktor harga.
Jenis alat yang digunakan juga menjadi hambatan dalam produktivitas yaitu alat yang
digunakan tergolong alat tradisional atau modern. Apabila alat yang digunakan modern maka
akan berpengaruh pada banyaknya perawatan dalam satu tahun pemakaian serta biaya yang
harus dikeluarkan oleh pemilik industri dalam merawat alat yang digunakan. Dalam proses
produksi keripik tempe ini alat yang digunakan yaitu alat pemotong tempe, penggorengan,
dan proses pengemasan, perawatan dilakukan 2 kali dalam setahun terhadap alat tersebut.
Pemilik industri menyatakan jika alat tesebut mempunyai ketahan 1-5 tahun. Ketahanan alat
yang digunakan tersebut disertai dengan perawatan alat yang dilakukan berkala.
Produktivitas industri keripik tempe di Kota Malang tergolong tinggi, karena banyak
persaingan yang membuat daya saing produk menjadi tinggi. Jika diuraikan mengenai
produktivitas suatu industri, seperti industri keripik tempe di Kota Malang nantinya akan
berpengaruh terhadap tingkat daya saing produknya, dimana diketahui bahwa, “jika
produktivitas rendah, menyebakan daya saing produk juga rendah”. Hal ini selaras dengan
teori Porter (1980), yang menyatakan bahwa “terdapat indikator- indikator internal dan
eksternal yang mempengaruhi daya saing, dan pencapaian daya saing dipengaruhi oleh faktor
eksternal (pemasok, pesaing, pembeli) dan faktor internal (bahan baku dan modal)”(Porter,
1980).

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa: 1) Karakteristik pengusaha industri


keripik tempe di Kota Malang secara umum memiliki jumlah pekerja 4-19, mempunyai aset
industri tidak lebih dari 200 juta, serta omset tahunan yang tidak lebih dari satu miliar per
tahunnya. 2) Keripik tempe menjadi produk unggulan di Kota Malang karena bahan yang
mudah didapatkan dari usaha tempe masyarakat sekitar yang merupakan produk yang tidak
tahan lama, agar tahan lama maka dibuatlah keripik tempe, keripik tempe mampu
berkembang dari generasi ke generasi dengan inovasi berbagai aneka rasa, berdaya saing
handal dengan produk yang berkualitas, memberikan peluang kerja bagi masyarakat lokal
serta dipasarkan mulai dari kawasan regional, nasional, sampai internasional. 3)
Produktivitas industri keripik tempe di Kota Malang tergolong tinggi, yaitu mencapai biaya
operasional harian yang mereka butuhkan dalam sehari mencapai lebih dari 500 ribu, dan
pendapatan per bulannya antara 10 juta hingga 20 juta.

Daftar Rujukan

Agus, 2010. Produktivitas. Online, (http://aguswibisono.com/2010/produktivitas/) diakses


tanggal 10 Mei 2012
Alkadri, dkk. 2001. Komoditas Unggulan. Online, (http:// ubaidillah-
sevenmission.blogspot.com/2010/05/komoditas-unggulan-dan-peluang-usaha.html)
diakses tanggal 10 Mei 2012

BPS .1999. Statistical Yearbook of Indonesia 1998. Biro Pusat Statistik, Jakarta.
Buku Guru Geografi SMA dan MA kelas XII. 2012. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri:
Solo
Cahyana, Ahmadjayadi. 2001 Produk unggulan daerah. Online, (http://
ugm.ac.id/data/Buku%2520Produk%2520Unggulan%2520Purbalingga+Cahyana,+A
hmadjayadi.+2001+Produk+unggulan+daerah) diakses tanggal 7 Mei 2012
Dian, dkk. 2010. Faktor faktor penghambat produktivitas industri keramik di Dinoyo. Jurnal
Penelitian: Universitas Negeri Malang, Malang.
Disperindag. 2010. Data Perindustrian Kanwil Malang. Malang: Disperindag RI.
Gary & Kennet. 1995. Produktivitas. Online, (http://www.
thesis.binus.ac.id%2FDoc%2FBab2Doc%2Fbab2_97-02.doc) diakses tanggal 10
Mei 2012.
Kuncoro, Mudrajad.2000. Usaha Kecil di Indonesia: Profil, Masalah dan Strategi
Pemberdayaan. Jurnal Penelitian: Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Listyaningtyas, Dika. 2010. Permasalahan Permodalan Pada Beberapa Usaha Kecil di Kota
Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Mali, Paul. 1978. Produktivitas. Online, (http://binus.ac.id) diakses tanggal 7 Mei 2012.
Nasution, Rozaini.2003. Teknik Sampling. Online, (http:// lib.usu.ac.id) diakses tanggal 26
September 2011
Porter, Michael.1980. Five Forces. Online, (http://www.scribd.com) diakses tanggal 12 Juli
2012
Rahman, Fitria. 2010. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja
pada Industri Kecil Keripik Tempe di Sanan, Kel. Purwantoro, Kota Malang. Skripsi
tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Rahmayanti, Ira.2007. Kajian Pengembangan Industri Kecil dan Rumah Tangga Berbasis
Komoditi Unggulan di Kabupaten Subang (jurnal skripsi: industri kecil dan rumah
tangga, komoditas unggulan, Subang). Online, (http:// lib.itb.ac.id) diakses tanggal 26
September 2011
Saleh, Irzan Azhary. 1986. Industri kecil dan rumah tangga dalam perekonomian Indonesia.
Jakarta.
Sugiyono. 2007. Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dan r&d. Alfabeta: Bandung
Sulaeman, Dede. 2007. Agro Industri ramah lingkungan. Subdit Pengelolaan Lingkungan,
Dit. Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Deptan.
Swasta, Basu & Sukotjo, Ibnu. 1998. Pengantar Bisnis Modern. Liberty: Yogyakarta
Undang-Undang No. 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil. 1996. Jakarta.
Wikipedia. 2011. Keripik tempe. Online,(http://www.wikipedia.com) diakses tanggal 7 Mei
2012.
Wikipedia. 2011. Teknologi. Online,(http://www.wikipedia.com) diakses tanggal 7 Mei
2012.
Wikipedia. 2011. Modal. Online,(http://www.wikipedia.com) diakses tanggal 7 Mei 2012.
Wikipedia. 2011. Tenaga Kerja. Online,(http://www.wikipedia.com) diakses tanggal 7 Mei
2012.
Winardi. 1992. Pendapatan. Online, (http:// id.shvoong.com/writing-and-
speaking/presenting/2061554-pengertian-pendapatan) diakses tanggal 10 Mei 2012.
Yusuf, Jopie. 2006. Biaya Operasional. Online,
(http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=24216) diakses tanggal 10 Mei 2012.
_.2005. Analisis Variabel Variabel yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada
Industri Kecil Kripik Tempe di Kecamatan Blimbing Kota Malang, (online,
http://jurnalskripsi.com) (jurnal skripsi: analisis-variabel-variabel-yang-
mempengaruhi-penyerapan-tenaga-kerja-pada-industri-kecil-kripik-tempe-di-
kecamatan-blimbing-kota-malang-pdf), diakses tanggal 26 September 2011
_.2006. Pengertian, Definisi, Macam, Jenis dan Penggolongan Industri di Indonesia-
Perekonomian Bisnis, (online, http://id.organisasi.org) komunitas/perpustakaan
online Indonesia: Pengertian-Definisi-Macam-Jenis-dan-Penggolongan Industri-di
Indonesia-Perekonomian Bisnis), diakses tanggal 7 Mei 2010.

Anda mungkin juga menyukai