Anda di halaman 1dari 20

SPO Penggunaan DC-SHOCK (Defibrilator)

April 22, 2016

Pengertian
Memberikan tindakan arus listrik searah pada otot jantung melalui dinding dada dengan
menggunakan defibrillator

Tujuan
Menghilangkan aritmia ventrikel yang spesifik pada henti jantung dan kelainan organic jantung
lainnya

Prosedur
A. Alat dan bahan
1. Alat Defibrilator
2. Jelly
3. Elektroda
4. Obat-obat sedasi bila perlu (dormikum, atau analgesic lainnya)
B. Penatalaksanaan
1. Memberikan penjelasan kapada keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Mengatur posisi pasien sesuai kebutuhan
3. Memberikan sedative, atau analgesic bila perlu
4. Memasang elektrode dan menyalakan EKG monitor
5. Cek ulang gambaran EKG dan print gambaran EKG tersebut untuk mencegah kekeliruan
6. Set kebutuhan joule sesuai indikasi (untuk defibrilasi mulai dengan 150 joule untuk cardioversi
mulai dengan 50 joule)
7. Pegang peddic 1 dengan tangan kiri, letakkan pada daerah mid sternumk dan paddle 2 dengan
tangan kanan pada daerah mid aksila
8. Sambil mengatur letak kedua paddle, beri aba-aba agar staff yang lain tidak ada yang menyentuh
pasien ataupun bad pasien
9. Bila terdengar tanda ready dan mesin defibrilator, tekan tombol DC shock dengan jempol agar arus
masuk dengan baik.
10. Amati EKG monitor, bila tidak ada perubahan lanjutkan dengan memberi watt second yang lebih
tinggi
11. Bila gambaran EKG sudah sinus dan stabil, hentikan tindakan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan


1. Bila terjadi asistole, lakukan segera tindakan RJP
2. Tindakan-tindakan DC shock dihentikan bilamana tidak ada respon
3. Setiap perubahan gambaran EKG harus di print

Unit terkait
Unit Gawat Darurat / UGD.
SOP PEMASANGAN KATETER URINE
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Tindakan Keperawatan : Pemasangan Kateter Urine
1 Pengertian Kateter adalah selang yang digunakan untuk memasukkan
atau mengeluarkan cairan. Kateterisasi urinarius adalah
memasukkan kateter melalui uretra ke dalam kandung kemih
dengan tujuan mengeluarkan urin. Kateterisasi urine sedapat
mungkin tidak dilakukan kecuali bila sangat diperlukan,
karena dapat menyebablkan infeksi nosokomial
2 Tujuan 1. Untuk mengambil sample urine guna pemeriksaan kultur
mikrobiologi dengan menghindari kontaminasi.
2. Pengukuran residual urine dengan cara, melakukan regular
kateterisasi pada klien segera setelah mengakhiri miksinya
dan kemudian diukur jumlah urine yang keluar.
3. Untuk pemeriksaan cystografi, kontras dimasukan dalam
kandung kemih melalui kateter.
4. Untuk pemeriksaan urodinamik yaitu cystometri dan uretral
profil pressure.
3 Hal-hal yang1. Observasi letak meatus uretra
harus 2. Kaji adanya riwayat penyakit genetalia.
diperhatikan3. Kaji waktu berkemih terakhir.
4 Alat yang1. Bak instrumen steril berisi : pinset anatomis, kasa
dibutuhkan 2. Kom
3. Kateter sesuai ukutan
4. Sarung tangan steril
5. Sarung tagan bersih
6. Cairan antiseptic
7. Spuit 10 cc atau 20 cc berisi aquadest/NaCl steril
8. KY jelly
9. Urine bag
10. Plaster
11. Gunting verban
12. Selimut mandi
13. Tirai/sampiran
14. Perlak dan pengalas
15. Bengkok/nierbekken
16. Tempat specimen (jika perlu)
Pelaksanaan Tahap Pra Interaksi
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan
tujuan tindakan yang akan dilaksanakan.
4) Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
5) Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis
serta tidak mengancam.
6) Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
7) Privacy klien selama komunikasi dihargai.
8) Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan
perhatian serta respek selama berkomunikasi dan melakukan
tindaka.
9) Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan
dilakukan)

Tahap Orientasi
1. Memperkenalkan diri
 Mengucapkan salam terapeutik dan memeprkenalkan diri
 Validasi data : nama klien dan data lain terikat
2. Meminta persetujuan tindakan
 Menyampaikan/menjelaskan tujuan tindakan
 Menyampaikan/menjelaskan langkah-langkah prosedur
3. Membuat kontrak dan kesepakatan untuk pelaksanaan
tindakan

Tahap Interaksi
1. Memberikan sampiran dan menjaga privacy
2. Mengatur posisi pasien (wanita:posisi dorsal recumbent,
pria:posisi supine dan melepaskan pakaian bawah
3. Memasang perlak, penglas di bawah bokong pasien
4. Menutup area pinggang dengan selimut pasien serta
menutup bagian ekstremitas bawah dengan selimut mandi
sehingga hanya area perineal yang terpajan
5. Meletakkan nierbekken di antara paha pasien
6. Menyiapkan cairan antiseptic ke dalam kom
7. Gunakan sarung tangan bersih
8. Membersihkan genetalia dengan cairan antiseptic
9. Buka sarung tangan dan simpan nierbekken atau buang ke
kantong plastic yang telah disediakan
10. Buka bungkusan luar set kateter dan urin bag dan kemudian
simpan di alas steril. Jika pemasangan kateter dilakukan
sendiri, maka siapkan KY jelly di dalam bak sterik. Jangan
menyentuh area steril
11. Gunakan sarung tangan steril
12. Buka sebagian bungkusan dalam kateter, pegang kateter dan
berikan jelly pada ujung kateter (dengan meminta bantuan
atau dilakukan sendiri) dengan tetap mempertahankan teknik
steril
Pada laki-laki
13. Posisikan penis tegak lurus 900 dengan tubuh pasien

Pada wanita
14. Buka labio minora menggunakan ibu jari dan telunjuk atau
telunjuk dengan jari tengah tangan tidak dominan
15. Dengan menggunakan pinset atau tangan dominan,
masukkan kateter perlahan-lahan hingga ujung kateter.
Anjurkan pasien untuk menarik nafas saat kateter
dimasukkan. Kaji kelancaran pemasukan kateter jika ada
hambatan berhenti sejenak kemudian dicoba lagi. Jika masih
ada tahanan kateterisasi dihentikan.
16. Pastikan nierbekken yang telah disiapkan berasa di ujung
kateter agar urine tidak tumpah. Setelah urin mengalir, ambil
specimen urin bila diperlukan. Lalu segera sambungkan
kateter dengan urine bag
17. Kembangkan balon kateter dengan aquadest/NaCl steril
sesuai volume yang tertera pada label spesifikasi kateter yang
dipakai
18. Tarik kateter keluar secara perlahan untuk memastikan balon
kateter sudah terfiksasi dengan baik dalam vesika urinaria.
19. Bersihkan jelly yang tersisa pada kateter dengan kasa
20. Fiksasi kateter:
 Pada pasien laki-laki difiksasi dengan plester pada abdomen
 Pada pasien wanita kateter difiksasi dengan plester pada
pangkal paha
21. Menempatkan urine bag di tempat tidur pada posisi yang
lebih rendah dari kandung kemih
22. Lepaskan duk dan pengalas serta bereskan alat
23. Lepaskan sarung tangan
24. Rapihkan kembali pasien

Tahap Terminasi
1. Menginformasikan hasil tersebut kepada klien dan evaluasi
tujuan
2. Kontrak pertemuan selanjutnya dan mengucapkan salam
terminasi
3. Merapikan alat dan mengembalikan ke tempat semula (ruang
penyimpanan).
4. Mencuci tangan

Tahap Evaluasi
1. Mengobservasi respon klien selama dan sesudah prosedur
pemasangan kateter.
2. Mengevaluasi produksi urine
Tahap Dokumentasi
1. Mencatat prosedur dan respon klien selama prosedur
2. Mencatat waktu tindakan (hari tanggal, jam).
3. Mencatat nama perawat yang melakukan tindakan/tanda
tangan
5 Referensi

http://nersrisal.blogspot.com/2015/07/sop-pemasangan-kateter-urine.html
LEPASAN KATETER
1. Tahap preinteraksi :
a. Menyiapkan alat : Sarung tangan, spuit 10 cc, cairan antiseptik, kantong plastik
kuning, kapas alkohol, kasa.
b. Membaca catatan medis keperawatan dan verifikasi order
c. Membaca bismillah dan mencuci tangan
2. Tahap orientasi
a. Mengucapkan salam “ assalamualaikum”
b. Memanggil nama klien dan memverifikasi dengan nama yang ada direkam medis
“Ny. S umur 60 tahun alamat Pundong, Bantul”
c. Memperkenalkan diri “perkenalkan ibu nama saya fistalina sukmianti, saya
mahasiswa praktek dari keperawatan UMY”
d. Menjelaskan prosedur dan tujuan“pada pagi ini saya akan melakukan pelepasan
selang yang digunakan untuk pipis ya bu, dikarenakan kondisi ibu sudah membaik
dan untuk mengurangi adanya infeksi bakteri pada saluran kencing ibu.
e. Kontrak waktu “ baik ibu untuk prosedurnya nanti dibutuhkan waktu kurang lebih 10
menit ”
f. Menanyakan kesediaan, dan mempersilahkan bertanya “ baik ibu dari penjelasan
saya tadi apakah ibu bersedia? Jika iya sebelumnya ada yang ingin ibu tanyakan?”
g. Menjaga privasi klien “ permisi yaa ibu saya tutup tirainya dahulu”.
3. Tahap kerja
a. Mempersiapkan alat dan mendekatkan kepada pasien
b. Memakai sarung tangan
c. Memohon ijin untuk membuka celana pasien dan memposisikan klien tendernburg
d. Membuang urin yang masih tersisa di urin bag dan mengobservasi : jumlah 500 cc
berwarna kuning dan tidak terdapat gumpalan darah. Dan memasukan urin bag
dalam kantong plastik kuning
e. Mengeluarkan isi balon dari kateter dengan menggunakan spuit 10cc
f. Menarik kateter dan menginstruksikan kepada klien untuk tarik nafas panjang
melalui hidung dan dikeluarkan perlahan melalui mulut.
g. Mengolesi daerah labia mayora dan minora dengan cairan antiseptik
h. Mengembalikan posisi dan pakaian pasien
i. Membereskan alat dan melepas sarung tangan serta mencuci tangan
j. Mengevaluasi hasil tindakan : baik ibu ini selangnya sudah saya lepas, apabila ibu
merasakan panas dan ada mengompol bisa dilaporkan pada perawat ya bu, saya
anjurkan untuk ibu membiasakan kembali pipi 2-3 x sehari agar ibu dapat berkemih
dengan jumlah yang normal kembali
4. Tahap terminasi
a. Respon klien : klien mengatakan “merasa nyeri saat ditarik selang untuk pipis”
b. Melakukan kontrak waktu selanjutnya “ baik ibu, nanti jam 12 saya akan menemui
ibu lagi untuk memberikan obat oral ya bu?”
c. Mengucap salam “ kalau begitu saya permisi ibu, assalamualaikum, syafakillah bu”.
d. Mencuci tangan

http://ilmukeperawatandankesehatan.blogspot.com/2016/01/sop-pelepasan-kateter.html
PEMASANGAN DAN UP / PELEPASAN IVFD ( INTRA VENNES FLUID DRIP )

Pengertian IVFD adalah memasukakn cairan atau obat langsung kedalam pembuluh darah vena
dalam jumlah banyak dan dalam waktu tertentu dengan menggunakan infus set

Tempat pemasangan : vena – vena yang lurus pada daerah lengan : vena metacarpal ( daerah
punggung tangan ) , vena radialis ( pergelangan tangan ) , vena basilica ( pergelangan tangan dalam ) ,
vena sepalica ( pergelangan tangan diluar ) bisa juga daerah vena umblicius, vena frontalis dan
temporalis (pada bayi dan anak ) , vena spahenous , dorsalis pedis .

Cairan – cairan infus yang digunakan : cairan isotonik RL (Ringer lakttat), Nacl , cairan hipertonik D5
sama D10 (Dekstrosa) , cairan hipotonik : plasma , serum

Tujuan :

 · Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

 · Untuk memasukan obat melalui intravena

 · Untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit

Indikasi :

 · Untuk pasien dehidrasi

 · Untuk pasien GE ( Gastroenteritis )

 · Untuk pasien intoxitas berat

 · Untuk pasie shock hypovolemik

 · Untuk pasien pre dan pasca bedah ( operasi )

Kontra indikasi

 · Emboli udara ( masuknya gelembung udara pada pembulu udara )

 · Timbulnya reaksi alergi

 · Edema hematom

 · Edema paru ( kelebihan cairan didaerah paru-paru )

 · Infeksi

Persiapan alat

 · Standar infus

 · Infus set : (macroset,microset,bloodset)


 · Cairan seseuai kebutuhan (RL,NaCL,D5)

 · Abocath (24: Bayi. 22: anak 20-18: dewasa)

 · Zeel (pengalas,perlap)

 · Tourniquet/pembendung

 · Kapas alcohol 70%

 · Plester dan gunting perban

 · Kassa steril

 · Bengkok / nierbeken

 · Jam tangan

 · Alat untuk dokumentasi

 · Sarung tangan / handscoon

 · Baki instrument

 · Kom kecil

A. Prosedur pemasangan :

 · Cuci tangan

 · Informed consent

 · Pasangkan handscoon

 · Dekatkan alat

 · Pasang sampiran bila perlu

 · Atur posisi pasien

 · Buka kemasan infus set

 · Pastikan roller clamp nya sudah tertutup

 · Kemudian alirkan cairan infus dengan jentikan jari terlebih dahulu , kemudian buka
roller clamp lalu alirkan cairan infus infus nya jangan sampai ada emboli udara

 · Letakan zeel dibawa tangan pasien jika pemasangan dilakukan dibagian daerah tangan

 · Dekatkan semua alat

 · Bendung tourniquet dan juga suruh pasien untuk mengepal tangan nya

 · Ri bagian daerah veba yang tidak bercabang

 · Jika sudah dipastikan vena mana yang akan ditusuk disinfeksi dengan kapas alcohol 70%

 · Ambil abocath dan tusuk dengan 300 – 450 sambil tangan pasien disuruh genggam
 · Tusuk dengan kemiringna 3600 kemudian turunnkan secara mendatar dan telusuri
apabila ada darah lepaskan jarum bagian dalam yang diabocath kemudian sambungkan
dengan selang selang infus set

 · Kemudian lakukan fiksasi bentuk piita dengan menggunakan plester dan kassa

 · Kemudian atur GTT dengan menggunakan jam sesuai dengan dosis yang diberikan

 · Evaluasi respon pasien

 · Bereskan alat – alat

 · Lepaskan handscoon dan cuci tangan

 · Dokumentasi : Kemudian catat nama pasien, nama perawat berapa GTT diberikan,
waktu, jumlah cairan dan tanda-tanda infeksi seperti: lubor,kalor,tumor,dolor,fungsiolosa

B. Proses Pelepasan / UP infus

Persiapan alat alat

 · Nierbeken / bengkok

 · Kapas alcohol 70%

 · Kasa

 · Plester

 · Handscoon

 · Baki instrument

 · Gunting perban

 · Kom kecil

 · Zeel

Prosedur pelepasan / UP infus

 · Informed consent

 · Dekatkan alat-alatnya

 · Pasang sampiram bila perlu

 · Cuci tangan

 · Pasang handscoon

 · Letakan zeel dibawah tangan pasien agar tidak kotor apabila ada darah yang keluar

 · Roller clamp nya harus tertutup terlebih dahulu untuk supaya aliran cairan infus nya
berhenti
 · Kemudian beri kapas alcohol dibagian plester infus pasien supaya apabila plester pasien
nya dilepas pasien tidak merasakan kesakitan.

 · Setelah plester diselang infus nya lepas semua tarik jarum abocatnya yang ditangan
pasien secara perlahan .

 · Kemudian selang infusnya masukan kedalam nirbeken

 · Kemudian deep bagian yang ditusuk tadi dengan kapas alcohol suoaya darahnya tidak
keluar kemana-mana

 · Ambil kasa steril kemudian fiksasi bagian tusukan tadi dengan menggunakan plester
yang sudah dipotong dan dipersiapkan terlebih dahulu.

 · Setelah selesai evaluasi respon pasien

 · Rapikan semua alat

 · Lepas handscoon dan cuci tangan.

https://www.google.com/search?
q=pemasangan+iufd&btnG=Telusuri&safe=strict&rlz=1C1CHFX_enID774ID774

Standard Operational Procedure Give Oxygen)

Nama :
NIM :
Jurusan :

VARIABEL YANG DINILAI NILAI

0 1 2

PERALATAN
• Oksigen device yang dibutuhkan sesuai order dokter (1)
• Tabung oksigen (1)
• Selang oksigen (1)
• Oksigen flowmeter (1)
• Humidifier (1)
• Air steril untuk mengisi humidifier (1)
• Tisu (1)
• Bengkok (2)
- Bengkok yang berisi Lysol untuk bekas handscoon dan alat
- Bengkok untuk sampah

PENGKAJIAN
1. Kaji kepatenan jalan nafas, bersihkan nostril dari sekret.
2. Kaji status pernapasan klien (mis : RR dan kedalaman pernapasan,
suara nafas, kesimetrisan pengembangan dinding dada).
3. Kaji saturasi oksigen dan analisa gas darah
4. Kaji kembali status medis klien terhadap order dokter mengenai
oksigen device yang diberikan pada klien, flow rate, dan durasinya.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Gangguan pertukaran gas
• Ketidakefektifan pola nafas

RENCANA KEPERAWATAN
1. Hasil yang diharapkan dari prosedur yang ada :
• Tanda-tanda hipoksia berkurang
• Tanda-tanda vital berada dalam batas normal
• Analisa gas darah dan saturasi oksigen berada dalam batas normal
2. Menjelaskan prosedur kepada klien

IMPLEMENTASI
1. Komunikasi dan jelaskan tujuan
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat
4. Pertahankan privasi klien
5. Gunakan handscoon bersih
6. Bersihkan nostril klien dari sekret
7. Berikan klien posisi semifowler
8. Isi humidifier dengan air. Sambungkan perangkat untuk pemberian
oksigen (oksigen device, tabung oksigen, selang oksigen, humidifier,
oksigen flow meter )
9. Naikkan oksigen flowmeter sesuai dengan instruksi dokter, rasakan
hembusan oksigen pada punggung tangan perawat
Nasal kanul
1 L/m : 24 %
2 L/m : 28%
3 L/m : 32%
4 L/m : 36%
5 L/m : 40%
6 L/m : 44% Simple face mask
5-6 L/m : 40 %
6-7 L/m : 50 %
7-8 L/m : 60 %
>8 L/m : 70 % Venturi mask
4 L/m : 24%-28%
8 L/m : 35%-40%
12 L/m : 50%-60%
Partial rebreathing mask
6 L/m : 60%
7 L/m : 70%
8 L/m : 80%
9 L/m : 90%
10 L/m : 95% Non rebreathing mask
6-15 L/m : 60%-100% Face tent
8-12 L/m : 28%-100%

10. Pasangkan oksigen device pada klien


11. Rapikan alat dan cuci tangan

EVALUASI
1. Observasi status pernapasan klien
2. Evaluasi perasaan klien
3. Monitor analisa gas darah dan saturasi oksigen
4. Monitor tabung humidifier tidak kehabisan air
5. Monitor oksigen device terpasang dengan baik pada klien

DOKUMENTASI
1. Catat tanggal dan waktu pemberian oksigen
2. Catat tipe oksigen device yang yang digunakan, flow rate, durasi
serta paraf perawat.

https://masniardi.blogspot.com/2015/10/sop-pemberian-oksigen.html#.XFFeGtL7Ts0
Pemasangan Nebulizer
PENGERTIAN
Pemberian inhalasi uap dengan obat/tanpa obat menggunakan
nebulator
TUJUAN
1. Mengencerkan sekret agar mudah dikeluarkan
2. Melonggarkan jalan nafas

I. Tahap Persiapan
A. Persiapan Pasien
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan
3. Menjelaskan langkah/prosedur yang akan dilakukan
4. Menanyakan persetujuan pasien untuk diberikan tindakan
5. Meminta pengunjung/keluarga meninggalkan ruangan
B. Persiapan Lingkungan
1. Menutup pintu dan memasang sampiran
C. Persiapan Alat
1. Set nebulizer
2. Obat bronkodilator
3. Bengkok 1 buah
4. Tissue
5. Spuit 5 cc
6. Aquades
7. Tissue
II. Tahap Pelaksanaan
1. Mencuci tangan dan memakai handscoon
2. Mengatur pasien dalam posisi duduk atau semifowler
3. Mendekatkan peralatan yang berisi set nebulizer ke bed pasien
4. Mengisi nebulizer dengan aquades sesuai takaran
5. Memasukkan obat sesuai dosis
6. Memasang masker pada pasien
7. Menghidupkan nebulizer dan meminta pasien nafas dalam sampai obat habis
8. Matikan nebulizer
9. Bersihkan mulut dan hidung dengan tissue
10. Bereskan alat
11. Buka handscoon dan mencuci tangan
III. Tahap Terminasi
1. Evaluasi perasaan pasien
2. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3. Dokumentasi prosedur dan hasil observasi
https://ngurahjayaantara.blogspot.com/2014/04/sop-pemberian-nebulizer.html
ROSEDUR TETAP PEMASANGAN VENTILATOR
SERVO 900
Pengertian
Memberikan bantuan pernafasan dengan menggunakan alat bantu pernafasan

Tujuan
– Membantu pertukaran gas kardiopulmonal (Ventilasi alveolar dan
oksigenisasi arterial)
– Meningkatkan volume paru ( meningkatkan akhir ekspirasi paru dan
kapasitas residual fungsional)
– Menurunkan work of breathing
– Perbaikan hipoxemia dan asidosis respiratori akut
– Mengatasi respiratori distress
– Mencegah dan merubah atelektasis
– Mengembalikan keadaan kelelahan otot nafas
– Keadaan yang memerlukan sedasi atau blokade neuromuscular
– Menurunkan sistemik atau myocardial oxygen consumtion
– Menurunkan tekanan intrakranial dan
– Stabilisasi tulang dada

Prosedur
A. Tahap Persiapan :
Persiapan Alat :
1. Main unit ventilator
2. Set tubing ventilator
3. Humidifier
4. Test lung
5. Aquadest steril
6. Ambu bag
7. Emergency Trolley
Persiapan Pasien : Pasien sudah terintubasi

B. Tahap Pelaksanaan :
I. Pre check dan Pre setting
1. Cek apakah ventilator sudah dibersihkan dan sirkuit sudah disterilkan.
2. Set Mode ventilator sebagai berikut :
Mode : VOL. CONTROL
Lower Alarm EXPIRED MINUTE VOL. 0 upper alarm 40
Lower Alarm O2 : 20, upper alarm : 100
TRIG. SENSITIVITY : -20
UPPER PRESS LIMIT : 80
PEEP : 0
INSP. PRESS. LEVEL : 0
Range Scale pada posisi ADULTS
3. Yakinkan EXPIRED MINUTE VOLUME dan AIRWAY PRESSURE meter
pada posisi 0
II. Pemasangan
1. Pasang set tubing ventilator, humidifier, test lung.
2. Sambungkan ventilator ke sumber listrik
3. Set tombol utama di belakang ventilator dengan cara menarik dulu baru
menekan ke atas.
4. Yakinkan indicator lampu hijau menyala.
5. Yakinkan EXPIRED MINUTE VOLUME dan AIRWAY PRESSURE pada
posisi 0
6. Yakinkan GAS SUPPLY ALARM aktif ( lampu merah menyala )
7. Yakinkan SET. MIN. VOL. ALARM & SET O2 ALARM lampu menyala
8. Hubungkan selang O2 ke konektor O2 sentral
9. Hubungkan selang pressure air ke konektor sentral.
a. Set WORKING PRESSURE normal : 60 cm H2O
b. Set PRESET INSP. MIN. VOL. Pada 7,5 L/menit, constant flow,
BREATHS/MIN 10, INSP.TIME 25 % dan PAUSE TIME 30%.
c. Tutup Y-piece/servo humidifier
d. Yakinkan AIR PRESSURE meter menunjukkan nilai yang sama
selama inspirasi dan saat berhenti dengan WORKING PRESSURE,
yaitu 60 cm H2O
10. Cek UPPER PRESS. LIMIT alarm dengan cara :
a. Set mode VOL. CONTROL
b. Tutup Y-piece/servo humidifier
c. Putar tombol UPPER PRESS LIMIT ke 55 cmH2O, yakinkan inspirasi
berhenti dan alarm menyala.
d. Kembalikan lagi tombol ke 80 cmH2O
11. Cek MINUTE VOLUME
a. Set frekuensi nafas ( BREATHS/MIN )pada 20 x/menit
b. Pasang test lung
c. Set tombol parameter pada posisi EXP. MIN. VOL. L/Min
d. Lihat pada display, EXPIRED MINUTE VOLUME meter akan terbaca
7,5  0,5 l/menit setelah beberapa menit.
12. Cek MINUTE VOLUME alarm
a. Pada Lower alarm limit : Putar tombol LOWER ALARM LIMIT pada 7,5
l/menit, yakinkan alarm akan menyala pada kisaran 7,5  0,5 l/menit
Pada Upper Alarm Limit : Putar tombol UPPER ALARM LIMIT pada 7,5
l/menit, yakinkan alarm akan menyala pada kisaran 7,5  0,5 l/menit
13. O2 alarm
a. Set tombol parameter pada O2 CONC. %
b. Set mixer O2 pada 40% sehingga terbaca pada display
c. Putar tombol LOWER ALARM LIMIT searah jarum jam , yakinkan alarm
menyala pada kisaran 36 – 44 %, lalu putar kembali ke 18%
d. Putar tombol UPPER ALARM LIMIT berlawanan arah jarum jam,
yakinkan alarm akan menyala pada kisaran 36-40%, lalu putar kembali
ke 100%.
14. APNEU ALARM
a. Set mode CPAP
b. Alarm akan menyala setelah  15 detik setelah mode diubah
15. Digital Display
a. Set tombol parameter pada BREATHS/MIN
b. Nilai akan terbaca pada display sesuai dengan nilai yang di set pada
tombol BREATHS/MIN
16. Cek PRESSURE LEVEL
a. Set mode pada PRESS. CONTR.
b. Set BREATHS/Min pada nilai paling rendah
c. Set PEEP pada + 10 cmH2O
d. Set INSP. PRESS. LEVEL pada + 10 cmH2O
e. Yakinkan nilai yang terbaca pada AIRWAY PRESSURE meter pada
kisaran +20  2 cmH2O.
f. Kembalikan posisi PEEP dan INSP.PRESS. LEVEL pada 0
g. Kembalikan set mode ke VOL. CONTR,
17. Set mode sesuai kebutuhan dan kondisi pasien ( sesuai indikasi )
18. Sambungkan ke pasien melalui ETT

III. Mode Ventilator

A. VOLUME CONTROL atau VOL. CONTR. + SIGH

1. Set WORKING PRESSURE pada 60


2. Set mode VOL. CONTR. Atau VOL. CONTR. + SIGH
3. Set MINUTE VOLUME : 5-10 cc/kg BB x RR
4. Set kurva aliran flow inspirasi
5. Set frekuensi nafas BREATHS/MIN : 12 – 20x/menit
6. Set INSP. TIME % :25 %
7. Set PAUSE TIME % : 10 %
8. Set Mixer O2 : 35 – 100 %
9. Set O2 LOWER ALARM LIMIT : – 10 % O2 conc. dan UPPER ALARM
LIMIT O2 CONC.% : + 10 % dari O2 Conc.
10. Set parameter selector
11. Set PEEP 5 – 15 cmH2O
12. Set UPPER PRESS.LIMIT untuk AIRWAY PRESSURE
13. Set TRIG. SENSITIVITY – 2 s/d – 20
14. Set skala INFANTS/ADULTS
15. Sambungkan ke pasien dan cek
– pergerakan dada pasien sesuai dengan respirasi rate yang diset
– tidal volume pada display
– AIRWAY PRESSURE meter
16. Set LOWER ALARM LIMIT : – 10 % MINUTE VOL dan UPPER
ALARM LIMIT : + 10 % MINUTE Vol. untuk EXPIRED MINUTE
VOLUME

B. PRESS. CONTR.

1. Set WORKING PRESSURE : 60


2. Set mode PRESS. CONTR.
3. Set BREATHS/MIn
4. Set INSP. TIME %
5. Set PAUSE TIME %
6. Set Mixer O2
7. Set O2 LOWER ALARM LIMIT dan UPPER ALARM LIMIT O2 CONC.
8. Set parameter selector
9. Set INSP. PRESS LEVEL
10. Set PEEP
11. set UPPER PRESS.LIMIT untuk AIRWAY PRESSURE
12. Set TRIG. SENSITIVITY
13. Set skala INFANTS/ADULTS
14. Sambungkan ke pasien dan sesuaikan INSP. PRESS LEVEL
sehingga tidal volume pasien terpenuhi
15. Set LOWER ALARM LIMIT dan UPPER ALARM LIMIT untuk
EXPIRED MINUTE VOLUME

C. PRESS. SUPPORT

1. Set WORKING PRESSURE


2. Set mode PRESS. SUPPORT
3. Set BREATHS/MIN
4. Set Mixer O2
5. Set O2 LOWER ALARM LIMIT dan UPPER ALARM LIMIT O2 CONC
6. Set parameter selector
7. Set INSP. PRESS LEVEL
8. Set PEEP
9. set UPPER PRESS.LIMIT untuk AIRWAY PRESSURE
10. Set TRIG. SENSITIVITY
11. Set skala INFANTS/ADULTS
12. Sambungkan ke pasien dan cek pasien dapat men-trigger ventilator,
sesuaikan INSP. PRESS LEVEL sehingga tidal volume terpenuhi
13. Set LOWER ALARM LIMIT dan UPPER ALARM LIMIT untuk
EXPIRED MINUTE VOLUME

D. SIMV

1. Set WORKING PRESSURE pada 60


2. Set mode SIMV
3. Set frekuensi nafas, LOW RATE/HIGH RATE
4. Set SIMV BREATHS/MIN
5. Set PRESET INSP. MIN. VOL. L/m
6. Set Respirasi rate BREATHS/MIN
7. Set INSP. TIME %
8. Set PAUSE TIME %
9. Set mixer O2
10. Set LOWER ALARM LIMIT dan UPPER ALARM LIMIT O2CONC.%
11. Set parameter
12. Set PEEP
13. Set UPPER PRESS. LIMIT untuk AIRWAY PRESSURE
14. Set TRIG. SENSITIVITY
15. Set skala INFANTS/ADULTS
16. Sambungkan ke pasien
17. Set LOWER ALARM LIMIT dan UPPER ALARM LIMIT untuk
EXPIRED MINUTE VOLUME.

E. SIMV + PRESS. SUPPORT

1. Set WORKING PRESSURE pada 60


2. Set mode SIMV + PRESS SUPPORT
3. Set frekuensi nafas, LOW RATE/HIGH RATE
4. Set SIMV BREATHS/MIN
5. Set PRESET INSP. MIN. VOL. L/m
6. Set Respirasi rate BREATHS/MIN
7. Set INSP. TIME %
8. Set PAUSE TIME %
9. Set mixer O2
10. Set LOWER ALARM LIMIT dan UPPER ALARM LIMIT O2CONC.%
11. Set parameter
12. Set INSP. PRESS. LEVEL
13. Set PEEP
14. Set UPPER PRESS. LIMIT untuk AIRWAY PRESSURE
15. Set TRIG. SENSITIVITY
16. Set skala INFANTS/ADULTS
17. Sambungkan ke pasien
18. Set LOWER ALARM LIMIT dan UPPER ALARM LIMIT untuk
EXPIRED MINUTE VOLUME

F. SPONTANEUS VENTILATION ( CPAP )

1. Set WORKING PRESSURE


2. Set mode CPAP
3. Set Mixer O2
4. Set LOWER ALARM LIMIT dan UPPER ALARM LIMIT O2CONC.%
5. Set parameter
6. Set PEEP
7. Set UPPER PRESS. LIMIT untuk AIRWAY PRESSURE
8. Set TRIG. SENSITIVITY
9. Set skala INFANTS/ADULTS
10. Sambungkan ke pasien
11. Set LOWER ALARM LIMIT dan UPPER ALARM LIMIT untuk
EXPIRED MINUTE VOLUME

G. MANUAL VENTILATION ( MAN )

1. Set WORKING PRESSURE


2. Set mode MAN
3. Set Mixer O2
4. Set LOWER ALARM LIMIT dan UPPER ALARM LIMIT O2CONC.%
5. Set parameter
6. Set Katup Manual Ventilation pada MAN
7. Set PRESET INSP. MIN. VOL. L/m
8. Set PEEP
9. Set skala INFANTS/ADULTS
10. Sambungkan ke pasien
11. Set LOWER ALARM LIMIT dan UPPER ALARM LIMIT untuk
EXPIRED MINUTE VOLUME
https://keperawatankritis.wordpress.com/2008/05/18/prosedur-tetap-pemasangan-ventilator-servo-
900/

Standar Prosedur Operasional Membaca EKG


(Standard Operational Procedure Reading Of
Electrocardiograf)

Pengertian Melakukan elektrokardiografi adalah merekam aktivitas elektrik


jantung pada tubuh manusia
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam melakukan
tindakan elektrokardiografi kepada klien sebagai penunjang
diagnosis medis.
Kebijakan 1. Melakukan pemasangan elektrokardiografi kepada penderita
sesuai dengan prosedur pemasangan EKG
2. Tindakan ini dilakukan pada penderita dengan gangguan
kardiologi, penderita dengan keadaan fisik lemah, penderita dengan
penurunan kesadaran
Prosedur 1. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan pada klien
dan keluarga
2. Meminta persetujuan tindakan kepada klien dan keluarga
(informed consent)
3.Menyiapkan penderita, pastikan tidak bahan-bahan logam yang
menempel pada tubuh pasien, buka baju pada bagian atas,
keringkan kulit bila berkeringat (Menggunakan kapas alkohol), dan
persiapan pemasangan electrode EKG pada lokasi yang sudah
ditentukan, berikan gel EKG pada tempat electrode diletakkan,
pengoperasian alat EKG
4. Bila sudah selesai, lepas electrode dari tubuh penderita
5. Bersihkan gel bekas tempat elektode EKG menempel dan
rapikan kembali baju pasien.
6. Matikan EKG dan merapikan kembali EKG.
7. Laporan hasil EKG ke tim medis (dokter)
Unit Terkait 1. Bidang Perawatan
2. Unit Rekam medis
3. Kelompok Kerja Fungsional Keperawatan
Referensi : Standar Prosedur Operasional Untuk Rumah Sakit

https://masniardi.blogspot.com/2015/10/sop-ekg-electrocardiograf.html#.XFGOvNL7Ts0

Anda mungkin juga menyukai