Bab 1 Sampai Bab IV
Bab 1 Sampai Bab IV
BAB I
PENDAHULUAN
budaya yang sangat kaya, hal ini sejalan dengan keanekaragaman etnik suku
bangsa dan agama yang secara keseluruhan merupakan potensi nasional yang
perlu dijaga. Kekayaan seni dan budaya juga merupakan salah satu sumber dari
untuk seni dan budaya itu sendiri tapi dapat pula dimanfaatkan untuk
para penciptanya. Kekayaan seni dan budaya yang dilindungi itu dapat
pekerja-pekerja kreatif, hasil karya yang tentunya telah melalui proses yang
kemudian baru proses produksi untuk tujuan komersial. Semua kegiatan tersebut
akan membutuhkan tenaga, biaya dan buah pikiran manusia yang sangat besar dan
rumit. Dengan perkataan lain kehadiran barang dan jasa tersebut dalam proses
2
hidup dari pihak-pihak yang berkaitan langsung ataupun tidak langsung dengan
HAKI, salah satu arti penting tersebut misalnya bagi inventor dapat menjamin
kepastian hukum baik individu maupun kelompok serta terhindar dari kerugian
akibat pemalsuan dan perbuatan curang pihak lain1, dan juga pemegang hak dapat
melakukan upaya hukum baik perdata maupun pidana dalam masyarakat umum.
pengetahuan dan teknologi maka hal ini semakin mengancam keberadaan hasil
karya seseorang, karena semakin tingginya ilmu teknologi yang berkembang pada
kekayaan intelektual seseorang. Setiap orang memiliki ide - ide pemikiran, yang
yang nyata agar dapat dilihat, diketahui dan dinikmati oleh orang banyak. Bentuk
dari hasil pemikiran tersebut kemudian dapat juga dengan mudah dibajak dan
1
www.IDKMOnline.com ditulis oleh Direktorat Jenderal industri dan Dagang Kecil Menegah.
2004.
3
diedarkan oleh seseorang baik yang dipasarkan di dalam negeri maupun ke luar
negeri.
terhadap hasil karya-karya mereka oleh dunia internasional untuk menjamin rasa
Dalam hal ini, penulis hanya menjelaskan tentang WTO. WTO adalah badan
1. Memfasilitasi perdagangan,
diadakan di negara Uruguay yang lebih dikenal dengan Uruguay Round dimana
2
Suyud Margono dan Longginus Hadi, Pembaharuan Perlindungan Hukum Merek, CV.
Vovindo Pustaka Mandiri, Jakarta, 2002., hlm. 14
4
semua ketentuan yang termasuk dalam Persetujuan TRPS (Trade Related Aspect
ini adalah Direktorat Jendaral Bea dan Cukai (selanjutnya disebut DJBC) yang
berfungsi sebagai penjaga tapal batas antar negara, mempunyai wewenang untuk
atau dari negara RI, sehingga hal tersebut dapat mempersempit ruang gerak
Terlibatnya pihak Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai salah satu
3
Sudargo dan Winata Rizawanto, Hak kekayaan intelektual, Peraturan Baru Desain Industri,
Cetakan Kedua Yang Direvisi dan Ditambah, PT. Citra Aditya bakti, Bandung, 2004., hlm. 4
5
adalah sebagai penyesuaian dan pelaksanaan dari Bab III bagian I merupakan
sesuatu keharusan Bea dan Cukai untuk melindungi HAKI4 dan bagian 4 TRIP’s
batas negara. Ketentuan ini kemudian di adopsi di dalam bagian kedua, BAB X
UU Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan yang telah diubah atau ditambah
pengendalian impor dan ekspor lalu-lintas barang hasil pelanggaran hak kekayaan
ekspor”.
Direktorat Jendaral Bea dan Cukai sebagai instansi yang bertugas sebagai
impor dan ekspor lalu-lintas barang, seperti yang tercantum dalam Pasal 1
atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta
dalam hal ini mempunyai beberapa potensi yang sangat penting terhadap
lain6:
4
Warta Bea dan Cukai, Pindah Lokasi Penimbunan Demi Kelancaran Arus Barang di
Pelabuhan, Edisi 404, Juli, 2008., hlm. 68.
5
www.bppk.depkeu.go.id, ditulis oleh Sunarno, 2008.
6
Warta Bea dan Cukai, Menuju Portal Indonesia National Single Window. Edisi 388, 2007.,
hlm. 49.
6
aparat pengawasan lalu-lintas barang, maka Bea dan Cukai akan dapat
dalam sistem distribusi dan peredaran bebas dimana akan sangat rumit dan
Sebagai wujud potensi yang dimiliki oleh Bea dan Cukai, pihak Bea dan
Tengah sebanyak satu kontainer yang berisi 712.000 keping melalui pelabuhan
pelanggaran terhadap merek, dimana pihak Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
gas elpiji yang terdapat logo pertamina, sedangkan pihak pertamina saat itu tidak
7
www.Kapanlagi.Com, 2005.
7
ada mengimpor tabung gas dari china,8 Tindakan penangguhan yang dilakukan
pihak DJBC saat itu dilakukan karena jabatan, sesuai dengan ketentuan Pasal 62
Impor Barang) terhadap barang tersebut menyalahi aturan yang ada. Selain itu
masih saja masuk dalam kategori ke dalam negara priority watch list9 dalam
pemubuatan kaset dan VCD bajakan internasional. Menurut Roger Paulus Silalahi
(Deputi anti pembajakan Asosiasi Rekaman Indonesia), hasil dari penjualan kaset
ini tidak lepas dari peranan institusi yang terkait di bidang penegakan HAKI.
Salah satunya institusi tersebut adalah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dimana
keluar dan dipasarkan di pasaran, merupakan bukti dari masih lemahnya norma-
permintaan penangguhan terlebih dahulu oleh pemilik merek/hak cipta, hal ini
melindungi HAKI.
dunia pada tahun 2005. Konsumsi produk musik rekaman asli diperkirakan hanya
10%, dan 40% pasar elektronik dikuasai barang palsu dan illegal.11 Pelanggaran
terhadap hak cipta dan merek seakan-akan telah menjadi suatu hal yang lumrah
KEPABEANAN
11
Warta Bea Cukai, Langkah Konsisten Reformasi Kepabeanan, Edisi 387, 2007., hlm. 20.
9
B. Perumusan Masalah
2. Apakah fungsi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dapat melindungi hak
Tentang Kepabeanan?
1. Tujuan penelitian
Kepabeanan .
2. Manfaat penelitian
10
pemikiran bagi pembaca dalam kajian lebih lanjut dalam bidang Hukum
kekayaan intelektual.
intelektual, sehinga dapat memiliki aturan yang tegas dan jelas dalam
D. Kerangka Konseptual
padanan kata yang bisa digunakan untuk Intellectual Property Rights, yakni
hak yang timbul bagi hasil olah pikir otak yang menghasilkan suatu produk
2. Perlindungan
12
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Op. Cit., hlm.03.
11
dan dipertahankan bagi pihak lain dari tindakan yang melawan hukum.13
3. Perspektif
4. Undang-Undang
5. Kepabeanan
dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah
E. Landasan Teoritis
13
Bambang Kesewo, Pengantar Umum Mengenai HAKI di Indonesia, FH-UGM, Yogyakarta,
1995., hal. 144.
14
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Balai
Pustaka, Jakarta, 2005., hal. 864
15
Ibid., hal. 1245.
12
Property Rights. Hal ini diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi hak milik
Hak kekayaan intelektual mempunyai pengertian yang sangat luas, hal ini
dapat dilihat dari banyaknya pendapat para ahli mengenai hal tersebut, salah
satunya pendapat yang mengartikan hak kekayaan intelektual adalah bahwa hak
atas hak kekayaan intelektual adalah hak atas kebendaan, hak atas suatu benda
yang bersumber dari hasil kerja otak hasil kerja rasio. Hasil dari penjelmaan rasio
Para ahli membagi hak kekayaan intelektual menjadi dua bagian. Hak
kekayaan intelektual sebagai induknya yang memiliki dua cabang besar yaitu :
right);
2. Hak cipta (copyright) beserta hak-hak berkaitan dengan hak cipta (neighboring
rights).
Hak cipta diberikan terhadap ciptaan dalam ruang lingkup bidang ilmu
eksklusif kepada pencipta, yaitu "seorang atau beberapa orang secara bersama-
sama yang atas inspirasinya lahir suatu ciptaan berdasarkan pikiran, imajinasi,
kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas
16
O.K.Saidin, Aspek Hukum Hak kekayaan intelektual (Intellectual Property Rights), Edisi
Revisi, Cetakan Ketiga, PT. raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003., hlm. 11
13
dengan hak cipta (neighboring rights) terletak pada subyek haknya. Hak cipta
subyek haknya adalah pencipta sedangkan pada hak-hak yang berkaitan dengan
terhadap program radio dan televisinya. Baik hak cipta maupun hak-hak yang
berkaitan dengan hak cipta di Indonesia diatur dalam satu undang-undang, yaitu
dan atau jasa) tertentu dengan yang lainnya dalam rangka memperlancar
geographis merupakan tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang yang
kombinasi dari kedua faktor tersebut yang memberikan ciri dan kualitas tertentu
pada barang yang dihasilkan. Sehingga, disamping tanda berupa merek juga
dikenal tanda berupa indikasi geografis berkaitan dengan faktor tertentu. Merek
Lahirnya hak kekayaan intelektual ini adalah untuk melindungi hasil dari ide /
pikiran seorang penemu, agar hak mereka atas hasil kerjanya tidak digunakan
secara semena-mena, dalam hal ini misalnya kegiatan pembajakan. Akan tetapi
pada dasarnya, Hak kekayaan intelektual ini lebih mengatur kepada bentuk hak
karena hak kekayaan intelektual adalah hak untuk menikmati secara ekonomis
perkembangan zaman yang global dan teknologi yang semakin canggih, apalagi
pengaturan yang jelas mengenai hak kekayaan intelektual. Masalah ini pun
kemudian mulai di bahas di putaran Uruguay yang dari putaran tersebut menjadi
TRIP’s Agreement.
2006 yang mengatur tentang hal yang sebelumya tidak diatur yaitu memasukan
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai salah satu instansi pemerintahan di
Tahun 2006, menyatakan bahwa Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah unsur
dan cukai
Sebelum TRIP’s Agrement, instansi Bea dan Cukai di banyak negara pada
umumnya tidak terlibat dibidang hak kekayaan intelektual. Namun sejak adanya
TRIP’s Agreement, kedudukan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sekarang ini
yang diduga sebagai barang hasil pelanggaran Hak kekayaan intelektual, seperti
Atas permintaan pemilik atau pemegang hak atas merek atau hak cipta, ketua
Pengadilan Niaga dapat mengeluarkan perintah tertulis kepada Pejabat Bea
dan Cukai untuk menangguhkan sementara waktu pengeluaran barang import
atau eksport dari kawasan pabean yang berdasarkan bukti yang cukup, diduga
sebagai hasil pelanggaran merek dan hak cipta yang dilindungi di Indonesia.
atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta
lalu lintas barang, dalam hal ini adalah barang-barang yang termasuk dalam
kategori barang penumpang, barang pindahan dan barang kiriman, baik barang
Jendral Bea dan Cukai sebagai pelaksana mempunyai kewajiban untuk melakukan
segala jenis tindakan yang akan mencegah masuk dan keluarnya barang, baik itu
barang hasil pelanggaran hukum (dalam hal ini hak cipta dan merek), illegal dan
18
Soedarsono, Pengantar Lalu Lintas Barang Milik/Yang Dikuasai Negara dan Daerah.
16
terjadi / dilaksanakan.
pada tapal batas negara, kepabeanan dapat mengendalikan barang barang hasil
pelanggaran hak kekayaan intelektual yang masuk dalam daerah atau wilayah
F. Metode Penelitian
dapat terlaksana penulisan ini dan tercapainya sasaran yang diharapkan dalam
1. Tipe penelitian
Tipe penelitian ini adalah Penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang
Uraian pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah berupa
dibahas.
Jenis bahan hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder dan
tertier.
a. Bahan hukum primer terdiri dari Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2006
c. Bahan hukum tertier yakni bahan hukum yang dapat memberikan petunjuk
G. Sistematika Penulisan
18
tujuan dengan memperjelas permasalahan yang ada, akan dibahas pada bab
dibahas, maka disusun secara sistematis oleh penulis yaitu sebagai berikut:
dalam penegakan hukum hak kekayaan intelektual oleh DJBC dalam perspektif
10/1995 dan apakah fungsi instansi DJBC terhadap perlindungan HAKI dalam
perspektif UU N0.17/2006.
Pada BAB IV, ini merupakan penutup dalam penulisan skripsi ini, dimana
penulis akan menyimpulkan secara keseluruhan dari semua uraian yang telah
dituangkan dalam skripsi ini dan selanjutnya akan penulis kemukakan pula
BAB II
19
TINJAUAN PUSTAKA
intelektual di Indonesia telah ada sejak tahun 1840-an. Saat itu pemerintah
dan Undang-undang Hak Cipta (1912). Di Indonesia yang pada waktu itu masih
bernama Netherlands East-Indies telah menjadi anggota Paris Convertion for the
dari tahun 1893 sampai dengan 1936, dan anggota Berne Convention for the
protec on of Literaary and Artistic Works sejak tahun 1914. Pada zaman
pendudukan Jepang yaitu tahun 1942 sampai dengan tahun 1945, semua peraturan
ditetapkan dalam ketentuan peralihan UUD 1945, seluruh peraturan yang berasal
bertentangan dengan UUD 1945. Undang-undang Hak Cipta dan Merek dalam
kantor paten yang berada di batavia (sekarang Jakata), namun pemeriksaan atas
undang Nomor 21 Tahun 1961 Tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan
Paris saat itu belum penuh karena Indonesia membuat pengecualian (reservasi)
terhadap sejumlah ketentuan, yaitu Pasal 1 sampai dengan 12, dan Pasal 28 ayat
(1).
6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta (Undang-undang Hak Cipta 1982) untuk
penciptaan dan penyebarluasan hasil kebudayaan dibidang karya ilmu, seni dan
kembali terhadap undang-undang yang telah ada untuk melindungi hak kekayaan
2. Pada tanggal 13 Oktober 1989 DPR menyetujui RUU tentang paten, yang
Tahun 1961
(TRIPS)
Terpadu.
hak kekayaan intelektual dengan peresetujuan TRIPS Agreement, pada tahun 2001
Tentang Hak Cipta yang menggantikan undang-undang yang lama19 dan berlaku
Pembentukan hak atas kekayaan intelektual ini berfungsi sebagai berikut :20
yang mampu melakukan kreatifitas dan inovasi atas suatu penemuan, desain, dan
merek.
2. Memberikan hak ekslusif dalam jangka waktu tertentu. Dengan kata lain
bahwa hak eksklusif terhadap hak kebendaan tidak berwujud yang dimiliki oleh
pemlik Hak Kekayaan Intelektual atau penerima Hak Kekayaan Intelektual adalah
terbatas.
19
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Op Cit., hlm.05.
20
Insan Budi Maulana, Bianglala HAKI (Hak Kekayaan Intelektual), Diterbitkan Atas
kerjasama dengan Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia., hlm.15.
23
merupakan hak milik dalam arti sesungguhnya. Bisa merupakan hak untuk
Hak kekayaan intelektual mempunyai pengertian yang sangat luas, hal ini
dapat dilihat dari banyaknya pendapat para ahli mengenai hal tersebut. Salah
pendapat yang mengartikan Hak Kekayaan Intelektual adalah hak atas kekayaan
intelektual, hak kekayaan intelektual adalah hak atas kebendaan, hak atas suatu
benda yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio. Hasil dari pekerjaan
rasio manusia yang menalar. Hasil kerjanya itu berupa benda immaterial. Benda
orang yang terpelajar, mampu menggunakan rasio, mampu berfikir secara rasional
dengan menggunakan logika (metoda berpikir, cabang filsafat). Karena itu hasil
pemikirannya disebut rasional atau logis. Orang yang tergabung dalam kelompok
ini disebut kaum intelektual. Namun demikian secara garis besarnya dapat diambil
suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan hak kekayaan intelektual adalah
dunia luar dalam suatu bentuk, baik material maupun immaterial. Bukan bentuk
21
O.K.Saidin, Loc. Cit
22
Ibid., hlm. 9
24
penjelmaanya yang dilindung tetapi daya cipta dan atau penemuan itu sendiri.
Daya cipta itu dapat berupa hasil-hasil seni, penemuan dapat meliputi teknologi
dan industri.
yang berarti suatu hak atas milik yang berada dalam ruang lingkup kehidupan
berupa ide. Hal ini Muhammad Djumha, dan R. Djubaedillah menyatakan bahwa
hak milik intelektual, melindungi pemakaian ide dan informasi yang mempunyai
Menurut Sri Rejeki Hartini, hak milik intelektual pada hakekatnya merupakan
suatu hak dengan karakteristik khusus dan istimewa, karena hak tersebut
hak khusus tersebut kepada yang berhak, sesuai dengan prosedur dan syarat-syarat
Invensi/temuan, desain, hak cipta dan sejenisnya adalah hasil dari kegiatan-
terhadap riset dan pengembangan dengan biaya tinggi. Seperti halnya kekayaan
tanah penting untuk pertanian, kekayaan intelektual juga penting untuk industri.
Dari sudut pandang para pencipta yang terlibat dalam industri, sangat dibutuhkan
23
Pipin Syarifin, dan Dedah Jubaedah, Peraturan hak Kekayaan Intelektual di Indonesia,
Bandung: Pustaka Bani Quarisy, 2004, hlm 3-4.
25
Hak-hak kekayaan intelektual adalah satu dari alat – alat yang sangat
Batasan dari hak kekayaan intelektual ini adalah terpisahnya antara hak
kekayaan intelektual itu dengan hasil material yang menjadi bentuk jelmaannya
disebut juga benda berwujud. Jadi ada dua bagian yang terdapat dalam hak
2. Hasil dari ide atau pikirannya yang diwujudkan dalam suatu bentuk
Lahirnya hak kekayaan intelektual ini adalah untuk melindungi hasil dari
ide atau pikiran seorang penemu, agar hak mereka atas hasil karya tidak
Oleh karena itu pemerintah wajib melindungi hasil karya warganya dengan satu
a. Paten
c. Desain Industri
d. Meerek Dagang
e. Pelayanan Dagang
g. Sebutan asal
h. Sumber Tanda
masalah hak atas kekayaan intelektual ini mulai dibahas dalam putaran Uruguay
menjadi TRIP’S (Trade Related Aspect of Intellectual property Rights) atau aspek
27
– aspek dagang yang berkaitan dengan hak atas kekayaan intelektual. Tujuan
Organization (WPO)
B. Kepabeanan
1. Sejarah kepabeanan
dinilai kurang efisien dan efektif, karena setiap barang yang datang dari luar
dan dalam proses pemeriksaan tersebut, harus melalui 13 meja. Dalam proses
pemeriksaan ini pun memakan biaya yang tidak sedikit. Menurut Wirawan
menyatakan :
“karena proses kepabeanan yang harus dilalui sangat rumit dan berbelit-belit
sangat padat. Bahkan untuk mengurus satu dokumen tidak hanya cukup
Akibat rumitnya birokrasi Bea dan Cukai saat itu yang berdampak pada
bantuan international Monetery Fund (IMF) hingga 1977. Kemudian pada tahun
Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun 1985, dimana dalam Inpres tersebut
dikatakan bahwa sebagian tugas Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dibekukan dan
undang-undang yang lebih jelas dan sesuai dengan perkembangan jaman ternyata
masih menemui hambatan, hingga pada tahun 1993 upaya yang dilakukan pun
Kepabeanan dan Cukai, dan untuk itu tim penyusunan RUU mengambil referensi
Selain referensi dari luar, pemerintah juga mengambil referensi dari dalam
Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan yang telah diubah
dan ditambah, Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta dan
30
Tarif dan RUU Cempaka Putih Tahun 1986, termasuk juga literatur kebeacukaian.
bea dan cukai dalam melakukan pemeriksaan barang yang sebelumnya dilakukan
oleh surveyor asing. Tepatnya pada tanggal 30 Desember 1995 RUU Kepabeanan
kalangan pengusaha maupun dari kalangan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
adanya suatu terobosan yang inovatif namun tidak mempunyai pijakan hukum
yang cukup kuat. Kemudian juga mengenai adanya jalur prioritas yang tidak ada
dasar hukum dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995, begitu juga registrasi
importir yang tidak ada di undang-undang tersebut, padahal hal tersebut sangat
diperlukan, dan isu lainnya yang melemahkan Bea dan Cukai. Untuk itu kemudian
Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan dengan tujuan untuk antara lain
25
Warta Bea dan Cukai, Edisi 387, Februari, Op. Cit., hlm. 4.
31
2. Pengertian kepabeanan
atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta
26
Ali Purwito M, Kepabeanan Dan Cukai (Pajak Lalu Lintas Barang) Teori dan Aplikasi,
Kajian Hukum Fiskal FHUI bekerjasama dengan Lembaga Penerbit Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, 2008., hlm.46.
27
Prajudi Atmosuwirdjo, Hukum Administrasi Negara, Jakarta, 1983., hal.82-83.
32
ketidakcocokan antara apa yang dikehendaki atau direncanakan dengan apa yang
keterbatasan yang menyebabkan suatu aturan tidak sesuai dengan apa yang
teknis yang dititipkan kepada dan menjadi tanggung jawab bea dan cukai dapat
Jendral Bea dan Cukai sebagai pelaksana mempunyai kewajiban untuk melakukan
segala jenis tindakan yang akan mencegah masuk dan keluarnya barang, baik itu
barang hasil pelanggaran hukum (dalam hal ini hak cipta dan merek), illegal dan
terjadi / dilaksanakan.
Berbagai bentuk pengawasan diatas dilakukan oleh pihak Pejabat Bea dan
Cukai untuk mengawasi lalu lintas barang yang berada dalam wilayah pabean.
Pengawasan yang dilakukan terhadap lalu lintas barang yang masuk dan keluar
28
Soedarsono, Pengantar Lalu Lintas Barang Milik/Yang Dikuasai Negara dan Daerah, Loc.
Cit
33
pengawasan Pejabat Bea dan Cukai dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
1. Barang Penumpang
barang keperluan diri dan sisa bekal baru atau bekas yang diperlukan selama
2. Barang Pindahan
3. Barang Kiriman
Adalah barang yang datang melalaui jasa titipan barang dan barang yang
‘barang tertentu adalah barang yang ditetapkan oleh instansi teknis terkait
29
Abdul Sanni, dan R. Isis Ismail dkk, Buku Pintar Kepabeanan, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2007., hlm. 124.
30
Ibid., hlm. 174.
31
Warta Bea dan Cukai, Pengawasan DJBC Dalam UU No.17/2006, Edisi 392, Juli., hlm.8.
34
dalam hal penambahan Pasal untuk golongan barang tertentu ini dilakukan karena
keluar dan masuk wilayah Indonesia seperti kayu rotan dan barang-barang
Jenderal Bea dan Cukai adalah pengawasan terhadap barang yang berada pada
darat, perairan dan ruang udara diatasnya serta tempat-tempat tertentu di Zona
undang Kepabeanan”
Di setiap daerah pabean yang ada, pihak pabean mempunyai sebuah pos
untuk mekukan segala jenis tindakan yang dibutuhkan dalam rangka pengawasan
“Pos pengawasan adalah tempat yang digunakan oleh Pejabat Bea dan Cukai
untuk melakukan pengawasan terhadap lalu lintas barang impor dan ekspor”
Dalam pos pengawasan tersebut dilakukan salah satu tindakan yaitu pemeriksaan
terhadap barang-barang yang berada dalam wilayah tersebut sebagai wujud dari
pengawasan. Bentuk pemeriksaan terhadap lalu lintas barang ekspor impor yang
1 Pemeriksaan Administrasi32
32
Ali Purwito M, Op. Cit. hlm. 116
35
2 Pemeriksaan Fisik33
Untuk mengetahui jumlah dan jenis barang impor yang diperiksa guna
atas barang dilaksanakan berdasarkan tingkat resiko yang terbagi atas tingkat
yaitu:
a. Hi Risk
b. Medium Risk
c. Low Risk
dan cukai.
diperiksa.
4. Penelitian/Pemeriksaan Dokumen
33
Ibid., hlm. 118
34
Ibid., lhm. 119
36
bea keluar dalam hal barang ekspor terkena bea keluar dan pemenuhan
BAB III
37
PEMBAHASAN
Dalam posisinya sebagai aparat pengawas lalu lintas barang baik yang masuk
maupun yang keluar dari wilayah Indonesia, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
yang termuat dalam article 51 s/d 60 the TRIP’s Agreement, tepatnya tertuang
memuat tentang ketentuan-ketentuan apa saja yang harus dipatuhi, baik oleh pihak
yang meminta penangguhan terhadap barang yang diduga sebagai barang hasil
kewenangan yang dapat dilaksanakan oleh Bea dan Cukai adalah tindakan
kawasan pabean ini dapat mencegah barang yang diduga melanggar hak kekayaan
pabean, dimana pencegahannya akan lebih rumit dan memakan biaya besar.
Perlu dicatat bahwa walaupun Pejabat Bea dan Cukai adalah Penyidik
Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dalam kasus pelanggaran kepabeanan, tetapi bea
diserahkan kepada pihak polri atau PPNS Ditjen Hak Hekayaan Intelektual, untuk
memprosesnya. Jadi dalam hal ini pihak Bea dan Cukai tidak mempunyai hak
wilayah pabean saja untuk jenis kasus pelanggaran hak kekayaan intelektual
tersebut.
intelektual oleh Bea dan Cukai dapat dilaksanakan berdasarkan dua alasan, yaitu:
pengeluarannya oleh Bea dan Cukai hanya meliputi merek dan hak cipta. Menurut
pengendalian impor atau ekspor barang yang melanggar hak kekayaan intelektual
juga dapat diperluas untuk jenis hak kekayaan intelektual selain merek dan hak
pelanggaran jenis hak kekayaan intelektual yang dapat ditangguhkan oleh Bea dan
Cukai ini, menurut penjelasan Pasal 64, dilakukan secara bertahap dengan
intelektual.
Pengadilan Niaga
Dalm TRIPS Agreement diatur bahwa dalam hal pemilik atau pemegang hak
memiliki bukti yang cukup untuk menduga adanya impor barang yang melanggar
hak merek atau hak cipta, ia dapat mengajukan permintaan tertulis kepada pihak
dan Cukai.
40
penangguhan ini harus diajukan, hal ini tergantung pada ketentuan masing-masing
sebagai pihak yang berwenang mengurusi masalah-masalah bisnis dan niaga yang
Niaga.
Pengadilan Niaga dalam maupun phak Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
dengan disertai
a. bukti yang cukup mengenai adanya pelanggaran merek atau hak cipta yang
bersangkutan;
41
c. perincian dan keterangan yang jelas mengenai barang impor atau ekspor yang
d. Jaminan
1. Nama dan alamat importir atau eksportir dan atau penerima barang yang
4. Nama dan alamat orang atau perusahaan yang terlibat dalam pembuatan
8. Nomor tarif pos Harmonized System dari barang yang diduga melanggar
barang hasil pelanggaran hak kekayaan intelektual, suatu jaminan dengan nilai
pelanggaran) dari kerugian yang tidak perlu yang timbul karena pengeluaran
penyalahgunaan hak.
berdasarkan Pasal 55 tersebut diatas sangat penting dan bersifat mutlak. Hal ini
praktek dagang yang merugikan pihak lain, antara lain uuntuk melumpuhkan atau
Oleh karena itu, pihak yang meminta penangguhan pengeluaran barang wajib
tidak perlu;
c. Melindungi Pejabat Bea dan Cukai dari lingkungan adanya tuntutan ganti rugi
tertentu (misalnya kondisi atau sifat barang yang cepat rusak), imporir, eksportir
atau pemilik barang impor atau ekspor, dapat mengajukan permintaan kepada
Pejabat Bea dan Cukai agar mengakhiri penangguhan pengeluaran barang. Dalam
43
barang impor atau ekspor yang ditangguhkan ternyata tidak merupakan atau tidak
berasal dari hasil pelanggaran merek atau hak cipta, pemilik barang impor atau
ekspor berhak untuk memperoleh ganti rugi dari pemilik/pemegang hak yang
kerugian yang terjadi karena penangguhan yang salah untuk mengganti kerugian
material dan immaterial berupa nama baik, kepercayaan badan hukum dimaksud36.
lama sepuluh hari kerja sesuai yang tertera dalam Pasal 57 yang menyatakan
perpanjangan jaminan”
bahwa pemilik atau pemegang hak harus aktif untuk mempertahankan hak-
perlindungan hak kekayaan intelektual. Oleh karena itulah maka dalam prosedur
Sehingga apabila barang yang diduga melangar hak kekayaan intelektual agar
telah ditangguhkan pengeluarannya oleh Bea dan Cukai, maka pemilik atau
pemegang hak menggunakan kesempatan dalam jangka waktu 10 hari kerja (dan
atau berlaku, antara lain dengan mengajukan gugatan ke Pengadilan Niaga (Pasal
Kewajiban Bea dan Cukai atas penerimaan perintah Tertulis dari Pengadilan
Niaga adalah:
8. Pengakhiran penangguhan
hari kerja harus digunakan oleh pihak yang meminta penangguhan untuk
Dalam hal tindakan hukum untuk mempertahankan hak yang telah mulai
37
Endang Tata,Modul Hak Kekayaan Intelektual,2007., hlm. 18
38
Ibid
45
sepuluh hari kerja Pejabat Bea dan Cukai tidak menerima pemberitahuan dari
dan Ketua Pengadilan Niaga tidak memperpanjang secara tertulis, pejabat bea
dengan alasan sifat barang yang mudah rusak (dalam kekadaan tertentu),
barang. Hal ini diatur dalam Pasal 60 undang-undang Nomor 17 Tahun 2006.
atau pemegang hak guna memeriksa barang impor atau ekspor yang diminta
penangguhan pengeluarannya.
46
mempertahankan hak39
dilakukan kerena jabatan oleh pejabat bea dan cuka, apabila terdapat bukti yang
cukup bahwa barang tersebut merupakan atau berasal dari hasil pelanggaran
dinyatakan bahwa tindakan ini dilakukan hanya kalau dimiliki bukti-bukti yang
melanggar merek dan hak cipta yang berdampak buruk terhadap perekonomian
39
Ibid., hlm. 328
47
pada umumnya. Dalam TRIP’s Agreement secara sekilas dinyatakan bahwa “ex-
dilaksanakan atas inisiatif dari instansi yang berkompeten (dalam hal ini Bea dan
Cukai).
intelektual
sarana pengangkut, pelintas batas atau barang kiriman melalui pos atau jasa
titipan. Syaratnya ialah bahwa barang tersebut tidak dimaksudkan untuk tujuan
komersial.
“ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Pasal 54-63 diatur
2006 masih belum terinci dengan jelas, maka adanya Peraturan pemerintah
kekayaan intelektual oleh Bea dan Cukai. Pemilik/pemegang hak dan pihak lain
rinci dan jelas belum ada. Rincian yang diperlukan meliputi antara lain: jumlah
dan bentuk jaminan yang harus diserahkan. Namun demikian dengan belum
adanya Peraturan Pemerintah ini bukan berarti Bea dan Cukai tidak melaksanakan
terbitnya Peraturan Pemerintah tersebut Bea dan Cukai telah mengambil tidakan-
sebagai penjaga di tapal batas negara, DJBC mempunyai peran yang sangat
barang yang diduga sebagai barang hasil pelanggaran hak kekayaan intelektual.
49
Pengadilan Niaga (Pasal 54), dan kemudian Pejabat Bea dan Cukai yang langsung
dilakukan sesuai dengan Pasal 54 dan Pasal 62, yang lebih berperan adalah Pasal
54 karena jika kita mengacu pada Pasal 62 hal tersebut berarti pihak Bea dan
Cukai harus mencari barang bukti terlebih dahulu, sedangkan barang bukti
tersebut didapatkan setelah pihak Bea dan Cukai melakukan kewenangan Pasal 82
Atas permintaan pemilik atau pemegang hak atas merek atau hak cipta,
Ketua Pengadilan Niaga dapat mengeluarkan perintah tertulis kepada
Pejabat Bea dan Cukai untuk menangguhkan sementara waktu pengeluaran
barang import atau eksport dari kawasan pabean yang berdasarkan bukti
yang cukup, diduga sebagai hasil pelanggaran merek dan hak cipta yang
dilindungi di Indonesia
meliputi merek dan hak cipta atas permintaan pemilik hak cipta dan merek.
terdaftar secara sah yang berkenan dengan barang tersebut atau merek tersebut
hak cipta, pelanggaran yang dimaksud adalah hasil pembajakan hak cipta yang
merupakan salinan yang dimuat tanpa ijin pemegang hak atau pihak diberikan ijin
dari pemegang hak di negara tempat kegiatan produksi dilakukan dan dibuat, baik
merupakan pelanggaran hak cipta atau hak terkait sesuai hukum dari negara
importir.42
pemilik atau pemegang hak atas merek atau hak cipta yang dilindungi di
Indonesia
dapat bukti yang cukup bahwa barang impor atau ekspor tersebut
merupakan atau berasal dari hasil pelanggaran hak merek atau hak cipta
hak kekayaan intelektual dari kawasan pabean. Kawasan pabean yang dimaksud
adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan laut, bandar udara, atau
40
Ade Maman Suherman., Aspek Hukum dalam Ekonomi Global, Edisi Revisi, Penerbit
GHALIA INDONESIA, Jakarta 2004., hlm. 130
41
Ibid.
42
Warta Bea Cukai. Patroli DJBC Memaksimalkan Kekuatan Tekanan Penyelundupan., Edisi
405, hlm. 62
51
tempat lain yang ditetapkan untuk lalu lintas barang yang sepenuhnya berada di
merupakan batas yang menurut yuridiksi berada dibawah pengawasan Bea dan
Cukai dan merupakan kawasan yang steril. Di dalam kawasan tersebut, hanya
petugas Bea dan Cukai yang mempunyai otoritas dan berwenang dalam
sistem peradilan di Indonesia. Dahulu yang disebut sebagai badan peradilan hanya
berkaitan dengan hal tersebut, diselesaikan melalui pengadilan ini. Di antara tugas
pelanggaran hak kekayaan intelektual, pemegang merek dan hak cipta dapat
52
melalui Pengadilan Niaga, setelah cukup bukti yang kuat maka persoalan tersebut
Kemudian, apabila barang bukti yang cukup yang menyatakan benar barang
tersebut adalah barang hasil pelanggaran hak kekayaan intelektual dan sudah
mengikuti prosedur yang ada, maka Ketua Pengadilan Niaga akan melakukan
perintah tertulis kepada Bea dan Cukai untuk melakukan penangguhan. Setelah
terlebih dahulu kepada pihak Pengadilan Niaga adalah kegiatan prosedur yang
wilayah pabean.
daerah hukumnya meliputi kawasan pabean, yaitu tempat kegiatan impor dan
tersebut ditujukan kepada dikeluarkan oleh Ketua Pengadilan Niaga yang daerah
hukumnya meliputi kawasan pabean pertama, yaitu tempat impor barang yang
tersebut ditujukan kepada dan dikeluarkan oleh Ketua Pengadialn Niaga yang
berlangsung.
Pengadilan Niaga dapat mengeluarkan perintah tertulis kepada Pejabat Bea dan
Cukai.
- atas dasar perintah tertulis Ketua Pengadilan Niaga, Pejabat Bea dan Cukai
- bukti yang cukup mengenai adanya pelanggaran merek atau hak cipta yang
bersangkutan
penangguhan
44
Endang Tata, Op. Cit., hlm. 26
54
diminta penangguhan
- bukti kepemilikan merek atau hak cipta yang bersangkutan, dan jaminan
jaminan)
bukti seperti yang tercantum dalam Pasal 55, tentang persyaratan untuk
adalah :
1. Bukti yang cukup mengenai adanya pelanggran merek atau hak cipta yang
bersangkutan;
dimintakan penangguhan;
4. Sejumlah jaminan
Lebih lengkap mengenai barang bukti yang dapat diajukan, berikut tata cara
penangguhan yang dilakukan oleh pemilik atau pemegang hak atas merek atau
45
www.haki.lipi.go.id, ditulis oleh Dirjen Bea dan Cukai
55
resmi tersebut.
3. Bukti kepemilikan yang menunjukan bahwa merek atau hak cipta tersebut
4. Keterangan yang jelas mengenai uraian barang impor atau barang ekspor
5. Jaminan berupa uang tunai, atau jaminan bank sesuai putusan Pengadilan
Niaga setempat.
Dalam hal pembuktian dajukan kepada Pengadilan Niaga, menurut pihak Bea
dan Cukai hal ini dikerenakan masalah ini (pelanggaran hak kekayaan intelektual
barang bukti dan penilaian barang bukti diserahkan kepada Pengadilan Niaga
setelah itu Pengadilan Niaga yang akan memerintahkan kepada pihak Bea dan
diduga sebagai barang hasil pelanggaran hak kekayaan intelektual ini disebut
pengangkut, pelintas batas, barang kiriman melalui pos jasa titipan yang tidak
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
berikut :
kekayaan intelektual yang tercantum dalam Pasal 54 sampai dengan Pasal 64,
dan cukai maupun pihak yang meminta penangguhan terhadap barang yang
2. Sesuai dengan fungsinya, bentuk perlindungan yang diberikan oleh pihak bea
barang hasil pelanggaran HAKI seperti yang tersirat dalam Pasal 54, dengan
prosedur pengajuan surat permintaan, isi surat permintaan, dan lampiran surat
permintaaan
B. Saran
lapangan. Hal ini sangat penting, mengingat Pasal 54 sampai Pasal 64 hanya
mengatur hal-hal yang masih bersifat umum dan memerlukan penjabaran yang
lebih rinci, seperti mengenai kriteria barang bukti yang cukup dan perihal
Cukai oleh pemilik hak cipta/merek tanpa harus melaporkanya kepada pihak
Pengadilan Niaga, setelah itu untuk penyidikan dan keputusan lebih lanjjut