Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

TENTANGHARGA DIRI RENDAH

A. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (
Keliat, 1998 ).
Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang,
perlakuan orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang
buruk. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai
rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan
secara aktif dan mampu beradaptasi secara aktif dan mampu beradaptasi
secara efektif untuk berubah serta cendrung merasa aman. Individu yang
memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negative dan
menganggap sebagai ancaman.
Menurut Antai Otong ( 1995 : 297 ), self esteem dipengaruhi oleh
pengalaman individu dalam perkembangan fungsi ego, dimana anak-anak
yang dapat beradaptasi terhadap lingkungan internal dan eksternal biasanya
memiliki perasaan aman terhadap lingkungan dan menunjukkan self esteem
yang positif. Sedangkan individu yang memiliki harga diri rendah cendrung
untuk merpersepsikan lingkungannya negative dan sangat mengancam.
Mungkin pernah mengalami depresi atau gangguan dalam fungsi egonya.
Menurut Patricia D. Barry dalam mental Health and Mentall Illness (
2003 ), harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak
diterima lingkungan dan gambaran-gambaran negative tentang dirinya. Barry
mengemukakan, self esteem is a feeling of self acceptance and positive self
image. Pengertian lain mengemukakan bahwa harga diri rendah menolak
dirinya sendiri, merasa tidak berharga dan tidak dapat bertanggung jawab atas
kehidupan sendiri. Individu gagal menyesuaikan tingkah laku dan cita-cita.

1
B. Penyebab
Menurut kelliat,B.A. 1998, gangguan harga diri yang disebut harga diri
rendah disebut terjadi secara:
1. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya baru operasional
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan
malu karena sesuatu terjadi ( korban perkosaan, dituduh KKN , di penjara
tiba-tiba ).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena :
a. Privasi yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan ( pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perineal ).
b. Harapan akan struktur , bentuk dan fungsi yang tidak tercapai dirawat /
sakit atau penyakit.
c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa
persetujuan.
2. Kronik
Yaitu perasaan negative terhadap diri yang berlangsung lama yaitu
sebelum sakit atau dirawat dirawat. Klien mempunyai cara berfikir yang
negative. Kejadian dirumah sakit akan menambah persepsi negative
terhadap dirinya.
C. Factor predisposisi
Factor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab yang personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang
tidak realistis.
D. Factor presipitasi
Factor presipitasi harga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian
tubuh, perubahan penampilan / bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas
yang menurun.
Secara umum, gangguan konsep harga diri rendah ini dapat terjadi
secara situasional atau kronik. Secara situasional misalnya karena trauma yang

2
muncul secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan, perkosaan atau
dipenjara termasuk dirawat di rumah sakit bisa menyebabkan harga diri
rendah disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang
membuat klien tidak nyaman. Penyebab lainnya adalah harapan fungsi tubuh
yang tidak tercapai serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang
menghargai klien dan keluarga. Harga diri rendah kronik, biasanya dirasakan
klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran
negative dan meningkat saat dirawat.
Baik factor predisposisi maupun presipitasi diatas bila memengaruhi
seseorang dalam berpikir, bersikap maupun bertindak, maka dianggap akan
memengaruhi terhadap koping individu tersebut sehingga menjadi tidak
efektif ( mekanisme koping individu tidak efektif ). Bila kondisi pada lien
tidak dilakukan intervensi lebih lanjut dapat menyebabkan klien tifak mau
bergaul dengan orang lain ( isolasi social : menarik diri ), yang menyebabkan
klien asik dengan dunia dan pikirannya sendiri sehingga dapat muncul resiko
prilaku kekerasan.
Menurut peplau dan sulivan harga diri berkaitan dengan pengalaman
interpersonal, dalam tahap perkembangan dari bayi sampai lanjut usia seperti
good me, bad me, not me, anak sring diperslahkan, ditekan sehingga perasaan
amannya tidak terpengaruhi dan merasa ditolak oleh lingkungan dan apabila
koping yang digunakan tidak efektif akan menimbulkan harga diri rendah.
Menurut caplan, lingkungan social akan mempengaruhi individu, pengalaman
seseorang dan adanya perubahan social seperti perasaan dikucilkan, ditolak
oleh lingkungna social, tidak dihargai akan menyebabkan stress dan
menimbulkan penyimpangan perilaku akibat harga diri rendah.
E. Manifestasi klinis
1. Mengejek dan mengkritik diri
2. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri.
3. Mengalami gejala fisik, missal: tekanan darah tinggi, gangguan
penggunaan zat.
4. Menunda keputusan.
5. Sulit bergaul.
6. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas.

3
7. Menarik diri dari realitas.
8. Cemas, panic, cemburu curiga, halusinasi.
9. Merusak diri: harga diri rendah menyokong klien untuk mengakhiri hidup.
10. Merusak atau melukai orang lain.
11. Perasaan tidak mampu.
12. Pandangan hidup yang pesimistis.
13. Tidak menerima pujian.
14. Penurunan produktifitas.
15. Penolakan terhadap kemampuan diri.
16. Kurang memerhatikan perawatan diri.
17. Berpakaian tidak rapih.
18. Berjurang selera makan.
19. Tidak berani menatap lawan bicara.
20. Lebih banyak menunduk.
21. Bicara lambat dengan nada suara lemah.
F. Penatalaksaan
1. Farmakologi
1) Obat anti psikosis : penotizin
2) Obat anti depresi : amitripilin
3) Obat anti ansietas : diazepam, bromozepam, clobozam
4) Obat anti insomnia : phenobarbital
2. Terapi Modalitas
1) Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimna keluarga membantu mengatasi
masalah klien dengan memberikan perhatian
a) BHSP
b) Jangan memancing emosi klien
c) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan
keluarga
d) Berikan kesempatan klien mengemukan pendapat
e) Dengarkan, bantu dan anjurkan pasien untuk mengemukakan
masalah yang di alaminya.

4
2) Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan
social,atau aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk
mengembalikan keadaan klien karena masalah orang merupakan
persaan dan tingkat lakupada orang lain.
3) Terapi musik
Dengan music klien terhibur,rileks dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran klien.

G. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Biasanya meliputi nama klien ( idntitas ), umur, jenis, kelamin,
agama, alamat lengkap, tanggal masuk, No. MR, penanggung jawab,
keluarga yang bisa dihubungi.
2. Alasan masuk
Biasanya klien mengkritik diri sendiri, pearasaan tidak mampu,
pandangan hidup pesimis, tidak menerima pujian, penurunan
produktifitas, penolakan terhadap kemampuan diri, kurang
memprhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan
berkurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak
menunduk, bicara lambat dengan nada bicara lemah.
3. Factor predisposisi
Biasanya penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang
kali, kurang mempunyai tanggung jawab yang personal,
ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
4. Fisik
a. Tekanan darah : biasanya tekanan darah normal
b. Pernapasan : biasnaya pernapasan normal
c. Nadi : biasanya nadinya normal
d. Suhu : biasanya suhnya normal

5
5. Psikososial
Biasanya klien mengalami HDR cenderung menarik diri dari
lingkungan sekitar,biasanya klien bersepsi terhadap dirinya,biasanya
klien memiliki rasa frustasi tidak mampu melakukan peran nya seperti
orang normal lainnya,biasanya pandangan dan keyakinan klien HDR
terhadap gangguan jiwa sesuai dengan budaya dan agama yg
dianut,biasanya klien tidak medekatkan diri dengan yang maha kuasa.
6. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makann
Observasi frekuensi,jumlah,variasi,macam(suka/tidak
suka/pantangan)dan cara makan. Observasi kemampuan klien
dalam menyiapakan dan membersihkan alat makan.
b. BAB/BAK
Observasi kemampuan klien untuk BAB/BAK,pergi menggunakan
dan membersihkan wec dan merapikan pakaian nya.
c. Mandi
Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat
gigi, cuci rambut,gunting kuku,,observasi kebersihan tubuh.
d. Istirahat dan tidur
Observasi lama dan waktu tidur siang/tidur malam,persiapan
sebelum tidur seperti:menyikat gigi,cuci kaki dan berdo, kegiatan
sesudah tidur,seperti:merapikan tempat tidur, mandi/cuci muka dan
menyikat gigi.
e. Penggunaan obat
Observasi penggunaan obat:frekuensi,jenis,dosis,waktu,dan cara
pemberiaan,serta reaksi obat.
7. Mekanisme koping
a. Koping adaptif
1) Bicara pada orang lain
2) Mampu menyelesaikan masalah
3) Teknik relaksasi
4) Aktifitas kontruksi
5) Olah raga dan lain lain

6
b. Koping maladaptive
1) Minum alcohol
2) Reaksi lambat/berlebihan
3) Bekerja berlebihan
4) Menghindar
5) Mencerai diri
8. Pohon Masalah
Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Gangguan citra tubuh

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan konsep diri
2. Isolasi social
3. Gangguan citra tubuh

C. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Gangguan Konsep Diri
Tujuan umum:
klien dapat melakukan cara pengambilan atau pengendalian keputusan
yang efektif untuk mengendalikan situasi kehidupan nya
Tujuan khusus:
a. klien dapat membina hubungan saling percaya
b. klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
c. Klien dapat menilai kemampuan diri dalam menyelesaikan masalah
TAK 1
INTERVENSI:
a. Bina hubungan saling percaya
b. Sapa klien dengan ramah
c. Perkenalkan diri
d. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai

7
e. Buat kontrak waktu yang jelas
f. Jelaskan tujuan intervensi
g. Tunjukan sikap empati
h. Kontak mata dengan klien
i. Dorong klien dan beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan
nya
j. Dengar kan unggkapan dengan empati
TAK 2
INTERVENSI
a. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaanya
c. Dorong klien untuk menyebutkan aspek positive
d. Berikan pujian
TAK 3:
INTERVENSI
a. Kaji gambar koping yang dimiliki oleh klien
b. Tentukan kapan koping akan dimulai
c. Gali kekuatan dan sumber kekuatan yang klien miliki
d. Berikan respon positif
TAK 4
INTERVENSI
a. Bantu klien mengidentifikasi kegiatan yang selama ini di lakukan di
RS atau di rumah
b. Motivasi klien untuk dapat melakukan rencana kegiatan di RS atau
dirumah
c. Beri reinforment positife terhadap mencapaian.
2. Isolasi Sosial
Tujuan umum :
klien dapat melakukan hubungan social secara bertahap
Tujuan khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positife yang
dimiliki

8
c. Klien dapat menilai kemampuan diri dalam menyelesaikan masalah
d. Klien dapat menyusun atau merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki di RS maupun dirumah
TAK 1
INTERVENSI:
a. Bina hubungan saling percaya
b. Sapa klien dengan ramah,baik verbal maupun non verbal
c. Perkenalkan diri
d. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai
e. Buat kontrak waktu yang jelas
f. Jelaskan tujuan intervensi
g. Tunjukan sikap empati
h. Kontak mata dengan klien
i. Dorong klien dan beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan
nya
j. Dengar kan unggkapan dengan empati
TAK 2
INTERVENSI
a. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaanya
c. Dorong klien untuk menyebutkan aspek positive
d. Berikan pujian
TAK 3:
INTERVENSI
a. Diskusikan kemampuan klien yang masih dapat digunakan selama
sakit
b. Diskusikan juga kemmapuan yang dapat dilanjutkan penggunaan di
rumah sakit dan di rumah nantinya.

TAK 4
INTERVENSI
a. Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan

9
b. Tingkatkan kegiatan sesuai toleransi kondisi klien
c. Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
3. Gangguan Citra Tubuh
Tujuan umum:
Klien mammpu mengidentifikasi citra tubuhnya
Tujuan khusus:
a. Klien mampu meningkatkan peneriman terhadap citra tubuh
b. Klien mampu mengidentifikasi potensi(aspek positive)
c. Klien mampu mengetahui cara cara untuk meningkatkan citra tubuh
d. Klien mampu melakukan cara untuk meningkatkan citra tubuh nya
e. Klien mampu untuk berinteraksi dengan orang lain tampa terganggu
TAK 1
INTERVENSI
a. Diskusikan persepsi klien tentang citra tubuhnya dahulu dan saat
ini,perasaan ,dan harapan terhadap citra tubuh saat ini.
b. Motivasi klien untuk melihat bagian tubuh yang abnormal secara
bertahap
c. Diskusikan aspek positive diri
d. Bantu klien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu
e. Ajarkan klien untuk meningkatkan citra tubuh dengan cara sebagai
berikut:
1) Gunakan prosthesis,kosmetik,alat lain untuk menunjang
penampilan nya
2) Motivasi klien untuk melakukan aktifitas yang menggarah pada
pembentukan tubuh yang ideal
f. Lakukan interaksi secara bertahap

TAK 2
INTERVENSI
a. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaanya
c. Dorong klien untuk menyebutkan aspek positive
d. Berikan pujian

10
TAK 3:
INTERVENSI
a. Diskusikan kemampuan klien yang masih dapat digunakan selama
sakit
b. Diskusikan juga kemmapuan yang dapat dilanjutkan penggunaan di
rumah sakit dan di rumah nantinya.
TAK 4
INTERVENSI
a. Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
b. Tingkatkan kegiatan sesuai toleransi kondisi klien
c. Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

11
DAFTAR PUSTAKA

Kelliat, Budhi Anna 2011 . Manajemen Keperawatan Psikososial dan Kader


Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Maglaya dan Bailon. 1997. Perawatan Kesehatan Keluarga : suatu proses.
Pusdiknakes Depkes RI. jakarta
Yosep , iyus. 2011. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Refika Aditama

12

Anda mungkin juga menyukai