Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan suatu ilmu yang berkenaan dengan ide, aturan, hubungan
yang diatur dengan logis sehingga memiliki keterkaitan dengan konsep abstrak.
Pembelajaran matematika adalah suatu proses interaksi belajar mengajar yang dilakukan
antara siswa dan guru yang dimana proses tersebut sebagai suatu sarana atau wadah yang
berfungsi untuk mempermudah berfikir di dalam konsep-konsep abstrak.
Menurut Depdiknas (dalam sibuea, 2017) tujuan pembelajaran matematika yaitu:
(1)memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tetap dalam
pemecahan masalah, (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan
gagasan dan penyelesaian matematika, (3) pemecahan masalah yang meliputi kemampuan
pemahaman masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan
menemuka solusi, (mengkomunikasikan gagasan matematika dengan simbol, diagram
atau media lain untuk memperjelas keadaan suatu masalah, (5) memiliki sikap
menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu
perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri
dalam pemecahan masalah.
Dengan demikian matematika adalah salah satu mata pelajaran yang dapat melatih
siswa untuk mengkomunikasikan idenya. Hal tersebut diakibatkan karena bahasa
matematika memiliki perbedaan dengan bahasa yang lain. Komunikasi sangat diperlukan
dalam proses pembelajaran. Guru menggunakan komunikasi untuk menjelaskan materi
yang akan disampaikan kepada siswa. Sedangkan siswa menggunakan komunikasi untuk
mengungkapkan ide-ide terkait konsep materi ajar. Dalam pembelajaran matematika,
seorang siswa yang sudah mempunyai pemahaman matematika dituntut juga untuk dapat
mengkomunikasikannya, agar pemahamannya tersebut bisa dimengerti oleh orang lain.
Dengan mengkomunikasikan pikiran dan gagasan serta ide-ide matematikanya kepada
orang lain, seorang siswa bisa meningkatkan pemahaman dan meningkatkan prestasi
belajar matematikanya.
Geometri adalah cabang ilmu matematika yang mempelajari tentang hubungan
antara titik-titik, garis-garis, bidang-bidang serta bangun datar dan bangun ruang. Tujuan
dalam mempelajari geometri untuk mengambangkan berfikir secara logis. Geometri
1
menempati posisi khusus dalam kurikulum matematika menengah karena banyaknya
konsep-konsep yang temuat di dalamnya. Konsep tersebut erat kaitannya dengan bentuk-
bentuk benda yang sering dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Materi matematika keliling segiempat adalah materi yang membutuhkan
pemahaman konsep. Materi keliling segiempat memiliki banyak rumus-rumus yang
berbeda satu sama lain. Pemahaman konsep siswa dapat terlihat dari bagaimana cara
siswa tersebut mengkomunikasikan ide-ide atau gagasan matematika yang dimilikinya
baik secara lisan dan tulisan kepada guru maupun kepada orang lain.
Proses pembelajaran pada materi keliling segiempat menghendaki, bahwa suatu
pembelajaran pada dasarnya tidak hanya mempelajari konsep, teori dan fakta tetapi juga
aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga setelah proses pembelajaran dilaksanakan
siswa dapat menerapkan konsep yang dimiliki dalam kehidupan nyata. Pemahaman,
penguasaan serta prestasi belajar siswa merupakan indikator keberhasilan proses kegiatan
pembelajaran matematika. Semakin tinggi pemahaman dan penguasaan materi serta
prestasi belajar siswa, maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran.
Dengan demikian kemampuan komunikasi matematis siswa akan meningkat sehingga
siswa dapat menyampaikan ide-ide atau gagasan matematika secara lisan dan tulisan
kepada guru maupun orang lain.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan di SMP Negeri 16 Kota Jambi,
setelah melihat proses pembelajaran yang berlangsung di kelas VII J terlihat bahwa masih
banyaknya siswa yang tidak dapat menyampaikan ide matematika baik lisan maupun
tulisan, terutama pada materi keliling segiempat yang sedang diajarkan pada saat itu.
Siswa cenderung bosan saat pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan hasil observasi peneliti di kelas VII J SMP N 16 Kota Jambi pada
semester genap tahun pelajaran 2017/2018 dan wawancara dengan guru, diperoleh
informasi bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII J masih rendah, hal
ini dibuktikan dengan adanya :
1. Kemampuan siswa dalam menyampaikan ide-ide atau gagasan matematika baik
secara lisan maupun tertulis dari permasalahan tentang konsep keliling segiempat
masih rendah. Sebagian besar siswa merasa kesulitan membedakan rumus keliling
persegi dengan rumus keliling persegi panjang.
2. Kemampuan siswa dalam melakukan operasi matematika dari konsep keliling
segiempat belum tepat. Sebagian besar siswa masih kurang tepat dalam
mengoperasikan rumus-rumus keliling persegi panjang. Seperti rumus keliling persegi
2
= 2 (p+l). Siswa sering melakukan kesalahan seperti, jika suatu persegi sengan
panjang (p) = 12 dan lebar (l) = 6 maka keliling persegi tersebut ditulis siswa dengan
K= 2 x 12 + 6 = 24 + 6 = 26.
3. Kemampuan siswa dalam memahami konsep keliling segiempat masih kurang, seperti
siswa tidak dapat menjelaskan konsep keliling segiempat dengan kehidupan nyata.

Salah satu penyebab dari permasalahan-permasalahan di atas adalah metode yang


digunakan guru dalam mengajar. Guru langsung menuju rumus daripada melakukan
penanaman konsep pada siswa. Di dalam kelas, guru memulai proses pembelajaran
dengan menjelaskan konsep matematika, memberikan contoh bagaimana mengerjakan
suatu soal, kemudian meminta siswa untuk mengerjakan soal yang sejenis dengan soal
yang sudah diterangkan oleh guru. Guru aktif menjelaskan sedangkan sebagian besar
siswa hanya memperhatikan serta mencatat materi saja. Jadi, proses pembelajarannya
masih didominasi model pembelajaran yang hanya berpusat pada guru.
Pada kegiatan observasi yang dilaksanakan di kelas VII J SMP N 16 Kota Jambi
pada semester genap tahun pelajaran 2017/2018 dan wawancara dengan guru, diperoleh
informasi bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah. Peneliti banyak
menemukan masalah-masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran, tetapi disini
peneliti mengambil pokok masalah yaitu siswa tidak mampu mengemukakan ide-ide yang
dimilikinya baik lisan maupun tulisan didalam kelompok terlihat bahwa pada saat proses
observasi siswa dalam kelompoknya masing-masing tidak mampu mengemukakan hasil
kerjanya, dikarenakan metode pembelajaran yang diajarkan guru masih konvensional dan
tidak mengarahkan siswa pada penanaman konsep dari materi Keliling Segiempat.
Dengan demikian pada proses belajar, siswa harus mengalami sendiri apa yang
dipelajarinya melalui pengalaman nyata sehingga kemampuan berfikir kreatif siswa dapat
terbangun. Oleh sebab itu siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya serta menemukan konsep, prinsip, dan
pemecahan masalah untuk menjadi miliknya lebih daripada sekedar menerimanya atau
mendapatkan konsep tersebut dari guru atau buku.
Untuk dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa di SMP
Negeri 16 kota Jambi maka dilaksanakanlah PTK. PTK pada dasarnya merupakan
kegiatan nyata yang dilakukan guru dalam rangka memperbaiki mutu pembelajaran di
kelas. Dalam memperbaiki mutu pembelajaran tersebut juga perlu diterapkan model
pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah serta melibatkan siswa
3
dengan kreatif membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri, memberikan
dukungan dan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ide-idenya secara lisan
maupun tulisan dalam proses pembelajaran, salah satunya dengan menerapkan model
pembelajaran Inquiry.
Model pembelajaran Inquiry memiliki keunggulan untuk dapat membentuk dan
mengembangkan “self concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang
konsep dasar dan ide-ide lebih baik. Apabila ide-ide matematika sudah dibentuk dan
dikembangkan oleh siswa maka siswa dapat dengan mudah menyampaikan ide-ide
tersebut baik lisan maupun tulisan kepada guru maupun siswa lainnya, sehingga
kemampuan komunikasi matematis siswa dapat meningkat (Roestiyah. 2002: 76).
Model pembelajaran Inquiry biasanya disebut dengan model pembelajaran
penemuan. Pembelajaran Inqury membuat siswa untuk dapat mencari dan menyelidiki
suatu masalah dengan cara yang sistematis, kritis, logis dan di analisis dengan baik.
Model pembelajaran ini akan membuat siswa banyak berdiskusi untuk memecahkan
masalah. Dengan demikian melalui penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SMP
Negeri 16 kota Jambi dengan menerapkan model pembelajaran Inquiry, diharapkan
mampu meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam belajar
matematika khususnya pada materi keliling segiempat.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka perlu adanya perbaikan
pembelajaran untuk meningkatkan kualitas dan mutu pembelajaran untuk itu dilakukan
penelitian yang berjudul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY
PADA MATERI KELILING SEGIEMPAT UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII J DI SMP N 16
KOTA JAMBI”.

B. Rumusan Masalah
Apakah penerapan model pembelajaran Inquiry dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis siswa pada materi keliling segiempat kelas VII J SMP N 16 Kota
Jambi?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis
siswa dengan menerapkan model pembelajaran Inquiry pada materi keliling segiempat
kelas VII J SMP N 16 Kota Jambi.
4
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa:
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis
siswa dan prestasi hasil belajar siswa dalam menyelesaikan masalah matematika.
2. Bagi guru:
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebagai salah satu alternatif variasi strategi
pembelajaran matematika.
3. Bagi instansi bidang pendidikan:
a. Sebagai sumber informasi atau sumbangan pemikiran untuk perbaikan proses
pembelajaran.
b. Sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan bidang
pendidikan di masa akan datang.
c. Bagi peneliti lainnya
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan bahan pertimbangan
dalam meneliti masalah yang sama atau sejenis pada lokasi dan waktu yang
berbeda.

E. Hipotesis Penelitian
Jika pembelajaran dilakukan dengan model pembelajaran Inquiry maka
kemampuan matematis siswa kelas VII J SMP N 16 Kota Jambi pada materi keliling
segiempat akan meningkat.

Anda mungkin juga menyukai