OLEH :
SUCI MEILISYA,S.KEP
1841312095
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
TALASEMIA
2. Etiologi
Thalasemia terjadi akibat adanya perubahan pada gen globin pada kromosom
manusia. Gen globin adalah bagian dari sekelompok gen yang terletak pada
kromosom 11. Bentuk dari pada gen beta-globin ini dikontrol oleh locus control
region (LCR). Berbagai mutasi pada gen atau pada unsur-unsur dasar gen
menyebabkan cacat pada inisiasi atau pengakhiran transkripsi, pembelahan RNA
yang abnormal, substitusi, danframeshifts. Hasilnya adalah penurunan atau
pemberhentian daripada penghasilan rantai beta-globin, sehingga menimbulkan
sindrom thalassemia-beta.
Mutasi beta-zero (β0) ditandai dengan tidak adanya produksi beta-globin,
yang biasanya akibat mutasi nonsense, frameshift, atau splicing. Sedangkan
mutasi beta-plus (β+) ditandai dengan adanya produksi beberapa beta-globin
tetapi dengan sedikit cacat splicing.Mutasi yang spesifik memiliki beberapa
hubungan dengan faktor etnis atau kelompok berbeda yang lazim di berbagai
belahan dunia.Seringkali, sebagian besar individu yang mewarisi penyakit ini
memiliki pola resesif autosomal, dengan individu heterozigot memiliki kelainan
gen tersebut, sedangkan pada individu heterozigot atau individu compound
homozigot, kelainan itu memanifestasi sebagai penyakit beta-thalassemia mayor
atau intermedia.
3. Manifestasi Klinis
Anemia berat dengan limpa besar dan hepar yang membesar.Pada anak
yng besar bisanya disertai keadaan gizi yang jelek dan mukanya
memperlihatakan fasies Mongoloid.Jumlah retikulosit dalam darah meningkat.
Pada hapusan darah tepi akan didapatkan gambaran anisositosis, hipokromi,
poikilositsis. Kadar besi dalam serum meninggi dan daya ikat serum terhadap
besi menjadi rendah dapat mencapai nol.
Gambaran Radiologis tulang akan memperlihatakan medula yng lebar,
korteks tipis dan trabekula kasar. Tulang tengkorak memperlihatkan dploe dan
pada anak besar kadag-kadang terlihat brush appearance. Sering pula ditemukan
gangguan pneumatisasi rongga sinus paranasalis.Pada keadaan lebih lanjut
dapat terlihat kelainan tulang, fraktura, dan warna kulit yang kelabu akibat
penimbunan besi (apabila melakukan tranfusi).Anak dengan kelainan ini
biasana meninggal pada umur muda sebelum dewasa akibat gagal jantung dan
infeksi. (Ilmu Kesehatan Anak.2007.FKUI)
Tanda dan gejala secara umum dapat dilihat :
a. Face Mongoloid
b. Hepatosplenomegali
c. Ikterus atau sub-ikterus
d. Tulang : osteoporosis, tampak struktur mozaik. Tengkorak : tampak struktur
“hairs on end”
e. Jantung membesar karena anemia kronik
f. Pertumbuhan terhambat, bahkan mungkin tidak dapat mencapai adolensensi
karena adanya anemia kronik
g. Kelainan hormonal, seperti DM, hipotiroid, disfungsi gonid
h. Gizi buruk
Gejala Klinis Thalasemia mayor, gejala klinik telah terlihat sejak anak baru
berumur kurang dari 1 tahun, yaitu:
a. Lemah
b. Pucat
c. Perkembangan fisik tidak sesuai dengan umur
d. Berat badan kurang
e. Tidak dapat hidup tanpa transfuse
Thalassemia Intermedia : ditandai oleh anemia mikrositik, bentuk heterozigot.
Thalassemia minor/ Thalassemia trait : ditandai oleh splenomegaly anemia berat,
bentuk homozigot.
Gejala khas adalah:
a. Bentuk muka mongoloid yaitu hidung pesek, tanpa pangkal hidung, jarak
antara kedua mata lebar dan tulang dahi juga lebar.
b. Keadaan kuning pucat pada kulit, jika sering ditransfusi, kulitnya menjadi
kelabu karena penimbunan besi.
2) Deferasirox
6. Komplikasi
Bagi thalassemia mayor memerlukan transfuse darah seumur hidup. Pada
thalassemia mayor komplikasi lebih sering di dapatkan dari pada thalassemia
intermedia.Komplikasi neuromuscular tidak jarang terjadi.Biasanya pasien
terlambat berjalan.Sindrom neupati juga mungkin terjadi dengan kelemahan
otot-otot proksimal. Terutama ekstremitas bawah akibat iskemia serebral dapat
timbul episode kelainan neurologic fokal ringan, gangguan pendengaran
mungkin pula terjadi seperti pada kebanyakan anemia hemolitik atau
diseritropoitik lain ada peningkatan kecenderungan untuk terbentuknya batu
pigmen dalam kandung empedu. Serangan pirai sekunder dapat timbul akibat
transfuse yang berulang-ulang dan atau salah pemberian obat-obat yang
mengandung besi. Pencegahan untuk ini adalah dengan selatin azen misalnya
desferal.
Hepatitis paska transfuse bisa dijumpai terutama bila darah transfuse atau
komponennya tidak diperiksa dahulu terhadap adanya keadaan pathogen seperti
HbsAg dan anti HCV. Penyakit AIDS atau HIV dan penyakit Creutzfeldt Jacob
(Analog penyakit sai gila=mad cow, pada sapi) dapat pula ditularkan melalui
transfusi.
Hemosiderosis mengakibatkan sirosis hepatitis, diabetes mellitus dan
penyakit jantung.Pigmentasi kulit meningkat aabila ada hemosiderosis karena
peningkatan endapan melanin dikatalisasi oleh endapan besi yang meningkat.
Dengan chellatin agents hiperpigmentasi ini dapat di koreksi kembali. Tukak
menahun pada kaki dapat di jumpai deformitas pada skelet, tulang dan sendi
mungkin pula terjadi.Deformitas pada muka kadang-kadang begitu berat
sehingga memberikan gambaran yang menakutkan dan memerlukan operasi
koreksi.Pembesaran limpa dapat mengakibatkan hipersplenisme dan dapat
menyebabkan trombositopenia dan perdarahan.
Komplikasi juga dapat berakibat gagal jantung. Transfusi darah yang
berulang-ulang dan proses hemolisis menyebabkan kadar besi dalam darah
sangat tinggi, sehingga ditimbun dalam berbagai jaringan tubuh seperti hepar,
limpa, kulit, jantung dan lain-lain. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan fungsi
alat tersebut (hemokromatosis).Limpa yang besar mudah rutur akibat trauma
yang ringan.Kadang-kadang thalassemia disertai oleh tanda hipersplenisme
seperti leukopenia dan trombopenia.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum meliputi kesan pasien pada keadaan sakit seperti ekspresi
wajah dan posisi pasien, serta kesadaran pasien seperti komposmentis,
apatis, somnolen, sopor, koma dan delirium.
Pada pasien talasemia ditemukan pasien tampak lemah dan pucat.
2) Pemeriksaan tanda vital
Pemeriksaan ini meliputi tekanan darah, nadi (frekuensi, irama,
kualitas), pernafasan (frekuensi, irama, kedalaman, pola pernafasan) dan
suhu tubuh.
Pada pasien talasemia tekanan darah biasanya dalam batas normal.
Sedangkan nadi, fekuensi pernafasan dan suhu yang meningkat.
3) Berat badan dan Tinggi badan
Pada pasien talasemia berat badan biasanya mengalami penurunan
kadang sampai 10% dari BB normal, sedangkan tinggi badannya tetap.
4) Pemeriksaan kepala
Pemeriksaan ini menilai bentuk dan ukuran kepala, distribusi rambut dan
kulit kepala, ubun-ubun (fontanel), wajah simetris atau tidak, atau
ada/tidaknya lesi pembengkakan dan nyeri tekan.
Pada pasien talasemia mempunyai bentuk khas, yaitu kepala membesar
dan bentuk mukanya adalah mongoloid, yaitu hidung pesek tanpa
pangkal hidung, jarak kedua mata lebar, dan tulang dahi terlihat lebar.
5) Mata
Pemeriksaan ini melihat visus, alis bulu mata, konjungtiva anemis/tidak,
sklera ikterik/tidak, pupil, lensa dan adanya udem palpebra/tidak.
Biasanya ditemukan konjungtiva anemis, sclera ikhterik/kekuningan ,
pupil isokor, reflek pupil terganggu.
6) Telinga
Pemeriksaan ini yaitu pada liang telinga, membran timpani, mastoid,
ketajaman pendengaran.
Biasanya tidak ada kelainan atau msalah pada telinga pasien talesemia.
7) Hidung
Pemeriksaan ini melihat ada atau tidaknya polip, sumbatan, pernafasan
cuping hidung dan nyeri tekan.
Biasanya tidak ditemukan kelainan pada hidung pasien dengan talesemia.
8) Mulut
Pemeriksaan ini melihat ada tidaknya kesukaran membuka mulut
(trismus), mukosa bibir, gusi, lidah, salivasi, ada tidaknya peradangan
dan karies pada gigi.
Biasanya bibir pasien dengan talasemia tampak pucat kehitaman.
9) Leher
Pemeriksaan ini untuk melihat kaku kuduk, ada tidaknya massa di leher
(ukuran, bentuk, posisi, konsistensi dan ada tidaknya nyeri telan) . Selain
itu juga pemeriksaan kelenjar getah bening yang dapat dinilai dari
bentuknya serta tanda-tanda radang yang dapat dinilai di daerah servikal
anterior, inguinal, oksipital dan retroaurikuler.
Biasanya tidak ada kelainan pada leher pasien dengan talasemia.
10) Kulit
Pemeriksaan ini meliputi warna (pigmentasi, sianosis, ikterus, pucat,
eritema dan lain-lain), turgor, kelembaban kulit dan ada/tidaknya edema.
Biasanya ditemukan turgor kulit jelek, kulit berwarna pucat kekuningan.
11) Paru
Pemeriksaan ini melihat bentuk dadanya, keadaan paru yang meliputi
simetris/tidak, pergerakan nafas, ada/tidaknya fremitus suara, krepitasi
serta pada saat perkusi bagaimana (hipersonor atau timpani), apabila
udara di paru atau pleura bertambah bunyinya redup dan apabila terjadi
konsolidasi jarngan paru maka bunyika pekak. Selain itu dilakukan
auskultasi untuk mendengar suara nafas apakah normal atau ada suara
tambahan seperti ronchi (basah dan kering) dan wezzing.
Biasanya terdapat sesak nafas (dipsnea) pada pasien talasemia.
12) Jantung
Pemeriksaan adalah denyut apeks atau iktus kordis dan aktivitas
ventrikel, getaran bising (thriil), dan bunyi jantung.
Pada pasien talasemia dada sebelah kiri menonjol akibat adanya
pembesaran jantung yang disebabkan oleh anemia kronik
13) Abdomen
Pemeriksaan ini tentang ukuran atau bentuk perut apakah membuncit
atau tidak, dinding perut, bising usus normal atau tidak,
adanya/tidaknya ketegangan dinding perut dan nyeri tekan. Selain itu
dilakukan palpasi untuk melihat ada tidaknya pembesaran pada organ
hati, limpa, ginjal, kandung kencing, kemudian pemeriksaan pada
daerah anus, rektum serta genetalianya. Pada pasien talasemia perut
terlihat pucat, dipalpasi ada pembesaran limpa dan hati.
14) Ekstremitas
Pemeriksaan ini untuk melihat rentang gerak, keseimbangan dan gaya
berjalan, genggaman tangan, otot kaki, dan ada tidaknya udem di
ekstremitas. Biasanya terjadi kelemahan otot, tonus otot menurun, akral
hangat.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan b. penurunan oksigenasi ke sel – sel
b. Hipertermi berhubungan dengan penyakit, peningkatan laju metabolisme
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis,
ketidak mampuan menelan.
d. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
3. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dalam mengukur
keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada yang belum tercapai
maka dilakukan asuhan keperawatan ulang.
Hasil Evaluasi yang mungkin didapat adalah :
a. Terjadi perbaikan dalam perfusi pasien
b. Terjadi perbaikan dalam suhu pasien
c. Terjadi pemenuhan nutrisi
d. Terjadi toleransi aktivitas
No. NANDA NOC NIC
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan Perfusi jaringan klien adekuat Perawatan sirkulasi :
dengan penurunan oksigenasi ke sel – sel
Setelah dilakukan tindakan Lakukan penilaian secara komprehensif fungsi
Defenisi : Pengurangan / penurunan perawatan selama 3 x 24 jam, sirkulasi periper. (cek nadi priper,oedema,
konsentrasi dalam sirkulasi darah diharapkan sirkulasi pasien kapiler refil, temperatur ekstremitas).
keperifer yang bisa
menyebabkan adekuat dengan kriteria hasil :
gangguan kesehatan / membahayakan Evaluasi nadi, oedema
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofiologi Edisi Revisi 3. Jakarta : EGC
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.
Mansjoer, Arif. dkk . 2008. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3. Jakarta :
Media Aesculapius FKUI
Moorhead,Sue, Dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC). United
Kingdom: ELSEVIER
NANDA International. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta. EGC
Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha
Medika
Smeltzer dan Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol.3. Jakarta:
EGC
Syaifuddin, H . 2006 . anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3.
Jakarta : EGC
Sudoyo, Aru W.dkk.Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V.Jakarta Pusat:Internal
Publishing.