1. Pajak reklame
Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda,
alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan
perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca,
Tahun 2011
1,508,937,050.00 − 1,800,002,185.00
Pertumbuhan = x 100
1,800,002,185.00
= 16,17%
Berikut disajikan perkembangan pajak reklame Kota Palu selama tahun 2010-
2015.
Tabel 4.1
Perkembangan Pajak reklame
Berdasarkan data Tabel 4.1 terlihat bahwa pajak reklame Kota Palu berfluktuasi
tiap tahunnya. Pertumbuhan pajak reklame dari tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami
pertumbuhan negatif, dimana nilai pajak reklame mengalami penurunan sebesar Rp.
kenaikan yang sangat signifikan dibandingkan tahun 2011, dimana nilai kenaikan
mencapai Rp. 791.862.950,00 atau 52,48%. Tahun 2013 besarnya pajak reklame
mengalami kenaikan sebesar Rp. 212.837.626,00 atau 9,25% dibandingkan tahun 2012.
Sementara ditahun 2014 nilai pajak reklame sebesar Rp. 2,687,379,660.00 mengalami
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa perkembangan pajak reklame Kota Palu
ini cukup berkembang namun setiap tahunnya mengalami fluktuasi, bisa diliat di tahun
anggaran, yang dimana selain wajib pajak yang masih kurang kesadaran dalam
melaporkan pajaknya juga kurangnya pengawasan dari pihak dinas sehingga fiskus juga
kurang melapor data yang diterima dilapangan. Oleh karena itu, pihak dinas sudah
mulai memperbaiki sitem database nya dengan memperbaiki system pendataan,
penagihan dan memperketat pengawasan dilapangan, hal itu biasa dilihat ditahun 2012
Dari penjelasan tabel diatas anggaran dalam target dan realisasi sangat
berperan untuk potensi pajak reklame mulai tahun 2010-2014 sehingga dapat
Berikut grafik perkembangan pajak reklame dari tahun 2010 sampai dengan tahun
2015.
Gambar 4.2
Grafik Pertumbuhan Pajak reklame
penurunan yang terjadi secara signifikan pada tahun 2011. Dilihat dari nilai target dan
Kota Palu mulai melakukan penertiban dan penataan kembali reklame-reklame yang
sebesar 52,48%
2. Pajak Hotel
Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran,
Tahun 2011
1,912,852,881.00 − 1,703,852,495.00
Pertumbuhan = x 100
1,703,852,495.00
= 12,27%
Berikut disajikan perkembangan pajak hotel Kota Palu selama tahun 2010-2015.
Tabel 4.2
Perkembangan Pajak Hotel
Berdasarkan data di Tabel 4.2 terlihat bahwa pajak hotel Kota Palu berfluktuasi
tiap tahunnya. Pertumbuhan pajak reklame dari tahun 2010 ke tahun 2011 sebesar Rp.
209.000.386,00 atau 12,27%. Di tahun 2012 pajak hotel mengalami kenaikan yang
sangat signifikan dibandingkan tahun 2011, dimana nilai kenaikan mencapai Rp.
1.501.779.535,00 atau 78,51%. Tahun 2013 kenaikan pajak hotel sebesar Rp.
1.537.578.029,00 atau 45,03 dibandingkan tahun 2012. Di tahun 2014 besarnya pajak
(75,14%) dibandingkan tahun 2014. Di tahun 2015 nilai pajak reklame sebesar Rp.
Potensi Pajak Hotel yang ada sebenarnya sangat besar nilainya bila dibandingkan
dengan realisasi penerimaan Pajak Hotel yang terjadi. Ini menunjukkan bahwa
Pemerintah Kota Palu masih belum optimal/maksimal dalam menggali potensi Pajak
Hotel yang ada sehingga realitanya justru Pajak Hotel di Kota Palu termasuk pajak yang
memberikan kontribusi kecil terhadap penerimaan daerah padahal seharusnya
mengingat Kota Palu kaya akan potensi daerah dan menjadi Daerah Tujuan Wisata
(DTW) maka Pajak Hotel tentunya memberikan kontribusi besar terhadap penerimaan
daerah.
Selisih yang cukup besar antara potensi Pajak Hotel yang ada dengan
menjadi permasalahan yang cukup konkrit sebenarnya bagi Kota Palu karena
penerimaan ini pada nantinya juga akan menyangkut pembiayaan yang dilakukan.
Potensi Pajak Hotel terhadap target Pajak hotel yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah
jauh lebih besar daripada proporsi realisasi penerimaan Pajak Hotel terhadap target
tersebut. Ini adalah suatu fakta bahwa terdapat potensi Pajak Hotel yang sangat besar
sekali nilainya dan selama ini Pemerintah Daerah sepertinya kurang memahami adanya
potensi ini. Terbukti berdasarkan tren yang terlihat bahwa sepertinya Pemerintah
Daerah hanya mengikuti tren tahun-tahun sebelumnya dalam penetapan target Pajak
Hotel tahun anggaran berikutnya sehingga pastilah realisasi penerimaan Pajak Hotel
yang terjadi selalu mencapai target yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. Ini
menjadi keadaan yang sungguh sangat memprihatinkan sebenarnya bagi daerah karena
Pemerintah Daerah hanya terpaku pada pencapaian hasil tanpa memperhatikan situasi
dan kondisi yang terjadi sebenarnya dan ini juga menjadi suatu kerugian yang sangat
besar bagi Kota Palu karena penerimaan yang selayaknya bernilai besar dan dapat
ini membuat adanya selisih antara realisasi dengan target yang cukup besar. Adanya
selisih ini mengindikasikan bahwa potensi pajak hotel sangat besar yang belum digali
Berikut grafik perkembangan pajak hotel dari tahun 2010 sampai dengan tahun
2015.
Gambar 4.3
Grafik Pertumbuhan Pajak Hotel
pertumbuhan pajak hotel menurun drastis. Hal ini disebabkan ditetapkannya suatu
penghindaran pajak baik secara aktif maupun pasif yang dilakukan oleh wajib pajak,
banyaknya objek pajak yang tidak dilaporkan oleh wajib pajak maupun objek pajak
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari
sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai
Tahun 2011
719,492,056,502.84 − 632,786,839,752.05
Pertumbuhan = x 100
632,786,839,752.05
= 13,70%
Berikut disajikan perkembangan pendapatan asli daerah Kota Palu selama tahun
2010-2015.
Tabel 4.3
Perkembangan Pendapatan Asli Daerah
No Tahun Realisasi %
1. 2010 632,786,839,752.05
Berdasarkan data di Tabel 4.3 terlihat bahwa pajak reklame Kota Palu berfluktuasi
tiap tahunnya. Nilai PAD di tahun 2010 sebesar Rp. 632,786,839,752.05. Ditahun 2011
nilai PAD sebesar RP. 719,492,056,502.84 atau mengalami kenaikan sebesar Rp.
atau 11,55% dengan nilai PAD sebesar 802,626,347,830.91. Pada tahun 2013 PAD
dimana nilai PAD mencapai Rp. 993,079,426,049.00 atau naik sebesar Rp.
1,171,610,175,067.51 atau mengalami kenaikan sebesar Rp. 17,98%. Dan di tahun 2015
nilai PAD mengalami kenaikan sebesar Rp. 132.005.413.478,44 atau 11,27% menjadi
Rp. 1,303,615,588,545.95.
Berdasarkan data di atas salah satu penyebab berfluktuasinya nilai PAD adalah
kurangnya data dan informasi yang akurat mengenai sumber PAD. Data dan Informasi
merupakan dua faktor penting untuk mendukung tercapainya kualitas perencanaan dan
pengendalian pembangunan yang dapat dihandalkan. Data dan Informasi merupakan
fakta atau bahan penting untuk perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan oleh
pimpinan. Kelengkapan jenis data dan kemutakhiran data akan dapat memberikan hasil
yang memuaskan bagi semua pihak terhadap hasil perencanaan dan pengendalian yang
seminimal mungkin tidak menimbulkan akses negatif di kemudian hari (dalam jangka
panjang).
Berikut grafik perkembangan PAD Kota Palu dari tahun 2010 sampai dengan
tahun 2015.
20.00
15.00
Pertumbuhan PAD
10.00 Kota Palu
5.00
-
2011 2012 2013 2014 2015
Gambar 4.3
Grafik Pertumbuhan PAD Kota Palu
Berdasarkan Gambar 4.3 pertumbuhan PAD Kota Palu terus mengalami
penurunan hal ini disebabkan pemungutan pajak daerah belum optimal dilakukan selain
itu penurunan PAD Kota Palu disebabkan adanya penghapusan Peraturan Daerah
(Perda) Nomor 1 tahun 2011 tentang pajak daerah Kota Palu oleh Mendagri, akibat dari
pencabutan perda itu, Kota Palu kehilangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) kurang
penerimaan pajak reklame dan pajak hotel sesuai dengan yang ditargetkan. Berikut hasil
1. Pajak reklame
Berikut disajikan perkembangan efektifitas pajak reklame Kota Palu tahun 2010-
2015.
Tabel 4.4
Efektivitas Pajak reklame
1,800,002,185.00 dengan tingkat efektifitas sebesar 79,12% atau berada pada kategori
kurang efektif. Tahun 2011 target target pajak reklame sebesar Rp. 21,500,000,000.00
dengan nilai realisasi sebesar Rp. 1,508,937,050.00 dengan tingkat efektifitas sebesar
100,60% atau berada pada kategori sangat efektif. Tahun 2012 target pajak reklame
dengan tingkat efektifitas sebesar 142,46% atau berada pada kategori sangat efektif.
Tahun 2013 target pajak reklame sebesar Rp. 1,700,000,000.00 dengan nilai realisasi
sebesar Rp. 2,513,637,626.00 dengan tingkat efektifitas sebesar 147,86% atau berada
pada kategori sangat efektif. Tahun 2014 target pajak reklame sebesar Rp.
efektifitas sebesar 134,37% atau berada pada kategori sangat efektif. Tahun 2015 target
pajak reklame sebesar Rp. 3,400,000,000.00 dengan nilai realisasi sebesar Rp.
3,009,806,127.00 dengan tingkat efektifitas sebesar 88,52% atau berada pada kategori
Cukup efektif.
reklame agar tidak ada oknum-oknum tertentu yang memasang reklame tanpa
sebagai berikut:
150.00
-
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Gambar 4.5
Grafik Efektivitas Pajak reklame
Berdasarkan Gambar 4.4 di atas dapat diketahui bahwa efektifitas pajak reklame
berfluktuatif. Efektifitas tertinggi pada tahun 2013 sebesar 147,86% sedangkan yang
terendah pada tahun 2010 sebesar 79,12% berada pada kategori kurang efektif.
2. Pajak Hotel
Berikut disajikan perkembangan efektifitas pajak hotel Kota Palu tahun 2010-
2015.
Tabel 4.5
Efektivitas Pajak Hotel
Berdasarkan data di Tabel 4.5 dapat diketahui efektifitas pajak hotel tahun 2010-
2015. tahun 2010 target pajak hotel sebesar Rp. 1,488,241,000.00 dengan nilai realisasi
sebesar Rp. 1,703,852,495.00 dengan tingkat efektifitas sebesar 114,49% atau berada
pada kategori sangat efektif. Tahun 2011 target target pajak hotel sebesar Rp.
efektifitas sebesar 113,30% atau berada pada kategori sangat efektif. Tahun 2012 target
pajak hotel sebesar Rp. 2,235,000,000.00 dengan nilai realisasi sebesar Rp.
3,414,632,416.00 dengan tingkat efektifitas sebesar 152,78% atau berada pada kategori
sangat efektif. Tahun 2013 target pajak hotel sebesar Rp. 3,000,000,000.00 dengan nilai
realisasi sebesar Rp. 4,952,210,445.00 dengan tingkat efektifitas sebesar 165,07% atau
berada pada kategori sangat efektif. Tahun 2014 target pajak hotel sebesar Rp.
efektifitas sebesar 119,63% atau berada pada kategori sangat efektif. Tahun 2015 target
pajak hotel sebesar Rp. 9,700,000,000.00 dengan nilai realisasi sebesar Rp.
9,400,000,000.00 dengan tingkat efektifitas sebesar 96,91% atau berada pada kategori
efektif.
Efektivitas Pajak Hotel yang terjadi di Kota Palu juga menunjukkan angka yang
Kota Palu masih jauh dari efektif, padahal bisa dilihat pembangunan Hotel di Palu kini
sudah mulai banyak harusnya itu merupakan potensi pajak dalam peningkatan PAD
kota palu. Jadi rasio antara realisasi penerimaan Pajak Hotel yang terjadi dengan potensi
Pajak Hotel yang ada bisa dikatakan belum berhasil karena kurang pemerintah daerah
dalam menggali potensi pajak tersebut. Efektif atau tidaknya aktivitas pemungutan
Pajak Hotel ini juga sangat bergantung kepada fiskus (pemungut pajak) serta peran
Berdasarkan data di atas dapat ditunjukkan grafik efektifitas pajak hotel sebagai
berikut:
150.00
-
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Gambar 4.6
Grafik Efektivitas Pajak Hotel
Berdasarkan Gambar 4.6 di atas dapat diketahui bahwa efektifitas pajak hotel
berfluktuatif. Efektifitas tertinggi pada tahun 2013 sebesar 165,07% sedangkan yang
terendah pada tahun 2015 sebesar 96,91% tetapi masih berada pada kategori efektif.
tahun 2010-2015.
Tabel 4.6
Efektivitas Pendapatan Asli Daerah
Berdasarkan data di Tabel 4.6, dapat diketahui efektifitas PAD tahun 2010-2015.
Tahun 2010 target PAD sebesar Rp. 646,258,461,635 dengan nilai realisasi sebesar Rp.
kategori efektif. Tahun 2011 target target PAD sebesar Rp. 737,229,931,259 dengan
97,59% atau berada pada kategori efektif. Tahun 2012 target PAD sebesar Rp.
779,322,454,453 dengan nilai realisasi sebesar Rp. 802,626,347,830.91 dengan tingkat
efektifitas sebesar 102,99% atau berada pada kategori sangat efektif. Tahun 2013 target
kategori sangat efektif. Tahun 2014 target PAD sebesar Rp. 1,168,497,486,981 dengan
100,27% atau berada pada kategori sangat efektif. Tahun 2015 target PAD sebesar Rp.
Efektivitas PAD Kota Palu berada pada kategori efektif, hal ini mengindikasikan
bahwa realisasi PAD Kota Palu dapat mencapai target namun mengalami penurunan
tiap tahunnya. Penurunannya disebabkan adanya pajak yang dihapus disamping itu
Berdasarkan data di atas dapat ditunjukkan grafik efektifitas PAD sebagai berikut:
Efektifitas PAD
104.00
102.00
100.00
98.00
96.00 Efektifitas PAD
94.00
92.00
90.00
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Gambar 4.7
Grafik Efektivitas PAD
Berdasarkan Gambar 4.6 di atas dapat diketahui bahwa efektifitas pendapatan asli
daerah berfluktuatif. Efektifitas tertinggi pada tahun 2012 sebesar 102,99%% sedangkan
yang terendah pada tahun2015 sebesar 95,01% tetapi masih berada pada kategori
efektif.
Rasio kontribusi digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang dapat
disumbangkan dari penerimaan pajak reklame dan hotel terhadap penerimaan Pendapatan
Asli Daerah di kota Palu, maka dibandingkan antara realisasi penerimaan pajak reklame
Berikut disajikan perkembangan kontribusi pajak reklame Kota Palu tahun 2010-
2015.
Tabel 4.7
Kontribusi Pajak reklame Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa selama tahun 2010 sampai tahun
2015 kontribusi pajak reklame terhadap pendapatan asli daerah dibawah 1%. Tahun
2010 besarnya pajak reklame sebesar Rp. 2,274,931,000.00 sedangkan nilai PAD
sebesar Rp. 632,786,839,752.05 dengan nilai kontribusi sebesar 0,36%. Tahun 2011
besarnya pajak reklame sebesar Rp. 1,500,000,000.00 sedangkan nilai PAD sebesar Rp.
719,492,056,502.84 dengan nilai kontribusi sebesar 0,21%. Tahun 2012 besarnya pajak
802,626,347,830.91 dengan nilai kontribusi sebesar 0,20%. Tahun 2013 besarnya pajak
993,079,426,049.00 dengan nilai kontribusi sebesar 0,17%. Tahun 2014 besarnya pajak
pajak reklame sebesar Rp. 3,400,000,000.00 sedangkan nilai PAD sebesar Rp.
apalagi adanya tertulis slogan pada rokok “Rokok Dapat Membunuhmu” ini sangat
berpengaruh sekali peran terhadap pajak reklame. Disamping itu rendahnya pajak
reklame disebabkan tidak ada pengawasan yang efektif terhadap papan reklame
sehingga banyak reklame liar yang tidak melakukan pembayaran pajak reklame.
Berikut disajikan perkembangan kontribusi pajak hotel Kota Palu tahun 2010-
2015.
Tabel 4.8
Kontribusi Pajak Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Berdasarkan data di Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa selama tahun 2010 sampai
tahun 2015 kontribusi pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah dibawah 1%. Tahun
2010 besarnya pajak reklame sebesar Rp. 1,488,241,000.00 sedangkan nilai PAD
sebesar Rp. 632,786,839,752.05 dengan nilai kontribusi sebesar 0,24%. Tahun 2011
besarnya pajak hotel sebesar Rp. 1,688,241,000.00 sedangkan nilai PAD sebesar Rp.
719,492,056,502.84 dengan nilai kontribusi sebesar 0,23%. Tahun 2012 besarnya pajak
802,626,347,830.91 dengan nilai kontribusi sebesar 0,28%. Tahun 2013 besarnya pajak
993,079,426,049.00 dengan nilai kontribusi sebesar 0,30%. Tahun 2014 besarnya pajak
pajak hotel sebesar Rp. 9,700,000,000.00 sedangkan nilai PAD sebesar Rp.
target, realisasi, dan potensi yang ada dapat ditinjau dari aspek administratif dan sisi
kredibilitas kinerja aparatur pemerintah daerah bersangkutan. Terdapat selisih dalam hal
penentuan pajak yang harus dibayarkan oleh para Wajib Pajak Hotel. Bentuk-bentuk
pembayaran tersebut dibayarkan secara langsung kepada petugas pajak di Kantor Pajak
masih belum adanya akurasi dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Daerah dan
saat ini hanya terpaku pada pencapaian target kerja saja sehingga adanya potensi-petensi
dari Pajak Daerah belum dimaksimalkan penggaliannya. Selain itu, penentuan Pajak
Hotel oleh para aparatur pemerintah daerah yang hanya berdasarkan pada tahuntahun
pencapaian ini bukan menjadi ukuran efektivitas Pajak Hotel itu sendiri karena nilainya
terjadi.
pembayaran Pajak Hotel yang ada ternyata tidak banyak diketahui oleh para
pengelola hotel. Itu juga menjadi salah satu kendala yang dihadapi dalam
1.4 Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh terlihat bahwa pajak reklame dan pajak hotel
menyebabkan kurang efektifnya penerimaan pajak adalah database yang masih kacau
Kendala yang paling utama adalah sumberdaya manusia yang kurang maksimal dan
masih banyak objek pajak yang tidak memiliki kesadaran dalam pelaporan pajak.
Contohnya pajak reklame sehingga pegawai DPPKAD harus turun langsung dalam
pengambilan tenaga kontrak akan tetapi pihak DPPKAD masih belum melaksanakannya
karena belum adanya undang-undang yang mengatur tentang keterikatan tenaga kontrak
sebab DPPKAD takut apabila suatu saat tenaga kontrak tidak menjalankan sesuai tugas.
Upaya lain yang dilakukan DPPKAD adalah pemberian sanksi. Namun hal ini tidak dapat
dilakukan sepenuhnya, karena akan berdampak pada penurunan pendapatan. Untuk itu
pihak DPPKAD melakukan secara bertahap agar wajib pajak tidak terlalu tertekan dan