Anda di halaman 1dari 22

1.

1 Hasil Rasio Pertumbuhan

1. Pajak reklame

Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda,

alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan

komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik

perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca,

didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum.

Pajak Tahun Sekarang – Pajak Tahun Sebelumnya X 100


Rasio Pertumbuhan =
Pajak Tahun Sebelumnya

Tahun 2011

Pajak Tahun 2011 − Pajak Tahun 2010


Pertumbuhan = 𝑥 100
Pajak Tahun 2010

1,508,937,050.00 − 1,800,002,185.00
Pertumbuhan = x 100
1,800,002,185.00

= 16,17%

Berikut disajikan perkembangan pajak reklame Kota Palu selama tahun 2010-

2015.
Tabel 4.1
Perkembangan Pajak reklame

No Tahun Target Realisasi Trend

1 2010 2,274,931,000.00 1,800,002,185.00

2 2011 1,500,000,000.00 1,508,937,050.00 (16.17)

3 2012 1,615,000,000.00 2,300,800,000.00 52.48

4 2013 1,700,000,000.00 2,513,637,626.00 9.25

5 2014 2,000,000,000.00 2,687,379,660.00 6.91

Sumber: data diolah kembali, Juli 2017.

Berdasarkan data Tabel 4.1 terlihat bahwa pajak reklame Kota Palu berfluktuasi

tiap tahunnya. Pertumbuhan pajak reklame dari tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami

pertumbuhan negatif, dimana nilai pajak reklame mengalami penurunan sebesar Rp.

291.065.135,00 atau 16,17%. Di tahun 2012 kenaikan pajak reklame mengalami

kenaikan yang sangat signifikan dibandingkan tahun 2011, dimana nilai kenaikan

mencapai Rp. 791.862.950,00 atau 52,48%. Tahun 2013 besarnya pajak reklame

mengalami kenaikan sebesar Rp. 212.837.626,00 atau 9,25% dibandingkan tahun 2012.

Sementara ditahun 2014 nilai pajak reklame sebesar Rp. 2,687,379,660.00 mengalami

kenaikan sebesar 6,91% dibandingkan tahun 2013.

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa perkembangan pajak reklame Kota Palu

ini cukup berkembang namun setiap tahunnya mengalami fluktuasi, bisa diliat di tahun

2010 ke 2011 mengalami penurunan drastis itu dikarenakan adanya kebocoran

anggaran, yang dimana selain wajib pajak yang masih kurang kesadaran dalam

melaporkan pajaknya juga kurangnya pengawasan dari pihak dinas sehingga fiskus juga

kurang melapor data yang diterima dilapangan. Oleh karena itu, pihak dinas sudah
mulai memperbaiki sitem database nya dengan memperbaiki system pendataan,

penagihan dan memperketat pengawasan dilapangan, hal itu biasa dilihat ditahun 2012

tren mengalami peningkatan yang cukup berarti yaitu sebesar 52,48 %.

Dari penjelasan tabel diatas anggaran dalam target dan realisasi sangat

berperan untuk potensi pajak reklame mulai tahun 2010-2014 sehingga dapat

direalisasikan terhadap APBD Pemerintah Kota Palu.

Berikut grafik perkembangan pajak reklame dari tahun 2010 sampai dengan tahun

2015.

Pertumbuhan Pajak Reklame


60.00
50.00
40.00
30.00
Pertumbuhan Pajak
20.00
Reklame
10.00
-
(10.00) 2011 2012 2013 2014 2015
(20.00)

Gambar 4.2
Grafik Pertumbuhan Pajak reklame

Berdasarkan Gambar 4.2 ditahun 2011 laju pertumbuhan mengalami fkultuasi,

penurunan yang terjadi secara signifikan pada tahun 2011. Dilihat dari nilai target dan

realisasi reklame dari tahun ke tahunnya seharusnya menunjukan kurang optimalnya

kinerja Pemerintah dalam melaksanakan

pemungutan dan pengelolaan pajak reklame. Oleh karena itu Pemerintah

Kota Palu mulai melakukan penertiban dan penataan kembali reklame-reklame yang

terpasang dan mengoreksi peraturan-peraturan tentang penyelenggaraan reklame.


Hasilnya bisa dilihat, ditahun 2012 mengalami peningkatan yang cukup berarti yaitu

sebesar 52,48%

2. Pajak Hotel

Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran,

termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan

kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan.

Pajak Tahun Sekarang – Pajak Tahun Sebelumnya X 100


Rasio Pertumbuhan =
Pajak Tahun Sebelumnya

Tahun 2011

Pajak Tahun 2011 − Pajak Tahun 2010


Pertumbuhan = 𝑥 100
Pajak Tahun 2010

1,912,852,881.00 − 1,703,852,495.00
Pertumbuhan = x 100
1,703,852,495.00

= 12,27%

Berikut disajikan perkembangan pajak hotel Kota Palu selama tahun 2010-2015.
Tabel 4.2
Perkembangan Pajak Hotel

No Tahun Target Realisasi Trend

1 2010 1,488,241,000.00 1,703,852,495.00

2 2011 1,688,241,000.00 1,912,852,881.00 12.27

3 2012 2,235,000,000.00 3,414,632,416.00 78.51

4 2013 3,000,000,000.00 4,952,210,445.00 45.03

5 2014 7,250,000,000.00 8,673,418,273.64 75.14

6 2015 9,700,000,000.00 9,400,000,000.00 8.38


Sumber: data diolah kembali, Juli 2017.

Berdasarkan data di Tabel 4.2 terlihat bahwa pajak hotel Kota Palu berfluktuasi

tiap tahunnya. Pertumbuhan pajak reklame dari tahun 2010 ke tahun 2011 sebesar Rp.

209.000.386,00 atau 12,27%. Di tahun 2012 pajak hotel mengalami kenaikan yang

sangat signifikan dibandingkan tahun 2011, dimana nilai kenaikan mencapai Rp.

1.501.779.535,00 atau 78,51%. Tahun 2013 kenaikan pajak hotel sebesar Rp.

1.537.578.029,00 atau 45,03 dibandingkan tahun 2012. Di tahun 2014 besarnya pajak

hotel Rp. 8,673,418,273.64 atau mengalami kenaikan sebesar Rp. 3.721.207.828,64

(75,14%) dibandingkan tahun 2014. Di tahun 2015 nilai pajak reklame sebesar Rp.

9,400,000,000.00 atau mengalami kenaikan sebesar Rp. 726.581.726,36 atau 8,38%

dibandingkan tahun 2014.

Potensi Pajak Hotel yang ada sebenarnya sangat besar nilainya bila dibandingkan

dengan realisasi penerimaan Pajak Hotel yang terjadi. Ini menunjukkan bahwa

Pemerintah Kota Palu masih belum optimal/maksimal dalam menggali potensi Pajak

Hotel yang ada sehingga realitanya justru Pajak Hotel di Kota Palu termasuk pajak yang
memberikan kontribusi kecil terhadap penerimaan daerah padahal seharusnya

mengingat Kota Palu kaya akan potensi daerah dan menjadi Daerah Tujuan Wisata

(DTW) maka Pajak Hotel tentunya memberikan kontribusi besar terhadap penerimaan

daerah.

Selisih yang cukup besar antara potensi Pajak Hotel yang ada dengan

realisasi penerimaan Pajak Hotel yang terjadi sangat memprihatinkan dan

menjadi permasalahan yang cukup konkrit sebenarnya bagi Kota Palu karena

penerimaan ini pada nantinya juga akan menyangkut pembiayaan yang dilakukan.

Potensi Pajak Hotel terhadap target Pajak hotel yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah

jauh lebih besar daripada proporsi realisasi penerimaan Pajak Hotel terhadap target

tersebut. Ini adalah suatu fakta bahwa terdapat potensi Pajak Hotel yang sangat besar

sekali nilainya dan selama ini Pemerintah Daerah sepertinya kurang memahami adanya

potensi ini. Terbukti berdasarkan tren yang terlihat bahwa sepertinya Pemerintah

Daerah hanya mengikuti tren tahun-tahun sebelumnya dalam penetapan target Pajak

Hotel tahun anggaran berikutnya sehingga pastilah realisasi penerimaan Pajak Hotel

yang terjadi selalu mencapai target yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. Ini

menjadi keadaan yang sungguh sangat memprihatinkan sebenarnya bagi daerah karena

Pemerintah Daerah hanya terpaku pada pencapaian hasil tanpa memperhatikan situasi

dan kondisi yang terjadi sebenarnya dan ini juga menjadi suatu kerugian yang sangat

besar bagi Kota Palu karena penerimaan yang selayaknya bernilai besar dan dapat

menjadi sumber pembiayaan pembangunan daerah nyatanya hanya terealisasi dengan

nilai yang kecil.


Selain itu, penentuan target yang hanya didasarkan pada tahun-tahun sebelumnya

ini membuat adanya selisih antara realisasi dengan target yang cukup besar. Adanya

selisih ini mengindikasikan bahwa potensi pajak hotel sangat besar yang belum digali

secara optimal dalam pelaksanaannya.

Berikut grafik perkembangan pajak hotel dari tahun 2010 sampai dengan tahun

2015.

Pertumbuhan Pajak Hotel


90.00
80.00
70.00
60.00
50.00
Pertumbuhan Pajak
40.00 Hotel
30.00
20.00
10.00
-
2011 2012 2013 2014 2015

Gambar 4.3
Grafik Pertumbuhan Pajak Hotel

Berdasarkan Gambar 4.2 pertumbuhan pajak hotel berfluktuasi. Tahun 2015

pertumbuhan pajak hotel menurun drastis. Hal ini disebabkan ditetapkannya suatu

kebijakan mengenai penambahan objek pemungutan pajak daerah, adanya usaha-usaha

penghindaran pajak baik secara aktif maupun pasif yang dilakukan oleh wajib pajak,

banyaknya objek pajak yang tidak dilaporkan oleh wajib pajak maupun objek pajak

yang terlepas dari


pengawasan pihak fiskus karena proporsi antara jumlah wajib pajak dan jumlah fiskus

yang tidak seimbang sehingga menyebabkan potential loss.

3. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari

sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

PAD Tahun Sekarang – PAD Tahun Sebelumnya X 100


Rasio Pertumbuhan =
PAD Tahun Sebelumnya

Tahun 2011

PAD Tahun 2011 − PAD Tahun 2010


Pertumbuhan = 𝑥 100
PAD Tahun 2010

719,492,056,502.84 − 632,786,839,752.05
Pertumbuhan = x 100
632,786,839,752.05

= 13,70%

Berikut disajikan perkembangan pendapatan asli daerah Kota Palu selama tahun

2010-2015.

Tabel 4.3
Perkembangan Pendapatan Asli Daerah

No Tahun Realisasi %

1. 2010 632,786,839,752.05

2. 2011 719,492,056,502.84 13.70

3. 2012 802,626,347,830.91 11.55

4. 2013 993,079,426,049.00 23.73

5. 2014 1,171,610,175,067.51 17.98

6. 2015 1,303,615,588,545.95 11.27


Sumber: data diolah kembali, Juli 2017.

Berdasarkan data di Tabel 4.3 terlihat bahwa pajak reklame Kota Palu berfluktuasi

tiap tahunnya. Nilai PAD di tahun 2010 sebesar Rp. 632,786,839,752.05. Ditahun 2011

nilai PAD sebesar RP. 719,492,056,502.84 atau mengalami kenaikan sebesar Rp.

86.705.216.750,79 (13,70%). Tahun 2012 kenikan PAD sebesar Rp. 83.134.291.328,07

atau 11,55% dengan nilai PAD sebesar 802,626,347,830.91. Pada tahun 2013 PAD

terus mengalami kenaikan yang signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,

dimana nilai PAD mencapai Rp. 993,079,426,049.00 atau naik sebesar Rp.

190.453.078.218,09 (23,73%). Ditahun 2014 nilai PAD sebesar Rp.

1,171,610,175,067.51 atau mengalami kenaikan sebesar Rp. 17,98%. Dan di tahun 2015

nilai PAD mengalami kenaikan sebesar Rp. 132.005.413.478,44 atau 11,27% menjadi

Rp. 1,303,615,588,545.95.

Berdasarkan data di atas salah satu penyebab berfluktuasinya nilai PAD adalah

kurangnya data dan informasi yang akurat mengenai sumber PAD. Data dan Informasi

merupakan dua faktor penting untuk mendukung tercapainya kualitas perencanaan dan
pengendalian pembangunan yang dapat dihandalkan. Data dan Informasi merupakan

fakta atau bahan penting untuk perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan oleh

pimpinan. Kelengkapan jenis data dan kemutakhiran data akan dapat memberikan hasil

yang memuaskan bagi semua pihak terhadap hasil perencanaan dan pengendalian yang

dilaksanakan. Makin pentingnya peranan penelitian dan pengembangan dalam otonomi

daerah diperlukan pengembangan sistem database Potensi Pendapatan Asli Daerah.

Pemerintah dihadapkan terhadap berbagai tantangan dan permasalahan yang makin

berat dan berdemensi kompleks. Berbagai kebijakan menyangkut PAD haruslah

didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan yang merupakan solusi yang terbaik dan

seminimal mungkin tidak menimbulkan akses negatif di kemudian hari (dalam jangka

panjang).

Berikut grafik perkembangan PAD Kota Palu dari tahun 2010 sampai dengan

tahun 2015.

Pertumbuhan PAD Kota Palu


25.00

20.00

15.00
Pertumbuhan PAD
10.00 Kota Palu

5.00

-
2011 2012 2013 2014 2015

Gambar 4.3
Grafik Pertumbuhan PAD Kota Palu
Berdasarkan Gambar 4.3 pertumbuhan PAD Kota Palu terus mengalami

penurunan hal ini disebabkan pemungutan pajak daerah belum optimal dilakukan selain

itu penurunan PAD Kota Palu disebabkan adanya penghapusan Peraturan Daerah

(Perda) Nomor 1 tahun 2011 tentang pajak daerah Kota Palu oleh Mendagri, akibat dari

pencabutan perda itu, Kota Palu kehilangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) kurang

lebih Rp200 miliar.

1.2 Hasil Rasio Efektifitas

Rasio efektivitas menunjukan kemampuan pemerintah daerah dalam memobilitasi

penerimaan pajak reklame dan pajak hotel sesuai dengan yang ditargetkan. Berikut hasil

rasio efektivitas pajak reklame dan pajak hotel Kota Palu.

1. Pajak reklame

Berikut disajikan perkembangan efektifitas pajak reklame Kota Palu tahun 2010-

2015.

Tabel 4.4
Efektivitas Pajak reklame

No Tahun Target Realisasi Efektifitas

1 2010 2,274,931,000.00 1,800,002,185.00 79.12

2 2011 1,500,000,000.00 1,508,937,050.00 100.60

3 2012 1,615,000,000.00 2,300,800,000.00 142.46

4 2013 1,700,000,000.00 2,513,637,626.00 147.86

5 2014 2,000,000,000.00 2,687,379,660.00 134.37

6 2015 3,400,000,000.00 3,009,806,127.00 88.52


Sumber: data diolah kembali, Juli 2017.
Berdasarkan data di Tabel 4.4, dapat diketahui bahwa tahun 2010 target pajak

reklame sebesar Rp. 2,274,931,000.00 dengan nilai realisasi sebesar Rp.

1,800,002,185.00 dengan tingkat efektifitas sebesar 79,12% atau berada pada kategori

kurang efektif. Tahun 2011 target target pajak reklame sebesar Rp. 21,500,000,000.00

dengan nilai realisasi sebesar Rp. 1,508,937,050.00 dengan tingkat efektifitas sebesar

100,60% atau berada pada kategori sangat efektif. Tahun 2012 target pajak reklame

sebesar Rp. 1,615,000,000.00 dengan nilai realisasi sebesar Rp. 2,300,800,000.00

dengan tingkat efektifitas sebesar 142,46% atau berada pada kategori sangat efektif.

Tahun 2013 target pajak reklame sebesar Rp. 1,700,000,000.00 dengan nilai realisasi

sebesar Rp. 2,513,637,626.00 dengan tingkat efektifitas sebesar 147,86% atau berada

pada kategori sangat efektif. Tahun 2014 target pajak reklame sebesar Rp.

2,000,000,000.00 dengan nilai realisasi sebesar Rp. 2,687,379,660.00 dengan tingkat

efektifitas sebesar 134,37% atau berada pada kategori sangat efektif. Tahun 2015 target

pajak reklame sebesar Rp. 3,400,000,000.00 dengan nilai realisasi sebesar Rp.

3,009,806,127.00 dengan tingkat efektifitas sebesar 88,52% atau berada pada kategori

Cukup efektif.

Pada tahun 2012 pemungutan pajak reklame meningkat tajam

karena sistem pemungutan pajak reklame menggunakan sistem kontrak atau

menggunakan pihak ketiga. Pemerintah Kota Palu juga memperketat pemasangan

reklame agar tidak ada oknum-oknum tertentu yang memasang reklame tanpa

membayar pajak terlebih dahulu.


Berdasarkan data di atas dapat ditunjukkan grafik efektifitas pajak reklame

sebagai berikut:

Efektifitas Pajak Reklame


200.00

150.00

100.00 Efektifitas Pajak


Reklame
50.00

-
2010 2011 2012 2013 2014 2015

Gambar 4.5
Grafik Efektivitas Pajak reklame

Berdasarkan Gambar 4.4 di atas dapat diketahui bahwa efektifitas pajak reklame

berfluktuatif. Efektifitas tertinggi pada tahun 2013 sebesar 147,86% sedangkan yang

terendah pada tahun 2010 sebesar 79,12% berada pada kategori kurang efektif.

2. Pajak Hotel

Berikut disajikan perkembangan efektifitas pajak hotel Kota Palu tahun 2010-

2015.
Tabel 4.5
Efektivitas Pajak Hotel

No Tahun Target Realisasi Efektifitas

1 2010 1,488,241,000.00 1,703,852,495.00 114.49

2 2011 1,688,241,000.00 1,912,852,881.00 113.30

3 2012 2,235,000,000.00 3,414,632,416.00 152.78

4 2013 3,000,000,000.00 4,952,210,445.00 165.07

5 2014 7,250,000,000.00 8,673,418,273.64 119.63

6 2015 9,700,000,000.00 9,400,000,000.00 96.91


Sumber: data diolah kembali, Juli 2017.

Berdasarkan data di Tabel 4.5 dapat diketahui efektifitas pajak hotel tahun 2010-

2015. tahun 2010 target pajak hotel sebesar Rp. 1,488,241,000.00 dengan nilai realisasi

sebesar Rp. 1,703,852,495.00 dengan tingkat efektifitas sebesar 114,49% atau berada

pada kategori sangat efektif. Tahun 2011 target target pajak hotel sebesar Rp.

1,688,241,000.00 dengan nilai realisasi sebesar Rp. 1,912,852,881.00 dengan tingkat

efektifitas sebesar 113,30% atau berada pada kategori sangat efektif. Tahun 2012 target

pajak hotel sebesar Rp. 2,235,000,000.00 dengan nilai realisasi sebesar Rp.

3,414,632,416.00 dengan tingkat efektifitas sebesar 152,78% atau berada pada kategori

sangat efektif. Tahun 2013 target pajak hotel sebesar Rp. 3,000,000,000.00 dengan nilai

realisasi sebesar Rp. 4,952,210,445.00 dengan tingkat efektifitas sebesar 165,07% atau

berada pada kategori sangat efektif. Tahun 2014 target pajak hotel sebesar Rp.

7,250,000,000.00 dengan nilai realisasi sebesar Rp. 8,673,418,273.64 dengan tingkat

efektifitas sebesar 119,63% atau berada pada kategori sangat efektif. Tahun 2015 target

pajak hotel sebesar Rp. 9,700,000,000.00 dengan nilai realisasi sebesar Rp.
9,400,000,000.00 dengan tingkat efektifitas sebesar 96,91% atau berada pada kategori

efektif.

Efektivitas Pajak Hotel yang terjadi di Kota Palu juga menunjukkan angka yang

sangat memprihatinkan. Ini menunjukkan bahwa aktivitas pemungutan Pajak Hotel di

Kota Palu masih jauh dari efektif, padahal bisa dilihat pembangunan Hotel di Palu kini

sudah mulai banyak harusnya itu merupakan potensi pajak dalam peningkatan PAD

kota palu. Jadi rasio antara realisasi penerimaan Pajak Hotel yang terjadi dengan potensi

Pajak Hotel yang ada bisa dikatakan belum berhasil karena kurang pemerintah daerah

dalam menggali potensi pajak tersebut. Efektif atau tidaknya aktivitas pemungutan

Pajak Hotel ini juga sangat bergantung kepada fiskus (pemungut pajak) serta peran

Pemerintah Daerah terkait.

Berdasarkan data di atas dapat ditunjukkan grafik efektifitas pajak hotel sebagai

berikut:

Efektifitas Pajak Hotel


200.00

150.00

100.00 Efektifitas Pajak


Hotel
50.00

-
2010 2011 2012 2013 2014 2015

Gambar 4.6
Grafik Efektivitas Pajak Hotel
Berdasarkan Gambar 4.6 di atas dapat diketahui bahwa efektifitas pajak hotel

berfluktuatif. Efektifitas tertinggi pada tahun 2013 sebesar 165,07% sedangkan yang

terendah pada tahun 2015 sebesar 96,91% tetapi masih berada pada kategori efektif.

3. Pendapatan Asli Daerah

Berikut disajikan perkembangan efektifitas Pendapatan Asli Daerah Kota Palu

tahun 2010-2015.

Tabel 4.6
Efektivitas Pendapatan Asli Daerah

No Tahun Target Realisasi Efektifitas

1 2010 646,258,461,635 632,786,839,752.05 97.92

2 2011 737,229,931,259 719,492,056,502.84 97.59

3 2012 779,322,454,453 802,626,347,830.91 102.99

4 2013 976,511,324,533 993,079,426,049.00 101.70

5 2014 1,168,497,486,981 1,171,610,175,067.51 100.27

6 2015 1,372,107,881,688 1,303,615,588,545.95 95.01


Sumber: data diolah kembali, Juli 2017.

Berdasarkan data di Tabel 4.6, dapat diketahui efektifitas PAD tahun 2010-2015.

Tahun 2010 target PAD sebesar Rp. 646,258,461,635 dengan nilai realisasi sebesar Rp.

632,786,839,752.05 dengan tingkat efektifitas sebesar 97,92% atau berada pada

kategori efektif. Tahun 2011 target target PAD sebesar Rp. 737,229,931,259 dengan

nilai realisasi sebesar Rp. 719,492,056,502.84 dengan tingkat efektifitas sebesar

97,59% atau berada pada kategori efektif. Tahun 2012 target PAD sebesar Rp.
779,322,454,453 dengan nilai realisasi sebesar Rp. 802,626,347,830.91 dengan tingkat

efektifitas sebesar 102,99% atau berada pada kategori sangat efektif. Tahun 2013 target

PAD sebesar Rp. 976,511,324,533 dengan nilai realisasi sebesar Rp.

993,079,426,049.00 dengan tingkat efektifitas sebesar 101,70% atau berada pada

kategori sangat efektif. Tahun 2014 target PAD sebesar Rp. 1,168,497,486,981 dengan

nilai realisasi sebesar Rp. 1,171,610,175,067.51 dengan tingkat efektifitas sebesar

100,27% atau berada pada kategori sangat efektif. Tahun 2015 target PAD sebesar Rp.

1,372,107,881,688 dengan nilai realisasi sebesar Rp. 1,303,615,588,545.95 dengan

tingkat efektifitas sebesar 95,01% atau berada pada kategori efektif.

Efektivitas PAD Kota Palu berada pada kategori efektif, hal ini mengindikasikan

bahwa realisasi PAD Kota Palu dapat mencapai target namun mengalami penurunan

tiap tahunnya. Penurunannya disebabkan adanya pajak yang dihapus disamping itu

kurangnya upaya pemerintah mencari sumber pendapatan baru.

Berdasarkan data di atas dapat ditunjukkan grafik efektifitas PAD sebagai berikut:

Efektifitas PAD
104.00
102.00
100.00
98.00
96.00 Efektifitas PAD
94.00
92.00
90.00
2010 2011 2012 2013 2014 2015

Gambar 4.7
Grafik Efektivitas PAD
Berdasarkan Gambar 4.6 di atas dapat diketahui bahwa efektifitas pendapatan asli

daerah berfluktuatif. Efektifitas tertinggi pada tahun 2012 sebesar 102,99%% sedangkan

yang terendah pada tahun2015 sebesar 95,01% tetapi masih berada pada kategori

efektif.

1.3 Hasil Rasio Kontribusi

Rasio kontribusi digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang dapat

disumbangkan dari penerimaan pajak reklame dan hotel terhadap penerimaan Pendapatan

Asli Daerah di kota Palu, maka dibandingkan antara realisasi penerimaan pajak reklame

dan hotel terhadap pendapatan asli daerah.

1. Rasio Kontribusi Pajak Relame Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Berikut disajikan perkembangan kontribusi pajak reklame Kota Palu tahun 2010-

2015.

Tabel 4.7
Kontribusi Pajak reklame Terhadap Pendapatan Asli Daerah

No Tahun Pajak reklame PAD Kontribusi

1 2010 2,274,931,000.00 632,786,839,752.05 0.36

2 2011 1,500,000,000.00 719,492,056,502.84 0.21

3 2012 1,615,000,000.00 802,626,347,830.91 0.20

4 2013 1,700,000,000.00 993,079,426,049.00 0.17

5 2014 2,000,000,000.00 1,171,610,175,067.51 0.17

6 2015 3,400,000,000.00 1,303,615,588,545.95 0.26


Sumber: data diolah kembali, Juli 2017.

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa selama tahun 2010 sampai tahun

2015 kontribusi pajak reklame terhadap pendapatan asli daerah dibawah 1%. Tahun
2010 besarnya pajak reklame sebesar Rp. 2,274,931,000.00 sedangkan nilai PAD

sebesar Rp. 632,786,839,752.05 dengan nilai kontribusi sebesar 0,36%. Tahun 2011

besarnya pajak reklame sebesar Rp. 1,500,000,000.00 sedangkan nilai PAD sebesar Rp.

719,492,056,502.84 dengan nilai kontribusi sebesar 0,21%. Tahun 2012 besarnya pajak

reklame sebesar Rp. 1,615,000,000.00 sedangkan nilai PAD sebesar Rp.

802,626,347,830.91 dengan nilai kontribusi sebesar 0,20%. Tahun 2013 besarnya pajak

reklame sebesar Rp. 1,700,000,000.00 sedangkan nilai PAD sebesar Rp.

993,079,426,049.00 dengan nilai kontribusi sebesar 0,17%. Tahun 2014 besarnya pajak

reklame sebesar Rp. 2,000,000,000.00 sedangkan nilai PAD sebesar Rp.

1,171,610,175,067.51 dengan nilai kontribusi sebesar 0,17%. Tahun 2015 besarnya

pajak reklame sebesar Rp. 3,400,000,000.00 sedangkan nilai PAD sebesar Rp.

1,303,615,588,545.95 dengan nilai kontribusi sebesar 0,26%.

Kontribusi pajak reklame berfluktuasi dikarenakan semakin berkurang

peminat konsumen di industri atau perdagangan untuk memasang reklame di jalan

apalagi adanya tertulis slogan pada rokok “Rokok Dapat Membunuhmu” ini sangat

berpengaruh sekali peran terhadap pajak reklame. Disamping itu rendahnya pajak

reklame disebabkan tidak ada pengawasan yang efektif terhadap papan reklame

sehingga banyak reklame liar yang tidak melakukan pembayaran pajak reklame.

2. Rasio Kontribusi Pajak Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Berikut disajikan perkembangan kontribusi pajak hotel Kota Palu tahun 2010-

2015.
Tabel 4.8
Kontribusi Pajak Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah

No Tahun Pajak Hotel PAD Kontribusi

1 2010 1,488,241,000.00 632,786,839,752.05 0.24

2 2011 1,688,241,000.00 719,492,056,502.84 0.23

3 2012 2,235,000,000.00 802,626,347,830.91 0.28

4 2013 3,000,000,000.00 993,079,426,049.00 0.30

5 2014 7,250,000,000.00 1,171,610,175,067.51 0.62

6 2015 9,700,000,000.00 1,303,615,588,545.95 0.74


Sumber: data diolah kembali, Juli 2017.

Berdasarkan data di Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa selama tahun 2010 sampai

tahun 2015 kontribusi pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah dibawah 1%. Tahun

2010 besarnya pajak reklame sebesar Rp. 1,488,241,000.00 sedangkan nilai PAD

sebesar Rp. 632,786,839,752.05 dengan nilai kontribusi sebesar 0,24%. Tahun 2011

besarnya pajak hotel sebesar Rp. 1,688,241,000.00 sedangkan nilai PAD sebesar Rp.

719,492,056,502.84 dengan nilai kontribusi sebesar 0,23%. Tahun 2012 besarnya pajak

hotel sebesar Rp. 2,235,000,000.00 sedangkan nilai PAD sebesar Rp.

802,626,347,830.91 dengan nilai kontribusi sebesar 0,28%. Tahun 2013 besarnya pajak

hotel sebesar Rp. 3,000,000,000.00 sedangkan nilai PAD sebesar Rp.

993,079,426,049.00 dengan nilai kontribusi sebesar 0,30%. Tahun 2014 besarnya pajak

hotel sebesar Rp. 7,250,000,000.00 sedangkan nilai PAD sebesar Rp.

1,171,610,175,067.51 dengan nilai kontribusi sebesar 0,62%. Tahun 2015 besarnya

pajak hotel sebesar Rp. 9,700,000,000.00 sedangkan nilai PAD sebesar Rp.

1,303,615,588,545.95 dengan nilai kontribusi sebesar 0,74%.


Berbagai sumber permasalahan terjadinya selisih perolehan antara

target, realisasi, dan potensi yang ada dapat ditinjau dari aspek administratif dan sisi

kredibilitas kinerja aparatur pemerintah daerah bersangkutan. Terdapat selisih dalam hal

penentuan pajak yang harus dibayarkan oleh para Wajib Pajak Hotel. Bentuk-bentuk

pembayaran tersebut dibayarkan secara langsung kepada petugas pajak di Kantor Pajak

setempat. Terdapat perbedaan dalam penentuan pajak terbayar ini mengindikasikan

masih belum adanya akurasi dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Daerah dan

pengelolaan suatu anggaran. Tujuan utama penyelenggaraan suatu kebijakan anggaran

saat ini hanya terpaku pada pencapaian target kerja saja sehingga adanya potensi-petensi

dari Pajak Daerah belum dimaksimalkan penggaliannya. Selain itu, penentuan Pajak

Hotel oleh para aparatur pemerintah daerah yang hanya berdasarkan pada tahuntahun

sebelumnya dalam menentukan target penerimaan Pajak Hotel ini menyebabkan

pencapaian ini bukan menjadi ukuran efektivitas Pajak Hotel itu sendiri karena nilainya

tidak mencerminkan keadaan yang sesuangguhnya

terjadi.

Adanya aturan-aturan mengenai bagaimana perhitungan Pajak Hotel

yang harus dibayarkan dan berbagai bentuk pelaksanaan pemungutan dan

pembayaran Pajak Hotel yang ada ternyata tidak banyak diketahui oleh para

pengelola hotel. Itu juga menjadi salah satu kendala yang dihadapi dalam

pemungutan Pajak Hotel.

1.4 Pembahasan

Berdasarkan data yang diperoleh terlihat bahwa pajak reklame dan pajak hotel

mengalami fluktuasi setiap tahunnya bahkan cenderung menurun. Penurunan disebabkan


banyak pendapatan pajak hotel dan reklame yang tidak dilaporkan. Hal lain yang

menyebabkan kurang efektifnya penerimaan pajak adalah database yang masih kacau

sehingga banyak penerimaan yang tidak dilaporkan.

Kendala yang paling utama adalah sumberdaya manusia yang kurang maksimal dan

masih banyak objek pajak yang tidak memiliki kesadaran dalam pelaporan pajak.

Contohnya pajak reklame sehingga pegawai DPPKAD harus turun langsung dalam

mencari sumber-sumber pajak seperti pajak reklame.

DPPKAD terus membenahi sistem penerimaan pajak diantaranya rencana

pengambilan tenaga kontrak akan tetapi pihak DPPKAD masih belum melaksanakannya

karena belum adanya undang-undang yang mengatur tentang keterikatan tenaga kontrak

sebab DPPKAD takut apabila suatu saat tenaga kontrak tidak menjalankan sesuai tugas.

Upaya lain yang dilakukan DPPKAD adalah pemberian sanksi. Namun hal ini tidak dapat

dilakukan sepenuhnya, karena akan berdampak pada penurunan pendapatan. Untuk itu

pihak DPPKAD melakukan secara bertahap agar wajib pajak tidak terlalu tertekan dan

mempunyai kesadaran sendiri untuk melaporkan pajak

Anda mungkin juga menyukai