01 GDL Mohafifsya 536 1 Afif PDF
01 GDL Mohafifsya 536 1 Afif PDF
DI SUSUN OLEH :
i
STUDI KASUS
DI SUSUN OLEH :
i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
bimbingan dan dukungan dari berbagi pihak, oleh karena itu pada kesempatan
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
B. Pengkajian ......................................................................................... 6
A. Pembahasan ...................................................................................... 16
B. Simpulan ........................................................................................... 32
Daftar Pustaka
Lampiran
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin
kasus. Kasus hernia inguinalis dapat ditemukan baik pada laki-laki maupun
wanita, sebanyak 25 % terjadi pada laki-laki dan 2% pada wanita. Pada kasus
hernia inguinalis sekitar 75% merupakan hernia inguinal lateralis dan 25%
mengalami rawat inap di Rumah Sakit Umum (RSU) Dr. Pirnggadi Medan
sejak tahun 2007-2010 tercatat 111 jiwa. Insiden hernia inguinalis yang
pediatrik sebanyak 10-20% dan 50% terjadi pada bayi kurang dari 6 bulan
(widiana, 2013).
sebab yang didapat. Berbagai faktor penyebab dari hernia karena adanya
1
2
pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar,
sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia melewati pintu yang sudah
perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi. Jika reposisi hernia tidak berhasil
dalam waktu enam jam harus dilakukan tindakan operasi pembedahan segera.
Prinsip pembedahan pada kasus hernia inguinalis terdiri atas herniotomi dan
nyeri karena ketika bagian tubuh terluka akibat tekanan, potongan, sayatan,
atau kekurangan oksigen pada sel, maka bagian tubuh yang terluka akan
Bebas dari nyeri merupakan termasuk salah satu faktor utama kebutuhan
keselamatan dan rasa aman yang mutlak di penuhi oleh setiap individu, dan
fisiologis, kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki, kebutuhan harga diri,
berbeda pada setiap individu. Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik,
terhadap sensasi nyeri beragam atau tidak bisa disamakan satu dengan yang
(Asmadi,2008)
Sakit Umum Daerah dr. Soehadi Prijonegoro Sragen pada Tuan S dengan
nyeri akibat post operasi, nyeri dirasakan seperti terbakar, dengan skala
6,pada daerah perut kanan bawah (kuadran 4), dan muncul saat bergerak.
Pasien tampak meringis kesakitan, gelisah, dan terdapat luka post operasi di
abdomen (kuadran 4). Berdasarkan kasus di atas, maka penulis tertarik untuk
mengambil kasus ini untuk dijadikan tugas akhir karya tulis ilmiah dengan
4
judul ”Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Tn. S dengan Post Operasi
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus nyeri akut pada Tn. S post operasi Herniotomi Atas
Prijonegoro Sragen.
2. Tujuan Khusus
Lateralis.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
2. Bagi Institusi
a. Pendidikan
b. Rumah sakit
Inguinalis Lateralis.
LAPORAN KASUS
Sragen. Tujuan dari laporan kasus ini adalah penulis mampu melaporkan kasus
nyeri post operasi herniotomi atas indikasi Hernia Inguinalis Lateralis yang
diderita Tn. S di ruang Mawar RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Laporan
evaluasi keperawatan.
A. Identitas Klien
selama di rumah sakit adalah Ny. K, umur 48 tahun, pendidikan terakhir SD,
bekerja sebagai tani, tinggal di Kalikobok Sragen satu rumah dengan Tn. S.
6
7
B. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada hari Senin, 22 April 2013 jam 15.00 WIB di
perut bagian kanan bawah setelah operasi. Riwayat kesehatan sekarang, pasien
mengatakan sudah merasakan sakitnya sejak ± 3 minggu yang lalu, nyeri yang
dirasakan hilang timbul. Sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh nyeri
perut saat bekerja dan terdapat benjolan pada perut bagian kanan bawah,
kesehatan disarankan untuk dirujuk ke rumah sakit saat di IGD RSUD dr.
dibagian perut kanan bawah (kuadran IV) dengan skala nyeri 2, nyeri
dilakukan palpasi terdapat benjolan yang keluar dari cincin hernia pada daerah
lipatan paha, oleh dokter dianjurkan untuk operasi. Setelah di IGD pasien
dipindah kebangsal Mawar. Pada hari Senin, 22 April 2013 jam 12.30 WIB
demam, pilek, batuk dan hanya berobat ke mantri. Pasien belum pernah
Pada pola aktifitas dan latihan, sebelum sakit pasien mengatakan dapat
tempat tidur, toileting, dan ambulasi juga bisa melakukan dengan mandiri
tanpa bantuan oleh orang lain. Selama sakit pasien mengatakan dalam
tempat tidur, berpindah dibantu oleh orang lain dan untuk toileting dibantu
antara dari pukul 21.30 – 05.30 WIB pada malam hari. Selama sakit pasien
mengatakan susah tidur dan sering terbangun akibat nyeri luka post operasi
tidak ada gangguan penginderaan, tidak ada gangguan komunikasi, dan tidak
pasien sadar penuh (composmentis) dengan nilai GCS (Glasgow Coma Scale)
= 15 (Eye nilai 4, Motorik nilai 5, Verbal nilai 6), hasil pemeriksaan tanda-
9
tanda vital didapatkan tekanan darah 140/110 mmHg, pernafasan 20 kali per
menit dengan irama teratur, suhu 36,6ºC, nadi 84 kali per menit dengan irama
garis horizontal, balutan bersih tidak ada rembesan darah, saat diauskultasi
terdengar bising usus 5 x permenit, saat dipalpasi pada kuadran I-III tidak
terdapat nyeri tekan, saat diperkusi pada kuadran I pekak, II dan III terdengar
bunyi tympani.
Hemoglobin sebesar 15,6 g/dl (nilai normal 12,2 – 16,1), Eritrosit sebesar 5,15
juta/ UL (nilai normal 4,04 – 6,13), Hematokrit sebesar 44,8 % (nilai normal
37,7 – 53,7), MCV sebesar 88,9 IL (nilai normal 80 – 97), MCH sebesar 30,3
Pg (nilai normal 27 – 31,2), MCHC sebesar 34,8 g/dl (nilai normal 31,8 –
(nilai normal 11,5 – 14,5), MPV sebesar 9,1 fl (nilai normal 0 – 99,9),
Neutrofil sebesar 56,3 % (nilai normal 37 – 80), MXD sebesar 10,8 % (nilai
normal 4 – 18), Limfosit sebesar 32,9 % (nilai normal 37 – 80), LED jamI
Golongan darah B, GDS sebesar 98 mg/dl (nilai normal <200), SGOT sebesar
25 u/l (nilai normal <37), SGPT sebesar 15 u/l (nilai normal <42), Ureum
10
sebesar 22,0 mg/dL (nilai normal = 10-50), Creatinin sebesar 0,9 mg/dL (nilai
didapatkan thorak: PA, erect, simetris, inspirasi dan kondisi cukup dengan
kedua diagfragma licin, COR: CTR < 0,5 , sistema tulang yang tervisualisasi
in tact, didapatkan pulmo dan besar cor normal. Pada pemeriksaan EKG
tanggal 22 April 2013 sesuai dengan advis dokter antara lain yaitu : cairan IV
dengan diberikan infus Ringer Laktat 20 tetes per menit, obat Cefotaxime (1
gram) / 12 jam melalui intravena, obat Ketorolax (10 mg) / 8 jam melalui
19.10 WIB di Bangsal Mawar di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Pada
pasien mengatakan nyeri karena luka post operasi, nyerinya seperti terbakar,
dengan skala nyeri 6, pada bagian perut kanan bawah (kuadran IV), nyeri
kesakitan, gelisah, pasien tampak tidak rileks, terdapat luka post operasi
11
D. Perencanaan
operasi yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik, dengan tujuan
(tekanan darah : 120/90 mmHg, suhu 36ºC, nadi : 80 kali per menit,
pernafasan : 20 kali per menit) nyeri berkurang dari skala 6 menjadi 2, nyeri
pasien dapat terukur sudah tidak nyeri lagi, pasien tampak rileks.
Intervensi keperawatan untuk diagnosa nyeri akut yaitu kaji ulang nyeri,
dengan rasional agar dapat mengetahui tingkat nyeri yang dialami pasien.
untuk mengurangi rasa nyeri. Berikan teknik distraksi, dengan rasional untuk
E. Implementasi
dimulai pukul 19.10 WIB dengan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan
agen cedera fisik. Dilakukan tindakan keperawatan pada pukul 19.10 WIB
pada perut bagian kanan bawah, S (Skala): dengan skala 6, T (Time): nyeri
08.00 WIB adalah mengkaji ulang nyeri, dengan respon subjektif adalah
13
pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi, nyerinya seperti keram pada
daerah perut kanan bawah (kuadran IV) dengan skala nyeri 4, nyeri dirasakan
saat bergerak, untuk respon objektifnya adalah pasien tampak tidak rileks,
adalah obat injeksi masuk disuntikan lewat intravena. Pada pukul 12.00 WIB
pernafasan : 20 kali per menit, suhu : 36,6ºC, nadi : 84 kali per menit. Pada
teknik relaksasi nafas dalam ketika nyeri muncul, respon subjektif adalah
08.00 WIB adalah mengkaji ulang nyeri, dengan respon subjektif adalah
pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi, nyerinya seperti terpukul
pada daerah perut kanan bawah (kuadran IV) dengan skala nyeri 2, nyeri
dirasakan saat bergerak, untuk respon objektifnya adalah pasien tampak rileks,
14
tekanan darah : 130/97 mmHg, pernafasan : 20 kali per menit, suhu : 36,6ºC,
nadi : 84 kali per menit. Pada pukul 12.30 WIB dilakukan tindakan
melakukan teknik relaksasi nafas dalam, respon objektif adalah pasien tampak
F. Evaluasi
pada Tn. S pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
adalah sebagai berikut data subyektif, pasien mengatakan nyeri pada perut
bagian kanan bawah nyeri setelah operasi, dengan skala 6, seperti terbakar,
kesakitan, gelisah, pasien tampak tidak rileks. Hasil analisa yaitu masalah
dilanjutkan antara lain kaji nyeri, monitor tanda-tanda vital, ajarkan tehnik
pada Tn. S pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
adalah sebagai berikut data subyektif pasien mengatakan nyeri karena post
operasi, nyerinya seperti keram, pada bagian perut kanan bawah, skala nyeri 4,
nyeri dirasakan saat bergerak. Data obyektif pasien tampak kesakitan, pasien
tampak tidak rileks,gelisah. Analisa yaitu masalah nyeri akut belum teratasi.
Perencanaan yaitu intervensi dilanjutkan antara lain kaji nyeri, monitor tanda-
tanda vital, ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan dokter
pada Tn. S pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
adalah sebagai berikut data subyektif pasien mengatakan nyeri karena post
operasi, nyerinya seperti terpukul, pada bagian perut kanan bawah, skala nyeri
2, nyeri dirasakan saat bergerak. Data obyektif pasien tampak tidak meringis
kesakitan lagi, pasien tampak rileks. Analisa yaitu masalah nyeri akut teratasi.
A. Pembahasan
nyeri akut post operasi herniotomi atas indikasi hernia inguinalis lateralis
yang dialami pada Tn. S. Pembahasan yang penulis lakukan terkait dengan
kesenjangan antara kasus dengan teori yang ada. Pembahasan ini meliputi
dasar manusia.
1. Pengkajian
Nursalam, 2008).
berkerja, nyeri yang dirasakan hilang timbul dan terdapat benjolan pada
16
17
di lipat paha yang timbul pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat
beban berat, dan menghilang waktu istirahat dengan tidur berbaring. Pada
nyeri akut karena adanya insisi pembedahan. Nyeri yang terjadi akibat
(Sjamsuhidajat, 2005).
membutuhkan bantuan orang lain dan alat. Pasien yang mengalami nyeri
18
perut bagian kanan bawah nyeri setelah operasi, dengan skala 6, seperti
nyeri dengan menggunakan alat ukur numerik. Nyeri dapat diukur dengan
numeric merupakan cara yang mudah untuk menentukan skala nyeri yang
secara verbal rasa nyeri yang dirasakan dan dapat menentukan atau
dimana pada skala intensitas nyeri angka 0 digambarkan tidak ada nyeri,
nyeri paling hebat. Pasien dapat menentukan suatu titik pada skala yang
mengatakan susah tidur dan sering terbangun karena akibat adanya nyeri
post operasi. Pada pasien yang mengalami post pembedahan gejala yang
140/110 mmHg, pernafasan 20 kali per menit dengan irama teratur, suhu
36,6ºC, nadi 84 kali per menit dengan irama teratur dan teraba kuat. Nyeri
dengan garis horizontal, balutan bersih tidak ada rembesan darah, saat
kuadran I-III tidak terdapat nyeri tekan, saat diperkusi pada kuadran I
aging dalam bidang kesehatan dan dapat mendeteksi secara dini berbagai
2. Diagnosa Keperawatan
kanan bawah dengan skala nyeri 6, nyeri dirasakan saat bergerak. Data
20 kali per menit, suhu : 36,6ºC, nadi : 84 kali per menit. Dari data
keperawatan nyeri. Etiologi dari diagnosa ini adalah agen cedera fisik dari
Nyeri akut dapat disebut nyeri yang normal, merupakan nyeri yang
terjadi dalam waktu cepat, ada penyebab yang jelas seperti jejas atau lesi
jaringan lunak, infeksi atau inflamasi. Pada umumnya nyeri akut bersifat
terjadi kurang dari enam bulan, ditandai daerah nyeri terlokalisasi, nyeri
perut kanan bawah (kuadran IV) dengan skala nyeri 6, nyeri dirasakan saat
pernafasan : 20 kali per menit, suhu : 36,6ºC, nadi : 80 kali per menit.
kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang mutlak di penuhi oleh setiap
individu, dan yang sebelum pemenuhan dasar manusia yang lain seperti
kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Nyeri pasca operasi
hospitalisasi menjadi lama jika nyeri tidak terkontrol. Kemajuan fisik atau
psikologis tidak dapat terjadi selama nyeri masih dirasakan, karena klien
3. Intervensi
tanda vital dalam batas normal (tekanan darah : 120/80 mmHg, suhu 36ºC
(normal 36,5 - 37,5ºC), nadi : 80 kali per menit (normal 60 - 100 kali per
nyeri berkurang skala menjadi 2, nyeri pasien dapat terukur sudah tidak
nyeri lagi, pasien tahu cara mengatasi nyeri, pasien tampak rileks (Potter
waktu 3-5 hari. Secara klinik nyeri ini diklasifikasikan sebagai nyeri
23
nosisepsi yaitu terjadi akibat kerusakan atau cedera jaringan pada pasca
nyeri akut yang berhubungan dengan agen cedera fisik yaitu kaji nyeri,
intensitas skala nyeri, skala nyeri 0 = tidak ada nyeri, 1 - 3 = nyeri ringan,
atau untuk menilai respons pasien terhadap stres akibat proses post
intensitas nyeri dan tujuan dari teknik ini akan melancarkan peredaran
(Asmadi, 2008).
4. Implementasi
singkatan, PQRST, yang diartikan provokes ; apa yang memicu nyeri dan
seperti skala 1-10, timing ; apakah nyeri hilang timbul ataukah terjadi trus
pernafasan : 20 kali per menit, suhu : 36,6ºC, nadi : 84 kali per menit.
nyeri akut derajat sedang sampai berat segera setelah operasi (ISO, 2010).
nafas dalam dan distraksi, teknik relaksasi yang diberikan pasien tampak
satu, dua, tiga, dan ekshalasi dengan menghembuskan satu, dua, tiga
5. Evaluasi
pasien yang menjalani post operasi nyeri berkurang dalam waktu 3-5 hari.
terjadi akibat kerusakan atau cedera jaringan pada pasca bedah sehingga
Data subjektif provokes (pemicu) pasien mengatakan nyeri pada luka post
pada daerah perut kanan bawah (kuadran IV), severity (beratnya gejala)
dengan skala nyeri 2, timing (waktu timbulnya nyeri) nyeri dirasakan saat
bergerak, dan didapatkan data objektif pasien tampak rileks, sudah tidak
gelisah. Analisa data yaitu masalah nyeri akut teratasi. Perencanaan yaitu
intervensi dihentikan.
1. Simpulan
berikut :
menit.
tingkat skala nyeri, monitor vital sign, ajarkan tehnik relaksasi nafas
suhu 36ºC, nadi : 80 kali per menit, pernafasan : 20 kali per menit)
sudah tidak nyeri lagi, pasien tahu cara mengatasi nyeri, pasien
tampak rileks.
distraksi.
29
objektif pasien tampak rileks, sudah tidak gelisah. Analisa data yaitu
f. Analisa kondisi nyeri akut pada Tn. S dengan post operasi Hernia
2. Saran
komprehensif.
31
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, wahit iqbal dan chayatin, Ns.Nurul , (2008), Buku Ajar Kebutuhan
Dasar Manusia teori &aplikasi dalam praktik,EGC,Jakarta.
Sjamsuhidajat, R, Wim De Jong, (2005), Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2, EGC,
Jakarta, hal 294.
32
Schell Hilldy, dan Puntilo, (2006), Critical Nursing Secret, edisi 2, Mosby-
Elsevier, St Louis-Missori.