Anda di halaman 1dari 27

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan

Buku Modul Skill Lab Pemasangan Infus

BAB I
PENGANTAR SKILL LABORATORIUM

A. CAPAIAN KOMPETENSI
Peserta didik mampu melakukan prosedur pemasangan infus sesuai standar.

B. STRATEGI PRAKTIKUM
1. Persiapan
a. Mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil.
b. Mahasiswa dibekali dengan buku modul Skill Lab.
c. Mahasiswa yang akan praktik skill lab wajib membaca materi skill lab terlebih
dahulu.
d. Mahasiswa berkolaborasi dengan staf laboratorium untuk mempersiapkan alat-alat
dan ruangan yang dibutuhkan untuk praktik prosedur.
e. Mahasiswa dan tutor berdoa bersama sebelum memulai kegiatan skill lab.
2. Pelaksanaan
a. Tutor menyampaikan penjelasan tentang materi prosedur, kemudian memberikan
contoh demonstrasi dengan metode simulasi.
b. Setelah mahasiswa mendapat penjelasan materi dan melihat contoh demonstrasi,
mahasiswa melakukan demonstrasi dengan bimbingan. Masing-masing mahasiswa
diberikan kesempatan untuk melakukan demonstrasi.
c. Setelah melakukan demonstrasi, mahasiswa wajib melakukan redemonstrasi untuk
mengulang kembali pembelajaran praktik prosedur.
d. Setelah melakukan beberapa kali pembelajaran praktik prosedur, mahasiswa akan
dievaluasi oleh tutor.
3. Skill Lab Mandiri
a. Mahasiswa hadir skill lab mandiri pada jadwal yang telah ditentukan.
b. Pada skill lab mandiri, mahasiswa mengulang kembali pembelajaran praktik
prosedur dengan menggunakan buku panduan skill lab, tanpa bimbingan tutor.

C. TATA TERTIB SKILL LAB


1. Kehadiran
a. Mahasiswa dan tutor hadir maksimal 15 menit sebelum jadwal skill lab.
b. Persiapan alat dan ruangan 15 menit sebelum jadwal skill lab.

1
Disusun oleh: Meike Angelia, S.Kep.Ners, 2018
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan
Buku Modul Skill Lab Pemasangan Infus

c. Mahasiswa wajib hadir pada jadwal skill lab mandiri


d. Kehadiran mahasiswa dan tutor dibuktikan dengan tanda tangan pada daftar hadir
skill lab.
e. Mahasiswa yang terlambat hadir skill laboratorium 15 menit, diperbolehkan
mengikuti kegiatan skill lab tetapi kehadiran dalam daftar hadir diberi keterangan
Alpha.
2. Tata tertib pengunjung Laboratorium
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan skill laboratorium.
b. Tidak menggunakan sepatu, boleh membawa sendiri dan menggunakan sandal yang
bersih khusus untuk dipakai di laboratorium.
c. Menjaga ketenangan di ruang laboratorium agar proses pembelajaran dapat efektif
dan efisien.
d. Menjaga kebersihan dan kerapian alat-alat dan ruangan laboratorium.
e. Merapikan dan mengembalikan peralatan yang digunakan.
f. Membuang sampah pada tempatnya.
g. Dilarang membuat kegaduhan.
h. Dilarang makan dan minum di ruangan laboratorium.
i. Dilarang menggunakan peralatan laboratorium yang tidak dipergunakan untuk
prosedur yang berkaitan.
j. Dilarang duduk atau berbaring/tidur di tempat tidur laboratorium.
k. Dilarang menggunakan HP selama proses kegiatan pembelajaran, kecuali jika sangat
perlu untuk kebutuhan pembelajaran atau jika ada keperluan keluarga yang sangat
penting (atas seijin tutor).
l. Hal-hal lain disesuaikan dengan peraturan yang ada di ruangan laboratorium.
3. Seragam
a. Mahasiswa menggunakan seragam sesuai ketentuan hari.
b. Tutor menggunakan jas laboratorium.
c. Sandal yang digunakan harus bersih.

D. EVALUASI
Evaluasi dilakukan oleh tutor dengan menggunakan lembar evaluasi. Evaluasi
dilakukan setiap akhir pertemuan skill lab dan pada saat OSCE, yang mencakup komponen
penilaian Skill, Kognitif dan Behaviour/Attitude. Pembobotan nilai yang ditentukan oleh
penyelenggara Program Pendidikan yang bersangkutan.

2
Disusun oleh: Meike Angelia, S.Kep.Ners, 2018
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan
Buku Modul Skill Lab Pemasangan Infus

E. DAFTAR REFERENSI
1. Wajib
a. Jean, Smith-Temple, dan Johnson, Joyce Young. (2010). Buku Saku Prosedur Klinis
Keperawatan. EGC: Jakarta
b. https://youtu.be/v43ej5lCeBo?list=PLPXJmiOQ23vzXsbiPZD2ycT1kJPRPXZbG
c. https://youtu.be/ZVklPwGALpI?list=PLPXJmiOQ23vzXsbiPZD2ycT1kJPRPXZbG
d. https://youtu.be/kwdCF72yDRo
2. Disarankan
a. Bobick, James E. dan Balaban, Naomi, E. (2014). Seri Ilmu Pengetahuan Anatomi dan
Fisiologi.Jakarta: Indeks
b. Timurawan, AR. (2017). Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Wilis
https://books.google.co.id/books?id=E99mDgAAQBAJ
c. https://www.bastamanography.id/mengenal-jenis-dan-macam-ukuran-jarum-
infus/
d. https://www.youtube.com/watch?v=gAiBL0Eyhjg
e. https://youtu.be/4TXQyv5_lGI

3
Disusun oleh: Meike Angelia, S.Kep.Ners, 2018
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan
Buku Modul Skill Lab Pemasangan Infus

BAB II
KONSEP- KONSEP TEORI

A. PENGERTIAN
Pemasangan infus intravena adalah memasukkan jarum atau kanula ke dalam vena
(pembuluh balik) untuk dilewati larutan infus/pengobatan, dengan tujuan agar sejumlah
larutan atau obat dapat masuk ke dalam tubuh melalui vena dalam jangka waktu tertentu.
Tindakan ini sering merupakan tindakan life saving seperti pada kehilangan larutan yang
banyak, dehidrasi dan syok, karena itu keberhasilan terapi dan cara pemberian yang aman
memerlukan pengetahuan dasar tentang keseimbangan larutan dan elektrolit serta asam
basa.

B. ANATOMI FISIOLOGI PEMBULUH DARAH VENA https://youtu.be/v43ej5lCeBo


 Pembuluh darah merupakan jaringan tertutup yang membawa darah dari jantung ke
organ, jaringan dan sel di seluruh tubuh dan lalu kembali ke jantung.
 Pemasangan infus intravena adalah memasukkan jarum atau kanula ke dalam vena
(pembuluh balik). Pembuluh darah vena adalah pembuluh darah balik yang membawa
darah dari seluruh tubuh kembali ke jantung. Vena terletak di bagian permukaan tubuh.
 Lapisan-lapisan vena:
- Lapisan dalam: Endothelium (lapisan dalam)
- Lapisan tengah: jaringan elastis dan otot polos
- Lapisan luar: jaringan penghubung berupa jaringan ikat fibrosa.
 Dinding vena bersifat tipis dan kurang elastis. Pada sepanjang dinding pembuluh darah
vena terdapat katup-katup semilunar yang berfungsi untuk membantu mengembalikan
darah ke jantung dan mencegah darah kembali ke jaringan tubuh.

Gambar 2.1. Lapisan dinding pembuluh darah vena


4
Disusun oleh: Meike Angelia, S.Kep.Ners, 2018
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan
Buku Modul Skill Lab Pemasangan Infus

 Mekanisme pompa pembuluh vena mengembalikan darah ke jantung:


- Dengan mengandalkan proses tarikan dan dorongan paru-paru dan gerakan
diafragma yang terjadi selanjutnya untuk “memompa” darah kembali ke jantung.
- Dengan kontraksi otot kerangka, yang meremas pembuluh vena dalam otot di
seluruh tubuh.
- Katup-katup semilunar akan mencegah darah kembali ke seluruh tubuh sewaktu
otot kerangka mengendur.

Gambar 2.2. Mekanisme pompa pembuluh darah vena

5
Disusun oleh: Meike Angelia, S.Kep.Ners, 2018
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan
Buku Modul Skill Lab Pemasangan Infus

Gambar 2.3. Nama-nama pembuluh darah vena di seluruh tubuh

6
Disusun oleh: Meike Angelia, S.Kep.Ners, 2018
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan
Buku Modul Skill Lab Pemasangan Infus

Gambar 2.4. Nama-nama pembuluh darah vena pada ekstremitas atas

Gambar 2.5a. Nama-nama pembuluh darah vena pada ekstremitas bawah

7
Disusun oleh: Meike Angelia, S.Kep.Ners, 2018
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan
Buku Modul Skill Lab Pemasangan Infus

Gambar 2.5b. Nama-nama pembuluh darah vena pada ekstremitas bawah

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang paling berkaitan dengan indikasi pemasangan IV kateter
untuk pemasangan infus adalah:
1. Resiko atau aktual kekurangan volume larutan berhubungan dengan gangguan asupan
larutan per oral; kehilangan volume larutan aktif.
2. Resiko infeksi pada area penusukan.

D. TUJUAN PEMASANGAN INTRAVENOUS (IV) KATETER


1. Memberi rute untuk pemberian larutan, obat, darah atau gizi, dengan tujuan khusus:
a. Mempertahankan atau mengganti larutan tubuh yang mengandung air, elektrolit,
vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral
b. Mencegah gangguan larutan dan elektrolit, memperbaiki keseimbangan asam basa,
8
Disusun oleh: Meike Angelia, S.Kep.Ners, 2018
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan
Buku Modul Skill Lab Pemasangan Infus

c. Memberikan tranfusi darah.


d. Menyediakan medium untuk pemberian obat intravena.
e. Membantu pemberian nutrisi parental.
2. Memberi rute akses vena perifer untuk pengambilan sampel darah berulang sehingga
meminimalkan nyeri akibat insersi jarum yang berulang.

E. JENIS-JENIS LARUTAN IV DAN TUJUAN PENGGUNAANNYA


Terapi larutan intravena memberikan larutan tambahan yang mengandung komponen
tertentu yang diperlukan tubuh terus-menerus selama periode tertentu.
Sifat-sifat larutan berdasarkan osmolaritasnya, terdiri dari:
1. Isotonis.
 Osmolaritas (tingkat kepekatan) larutan mendekati serum (bagian cair dari
komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah.
 Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan larutan tubuh,
sehingga tekanan darah terus menurun).
 Memiliki resiko terjadinya overload (kelebihan larutan), khususnya pada penyakit
gagal jantung kongresif dan hipertensi.
 Contoh: larutan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl
0,9%), Dektrose 5% dalam air).
2. Hipotonis
 Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (kosentrasi ion Na+ lebih rendah
dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas
serum. Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya
(prinsip larutan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai
akhirnya mengisi sel-sel yang dituju.
 Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah
(dialysis) dalam terapi deuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah
tinggi) dengan ketoasidosis diabetic. Komplikasi yang membahayakan adalah
perpindahan tiba-tiba larutan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan
kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakarnial (dalam otak) pada
beberapa orang.
 Contoh: NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
3. Hipertonis
 Osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga menarik cairan dan
elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah.
9
Disusun oleh: Meike Angelia, S.Kep.Ners, 2018
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan
Buku Modul Skill Lab Pemasangan Infus

 Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urine, dan mengurangi


edema bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan larutan hipotonik.
 Contoh: Dextrose 5%, Dekstrose 10% dalam air, Dekstrosa 20% dalam air, Dekstrose
10% dalam NaCl, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ranger-Lactate).
Berdasarkan molekulnya, larutan dibedakan menjadi:
1. Kristaloid
 Merupakan larutan dengan air yang terdiri dari molekul-molekul kecil yang dapat
menembus membran kapiler dengan mudah. Biasanya volume pemberian lebih
besar, onset lebih cepat, durasinya singkat, efek samping lebih sedikit dan harga
lebih murah.
 Bersifat isotonik, sehingga efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan ke dalam
pembuluh darah dalam waktu yang singkat, & bermanfaat pada pasien yang
memerlukan larutan segera.
 Contoh: salin (salin 0,9%, ringer laktat, ringer asetat), glukosa (D5%, D10%, D20%),
serta sodium bikarbonat.
2. Koloid
 Ukuran molekulnya (umumnya protein) cukup besar maka tidak akan keluar dari
membran kapiler, & terus berada dalam pembuluh darah, sehingga sifatnya
hipertonik, & mampu menarik cairan dari luar pembuluh darah.
 Contoh: albumin & steroid.

Gambar 2.6. Contoh larutan infus dalam kemasan

F. PEMILIHAN LOKASI PEMASANGAN IV KATETER


 Vena perifer yang sering digunakan pada pemasangan IV Kateter adalah vena supervisial
atau perifer kutan terletak di dalam fasia subcutan dan merupakan akses paling mudah
untuk terapi intaravena.
10
Disusun oleh: Meike Angelia, S.Kep.Ners, 2018
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan
Buku Modul Skill Lab Pemasangan Infus

 Vena yang memungkinkan adalah pada permukaan dorsal tangan (Vena supervisial
dorsalis, vena basalika, vena sefalika), lengan bagian dalam (vena basalika, vena sefalika,
vena kubital median, vena median lengan bawah, dan vena radialis), permukaan dorsal
(Vena safena magna, ramus dorsalis).

Gambar 2.7. Lokasi vena untuk pemasangan IV Kateter

 Faktor-faktor yang harus diperhatikan saat pemilihan lokasi pemasangan IV


kateter:
- Umur pasien: misalnya pada anak kecil, pemilihan sisi adalah sangat penting dan
mempengaruhi beberapa lama intravena terakhir.
- Prosedur yang diantisipasi: misalnya jika pasien harus menerima jenis terapi
tertentu atau mengalami beberapa prosedur seperti pembedahan, pilih sisi yang
tidak terpengaruh oleh apapun.
- Aktivitas pasien: misalnya gelisah, bergerak, tak bergerak, perubahan tingkat
kesadaran.
- Jenis intravena: jenis larutan dan obat-obatan yang akan diberikan sering memaksa
tempat-tempat yang optimum, seperti hiperalimentasi (nutrisi parenteral total/TPN)
dimana larutan yang diberikan bersifat hipertonis sehingga beresiko tinggi
mengiritasi vena-vena perifer.
- Durasi terapi intravena: terapi jangka panjang memerlukan pengukuran untuk
memelihara vena. Pilih vena yang akurat dan baik, rotasi sisi dengan hati-hati, rotasi
sisi pungsi dari distal ke proksimal (misalnya mulai di tangan dan pindah ke lengan).
- Ketersediaan vena perifer bila sangat sedikit vena yang ada, pemilihan sisi dan
rotasi yang berhati-hati menjadi sangat penting, terlebih jika sedikit vena pengganti.
- Terapi intravena sebelumnya: flebitis sebelumnya membuat vena menjadi tidak
baik untuk digunakan, kemotrapi sering membuat vena menjadi buruk (misalnya
mudah pecah atau sklerosis).
- Pembedahan sebelumnya: jangan gunakan ekstremitas yang terkena pada pasien
dengan kelenjar limfe yang telah diangkat (misalnya pasien mastektomi) tanpa izin
dari dokter.
11
Disusun oleh: Meike Angelia, S.Kep.Ners, 2018
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan
Buku Modul Skill Lab Pemasangan Infus

- Sakit sebelumnya: jangan gunakan ekstremitas yang sakit pada pasien dengan
stroke.
- Kesukaan pasien: jika memungkinkan, pertimbangkan kesukaan alami pasien
untuk sebelah kiri atau kanan dan juga sisi.

G. INFUS dan TRANSFUSI SET


Infus set merupakan salah satu alat infuse yang memiliki peranan penting dalam terapi
intravena, digunakan sebagai penyalur antara larutan infuse yang ada di dalam botol menuju
ke IV kateter yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah vena.
Jenis-jenis infuse set:
1. Infus set makro. Faktor tetesan: 1 cc = 20 tetes/menit
2. Infuse set mikro: untuk bayi anak-anak, orang dewasa dengan kasus tertentu. Faktor
tetesan: 1 cc = 60 tetes/per menit.
3. Transfuse set/blood shet: untuk transfusi darah. Faktor tetesan 1 cc = 20 tetes/menit.

Bagian-bagian set infus: https://youtu.be/gAiBL0Eyhjg


1. Spike cup adalah penutup penetrate needle
infuse/tranfusi set yang berfungsi keseterilan
penetrate needle infuse.
Gambar 2.8. Spike Cup 

2. Spike/Penetrate Needle Infuse adalah jarum


infus/tranfusi set yang berfungsi sebagai pembolong
botol infus dan juga sebagai penghubung pertama
larutan infusan.
Gambar 2.9. Spike/Penetrate Needle Infuse 

3. Air Vented adalah lubang kecil pada spike yang


berfungsi penyetabil udara drip chamber dan juga
berfungsi sebagai ventilasi ketika memberikan terapi
infusan vial.
Gambar 2.10. Air Vented 

12
Disusun oleh: Meike Angelia, S.Kep.Ners, 2018
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan
Buku Modul Skill Lab Pemasangan Infus

4. Drip Chamber adalah ruang tetes yang berfungsi


untuk mencegah terjadinya emboli udara. Di dalam
ruang tersebut terdapat lubang yang berdiameter
±3mm (untuk set makro), berfungsi sebagai pintu
masuk larutan infuse ke tabung infus set. Sedangkan
untuk set mikro, diameter lubang tersebut hanya
seukuran jarum suntik 10cc. Gambar 2.11. Drip Chamber 

5. Blood Filter adalah bagian khusus pada tranfusi set


yang berfungsi sebagai penyaring darah dan
mencegah trombus masuk kedalam sistem aliran
darah.
Gambar 2.12. Blood Filter 

6. Solution Filter adalah pengubung drip chamber


dengan tube yang berfungsi untuk mencegah
partikel, udara, bekuan darah tranfusi dan mencegah
masuknya bakteri dari larutan infus ke sistem vena.
Gambar 2.13. Solution Filter 

7. Roller clamp set adalah bagian infus set yang


menempel pada tube berfungsi untuk menghentikan
dan mengalirkan larutan infusan atau darah.
Gambar 2.14. Roller Clamp Set 

8. Tube adalah selang/pipa infus yang berfungsi


sebagai sarana mengalirnya larutan atau darah dari
infusan yang akan menuju vena. Terbuat dari bahan
plastik atau silikon yang elastis. Panjang ±1 m,
diameter ±3 mm.
Gambar 2.15. Tube 

13
Disusun oleh: Meike Angelia, S.Kep.Ners, 2018
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan
Buku Modul Skill Lab Pemasangan Infus

9. Y Injection Connector adalah bagian tube infus yang


berfungsi sebagai tempat penyuntikan obat intravena.

 Gambar 2.16. Y Injection Connector

10. Injection Site adalah bagian infus berbahan karet


elastis yang berfungsi sebagai tempat penusukan
jarum suntik untuk pemberian obat intra vena.
Gambar 2.17. Injection Site 

11. Connector adalah bagian infus set yang berfungsi


sebagai penghubung infus set ke IV canula dan bisa
sebagai tempat spooling infuse.
Gambar 2.18. Connector 

12. Needle cap adalah penutup needle hub yang


berfungsi untuk menjaga kesterilan needle hub dan
mencegah terjadinya tertusuk jarum
Gambar 2.19. Needle cap 

13. Needle hub adalah jarum yang melekat pada konektor


berfungsi untuk needle spooling atau ventilasi dengan
menusukkannya ke plabot/vial.
Gambar 2.20. Needle Hub 

14
Disusun oleh: Meike Angelia, S.Kep.Ners, 2018
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan
Buku Modul Skill Lab Pemasangan Infus

14. Three Way Stopcock merupakan alat penghubung


selang infus dengan jarum atau sebagai cabang yang
berfungsi untuk membatasi atau mengisolasikan
aliran cairan atau gas melalui pipa. Alat ini disediakan
apabila dibutuhkan. Cara penggunaan three way:
https://youtu.be/4TXQyv5_lGI
Gambar 2.21. Three Way 

H. ABBOCATH/IV KATETER/JARUM INFUS (Merk: SURFLO, VENFLON, dll)


1. Bagian-bagian

Gambar 2.22. Bagian-bagian Jarum Infus

2. Ukuran jarum dengan standar internasional, yaitu:


a. Ukuran 14G kode warna ORANYE
- Diperuntukan bagi pasien dengan kondisi massive trauma.
b. Ukuran 16G kode warna ABU-ABU
- Diperuntukan bagi pasien anak dengan usia di atas 8 tahun dan dewasa, pasien
dengan trauma, pasien dengan indikasi bedah mayor, serta dengan kondisi
pasien yang diperlukan terapi sejumlah besar larutan infus perlu diberikan
kepada pasien, sehingga pemasangan jarum infus ukuran 16 umumnya
digunakan pada vena besar.
c. Ukuran 18G kode warna HIJAU
- diperuntukan bagi pasien anak dengan usia 1–8 tahun serta anak di atas usia 8
tahun dan dewasa, biasanya dipergunakan untuk melakukan tindakan

15
Disusun oleh: Meike Angelia, S.Kep.Ners, 2018
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan
Buku Modul Skill Lab Pemasangan Infus

pemberian larutan darah, komponen darah serta larutan kental lainnya.


Pemasangan jarum infus ukuran 18 pada vena besar.
d. Ukuran 20G kode warna PINK
- Diperuntukan bagi pasien anak dengan usia 1 – 8 tahun serta anak di atas usia 8
tahun dan dewasa. Sering digunakan untuk menginfus darah, komponen darah
serta larutan infus kental lainnya.
e. Ukuran 22G kode warna BIRU
- Diperuntukan bagi pasien anak dengan usia 1 – 8 tahun serta dewasa usia lanjut.
Jarum infus ukuran 22 dapat dipergunakan untuk menginfus sebagian besar
larutan infus dan relatif lebih mudah untuk melakukan insersi ke vena yg kecil,
tipis dan rapuh. Kecepatan tetesan pada penggunaan jarum infus ukuran 22
harus dipertahankan pada tetesan lambat.
f. Ukuran 24G kode warna KUNING
- diperuntukan bagi pasien dengan usia di bawah 1 tahun (nenonatus, bayi, anak)
dan dewasa usia lanjut. Jarum infus ukuran 24 dapat dipergunakan untuk
menginfus sebagian besar larutan infus dan relatif sangat mudah untuk
melakukan insersi ke vena yang sangat kecil, tipis dan rapuh. Kecepatan tetesan
pada penggunaan jarum infus ukuran 24 harus dipertahankan pada tetesan
lambat atau biasa disebut micro drip.
g. Ukuran 26G kode warna VIOLET
- diperuntukan bagi pasien dengan usia di bawah 1 tahun (nenonatus, bayi, anak)
dan dewasa usia lanjut. Jarum infus ukuran 26 dapat dipergunakan untuk
menginfus sebagian besar larutan infus dan relatif sangat mudah untuk
melakukan insersi ke vena yang sangat kecil, tipis dan rapuh namun jarum infus
ukuran 26 ini sangat jarang digunakan karena para tenaga medis biasanya cukup
menggunakan jarum infus ukuran 24. Kecepatan tetesan pada penggunaan jarum
infus ukuran 26 harus dipertahankan pada tetesan yang sangat lambat atau biasa
disebut micro drip.

Gambar 2.21. Ukuran Jarum Infus (Venflon)

16
Disusun oleh: Meike Angelia, S.Kep.Ners, 2018
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan
Buku Modul Skill Lab Pemasangan Infus

Gambar 2.22. Ukuran Jarum Infus (Surflo Terumo)

Gambar 2.23. Ukuran Jarum Infus (Abbocath)

I. KOMPLIKASI PEMASANGAN INFUS


1. Flebitis
Inflasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun mekanik. Kondisi ini
dikarakteristikkan dengan adanya daerah yang memerah dan hangat di sekitar daerah
inersi/penusukan atau sepanjang vena, nyeri atau rasa lunak pada area inersi atau
sepanjang vena dan pembengkakan.
2. Infiltrasi
Infiltaris terjadi ketika larutan IV memasuki ruang subkutan di sekililing tempat
fungsi vena. Infiltrasi ditunjukkan dengan adanya pembengkakan (akibat peningkatan
larutan di jaringan), palor (disebabkan oleh sirkulasi yang menurun) di sekitar area
inersi, ketidaknyamanan dan penurunan kecepatan aliran secara nyata. Infiltrasi mudah

17
Disusun oleh: Meike Angelia, S.Kep.Ners, 2018
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan
Buku Modul Skill Lab Pemasangan Infus

dikenali jika tempat penusukan lebih besar daripada tempat yang sama di ekstremitas
yang berlawanan. Suatu cara yang lebih dipercaya untuk memastikan infiltrasi adalah
dengan memasang tourniquet di atas atau di daerah proksimal dari tempat pemasangan
infus dan mengencangkan tourniquet tersebut secukupnya untuk menghentikan aliran
vena. Jika infus tetap menetes meskipun ada obstruksi vena, berarti terjadi infilrasi.
3. Iritasi vena
Kondisi ini ditandai dengan nyeri selama diinfus, kemerahan pada kulit di atas area
insersi. Iritasi vena bisa terjadi karena larutan dengan pH tinggi, pH rendah atau
osmolaritas yang tinggi (misalnya: Phenytoin, voncomycin, eritromycin dan nafellin).
4. Hematoma
Hematoma terjadi sebagai akibat kebocoran darah ke jaringan di sekitar area
inersi. Hal ini disebabkan oleh pecahnya vena yang berlawanan selama penusukan vena,
jarum keluar vena, dan tekanan yang tidak sesuai yang diberikan ke tempat penusukan
setelah jarum atau kateter dilepaskan. Tanda dan gejala hematoma yaitu ekimosis,
pembengkakan segera pada tempat penusukan, dan kebocoran darah pada tempat
penusukan.
5. Tromboflebitis
Tromboflebitis menggambarkan adanya bekuan ditambah peradangan dalam vena.
Karakteristik Tromboflebitis adalah adanya nyeri yang terlokalisasi, kemerahan, rasa
hangat, dan pembengkakan di sekitar area insersi atau sepanjang vena, imobilisasi
ekstremitas karena adanya rasa tidak nyaman dan pembengkakan, kecepatan aliran
yang tersendat, demam, malaise, dan leukositosis.
6. Trombisis
Trombisis ditandai dengan nyeri, kemerahan, bengkak pada vena, dan aliran infus
berhenti. Trombisis disebabkan oleh injuri sel endotel dinding vena, pelekatan platelet.
7. Occlusion
Occlusion ditandai dengan tidak adanya penambahan aliran ketika botol dinaikkan,
aliran balik darah di selang infus, dan tidak nyaman pada area pemasangan/insersi.
Occlusion disebabkan oleh gangguan aliran IV, aliran balik darah ketika pasien berjalan,
dan selang diklem terlalu lama.
8. Spasme Vena
Kondisi ini ditandai dengan nyeri sepanjang vena, kulit pucat di sekitar vena, aliran
berhenti meskipun klem sudah dibuka maksimal. Spasme Vena bisa disebabkan oleh
pemberian darah atau larutan yang dingin, iritasi vena oleh obat atau larutan yang
mudah mgiritasi vena dan aliran yang terlalu cepat.

18
Disusun oleh: Meike Angelia, S.Kep.Ners, 2018
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan
Buku Modul Skill Lab Pemasangan Infus

9. Reaksi Vasovagal
Digambarkan dengan klien tiba-tiba terjadi kollaps pada vena, dingin, berkeringat,
pingsan, pusing, mual dan penurunan tekanan darah. Reaksi vasovagal bisa disebabkan
oleh nyeri kecemasan.
10. Kerusakan Syaraf, tendon dan ligament
Kondisi ini ditandai oleh nyeri ekstrem, kebas/mati rasa, dan kontraksi otot. Efek
lambat yang bisa muncul adalah paralysis, mati rasa dan deformitas. Kondisi ini
disebabkan oleh tehnik pemasangan yang tidak tepat sehingga menimbulkan injuri di
sekitar syaraf, tendon dan ligament.

J. LABEL KEMASAN LARUTAN INFUS

Gambar 2.24. Label Kemasan Infus

19
Disusun oleh: Meike Angelia, S.Kep.Ners, 2018
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan
Buku Modul Skill Lab Pemasangan Infus

BAB II
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN


PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN
Jl. H. Jafri Zam Zam No. 8, Banjarmasin
Telp./Fax: 0511 - 3361654
STANDARD OPERSIONAL PROSEDUR
PEMASANGAN INFUS
Pelaksana 1. Prosedur pemasangan infus dilakukan oleh seorang perawat profesional.
dan 2. Baca kebijakan lembaga sebelum membuat keputusan untuk
Pendelegasian mendelegasikan keterampilan atau prosedur.
Tujuan 1. Memberi rute untuk pemberian larutan, obat, darah atau gizi, dengan
tujuan khusus:
a. Mempertahankan atau mengganti larutan tubuh yang mengandung
air, elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat
dipertahankan melalui oral.
b. Mencegah gangguan larutan dan elektrolit, memperbaiki
keseimbangan asam basa,
c. Memberikan tranfusi darah.
d. Menyediakan medium untuk pemberian obat intravena.
e. Membantu pemberian nutrisi parental.
2. Memberi rute akses vena perifer untuk pengambilan sampel darah
berulang sehingga meminimalkan nyeri akibat insersi jarum yang
berulang.
Indikasi 1. Resiko atau aktual kekurangan volume larutan.
2. Pemberian transfuse darah
3. Pemberian obat intravena berulang.
4. Pemberian nutrisi parenteral
5. Pengambilan sampel darah berulang.
Persiapan 1. Pastikan program medis untuk terapi IV, periksa label larutan,
identifikasi pasien. Kesalahan fatal dapat dihindari dengan
pemeriksaan yang teliti.
2. Informed concern: jelaskan prosedur kepada pasien (dan keluarga).
Pengetahuan meningkatkan kenyamanan dan kerjasama pasien.
3. Kontrak waktu, tanyakan kesiapan pasien untuk dilakukan tindakan.
4. Melakukan pengkajian:
a. Indikasi terapi IV pada pasien.
b. Instruksi program mengenai jenis cairan, kecepatan aliran cairan
dan atau area pemasangan IV kateter yang khusus.
c. Status kulit pada tangan dan lengan: keberadaan rambut atau lecet
pada kulit, area tusukan IV sebelumnya, flebitis, dll.
d. Observasi vena untuk menentukan lokasi insersi. Pemilihan lokasi
insersi yang teliti akan meningkatkan kemungkinan pungsi vena
yang berhasil dan pemeliharaan vena. (baca: Faktor-faktor yang
harus diperhatikan saat pemilihan lokasi pemasangan IV kateter,
hal. 11).
20
Disusun oleh: Meike Angelia, S.Kep.Ners, 2018
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan
Buku Modul Skill Lab Pemasangan Infus

e. Kemampuan pasien untuk mencegah pergerakan tangan atau


lengan selama prosedur.
f. Riwayat alergi terhadap plester, larutan antibiotik, larutan iodine.
g. Pengetahuan pasien tentang terapi IV.
h. Kebutuhan bantuan selama melakukan prosedur (misal: pasien
anak-anak, pasien gelisah, penurunan kesadaran, dll).
5. Pilih set intravena yang sesuai dengan tujuan pemasangan infus, umur
pasien dan status kesehatan pasien. (baca: Ukuran jarum dengan
standar internasional, hal. 15).
6. Jaga privasi pasien.
7. Posisikan pasien pada posisi semi fowler atau supine.
8. Atur ketinggian posisi tempat tidur dengan ketinggian yang
memudahkan perawat untuk melakukan prosedur.
9. Apabila area penusukan terdapat rambut yang lebat (biasanya pada
laki-laki), gunakan gunting untuk memotong atau cukur dengan alat
cukur sesuai prosedur pencukuran. (membantu penempelan balutan
pelindung ke kulit).
Persiapan Alat  Sarung tangan disposable  Tourniquet atau manset tekanan darah

 Set infus: IV Kateter sesuai kebutuhan/indikasi, selang infus sesuai


indikasi/tujuan pemasangan: infus dan selang infus set atau blood shet.

 Alkohol Swab (Kapas/Kassa alkohol)  Plester dan gunting

 Balutan transparan  Larutan infus sesuai instruksi dan indikasi.

21
Disusun oleh: Meike Angelia, S.Kep.Ners, 2018
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan
Buku Modul Skill Lab Pemasangan Infus

 Piala ginjal  Perlak kecil

 Tiang infus  Papan lengan/spalk (jika dibutuhkan,


misal: pada bayi/anak-anak)

 Jam dengan jarum detik.


 Etiket Dokumentasi
Sikap Perawat  Tenang
 Teliti
 Mempertahankan teknik steril dan aseptic selama prosedur.
 Menghargai pasien
 Memperhatikan aspek legal: informed concern

Tahap Kerja 1. Perawat mencuci tangan dan memasang sarung tangan.


2. Siapkan larutan infus yang akan diberikan (pada pemberian larutan
hipertonis atau koloid, sebaiknya didahului dengan larutan isotonis).
3. Siapkan set infus:
a. Buka kemasan set selang infus. Pertahankan needle cup untuk
menjaga sterilitas connector.
b. Putar roller clamp ke arah bawah untuk menutup aliran larutan
infus saat penetrate needle infuse disambungkan ke botol infus
(menghindari masuknya udara ke dalam selang infus).
c. Buka spike cup yang menutup penetrate needle infuse. Tusukkan
penetrate needle infuse ke karet pada botol infus (perhatikan
kemasan larutan infus), kemudian gantung kemasan larutan infus
ke tiang infus.
d. Pompa drip chamber sampai terisi larutan infus sampai batas
(jangan memenuhi drip chamber).
e. Arahkan connector (masih ditutup needle cup) di atas piala ginjal,
kemudian putar roller clamp ke arah atas untuk membuka aliran
larutan infus. Alirkan larutan infus memenuhi sepanjang selang
infus sampai ke bagian connector, periksa adanya udara dalam
selang infus. (Udara berpotensi menyebabkan emboli, harus
dihindari).
f. Ketika seluruh selang infus dan bagian connector sudah terisi
larutan infus, tutup kembali (putar roller clamp ke arah bawah)
untuk mecegah larutan infus terus mengalir.
4. Letakkan perlak kecil di bawah tangan pasien yang akan dilakukan
pemasangan infus.

22
Disusun oleh: Meike Angelia, S.Kep.Ners, 2018
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan
Buku Modul Skill Lab Pemasangan Infus

5. Bebaskan lengan pasien dari lengan baju/kemeja.


6. Pilih pembuluh darah yang akan dipasang infus, dengan syarat:
pembuluh darah berukuran besar, pembuluh darah tidak bercabang,
pembuluh darah tidak di area persendian, pilih yang distal dulu jika
memungkinkan.
7. Pasang tourniquet/manset ±5–15 cm di atas area tangan yang akan
dilakukan penusukan.
8. Minta kepada pasien untuk mengepal tangan dan membukanya
beberapa kali, palpasi dan pastikan tekanan yang akan ditusuk.
9. Bersihkan kulit dengan cermat menggunakan alcohol swab (satu kali
usap atau gerakan melingkar dari dalam ke arah luar).
10. Gunakan ibu jari untuk menekan jaringan dan vena 5 cm di atas/di
bawah tusukan.
11. Buka kemasan jarum infus (IV kateter), pegang kepalan tangan pasien
(dengan tangan perawat yang tidak dominan), perkirakan panjang IV
kateter yang akan dimasukkan terhadap vena.
12. Arahkan jarum infus dengan kemiringan 30O – 40O terhadap kulit, dan
lubang jarum (lumen bevel) menghadap keatas. Tusukkan jarum ke
vena, pastikan darah mengaliri jarum sampai ke flashback chamber.
Jika belum teraliri oleh darah, temukan pembuluh darah sampai darah
mengaliri jarum. Rasakan kapan harus berhenti menusukkan jarum,
jangan sampai jarum menembus dinding pembuluh darah pada sisi
lainnya.
13. Rendahkan posisi jarum sejajar pada kulit ±15O dan tarik jarum sedikit,
lalu teruskan plastik IV kateter ke dalam vena.
14. Tekan ujung plastik IV kateter dengan jari, minta pasien membuka
kepalan tangan dan perawat melepaskan ikatan tourniquet.
15. Tarik jarum infus keluar.
16. Sambungkan bagian hub pada IV kateter dengan connector selang
infuse.
17. Buka clamp selang infus sampai cairan mengalir lancar. Perhatikan area
penusukan, apakah terjadi edema yang menandakan terjadinya
infiltrasi (segera tutup clamp dan lepaskan IV kateter).
18. Fiksasi IV kateter dengan balutan steril transparan, fiksasi bagian
sambungan hub dan connector. Atur posisi selang infus dan fiksasi
dengan plester, jaga jangan sampai selang infus terlipat.
19. Atur tetesan infus sesuai instruksi.
20. Dokumentasi:
a. Pasang etiket di atas balutan. Etiket berisi keterangan: tanggal dan
jam IV kateter terpasang.
b. Pada etiket kemasan larutan infus, tuliskan keterangan: tanggal dan
jam dimulainya pemasangan larutan infus, durasi waktu lama
pemberian, jumlah tetesan per menit, dan perkiraan waktu larutan
habis dan harus diganti.
21. Tahap Terminasi
a. Mengevaluasi tindakan yang baru dilakukan: observasi kembali
area pemasangan infus, kelancaran aliran infus, tanda-tanda
infiltrasi, flebitis, keluhan nyeri, respon pasien.
b. Rapikan alat-alat.
c. Berpamitan dengan pasien.
d. Mencuci tangan.
https://youtu.be/kwdCF72yDRo
23
Disusun oleh: Meike Angelia, S.Kep.Ners, 2018
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan
Buku Modul Skill Lab Pemasangan Infus

CHECKLIST PENILAIAN PENILAIAN PEMASANGAN INFUS


Nama :
NIM :
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN
Jl. H. Jafri Zam Zam No. 8, Banjarmasin
Telp./Fax: 0511 - 3361654
CHECK LIST PENILAIAN
NILAI ()
STANDARD OPERSIONAL PROSEDUR
PEMASANGAN INFUS 0 1 2
Persiapan 1. Memastikan program medis untuk terapi IV,
periksa label larutan, identifikasi pasien.
Kesalahan fatal dapat dihindari dengan
pemeriksaan yang teliti.
2. Melakukan informed concern: jelaskan
prosedur kepada pasien (dan keluarga).
Pengetahuan meningkatkan kenyamanan dan
kerjasama pasien.
3. Kontrak waktu, menanyakan kesiapan pasien
untuk dilakukan tindakan.
4. Melakukan pengkajian:
a. Mengidentifikasi indikasi terapi IV pada
pasien.
b. Mengidentifikasi instruksi program
mengenai jenis cairan, kecepatan aliran
cairan dan atau area pemasangan IV kateter
yang khusus.
c. Mengkaji status kulit pada tangan dan
lengan: keberadaan rambut atau lecet pada
kulit, area tusukan IV sebelumnya, flebitis,
dll.
d. Mengobservasi vena untuk menentukan
lokasi insersi.
e. Mengidentifikasi kemampuan pasien untuk
mencegah pergerakan tangan atau lengan
selama prosedur.
f. Mengkaji riwayat alergi terhadap plester,
larutan antibiotik, larutan iodine.
g. Mengkaji pengetahuan pasien tentang
terapi IV.
h. Menentukan kebutuhan bantuan selama
prosedur.
5. Memilih set intravena yang sesuai dengan
tujuan pemasangan infus, umur pasien dan
status kesehatan pasien.
6. Menjaga privasi pasien.
7. Memposisikan pasien pada posisi semi fowler
atau supine.
8. Mengatur ketinggian posisi tempat tidur
dengan ketinggian yang memudahkan perawat
untuk melakukan prosedur.

24
Disusun oleh: Meike Angelia, S.Kep.Ners, 2018
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan
Buku Modul Skill Lab Pemasangan Infus

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN


PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN
Jl. H. Jafri Zam Zam No. 8, Banjarmasin
Telp./Fax: 0511 - 3361654
CHECK LIST PENILAIAN
NILAI ()
STANDARD OPERSIONAL PROSEDUR
PEMASANGAN INFUS 0 1 2
Persiapan Alat  Sarung tangan dispossable
 Tourniquet atau manset tekanan darah
 Set infus: IV Kateter, selang infus set atau blood
shet.
 Alkohol Swab (Kapas/Kassa alkohol)
 Plester hipoalergi dan gunting
 Balutan transparan
 Larutan infus sesuai instruksi dan indikasi.
 Piala ginjal
 Perlak kecil
 Tiang infus
 Papan lengan/spalk (jika dibutuhkan).
 Jam dengan jarum detik.
 Etiket untuk dokumentasi.
Tahap Kerja 1. Mencuci tangan dan memasang sarung tangan.
2. Menyiapkan larutan infus yang akan diberikan.
3. Menyiapkan set infus:
a. Membuka kemasan set selang infus.
Mempertahankan needle cup untuk
menjaga sterilitas connector.
b. Memutar roller clamp ke arah bawah untuk
menutup aliran larutan infus saat
penetrate needle infuse disambungkan ke
botol infus.
c. Membuka spike cup yang menutup
penetrate needle infuse. Menusukkan
penetrate needle infuse ke karet pada botol
infus, kemudian menggantung kemasan
larutan infus ke tiang infus.
d. Memompa drip chamber sampai terisi
larutan infus sampai batas (tidak
memenuhi drip chamber).
e. Mengarahkan connector (masih ditutup
needle cup) di atas piala ginjal, kemudian
memutar roller clamp ke arah atas untuk
membuka aliran larutan infus. Mengalirkan
larutan infus memenuhi sepanjang selang
infus sampai ke bagian connector,
memeriksa adanya udara dalam selang
infus.
f. Menutup kembali (putar roller clamp ke
arah bawah) Ketika seluruh selang infus
dan bagian connector sudah terisi larutan
infus.
4. Meletakkan perlak kecil di bawah tangan
pasien yang akan dilakukan pemasangan infus.
5. Membebaskan lengan pasien dari lengan
baju/kemeja.

25
Disusun oleh: Meike Angelia, S.Kep.Ners, 2018
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan
Buku Modul Skill Lab Pemasangan Infus

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN


PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN
Jl. H. Jafri Zam Zam No. 8, Banjarmasin
Telp./Fax: 0511 - 3361654
CHECK LIST PENILAIAN
NILAI ()
STANDARD OPERSIONAL PROSEDUR
PEMASANGAN INFUS 0 1 2
6. Memilih pembuluh darah yang akan dipasang
infus: pembuluh darah berukuran besar, tidak
bercabang, tidak di area persendian, memilih
yang distal dulu jika memungkinkan.
7. Memasang tourniquet/manset ±5–15 cm di
atas area tangan yang akan dilakukan
penusukan.
8. Meminta pasien untuk mengepal tangan dan
membukanya beberapa kali, palpasi dan
pastikan tekanan yang akan ditusuk.
9. Membersihkan kulit dengan cermat
menggunakan alcohol swab (satu kali usap atau
gerakan melingkar dari dalam ke arah luar).
10. Menggunakan ibu jari untuk menekan jaringan
dan vena 5 cm di atas/di bawah tusukan.
11. Membuka kemasan jarum infus (IV kateter),
memegang kepalan tangan pasien (dengan
tangan perawat yang tidak dominan),
memperkirakan panjang IV kateter yang akan
dimasukkan terhadap vena.
12. Mengarahkan jarum infus dengan kemiringan
30O–45O terhadap kulit, dan lubang jarum
(lumen bevel) menghadap keatas. Menusukkan
jarum ke vena, memastikan darah mengaliri
jarum sampai ke flashback chamber. Jika belum
teraliri oleh darah, temukan pembuluh darah
sampai darah mengaliri jarum. Merasakan
kapan harus berhenti menusukkan jarum,
jangan sampai jarum menembus dinding
pembuluh darah pada sisi lainnya.
13. Merendahkan posisi jarum sejajar pada kulit
±15O dan tarik jarum sedikit, lalu teruskan
plastik IV kateter ke dalam vena.
14. Menekan ujung plastik IV kateter dengan ibu
jari, meminta pasien membuka kepalan tangan
dan perawat melepaskan ikatan tourniquet.
15. Menarik jarum infus keluar.
16. Menyambungkan bagian hub pada IV kateter
dengan connector selang infuse.
17. Membuka clamp selang infus sampai cairan
mengalir lancar. Perhatikan area penusukan,
apakah terjadi edema yang menandakan
terjadinya infiltrasi (segera tutup clamp dan
lepaskan IV kateter).
18. Memberi fiksasi IV kateter dengan balutan
steril transparan, fiksasi bagian sambungan
hub dan connector. Mengatur posisi selang
infus dan fiksasi dengan plester, menjaga
selang infus tidak terlipat.

26
Disusun oleh: Meike Angelia, S.Kep.Ners, 2018
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan
Buku Modul Skill Lab Pemasangan Infus

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN


PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN
Jl. H. Jafri Zam Zam No. 8, Banjarmasin
Telp./Fax: 0511 - 3361654
CHECK LIST PENILAIAN
NILAI ()
STANDARD OPERSIONAL PROSEDUR
PEMASANGAN INFUS 0 1 2
19. Mengatur tetesan infus sesuai instruksi.
20. Melakukan dokumentasi:
a. Memasang etiket di atas balutan. Etiket
berisi keterangan: tanggal dan jam IV
kateter terpasang.
b. Pada etiket kemasan larutan infus,
menuliskan keterangan: tanggal dan jam
dimulainya pemasangan larutan infus,
durasi waktu lama pemberian, jumlah
tetesan per menit, dan perkiraan waktu
larutan habis dan harus diganti.
21. Tahap Terminasi
a. Mengevaluasi tindakan yang baru
dilakukan: observasi kembali area
pemasangan infus, kelancaran aliran infus,
tanda-tanda infiltrasi, flebitis, keluhan
nyeri, respon pasien.
b. Merapikan alat-alat.
c. Berpamitan dengan pasien.
d. Mencuci tangan.
Sikap Perawat  Tenang
 Teliti
 Mempertahankan teknik steril dan aseptic
selama prosedur.
 Menghargai pasien

Keterangan: Banjarmasin,
0 = Tidak dilakukan sama sekali Evaluator,
1 = Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna (……………………………………………………………)

Nilai Batas Lulus = 75%

Jumlah nilai yang didapat


NILAI = X 100
Jumlah aspek yang dinilai

27
Disusun oleh: Meike Angelia, S.Kep.Ners, 2018

Anda mungkin juga menyukai