Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENDENGARAN

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3
Anna carolina yasinda (1710003)
Ikke widyawati (1710013)
Muhamad nur hak kiki (1710023)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN


TAHUN AKADEMIK 2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anatomi dan Fisiologi Sistem Sensori

Indra mempunyai sel-sel reseptor khusus untuk mengenali perubahan lingkungan. Indra
yang kita kenal ada lima, yaitu:

1. Indra penglihat (mata)

2. Indra pendengar (telinga)

3. Indra peraba (kulit)

4. Indra pengecap (lidah)

5. Indra pencium (hidung).

Kelima indra tersebut berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan luar, oleh karenanya
disebut eksoreseptor.

Reseptor yang berfungsi untuk mengenali lingkungan dalam, misalnya nyeri, kadar oksigen
atau karbon dioksida, kadar glukosa dan sebagainya, disebut interoreseptor.

Sel-sel interoreseptor misalnya terdapat pada sel otot, tendon, ligamentum, sendi, dinding
saluran pencernaan, dinding pembuluh darah, dan lain sebagainya. Akan tetapi,
sesungguhnya interoreseptor terdapat di seluruh tubuh manusia. Interoreseptor yang
membantu koordinasi dalam sikap tubuh disebut kinestesis.
1.2 Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan saraf ?

2. Bagimana jalanya terjadinya proses saraf sensori pada tubuh?

3. Apa sajakah anatomi dari telinga?

4. Apa sajakah fisiologi dari telinga?

1.3 Tujuan penulisan


1. Dapat memahami tentang Aktifias Anatomi Fisiologi Sensori
2. Memenuhi tugas mata ajar ” Anatomi Fisiologi ”
3. Untuk mengetahui dan menambah wawasan mengenai Indra Pendengaran.
4. Untuk mengetahui bagian-bagian dari telinga
5. Untuk mengetahui fisiologi pendengaran
6. Untuk mengetahui proses pendengaran terjadi
7. Untuk mengetahui gangguan-gangguan dari pendengaran
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 PENGERTIAN

2.2.1 Sistem Saraf

Sistem saraf manusia adalah sebuah jaringan yang sangat khusus, yang berisi miliaran
neuron, dan bertanggung jawab untuk mengendalikan dan mengkoordinasikan semua fungsi
tubuh. Sistem ini memungkinkan kita untuk berkomunikasi dengan dunia luar dan terdiri dari
dua komponen, sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf perifer (PNS).

Sistem saraf pusat meliputi otak dan sumsum tulang belakang, sedangkan sistem saraf
perifer terdiri dari semua neuron tubuh, kecuali yang ditemukan di otak dan sumsum tulang
belakang. Sistem saraf manusia yang bersangkutan dengan menerima informasi dari dunia
luar, pengolahan, dan kemudian menghasilkan respon yang tepat. Ini adalah jaringan yang
mengontrol dan mengkoordinasikan semua kegiatan tubuh, dengan mengirimkan pesan atau
sinyal dari otak ke bagian-bagian berbeda dari tubuh dan sebaliknya.

2.1.2 Cara Kerja Saraf

Cara sistem saraf bekerja benar-benar unik dan kompleks. Ia bekerja melalui jaringan
kompleks neuron, yang merupakan fungsi dasar sel-sel dari sistem saraf. Neuron melakukan
sinyal atau impuls antara dua komponen dari sistem saraf, yaitu pusat dan sistem saraf perifer.
Ada tiga jenis neuron, neuron sensorik, neuron motorik, dan interneuron.

Neuron sensorik mengirimkan rangsangan atau impuls yang diterima dari alat indera,
seperti mata, hidung atau kulit, sistem saraf pusat, yaitu, ke otak dan sumsum tulang belakang.
Otak pada gilirannya, memproses rangsangan tersebut dan mengirimkannya kembali ke
bagian lain dari tubuh, memberitahu mereka bagaimana bereaksi terhadap jenis tertentu dari
stimulus. Motor neuron bertanggung jawab untuk menerima sinyal dari saraf otak dan tulang
belakang, dan mengirim mereka ke bagian lain dari tubuh.

Di sisi lain, interneuron berkepentingan dengan membaca impuls, yang diterima dari neuron
sensorik dan memutuskan respon yang akan dihasilkan. Mereka terutama ditemukan di otak
dan sumsum tulang belakang. Selain neuron, sistem saraf juga mengandung sel-sel glial, yang
mendukung dan memelihara neuron. Neuron menggunakan sinyal elektrokimia, atau
neurotransmitter untuk transmisi impuls dari satu neuron yang lain. Namun, transmisi impuls
dari satu neuron ke lain tidak sesederhana kedengarannya. Jadi, mari kita cari tahu bagaimana
tepatnya neuron mengirimkan impuls ke neuron lain

Fungsi sel saraf sensorik adalah menghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat,
yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensori
berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet).

Fungsi sel saraf motorik adalah mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau
kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motor
berada di sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf
asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat .

2.2 Impuls

Impuls adalah rangsangan atau pesan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan luar,
kemudian dibawa oleh neuron. Impuls dapat juga dikatakan sebagai serangkaian pulsa
elektrik yang menjalari serabut saraf. Contoh rangsangan adalah sebagai berikut.

a. Perubahan dari dingin menjadi panas.

b. Perubahan dari tidak ada tekanan pada kulit menjadi ada tekanan.

c. Berbagai macam aroma yang tercium oleh hidung.

d. Suatu benda yang menarik perhatian.

e. Suara bising.

f. Rasa asam, manis, asin dan pahit pada makanan.

Impuls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan menyebabkan
terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Gerak sadar

disadari Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau.
Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang panjang.

b. Gerak refleks

Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang
menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan tidak
melewati otak.

2.3 Indera Pendengar


Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk
keseimbangan. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga luar,
telinga tengah, dan telinga dalam.
Telinga luar berfungsi menangkap getaran bunyi, dan telinga tengah meneruskan
getaran dari telinga luar ke telinga dalam. Reseptor yang ada pada telinga dalam akan
menerima rarigsang bunyi dan mengirimkannya berupa impuls ke otak untuk diolah.
2.4 Bagian-bagian telinga
Telinga tersusun atas tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.

Gbr. Struktur telinga pada manusia


2.4.1 Telinga luar

Telinga luar terdiri atas daun telinga (auricle/pinna), liang telinga luar (meatus
accus-ticus externus) dan gendang telinga (membran timpani). Daun telinga /aurikula
disusun oleh tulang rawan elastin yang ditutupi oleh kulit tipis yang melekat erat pada
tulang rawan. Dalam lapisan subkutis terdapat beberapa lembar otot lurik yang pada
manusia rudimenter (sisa perkembangan), akan tetapi pada binatang yang lebih rendah
yang mampu menggerakan daun telinganya, otot lurik ini lebih menonjol.
Daun telinga manusia mempunyai bentuk yang khas, tetapi bentuk ini kurang
mendukung fungsinya sebagai penangkap dan pengumpul getaran suara. Bentuk daun
telinga yang sangat sesuai dengan fungsinya adalah daun telinga pada anjing dan
kucing, yaitu tegak dan membentuk saluran menuju gendang telinga. Saluran luar yang
dekat dengan lubang telinga dilengkapi dengan rambut-rambut halus yang menjaga
agar benda asing tidak masuk, dan kelenjar lilin yang menjaga agar permukaan saluran
luar dan gendang telinga tidak kering.
Liang telinga luar (meatus auditori eksterna) merupakan suatu saluran yang
terbentang dari daun telinga melintasi tulang timpani hingga permukaan luar membran
timpani. Bagian permukaannya mengandung tulang rawan elastin dan ditutupi oleh
kulit yang mengandung folikel rambut, kelenjar sebasea dan modifikasi kelenjar
keringat yang dikenal sebagai kelenjar serumen. Sekret kelenjar sebacea bersama
sekret kelenjar serumen merupakan komponen penyusun serumen. Serumen
merupakan materi bewarna coklat seperti lilin dengan rasa pahit dan berfungsi sebagai
pelindung. Membran timpani menutup ujung dalam meatus akustiskus eksterna.
Permukaan luarnya ditutupi oleh lapisan tipis epidermis yang berasal dari ectoderm,
sedangkan lapisan sebelah dalam disusun oleh epitel selapis gepeng atau kuboid
rendah turunan dari endoderm. Di antara keduanya terdapat serat-serat kolagen, elastis
dan fibroblas. Gendang telinga menerima gelombang suara yang di sampaikan lewat
udara lewat liang telinga luar. Gelombang suara ini akan menggetarkan membran
timpani. Gelombang suara lalu diubah menjadi energi mekanik yang diteruskan ke
tulang-tulang pendengaran di telinga tengah.
2.4.2 Telinga tengah
Telinga tengah atau rongga telinga adalah suatu ruang yang terisi udara yang
terletak di bagian petrosum tulang pendengaran. Ruang ini berbatasan di sebelah
posterior dengan ruang-ruang udara mastoid dan disebelah anterior dengan faring
melalui saluran (tuba auditiva) Eustachius. Epitel yang melapisi rongga timpani dan
setiap bangunan di dalamnya merupakan epitel selapis gepeng atau kuboid rendah,
tetapi di bagian anterior pada pada celah tuba auditiva (tuba Eustachius) epitelnya
selapis silindris bersilia. Lamina propria tipis dan menyatu dengan periosteum.
Di bagian dalam rongga ini terdapat 3 jenis tulang pendengaran yaitu tulang
maleus, inkus dan stapes. Ketiga tulang ini merupakan tulang kompak tanpa rongga
sumsum tulang. Tulang maleus melekat pada membran timpani. Tulang maleus dan
inkus tergantung pada ligamen tipis di atap ruang timpani. Lempeng dasar stapes
melekat pada tingkap celah oval (fenestra ovalis) pada dinding dalam. Ada 2 otot kecil
yang berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran. Otot tensor timpani terletak
dalam saluran di atas tuba auditiva, tendonya berjalan mula-mula ke arah posterior
kemudian mengait sekeliling sebuah tonjol tulang kecil untuk melintasi rongga
timpani dari dinding medial ke lateral untuk berinsersi ke dalam gagang maleus.
Tendo otot stapedius berjalan dari tonjolan tulang berbentuk piramid dalam dinding
posterior dan berjalan anterior untuk berinsersi ke dalam leher stapes. Otot-otot ini
berfungsi protektif dengan cara meredam getaran-getaran berfrekuensi tinggi. Dan
Fungsi rangkaian tulang dengar tersebut adalah untuk mengirimkan getaran suara dari
gendang telinga (membran timpani) menyeberangi rongga telinga tengah ke jendela
oval.
Tingkap oval pada dinding medial ditutupi oleh lempeng dasar stapes,
memisahkan rongga timpani dari perilimf dalam skal vestibuli koklea. Oleh karenanya
getaran-getaran membrana timpani diteruskan oleh rangkaian tulang-tulang
pendengaran ke perilimf telinga dalam. Untuk menjaga keseimbangan tekanan di
rongga-rongga perilimf terdapat suatu katup pengaman yang terletak dalam dinding
medial rongga timpani di bawah dan belakang tingkap oval dan diliputi oleh suatu
membran elastis yang dikenal sebagai tingkap bulat (fenestra rotundum). Membran ini
memisahkan rongga timpani dari perilimf dalam skala timpani koklea.
Tuba auditiva (Eustachius) menghubungkan rongga timpani dengan nasofarings
lumennya gepeng, dengan dinding medial dan lateral bagian tulang rawan biasanya
saling berhadapan menutup lumen. Epitelnya bervariasi dari epitel bertingkat, selapis
silindris bersilia dengan sel goblet dekat farings. Dengan menelan dinding tuba saling
terpisah sehingga lumen terbuka dan udara dapat masuk ke rongga telinga tengah.
Dengan demikian tekanan udara pada kedua sisi membran timpani menjadi seimbang.

2.4.3 Telinga Dalam


Telinga dalam adalah suatu sistem saluran dan rongga di dalam pars petrosum
tulang temporalis. Telinga dalam di bentuk oleh labirin tulang (labirin oseosa) yang
didalamnya terdapat labirin membranasea. Labirin tulang berisi cairan perilimf
sedangkan labirin membranasea berisi cairan endolimf.
1. Labirin Tulang
Labirin tulang terdiri atas 3 komponen yaitu kanalis semisirkularis, vestibulum,
dan koklea tulang. Labirin tulang ini di sebelah luar berbatasan dengan endosteum,
sedangkan di bagian dalam dipisahkan dari labirin membranasea yang terdapat di
dalam labirin tulang oleh ruang perilimf yang berisi cairan endolimf.
Kanalis semisirkularis menonjol dari bagian posterior vestibula.
a. Saluran semisirkular anterior dan posterior mengarah pada bidang vertikal,
disetiap sudut kanannya.
b. Saluran semisirkular lateral terletak horizontal dan pada sudut kanan kedua
saluran diatas.
Vestibulum merupakan bagian tengah labirin tulang, yang berhubungan dengan
rongga timpani melalui suatu membran yang dikenal sebagai tingkap oval
(fenestra ovale). Ke dalam vestibulum bermuara 3 buah kanalis semisirkularis
yaitu kanalis semisirkularis anterior, posterior dan lateral yang masing-masing
saling tegak lurus. Setiap saluran semisirkularis mempunyai pelebaran atau
ampula. Walaupun ada 3 saluran tetapi muaranya hanya lima dan bukan enam,
karena ujung posterior saluran posterior yang tidak berampula menyatu dengan
ujung medial saluran anterior yang tidak bermapula dan bermuara ke dalam bagian
medial vestibulum oleh krus kommune. Ke arah anterior rongga vestibulum
berhubungan dengan koklea tulang dan tingkap bulat (fenestra rotundum).
Koklea merupakan tabung berpilin mirip rumah siput. Bentuk keseluruhannya
mirip kerucut dengan dua tiga-perempat putaran. Sumbu koklea tulang di sebut
mediolus. Tonjolan tulang yang terjulur dari modiolus membentuk rabung spiral
dengan suatu tumpukan tulang yang disebut lamina spiralis. Lamina spiralis ini
terdapat pembuluh darah dan ganglion spiralis, yang merupakan bagian koklear
nervus akustikus.

2. Labirin Membranasea
Labirin membransea terletak di dalam labirin tulang, merupakan suatu sistem
saluran yang saling berhubungan dilapisi epitel dan mengandung endolimf. Labirin
ini dipisahkan dari labirin tulang oleh ruang perilimf yang berisi cairan perilimf.
Pada beberapa tempat terdapat lembaran-lembaran jaringan ikat yang mengandung
pembuluh darah melintasi ruang perilimf untuk menggantung labirin
membranasea. Labirin membranasea terdiri atas:
1. Kanalis semisirkularis membranasea
2. Ultrikulus
3. Sakulus
4. Duktus endolimfatikus merupakan gabungan duktus ultrikularis dan duktus
sakularis.
5. Sakus endolimfatikus merupakan ujung buntu duktus endolimfatikus
6. Duktus reuniens, saluran kecil penghubung antara sakulus dengan duktus
koklearis
7. Duktus koklearis mengandung organ Corti yang merupakan organ
pendengaran.
Terdapat badan-badan akhir saraf sensorik dalam ampula saluran semisirkularis
(krista ampularis) dan dalam ultrikulus dan sakulus (makula sakuli dan ultrikuli)
yang berfungsi sebagai indera statik dan kinetik.

Sakulus dan Ultrikulus, dinding sakulus dan ultrikulus dibentuk oleh lapisan
jaringan ikat tebal yang mengandung pembuluh darah, sedangkan lapisan
dalamnya dilapisi epitel selapis gepeng sampai selapis kuboid rendah. Pada sakulus
dan ultrikulus terdapat reseptor sensorik yang disebut makula sakuli dan makula
ultrikuli. Makula sakuli terletak paling banyak pada dinding sehingga berfungsi
untuk mendeteksi percepatan vertikal lurus sementara makula ultrikuli terletak
kebanyakan di lantai /dasar sehingga berfungsi untuk mendeteksi percepatan
horizontal lurus.

Makula disusun oleh 2 jenis sel neuroepitel (disebut sel rambut) yaitu tipe I dan
II serta sel penyokong yang duduk di lamina basal.Serat-serat saraf dari bagian
vestibular nervus vestibulo-akustikus (N.VIII) akan mempersarafi sel-sel
neuroepitel ini. Sel rambut I berbentuk seperti kerucut dengan bagian dasar yang
membulat berisi inti dan leher yang pendek. Sel ini dikelilingi suatu jala terdiri atas
badan akhir saraf dengan beberapa serat saraf eferen, mungkin bersifat
penghambat/ inhibitorik. Sel rambut tipe II berbentuk silindris dengan badan akhir
saraf aferen maupun eferen menempel pada bagian bawahnya. Kedua sel ini
mengandung stereosilia pada apikal, sedangkan pada bagian tepi stereosilia
terdapat kinosilia. Sel penyokong (sustentakular) merupakan sel berbentuk silindris
tinggi, terletak pada lamina basal dan mempunyai mikrovili pada permukaan
apikal dengan beberapa granul sekretoris. Pada permukaan makula terdapat suatu
lapisan gelatin dengan ketebalan 22 mikrometer yang dikenal sebagai membran
otolitik. Membran ini mengandung banyak badan-badan kristal yang kecil yang
disebut otokonia atau otolit yang mengandung kalsium karbonat dan suatu protein.
Mikrovili pada sel penyokong dan stereosilia serta kinosilia sel rambut terbenam
dalam membran otolitik. Perubahan posisi kepala mengakibatkan perubahan dalam
tekanan atau tegangan dalam membran otolitik dengan akibat terjadi rangsangan
pada sel rambut. Rangsangan ini diterima oleh badan akhir saraf yang terletak di
antara sel-sel rambut.

Kanalis Semisirkularis membranasea mempunyai penampang yang oval. Pada


permukaan luarnya terdapat suatu ruang perilimf yang lebar dilalui oleh trabekula.
Pada setiap kanalis semisirkularis ditemukan sebuah krista ampularis, yaitu badan
akhir saraf sensorik yang terdapat di dalam ampula (bagian yang melebar) kanalis.
Tiap krista ampularis di bentuk oleh sel-sel penyokong dan dua tipe sel rambut
yang serupa dengan sel rambut pada makula. Mikrovili, stereosilia dan
kinosilianya terbenam dalam suatu massa gelatinosa yang disebut kupula serupa
dengan membran otolitik tetapi tanpa otokonia.

Dalam krista ampularis, sel-sel rambutnya di rangsang oleh gerakan endolimf


akibat percepatan sudut kepala. Gerakan endolimf ini mengakibatkan tergeraknya
stereosilia dan kinosilia. Dalam makula sel-sel rambut juga terangsang tetapi
perubahan posisi kepala dalam ruang mengakibatkan suatu peningkatan atau
penurunan tekanan pada sel-sel rambut oleh membran otolitik.

2.5 Koklea dan Fisiologi Pendengaran

2.5.1 Koklea

Koklea tulang berjalan spiral dengan 23/4 putaran sekiitar modiolus yang juga
merupakan tempat keluarnya lamina spiralis. Dari lamina spiralis menjulur ke
dinding luar koklea suatu membran basilaris. Pada tempat perlekatan membran
basilaris ke dinding luar koklea terdapat penebalan periosteum yang dikenal
sebagai ligamentum spiralis. Di samping itu juga terdapat membran vestibularis
(Reissner) yang membentang sepanjang koklea dari lamina spiralis ke dinding
luar. Kedua membran ini akan membagi saluran koklea tulang menjadi tiga bagian
yaitu

1. Ruangan atas (skala vestibuli)


2. Ruangan tengah (duktus koklearis)
3. Ruang bawah (skala timpani).
Antara skala vestibuli dengan duktus koklearis dipisahkan oleh membran
vestibularis (Reissner). Antara duktus koklearis dengan skala timpani dipisahkan
oleh membran basilaris. Skala vesibularis dan skala timpani mengandung perilimf
dan di dindingnya terdiri atas jaringan ikat yang dilapisi oleh selapis sel gepeng
yaitu sel mesenkim, yang menyatu dengan periosteum disebelah luarnya. Skala
vestibularis berhubungan dengan ruang perilimf vestibularis dan akan mencapai
permukaan dalam fenestra ovalis. Skala timpani menjulur ke lateral fenestra
rotundum yang memisahkannya dengan ruang timpani. Pada apeks koklea skala
vestibuli dan timpani akan bertemu melalui suatu saluran sempit yang disebut
helikotrema.

Duktus koklearis berhubungan dengan sakulus melalui duktus reuniens tetapi


berakhir buntu dekat helikotrema pada sekum kupulare. Pada pertemuan antara
lamina spiralis tulang dengan modiolus terdapat ganglion spiralis yang sebagian
diliputi tulang. Dari ganglion keluar berkas-berkas serat saraf yang menembus
tulang lamina spiralis untuk mencapai organ Corti. Periosteum di atas lamina
spiralis menebal dan menonjol ke dalam duktus koklearis sebagai limbus spiralis.
Pada bagian bawahnya menyatu dengan membran basilaris.

Membran basilaris yang merupakan landasan organ Corti dibentuk oleh serat-
serat kolagen. Permukaan bawah yang menghadap ke skala timpani diliputi oleh
jaringan ikat fibrosa yang mengandung pembuluh darah dan sel mesotel. Membran
vestibularis merupakan suatu lembaran jaringan ikat tipis yang diliputi oleh epitel
selapis gepeng pada bagian yang menghadap skala vestibuli.

Epitel yang melapisi duktus koklearis beragam jenisnya tergantung pada


lokasinya, diatas membran vestibularis epitelnya gepeng dan mungkin
mengandung pigmen, di atas limbus epitelnya lebih tinggi dan tak beraturan. Di
lateral epitelnya selapis silindris rendah dan di bawahnya mengandung jaringan
ikat yang banyak mengandung kapiler. Daerah ini disebut stria vaskularis dan
diduga tempat sekresi endolimf.
Organ Corti, terdiri atas sel-sel penyokong dan sel-sel rambut. Sel-sel yang
terdapat di organ Corti adalah

1. Sel tiang dalam merupakan sel berbentuk kerucut yang ramping dengan bagian
basal yang lebar mengandung inti, berdiri di atas membran basilaris serta
bagian leher yang sempit dan agak melebar di bagian apeks.

2. Sel tiang luar mempunyai bentuk yang serupa dengan sel tiang dalam hanya
lebih panjang. Di antara sel tiang dalam dan luar terdapat terowongan dalam.

3. Sel falangs luar merupakan sel berbentuk silindris yang melekat pada
membrana basilaris. Bagian puncaknya berbentuk mangkuk untuk menopang
bagaian basal sel rambut luar yang mengandung serat-serat saraf aferen dan
eferen pada bagian basalnya yang melintas di antara sel-sel falangs dalam
untuk menuju ke sel-sel rambut luar. Sel-sel falangs luar dan sel rambut luar
terdapat dalam suatu ruang yaitu terowongan Nuel. Ruang ini akan
berhubungan dengan terowongan dalam.

4. Sel falangs dalam terletak berdampingan dengan sel tiang dalam. Seperti sel
falangs luar sel ini juga menyanggah sel rambut dalam.

5. Sel batas membatasi sisi dalam organ corti

6. Sel Hansen membatasi sisi luar organ Corti. Sel ini berbentuk silindris terletak
antara sel falangs luar dengan sel-sel Claudius yang berbentuk kuboid. Sel-sel
Claudius ter- letak di atas sel-sel Boettcher yang berbentuk kuboid rendah.

Permukaan organ Corti diliputi oleh suatu membran yaitu membrana


tektoria yang merupakan suatu lembaran pita materi gelatinosa. Dalam keadaan
hidup membran ini menyandar di atas stereosilia sel-sel rambut.

Ganglion spiralis merupakan neuron bipolar dengan akson yang bermielin


dan berjalan bersama membentuk nervus akustikus. Dendrit yang bermielin
berjalan dalam saluran-saluran dalam tulang yang mengitari ganglion,
kehilangan mielinnya dan berakhir dengan memasuki organ Corti untuk
selanjutnya berada di antara sel rambut. Bagian vestibular N VIII memberi
persarafan bagian lain labirin. Ganglionnya terletak dalam meatus akustikus
internus tulang temporal dan aksonnya berjalan bersama dengan akson dari yang
berasal dari ganglion spiralis. Dendrit-dendritnya berjalan ke ketiga kanalikulus
semisirkularis dan ke makula sakuli dan ultrikuli.

Telinga luar menangkap gelombang bunyi yang akan diubah menjadi


getaran-getaran oleh membran timpani. Getaran-getaran ini kemudian
diteruskan oleh rangkaian tulang –tulang pendengaran dalam telinga tengah ke
perilimf dalam vestibulum, menimbulkan gelombang tekanan dalam perilimf
dengan pergerakan cairan dalam skala vestibuli dan skala timpani. Membran
timpani kedua pada tingkap bundar (fenestra rotundum) bergerak bebas sebagai
katup pengaman dalam pergerakan cairan ini, yang juga agak menggerakan
duktus koklearis dengan membran basilarisnya. Pergerakan ini kemudian
menyebabkan tenaga penggunting terjadi antara stereosilia sel-sel rambut
dengan membran tektoria, sehingga terjadi stimulasi sel-sel rambut. Tampaknya
membran basilaris pada basis koklea peka terhadap bunyi berfrekuensi tinggi ,
sedangkan bunyi berfrekuensi rendah lebih diterima pada bagian lain duktus
koklearis.

2.5.2 Fisiologi pendengaran


a. Cara Kerja Organ Pendengaran
Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan
gendang telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar ke
jendela oval. Getaran Struktur koklea pada jendela oval diteruskan ke cairan
limfa yang ada di dalam saluran vestibulum. Getaran cairan tadi akan
menggerakkan membran Reissmer dan menggetarkan cairan limfa dalam
saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah
menggerakkan membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan
cairan dalam saluran timpani. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya
membran pada jendela bundar.
Getaran dengan frekuensi tertentu akan menggetarkan selaput-selaput
basiler, yang akan menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke bawah. Ketika
rambut-rambut sel menyentuh membran tektorial, terjadilah rangsangan
(impuls). Getaran membran tektorial dan membran basiler akan menekan sel
sensori pada organ Korti dan kemudian menghasilkan impuls yang akan
dikirim ke pusat pendengar di dalam otak melalui saraf pendengaran.

b. Mekanisme Keseimbangan
Bagian dari alat vestibulum atau alat keseimbangan berupa tiga saluran
setengah lingkaran yang dilengkapi dengan organ ampula (kristal) dan organ
keseimbangan yang ada di dalam utrikulus dan sakulus. Ujung dari setup
saluran setengah lingkaran membesar dan disebut ampula yang berisi reseptor,
sedangkan pangkalnya berhubungan dengan utrikulus yang menuju ke sakulus.
Utrikulus maupun sakulus berisi reseptor keseimbangan. Alat keseimbangan
yang ada di dalam ampula terdiri dari kelompok sel saraf sensori yang
mempunyai rambut dalam tudung gelatin yang berbentuk kubah. Alat ini
disebut kupula. Saluran semisirkular (saluran setengah lingkaran) peka
terhadap gerakan kepala. Alat keseimbangan di dalam utrikulus dan sakulus
terdiri dari sekelompok sel saraf yang ujungnya berupa rambut bebas yang
melekat pada otolith, yaitu butiran natrium karbonat. Posisi kepala
mengakibatkan desakan otolith pada rambut yang menimbulkan impuls yang
akan dikirim ke otak.
2.6 Gangguan system pendengaran

2.6.1 Jenis-jenis gangguan pendengaran


Banyak orang menghubungkan gangguan pendengaran dengan usia tua. Meskipun
gangguan pendengaran memang karena usia tua, ada banyak penyebab lain dari
gangguan tersebut. Hal ini meliputi keturunan dan akibat penyakit.

Gangguan pendengaran biasanya dibagi ke dalam dua kategori: gangguan


pendengaran konduktif dan gangguan pendengaran sensorineural, tergantung dari
bagian telinga dimana gangguan pendengaran tersebut berasal. Seorang anak bisa
juga memiliki gangguan pendengaran campuran yang merupakan kombinasi dari
keduanya. Mengetahui jenis gangguan pendengaran adalah penting untuk
memberikan penanganan yang tepat.

1. Gangguan pendengaran konduktif

Ada sejumlah kondisi yang bisa menyebabkan gangguan pendengaran


konduktif: infeksi di bagian tengah telinga sambungan tulang retak gendang
telinga berlubang kelainan pada bagian telinga luar otosclerosis serumen / kotoran
telinga

2. Gangguan pendengaran sensorineural

Ada sejumlah kondisi yang bisa menyebabkan gangguan pendengaran


sensorineural:

 bertambahnya usia
 keturunan
 penyakit
 kondisi congenital
 trauma akustik
A. Penyebab-penyebab umum gangguan pendengaran konduktif
1. Infeksi bagian tengah telinga (otitis media)
Infeksi telinga bagian tengah merupakan kelainan yang umum terjadi,
terutama pada anak-anak kecil. Infeksi akut telinga tengah sangat menyakitkan
dan harus segera ditangani. Jika tidak segera ditangani, gendang telinga bisa
rusak. Gendang telinga yang sehat akan membaik sendiri dengan menutup
kerusakan tersebut dengan jaringan parut. Namun, akumulasi jaringan parut
sebagai akibat dari sering terjadinya infeksi bisa juga menyebabkan gangguan
pendengaran konduktif yang lebih sulit diatasi.

B. Penyebab-penyebab umum gangguan pendengaran sensorineural


1. Congenital
Jenis gangguan pendengaran ini menyiratkan bahwa anak anda terlahir
dengan gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran congenital bisa karena
keturunan, yang berasal dari sejarah keluarga yang diketahui maupun tidak
diketahui. Gangguan pendengaran congenital bisa karena sindrom genetik (mis.
Sindrom Down). Jenis gangguan pendengaran ini bisa muncul karena faktor-
faktor yang mempengaruhi kehamilan seperti alkohol, obat-obatan atau
pengobatan yang dilakukan selama kehamilan, penyakit yang diderita oleh ibu
baik sebelum maupun selama kehamilan, atau komplikasi pada saat melahirkan.
2. Trauma Akustik
Paparan ke suara keras secara terus menerus atau terpapar singkat dengan
suara yang mengejutkan bisa menyebabkan gangguan pendengaran sensorineural
(misalnya: petasan dan letusan senjata api).
3. Infeksi
Kasus infeksi tertentu yang parah seperti campak, gondongan,
meningitis atau batuk rejan bisa menyebabkan berbagai tingkat gangguan
pendengaran sensorineural.
Gangguan pada system pendengaran lainnya :

1. Othematoma
Pada beberapa kasus kelainan pada telinga terjadi kelainan yang disebut
othematoma atau popular dengan sebutan ‘telinga bunga kol’, suatu kondisi
dimana terjadi gangguan pada tulang rawan telinga yang dibarengi dengan
pendarahan internal serta pertumbuhan jaringan telinga yang berlebihan
(sehingga telinga tampak berumbai laksana bunga kol). Kelainan ini diakibatkan
oleh hilangnya aurikel dan kanal auditori sejak lahir. (encharta ensiklopedi)
2. Penyumbatan
Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan
menyebabkan gatal-gatal, nyeri serta tuli yang bersifat sementara. Dokter akan
membuang serumen dengan cara menyemburnya secara perlahan dengan
menggunakan air hangat (irigasi). Tetapi jika dari telinga keluar nanah, terjadi
perforasi gendang telinga atau terdapat infeksi telinga yang berulang, maka tidak
dilakukan irigasi. Jika terdapat perforasi gendang telinga, air bisa masuk ke
telinga tengah dan kemungkinan akan memperburuk infeksi. Pada keadaan ini,
serumen dibuang dengan menggunakan alat yang tumpul atau dengan alat
penghisap. Biasanya tidak digunakan pelarut serumen karena bisa menimbulkan
iritasi atau reaksi alergi pada kulit saluran telinga, dan tidak mampu melarutkan
serumen secara adekuat.
3. Perikondritis
Perikondritis adalah suatu infeksi pada tulang rawan (kartilago) telinga luar.
Perikondritis bisa terjadi akibat:
- cedera
- gigitan serangga
- pemecahan bisul dengan sengaja.
Nanah akan terkumpul diantara kartilago dan lapisan jaringan ikat di sekitarnya
(perikondrium). Kadang nanah menyebabkan terputusnya aliran darah ke kartilago,
menyebabkan kerusakan pada kartilago dan pada akhirnya menyebabkan kelainan
bentuk telinga. Meskipun bersifat merusak dan menahun, tetapi perikondritis
cenderung hanya menyebabkan gejala-gejala yang ringan. Untuk membuang
nanahnya, dibuat sayatan sehingga darah bisa kembali mengalir ke kartilago. Untuk
infeksi yang lebih ringan diberikan antibiotik per-oral, sedangkan untuk infeksi yang
lebih berat diberikan dalam bentuk suntikan. Pemilihan antibiotik berdasarkan
beratnya infeksi dan bakteri penyebabnya. (medicastore)
Ada banyak lagi gangguan yang terjadi pada alat pendengaran kita ini, misalnya
tumor, cedera, eksim, otitis dan lain-lain.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Organ pendengaran merupakan organ yang komplek pada bagian tubuh manusia.
Hal itu terlihat dari struktur anatomi, bahasan tentang fisiologi, proses mendengar yang
rumit dan berbagai gangguan yang dapat ditimbulkan oleh sistem pendengaran.
Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk
keseimbangan. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga luar,
telinga tengah, dan telinga dalam.
DAFTAR PUSTAKA

1. Wonodirekso, S dan Tambajong J (editor) (1990), Organ-Organ Indera Khusus dalam


Buku Ajar Histologi Leeson and Leeson (terjemahan), Edisi V, EGC, Jakarta
2. Sloane, Athel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta. EGC
3. http://iqbalali.com/2010/04/13/penyakit-pada-telinga-manusia/
4. http://id.wikipedia.org/wiki/Telinga
5. Encharta ensiklopedia/ear
medicastore.com/penyakit/360/Kelainan_Pada_Telinga_Luar.html
6. http://karyatulisilmiahkeperawatan.blogspot.com/2008/12/gangguan-sistem-pendengaran-
pada-anak.html
7. http://www.scribd.com/doc/38455457/ANATOMI-FISIOLOGI-TELINGA

Anda mungkin juga menyukai