i
STRATEGI PENGEMBANGAN CITRA CITRA
SNAPSHOT MEREKMEREK PRODUK
PRODUK KREATIF
KREATIF
ii
ii
STRATEGICITRA
SNAPSHOT MEREK PRODUKCITRA
PENGEMBANGAN KREATIFMEREK PRODUK KREATIF
KATA PENGANTAR
Kami bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang senantiasa mengiringi kami
selama penyusunan laporan “Snapshot Citra Merek Produk Kreatif” ini dan juga selama penelitian
1
yang kami lakukan yang bermuara pada laporan ini. Laporan ini merangkum dan menggambarkan
hasil penggalian dan pengolahan informasi dan data yang kami peroleh dari berbagai sumber
mengenai pengembangan citra merek produk kreatif. Informasi dan data tersebut telah kami
gali melalui Focus Group Discussion (FGD) dengan pelaku UMKM industri kreatif, wawancara
mendalam dengan lembaga pemerintah daerah yang terkait dengan industri dan ekonomi kreatif,
serta hasil survei konsumen produk kreatif.
Kami berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu kami selama
penelitian dan penyusunan laporan ini, terutama Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), pemerintah
daerah, pelaku industri kreatif, dan responden survei konsumen yang tersebar di berbagai wilayah
Indonesia. Kami membuka pintu untuk saran dan kritik sebagai bahan perbaikan kekurangan yang
ada dalam penelitian dan laporan ini agar kami dapat berkontribusi lebih baik dalam penelitian
serupa tentang industri kreatif di masa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan juga bermanfaat jangka panjang dalam pengembangan ekonomi dan industri
kreatif nasional.
Penyusun
1
STRATEGI PENGEMBANGAN CITRA CITRA
SNAPSHOT MEREKMEREK PRODUK
PRODUK KREATIF
KREATIF
Daftar Isi
2
STRATEGICITRA
SNAPSHOT MEREK PRODUKCITRA
PENGEMBANGAN KREATIFMEREK PRODUK KREATIF
3
STRATEGI PENGEMBANGAN CITRA CITRA
SNAPSHOT MEREKMEREK PRODUK
PRODUK KREATIF
KREATIF
4
STRATEGICITRA
SNAPSHOT MEREK PRODUKCITRA
PENGEMBANGAN KREATIFMEREK PRODUK KREATIF
Tim Penyusun
PENGARAH
Rektor Universitas Prasetiya Mulya
Prof. Dr. Djisman S. Simanjuntak 5
Jl. BSD Raya Utama, BSD City, Serpong, Tangerang , Indonesia 15820
JL. R. A. Kartini (TB Simatupang), Cilandak Barat. Jakarta Selatan, Indonesia 12430
5
STRATEGI PENGEMBANGAN CITRA CITRA
SNAPSHOT MEREKMEREK PRODUK
PRODUK KREATIF
KREATIF
6
PENDAHULUAN
6
STRATEGICITRA
SNAPSHOT MEREK PRODUKCITRA
PENGEMBANGAN KREATIFMEREK PRODUK KREATIF
7
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
Pada tahun 2008, Kementerian Perdagangan RI Bekraf dalam berbagai forum interaksi dan komunikasi.
menerbitkan buku Pengembangan Ekonomi Kreatif Salah satu tantangan yang dihadapi UMKM kreatif adalah
9
Indonesia 2025 sebagai publikasi visi pemerintah pembentukan dan pengembangan identitas dan citra
dalam mengembangkan industri kreatif nasional yang merek (brand image). Citra merek memainkan peranan
berkontribusi secara signifikan terhadap kemajuan bangsa penting dalam keberlangsungan sebuah usaha, terlepas
(Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia tahun 2025, dari sektor usaha yang dilakukan – kreatif atau non-kreatif,
2008). Instruksi Presiden RI nomor 6 tahun 2009 tentang maupun skala usaha – MKM atau besar. Penyampaian
Pengembangan Ekonomi Kreatif mempertegas komitmen pesan sebuah produk dan aktivitas untuk meningkatkan
pemerintah dalam memperkuat sektor ini. Sebagai penjualan selalu berakar dari penciptaan identitas dan
kelanjutan agenda tersebut, pemerintah menjadikan citra merek dan bagaimana mengelolanya.
pengelolaan ekonomi kreatif sebagai tugas lembaga
kementerian, yaitu Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Di satu sisi, langkah-langkah strategis dalam
Kreatif, yang merupakan bagian dari Kabinet Indonesia pengembangan citra merek telah lazim dilakukan oleh
Bersatu II (2011- 2014). perusahaan besar yang telah memiliki sumber daya yang
memadai, misalnya dengan pendekatan Strategic Brand
Dalam rentang 2008–2015, dapat dikatakan bahwa Management (SBM). Di sisi lainnya, pada tingkatan MKM,
istilah “industri kreatif” di Indonesia menjadi semakin pengembangan citra merek bukanlah hal yang lumrah
populer seiring dengan semakin kuatnya sektor ini dalam dilakukan atau menjadi agenda penting, mengingat
menggerakkan roda perekonomian nasional. Rata-rata keterbatasan sumber daya yang dimiliki UMKM dan
kontribusi industri kreatif di Indonesia untuk tahun 2010- karakteristik pembeda lainnya.
2013 adalah 7,13% dari total PDB (Zulaikha, 2016). Sektor
ini juga telah didukung oleh tenaga kerja sebesar sekitar Bekraf melihat potensi peningkatan penjualan produk
11,8 juta jiwa di tahun 2012 yang meningkat sampai 15,9 serta nilai usaha yang cukup menjanjikan dari sektor
juta jiwa di tahun 2015 (Rusiawan et al., 2017; Zulaikha, kreatif. Hal ini didasari oleh sumbangsih UMKM kreatif
2016). Sebagai kulminasi komitmen dan visi pemerintah di tanah air terhadap PDB sebesar Rp852,24 Triliun
dalam mengawal terus berkembangnya sektor ini dengan dan penyerapan 15,9 juta tenaga kerja pada tahun 2015
beragam potensinya, Presiden RI mendelegasikan (Rusiawan et al., 2017). Dengan usaha pengembangan citra
pengelolaan ekonomi kreatif nasional yang lebih terfokus merek produk kreatif secara tepat oleh para pelaku UMKM
dan strategis kepada Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) tersebut, sektor ini dapat berkembang secara optimal dan
yang terbentuk pada tahun 2015.Sejak pembentukannya, berkontribusi terhadap perekonomian nasional secara
Bekraf dengan program dan kebijakannya telah menaungi lebih signifikan. Berangkat dari pemikiran tersebut, serta
aktivitas pengembangan industri kreatif nasional yang minimnya studi pengembangan citra merek produk
mengakomodasi pelaku industri kreatif di tanah air. UMKM kreatif di Indonesia, laporan ini bertujuan untuk
menambah wawasan masyarakat luas tentang bagaimana
Karakter kewirausahaan sangat kental dalam sektor pelaku industri kreatif (UMKM) mengembangkan citra
yang berbasis ide-ide kreatif, originalitas, dan inovasi ini, merek produknya, serta hambatan dan peluang apa saja
sehingga tidak mengherankan bahwa banyak pelaku yang dapat teridentifikasi.
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang
berkecimpung di industri kreatif. Wirausahawan MKM
industri kreatif, layaknya juga di sektor-sektor non-kreatif,
memiliki banyak tantangan dalam mengembangkan
usahanya. Hal ini secara bertahap telah diidentifikasi oleh
STRATEGI PENGEMBANGAN CITRA CITRA
SNAPSHOT MEREKMEREK PRODUK
PRODUK KREATIF
KREATIF
10
LANDASAN TEORI
10
STRATEGICITRA
SNAPSHOT MEREK PRODUKCITRA
PENGEMBANGAN KREATIFMEREK PRODUK KREATIF
CITRA MEREK 16
11
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
12
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
INDUSTRI KREATIF
Pemerintah Inggris melalui Department of Culture, Media, empiris yang menyatakan bahwa elemen sosial, politik,
and Sport (DCMS) dapat dikatakan sebagai pencetus dan ekonomi secara regional berpengaruh terhadap
pertama istilah “industri kreatif”. Istilah ini muncul untuk tingkat kreativitas dan perilaku kewirausahaan di suatu
merepresentasikan tiga belas sektor usaha yang berbasis wilayah, yang bermuara pada perkembangan industri 13
kreativitas, keterampilan dan bakat individual, serta yang kreatif (Clare, 2012; Florida, 2002; Lee, Florida, & Acs,
memiliki potensi komersial dan menciptakan lapangan 2004).
kerja melalui penciptaan dan eksploitasi kekayaan
intelektual. Sektor-sektor tersebut adalah: (1) arsitektur, Di negara berkembang, khususnya di Asia, ada banyak
(2) desain, (3) fashion (mode, busana), (4) film dan video, sektor kreatif yang masih memegang teguh nilai warisan
(5) kerajinan, (6) layanan perangkat lunak dan komputer, turun-menurun yang dipertahankan. Hal tersebut
(7) musik, (8) pasar barang seni atau barang antik, (9) sering kali menjadi nilai jual yang unik. Di sisi lain, inovasi
penerbitan, (10) perangkat lunak hiburan interaktif, (11) pengetahuan, orisinalitas dan teknologi belum menjadi
periklanan, (12) pertunjukan seni, dan (13) televisi dan nilai utama (Kong, Gibson, Khoo, & Semple, 2006;
radio (DCMS, 1998). O’Connor, 2015; O’Connor & Xin, 2006).
Dalam kerangka DCMS ini, industri kreatif dapat Hal ini menggambarkan polarisasi pemahaman industri
diidentifikasi melalui beberapa karakteristik utama. kreatif di negara berkembang menjadi; (1) industri budaya
Pertama, industri tersebut memiliki misi untuk dan tradisional. Istilah ini mewakili kelompok industri
menghasilkan gagasan baru dalam produk atau layanan yang menghasilkan produk yang memiliki atribut makna
yang ditawarkan secara berkelanjutan. Kedua, industri simbolis yang berakar pada nilai nilai budaya lokal dan
tersebut berfokus pada nilai orisinalitas dan keunikan dikembangkan berdasarkan kekayaan intelektual yang
sehingga membutuhkan perlindungan kekayaan berakar pada budaya tradisional. (Banks & O’Connor,
intelektual. Terakhir, industri ini secara umum memiliki 2009; Galloway & Dunlop, 2007; O’Connor, 2000;
keterkaitan kuat dengan teknologi sehingga tercapai O’Connor, 2009). (2) Industri kreatif berbasis inovasi
nilai orisinalitas dari proses kreatifnya (Banks & O’Connor, dengan memanfaatkan teknologi media baru. Adapun
2009; Galloway & Dunlop, 2007; Garnham, 2005; kelompok industri ini cenderung mengembangkan
O’Connor, 2009). inovasi produk dengan memanfaatkan teknologi media
baru. Implikasi utama dari kelompok industri ini adalah
Seperti yang diperkenalkan oleh DCMS, gagasan perlunya legalitas hak cipta sebagai syarat keberlanjutan
mengenai industri kreatif ini awalnya didasari oleh usaha kelompok industri ini. Contoh dari kelompok
fenomena yang ditemukan di negara maju, khususnya industri ini adalah perfilman, aplikasi & permainan,
Amerika Utara, Eropa, dan Australia. Namun, belum ada animasi, dan yang lainnya (UNDP, 2013).
definisi yang jelas sejauh mana pemahaman terhadap Fahmi et al. (2015) melihat bahwa kedua kelompok industri
fenomena industri kreatif di negara maju tersebut dapat kreatif di atas berkembang di Indonesia karena didukung
diterapkan untuk konteks yang berbeda. Fahmi, McCann, oleh faktor faktor penopang yang berbeda. Industri
and Koster (2015) berpendapat bahwa kemungkinan budaya tradiosional dipengaruhi oleh faktor penopang
terdapat pola yang berbeda antara karakteristik industri budaya lokal yang kuat misalnya dareah Bali, Yogyakarta,
kreatif di negara maju dan di negara berkembang. dan Surakarta. Sedangkan industri kreatif berbasiskan
Perbedaan ini dapat berdampak pada ketidakcocokan inovasi teknologi berkembang diwilayah yang secara
penerapan kebijakan yang berkaitan dengan industri geographis dapat menyedikaan infrastruktur media baru,
kreatif dari negara maju di negara berkembang. Pendapat dan ketersediaan SDM yang mampu berinovasi dengan
tentang ketidakcocokan ini diperkuat oleh temuan media baru seperti Jakarta dan Bandung.
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
Gambar 2.1
PDB Ekonomi Kreatif
(Ekraf) 2014-2015
14 (Bekraf, 2016)
Industri kreatif di Indonesia memberikan kontribusi Pada umumnya UMKM kreatif belum menaruh perhatian
sebesar 7,38% terhadap total perekonomian nasional, dan khusus terhadap strategi penguatan eksistensi mereknya
mengalami kenaikan 4,38% dari Rp 784,82 Trilliun pada melalui pengembangan citra merek. Padahal, layaknya di
tahun 2014 menjadi Rp 852,24 Trilliun pada tahun 2015. tingkat bisnis secara luas, UMKM dapat mempunyai daya
Tiga subsektor yang berkontribusi paling tinggi terhadap saing yang tinggi dengan menciptakan citra merek yang
PDB adalah kuliner, fashion, dan kriya, masing-masing unik di pasaran. Membentuk citra merek tersebut dapat
sebesar 41,69%, 18,15%, dan 15,7% (Rusiawan et al., 2017). dilakukan melalui penawaran produk atau layanan yang
memiliki inovasi berbeda sehingga dapat menonjol di
Industri kreatif Indonesia memasok sekitar 10% ekspor antara pesaingnya (Erenkol & Öztaş, 2015). Hal ini masih
nasional, sedangkan nilai impor industri ini hanya 1%. menjadi kendala dari UMKM kreatif di Indonesia.
Nilai ekspor industri kreatif yang 10 kali lipat lebih tinggi
daripada nilai impornya menunjukkan bahwa produk Kendala lain yang ditemukan adalah mengenai hak
industri kreatif Indonesia memiliki keunggulan kompetitif paten. Setelah membentuk citra merek yang positif
di pasar global. Fakta ini juga menjelaskan bahwa industri dan unik, kekayaan intelektual yang terasosiasi dengan
kreatif Indonesia memiliki tingkat ketergantungan merek tersebut atau inovasi yang telah dilakukan perlu
impor yang kecil sehingga memiliki kesempatan untuk dilindungi oleh hak paten. Pendaftaran hak paten dan
terus berekspansi dan menguasai pasar dalam negeri merek dapat memberikan kebebasan gerak bagi UMKM
(Simarmata & Adiwidjaja, 2011). dan mengeleminasi ancaman pesaing. Inovasi yang
dilakukan juga dapat memberikan nilai tambah di pasar
Industri kreatif nasional akan berkembang dengan lebih yang akhirnya dapat membawa profit bagi UMKM dan
optimal apabila para pelaku UMKM kreatif juga dapat memperkuat posisi merek mereka di pasar (Erenkol &
mengasah kualitas usaha dan produknya. Salah satu Öztaş, 2015).
strategi perbaikan tersebut adalah dengan membangun
citra merek yang positif. Pengembangan citra merek Pada tahun 2016, persentase UMKM kreatif yang sudah
akan berimplikasi secara signifikan terhadap keuntungan memiliki Hak Kekayaan Intelektual (HKI) cenderung
ekonomi perusahaan (Kandampully & Suhartanto, 2003). rendah. Sesuai dengan grafik di bawah ini, hanya 11,05%
Sayangnya, hal ini belum secara baik dilakukan oleh UMKM kreatif yang sudah memiliki HKI, sedangkan
kebanyakan UMKM kreatif di Indonesia. sebesar 88,95% masih belum memiliki HKI (Utoyo,
Rozama, & Wulandari, 2016).
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
Gambar 2.2
Persentase UMKM
kreatif yang
memiliki HKI
15
Gambar 2.3
Persentase UMKM
kreatif yang
memiliki HKI
menurut subsektor
Citra Merek
Citra merek adalah kesan yang muncul dalam benak komunikasi tentang seperti apa produk atau layanan yang
konsumen saat ia berinteraksi dengan sebuah merek menyandang merek tersebut dapat dilakukan dengan
(Salim & Dharmayanti, 2014). Hal ini merupakan salah satu lebih baik kepada konsumen. Dalam penentuan identitas
faktor utama yang mempengaruhi keputusan pelanggan merek, konsep Carl Jung mengenai 12 archetype dari
dalam memilih suatu produk atau layanan, sehingga manusia kerap kali dijadikan acuan.
secara umum mempengaruhi perilaku konsumen
dalam pembelian (Kandampully & Suhartanto, 2003; Dalam ilmu pemasaran, konsep “12 Brand Archetype” yang
16 Lahap, Ramli, Said, Radzi, & Zain, 2015). Citra merek yang dikembangkan oleh Carl Jung lazim digunakan sebagai
kuat memiliki kapasitas untuk mempengaruhi tingkat dasar penentuan identitas merek. Brand Archetype
penjualan, harga penjualan, pendapatan dan tingkat adalah identitas yang ditetapkan oleh pemilik merek
keuntungan ke arah yang lebih positif (So, King, Sparks, berdasarkan sebuah simbol atau ikon yang dirasakan
& Wang, 2013). cocok dengan perilaku konsumennya. Gagasan di balik
penggunaan Brand Archetype adalah untuk menciptakan
Untuk membentuk sebuah citra merek yang kuat, sebuah kedekatan yang kuat antara konsumen dan merek. Merek
organisasi perlu menentukan identitas dari merek yang akan lebih mudah menciptakan keterkaitan emosional
ditawarkan. Identitas merek adalah nilai atau persona dengan konsumen apabila identitas yang diusung sesuai
yang paling mendasar dari sebuah merek. Merek dapat dengan perilaku konsumen sehingga terbentuk citra
menjadi kuat jika identitasnya sesuai dengan perilaku merek yang personal dan melekat di benak konsumen
pelanggannya. Dengan landasan ini, identifikasi dan (Lahap et al., 2015). Berikut adalah 12 tipe archetype:
pengembangan identitas merek menjadi penting agar
Gambar 2.4
Brand
Acrhetype Beserta
Karakterisriknya
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
Membangun identitas sebuah merek merupakan sebuah ekspektasi mereka. Brand Performance mencakup
langkah awal dan paling mendasar dalam menciptakan aspek fungsional produk atau layanan dalam memenuhi
sebuah merek yang kuat. Indikator utama dari kekuatan kebutuhan konsumen.
sebuah merek terlihat dari ekuitasnya (brand equity), yaitu Brand Imagery memiliki keterikatan terhadap nilai
nilai komersial yang diturunkan dari persepsi konsumen ekstrinsik dari produk dalam memenuhi kebutuhan
terhadap nama sebuah merek. Semakin tinggi ekuitas psikologis atau sosial. Aspek ini berfokus terhadap
bagaimana persepsi konsumen terhadap sebuah merek
yang dimiliki sebuah merek, semakin banyak pula manfaat
dalam hal yang cenderung berupa nilai-nilai psikologis 17
yang diperoleh perusahaan. Beberapa manfaat yang
daripada secara fungsional. Dengan demikian, hal ini
dimaksud adalah loyalitas pelanggan, marjin keuntungan
terkait pada nilai-nilai yang tidak berwujud (intangible)
yang lebih besar, pelanggan yang tidak terpengaruh oleh dari sebuah merek.
perubahan harga, kemudahan terciptanya kolaborasi
dengan pihak-pihak lain, peningkatan efektivitas Brand Judgement melibatkan penilaian konsumen
komunikasi pemasaran, dan lain-lain. Sebuah teori terhadap assosiasi-asosiasi yang muncul dari performance
pengembangan ekuitas merek dirumuskan berdasarkan dan imagery suatu merek sehingga membentuk suatu
hal tersebut, serta juga berbasis konsumen. Teori ini opini. Beberapa elemen yang tercakup dalam aspek ini
adalah consumer-based brand equity. Premis dasar dari adalah kualitas merek, kredibilitas merek, konsiderasi
model ini adalah kekuatan sebuah merek terletak pada merek, dan keunikan merek (superiority).
bagaimana konsumen memahami, merasakan, melihat, Brand Feelings memiliki keterikatan dengan aspek nilai
dan mendengar sebuah merek tertentu dari waktu ke perasaan yang sesuai dengan kondisi sosial konsumen,
waktu. Dengan kata lain, kekuatan merek terletak dalam misalnya perasaan yang timbul dari aktivitas pemasaran
dari suatu merek, bagaimana sebuah merek berpengaruh
pikiran atau persepsi konsumen (Keller, 2001).
terhadap perasaan konsumen terhadap dirinya sendiri
dan hubungan dengan lingkungan sosialnya. Perasaan-
Model consumer-based brand equity ini tersusun dari 4
perasaan tersebut secara alamiah dapat terbentuk secara
tahapan sesuai dengan yang diilustrasikan dalam gambar
ringan atau intensif, dan secara positif maupun negatif.
2.5 di atas, yaitu identitas (identity), makna (meaning),
respon (response), dan hubungan (relationship).
Brand Resonance berfokus pada hubungan antara
Terdapat 6 blok dalam model ini, yaitu ciri khas (salience),
pelanggan dengan merek. Aspek ini merujuk pada
kinerja/performa (performance), imagery, pertimbangan
kekuatan hubungan yang terbentuk antara keselarasan
(judgment), perasaan (feeling), dan resonance.
nilai-nilai yang dimiliki pelanggan dengan merek. Hal ini
tercipta dari intensitas atau kedalaman ikatan psikologis
Brand Salience mencakup aspek kesadaran konsumen
yang dimiliki pelanggan dengan merek. Hubungan atau
dalam mengidentifikasi identitas suatu merek. Kesadaran
ikatan pelanggan dengan merek yang semakin kuat
konsumen ini terbentuk dari beberapa elemen, seperti
berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan terhadap
nama merek, logo, simbol, dan yang lainnya. Seluruh
merek tersebut.
elemen tersebut memiliki pengaruh dalam membentuk
asosiasi atau identitas tertentu dalam benak konsumen.
Brand Salience ini menjadi fondasi utama dalam
mempengaruhi pembentukan asosiasi atau identitas
terhadap suatu merek yang pada akhirnya membentuk
citra dan arti dari merek tersebut.
Resonance
Judgments Feelings
Performance Imagery
18 Salience
Gambar 2.5
Brand Equity Model
oleh Keller
4. Relationship
What about you and me?
3. Response
What about you?
2. Meaning
What are you?
1. Identity
Who are you?
20
METODOLOGI
PENELITIAN
20
STRATEGICITRA
SNAPSHOT MEREK PRODUKCITRA
PENGEMBANGAN KREATIFMEREK PRODUK KREATIF
DESAIN PENELITIAN 23
PENGUMPULAN DATA 24
21
PENGOLAHAN DATA 26
KETERBATASAN PENELITIAN 27
21
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
22
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
Bab ini menjabarkan metodologi penelitian yang mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data
dan bagaimana data tersebut diolah. Secara singkat, 3 kegiatan utama dalam pengumpulan data adalah Focused Group
Discussion (FGD), In-depth Interview (IDI), dan survei konsumen. Pengolahan data dilakukan menggunakan pendekatan
kualitatif dan kuantitatif dalam rangka menghasilkan insight untuk pengembangan citra merek produk kreatif nasional.
Desain Penelitian
23
Gambar3.1
Diagram Alur
Penelitian
Gambar 3.1 adalah diagram yang menggambarkan alur konsumen di pasar produk kreatif. Pada akhirnya,
penelitian yang sudah dilakukan. Penelitian ini mencakup penggabungan antara analisis temuan dalam FGD dan
kegiatan Focused Group Discusssion (FGD), In-depth IDI serta hasil survei online menjadi dasar perumusan
Interview (IDI), dan survei. FGD dilakukan terhadap pelaku kesimpulan dan rekomendasi. Hasil akhir penelitian ini
industri kreatif pada level UMKM dari 6 sektor kreatif. IDI diharapkan menjadi laporan yang berisi wawasan yang
dilakukan terhadap pejabar pemerintah daerah dari dinas- berguna bagi para pihak yang terlibat dalam industri
dinas yang terkait dengan pengembangan industri dan kreatif di Indonesia.
ekonomi kreatif. Survei dilakukan secara daring terhadap
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
Pengumpulan Data
In-depth Interview
Kegiatan In-depth Interview (IDI) dilakukan terhadap yang telah dijalankan dan kendala-kendala yang dihadapi
pejabat Pemerintah Daerah dari dinas-dinas terkait, antara oleh Pemda dalam hal-hal yang terkait pengembangan
lain Dinas Koperasi, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas citra merek produk kreatif dapat digali.
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dan Dinas Perindustrian
dan Perdangangan. Dengan IDI ini, program-program
25
Survey Konsumen
Survei konsumen secara online dilakukan untuk layanan kuesioner online. Sebanyak 1.825 responden
mengetahui sudut pandang konsumen terhadap elemen telah mengisi kuesioner ini dengan profil per sektor
citra merek dari sebuah produk kreatif dalam enam sektor sebagai berikut:
yang telah ditentukan. Proses pengambilan data survei ini
dibantu oleh pihak ketiga yaitu JakPat, selaku penyedia
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
JENIS KELAMIN
26
DOMISILI
Pengolahan Data
Pengolahan data hasil FGD dan IDI dilakukan lapangan.
menggunakan qualitative content analysis. Teknik Data responden FGD dan hasil data survei konsumen
pengolahan data ini mencakup prosedur kategorisasi diolah menggunakan proses pengolahan data kuantitatif,
persamaan atau perbedaan temuan (coding), refleksi mengingat data yang didapat berbentuk numerik.
terhadap ketegori yang dirumuskan (memoing), Data kuantitatif tersebut diolah dengan menggunakan
pemahaman hubungan antar kategori, pengecekan software SPSS dan dengan melihat hasil realibilitas
dan perbaikan, generalisasi, dan pengembangan serta validitas dari data yang didapatkan. Hasil akhir
teori. Pengolahan data kualitatif ini dilakukan dengan dari proses ini adalah bar chart ataupun pie chart yang
menggunakan software NVIVO. Hasil akhir dari proses menggambarkan persentase jawaban responden.
ini adalah kategorisasi yang valid atas temuan-temuan di
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
27
Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan yang dapat diidentifikasi dalam penelitian 3. Salah satu kendala yang umum dalam menggunakan
ini adalah: kuesioner adalah jawaban responden yang mengisi
1. Tidak semua narasumber FGD dapat hadir pada saat data secara tidak valid. Akibatnya, banyak data yang
pelaksanaannya, meskipun narasumber tersebut dibuang dan tidak dimasukan kedalam analisis. Akan
telah menyatakan bersedia hadir. Hal ini berpengaruh tetapi, jumlah responden yang mengisi kuesioner
kepada jumlah sampel, walaupun secara agregat cukup banyak, sehingga validitas dan reliabilitas
tingkat keterwakilan dari sampel kepada populasi penelitian ini tetap baik.
tetap baik.
2. Jadwal pejabat pemerintah yang dapat berubah
sewaktu-waktu menjadi salah satu kendala penelitian
ini. Mengingat waktu yang dialokasikan untuk
wawancara di masing-masing kota cukup terbatas,
jumlah informan yang berhasil diwawancarai juga
menjadi terbatas karena jadwal yang tidak sesuai.
STRATEGI PENGEMBANGAN CITRA CITRA
SNAPSHOT MEREKMEREK PRODUK
PRODUK KREATIF
KREATIF
28
IDENTITAS MENUJU
CITRA INDUSTRI
MEMBANGUN
KREATIF
28
STRATEGICITRA
SNAPSHOT MEREK PRODUKCITRA
PENGEMBANGAN KREATIFMEREK PRODUK KREATIF
KUPANG 33
PALEMBANG 34
29
JAKARTA 36
MAKASSAR 38
AMBON 41
MANADO 43
SEMARANG 44
SURABAYA 47
MEDAN 49
BANDUNG 50
29
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
30
Temuan dari proses FGD pengembangan citra merek Kegiatan FGD dilakukan sebanyak 10 kali di 10 kota di
oleh pelaku UMKM kreatif dijabarkan dalam bab ini. Indonesia yaitu: Palembang, Jakarta, Makassar, Medan,
Pembahasan ini mencakup pemahaman pelaku industri Ambon, Surabaya, Kupang, Bandung, Semarang dan
kreatif terkait pengembangan citra merek serta kegiatan Manado. Proses FGD ini dihadiri oleh para pelaku UMKM
apa saja yang sudah dilakukan dalam mengembangkan kreatif di 6 sektor yang telah dijabarkan di atas.
citra merek produknya. Selain itu, strategi yang pelaku Berikut adalah profil dari peserta FGD citra merek secara
industri kreatif telah jalankan dalam pengembangan agregat. Profil dari peserta FGD ini mencakup lama
citra merek juga diidentifikasi. Penjelasan mengenai berdiri usaha, jumlah karyawan, modal usaha, persentase
kondisi pengembangan citra merek akan dipaparkan pertumbuhan usaha dalam tiga tahun terakhir, kondisi
berdasarkan temuan di masing-masing sektor, yaitu kriya, usaha saat ini, dan sumber penjualan.
fashion (mode, busana), aplikasi, animasi, kuliner, serta
aplikasi.
31
32
Hasil penggalian informasi dan data dari kegiatan FGD citra merek dari
masing-masing kota dijabarkan di bawah ini.
Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang dilaksanakan bertahan karena jaringan konsumen dari kerabat-kerabat 33
di Hotel Swiss-Belinn Kupang, pada tanggal 26 Juli 2017 terdekat. Namun, kondisi seperti ini kemungkinan besar
dihadiri oleh 10 pelaku UMKM kreatif sebagai narasumber. akan membuat skala usaha sulit untuk berkembang.
Dalam FGD ini ditemukan bahwa kegiatan membangun Meskipun demikian, terdapat salah satu pelaku usaha di
citra merek di Kupang masih belum dipahami dengan sektor musik yang cukup menonjol dari sisi pemahaman
baik oleh para peserta. Hal ini menjadikan produk yang mengenai identitas merek. Identitas merek yang ‘inovatif’
ditawarkan belum terintegrasi atau belum selaras dengan ditanamkan dalam merek musik sasandonya. Hal ini
suatu identitas merek. Akibatnya, sebagian besar merek mendorong pelaku usaha tersebut melakukan inovasi
pelaku industri kreatif belum memiliki citra merek yang produk, yaitu sasando elektrik dan variasi warna sasando
kuat. yang menarik. Gebrakan ini memperkuat citra merek
“Edon Sasando” menjadi kental akan nilai inovatif,
Secara garis besar, pelaku industri kreatif di Kupang masih modern, dan kreatif.
kesulitan menentukan persona identitas apa yang ingin
ditonjolkan dalam merek mereka. Para pelaku hanya Terdapat hal lain yang cukup menarik, yaitu dari salah satu
memiliki keinginan yang kuat untuk terus bertahan pelaku usaha di sektor animasi .yang menyediakan jasa
sehingga mengasosiasikan diri mereka dengan archetype pembuatan film & animasi yang berfokus kepada topik
creator. Padahal, persona dari creator adalah nilai inovasi budaya NTT. Identitas merek yang peduli akan kearifan
yang didasari atas keinginan yang kuat mengeksplorasi budaya Kupang ini justru belum diangkat secara kuat
dan menciptakan sesuatu yg baru. Hal ini terlihat dari oleh pemiliknya. Untuk itu, masih diperlukan upaya upaya
beberapa pelaku di sektor kuliner, musik, dan animasi, untuk memperkuat idnetitas yna unik ini agar merk yang
seperti tergambar pada kutipan-kutipan berikut: ada dapat menembus pasar dengan baik.
“The creator, usaha yang sudah dilakukan, karena ini Di sisi lain, salah seorang pelaku usaha di sektor kriya
dokumenter, jadi memang harus benar-benar bertahan telah menunjukan pemahaman identitas merek
lama, karena bergantung pada kebudayaan asli dari dan implementasinya. Produk aksesoris tenun yang
daerah saya sendiri maupun kita semua” (Ibu Maria dari dimodifikasi dengan bahan etnis dari pelosok NTT
Sektor Animasi) memperkuat identitas inovatif dan kreatif yang ingin
“The creator, karena saya ingin bertahan lama. Bisa diusung. Hal ini berkontribusi dalam pembentukan citra
mengenalkan merek mungkin dengan kado, jadi terus merek yang kuat.
memperbanyak referensi” (Bapak Akis dari Sektor Musik)
Implikasi dari kurangnya pemahaman ini adalah nilai
pembeda yang ditawarkan dari masing-masing pelaku
usaha tidak unik. Bahkan, ada yang belum memiliki
merek. Sebagian besar pelaku UMKM kreatif di Kupang
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
- “Kalau saya sekarang Regular Guy karena memiliki aplikasi dan animasi yang inovatif, imajinatif, dan
daerah khas Palembang, selanjutnya saya the creator, berbeda terlihat sangat jelas dari sektor ini. Hal
mungkin kedepannya mungkin ada cabangnya” ini disebabkan oleh persepsi pelaku yang percaya
(Sektor Kriya) bahwa elemen-elemen tersebut adalah modal utama
Hal yang berbeda tergambar dari sektor fashion dalam bersaing di pasaran. Selain itu, keinginan dan
(mode, busana), dimana terlihat jelas sektor fashion idealisme pelaku dari kedua sektor tersebut untuk
ingin sekali menunjukan citra modern, modis, dan dapat berguna bagi masyarakat atau konsumen
elegan. Hal ini dianggap menjadi keunikan tersendiri dapat tergambar secara implisit dari penyataan-
dibandingkan dengan kompetitor yang menawarkan pernyataan yang terlontar. Kutipan di bawah ini dapat
desain “kuno”. Inovasi ini diterjemahkan melalui menggambarkan penjelasan di atas:
pemilihan warna yang lebih lembut, desain yang - “Sekarang dibuat game sendiri dituntut untuk out of
elegan dan praktis, sampai ke pelayanan kustomisasi the box, jadi harus selalu kreatif” (Sektor Aplikasi)
produk sesuai dengan kemauan pelanggan. Kutipan - “Saya ingin punya start-up seperti Amazon, Uber, 35
di bawah ini dapat menggambarkan penjelasan di Gojek, dll, jadi saya punya aplikasi yang bisa dipakai
atas: orang lain” (Sektor Aplikasi)
- “Orang hijab identik dengan yang kekunoan. Bahkan - “Saya ingin ketika orang main games saya akan selalu
orang hijab yang daftar ke bank disuruh tawarkan ibu merasa bahagia” (Sektor Aplikasi)
mau melepas hijabnya. Jadi orang yang berhijab ini - “Membuat suatu advertising yang out of the box juga
didiskriminasi. Dari ini saya mempunyai tujuan untuk sehingga suatu brand bisa dikonsumsi oleh konsumen.
merubah persepsi tadi, jadi orang berhijab itu belum Dan juga kedepannya bisa jadi The Magician di mana
tentu tidak menarik gitu loh pak” suatu advertising bisa memotivasi dan karismatik”
- “Wanita itu sangat identik dengan kelembutan dan (Sektor Animasi)
anggun juga. Jadi ketika menggunakan produk saya,
yang akan tampil adalah kesederhanaan tapi tetap
elegan”
- “Orang yang ingin buat gantungan saya penuhi, tapi
ide mereka saya penuhi tetapi tidak lepas dari dengan
bahan saya”
Kemiripan juga ditemui kembali di dalam sektor
aplikasi dan animasi. Aspirasi untuk menjadi developer
Dengan kebanggaan atas budaya Palembang yang cuko kental untuk disandingkan dengan produk
sangat mendalam, Ibu Nuralamah menghadirkan produk kemplangnya. Cuko kental yang merupakan khas kuliner
kemplang dengan sentuhan budaya Palembang. Usaha kota Palembang memperkuat citra merek kemplang kito
kemplang yang diberi nama “Kemplang Kito” ini menjadi “kemplangnya orang Palembang banget”.
telah berdiri semejak tahun 2016. Walaupun usahanya
belum berlangsung lama, merek “Kemplang Kito” telah Cara komunikasi yang menggunakan bahasa Palembang
menunjukan kegiatan pengembangan merek yang juga diterapkan oleh “Kemplang Kito”. Hal ini dapat
36 cukup kuat dibandingkan pesaingnya. dilihat dari jejak digital pemasarannya di kanal Facebook.
Penggunaan bahasa lokal ini semakin memperkuat citra
Menggunakan nama “Kito”, yang merupakan Bahasa merek “Kemplang Kito” yang kuat akan sentuhan budaya
Palembang dari kata ‘kita’ menciptakan citra merek Palembang. Selain itu, penggunaan kanal Facebook ini
yang hangat namun tetap mengandung unsur budaya menjadi cara yang efektif untuk meningkatkan eksposur
Palembang. Tidak hanya berhenti pada pemberian nama merek dan membentuk kredibilitas merek. Hal ini
merek saja, kegiatan pengembangan citra merek ini akhirnya akan berkontribusi pada penguatan citra merek.
juga sampai pada pada atribut produk yang ditawarkan.
Hal ini yang mendorong Ibu Nuralamah menggunakan
37
Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang hiburan edukatif. Dalam rangka memperkuat citra merek
dilaksanakan di Hotel Best Western Makassar pada yang ingin dibangun, selain memproduksi animasi yang
tanggal 11 Juli 2017 dihadiri oleh 10 pelaku UMKM kreatif kental akan unsur edukasi, ia berencana mengembangkan
sebagai narasumber. Dalam FGD Citra Merek di Makassar, inovasi virtual dan augmented reality. Hal ini menjadikan
sektor kuliner mempunyai misi untuk mengangkat nilai konsumen dapat memiliki pengalaman yang interaktif
kedaerahan Sulawesi Selatan melalui penggunaan bahan dari konten-konten edukatif yang diproduksi. Di samping
baku lokal. Dalam mengembangkan citra mereknya, itu, hal ini juga dapat memperluas target audiens kepada
seorang produsen kerupuk dan minuman dari rumput anak-anak berkebutuhan khusus.
laut telah mendaftarkan merek dagangnya. Seorang
produsen minuman jahe juga telah membuat produk Di sektor fashion (mode, busana), kedua peserta yang
yang sangat detail warna Sulsel-nya dalam unsur hadir juga ingin mengangkat nilai-nilai khas daerah
kemasan dan bahan baku. Selain itu, misi edukasi tentang Sulawesi Selatan, seperti peserta dari sektor kuliner.
pentingnya makanan sehat homemade pendamping ASI Seorang peserta yang menggeluti usaha hijab ingin
untuk bayi juga diemban oleh seorang wirausahawati mengangkat tulisan Lontara (aksara tradisional Sulawesi
katering makanan bayi. Selatan) melalui hijab bermotif batik Lontara. Ia sedang
mengembangkan motif batik Lontara, dari yang
Temuan dari sektor aplikasi dalam pengembangan citra sederhana, misalnya tulisan “Aga kareba?” (apa kabar?)
merek adalah keinginan seorang pengembang aplikasi sampai yang lebih kompleks dengan muatan pesan
untuk dikenal sebagai kontributor terhadap solusi dari moral. Peserta lainnya, yang menjalankan bisnis kaus,
permasalahan dalam masyarakat melalui pengembangan memposisikan produknya sebagai kaus khas Makassar,
aplikasi atau software. Namun belum terlihat usaha seperti Dagadu di Jogja atau Joger di Bali. Pengembangan
pengembangan citra merek yang selaras dengan identitas citra mereknya dilakukan dengan misalnya menggunakan
tersebut, baik dari penentuan nama merek, desain visual, tagline yang unik, yaitu: “Desain Artis, Kualitas Turis, Harga
ataupun aktifitas komunikasi pemasarannya. Friends”.
Kegiatan Focused Group Discussion (FGD) dilaksanakan khas Manado. Unsur estetika dan kreativitas juga mereka
di Hotel Lion Manado, pada tanggal 28 Juli 2017 dihadiri tonjolkan dalam mengembangkan produk-produknya.
oleh 7 pelaku UMKM kreatif sebagai narasumber. Peserta Dari sektor fashion (mode, busana), kedua peserta yang 43
dari sektor kuliner menjalankan usaha snack kue cubit hadir menjalankan usaha yang serupa, yaitu clothing
dan minuman. Dengan target konsumen mahasiswa, dengan tema etnik Sulawesi Utara. Nuansa tradisi dan
peserta tersebut mengedepankan unsur kreativitas pada misi edukasi tentang kekhasan lokal sangat nyata dalam
produknya. Hal ini tercerminkan dari bentuk, tekstur, pengembangan citra merek mereka yang tercerminkan
warna, dan rasa kue cubit yang selalu diusahakan untuk dengan baik dalam produk yang dijual. Salah satu peserta
mendapatkan sentuhan inovasi dan berubah-ubah. Selain menggunakan gambar burung Manguni, burung khas
itu, pelaku usaha kuliner tersebut melihat adanya masalah Minahasa, pada desain baju yang dijual. Burung itu
kesehatan untuk makanan jajanan di kalangan mahasiswa, digambarkan dengan sembilan bulu sayap. Jumlah ini
di mana mereka umumnya mengonsumsi gorengan. melambangkan sembilan subsuku dari suku Minahasa.
Produk yang ia jual merupakan snack yang sehat, dan Dalam pengembangan citra mereknya, peserta di sektor
hal tersebut dijadikan sebagai bagian terpenting dari fashion juga sangat aktif dalam menggunakan media
identitas merek yang dibawa. Sebagai turunan dari sosial, website dan e-commerce untuk menyampaikan
identitas tersebut, ia menggunakan bahan-bahan pesan merek dan memasarkan produk-produknya.
organik. Dalam kegiatan promosi, ia selalu menekankan Peserta dari sektor aplikasi menjalankan usahanya dengan
bahwa snack-nya adalah produk organik. Dengan produk pembuatan produk-produk aplikasi yang bermanfaat
snack organik tersebut juga, ia membawa misi edukasi dalam banyak sektor. Di antara proyek pengembangan
bagi masyarakat untuk mengonsumsi makanan sehat. aplikasi yang dikerjakan adalah dalam bidang pariwisata
Tiga peserta dari sektor kriya merupakan pemain lama (bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Kota Manado)
yang cukup senior dalam usaha kerajinan di Manado. dan kriminalitas (bekerjasama dengan Polda Sulawesi
Mereka masing-masing telah berkiprah selama 18 tahun Utara). Dengan keterlibatan di berbagai sektor, identitas
(usaha kerajinan tangan), 12 tahun (toko souvenir), dan merek yang diusung dapat berganti-ganti, sesuai dengan
10 tahun (usaha kerajinan tangan dari kayu kelapa). produk aplikasi yang dikembangkan.
Pengembangan citra merek sektor kriya di Manado
yang diwakili oleh ketiga peserta tersebut menekankan
aspek kekhasan daerah, dimana citra merek dibangun
dengan misi agar konsumen merasakan menjadi bagian
integral dari Manado, Sulawesi Utara, baik dari aspek
sumber daya alam maupun budayanya. Hal ini, misalnya,
diturunkan dalam penggunaan kayu hitam eboni (yang
cukup banyak ditemukan di daerah Sulawesi Utara) untuk
produk kerajinan tangan. Selain itu, kemasan produk yang
digunakan juga didesain dengan menonjolkan warna
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
Strategi
Pengembangan
Citra Merek yang
Telah Dilakukan
Pelaku usaha kreatif di Semarang telah menjalankan kemungkinan konsumen memiliki barang yang sama
strategi tertentu dalam mengembangkan citra merek. dengan orang lain. Setelah konsumen menggunakan
Sebagian besar pelaku masih berfokus pada atribut merek ini akan semakin terasa bahwa konsumen
pelayanan atau produk yang sesuai dengan citra tersebut menjadi konsumen yang anti-mainstream
merek yang diusung. Akan tetapi, terdapat beberapa dan berbeda, layaknya citra merek yang diusung.
pelaku usaha yang memiliki strategi berbeda dalam 3. Masih dari sektor kriya, pelaku lainnya menciptakan
mengembangkan citra mereknya, antara lain: paket wisata edukatif untuk memperkuat citra merek
1. Salah satu pelaku di sektor fashion menggunakan yang kental akan budaya dan alam. Ia menyiapkan
ukuran baju dengan standar luar negeri. Hal ini paket wisata kreatif yang mengajarkan beberapa
membentuk persepsi konsumen menjadi merek bentuk kerajinan, melihat pertanian enceng gondok
fashion yang memberikan kepercayaan diri, terutama secara langsung, mengenalkan wisata di daerah
wanita. Jika pada umumnya konsumen menggunakan sekitar yang dekat sekali dengan adanya bahan baku
pakaian dengan ukuran XL, ternyata pada merek ini eceng gondok, yaitu objek wisata Bukit Cinta. Ia juga
konsumen akan dapat mengenakan pakaian dengan mengangkat sejarah dari areal produksi kerajinannya,
ukuran M atau L. Hal ini menciptakan kepercayaan yaitu “Klinting”. Nama tersebut diambil dari nama
diri bagi konsumen setelah menggenakan produk depan, silsilah, dan simbol dari naga yang ada di Rawa
dari merek tersebut. Pening.
2. Dari sektor kriya, salah satu merek usaha menanamkan
nilai anti mainstream. Hal ini diterjemahkan melalui
inovasi produk yang out of the box. Penggunaan
kulit ikan ayam-ayam hingga kulit singa menjadikan
citra merek tersebut menjadi unik dan berbeda.
Di sisi lain, produksi yang dibatasi memperkecil
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
Kegiatan FGD yang dilaksanakan di Hotel Grand Darmo Namun demikian, terdapat beberapa pelaku UMKM
Surabaya, pada tanggal 13 Juni 2017 dihadiri oleh 10 kreatif yang sudah memiliki pemahaman mendalam 47
pelaku UMKM kreatif sebagai narasumber. Dalam FGD mengenai branding. Mereka memahami bahwa untuk
citra merek di Surabaya ini tergambar ketimpangan menciptakan citra merek yang positif kegiatan branding
pengetahuan pelaku UMKM kreatif terhadap branding, yang holistik dari hulu ke hilir perlu dilakukan.
termasuk citra merek di dalamnya. Kesenjangan terlihat
pada bagian mengenai pemahaman branding dan “Adalah janji kita kepada konsumen, komitmen bahwa
seberapa penting branding bagi sebuah UMKM. Sebagian kita memang punya produk ini, mulai belanja dari mana,
merasa bahwa branding hanya mencakup desain logo. bagaimananya prosesnya sampai selesai”.
Sementara, sebagian lain merasa bahwa kegiatan
branding merupakan kegiatan yang tidak perlu dilakukan Pelaku di sektor aplikasi dengan nama merek “Kinetikum”
di tahap awal saat menjalankan bisnis. telah memahami prinsip dasar dari pengembangan citra
merek. Hal ini tercermin dari pemilihan nama merek yang
“Kalau dari saya, selling dahulu, branding-nya kemudian. mencerminkan nilai yang dimiliki. Gabungan filosifi kinetik
Kalau selling kan mendapatkan uang fresh money cepat, yang terasosiasi dengan energi dan pergerakan serta
tapi kalau branding adalah PR yang sangat jauh ke depan” adamantium (sebuah zat yang sangat kuat) menjadikan
“Itu tidak hanya logo dan tagline yang pas tapi juga riset nilai yang diusung oleh “Kinetikum” menjadi merek
yang tepat” yang memiliki energi atau pergerakan yang begitu kuat.
Nilai ini menjadi dasar seluruh proses bisnisnya. Eksekusi
Selain itu, sebagian besar pelaku UMKM kreatif dalam yang tepat dapat menciptakan citra merek yang lebih
FGD di Surabaya masih belum mengimplementasi kuat mengenai “Kinetikum” di benak konsumen.
pengetahuan terhadap branding secara mendalam.
Kegiatan pengembangan citra merek yang dilakukan
masih berfokus kepada kualitas atau atribut produk yang
ditawarkan.
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
Bapak Reza dari Masbro Web bergerak dalam bidang berbeda sesuai dengan permintaan klien.
website mulai 2011, tetapi mulai serius menggarapnya
dalam setahun terakhir. Nama Masbro diambil untuk Kesan Masbro Web yang akrab dan dapat diandalkan
menunjukkan citra yang akrab dan dapat diandalkan. diramu menjadi sebuah identitas layaknya seorang
Selain itu sebutan ‘masbro’ yang merupakan trend pahlawan (archetype hero). Hal ini diimplementasikan
membuat orang lebih mudah mengenal dan mengingat melalui indentifikasi produk yang dibutuhkan pasar saat
merek tersebut. ini. Contohnya sistem Point of Sales (POS) yang dibutuhkan
banyak UKM, namun umumnya kurang terjangkau karena
50 Ciri khas dari Masbro Web adalah desain yang mengikuti harganya mahal. Masbro Web menciptakan sistem POS
trend dan dipastikan tidak memiliki tema yang sama yang terjangkau untuk membantu UKM. Citra yang
dengan web lainnya. Pengerjaan pembuatan website terbentuk adalah Masbro Web yang akrab dan dapat
terhitung agak lama, karena desain dibuat khusus dan diandalkan, karena jika membutuhkan sesuatu mengenai
sebuah sistem, Masbro Web dapat menyediakannya.
Melihat kondisi yang telah dijabarkan sebelumnya, pameran, edukasi pasar dan words of mouth. Belum
di antara peserta FGD di kota Bandung masih belum terlihat adanya pemahaman yang cukup mengenai
terlihat adanya strategi-strategi yang kuat dalam rangka persona atau identitas apa yang ingin dikembangkan dan
mengembangkan citra merek para pelaku UMKM strategi untuk mengembangkannya.
kreatif. Kegiatan yang dilakukan masih berkutat pada
peningkatan eksposur melalui SEO, social media,
51
Hasan Batik merupakan usaha yang telah berdiri Dengan mengusung diferensiasi motif yang
semenjak tahun 1980-an. Usaha ini merupakan usaha kontemporer, Hasan Batik mampu mengembalikan
keluarga yang diturunkan kepada Ibu Nia oleh ayahnya. antuasiasme pelanggan. Motif garis-garis dan kotak-
Oleh karena itu, Ibu Nia merupakan generasi kedua dari kotak yang cenderung geometris menjadikan batik yang
Hasan Batik itu sendiri. Awalnya, usaha ini bergerak pada ditawarkan terlihat tidak kuno. Hal ini bahkan menarik
bidang dekorasi rumah seperti taplak, base mat, wall pejabat-pejabat pemerintah kota Bandung.
hanging, dll. Namun semenjak tahun 2000-an ketika Ibu Namun, diferensiasi yang cukup kuat ini tidak dijaga
Nia mulai menjalani usaha ini, ia melihat bahwa antusiasme konsistensinya hingga saat ini. Selain itu juga nilai ini
pasar menurun sehingga mendorongnya untuk merubah tidak dikomunikasikan secara terintegrasi melalui strategi
arah usaha menjadi fesyen. terhadap elemen-elemen mereknya.
STRATEGI PENGEMBANGAN CITRA CITRA
SNAPSHOT MEREKMEREK PRODUK
PRODUK KREATIF
KREATIF
52
MEMAHAMI CITRA
KREATIF DIMATA
MEREK PRODUK
KONSUMEN
52
STRATEGICITRA
SNAPSHOT MEREK PRODUKCITRA
PENGEMBANGAN KREATIFMEREK PRODUK KREATIF
SEKTOR KULINER 54
SEKTOR KRIYA 57
53
SEKTOR FASHION 59
SEKTOR MUSIK 61
SEKTOR ANIMASI 63
SEKTOR APLIKASI 65
53
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
Survei secara online menyasar 1.800 konsumen produk busana), sektor musik, sektor animasi, dan sektor aplikasi.
kreatif di Indonesia. Hasil dari survei ini menunjukkan Temuan-temuan survei ini dianalisis di bawah ini untuk
atribut apa saja yang dianggap penting dalam masing- setiap sektor usaha kreatif untuk memunculkan wawasan
masing sektor industri kreatif, alasan dibalik pembelian yang terkait dengan masing-masing sektor.
sebuah produk kreatif, dan titik interaksi pembelian
produk kreatif tersebut. Sektor yang diteliti mencakup
sektor kuliner, sektor kriya, sektor fashion (mode,
54
Sektor Kuliner
Dari 4 hal berikut, manakah yang Anda rasakan selama berinteraksi dengan sebuah brand (merek) produk atau
layanan dalam sektor kuliner (makan, minuman, restoran, cafe, dsb) Anda boleh memilih lebih dari satu
Gambar 5.1
Perspektif Responden
Terhadap Produk Sektor
Kuliner
Gambar 5.1 menunjukkan perspektif responden survei Pengetahuan baru yang dimaksud adalah informasi yang
terhadap produk sektor kuliner. Dari grafik di atas terlihat mendidik dan membuat konsumen dapat memahami
bahwa konsumen melihat pengalaman edukatif yang suatu pelajaran baru yang terdapat dari produk kuliner
diberikan oleh merek produk kuliner merupakan atribut tersebut. Cara untuk melakukan hal tersebut dapat
terpenting dari produk tersebut. Citra merek dari produk melalui keterlibatan interaktif penjual-pembeli, baik
kreatif akan menjadi positif apabila pemilik merek dapat secara pikiran (intellectual) atau berupa pelatihan secara
menghadirkan pengalaman atau pengetahuan baru bagi fisik (Pine & Gilmore, 2011).
konsumennya.
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
55
Berikan nilai dari 1 (sangat tidak setuju) hingga 5 (sangat setuju) untuk pertanyaan berikut:
Gambar 5.2
Alasan Responden
Membeli Produk
Sektor Kuliner
Pengetahuan yang dihadirkan harus merupakan informasi tercipta hubungan emosional yang terkait. Pemberian
yang sesuai dengan keinginan konsumen. Dalam grafik di informasi yang edukatif ini dapat dilakukan melalui
atas terlihat bahwa alasan konsumen membeli produk penyampaian data atau fakta atau mengajak konsumen
kuliner adalah karena adanya rasa “kedekatan” dengan berpartisipasi secara aktif dalam memproduksi produk
merek tertentu. Hal ini dapat memotivasi pelaku untuk kuliner.
menyediakan informasi-informasi produk yang dekat
dengan kehidupan sehari-hari konsumen. Akibatnya,
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
Gambar 5.2
Tempat Pembelian
Produk Sektor Kuliner
56
Media yang dapat digunakan untuk memperkuat citra Keselarasan identitas atau nilai merek yang ditanamkan
merek pada sektor kuliner adalah melalui toko/workshop. oleh pelaku usaha dengan pengalaman edukatif yang
Hal ini terlihat dari survei bahwa mayoritas konsumen mengandung informasi yang dekat dengan kehidupan
membeli produk kreatif melalui toko/workshop konsumen dapat secara kuat membentuk citra merek di
online. Temuan ini dapat dimanfaatkan bagi pelaku benak konsumen. Apabila pelaku berhasil menciptakan
agar menjadikan toko/workshop mereka dan seluruh citra merek yang kuat di benak konsumen, hal ini bisa
elemen di dalamnya sebagai media untuk menambah menjadi titik balik perkembangan usaha secara signifikan.
pengetahuan konsumen.
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
Sektor Kriya
57
3 dari 4 hal berikut, manakah yang Anda rasakan selama berinteraksi dengan sebuah brand (merek) produk
atau layanan dalam sektor kriya (kerajinan tangan, daur ulang, dsb) Anda boleh memilih lebih dari satu
Gambar 5.5
Perspektif Responden
Terhadap Produk
Sektor Kriya
Serupa dengan sektor kuliner, terlihat bahwa konsumen budaya lokal. Pengetahuan mengenai proses pembuatan
pada sektor kriya pun memiliki pandangan yang sama produk kriya atau filosofi makna dari produk tersebut,
mengenai atribut penting dari produk kriya, yaitu merupakan informasi yang menarik bagi kosumen.
pengalaman yang edukatif. Citra dari sebuah produk kriya Pelaku usaha dapat memberikan informasi secara satu
akan menjadi positif, apabila pelaku mampu memberikan arah dan melibatkan pikiran konsumen atau dengan
pengetahuan-pengetahuan baru dan unik kepada cara menciptakan partisipasi aktif konsumen (seperti
konsumennya. Penyediaan pengetahuan baru ini dapat pelatihan kepada konsumen).
dilakukan melalui atribut produk, desain visual, kegiatan
pemasaran, pengalaman konsumsi, ataupun yang lainnya.
Produk kriya di Indonesia kental akan unsur kreativitas dan
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
Berikan nilai dari 1 (sangat tidak setuju) hingga 5 (sangat setuju) untuk pertanyaan berikut:
Gambar 5.5
Alasan Responden
Membeli Produk
Sektor Kriya
58
Berbeda dari sektor kuliner, pengetahuan baru yang menciptakan hubungan personal antara konsumen dan
dihadirkan pada sektor kriya harus dapat berkontribusi merek, sehingga terjadi peleburan antara merek dan
dalam memperkuat jati diri konsumen. Tergambar dalam diri konsumen. Merek tersebut adalah bagian dari diri
grafik bahwa konsumen memutuskan untuk membeli konsumen. Baik melalui atribut produk, desain visual,
produk kriya karena merek tersebut mencerminkan komunikasi pemasaran ataupun yang lainnya, konsumen
jati dirinya. Temuan ini menjadi dasar bagi pelaku merasa bahwa merek tersebut berkontribusi pada
yang bergerak di bidang kriya untuk lebih memahami penguatan jati dirinya.
konsumen sampai pada tahap jati dirinya.
Pemahaman mendalam mengenai konsumen ini akan
Gambar 5.6
Tempat Pembelian
Produk Sektor Kriya
Masih serupa dengan sektor kuliner, sebagian besar pelaku berhasil memahami jati diri konsumennya dan
konsumen sektor kriya membeli produk di toko/ menerjemahkan hal tersebut menjadi pengetahuan-
workshop. Dengan demikian, pelaku usaha perlu pengetahuan baru. Keberhasilan pelaku mengeksekusi
mendesain seluruh elemen yang tercakup dalam hal tersebut dapat membentuk citra merek yang kuat,
toko/workshop tersebut agar mencerminkan jati diri sehingga dapat berkontribusi terhadap perkembangan
konsumennya. Hal ini semakin menciptakan citra merek usaha secara signifikan.
yang kuat dibenak konsumen produk kriya.
Citra merek produk kriya dapat terbentuk apabila
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
Sektor Fashion
59
Gambar 5.7
Perspektif Responden
Terhadap Produk
Sektor Fashion
Survei pada sektor fashion (mode, busana) menunjukkan “Wow Effect” yang timbul akibat pengetahuan baru yang
atribut penting dalam sebuah produk fashion yang diberikan dapat menimbulkan kekaguman terhadap
serupa dengan dua sektor sebelumnya. Penambahan merek. Hal ini membentuk citra merek yang positif
pengetahuan baru masih menjadi atribut utama yang terhadap merek tersebut melalui keterikatan emosional.
dilihat konsumen dalam mengonsumsi produk fashion. Informasi yang diberikan dapat melalui cara menciptakan
Elemen yang terdapat pada produk fashion memiliki partisipasi konsumen secara pasif ataupun aktif.
cakupan yang luas, mulai dari bahan, warna, aksesoris,
desain dan yang lainnya. Variasi dari elemen-elemen
tersebut menjadi salah satu bentuk informasi yang
menarik untuk diketahui oleh konsumen.
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
Berikan nilai dari 1 (sangat tidak setuju) hingga 5 (sangat setuju) untuk pertanyaan berikut:
Gambar 5.8
Alasan Responden
Membeli Produk
Sektor Fashion
60
Serupa dengan sektor kriya, penguatan jati diri konsumen mengomunikasikan siapa diri pemakainya. Karena itu,
oleh merek menjadi penting. Pengetahuan baru yang setiap elemen dari merek harus mengomunikasikan
sesuai dengan jati diri konsumen menjadi salah satu nilai-nilai yang sama dengan jati diri konsumen, sehingga
faktor yang menarik konsumen membeli produk fashion. tercipta hubungan emosional yang erat.
Pemahaman terhadap jati diri konsumen menjadi kunci
utama pembentukan citra merek yang kuat. Fashion
memang secara umum dipandang sebagai media untuk
Gambar 5.9
Tempat Pembelian
Produk Sektor
Fashion
Hal yang menarik dari sektor fashion adalah konsumen Kesinambungan citra yang ditemukan pada toko offline
membeli produk fashion di toko/workshop dan dan toko online dengan identitas merek menjadi kunci
toko online. Persentase yang hampir sama besar terbentuknya citra merek produk fashion yang kuat.
memungkinkan bahwa konsumen yang membeli di Kesuksesan membentuk citra merek tersebut tidak
toko offline juga membeli di toko online. Berdasarkan terlepas dari hadirnya unsur pengalaman edukatif
hal tersebut, perancangan pengalaman edukatif yang yang sesuai dengan jati diri konsumen. Hal ini dapat
terintegrasi antara toko offline dan toko online perlu berpengaruh terhadap laju berkembangnya usaha secara
diimplementasikan. signifikan.
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
Sektor Musik
61
Gambar 5.10
Perspektif Responden
Terhadap Produk
Sektor Musik
Seperti yang terlihat pada grafik, dalam sektor musik Penggabungan atribut hiburan dan edukasi dalam
atribut penting dalam perspektif responden adalah produk musik dapat menciptakan ketertarikan
edukasi dan hiburan. Selain penambahan pengetahuan konsumen terhadap suatu merek. Melalui hal ini,
baru, menghadirkan hiburan yang sesuai dengan produk musik dapat membentuk citra merek yang kuat.
selera konsumen menjadi hal yang penting untuk Keterlibatan konsumen secara pasif dan secara aktif dapat
produk musik. Sejatinya, salah satu fungsi dari musik dikombinasikan dalam kegiatan pembangunan citra
adalah hiburan. Hal tersebut yang menjadikan unsur merek.
hiburan selalu lekat dalam menciptakan produk musik.
Meskipun begitu, unsur edukasi juga tetap penting untuk
dihadirkan. Sektor musik mengandung banyak informasi
mengenai kebudayaan tradisional maupun populer. Hal
ini mendasari terjadinya variasi dalam sektor musik.
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
Berikan nilai dari 1 (sangat tidak setuju) hingga 5 (sangat setuju) untuk pertanyaan berikut:
Gambar 5.11
Alasan Responden
Membeli Produk
Sektor Musik
62
Musik yang sering digunakan untuk mengekpresikan ditemukan juga pada sektor kriya dan sektor fashion.
diri merupakan media dalam mencerminkan jati diri Atribut hiburan dan edukasi yang didesain selaras
penggunanya. Fenomena ini memperkuat hasil survei dengan jati diri konsumennya menjadi salah satu cara
yang menunjukan bahwa keselarasan merek dengan dalam membentuk citra merek yang kuat dalam benak
jati diri konsumen adalah hal yang penting. Hasil ini konsumen.
Gambar 5.12
Tempat Pembelian
Produk Sektor Musik
Sama halnya dengan sektor fashion, konsumen membeli kuat dapat terbentuk. Dalam rangka mengembangkan
produk musik di toko/workshop dan toko online. Temuan usaha secara signifikan, pelaku dalam sektor musik perlu
ini menjadikan dasar penanaman nilai-nilai yang sesuai memahami jati diri konsumennya secara mendalam serta
dengan jati diri konsumen pada toko offline maupun mengeksekusi dalam setiap elemen mereknya.
online. Tentunya, nilai yang disampaikan melalui elemen-
elemen dalam toko offline dan online harus terkait
secara berkesinambungan. Akhirnya, citra merek yang
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
Sektor Animasi
63
3 dari 4 hal berikut, manakah yang Anda rasakan selama berinteraksi dengan sebuah brand (merek) produk
atau layanan dalam sektor film (layar lebar, film pendek, sinteron, dokumenter, ftv dsb) dan animasi (ipinupin,
sopo jarwo, dsb) Anda boleh memilih lebih dari satu
Gambar 5.13
Perspektif
Responden
Terhadap Produk
Sektor Animasi
Dalam konteks produk animasi, atribut utamanya adalah terlibat secara emosional dan pikiran. Keterlibatan ini
hiburan. Unsur hiburan mendominasi atribut-atribut memunculkan rasa puas dan asosiasi yang kuat terhadap
lainnya dalam sektor animasi. Hal ini tergambar pada merek, sehingga tercipta citra merek yang positif.
grafik di atas. Layaknya produk musik, salah satu fungsi Meskipun konsumen berpartisipasi secara pasif, namun
utama dari produk animasi adalah terhiburnya penonton. unsur hiburan ini dapat mengikat pikiran dan emosi
Oleh karena itu, unsur ini harus terasa kuat ketika pelaku konsumen secara aktif ke dalam video animasi yang
memproduksi sebuah video animasi. dibuat.
Pelaku yang dapat menciptakan sebuah video animasi
yang menghibur mampu mengajak penonton untuk
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
Gambar 5.14
Alasan
Responden
Membeli Produk
Sektor Animasi
64
Animasi memang merupakan salah satu bentuk hiburan dari konsumennya. Dengan menawarkan hiburan yang
yang kerap dikonsumsi masyarakat saat ini. Hiburan berhubungan dengan jati diri konsumennya, pelaku
yang dikonsumsi oleh setiap konsumen berbeda-beda usaha animasi mampu membentuk citra mereknya
tergantung preferensinya. Oleh karena itu, pelaku dengan kuat di benak konsumen.
usaha animasi perlu memahami perilaku dan jati diri dari
konsumen sehingga mengerti preferensi yang sesuai
Gambar 5.15
Tempat Pembelian
Produk Sektor
Animasi
Dari grafik di atas ditemukan sebuah gambaran menarik Dengan demikian dapat tercipta words of mouth.
mengenai sektor animasi, yaitu tempat konsumen Hiburan yang ditawarkan tentunya perlu sesuai dengan
membeli produk animasi adalah dari toko online dan jati diri setiap konsumen. Kesesuaian antara hiburan
teman/kerabat. Konsumen seringkali membeli produk dalam toko online dan pelaku menjaga hubungan dengan
animasi dari teman/kerabat yang dapat membuat video konsumennya menjadi kunci sukses dari usaha di sektor
animasi atau mereka mendapatkan referensi dari teman/ ini. Usaha yang semakin berkembang dapat menjadi
kerabat mengenai penyedia layanan video animasi bukti dari eksekusi kegiatan pengembangan citra merek
kenalannya. Temuan ini menjadi sebuah arahan bagi sektor animasi yang sesuai.
pelaku usaha animasi untuk menyediakan hiburan yang
sesuai dalam toko-toko online-nya. Selain itu, pelaku
usaha kreatif juga harus menjaga hubungan dengan
konsumennya layaknya teman/kerabat yang menghibur.
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
Sektor Aplikasi
65
3 dari 4 hal berikut, manakah yang Anda rasakan selama berinteraksi dengan sebuah brand (merek) produk
atau layanan dalam sektor aplikasi dan pengembangan permainan (software, mobile apps, games dsb)
Gambar 5.16
Perspektif Responden
terhadap Produk
Sektor Aplikasi
Sesuai dengan gambaran dari grafik di atas, upaya Proses penciptaan produk aplikasi yang kompleks
memberikan pengetahuan baru untuk sektor aplikasi menjadi menarik untuk dieksplorasi. Perilaku masyarakat
merupakan hal yang penting. Dominasi atas atribut yang semakin digitally-savvy menjadikan ketertarikan
informasi yang edukatif ini ditemukan juga pada sektor terhadap bidang ini meningkat. Salah satu cara untuk
kuliner, kriya, dan fashion. Tersedianya informasi- menyampaikan fakta menarik mengenai aplikasi dapat
informasi menarik seputar produk aplikasi yang diberikan dilakukan melalui media yang dapat diserap secara pasif
kepada konsumen dapat menciptakan citra merek yang seperti infografik, video, artikel, dan lainnya. Selain itu,
kuat. pelaku juga dapat menyampaikan edukasi mengenai
aplikasi melalui pelatihan yang melibatkan konsumen
untuk mencoba langsung.
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
Berikan nilai dari 1 (sangat tidak setuju) hingga 5 (sangat setuju) untuk pertanyaan berikut:
Gambar 5.17
Alasan Responden
Membeli Produk
Sektor Aplikasi
66
Berbeda dengan sektor-sektor lainnya, konsumen memiliki kesamaan karakteristik dengan konsumennya
memilih produk aplikasi karena dirasa memiliki kesamaan menjadi sangat penting. Lebih lagi jika didukung dengan
karakterisik. Aplikasi yang mampu mendukung pengetahuan baru yang ditawarkan sesuai dengan gaya
konsumen dalam menjalani gaya hidupnya atau sesuai hidup serta karakteristik perilaku konsumen. Ini semua
dengan perilakunya adalah yang menjadi pilihan dapat membentuk citra merek yang kuat.
konsumen. Dengan kata lain, sisi fungsional aplikasi yang
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
Gambar 5.18
Tempat
Pembelian
Produk Sektor
Aplikasi
67
Elemen digital dan aplikasi merupakan satu kesatuan yang menjadi salah satu unsur yang perlu ada dalam platform/
tidak bisa dipisahkan. Oleh karena itu, sebagian besar toko online. Hal tersebut akan berimplikasi pada
konsumen membeli produk aplikasi melalui platform/ pembentukan citra merek yang positif sehingga dapat
toko online. Pengetahuan akan hal ini dapat membantu membantu berkembangnya usaha sektor aplikasi.
pelaku usaha aplikasi memaksimalkan presensi digitalnya,
khususnya di platform/toko online. Informasi edukatif
yang sesuai dengan gaya hidup dan perilaku konsumen
STRATEGI PENGEMBANGAN CITRA CITRA
SNAPSHOT MEREKMEREK PRODUK
PRODUK KREATIF
KREATIF
68
STRATEGICITRA
SNAPSHOT MEREK PRODUKCITRA
PENGEMBANGAN KREATIFMEREK PRODUK KREATIF
KUPANG 70
PALEMBANG 71
69
JAKARTA 73
MAKASSAR 74
AMBON 75
MANADO 76
SEMARANG 77
SURABAYA 78
MEDAN 79
BANDUNG 80
69
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
Sebagai pelaku UMKM industri kreatif, para peserta FGD mendemonstrasikan pembuatan motif batik, yang
menghadapi beberapa kendala dalam mengembangkan umumnya dapat menarik perhatian wisatawan asing.
citra merek produk mereka. Hambatan yang cukup Lokasi stand yang disediakan juga umumnya tidak
menonjol antara lain adalah: terletak di tempat yang ramai, sehingga merek dan
1. Salah satu media untuk mengkomunikasikan citra produk mereka tidak terekspos dengan maksimal. 73
merek adalah melalui packaging produk. Namun, Harga penyewaan stand pameran pun dirasakan
terdapat kendala yang dialami peserta dari sektor kriya cukup mahal, dan prosedur pendaftaran pameran
dalam membuat kemasan produk mainan mereka. masih dirasakan sangat rumit dan birokratif.
Awalnya, mereka menggunakan kemasan berupa 3. Beberapa pelaku telah menggunakan jasa
plastik Polyolefin (POF) shrink film yang mudah rusak. pembuatan logo merek dan konsultasi branding,
Akan tetapi, setelah mereka menggunakan boks, tetapi umumnya biaya yang harus dibayar untuk jasa
kemasan ini pun masih mudah dibuka (terutama oleh tersebut cukup mahal.
anak-anak) sehingga terkadang mainan di dalamnya 4. Pelaku dari sektor kriya sudah membuat video online
juga rusak. tentang merek dan produk mereka, tetapi mereka
2. Saat mengikuti acara pameran atau bazaar, stand masih mengalami kesulitan untuk menyampaikan
pameran yang disediakan umumnya tidak dapat pesan lewat media tersebut secara singkat, menarik,
mengakomodasi kebutuhan untuk menunjukkan dan efektif.
citra merek produk mereka karena luas stand yang
terbatas. Pelaku usaha di bidang fashion, misalnya,
tidak dapat mengundang pembatik untuk langsung
Kendala-kendala yang menonjol dalam pengembangan 3. Pelaku usaha kriya dengan produk tas rajut mengalami
citra merek yang teridentifikasi melalui penggalian dalam hambatan dalam mendapatkan bahan baku. Misalnya,
FGD di Makassar antara lain adalah: benang yang ia peroleh didapatkan dari Surabaya.
1. Seorang pelaku usaha kuliner, yaitu produsen Belum ada bahan baku yang sesuai standarnya yang
74 kerupuk dan minuman dari rumput laut, menemukan dapat ia peroleh dari Makassar atau sekitarnya.
bahwa saat ia mendaftarkan merek produknya, nama Kesulitan mencari bahan baku ini berhubungan
merek yang diusulkan telah dipakai produk lain. dengan konsistensi pelayanan atau kualitas dan dapat
Ia sekarang masih mencari nama yang pas. Pelaku berpengaruh terhadap kredibilitas merek. Padahal,
usaha kuliner lainnya (produsen minuman jahe) kredibilitas merupakan salah satu elemen yang
sudah pernah mendaftarkan merek produknya, membentuk citra merek dalam benak konsumen.
tetapi sampai sekarang masih belum tuntas. Dari 4. Produsen tas rajut tersebut juga mengalami kesulitan
sektor kriya, seorang pembuat tas rajut juga telah untuk membuat logo merek yang dapat ditempel di
mendaftarkan HKI untuk produknya kira-kira setahun badan tasnya. Ia belum menemukan pihak di Makassar
yang lalu, tetapi juga belum tuntas sampai sekarang. yang dapat membuat logo dengan persyaratan
Kemudahan dalam mendaftarkan HKI ini menjadi tersebut.
salah satu cara untuk membentuk citra merek yang 5. Para pelaku sektor aplikasi merasa bahwa masyarakat
kuat. luas, termasuk instansi pemerintah dan perusahaan,
2. Pelaku usaha kuliner dengan produk makanan sehat masih menganggap bahwa pembuatan aplikasi
pendamping ASI untuk bayi merasakan bahwa sangat mahal. Mereka juga merasa tertantang untuk
masyarakat luas di Makassar masih belum teredukasi mengedukasi khalayak luas tentang pentingnya
dengan baik mengenai pentingnya makanan produk-produk aplikasi dan software.
sehat homemade pendamping ASI. Selain itu, ia 6. Pelaku usaha dari sektor fashion (mode, busana)
merasakan kendala dalam dengan produk kaus, merasakan adanya tantangan
aspek kemasan. Ia masih untuk mengembangkan suasana toko atau tempat
menggunakan kemasan plastik. penjualan agar sesuai dengan karakter produknya.
Ia ingin menggunakan kemasan
yang bebas BPA (Bisphenol-A),
agar dapat masuk microwave,
namun harganya cukup mahal dan
ketersediaan di pasar juga sedikit.
Memberikan kemasan produk
yang menarik dan fungsional
juga dapat berkontribusi dalam
pembentukan citra merek.
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
Dari FGD di kota Manado, muncul usulan-usulan untuk 2. Harmonisasi badan-badan pemerintah terkait dalam
pemerintah sebagai berikut: mengimplementasikan program pengembangan
1. Dukungan yang lebih terfokus, terprogram, dan industri kreatif.
berkesinambungan. Selama ini sudah ada berbagai 3. Penunjukan partisipan pameran (expo) yang lebih
bentuk dukungan, tetapi masih dalam tahap bantuan tepat sasaran dan transparan. Peningkatan efisiensi
peralatan, misalnya laptop untuk pengembang dan efektifitas kegiatan pameran juga dirasakan
aplikasi. Dukungan lebih jauh yang lebih strategis penting.
dirasakan sangat penting.
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
Terdapat beberapa kendala yang dialami pelaku UMKM akibat proses edukasi kualitas produk melalui
kreatif di kota Semarang dalam membangun citra komunikasi yang tidak tepat.
mereknya. Secara garis besar kendala tersebut terfokus 3. Permasalahan SDM juga masih ditemukan di kota
pada: (1) terbatasnya pengetahuan branding untuk Semarang. Banyak pelaku yang merasa kesulitan 77
memenangkan persaingan dan mengedukasi pasar, mendapatkan sumber daya manusia yang kompeten.
dan (2) inkonsistensi kualitas produk yang disebabkan Di sisi lain, ketika mendapatkan sumber daya manusia
sumber daya manusia ataupun operasi bisnis yang tidak yang cukup baik, mereka meminta upah yang sangat
berkelanjutan. Berikut adalah penjabarannya: tinggi. Hal ini berpengaruh pada kualitas produk
1. Persaingan global pasar aplikasi dan game yang tidak konsisten.
developer di dalam app store menjadikan pelaku 4. Terdapat kesulitan lain untuk menjaga kualitas
membutuhkan dana untuk pemasaran yang besar. produk untuk tetap konsisten. Hal ini dialami oleh
Hal ini dibutuhkan untuk dapat bersaing secara salah satu pelaku kuliner kerupuk kedelai. Karena
seimbang dengan pesaing-pesaing di level global. memanfaatkan panas matahari untuk produksi, ketika
Pemasaran ini menjadi penting karena mereka musim penghujan tiba pelaku mengalami kesulitan
membutuhkan user yang banyak untuk dapat untuk menjaga kualitasnya. Hal ini terkendala karena
menarik klien memasang iklan yang menjadi tidak adanya inovasi proses bisnis yang lebih
sumber utama pemasukannya. berkelanjutan.
2. Terdapat kesulitan bagi pelaku
fashion dalam mengatasi
asosiasi konsumen terhadap
produk kulit. Banyak
beredarnya produk kulit
tidak asli di pasaran
menjadikan konsumen
ragu membeli produk
kulit dengan harga yang
mahal. Hal ini terjadi
Dalam melaksanakan pembangunan citra merek, para 3. Birokrasi pembuatan HKI yang rumit dan memakan
pelaku industri kreatif di Medan menemui kendala- waktu lama menjadikan pelaku memiliki keinginan 79
kendala seperti berikut ini: yang rendah untuk mendaftarkan merek mereka.
1. Pelaku UMKM animasi merasakan hambatan dalam 4. Dirasakannya apresiasi yang rendah dari konsumen
hal kepercayaan kualitas layanan. Para pelaku Medan dan sekitarnya terhadap produk kreatif.
memiliki keahlian yang setara dengan pelaku di Oleh karena itu, pelaku perlu memiliki pemahaman
kota-kota besar lainnya seperti Jakarta, namun konsep branding yang mampu menumbuhkan minat
konsumen lebih mempercayai jasa yang ditawarkan konsumen terhadap suatu produk.
oleh pelaku dari ibu kota. Hal ini merupakan implikasi
kurangnya kemampuan merumuskan diferensiasi Dengan paparan di atas, konsumen di Medan memiliki
dan mengomunikasikannya dengan tepat kepada karakteristik yang kuat dan khas, yaitu lebih condong
konsumen, sehingga citra merek yang tertanam kepada kiblat tren di Jawa (khususnya, Jakarta), dan
kalah kuat dengan citra merek pesaing. mempunyai preferensi konsumsi produk kreatif yang
2. Kesempatan membuka stand di pameran memiliki sangat rendah, di mana umumnya masih lebih memilih
perbandingan yang tidak seimbang dengan mengumpulkan aset kekayaan secara konkrit.
peminatnya. Selain itu, pemilihan peserta pameran
secara acak menjadikan kesempatan ini semakin sulit
didapatkan. Padahal, pameran merupakan wadah
untuk memperkuat citra merek.
Usulan atau feedback kepada pemerintah mencuat dari 3. Pelatihan pendaftaran merek dan HKI untuk
FGD citra merek di Medan antara lain adalah: memberikan kekuatan merek dari citra yang ingin
1. Pendampingan kepada rekan-rakan UMKM lain yang diwujudkan.
lebih kecil dan belum terjangkau dapat dilakukan 4. Wadah atau forum untuk menaungi pelaku sektor
secara lebih fokus sehingga nantinya betul-betul animasi dan aplikasi untuk mendapatkan pembinaan
dapat berdiri di atas kekuatan mereka sendiri. oleh dinas yang ada di wilayah kota dan provinsi.
2. Upaya peningkatan apresiasi seni dari warga Medan,
seperti halnya penduduk di kota lain di Jawa.
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
Selain terdapat hambatan yang dialami, pelaku juga 2. Perlunya ekosistem yang mendukung sebuah studio
memiliki usulan atau saran kepada pemerintah dalam yang dapat menelurkan karya intellectual property,
membantu mereka mengembangkan mereknya. Berikut seperti yang dilakukan oleh pemerintah Malaysia.
adalah penjabarannya: Pelaku dari sektor animasi yang telah berkesempatan
1. Semua program pemerintah diharapkan menimba ilmu di Malaysia mempelajari sejarah
berkelanjutan sampai mencapai suatu indikator produk animasi unggulan Malaysia, seperti “Upin
tertentu. Pelaku merasa perlunya bimbingan dan Ipin”. Animasi itu sangat didukung oleh pemerintah
evaluasi setelah pelatihan yang diberikan. Mereka dan mendapatkan apresiasi baik dari ekosistem yang
ingin dapat menjual produknya hingga ke pasar terbentuk.
global. Karena itu, mereka mengharapkan program
pemerintah yang dapat membimbing mereka
mencapai hal tersebut.
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
81
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
82
KESIMPULAN
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
Kesimpulan 83
Analisis FGD, in-depth interview, dan survei konsumen Dalam hal HKI, banyak pelaku industri kreatif yang
menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa proses mengalami kesulitan dalam mendapatkan/mendaftarkan
pengembangan citra merek yang dilakukan pelaku merek mereka ke institusi resmi, yaitu Direktorat
industri kreatif terbagi menjadi 2 hal utama, yaitu Jenderal Hak Atas Kekayaan Intelektual (Dirjen HAKI).
kemampuan mendefinisikan citra merek produk itu Tanpa adanya HKI, secara tidak langsung citra merek
sendiri dan bagaimana memperoleh Hak Kekayaan akan terpengaruhi. Konsumen akan cenderung memilih
Intelektual (HKI) merek yang telah diciptakan. produk kreatif yang mempunyai HKI, karena dianggap
Kemampuan mendefinisikan citra merek yang dimaksud mempunyai orisinalitas dan nilai tambah.
adalah kemampuan teknis, antara lain kemampuan Dari permasalahan yang teridentifikasi dalam hal
khusus di bidang grafis untuk mendesain logo merek keterbatasan kemampuan dalam mendefinisikan citra
dan video profil produk, maupun nonteknis, misalnya merek dan kesulitan mendaftarkan HKI, diperlukan
desain pesan (konten) yang ingin disampaikan kepada peran serta berbagai pihak yang terlibat dalam lingkaran
konsumen. Semakin menarik desain logo dan video ekonomi kreatif di Indonesia. Bekraf dapat mengambil
yang dibuat, serta juga pesan yang disampaikan, semakin peran utama melalui pelatihan terprogram dalam
banyak orang yang tertarik untuk berkenalan dengan meningkatkan kemampuan pelaku industri kreatif dalam
merek yang dibuat. Hal ini akan memperkuat citra merek mengembangkan citra merek. Selain itu, informasi dan
produk kreatif. panduan mengenai pendaftaran HKI juga merupakan
hal penting yang tidak bisa ditinggalkan, baik melalui
dukungan teknis maupun nonteknis.
Kesimpulan dan usulan di atas diharapkan dapat
berkontribusi dalam penguatan citra merek produk
kreatif nasional di masa yang akan datang.
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
84
PENUTUP
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
Penutup
Buku snapshot ini merupakan kontribusi tim penulis dalam 85
menggambarkan pengembangan citra merek produk
kreatif di Indonesia. Dengan adanya keterbatasan teknis dan
nonteknis, tentunya masih terdapat kekurangan dalam buku
ini. Beberapa hambatan dan harapan dari pelaku industri
kreatif mungkin belum teridentifikasi dalam penelitian ini
karena belum sempurnanya metode dan pelaksanaannya
di lapangan. Namun demikian, diharapkan penelitian ini
dapat mewakili suara para pelaku industri kreatif. Penyusun
berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan
saran yang membangun mengenai penelitian dan laporan.
Ucapan terima kasih tidak lupa penyusun sampaikan
kepada Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) sebagai pemangku
kepentingan ekonomi kreatif Indonesia, Pemerintah Daerah
(Pemda) yang telah memberikan informasi mengenai
perkembangan dan strategi produk kreatif di daerah, pelaku
industri kreatif di berbagai sektor yang telah memberikan
informasi yang penyusun butuhkan, dan konsumen produk
kreatif di Indonesia yang telah memberikan pendapat
mereka terhadap produk kreatif. Semoga buku snapshot
ini berguna bagi para pembaca dan siapapun yang
membutuhkan gambaran mengenai citra merek produk
kreatif nasional dan perspektif konsumen produk kreatif
secara umum.
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
Daftar Pustaka
86
Pine, B. J., & Gilmore, J. H. (2011). The experience Garnham, N. (2005). From cultural to creative
economy: Harvard Business Press. industries. International Journal of Cultural Policy, 11(1),
Data Statistik dan Hasil Survei Ekonomi Kreatif. 15-29. doi:10.1080/10286630500067606
(2017). Kandampully, J., & Suhartanto, D. (2003). The Role of
Zulaikha, M. (2016). Membangun Komitmen untuk Customer Satisfaction and Image in Gaining Customer
Sektor Ekonomi Kreatif. Retrieved from http://www. Loyalty in the Hotel Industry. Journal of Hospitality
Bekraf.go.id/berita/page/10/membangun-komitmen- & Leisure Marketing, 10(1-2), 3-25. doi:10.1300/
untuk-sektor-ekonomi-kreatif J150v10n01_02
Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025. Kong, L., Gibson, C., Khoo, L.-M., & Semple, A.-L.
(2008). Departmen Perdagangan Republik Indonesia. (2006). Knowledges of the creative economy: Towards
Banks, M., & O’Connor, J. (2009). After the creative a relational geography of diffusion and adaptation in
industries. International Journal of Cultural Policy, 15(4), Asia. Asia Pacific Viewpoint, 47(2), 173-194. doi:10.1111/
365-373. doi:10.1080/10286630902989027 j.1467-8373.2006.00313.x
Berthon, P., Ewing, M. T., & Napoli, J. (2008). Brand Krake, F. B. (2005). Successful brand management
management in small to medium‐sized enterprises. in SMEs: a new theory and practical hints. Journal of
Journal of Small Business Management, 46(1), 27-45. Product & Brand Management, 14(4), 228-238.
Centeno, E., Hart, S., & Dinnie, K. (2013). The five phases Lahap, J., Ramli, N. S., Said, N. M., Radzi, S. M., & Zain,
of SME brand-building. Journal of Brand Management, R. A. (2015). A Study of Brand Image Towards Customer’s
20(6), 445-457. Satisfaction in The Malaysian Hotel Industry.
Clare, K. (2012). The Essential Role of Place Within The Lee, S. Y., Florida, R., & Acs, Z. (2004). Creativity
Creative Industries: Boundaries, Networks and Play. and Entrepreneurship: A Regional Analysis of New
Covin, J. G., & Miles, M. P. (1999). Corporate Firm Formation. Regional Studies, 38(8), 879-891.
entrepreneurship and the pursuit of competitive doi:10.1080/0034340042000280910
advantage. Entrepreneurship: Theory and practice, Miles, I. (2012). SERVICES INNOVATION: COMING
23(3), 47-47. OF AGE IN THE KNOWLEDGE-BASED ECONOMY. In
DCMS, U. (1998). Creative industries mapping Innovation Management in the Knowledge Economy
document. In: DCMS London. (pp. 59-81): PUBLISHED BY IMPERIAL COLLEGE PRESS
Erenkol, H. A. D., & Öztaş, Y. B. B. (2015). Entrepreneurial AND DISTRIBUTED BY WORLD SCIENTIFIC PUBLISHING
Brand. CO.
Fahmi, F. Z., McCann, P., & Koster, S. (2015). Creative O’Connor, J. (2000). The Definition of the ‘Cultural
economy policy in developing countries: The case Industries’.
of Indonesia. Urban Studies, 54(6), 1367-1384. O’Connor, J. (2015). Intermediaries and Imaginaries
doi:10.1177/0042098015620529 in the Cultural and Creative Industries. Regional Studies,
Florida, R. (2002). The Rise of Creative City. 49(3), 374-387. doi:10.1080/00343404.2012.748982
Galloway, S., & Dunlop, S. (2007). A CRITIQUE O’Connor, J., & Xin, G. (2006). A new modernity?
OF DEFINITIONS OF THE CULTURAL AND CREATIVE International Journal of Cultural Studies, 9(3), 271-283.
INDUSTRIES IN PUBLIC POLICY. International doi:10.1177/1367877906066874
Journal of Cultural Policy, 13(1), 17-31.
doi:10.1080/10286630701201657
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
87
O’Connor, J. (2009). Creative industries: a new Spence, M., & Hamzaoui Essoussi, L. (2010). SME
direction? International Journal of Cultural Policy, 15(4), brand building and management: an exploratory study.
387-402. doi:10.1080/10286630903049920 European Journal of Marketing, 44(7/8), 1037-1054.
Pine, B. J., & Gilmore, J. H. (2011). The experience UNDP. (2013). Creative Economy Report 2013 Special
economy: Harvard Business Press. Edition - Widening Local Development Pathways.
Rusiawan, W., Pamungkas, S. A., Hariwan, P., Wijayanti, Utoyo, S., Rozama, N. A., & Wulandari, V. C. (2016).
S. C., Pajriyah, A. N., Parasian, W., . . . Mafiroh, R. S. (2017). Profil Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif 2016. Jakarta:
Data Statistik dan Hasil Survei Ekonomi Kreatif. Jakarta: Badan Pusat Statistik (BPS).
Badan Ekonomi Kreatif. Yin Wong, H., & Merrilees, B. (2005). A brand
Salim, F. F., & Dharmayanti, D. (2014). Pengaruh Brand orientation typology for SMEs: a case research approach.
Image dan Perceived Quality Terhadap Kepuasan dan Journal of Product & Brand Management, 14(3), 155-162.
Loyalitas Pelanggan Mobil Toyota di Surabaya. Zulaikha, M. (2016). Membangun Komitmen untuk
Simarmata, B., & Adiwidjaja, A. (2011). The Alluring Sektor Ekonomi Kreatif. Retrieved from http://www.
Export Trade of Indonesia’s Creative Industry. Retrieved bekraf.go.id/berita/page/10/membangun-komitmen-
February, 19, 2012. untuk-sektor-ekonomi-kreatif
So, K. K. F., King, C., Sparks, B. A., & Wang, Y. (2013).
The Influence of Customer Brand Identification on Hotel
Brand Evaluation and Loyalty Development.
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
88
SNAPSHOT CITRA MEREK PRODUK KREATIF
89
STRATEGI PENGEMBANGAN CITRA CITRA
SNAPSHOT MEREKMEREK PRODUK
PRODUK KREATIF
KREATIF
90
90