Anda di halaman 1dari 153

DRAFT SKRIPSI

PERAN KELOMPOK TANI SEBAGAI MEDIA PENYULUHAN


DALAM PENGEMBANGAN USAHATANI TEMBAKAU
DI KABUPATEN TEMANGGUNG

SKRIPSI

OLEH:
NUR WULAN FAJRIANI
13/347407/PN/13173

PROGRAM STUDI
PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas


berkah dan limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Peran Kelompok Tani sebagai Media Penyuluhan dalam Pengembangan
Usahatani Tembakau di Kabupaten Temanggung” dengan baik. Penyusunan
skripsi ini digunakan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan derajat Sarjana
Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak terkait. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Alloh SWT yang telah mengijinkan penulis untuk dapat menyelesaikan


tugas skripsi. Tanpa RidhoNya penulisan skripsi ini tidak akan bisa
terselesaikan.
2. Dr. Jamhari, SP., MP., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Gadjah Mada.
3. Dr. Jangkung Handoyo Mulyo, M.Ec., selaku Ketua Departemen Sosial
Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.
4. Prof. Dr. Ir. Sunarru Samsi Hariadi, M.S., selaku Komisi Sarjana Program
Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian sekaligus dosen pembimbing
akademik dan dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan
dukungan dan bimbingan dari awal hingga diselesaikannya penyusunan
skripsi ini.
5. Ir. Harsoyo, M.Ext.Ed., selaku dosen pembimbing pendamping, yang telah
memberikan bimbingan dan dukungan hingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
6. Ratih Ineke Wati, S.P.M.Agr.,PhD., selaku dosen penguji yang telah
memberikan arahan, kritik, saran, dan dukungan dalam memperbaiki
skripsi ini.
7. Seluruh Staf Tata Usaha Departemen Sosial Ekonomi Pertanian yang telah
membantu dan memperlancar penulis dalam menyusun skripsi ini.

ii
8. Seluruh anggota kelompok tani Bumi Asih Agro, Widodorahayu, Agro 12,
Agrotani 1, dan Maju Makmur 2 atas kesediaannya menjadi responden
penelitian penulis.
9. Ibu Wulan selaku penyuluh pertanian di Kecamatan Bansari, Kabupaten
Temanggung yang telah memberikan informasi anggota petani yang
dijadikan responden penelitian penulis.
10. Bapak Satrio Budi Handoko dan Ibu Sri Sulistyaningsih selaku orang tua
kandung penulis yang telah memberikan doa restu, motivasi, dan semangat
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
11. Achmad Sulthoni dan Nur Rachma Annisa selaku kakak kandung penulis
yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan semangat sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
12. Ayu, Inda, Lela, Kak Dona, teman-teman seperjuangan yang telah
memberikan waktunya untuk menyemangati, dan mendukung penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
13. Alin, Margi, Sosor, Rima, Mas Muiz, Mas Ari, Mas Masdar, Mas Bari,
Mas Sam, selaku teman-teman Perisai Diri UGM yang telah memberikan
bantuan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini.
14. Dili, Mba Ima, Reiza, Lubna dan seluruh TIM KKN Jawa Timur 25 Desa
Dasin, Tuban yang telah memberikan semangat dan doa sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
15. Seluruh pihak terkait yang telah membantu baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan
satu per satu.

Yogyakarta, 18 Oktober 2017

Penulis

iii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ………………………………………………………………. ii


DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… v
DAFTAR TABEL ………………………………………………………… vi
I. PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………. 2
1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………… 2
1.4 Kegunaan Penelitian …………………………………………… 3
II. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………… 4
2.1 Tinjauan Pustaka ……………………………………………… 4
2.1.1 Kelompok Tani …………………………………………… 4
2.1.2 Peran Kelompok Tani …………………………………… 4
2.1.3 Peran Kelompok Tani sebagai Media Penyuluhan ……….. 6
2.1.4 Pengembangan Usahatani Tembakau …………………… 9
2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peran Kelompok Tani 15
Sebagai Media Penyuluhan dalam Pengembangan
Usahatani Tembakau ………………………………………
2.2 Kerangka Pemikiran …………………………………………… 17
2.3 Hipotesis ……………………………………………………… 19
III. METODE PENELITIAN ………………………………………... 20
3.1 Metode Dasar …………………………………………………… 20
3.2 Metode Pengambilan Sampel ………………………………….. 20
3.2.1 Lokasi Penelitian………………………………………….. 20
3.2.2 Sampel Kecamatan ……………………………………….. 20
3.2.3 Sampel Desa ……………………………………..……… 20
3.2.4 Sampel Kelompok Tani dan Anggota Kelompok Tani …... 21
3.3 Jenis dan Sumber Data ………………………………………… 21
3.3.1 Data Primer ………………………………………………. 21
3.3.2 Data Sekunder ……………………………………………. 22
3.4 Metode Pengumpulan Data …………………………………..... 22
3.4.1 Metode Wawancara …………..………………………….. 22
3.4.2 Metode Observasi ………………………………………… 22
3.4.3 Metode Pencatatan ………………………………………... 22
3.4.4. Metode Studi Pustaka …………………………………….. 22
3.5 Pembatasan Masalah …………………………………………… 23
3.6 Konseptualisasi dan Pengukuran Variabel ……………………… 23
3.7 Metode Analisis Data …………………………………………… 29
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ………………… 33
4.1 Keadaan Fisik Daerah …………………………………………. 33

iv
4.1.1 Letak Geografis …….………………………………….. 33
4.1.2 Keadaan Iklim, Ketinggian Tempat dan Topografi ……. 34
4.2 Keadaan Demografi ………………………………………… 35
4.2.1 Kepadatan Penduduk …….…………………………….. 35
4.2.2 Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin ……………. 36
4.2.3 Struktur Penduduk Berdasarkan Umur …………………... 37
4.2.4 Struktur Penduduk Berdasarkan Status Pekerjaan Utama .. 38
4.3 Keadaan Pertanian …..………………………………………… 39
V. KARAKTERISTIK RESPONDEN PENELITIAN …………….. 42
5.1 Umur …………….….…………………………………………… 42
5.2 Tingkat Pendidikan Petani ……………………………………… 43
5.3 Luas Lahan Petani ……………………………………………… 44
5.4 Sikap …………………………………………………………… 44
5.5 Motivasi ………………………………………………………… 49
5.6 Peran Ketua Kelompok ………………………………………… 53
5.7 Keaktifan Anggota Kelompok Tani dalam Kegiatan Kelompok... 58
VI. PERAN KELOMPOK TANI SEBAGAI MEDIA PENYULUHAN 61
DALAM PENGEMBANGAN USAHATANI TEMBAKAU ……...
6.1 Peran Kelompok Tani …………………………………………... 61
6.2 Peran Kelompok Tani sebagai Media Penyuluhan 69
Mempengaruhi Pengembangan Usahatani Tembakau di
Kabupaten Temanggung ……………………………………
VII. PENGEMBANGAN USAHATANI TEMBAKAU DI 76
KABUPATEN TEMANGGUNG ………………………………
7.1 Pengembangan Usahatani Tembakau di Kabupaten Temanggung 76
7.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Pengembangan 79
Usahatani Tembakau di Kabupaten Temanggung………………..
VIII. PEMBAHASAN …………………………………………………. 88
8.1 Peran Kelompok Tani sebagai Media Penyuluhan dalam 88
Pengembangan Usahatani Tembakau di Kabupaten
Temanggung……………………………………………………
8.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengembangan Usahatani 91
Tembakau di Kabupaten Temanggung …………………………
8.3 Faktor-faktor yang tidak mempengaruhi Pengembangan 93
Usahatani Tembakau di Kabupaten Temanggung……………….
XI. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………….. 98
9.1 Kesimpulan …………………………….…………………… 98
9.2 Saran ………………………………………………….…….. 98
100
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir …………………………………………….. 20


Gambar 3.1 Metode Pengambilan Sampel ...………………………………... 23
Gambar 4.1. Peta Kabupaten Temanggung ..………………………………. 35
Gambar 6.1 Grafik Pengaruh Peran Kelompok Tani sebagai Unit Belajar
terhadap Pengembangan Usahatani Tembakau ……………... 74
Gambar 6.2 Grafik Pengaruh Peran Kelompok Tani sebagai Unit Produksi
terhadap Pengembangan Usahatani Tembakau ……………... 75
Gambar 7.1 Grafik Pengaruh Pendidikan terhadap Pengembangan
Usahatani tembakau ………………………………………… 85
Gambar 7.2 Grafik Pengaruh Sikap terhadap Pengembangan Usahatani
Tembakau ……………………………………………………... 86
Gambar 7.3 Grafik Pengaruh motivasi terhadap Pengembangan Usahatani
Tembakau ……………………………………………………... 88

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu tentang peran kelompok tani …………….... 16


Tabel 3.1 Kategori Skor Peran Kelompok Tani ...…………………………. 26
Tabel 3.2 Kategori Skor Total Sikap ...……………………………………. 27
Tabel 3.3 Kategori Skor Total Motivasi …………………………………... 28
Tabel 3.4 Kategori Skor Total Keaktifan Anggota ………………………... 28
Tabel 3.5 Kategori Skor Peran Ketua Kelompok Tani ……………………. 29
Tabel 3.6 Kategori Skor Pengembangan Usahatani Tembakau …………. 30
Tabel 4.1 Luas Wilayah Seluruh Kecamatan Di Kabupaten Temanggung .. 34
Tabel 4.2 Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin……………………... 37
Tabel 4.3 Struktur Penduduk Berdasarkan Umur di Kabupaten
Temanggung …………………………………………….............. 39
Tabel 4.4 Struktur Penduduk Berdasarkan Status Pekerjaan Utama
di Kabupaten Temanggung ……………………………………... 40
Tabel 4.5 Penggunaan Lahan Pertanian di Kabupaten Temanggung Tahun
2016 ……………………………………………………………... 41
Tabel 4.6 Luas dan Produksi Tanaman Perkebunan di Kabupaten
Temanggung Tahun 2016 ………………………………………. 42
Tabel 5.1 Sebaran Petani Berdasarkan Umur di Kabupaten Temanggung ... 43
Tabel 5.2 Sebaran Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kabupaten
Temanggung …………………………………………………...... 44
Tabel 5.3 Sebaran Petani Berdasarkan Luas Lahan Tembakau di
Kabupaten Temanggung ………………………………………... 45
Tabel 5.4 Sikap Petani terhadap Kegiatan Kelompok Tani untuk
Pengembangan Usahatani Tembakau di Kabupaten
Temanggung …………………………………………………….. 46
Tabel 5.5 Sebaran Petani Berdasarkan Sikap di Kabupaten Temanggung ... 49
Tabel 5.6. Motivasi Petani dalam Mengikuti Kelompok Tani untuk
Pengembangan Usahatani Tembakau di Kabupaten
Temanggung …………………………………………………….. 50
Tabel 5.7 Sebaran Petani Berdasarkan Motivasi dalam Mengikuti
Kelompok Tani untuk Pengembangan Usahatani Tembakau
di Kabupaten Temanggung ……………………………………... 52
Tabel 5.8 Peran Ketua Kelompok untuk Pengembangan Usahatani
Tembakau di Kabupaten Temanggung …………………………. 55
Tabel 5.9 Sebaran Petani Berdasarkan Peran Ketua Kelompok Tani di
Kabupaten Temanggung ………………………………………... 57
Tebel 5.10 Tingkat Keaktifan Petani dalam Kegiatan Kelompok untuk
Pengembangan Usahatani Tembakau di Kabupaten
Temanggung ……………………………………………………. 58

vii
Tabel 5.11 Sebaran Petani Berdasarkan Keaktifan Anggota Tani di
Kabupaten Temanggung ……………………………………….. 59
Tabel 6.1 Peran Kelompok Tani sebagai Media Belajar di Kabupaten
Temanggung …………………………………………………….. 62
Tabel 6.2 Sebaran Petani Berdasarkan Peran Kelompok Tani sebagai
Media Belajar Kabupaten Temanggung ………………………… 63
Tabel 6.3 Peran Kelompok Tani sebagai Media Kerjasama di Kabupaten
Temanggung …………………………………………………….. 64
Tabel 6.4 Sebaran Petani Berdasarkan Peran Kelompok Tani sebagai
Media Kerjasama di Kabupaten Temanggung ………………….. 65
Tabel 6.5 Peran Kelompok Tani sebagai Unit Produksi di Kabupaten
Temanggung …………………………………………………….. 66
Tabel 6.6 Sebaran Petani Berdasarkan Peran Kelompok Tani sebagai Unit
Produksi di Kabupaten Temanggung …………………………… 68
Tabel 6.7 Peran Kelompok Tani Sebagai Media Penyuluhan di Kabupaten
Temanggung …………………………………………………….. 68
Tabel 6.8 Sebaran Petani Berdasarkan Peran Kelompok Tani sebagai
Media Penyuluhan di Kabupaten Temanggung ………………… 69
Tabel 6.9 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda mengenai Peran
kelompok Tani dalam Pengembangan Usahatani Tembakau
(Model 1) ………………………………………………………... 70
Tabel 7.1 Pengembangan Usahatani Tembakau di Kabupaten
Temanggung …………………………………………………….. 77
Tabel 7.2 Sebaran Petani Berdasarkan Pengembangan Usahatani
Tembakau Kelompok di Kabupaten Temanggung ……………... 79
Tabel 7.3 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda mengenai Faktor-faktor
yang mempengaruhi Pengembangan Usahatani Tembakau
(Model 1) ………………………………………………………... 80
Tabel 7.4 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda mengenai Faktor-faktor
yang mempengaruhi Pengembangan Usahatani Tembakau
(Model 5) ………………………………………………………... 83

viii
INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran kelompok tani sebagai media
penyuluhan yang mempengaruhi pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten
Temanggung. Selain itu juga untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten Temanggung. Metode yang digunakan
adalah metode statistik deskriptif. Pengambilan sampel kecamatan, dan desa dilakukan
secara purposif. Terpilih Kecamatan Bansari dengan desa sampel terdiri dari Desa
Bansari, Desa Mranggen Kidul, Desa Mranggen Tengah, Desa Candisari, dan Desa
Purborejo. Pemilihan kelompok tani menggunakan metode simple random sampling, dan
terpilih 5 kelompok tani sampel “Bumi Asih Agro”; “Widodorahayu”; “Agro 12”;
“Agrotani 1” dan “Maju Makmur 2”. Dari masing-masing sampel kelompok tani, diambil
12 sampel anggota secara acak sederhana sehingga diperoleh 60 sampel petani sebagai
responden. Data dianalisis dengan uji regresi linier berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa peran kelompok tani sebagai unit belajar dan peran kelompok tani
sebagai unit produksi berpengaruh nyata terhadap pengembangan usahatani tembakau di
Kabupaten Temanggung. Peran kelompok tani sebagai media kerjasama tidak
berpengaruh nyata terhadap pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten
Temanggung. Pendidikan petani, sikap petani dan motivasi petani berpengaruh positif
terhadap pengembangan usahatani tembakau, sedangkan umur, luas lahan, keaktifan
anggota, dan peran kelompok tani tidak berpengaruh terhadap pengembangan usahatani
tembakau di Kabupaten Temanggung.

Kata kunci : Peran kelompok tani sebagai media penyuluhan, kelompok tani,
pengembangan usahatani, tembakau, Kabupaten Temanggung.

ix
ABSTRACT

This study aims to determine the role of farmer groups as an extension media that affect
the development of tobacco farming in Temanggung Regency. In addition, to determine
the factors that affect the development of tobacco farming in Temanggung District. The
method used is descriptive statistic method. Sampling of the kecamatan, and villages is
done purposively. Voted Bansari District with sample villages consist of Bansari Village,
Mranggen Kidul Village, Mranggen Tengah Village, Candisari Village, and Purborejo
Village. Selection of farmer groups using simple random sampling method, and selected
5 farmer groups samples "Bumi Asih Agro"; "Widodorahayu"; "Agro 12"; "Agrotani 1"
and "Maju Makmur 2". From each sample of farmer groups, 12 samples of randomly
selected members were obtained to obtain 60 samples of farmers as respondents. Data
were analyzed by multiple linear regression test. The results showed that the role of
farmer groups as a learning unit and the role of farmer groups as a unit of production
significantly affect the development of tobacco farming in Temanggung Regency. The
role of farmer groups as a medium of cooperation has no significant effect on the
development of tobacco farming in Temanggung Regency. Farmer's education, farmer
attitude and farmer's motivation have positive effect on tobacco farming development,
while age, land area, activity of member, and farmer group role have no effect to tobacco
farming development in Temanggung Regency.

Keywords: Role of farmer group as extension media, farmer group, farming development,
tobacco, Temanggung Regency.

x
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor pertanian sangat berperan dalam perkembangan ekonomi
Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian masih memberikan lapangan
pekerjaan bagi sebagian besar penduduk yang ada di pedesaan dan menyediakan
bahan pangan bagi penduduk. Peranan lain dari sektor pertanian adalah
menyediakan bahan mentah bagi industri dan menghasilkan devisa negara melalui
ekspor non migas. Salah satu komoditas yang ditanam dan dimanfaatkan untuk
memenuhi perekonomian di daerah dataran tinggi seperti di daerah temanggung
adalah tembakau. Walau demikian, terdapat permasalahan budidaya tembakau di
Kabupaten Temanggung yang selama ini dialami antara lain yaitu menurunnya
produktifitas tembakau dan hasil usahatani lain karena tingkat kesuburan tanah
turun, meningkatnya biaya usahatani karena degradasi daya dukung lahan, naik
turunnya harga pasar, pengaruh faktor iklim, dan serangan organisme hama
penyakit tanaman.
Keberhasilan dalam membudidayakan tembakau dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Salah satu yang paling penting adalah pada petani yang
menanamnya. Petani memainkan peranan sebagai inti dalam pembangunan
pertanian. Petani merupakan faktor penentu yang menentukan pemeliharaan
tanaman dan menentukan bagaimana usahataninya harus dimanfaatkan. Petani
harus mempelajari dan menerapkan metoda – metoda baru yang diperlukan untuk
membuat usahataninya lebih produktif (Mosher, 1985 ).
Untuk membantu petani dalam menjalankan budidaya tanaman tembakau
agar dapat terus berkembang, para petani tembakau membutuhkan tempat untuk
saling bertukar informasi, bekerjasama, maupun tempat untuk mencari solusi dari
permasalahan yang dihadapinya. Kelompok tani bisa menjadi solusi dari
permasalahan budidaya tembakau yang ada. Kelompok tani dibentuk berdasarkan
kenyataan bahwa setiap individu tidak akan dapat memenuhi kebutuhan dan
harapan seorang diri. Individu terutama dalam masyarakat modern yang memiliki
waktu yang terbatas, sedikitnya tenaga kerja yang dapat membantu dalam proses
budidaya sampai pada pemasaran, tidak berdaya bila harus memenuhi sendiri

1
kebutuhan dasar atas makanan, naungan dan keselamatan. Bekerjasama dalam
kelompok memiliki dampak positif dan lebih mudah dalam mendapatkan fasilitas
dan kemudahan. Penyuluh pertanian jumlahnya jelas terbatas, berarti bekerjasama
dengan kelompok lebih rendah biayanya. Alasan terbentuknya suatu kelompok
karena beberapa orang mempunyai persoalan yang sama (Rusdi, 1999).
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian tentang peran
kelompok tani sebagai media penyuluhan dalam pengembangan usahatani
tembakau di Kabupaten Temanggung.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, penelitian ini untuk
mengetahui seberapa besar peran kelompok tani sebagai media penyuluhan dalam
pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten Temanggung. Permasalahan
yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah peran kelompok tani sebagai media penyuluhan mempengaruhi
pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten Temanggung?
2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan usahatani
tembakau di Kabupaten Temanggung?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan pokok permasalahan yang ada, maka penelitian ini dilakukan
dengan tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui peran kelompok tani sebagi media penyuluhan yang
mempengaruhi pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten
Temanggung.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan usahatani
tembakau di Kabupaten Temanggung.

2
1.4 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas maka,
penelitian ini mempunyai manfaat antara lain :
1. Bagi peneliti diugunakan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai
derajat Strata 1 (SI) pada Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi
Pertanian, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
2. Bagi pemerintah Kabupaten Temanggung, penelitian ini diharapkan menjadi
bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan terkait dengan
mengembangkan usahatani tembakau di Kabupaten Temanggung.
3. Bagi civitas akademkia dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dan informasi
untuk penelitian selanjutnya.
4. Bagi masyarakat di sekitar lingkungan penelitian, dapat menambah wawasan
dan ilmu pengetahuan terkait pengembangan usahatani tembakau.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Kelompok Tani
Kelompok merupakan sejumlah individu yang berinteraksi dengan
sesamanya dengan tatap muka atau serangkaian pertemuan, dimana masing-
masing anggota saling menerima presepsi anggota lain dalam suatu waktu tertentu
dan kemudian menimbulkan pertanyaan, yang membuat masing-masing anggota
bereaksi sebagai reaksi individual (Bales,1950).
Kelompok Tani menurut Mardikanto (1993) diartikan sebagai kumpulan
orang-orang tani atau yang terdiri dari petani dewasa (pria/wanita) maupun petani
taruna (pemuda/pemudi) yang terikat secara formal dalam suatu wilayah keluarga
atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh
dan pimpinan seorang kontak tani. Perry dan Perry (Winardi, 2004)
mengemukakan bahwa yang menjadi ciri-ciri suatu kelompok adalah: (1) ada
interaksi antar anggota yang berlangsung secara kontinyu untuk waktu yang relatif
lama; (2) setiap anggota menyadari bahwa ia merupakan bagian dari kelompok,
dan sebaliknya kelompoknyapun mengakuinya sebagai anggota; (3) adanya
kesepakatan bersama antar anggota mengenai norma-norma yang berlaku, nilai-
nilai yang dianut dan tujuan atau kepentingan yang akan dicapai; (4) adanya
struktur dalam kelompok, dalam arti para nggota mengetahui adanya hubungan-
hubungan antar peranan, norma tugas, hak dan kewajiban yang semuanya tumbuh
di dalam kelompok itu.
2.1.2 Peran Kelompok Tani
Pembentukan kelompok tani di dasari oleh minat atau keinginan yang
sama yang dimiliki oleh para petani, meningkatkan kerjasama para petani,
tempat bagi para petani mengahadapi masalah pertanian bersama-sama serta
mempunyai tujuan yang sama antara para petani. Peranan kelembagaan akan
selalu melekat dengan status atau kedudukannya.
Berdasarkan Permentan No.82 tahun 2013 kelompok tani memiliki peran
sebagai berikut :

4
a. Kelas Belajar: Kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi
anggota guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap agar
tumbuh dan berkembang menjadi usahatani yang mandiri sehingga dapat
meningkatkan produktivitas, pendapatan serta kehidupan yang lebih baik.
b. Wahana Kerjasama: Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat
kerjasama baik di antara sesama petani dalam poktan dan antar poktan
maupun dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usahatani
lebih efisien dan lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan,
gangguan serta lebih menguntungkan.
c. Unit Produksi: Usahatani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota
poktan secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha
yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomis usaha, dengan
menjaga kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.
Kelompok tani dibentuk pada dasarnya memiliki beberapa peran, pertama,
yaitu tugas dalam organisasi (interorganizational task) untuk memediasi
masyarakat dan Negara. Kedua, yaitu tugas sumberdaya (resource tasks)
mencakup mobilisasi sumberdaya lokal (tenaga kerja, modal, material, informasi)
dan pengelolaannya dalam pencapaian tujuan masyarakat. Ketiga, yaitu tugas
pelayanan (service tasks) mungkin mencakup permintaan pelayanan yang
menggambarkan tujuan pembangunan atau koordinasi permintaan masyarakat
local. Kempat, yaitu tugas antar organisasi (extraorganizational task) memerlukan
adanya permintaan lokal terhadap birokrasi atau organisasi luar masyarakat
terhadap campur tangan oleh agen-agen luar (Esman dan Uphoff dalam
Garkovich, 1989).
Peranan suatu lembaga akan berkaitan dengan kinerjanya. Kinerja
merupakan tingkat pencapaian suatu lembaga atau organisasi. Rummler dan
Brache (1995) dalam Nasucha (2004) membagi kinerja pada tiga parameter:
1. Tingkat organisasi, dengan variabel kinerjanya adalah strategi, tujuan, dan
pengukuran organisasi secara luas, struktur organisasi, dan penyebaran
sumber daya.
2. Tingkat proses, yaitu bagaimana pekerjaan itu dilakukan. Variabel
kinerjanya adalah proses pelayanan kebutuhan pelanggan efisien dan efektif,

5
tujuan proses, dan pengukuran proses yang digerakkan oleh kebutuhan
pelanggan dan kebutuhan organisasi.
3. Tingkat pekerja atau pelaksana, variabel kinerjanya adalah promosi jabatan,
pertanggungjawaban pekerja, standar pekerjaan, umpan balik, penghargaan,
dan latihan.
Menurut Dimyati (2007) permasalahan yang masih melekat pada sosok
petani dan kelembagaan petani di indonesia adalah (1) masih minimnya wawasan
dan pengetahuan petani terhadap masalah manajemen produksi maupun jaringan
pemasaran, (2) belum terlibatnya secara utuh petani dalam kegiatan agribisnis.
Aktivitas petani masih terfokus pada kegiatan produksi (on farm), (3) peran dan
fungsi kelembagaan petani sebagai wadah organisasi petani belum berjalan secara
optimal.
2.1.3 Peran Kelompok Tani sebagai Media Penyuluhan
Gagne (1970), mengatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen
dalam lingkungan sasaran yang dapat merangsang untuk belajar. Sedangkan
penyuluhan berasal dari kata suluh yaitu sesuatu yang digunakan untuk memberi
penerang. Jadi media penyuluhan adalah suatu benda yang dikemas sedemikian
rupa untuk memudahkan penyampaian materi kepada sasaran, agar sasaran dapat
menyerap pesan dengan mudah dan jelas.
Dalam proses komunikasi pada penyuluhan diperlukan media penyuluhan
yaitu saluran yang dapat menghubungkan penyuluh dengan materi penyuluhannya
dengan petani yang memerlukan pengetahuan. Kelompok adalah dua individu
atau sekelompok individu yang saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai
tujuan. Dengan metode penyuluhan kelompok, tahap kesadaran dan tahap minat
akan diarahkan menjadi tahap menilai dan mencoba. Petani dalam kegiatan ini
diajak dan dibimbing serta diarahkan secara berkelompok untuk melaksanakan
suatu kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerjasama (Samsudin, 1977).
Posisi kelompok tani sebagai media penyuluhan adalah bahwa kelompok
tani merupakan wadah sekaligus sasaran utama dalam kegiatan penyuluhan
pertanian. Kelompok tani merupakan wadah atau tempat belajar, bekerjasama,
berproduksi dan melakukan usaha-usaha/bisnis. Peran kelompok tani sebagai
media penyuluhan memiliki fungsi yang sama seperti peran kelompok tani

6
biasanya yaitu memiliki fungsi kelompok sebagai unit belajar, unit kerjasama, dan
unit produksi. Penjelasan mengenai fungsi kelompok tani dijabarkan oleh Hariadi
(2011) sebagai berikut:
1. Kelompok tani sebagai unit belajar
Kelompok tani sebagai Kelas belajar/Unit belajar yaitu melakukan
kegiatan-kegiatan seperti pertemuan rutin, mengundang narasumber,
mengikuti kursus, melakukan kegiatan yang berguna bagi petani, baik
dilaksanakan oleh petani sendiri maupun pemerintah swasta seperti pameran,
pekan tani, temu asaha.
2. Kelompok tani sebagai wahana atau unit kerjasama
Agar fungsi kelompok sebagai wahana kerjasama dapat berlangsung
dengan baik, dalam penyuluhan pertanian kelompok tani diarahkan untuk
melakukan kegiatan seperti menetapkan kesepakatan atau ketentuan yang
wajib dilaksanakan oleh seluruh anggota serta sanksi bagi anggota yang
melanggar, melaksanakan pembagian tugas, menghimpun dana untuk kegiatan
yang dilaksanakan kelompok, melaksanakan administrasi kelompok dengan
tertib, melaksanakan kegiatan untuk saling membantu diantara anggota
kelompok, seperti pemupukan modal untuk pengembangan kelompok, simpan
pinjam, selanjutnya melaksanakan kerjasama dengan kelompok lain yang
guna peningkatan usahatani masing-masing, maupun membina kerjasama
dengan pihak ketiga, dan melaksanakan kerjasama kemitraan dengan pihak
lain khususnya perusahaan swasata, BUMN, ataupun BUMD.
3. Kelompok tani sebagai unit produksi dan unit usaha
Agar fungsi kelompok sebagai wahana kerjasama dpaat berlangsung
dengan baik, dalam penyuluhan pertanian kelompok tani diarahkan untuk
melakukan kegiatan seperti merencanakan dan menetapkan pola usahatani,
menyusun rencana usahatani misalnya rencana permodalan, pemasaran,
gerakan bersama, dan lain-lain, selanjutnya melaksanakan kegiatan kooperatif
untuk kepentingan bersama misalnya pengadaan sarana produksi, pemasaran,
pemberantasan hama/penyakit, dan lain-lain. Lalu menyediakan fasilitas untuk
kepentingan bersama, seperti unit pengolahan, kandang kawin, saung
kelompok, dan lain-lain. Kemudian melaksanakan hubungan melembaga

7
dengan koperasi untuk kepentingan kelompok, mengelola administrasi usaha
kelompok. Selanjutnya, apabila ketiga fungsi utama berjalan dengan baik,
maka kelompok tani diarahkan dapat berfungsi sebagai unit usaha/bisnis
dengan melakukan kegiatan seperti menganalisa potensi pasar dan peluang
pengembangan komoditas yang lebih menguntungkan, menganalisis potensi
wilayah untuk pengembangan komoditi yang sesuai dengan permintaan pasar,
memperkuat usaha atau kegiatan bersama di sektor hulu dan hilir, mengelola
usahatani secara komersial dan berkelanjutan, melaksanakan kerjasama
dengan perushaaan swasta, koperasi, BUMN, terakhir yaitu melaksanakan
kegiatan pemupukan modal termasuk membina hubungan dengan lembaga
keuangan atau perbankan.
4. Kelompok tani sebagai kesatuan aktivitas
Departemen Pertanian Republik Indonesia mengkonsepsikan bahwa
kelompok-kelompok tani di Indonesia memiliki fungsi-fungsi sebagai unit
belajar, unit kerjasama, dan unit produksi bila ketiga unit tersebut dapat
berjalan dengan baik, maka kelompok tani dikembangkan menjadi suatu unit
usaha. Dalam hal ini, kelompok tani sebagai satu wadah atau organisasi
memiliki aktivitas sesuai dengan fungsi-fungsi kelompok yang aktivitas satu
dengan lainnya saling berkaitan.
Hariadi (2011) mengungkapkan “Sebagai unit belajar, anggota kelompok
tani memperoleh inovasi dari penyuluh atau sumber lain. Sebagai unit kerjasama,
anggota kelompok tani melaksanakan kerjasama dalam rangka penerapan inovasi
yang diperoleh dari proses belajar. Sebagai unit produksi, anggota kelompok tani
mekasanakan kegiatan pertanian untuk memperoleh produksi guna meningkatkan
pendapatannya. Kemudian sebagai unit usaha, anggota kelompok tani
mengembangkan usahanya dan usaha kelompok untuk meningkatkan
kesejahteraan anggota dan masyarakat. Meskipun kelompok tani memiliki tiga
fungsi utama (unit belajar, unit kerjasama, dan unit produksi), yang bila ketiga
fungsi utama tersebut dapat berhasil dan dikembangkan ke fungsi unit usaha,
namun fungsi-fungsi tersebut dalam aktivitasnya saling berkaitan antara satu
dengan yang lainnya”

8
2.1.4 Pengembangan Usahatani Tembakau
Pengembangan usaha merupakan tugas dan proses untuk meningkatkan
peluang pertumbuhan usaha dengan melakukan strategi dan implementasi dari
peluang pertumbuhan usaha sehingga menghasilkan keuntungan. Menurut Afuah
(2004) Pengembangan usaha merupakan sekumpulan aktifitas yang dilakukan
untuk menciptakan dengan cara mengembangkan dan mentransformasi berbagai
sumber daya menjadi barang/jasa yg diinginkan konsumen. Sedangkan Kegiatan
usahatani meliputi sub sektor kegiatan ekonomi pertanian tanaman pangan,
perkebunan tanaman keras, perikanan dan peternakan yang merupakan usahatani
yang menghasilkan produksi. Untuk lebih menjelaskan pengertian usahatani dapat
diikuti dari definisi yang dikemukakan oleh Soekartawi (1996) mendefinisikan
usahatani sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan
sumberdaya yang ada secara afektif dan efisien untuk tujuan memperoleh
keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Sedangkan Mubyarto (1986)
mengemukakan bahwa usahatani adalah himpunan sumber-sumber alam yang
terdapat pada sektor pertanian itu diperlukan untuk produksi pertanian, tanah dan
air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan di atas tanah dan sebagainya, atau
dapat dikatakan bahwa pemanfaatan tanah untuk kebutuhan hidup.
Suratiyah (2008) mengklasifikasi usahatani menurut corak dan sifat,
organisasi, pola, serta tipe usahatani. Penjelasannya seperti dibawah ini:
1. Corak dan sifat
Menurut corak dan sifat dibagi menjadi dua yaitu komersial dan subsitence.
Usahatani komersial telah memperhatikan kualitas dan kuantitas prosuk
sedangkan usahatani substitence hanya memenuhi kebutuhan sendiri.
2. Organisasi
Menurut organisasinya usahatani dibedakan menjadi 3 (tiga) yakni,
individual, kolektif dan kooperatif.
a. Usaha individual ialah usahatani yang seluruh proses dikerjakan oleh
petani beserta keluarganya mulai dari perencanaan, mengolah tanah,
hingga pemasaran yang ditentukan sendiri.
b. Usaha kolektif ialah usahatani yang seluruh proses produksinya
dikerjakan bersama oleh suatu kelompok kemudian hasilnya dibagi dalam

9
bentuk natura maupun keuntungan. Contoh usaha kolektif yang pernah
ada di Indonesia yaitu Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI).
c. Usaha kooperatif ialah usahatani yang tiap prosesnya dikerjakan secara
individual, hanya pada beberapa kegiatan yang dianggap penting
dikerjakan oleh kelompok, misalnya pemberian saprodi, pemberentasan
hama, pemasaran hasil, dan pembuatan saluran. Contoh usahatani
kooperatif yaitu PIR (Perkebunan Inti Rakyat). PIR merupakan bentuk
kerjasama antara perkebunan rakyat dengan perkebunan besar.
3. Pola
Menurut polanya usahatani dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu :

a. Usahatani khusus ialah usahatani yang mengusahakan satu cabang


usahatani saja. misalnya usahatani peternakan, usahatani perikanan,
dan usahatani tanaman pangan.
b. Usaha tidak khusus ialah usahatani yang mengusahakan beberapa
cabang usaha bersama-sama, tetapi dengan batas yang tegas.
c. Usahatani campuran ialah usahatani yang mengusahakan beberapa
cabang secara bersama-sama dalam sebidang lahan tanpa batas yang
tegas, contohnya tumpang sari dan mina padi.
4. Tipe
Menurut tipenya, usahatani dbagi menjadi beberapa macam berdasarkan
komoditas yang diusahakan, mislnya usahatani ayam, usahatani kambing,
usahatani jagung, Tiap jenis ternak dan tanaman dapat merupakan tipe
usahatani.
Pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten Temanggung melalui
peran kelompok tani harus mendapat perhatian khusus, hal ini dikarenakan setiap
petani sudah mempunyai kelompok tani masing-masing dan sebagian besar
penduduk Temanggung melakukan aktivitas pertanian, khususnya pertanian
tembakau. Adanya berbagai peluang usaha yang dapat dilakukan petani tembakau
di Kabupaten Temanggung, tentunya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan
petani sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rumah tangga tani.
Tembakau merupakan komoditas tradisional yang menjadi bahan baku
utama industri rokok yang memiliki peranan ekonomi sangat strategis sebagai

10
penghasil devisa yang mendatangkan cukai dan pajak serta menunjang kehidupan
bagi lebih dari 16 juta jiwa dan menyerap tenaga kerja lebih dari 4 juta orang.
Tembakau Temanggung sesuai ditanam di daerah dengan ketinggian 400 m dpl.
sampai dengan 1.500 m dpl., curah hujan antara 2.200–3.100 mm/ tahun dengan
8–9 bulan basah dan 3–4 bulan kering. Tanah yang sesuai untuk tembakau adalah
tanah yang gembur, remah, drainase baik, dan mudah mengikat air serta pH
sekitar 5,5–6,5. Potensi areal tembakau Temanggung sekitar 9.326 ha dengan
produksi 9.496 ton. Hampir semua industri rokok keretek membutuhkan
tembakau Temanggung, namun demikian produksinya masih tergolong rendah
yaitu hanya 0,5 ton per hektar. Oleh karena itu penerapan teknologi budidaya
yang tepat perlu dilakukan untuk meningkatkan produksi dan mutu tembakau
Temanggung. (Hidayati dan Supriyadi, 2017)
Untuk mengembangkan usahatani tembakau, diperlukan modal, sarana
produksi pertanian yang memadai, dan juga pemasaran yang baik.
1. Modal
Gilarso (1993), menyatakan bahwa dalam ilmu ekonomi istilah modal
(capital, capital goods) sebagai faktor produksi menunjuk pada segala sarana
dan prasarana (selain manusia dan pemberian alam) yang dihasilkan untuk
digunakan sebagai masukan (input) dalam proses produksi, seperti bangunan
dan konstruksi, alat dan mesin, serta tambahan pada persediaan.
2. Sarana Produksi Pertanian (SAPROTAN)
Sarana produksi pertanian adalah segala jenis peralatan, perlengkapan dan
fasilitas pertanian yang berfungsi sebagai alat utama atau pembantu dalam
pelaksanaan produksi pertanian.Sarana produksi pertanian dapat
dikelompokkan berdasarkan peranan, kegunaan dan sifatnya.
Berdasarkan peranannya maka Saprotan dapat dibedakan menjadi :
a. Alat yaitu barang yang dapat digunakan berulang-ulang sebagai alat
pendukung pada berbagai tahapan pelaksanaan kegiatan usaha pertanian
antara lain : alat pengolah tanah, alat penanaman, alat pengedali OPT,
alat pemanen dan lain-lain.
b. Bahan yaitu barang yang diperlukan sebagai bagian dari komponen
setiap tahapan proses produksi, sehingga sifat penggunaannya habis

11
pakai antara lain : benih, pupuk, pestisida, zat pengatur tumbuh (ZPT),
ameliorant dan lain-lain.
3. Pemasaran
Pemasaran secara umum didefinisikan sebagai pemindahan barang atau jasa
dari produsen ke konsumen. Menurut Hanafie (2010) pemasaran juga dapat
diartikan sebagai proses sosial dan manajerial yang dalam hal ini individu
atau kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginannya dengan
menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang bernilai satu sama
lain. Sedangkan menurut Basu dan Hani (2004) Pemasaran adalah sistem
keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan
barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang
ada maupun pembeli potensial.
Kegiatan teknik budidaya tembakau meliputi beberapa jenis kegiatan
dengan urutan sebagai berikut.
1. Pembibitan, yaitu kegiatan untuk menyiapkan bahan pertanaman.
Benih tembakau berukuran sangat kecil sehingga bedangan harus dibuat
secermat mungkin. Lahan dicangkul 2-3 kali agar tanah cukup gembur dan
cukup terkena sinar matahari dan angin. Kemudian dibuat bedengan setinggi
20-30 cm dan membujur ke utara-selatan. Panjang bedengan 5 m dan lebar 1
m. Bedengan diberi atap yang terbuat dari jerami, alang-alang, daun kelapa
atau plastik yang dapat dibuka dn ditutup. Benih ditabur sekitar 2g/10m2
bedengan. Penaburan benih dapat secara kering dicampur dengan pasir atau
abu dapur. Kemudian bedengan ditutup dengan pasir tidak lebih dari 2 mm.
Penyiraman merupakan satu hal penting untuk perawatan pesemaian.
Penyiraman dapat dilakukan secara teratur pagi dan sore sejak benih ditabur.
Setelah bibit berumur 2-3 minggu, atap perlu dibuka pada pagi hari dan
ditutup pada siang hari. Dan pada saat lebar daun sudah 5 cm maka atap
dibuka sepanjang hari. Bibit dapat dipidah setelah umur 35-50 hari.
2. Pengolahan lahan merupakan kegiatan untuk menyiapkan media tumbuh
tanaman.

12
Pengolahan lahan dimulai dengan cara pembabatan jerami di sawah atau
pemabatan tunggul-tunggul pohon tegalan. Pengolahan tanah dapat
menggunakan bajak atau cangkul saat tanah masih mengandung cukup
banyak air. Setelah dibajak tanah langsung digulud dan siap ditanami.
3. Penanaman yang meliputi pengaturan jarak tanam, pembuatan lubang tanam
dan penanaman.
Penanaman tembakau ditentukan oleh waktu panen. Misalnya, masa panen
tembakau terjadi pada pertengahan bilan agustus hingga pertengahan bulan
september, penanaman dilakukan peda bulan juni. Namun, untuk tembakau
gunung yang tergantung hujan , saat penanaman sebaiknya di ajukan pada
bulan mei. Tanaman dapat menghasilkan tembakau mutu tinggi jika paling
dikit 1 bulan menjelang panen tidak terkena hujan dan cuaca cerah sampai
saat panen.
4. Pemeliharaan tanaman yang meliputi penyiraman, penyiangan (pengendalian
gulma dan penggemburan), pengendalian hama dan penyakit, pemupukan
dan pewiwilan.
Penyulaman dilakukan maksimal sampai usia tanam 1- 3 minggu, tanaman
yang mati atau tumbuh buruk diganti dengan yang baru. Penyiangan dan
pembubunan dilakukan setiap 3 minggu sekali. Pemupukan diberikan secara
berkala pada tanamanagar nutrisi tetap terjaga. Pemupukan yang dilakukan
pada saat tanam diberikan SP-36 (300 kg/ha), umur 7 hari setelah tanam
diberikan diberikan Urea/ZA dan KCL (300 kg/ha:150 kg/ha), umur 28 hari
setelah tanam diberikan Urea/ZA dan KCL (300 kg/ha:150 kg/ha. Pengaraian
juga sangat perlu untuk diperhatikan. Pengairan tembakau pada umur 7 hari
setelah tanam dengan dosis 1-2 ilter air/tanaman, pada umur 7-25 hari setelah
tanam dengan dosis 3-4 liter/tanaman, pada umur 25-30 hari setelah tanam
dengan dosis 4 liter/tanaman, pada umur 45 hari setelah tanam dengan dosis 5
lt/tanaman setiap 3 hari, pada umur 65 hari setelah tanam penyiraman
dihentikan, kecuali bila cuaca sedang panas. Setiap 3 hari sekali dilakukan
pemangkasan tunas ketiak daun dan bunga, saat bunga mekar pangkas daun
3-4 lembar yang tepat di bawah bunga. Tanaman tembakau dipantau secara
berkala dan hindarkan dari serangan hama penyakit, jika sudah tersereng

13
maka gunakan pestisida alami maupun sintetik yang sesuai dan dengan dosis
yang tepat.
5. Panen dan penanganan lepas panen hingga hasil tembakau dipasarkan.
Tembakau dipanen dalam waktu relatif singkat dibandingkan dengan
tanaman perkebunan lainnya. Pemanenan tergantung warna daun, waktu
pemanenan, dan teknik pemanenan. Secara umum tembakau dipanen satu kali
untuk seluruh daun. Daun tembakau dipetik jika telah cukup masak. Ciri daun
yang cukup masak ditandai dengan perubahan warna hijau kekuningan dan
ujung daun melengkung dan sedikit mengering pada ujung. Jika daun kurang
atau kelewat masak akan mempengaruhi mutu dari tembakau. Oleh karena
itu, panen dilakukan bertahap sesuai dengan tingkat kemasakan daun.
Pemetikan dilakukan pada pagi hari setelah embun menguap atau sore hari.
Hasil pemetikan harus langsung dibawa ke tempat teduh atau di gedung
penglahan dengan hati-hati untuk meminimalisasi kerusakan yang
mengakibatkan kerusakan secara mekanis, fisik maupun fisiologi. Setelah
dilakukan sortasi awal berdasarkan kualitasnya, proses selanjutnya adalah
pengeringan (curing). Berdasarkan tujuan dan jenis pengeringannya, ada
empat cara pengeringan yaitu air curing, sun curing, flue curing, fire/smoke
curing. Tembakau yang dikeringkan dengan cara air curing umumnya jenis
tembakau cerutu yang dikerjakan oleh rakyat. Pengeringan dengan cara “sun-
curing” biasanya dilakukan pada tembakau jenis turki atau tembakau pipa
lumajang. Sistem pengeringan flue curing biasanya digunakan pada tembakau
virginia. Dan cara pengeringan dengan cara fire/smoke curing biasanya
dilakukan apabila kondisi cuaca tidak mendukung untuk melakukan
pengeringan dengan cara sun curing.
2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peran Kelompok Tani sebagai
Media Penyuluhan dalam Pengembangan Usahatani Tembakau
Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi Peran kelompok tani sebagai
media penyuluhan dalam pengembangan usahatani tembakau ditinjau dari
penelitian terdahulu. Adapun hasil dari penelitian tersebut yang disajikan pada
Tabel 2.1.

14
Tabel 2.1 Penelitian terdahulu tentang peran kelompok tani
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Faktor-faktor yang
mempengaruhi
peran kelompok
tani
1. Sugianto (2005) Peran kelompok tani dalam Luas lahan garapan,
program peningkatan mutu motivasi,
intensifikasi padi di kepemimpinan,
DesaArgodadi Kecamatan intensitas kehadiran
Sedayu Kabupaten Bantul dalam penyuluhan
2. Anggia Peranan Kelembagaan sikap petani dan
Vindriasari (2013) Kelompok Tani Dalam peran ketua
Adopsi Teknologi Budidaya kelompok
Bawang Merah Di Lahan
Pasir Pantai Kecamatan
Sanden Kabupaten Bantul
3. Lolok Sugiantoro Pengaruh peran kelompok Motivasi petani dan
(2005) taniterhadap motivasi petani peran PPL
dalam budidaya padi sawah
di kecamatan sragen
kabupaten sragen
4. Dwiyanto (2010) Pengaruh Peran Kelompok Kepemimpinan, usia
Tani terhadap Motivasi anggota kelompok,
Petani dalam Budidaya Padi respon anggota
Sawah di Kecamatan Sragen
Kabupaten Sragen
Sumber : Perpustakaan Pertanian UGM

Berdasarkan Tabel 2.1 dapat diambil kesimpulan bahwa beberapa faktor


yang mempengaruhi peran adalah sebagai berikut:
a. Umur
Umur akan mempengaruhi kondisi fisik, mental, kemampuan kerja, dan
tanggung jawab seseorang. Umur merupakan salah satu faktor yang
menentukan kecenderungan petani dalam mengolah informasi. Umumnya
petani dalam usia muda lebih aktif dalam menangkap informasi terbaru
terkait praktik-praktik pertanian atau usahataninya dibanding petani yang
sudah berusia tua (Padmo,2000).

15
b. Pendidikan
Tingkat pendidkan adalah lamanya petani dalam menempuh jenjang
pendidikan formal. Pendidikan akan meningkatkan pengetahuan sesorang
yang berhubungan dengan pekerjaan yang ditekuninya (Sari,2013).
c. Luas Lahan
Luas lahan adalah besaran luas lahan yang digunakan oleh petani dalam
melakukan kegiatan budidaya tembakau. Lahan yang semakin luas
mendorong petani untuk lebih cepat dalam pengambilan keputusan dalam
rangka bergerak untuk meningkatkan produksi usahataninya.
d. Sikap
Sikap didefinisikan sebagai tanggapan yang diberikan seseorang ketika ada
suatu stimulus dari lingkungan. Tanggapan tersebut akan melahirkan suatu
kesiapan untuk bereaksi dengan rangsangan tersebut (Azwar, 2005). Sikap
menurut Ahmadi (2007) dipengaruhi oleh tiga aspek. Pertama yaitu Aspek
kognitif yaitu berhubungan dengan gejala mengenal pikiran. kedua Aspek
afektif merupakan proses yang menyangkut perasan-perasaan tertentu
contohnya ketakutan, kedengkian, simpati, antisipasi, dan sebagainya yang
ditujukan kepada objek tertentu., katiga yaitu Aspek konatif merupakan
proses kecenderungan untuk berbuat suatu objek. Contohnya kecenderungan
untuk memberikan pertolongan, menjauhkan diri, dan sebagainya.
e. Motivasi
Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung kinerja
seseorang. Adanya motivasi yang diterima oleh seseorang akan
menimbulkan suatu dorongan untuk bertindak/melakukan sesuatu dengan
maksimal. Motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang (intrinsik)
maupun yang berasal dari luar diri seseorang (intrinsik) memberikan
dampak yang sama terhadap diri seseorang.
f. Keaktifan anggota
Keaktifan anggota adalah banyaknya intensitas bertemu dan keterlibatan
anggota dalam mengikuti setiap kegiatan tertentu yang dilakasankan oleh
organisasi atau kelompok, keaktifan anggota dalam kelompok tani
ditentukan dengan seberapa sering keterlibatan anggota kelompok dalam

16
mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok tani, semakin sering
intensitas keterlibatan anggota, partisipasi dalam menyumbang ide dan
tenaga dalam kelompok maka tingkat keaktifan anggota semakin tinggi.
g. Peran Ketua kelompok Tani
Ketua kelompok tani merupakan pemimpin yang menjadi panutan dan
memiliki wewenang dalam pengambilan keputusan dalam kelompok. Selain
itu ketua diibaratkan sebagai simbol dari suatu organisasi. Apabila perilaku,
sikap, dan peran ketua baik maka akan menajdi role model atau panutan
yang ditiru oleh para anggotannya. Dengan demikian peran ketua
diharapkan mampu memberikan atmosfer positif dalam mengelola dan
menjalankan kepengurusan dalam kelompok.

2.2 Kerangka Pemikiran


Budidaya tembakau masih sering dilakukan masyarakat Temanggung.
Komoditas ini masih tetap menjadi unggulan. Sebanyak 14 kecamatan dari 20
kecamatan menanam tembakau untuk dibudidayakan. Tembakau merupakan
komoditas tradisional yang menjadi bahan baku utama industri rokok yang
memiliki peranan ekonomi sangat strategis sebagai penghasil devisa yang
mendatangkan cukai dan pajak serta menunjang kehidupan bagi lebih dari 16 juta
jiwa dan menyerap tenaga kerja lebih dari 4 juta orang. Kabupaten Temanggung
berpotensi untuk lebih mengembangkan khas komoditasnya yaitu tembakau.
Namun pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki petani dalam pengembangan
usahatani tembakau masih belum optimal, selain itu petani cenderung pasif dalam
mengikuti kegiatan yang diadakan oleh kelompok tani. kelompok tani yang
berperan sebagai media belajar, media kerjasama dan unit produksi untuk
meningkatkan pengetahuan, keaktifan dan keterampilan petani masih belum
dilaksankan secara maksimal.
Dalam melakukan usahatani tembakau Temanggung para petani tembakau
memiliki beberapa masalah, yaitu menurunnya produktifitas tembakau karena
tingkat kesuburan tanah turun, meningkatnya biaya usahatani karena degradasi
daya dukung lahan, naik turunnya harga pasar, struktur pasar yang struktur pasar
yang monopsonistik, pengaruh faktor iklim, dan serangan organisme hama

17
penyakit tanaman. Untuk mengatasi masalah yang ada agar budidaya tembakau
tetap berkambang dipengaruhi oleh perilaku dan peran dari pihak pelaksana yang
diwadahi oleh kelompok tani.
Berdasarkan uraian tentang berbagai faktor yang diduga mempengaruhi
peran kelompok tani dalam pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten
Temanggung, dapat dirumuskan suatu kerangka pemikiran penelitian yang
dijelaskan dalam Gambar 2.1.

Faktor Peran Kelompok Tani Faktor Eksternal


Internal Sebagai Media 1. Luas lahan
1. Umur Penyuluhan 2. Keaktifaan
2. Pendidikan 1. Unit Belajar Anggota
3. Sikap 2. Unit Produksi 3. Peran Ketua
4. Motivasi 3. Unit Kerjasama Kelompok

Pengembangan Usahatani
Tembakau oleh Petani
1. Modal
2. SAPROTAN
3. Pemasaran

Keterangan :
= Garis Pengaruh
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

2.3 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga semakin tinggi peran kelompok tani sebagai media penyuluhan,


meningkatkan pengembangan usahatani tembakau oleh petani. secara rinci
adalah sebagai berikut:
a. Semakin tinggi peran kelompok tani sebagai unit belajar, meningkatkan
pengembangan usahatani tembakau oleh petani.

18
b. Semakin tinggi peran kelompok tani sebagai unit produksi, meningkatkan
pengembangan usahatani tembakau oleh petani.
c. Semakin tinggi peran kelompok tani sebagai unit kerjasama,
meningkatkan pengembangan usahatani tembakau oleh petani.
2. Diduga dalam pengembangan usahatani tembakau di kabupaten Temanggung
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang diduga
mempengaruhi pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten Temanggung
yaitu umur, pendidikan, sikap, motivasi. faktor eksternal yang diduga
mempengaruhi pengembangan usahatani tembakau yaitu luas lahan,
keaktifaan anggota, peran ketua.
a. Diduga semakin muda umur anggota kelompok tani, maka semakin
tinggi pengembangan usahatani tembakau.
b. Diduga semakin tinggi tingkat pendidikan anggota kelompok tani, maka
semakin tinggi pengembangan usahatani tembakau.
c. Diduga semakin positif sikap kelompok tani, maka semakin
tinggi pengembangan usahatani tembakau.
d. Diduga semakin kuat motivasi kelompok tani, maka semakin tinggi
pengembangan usahatani tembakau.
e. Diduga semakin luas lahan yang dimiliki anggota kelompok tani, maka
semakin tinggi pengembangan usahatani tembakau.
f. Diduga semakin tinggi keaktifan anggota kelompok tani, maka semakin
tinggi pengaruhnya terhadap pengembangan usahatani tembakau.
g. Diduga semakin besar peran ketua kelompok tani, maka semakin tinggi
pengembangan usahatani tembakau

19
III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Dasar


Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran cermat mengenai
keadaan atau fenomena sosial tertentu. Menurut Singarimbun dan Effendi (1982)
metode deskriptif adalah suatu metode yang memiliki tujuan untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual.

3.2 Metode Pengambilan Sampel


3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah Kabupaten Temanggung. Lokasi dalam
penelitian ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa
Kabupaten Temanggung merupakan salah satu daerah yang sangat potensial untuk
kegiatan budidaya tembakau. Sampel yang diambil meliputi sampel kecamatan,
sampel desa, sampel kelompok tani dan anggota kelompok tani. Untuk
memperjelasnya, sampel-sampel yang diambil diuraikan sebagai berikut:
3.2.2 Sampel Kecamatan
Dari Kabupaten Temanggung dipilih secara purposive yaitu Kecamatan
Bansari. Kecamatan Bansari dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
sebagai berikut: (1) Termasuk salah satu kecamatan dari 20 kecamatan di
Kabupaten Temanggung yang memiliki produktivitas hasil tembakau yang tinggi,
yaitu sebesar 0,59 ton/hektar. (2) Poduktivitas tinggi tersebut diduga karena peran
kelompok tani yang cukup besar sebagai media penyuluhan. (3) Kecamatan
Bansari memiliki 13 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dengan jumlah
kelompok tani dewasa sebanyak 48 kelompok.
3.2.3 Sampel Desa
Pengambilan sampel Desa dilakukan dengan metode sampling purposive
yaitu desa yang memiliki luas lahan terbesar dan memiliki produktivitas tinggi
untuk kegiatan usahatani tembakau. Sampel desa di Kecamatan Bansari yang
dipilih adalah Desa Bansari, Desa Purborejo, Desa Candisari, Desa Meranggen
Tengah, dan Desa Meranggen Kidul.

20
3.2.4 Sampel Kelompok Tani dan Anggota Kelompok Tani
Dari masing-masing 1 (satu) sampel desa diambil kelompok tani
menggunakan metode simple random sampling. Setelah 1 (satu) kelompok tani
diambil pada masing-masing desa, diambil lagi 12 orang sampel anggota
kelompok tani dari masing- masing sampel kelompok tani secara simple random
sampling sehingga total responden sebanyak 60 petani.
Untuk memperjelas metode pengambilan sampel dalam penelitian ini
dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Kabupaten Temanggung

Kecamatan Bansari

Desa Desa Desa Desa Desa


Bansari Meranggen Meranggen Candisari Purborejo
Kidul Tengah

Kelompok Kelompok Kelompok


Kelompok
Tani Kelompok Tani Tani Tani Maju
TaniAgro
Bhumi Widodorohayu Agrotani I Makmur 2
12
Asih Agro

12 Petani 12 Petani 12 Petani 12 Petani 12 Petani

Gambar 3.1 Metode Pengambilan Sampel

3.3 Jenis dan Sumber Data


3.3.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari responden secara langsung
atau data yang dihimpun dari hasil pengamatan langsung dan wawancara terhadap
obyek yang diamati.

21
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dihimpun dari instansi-instansi yang
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan

3.4 Metode Pengumpulan Data


3.4.1 Metode Wawancara
Metode wawancara merupakan cara pengumpulan data pada obyek
penelitian dengan mengadakan tanya jawab secara langsung kepada responden
dengan menggunakan daftar pertanyaan berupa kuesioner yang telah dipersiapkan.
Teknik wawancara ini digunakan untuk memperoleh data primer
3.4.2 Metode Observasi
Observasi merupakan kegiatan pengamatan secara langsung dengan
menggunakan indera pengelihatan tanpa mengajukan pertanyaan-pertanyaan
(Soehartono, 2011). Kegiatan observasi yang dilakukan termasuk observasi
takpartisipan, yaitu pengamat berada di luar subyek yang diamati dan tidak ikut
dalam kegaiatan-kegiatan yang mereka lakukan.
3.4.3 Metode pencatatan
Metode pencatatan dilakukan dengan mencatat data-data penting yang
berhubungan dengan penelitian pada instansi terkait yang ada kaitannya dengan
penelitian yang dilaksanakan. Teknik pencatatan ini digunakan untuk memperoleh
data sekunder.
3.4.4 Metode Studi Pustaka
Metode studi pustaka bertujuan untuk memperleh data sekunder literatur
yang berhubungan dengan penelitian terdahulu maupun pustaka mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi pengembangan usahatani tembakau. Kepustakaan
yang digunakan pada penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data sekunder
yang berkaitan dengan studi pustaka dari buku, jurnal, skripsi, dan sumber-sumber
lainnya.

22
3.5 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah :
3. Penelitian ini dilakukan pada kondisi petani tahun 2017 di Desa Bansari,
Desa Purborejo, Desa Candisari, Desa Meranggen Tengah, Desa
Meranggen Kidul, yang terletak di Kecamatan Bansari, Kabupaten
Temanggung, Jawa Tengah.
2. Petani yang diteliti adalah petani yang membudidayakan tanaman
tembakau baik yang mempunyai lahan sendiri maupun sewa/sakap.
3. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pengembangan usahatani
tembakau di Kabupaten Temanggung yaitu umur, pendidikan, luas lahan,
sikap, motivasi, keaktifaan anggota, dan peran ketua.
3.6 Konseptualisasi dan Pengukuran Variabel
Untuk mempermudah pengujian yang akan diteliti maka dibuat
konseptualisasi dan pengukuran untuk setiap variabel uji sebagai berikut :
1. Petani dalam penelitian merupakan orang yang melakukan usahatani
tembakau dan menjadi anggota kelompok tani.
2. Kelompok tani adalah kumpulan petani yang terbentuk berdasarkan
keakraban dan keserasian serta kebersamaan kepentingan dalam
memanfaatkan sumberdaya pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan
anggotanya. Dalam hal ini adalah kelompok tani yang membudidayakan
tanaman tembakau yang ada di Kecamatan Bansari Kabupaten
Temanggung.
3. Umur adalah selisih antara tahun penelitian dengan tahun kelahiran petani
pembudidaya tembakau di Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung.
Diukur dengan tahun.
4. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah
ditempuh petani pembudidaya tembakau di Kecamatan Bansari
Kabupaten Temanggung. Diukur dengan tahun lamanya petani
menempuh pendidikannya.
5. Luas lahan adalah besarnya lahan yang dikelola dan diolah oleh petani,
yang menjadi salah satu tolak ukur dalam meningkatkan produktivitas
pertanian. Diukur dengan satuan luas.

23
6. Peran kelompok tani adalah seberapa jauh kelompok tani dalam
menjalankan perannya sebagai media belajar, media kerjasama dan
mendukung unit produksi sesuai dengan norma/peraturan yang berlaku
dalam kelembagaan. Pengukuran dilakukan menggunakan skoring dengan
skala Likert.
7. Peran kelompok tani sebagai media penyuluhan yaitu posisi kelompok
tani sebagai media penyuluhan bahwa kelompok tani merupakan wadah
sekaligus sasaran utama dalam kegiatan penyuluhan pertanian. Kelompok
tani merupakan wadah atau tempat belajar, bekerjasama, berproduksi dan
melakukan usaha-usaha/bisnis.
a. Sebagi media belajar artinya bahwa kelompok tani berperan
sebagai tempat untuk menimba ilmu bagi petani dan tempat
berdiskusi tentang masalah-masalah yang dihadapi petani. Variabel
ini menggunakan alat bantu skoring dengan skala likert.
b. Sebagai unit produksi artinya kelompok tani membantu dalam
kegiatan produksi petani saperti penyediaan sarana produksi
maupun perencanaan kegiatan usahatani. Variabel ini
menggunakan skoring dengan skala likert.
c. Sebagai unit kerjasama artinya bahwa kelompok tani bekerjasama
dengan petani dalam hal kegiatan usahatani dan bekerjsama dalam
hal pemasaran produk petani. Variabel ini menggunakan skoring
dengan skala likert.
Terdapat beberapa kategori dimana tingkat peran kelompok tani
tergolong ke dalam kategori tidak pernah apabila besaran tingkat peran
kelompok tani antara 0-20% dari skor total, tingkat peran kelompok tani
tergolong jarang apabila besaran tingkat peran kelompok tani berkisar antar
20-40% dari skor total, tingkat peran kelompok tani tergolong kadang-
kadang apabila besaran tingkat peran kelompok tani berkisar antar 40-
60% dari skor total, tingkat peran kelompok tani tergolong sering apabila
tingkat peran kelompok tani berkisar antar 60-80% dari skor total. Apabila
skor tingkat peran kelompok tani berkisar 80-100% dari skor total maka

24
tingkat peran kelompok tani tergolong pada kategori selalu. Kategori skor
tingkat peran kelompok tani dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Kategori Skor Peran Kelompok Tani

No. Variabel Kategori Skor Total(%)


0% 20% 40% 60% 80% 100%
1. Peran
Kelompok TP JR KD SR SL
Tani

8. Sikap petani adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan petani yang


kurang lebih bersifat permanen tentang aspek-aspek tertentu dalam
pengembangan usahatani tembakau. Sikap yang diteliti yaitu terhadap
kegiatan kelompok tani untuk pengembangan usahatani tembakau di
Kabupaten Temanggung. Komponen pengukuran sikap anggota
kelompok tani menggunakan skema Triadik, yaitu komponen kognitif
(pengetahuan), afektif (emosional/perasaan) dan konatif (kecenderungan
bertindak). Pengukuran dilakukan menggunakan skoring dengan skala
Likert. Besaran tersebut dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori,
yaitu sikap tergolong sangat tidak setuju (STS) bila besaran skor sikap 0-
20% dari skor total, sikap tergolong tidak setuju (TS) bila besaran skor
20-40%, sikap tergolong ragu-ragu (R) bila besaran skor sikap anatara
40-60%, sikap tergolong setuju (S) bila skor sikap antara 60-80% dan
sikap tergolong sangat setuju (SS) bila skor sikap antara 80-100%.
Kategori skor sikap dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kategori Skor Total Sikap

No. Variabel Kategori Skor Total(%)


0% 20% 40% 60% 80% 100%
1. Sikap
STS TS R S SS

9. Motivasi petani adalah dorongan yang berasal dari dalam diri petani
untuk melakukan pengembangan usahatani tembakau. Pengukuran
dilakukan menggunakan skoring dengan skala Likert. Motivasi petani

25
tergolong sangat tidak ingin apabila besaran motivasi berkisar antara 0-
20% dari skor total, motivasi petani tergolong tidak ingin apabila
besaran motivasi berkisar antara 20-40% dari skor total, motivasi petani
tergolong ragu-ragu apabila besaran motivasi berkisar antara 40-60%
dari skor total, motivasi petani tergolong sangat ingin apabila besaran
motivasi berkisar antara 80-100%. Kategori motivasi dapat dilihat pada
Tabel 3.3

Tabel 3.3 Kategori Skor Total Motivasi

No. Variabel Kategori Skor Total(%)


0% 20% 40% 60% 80% 100%
1. Motivasi
STI TI R I SI

10. Keaktifan anggota adalah intensitas keterlibatan anggota dalam


mengikuti setiap kegiatan tertentu yang dilakasankan oleh kelompok.
Pengukuran dilakukan menggunakan skoring dengan skala Likert.
Terdapat beberapa kategori dimana tingkat keaktifan anggota tergolong
tidak pernah apabila besaran tingkat keaktifan petani berkisar antara 0-
20% dari skor total, tingkat keaktifan anggota tergolong jarang apabila
besaran tingkat keaktifan berkisar antara 20-40% dari skor total, tingkat
keaktifan anggota tergolong kadang-kadang apabila besaran tingkat
anggota berkisar antara 40-60% dari skor total, tingkat keaktifana
anggota tergolong sering apabila besaran tingkat keaktifan anggota
berkisar antara 60-80%, tingkat keaktifan anggota tergolong sangat
ingin apabila besaran tingkat keaktifan anggota berkisar antara 80-
100%. Kategori tingkat keaktifan anggota dapat dilihat pada Tabel 3.4

Tabel 3.4 Kategori Skor Total Keaktifan Anggota

No. Variabel Kategori Skor Total(%)


0% 20% 40% 60% 80% 100%
1. Keaktifan
Anggota TP JR KD SR SL

26
11. Peran ketua kelompok tani adalah seberapa jauh ketua kelompok tani
dalam menjalankan perannya sebagai motivator, komunikator, fasilitator
dan organisator sesuai dengan norma/peraturan yang berlaku di
kelompoknya. Pengukuran dilakukan menggunakan skoring dengan
skala Likert. Terdapat beberapa kategori dimana tingkat peran ketua
kelompok tani tergolong ke dalam kategori tidak pernah apabila
besaran tingkat peran ketua kelompok tani antara 0-20% dari skor
total, tingkat peran ketua kelompok tani tergolong jarang apabila
besaran tingkat peran ketua kelompok tani berkisar antar 20-40% dari
skor total, tingkat peran ketua kelompok tani tergolong kadang-kadang
apabila besaran tingkat peran ketua kelompok tani berkisar antar 40-
60% dari skor total, tingkat peran ketua kelompok tani tergolong
sering apabila tingkat peran ketua kelompok tani berkisar antar 60-
80% dari skor total. Apabila skor tingkat peran ketua kelompok tani
berkisar 80-100% dari skor total maka tingkat peran ketua kelompok
tani tergolong pada kategori selalu. Kategori skor tingkat peran ketua
kelompok tani dapat dilihat pada Tabel 3.5

Tabel 3.5 Kategori Skor Total Peran Ketua Kelompok Tani

No. Variabel Kategori Skor Total(%)


0% 20% 40% 60% 80% 100%
1. Peran Ketua
Kelompok TP JR KD SR SL
Tani

12. Pengembangan usahatani tembakau adalah upaya untuk mengalokasikan


sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan
memperoleh keuntungan yang tinggi dari budidaya tembakau pada
waktu musim tembakau. Indikator yang menentukan pengembangan
usahatani adalah: modal, sarana produksi pertanian (SAPROTAN) dan
pemasaran.
a. Modal adalah faktor produksi menunjuk pada segala sarana dan
prasarana (selain manusia dan pemberian alam) yang dihasilkan
untuk digunakan sebagai masukan (input) dalam proses produksi,

27
sseperti bangunan dan konstruksi, alat dan mesin, serta tambahan
pada persediaan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
skoring dengan skala likert
b. SAPROTAN (Sarana Produksi pertanian) adalah faktor-faktor
produksi yang digunakan dalam usahatani tembakau seperti bibit,
pupuk, pestisida. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
skoring dengan skala likert.
c. Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan
bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan barang atau jasa yang
memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun
pembeli potensial. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
skoring dengan skala likert.
Terdapat beberapa kategori pengembangan usahatani tembakau
bertambah apabila mengikuti kelompok tani. Pengembangan usahatani
tembakau tergolong sangat tidak baik apabila besaran pengembangan
usahatani tembakau berkisar antara 0-20% dari skor total, pengembangan
usahatani tembakau tergolong tidak baik apabila besaran pengembangan
usahatani tembakau berkisar antara 20-40% dari skor total, besaran
pengembangan usahatani tembakau tergolong ragu-ragu apabila besaran
pengembangan usahatani tembakau berkisar antara 40-60% dari skor total,
besaran pengembangan usahatani tembakau tergolong baik apabila besaran
pengembangan usahatani tembakau berkisar antara 60-80%, besaran
pengembangan usahatani tembakau tergolong sangat baik apabila besaran
pengembangan usahatani tembakau berkisar antara 80-100%. Kategori
pengembangan usahatani tembakau dapat dilihat pada Tabel 3.6

Tabel 3.6 Kategori Skor Total Pengembangan Usahatani Tembakau

No. Variabel Kategori Skor Total(%)


0% 20% 40% 60% 80% 100%
1. Pengembangan
Usahatani TP JR KD SR SL
Tembakau

28
3.7 Metode Analisis Data

Untuk menyimpulkan hipotesis diterima atau ditolak, maka dilakukan


analisis data yang diperoleh. Analisis dilakukan dengan membuat tabulasi dari
data-data yang terkumpul,kemudian dilakukan analisis menggunakan beberapa
metode sesuai dengan hipotesis.
1. Pengujian hipotesis pertama menggunakan uji regresi linear berganda untuk
mengetahui sejauh mana peran kelompok tani sebagai media penyuluhan
dalam mempengaruhi pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten
Tembakau.
a. Persamaan regresi linear berganda sebagai beikut (Sugiyono, 2017) :
Y= a+ b1. X1+ b2. X2 + b3. X3
Keterangan :
Y = Pengembangan usahatani tembakau
a = nilai konstanta
b1- b3 = koefisien regresi
X1 = Peran kelompok tani sebagai unit belajar
X2 = Peran kelompok tani sebagai unit produksi
X3 = Peran kelompok tani sebagai unit kerjasama
Hipotesis yang digunakan
Ho : X1= X2= X3
Ha : X1≠ X2≠ X3
Keterangan :
Ho : diduga tidak ada pengaruh peran kelompok tani sebagai unit
belajar, peran kelompok tani sebagai unit produksi, peran
kelompok tani sebagai unit kerjasama dalam pengembangan
usahatani tembakau di Kabupaten Temanggung.
Ha : diduga ada pengaruh pengaruh peran kelompok tani sebagai unit
belajar, peran kelompok tani sebagai unit produksi, peran
kelompok tani sebagai unit kerjasama dalam pengembangan
usahatani tembakau di Kabupaten Temanggung.

29
b. Kriteria pengujian
Pengujian menggunakan aplikasi program SPSS 16.0 for Windows
dengan metode backward yang secara bertahap menghilangkan faktor-faktor
yang tidak berpengaruh nyata dengan taraf signifikansi 10% (0,1) :
i. R square atau koefisien determinasi menunjukkan persen variabel yang
dapat diterangkan oeh variabel independen. Untuk jumlah variabel
independen yang lebih dari 2, maka digunakan adjusted R square.
ii. Dari uji ANOVA atau F test untuk mengetahui apakah variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
dependen, dapat diambil kesimpulan jika nilai sig < 0,1 , maka variabel
independen secara bersamasama berpengaruh terhadap variabel dependen.
iii. Uji t dilakukan dalam upaya mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen, maka
pengambian keputusannya adalah (dengan taraf signifikansi α= 0,1) yaitu:
Jika nilai sig < α maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Jika nilai sig ≥ α maka Ho diterima dan Ha ditolak
2. Pengujian hipotesis kedua adalah menggunakan uji regresi linear berganda
untuk mengetahui sejauh mana karakteristik petani (umur, pendidikan, luas
lahan), sikap motivasi, keaktifan anggota dalam kegiatan kelompok, dan
peran ketua kelompok tani secara bersama-sama mempengaruhi
pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten Temanggung.
a. Persamaan regresi linear berganda sebagai beikut (Sugiyono, 2017) :
Y= a+ b1. X1+ b2. X2 + b3. X3
Keterangan :
Y = Pengembangan usahatani tembakau
a = nilai konstanta
b1- b3 = koefisien regresi
X1 = Umur Petani
X2 = Pendidikan Petani
X3 = Sikap Petani
X4 = Motivasi Petani
X5 = Luas Lahan Petani

30
X6= Keaktifan Anggota
X7= Peran ketua kelompok
Hipotesis yang digunakan
Ho : X1= X2= X3=X4=X5=X6=X7
Ha : X1≠ X2≠ X3 X4≠ X5≠ X6 X7
Keterangan :
Ho : diduga tidak ada pengaruh umur petani, pendidikan petani, sikap
petani, motivasi petani, Luas lahan petani, keaktifan anggota, dan
peran ketua kelompok dalam pengembangan usahatani tembakau di
Kabupaten Temanggung.
Ha : diduga ada pengaruh umur petani, pendidikan petani, sikap petani,
motivasi petani, Luas lahan petani, keaktifan anggota, dan peran
ketua kelompok dalam pengembangan usahatani tembakau di
Kabupaten Temanggung.
b. Kriteria pengujian
Pengujian menggunakan aplikasi program SPSS 16.0 for Windows
dengan metode backward yang secara bertahap menghilangkan faktor-faktor
yang tidak berpengaruh nyata dengan taraf signifikansi 10% (0,1) :
i. R square atau koefisien determinasi menunjukkan persen variabel yang
dapat diterangkan oeh variabel independen. Untuk jumlah variabel
independen yang lebih dari 2, maka digunakan adjusted R square.
ii. Dari uji ANOVA atau F test untuk mengetahui apakah variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
dependen, dapat diambil kesimpulan jika nilai sig <0,1 , maka variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
dependen.
iii.Uji t dilakukan dalam upaya mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen, maka
pengambilan keputusannya adalah (dengan taraf signifikansi α= 0,1)
yaitu:
Jika nilai sig < α maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Jika nilai sig ≥ α maka Ho diterima dan Ha ditolak

31
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Keadaan Fisik Daerah


4.1.1 Letak Geografis
Secara geografis Kabupaten Temanggung terletak antara 110° 23’–
110°46’30” bujur timur dan 7°14’ – 7°32’35” LS. Kabupaten Temanggung
memiliki luas wilayah 87.065 Ha dengan bentang barat ke timur sepanjang 43 Km
dan bentang utara ke selatan sepanjang 34 Km, mempunyai batas-batas wilayah
sebagai berikut:
Sebelah utara : Berbatasan dengan Kabupaten Kendal dan Kabupaten
Semarang
Sebelah selatan: Berbatasan dengan Kabupaten Magelang
Sebelah barat : Berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo
Sebelah timur : Berbatasan dengan Kabupaten Semarang dan Kabupaten
Magelang

Tabel 4.1 Luas Wilayah Seluruh Kecamatan Di Kabupaten Temanggung


No Kecamatan Luas Wilayah (ha) Presentase (%)
1. Parakan 2.223 2,85
2. Kledung 3.221 3,08
3. Bansari 2.254 1,99
4. Bulu 4.304 6,62
5. Temanggung 3.339 6,58
6. Tlogomulyo 2.484 7,34
7. Tembarak 2.684 9,00
8. Selopampang 1.729 4,02
9. Kranggan 5.761 6,12
10. Pringsurat 5.728 3,37
11. Kaloran 6.392 7,71
12. Kandangan 7.836 6,88
13. Kedu 3.496 7,91
14. Ngadirejo 5.331 3,86
15. Jumo 2.932 5,05
16. Gemawang 6.711 2,85
17. Candiroto 5.994 3,08
18. Bejen 6.884 1,99
19. Tretep 3.365 6,62
20. Wonoboyo 4.398 6,58
Jumlah 87.065 100,00
Sumber : BPS Kab. Temanggung 2016

32
Kabupaten Temanggung terbagi dalam 20 kecamatan, 266 desa, 23
kelurahan, 1610 Rukun Warga (RW), 5389 Rukun Tetangga (RT), 1568 dusun,
dan 1731 lingkungan. Kecamatan Temanggung merupakan kecamatan dengan
jumlah desa/kelurahan terbanyak (6 desa dan 19 kelurahan) sedangkan Kecamatan
Gemawang adalah kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan terkecil (10 desa).
Kabupaten Temanggung dibagi menjadi 20 kecamatan yang ditunjukkan pada
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Temanggung

Gambar 4.1. Peta Kabupaten Temanggung


Sumber : http://portal.temanggungkab.go.id
4.1.2 Keadaan Iklim, Ketinggian Tempat dan Topografi
Permukaan wilayah Kabupaten Temanggung termasuk dataran tinggi. Pola
topografi wilayah secara umum mirip sebuah cekungan atau depresi raksasa yang
terbuka dibagian Tenggara, dibagian Selatan dan Barat dibatasi oleh 2 buah
gunung yaitu Gunung Sumbing (3.260 m dpl) dan Gunung Sindoro (3.151 m dpl).
Di bagian Utara dibatasi oleh sebuah pegunungan kecil yang membujur dari
Timur Laut kearah Tenggara. Dengan topografi semacam itu, wilayah Kabupaten
Temanggung memililki permukaan yang sangat beragam ditinjau dari ketinggian
dan luas wilayah/kawasan. Sebagian wilayah Kabupaten berada pada ketinggian
500 - 1450 mdpl (24,3 %), luasan areal ini merupakan daerah lereng gunung
Sindoro dan Sumbing yang terhampar dari sisi selatan, Barat sampai dengan Utara
wilayah.
Kabupaten Temanggung memiliki sifat iklim tropis dengan dua musim
yaitu musim kemarau antara Bulan April sampai dengan September dan musim

33
penghujan antara Bulan Oktober sampai dengan Maret dengan curah hujan
tahunan pada umumnya tinggi. Daerah Kabupaten Temanggung pada umumnya
berhawa dingin dimana udara pegunungan berkisar antara 20 C - 30 C. Daerah
berrhawa sejuk terutama di daerah Kecamatan Tretep, Kecamatan Bulu (Lereng
Gunung Sumbing), Kecamatan Tembarak, Kecamatan Ngadirejo serta Kecamatan
Candiroto. (PPID Temanggung, 2013)
4.2 Keadaan Demografi
Keadaan demografi suatu daerah yang menggambarkan suatu struktur dan
proses penduduk pada suatu wilayah. Struktur penduduk pada suatu daerah dapat
dikelompokkan atas dasar kriteria-kriteria tertentu antara lain, umur, jenis
kelamin, pendidikan, dan jenis pekerjaan. Pengelompokan penduduk dapat
digunakan untuk mengembangkan perencanaan pembangunan manusia, dalam
bidang ekonomi, sosial, politik, lingkungan terkait dengan peningkatan
kesejahteraan manusia ataupun dalam upaya pemecahan masalah kependudukan.
Adapun struktur dapat berubah-ubah sewaktu-waktu, karena adanya kelahiran,
kematian, migrasi, dan mobilitas sosial.
4.2.1 Kepadatan Penduduk
Secara umum kepadatan penduduk berarti perbandingan banyaknya
jumlah penduduk dengan luas daerah atau wilayah yang ditempati berdasarkan
pada satuan luasan tertentu. Berdasarkan Undang-undang No.56 tahun 1960,
kepadatan penduduk dapat dibedakan menjadi:
a. Tidak padat : 0-50 jiwa/km2
b. Kurang padat : 51-250 jiwa/km2
c. Cukup padat : 251-400 jiwa/km2
d. Sangat padat : >400 jiwa/km2
Jumlah penduduk di Kabupaten Temanggung tahun 2016 sebanyak
745.778 jiwa sedang total luas wilayah Kabupaten Temanggung 87.065 ha atau
870,65 km2, maka kepadatan penduduknya adalah :
Kepadatan penduduk kasar = jumlah penduduk suatu wilayah
luas wilayah

Kepadatan penduduk kasar = 745.778 jiwa/km2


870,65

34
= 856,58 jiwa/km2
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka kepadatan di Kabupaten
Temanggung adalah 856,58 jiwa/km2 . Dalam hal ini dapat diartikan bahwa setiap
1 km2 wilayah di Kabupaten Temanggung dihuni oleh penduduk sejumlah 856
jiwa. Berdasarkan UU No. 56 Tahun 1960, kepadatan penduduk di Kabupaten
Temanggung termasuk dalam kategori sangat padat, karena kepadatan penduduk
>400 jiwa/km2.
4.2.2 Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Struktur penduduk menurut jenis kelamin dapat digunakan untuk
mengetahui jumlah penduduk laki-laki dan perempuan pada suatu wilayah. Selain
itu juga dapat digunakan untuk mengetahui rasio jenis kelamin (sex ratio) yaitu
perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan.
Struktur penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Temanggung dapat dilihat
pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Presentase (%)


1. Laki-Laki 373.819 50,12
2. Perempuan 371.959 49,88
Jumlah 745.778 100,00
Sumber : BPS Kab. Temanggung 2016

Berdasarkan Tabel 4.2. menunjukkan bahwa penduduk di Kabupaten


Temanggung adalah 745.778 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki 373.819
jiwa dan penduduk perempuan sejumlah 371.959 jiwa. Persentase penduduk laki-
laki dan perempuan masing-masing yaitu 50,12% dan 49,88% hal ini
menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan
dengan penduduk perempuan.
Berdasarkan struktur penduduk menurut jenis kelamin, maka dapat
dihitung rasio jenis kelamin (sex ratio). Sex ratio dirumuskan sebagai berikut :

SR = Jumlah Penduduk Laki-Laki x100%


Jumlah Penduduk Perempuan

35
SR = 373.819 X 100%
371.959

SR= 100,50 %

Berdasarkan perhitungan sex ratio, nilai sex ratio Kabupaten Temanggung


pada tahun 2016 sebesar 100,50 % menunjukkan bahwa dalam setiap 100
penduduk wanita terdapat 101 penduduk laki-laki, artinya jumlah penduduk laki-
laki lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan, namun
perbedaannya tidak terlalu banyak.
4.2.3 Struktur Penduduk Berdasarkan Umur

Pengelompokan penduduk berdasarkan umur adalah penggolongan


penduduk di suatu daerah atau wilayah dalam setiap kilometer persegi. Struktur
penduduk menurut umur penting diketahui karena berhubungan dengan angkatan
kerja di wilayah tersebut. Berdasarkan umurnya struktur penduduk digolongkan
menjadi:
a. Golongan penduduk belum produktif : (0-14) tahun
b. Golongan penduduk produktif : (15-64) tahun
c. Golongan penduduk tidak produktif : (>64) tahun 32
Jumlah penduduk berdasarkan umur tertentu dan presentasi penduduk di
tiap kelompok umur, dapat diketahui berapa besar penduduk yang berpotensi
sebagai beban sekaligus juga sebagai modal dalam pembangunan. Struktur
penduduk Kabupaten Temanggung berdasarkan umur pada tahun 2016 dapat
dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Struktur Penduduk Berdasarkan Umur di Kabupaten Temanggung


No Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Presentase (%)
1. 0-14 177.391 23,79
2. 15-64 508.574 68,19
3. 64 ke-atas 59.813 8,02
Jumlah 745.778 100,00
Sumber : BPS Kab. Temanggung 2016

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa penduduk di Kabupaten


Temanggung paling banyak berumur 15-64 tahun sejumlah 508.574 jiwa dengan

36
persentase 68,19%. Sedangkan penduduk paling sedikit berumur >64 tahun
sebanyak 59.813 jiwa dengan persentase 8,02%. Berdasarkan tabel 4.3 juga dapat
disimpulkan bahwa penduduk di Kabupaten Temanggung berada diusia produktif.
Dengan mengetahui struktur penduduk berdasarkan umur maka dapat diketahui
rasio beban ketergantungan (Burden Dependence Ratio/BDR), maksudnya
perbandingan antara banyaknya penduduk non produktif (belum produktif dan
tidak produktif) dengan penduduk dalam persen. Rumus BDR yaitu
BDR = P(0-14 tahun) + P( >64 tahun) X 100%
P (15-64 tahun)

Sehingga, nilai BDR untuk Kabupaten Temanggung adalah :


BDR = 177.391 + 59.813 X 100%
508.574

BDR = 46,64%

Keterangan :
BDR : Burden Dependency Ratio (Rasio Beban Ketergantungan)
P : Jumlah penduduk
Berdasarkan hasil perhitungan maka diperoleh rasio beban ketergantungan
atau Burden Dependence Ratio sebesar 46,64%. Hal ini berarti, 100 orang usia
produktif di Kabupaten Temanggung harus menanggung 47 orang usia belum
produktif atau tidak produktif. Semakin tinggi nilai BDR menunjukkan bahwa
tingkat ketergantungan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah nilai BDR,
maka tingkat beban ketergantungannya semakin rendah.
4.2.4 Struktur Penduduk Berdasarkan Status Pekerjaan Utama
Kondisi penduduk berdasarkan status pekerjaan utama dapat digunakan
untuk mengetahui tingkat kesejahteraan penduduk. Pekerjaan merupakan aktivitas
manusia untuk memperoleh taraf hidup yang layak dimana antara daerah yang
satu dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk
dan keadaan demografinya. Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa
sebagian besar masyarakat di Kabupaten Temanggung bekerja di sektor pertanian,
perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan dengan persentase 39,03%.
Adapun penduduk paling sedikit bekerja disektor listrik, gas dan air minum
dengan persentase 00,06%. Kemudian bekerja di pertambangan dan penggalian

37
sebesar 00,67%; sektor industri sebesar 26,97%; sektor bangunan/konstruksi
sebesar 04,33%; sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel
sebesar 16,10%; sektor lembaga keuangan, real estate, usaha persewaan dan jasa
sebesar 00,67%; Sektor angkutan, pergudangan, dan komunikasi dan jasa sebesar
00,67, serta jasa kemasyarakatan sosial dan perorangan sebesar 09,00%. Struktur
penduduk Kabupaten Temanggung berdasarkan status pekerjaan utama dapat
dilihat pada Tabel 4.4

Tabel 4.4 Struktur Penduduk Berdasarkan Status Pekerjaan Utama di Kabupaten


Temanggung
No. Jenis Pekerjaan Presentase (%)
1. Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan 39,03
2. Pertambangan dan Penggalian 00,67
3. Industri Pengolahan 26,97
4. Listrik, Gas, dan Air Minum 00,06
5. Bangunan 04,33
6. Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel 16,10
7. Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi 03,17
Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan dan
8.
Jasa 00,67
9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan 09,00
Jumlah 100,00
Sumber : BPS Kab. Temanggung 2016

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat


di Kabupaten Temanggung bekerja di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan,
perburuan dan perikanan dengan persentase 39,03%. Adapun penduduk paling
sedikit bekerja disektor listrik, gas dan air minum dengan persentase 00,06%.
Kemudian bekerja di pertambangan dan penggalian sebesar 00,67%; sektor
industri sebesar 26,97%; sektor bangunan/konstruksi sebesar 04,33%; sektor
perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel sebesar 16,10%; sektor
lembaga keuangan, real estate, usaha persewaan dan jasa sebesar 00,67%; Sektor
angkutan, pergudangan, dan komunikasi dan jasa sebesar 00,67, serta jasa
kemasyarakatan sosial dan perorangan sebesar 09,00%.

38
4.3 Keadaan Pertanian
Pertanian merupakan sektor utama bagi kehidupan masyarakat Indonesia,
begitu pula pembangunan ekonomi Kabupaten Temanggung. Peranan sektor
pertanian tersebut antara lain adalah sebagai sumber penghasil bahan kebutuhan
pokok, sandang, dan papan, menyediakan lapangan kerja bagi sebagian besar
penduduk dan memberikan sumbangan terhadap pendapatan daerah maupun
nasional. Penggunaan lahan Pertanian di Kabupaten Temanggung dapat dilihat
pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Penggunaan Lahan Pertanian di Kabupaten Temanggung Tahun 2016

No Jenis Lahan Luas (Ha) Presentase (%)


1. Sawah
a. Irigasi 19788 40,90
b. Irigasi Teknis 812 01,67
2. Tanah Kering
a. Tegal 24587 50,79
b.Ladang 3214 06,64
Jumlah 48.401 100,00
Sumber : BPS Kab. Temanggung 2016

Berdasarkan data monografi Kabupaten Temanggung tahun 2015 pada


Tabel 4.5. dapat diketahui bahwa sebagian besar lahan pertanian yang terdapat di
Kabupaten Temanggung digunakan sebagai lahan tegal, yaitu sebesar 50,79% dari
jumlah luas lahan pertanian yang ada atau seluas 48.401 Ha, sedangkan lahan
yang dimanfaatkan untuk sawah hanya sebesar 42,57%. Hal ini menggambarkan
bahwa tanaman pertanian utama yang ditanam dan dihasilkan di Kabupaten
Temanggung bukan merupakan jenis tanaman pangan padi. Kondisi iklim maupun
topografi di Kabupaten Temanggung pada dasarnya memang mendukung untuk
penggunaan lahan jenis tanah kering berupa tegal/kebun.
Kabupaten Temanggung merupakan daerah yang mempunyai lahan yang
berpotensi untuk berkembangnya produksi tanaman perkebunan seperti kopi,
tembakau, cengkeh, lada, vanili, maupun komditas sayuran lainnya. Tak heran
banyak petani yang menggunakan lahannya untuk ditanami perkebunan seperti di
Kecamatan Bansari yang lebih mengutamakan memproduksi tanaman tembakau

39
setiap tahunnya. Selain di bukan musim tembakau petani menanam sayur-sayuran
seperti kubis, cabai,tomat, ataupun padi. Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui
bahwa jenis tanaman perkebunan di Kabupaten Temanggung yaitu kopi, cengkeh,
kelapa, kapuk, aren, tebu, tembakau, panili, kakao, kayu manis, dan lada.
Dibandingkan dengan tanaman perkebunan yang lain tembakau memiliki luas
panen yang lebih besar yaitu 18.2408,08 Ha dengan produksi 10.611,78 ton. Hal
ini menunjukkan bahwa budidaya tembakau merupakan kegiatan usahatani utama
yang dijalankan oleh petani di Kabupaten Temanggung yang menjadikan
Kabupaten Temanggung dikenal sebagai negeri tembakau dan salah satu yang
memproduksi hasil tembakau dengan kualitas tinggi. Ada 4 perusahaan produsen
roko terbesar yang membeli tembaku dari Temanggung. Diantaranya adalah PT
Djarum, OT Nojorono, PT Bentoel dan PT Gudang Garam. Luas panen dan
produksi tanaman perkebunan di Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada
Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Luas dan Produksi Tanaman Perkebunan di Kabupaten Temanggung


Tahun 2016
No Komoditas Luas Panen (Ha) Produksi (ton)
1. Kopi Arabica 1.377,82 1.109,42
2. Kopi Robusta 8 158,55 7.536,50
3. Cengkeh 871,96 132,88
4. Kelapa 1.405,24 658,45
5. Kapuk 6,74 1,32
6. Aren 378,66 1.195,45
7. Tebu 167,92 594,75
8. Tembakau 18.248,08 10.611,78
9. Panili 20,59 9,67
10. Kakao 179,66 40,14
11. Kayu manis 28,21 17,87
12. Lada 10,42 8,23
Jumlah 30.853,85 21.916,46
Sumber : BPS Kab. Temanggung 2016

40
V. KARAKTERISTIK RESPONDEN PENELITIAN

Karakteristik responden penelitian merupakan gambaran mengenai


identitas responden yang dijadikan sebagai informasi untuk penelitian yang
diperoleh melalui cara wawancara. Karakteristik responden dalam penelitian
mengenai peran kelompok tani sebagai media penyuluhan dalam pengembahan
usahatani tembakau ini dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Karakteristik yang merupakan faktor internal meliputi umur,
pendidikan, sikap, dan motivasi. Sedangkan karakteristik yang merupakan faktor
eksternal yaitu luas lahan, keaktifaan anggota, dan peran ketua kelompok.

5.1 Umur
Umur petani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah selisih antara
tahun penelitian dengan tahun kelahiran petani yang dihitung dalam satuan tahun.
Dalam penelitian ini, karakteristik petani digolongkan menjadi umur belum
produktif (0-14 th), umur produktif (15-64 th), dan umur tidak produktif (> 65 th).
Petani responden yang paling muda berumur 30 tahun dan yang paling tua
berumur 63 tahun, sedangkan rata-rata umur responden adalah 46,93 tahun.
Sebaran umur petani responden dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Sebaran Petani Berdasarkan Umur di Kabupaten Temanggung


No Umur Petani (tahun) Jumlah (jiwa) Presentase (%)
1. Belum Produktif (0-14) 0 0,00
2. Produktif (15-64) 58 96,67
3. Tidak Produktif (>65) 2 3,33
Jumlah 60 100,00
Sumber: Analisis Data Primer 2017

Berdasarkan Tabel 5.1. dapat diketahui bahwa persentase umur petani di


Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung paling besar berada pada kategori
produktif (15-64 tahun) yaitu sebesar 96,67%. Sedangkan pada usia tidak
produktif (>64 tahun) sebesar 3,33%. Dapat dilihat petani tembakau masih banyak
yang produktif berarti anggota kelompok tani masih sering terlibat langsung baik
dari segi tenaga maupun waktu pada kegiatan kelompok maupun kegiatan
budidaya untuk mengembangkan usahatani tembakau. Sedangkan anggota petani

41
tembakau yang masuk kategori umur tidak produktif adalah anggota petani yang
masih aktif sebagai kelompok tetapi ruang geraknya terbatas oleh usia yang
kurang produktif. Petani yang umurnya tua biasanya cenderung akan tertutup
terhadap perkembangan inovasi teknologi dan cenderung melakukan budidaya
seperti yang dia dapatkan dari nenek moyang mereka. Namun memiliki
pengalaman lebih banyak serta lebih lama dalam melakukan budidaya tembakau.

5.2. Tingkat Pendidikan Petani


Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir dan pandangan akan
suatu hal. Tingkat pendidikan dalam penelitian ini dihitung menurut jenjang
pendidikan formal terakhir yang ditempuh petani pada saat dilakukan penelitian.
Hal ini dikarenakan pada tingkat pendidikan dapat mewakili sejauh mana
pengetahuan yang dimiliki oleh anggota kelompok dan bagaimana cara anggota
menyerap ilmu baru yang diberikan. Karakteristik responden petani tembakau di
Kecamatan Bansari dilihat tingkat pendidikan pada pendidikan formal terakhir
yang pernah ditempuh oleh petani tembakau di Kecamatan Bansari yang diukur
dalam satuan tahun. Sebaran petani responden menurut tingkat pendidikan dapat
dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Sebaran Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kabupaten


Temanggung
Jumlah
No Tingkat Pendidikan (tahun) Persentase (%)
(Orang)
1. Tidak Sekolah 0 0,00
2. SD (1-6 tahun) 31 51,67
2. SMP (7-9 tahun) 13 21,67
3. SMA (10-12 tahun) 16 26,67
4. Perguruan tinggi (>12) 0 0,00
Jumlah 60 100,00
Sumber: Analisis Data Primer 2017

Berdasarkan data pada Tabel 5.2. dapat dilihat bahwa sebagian besar
petani di Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung mencapai tingkat
pendidikan sampai tingkat SD yaitu sebanyak 51,67%, kemudian pada tingkat
berikutnya disusul pada tingkat SMA sejumlah 26,67% dan tingkat SMP
sebanyak 21.67%. Berikutnya yang tidak menempuh tingkat pendidikan atau tidak

42
sekolah sebanyak 0,00%. Pada tabel tersebut menunjukan bahwa pendidikan
anggota petani tembakau di Kecamatan Bansari bervariasi. Namun tidak ada
petani yang tidak sekolah. Tingkat pendidikan petani menentukan kemampuan
petani dalam menerima, menyaring, dan menerapkan inovasi yang diberikan
penyuluh maupun pengetahuan yang diberikan di kelompok tani.
5.3 Luas Lahan Petani
Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang penting bagi petani
dalam melakukan proses produksi. Luas lahan petani yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah luas lahan yang digunakan petani untuk budidaya tembakau
dan dinyatakan dalam satuan hektar (ha). Semakin luas lahan tembakau yang
dimiliki petani maka akan semakin besar keuntungan yang diperoleh petani,
karena hasil produksi akan menjadi lebih besar. Dalam penelitian ini karakteristik
luas lahan petani dikategorikan menjadi tiga kategori. yaitu sempit. sedang. dan
luas. Sebaran petani menurut luas lahan pasir mereka dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Sebaran Petani Berdasarkan Luas Lahan Tembakau di Kabupaten


Temanggung
Jumlah
No Kategori Luas Lahan (m2) Presentase (%)
(Orang)
1. Sempit (0-3.000) 11 18,33
2. Sedang (>3.000-6.000) 26 43.33
3. Luas (>6.000) 23 38.33
Jumlah 60 100,00
Sumber: Analisis Data Primer 2017

Berdasarkan Tabel 5.3. dapat dilihat bahwa sejumlah 26 petani tembakau,


bisa juga disebut sekitar 43,33% memiliki lahan yang termasuk golongan sedang
yaitu > 3.000-6.000 m2. Sedangkan sejumlah 23 petani tembakau atau dapat
dikatakan sebanyak 38,33% petani memiliki lahan yang dikategorikan luas.
Sedangkan ternyata sebanyak 11 petani atau dapat dikatakan 18,33% petani
tembakau yang memiliki lahan yang dapat dikategorikan sempit yaitu 0-3000 m2.

43
5.4 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau proses seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap anggota petani ditunjukkan dari aspek
kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan), dan konatif (kecendurungan untuk
bertindak). Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa tingkat sikap petani
terhadap kegiatan kelompok tani untuk pengembangan usahatani tembakau di
Kabupaten Temanggung termasuk dalam kategori setuju yaitu sebesar 73,76%
dengan skala 0-58, nilai tersebut menunjukan petani memiliki sikap yang
mendukung atau setuju terhadap kegiatan kelompok tani untuk pengembangan
usahatani tembakau. Apabila dilihat dari setiap komponen sikap, sikap kognitif
petani atau pengetahuan petani terhadap kegiatan kelompok tani untuk
pengembangan usahatani tembakau mencapai 67,5% dengan skala 0-6. Nilai
pengetahuan merupakan hal yang penting yang menjadi dasar bagi petani untuk
mempertimbangkan informasi. Adanya pengetahuan dapat mendukung petani
dalam menyaring, menerima dan menerapkan suatu informasi, teknologi, dan
inovasi yang diberikan oleh penyuluh maupun instansi terkait. Pada sikap afektif
petani atau perasaan petani terhadap kegiatan kelompok untuk pengembangan
usahatani tembakau mencapai 71,95% dengan skala 0-29. Nilai presentase pada
sikap afektif menunjukan bahwa petani memiliki kesenangan yang tinggi pada
kegiatan kelompok tani. Hal ini ditunjukkan dari nilai presentasi tingkat sikap
afektif yang masuk kedalam kategori setuju. Sikap afektif dapat berpengaruh pada
kecenderungan bertidak atau konatif yang memiliki presentase 74,48% dengan
skala 0-23. Hal ini menunjukan tingkat sikap konatif termasuk kedalam kategori
setuju.
Indikator tertinggi pada komponen kognitif adalah kelompok tani
memberikan bantuan saprodi mempunyai presentase sebesar 68.33%. Hal tersebut
karena hampir semua petani tembakau setuju bahwa dengan mengikuti kelompok
tani para petani dapat mempunyai kesempatan untuk mendapatkan bantuan sarana
produksi tanaman tembakau seperti pupuk bersubsidi yang setiap bulan diberikan
pemerintah. Indikator terendah pada komponen kognitif yaitu kelompok tani
memberikan bantuan alsintan sebesar 66,67%. Hal ini dikarenakan petani
mengetahui tidak semua kelompok tani akan mendapatkan bantuan alsintan.

44
Kelompok tani yang baru didirikan akan lebih lama untuk mendapatkan bantuan
alsintan dibandingkan kelompok tani yang sudah berdiri sejak lama.
Indikator tertinggi pada komponen afektif adalah kesenanagan
mendapatkan bantuan pemerintah dan kesenangan meningkatkan pendapatan yang
mempunyai presentase sama sebesar 80,00%. Hal ini dikarenakan dengan
mengikuti kelompok tani, para anggota kelompok dapat mendapatkan bantuan
pemerintah seperti pupuk bersubsidi, alsintan yang diberikan oleh kelompok tani
untuk digunakan bersama-sama. Selain itu dengan mengikuti kelompok tani
anggota juga merasa senang karena dapat meningkatkan pendapatan. Hal ini
dikarenakan bantuan-bantuan dari pemerintah tersebut, dan juga pemberian materi
penyuluh dapat membantu petani dalam membudidayakan tanaman tembakau.
Indikator terendah pada komponen afektif adalah kesenangan terselesaikannya
masalah OPT sebesar 58,00%. Hal ini dikarenakan walaupun masalah OPT dapat
terselesaikan tidak menjadikan hasil tembakau yang telah dipanen akan laku
dengan harga tinggi, karena harga dari hasil tembakau milik petani tergantung
dengan kebijakan pabrik rokok.
Indikator tertinggi pada komponen Konatif adalah petani bergabung
dengan kelompok tani karena meningkatkan produksi tembakau dengan
presentase sebesar 80,00%. Hal ini dikarenakan dengan mengikuti kelompok tani
dapat meningkatkan produksi tembakau karena petani akan mudah dalam
mengumpulkan informasi seperti cara budidaya yang baik, cara pemeliharaan
yang baik, cara mengatasi OPT, dan mendapatkan bantuan dari pemerintah
sehingga dapat meningkatkan produksi tembakau. Indikator terendah pada
komponen konatif adalah kecenderungan akan bergabung dengan kelompok tani
karena meningkatkan pendapatan sebesar 57,00%. Hal ini dikarenakan petani
tembakau yang mengikuti kelompok tani tidak semua langsung meningkatkan
pendapatan. Semua tergantung oleh kerja keras para petani tembakau itu sendiri.
Petani yang lainnya juga ada yang berpendapat bahwa rejeki tuhan yang
mengaturnya, bukan karena dengan mengikuti kelompok tani.
Pengukuran sikap dihitung menggunakan skala Likert. Adapun sikap
petani anggota terhadap kegiatan kelompok tani untuk pengembangan usahatani
tembakau dapat dilihat pada Tabel 5.4

45
Tabel 5.4. Sikap Petani terhadap Kegiatan Kelompok Tani untuk Pengembangan
Usahatani Tembakau di Kabupaten Temanggung.
No Indikator Interval Skor Rerata Tingkat Sikap
Skor Capaian (%)
A. Kognitif
1. Kelompok tani memberikan bantuan 0-3 2,05 68,33
saprodi
2. Kelompok tani memberikan bantuan 0-3 2,00 66,67
alsintan
Jumlah (A) 0-6 4,05
Rerata (A) 67,50
B. Afektif
1. Kesenangan mendapatkan bantuan 0-5 4,00 80,00
pemerintah
2. Kesenangan meningkatkan 0-5 3,97 79,40
keterampilan usahatani
3. Kesenangan usahatani berkembang 0-5 3,85 77,00
4. kesenangan meningkatkan 0-3 2,40 80,00
pendapatan
5. Kesenangan karena usahatani 0-3 2,10 70,00
tembakau meningkatkan jumlah
panen
6. Kesenangan karena terselesaikannya 0-4 2,32 58,00
masalah OPT
7. Kesenangan informasi mudah 0-4 2,37 59,25
diperoleh
Jumlah (B) 0-29 42,02
Rerata (B) 71,95
C. Konatif
1. Kecenderungan akan bergabung 0-3 2,37 79,00
dengan kelompok tani karena
meningkatkan pendapatan
2. Kecenderungan akan bergabung 0-3 2,40 80,00
dengan kelompok tani karena
meningkatkan produksi tembakau
3 Kecenderungan akan bergabung 0-5 2,30 76,67
dengan kelompok tani karena
meningkatkan keterampilan
4. Kecenderungan akan bergabung 0-5 3,98 79,60
dengan kelompok tani karena
meningkatkan wawasan budidaya
tembakau
5. Kecenderungan akan bergabung 0-5 3,73 74,60
dengan kelompok tani karena dapat
melanjutkan inovasi yang sudah
diajarkan
6. Kecenderungan akan bergabung 0-4 2,28 57,00
dengan kelompok tani karena
meningkatkan pendapatan
Jumlah (C) 0-23 17,06
Rerata (C) 74,48
Total (A+B+C) 0-58 61,09
Rerata (A+B+C) 73,76
Sumber : Analisis Data Primer, 2017

46
Tingkat sikap petani dalam mengikuti kelompok tani dalam
pengembangan usahatani tembakau memiliki variasi, sehingga dapat
dikelompokkan dalam 5 (lima) kategori yaitu sangat rendah, rendah, netral, tinggi,
dan sangat tinggi. Kategori tersebut diperoleh dari skor nilai tertinggi dibagi
menjadi lima untuk dijadikan sebagai interval dalam setiap kategori. Sikap petani
yang tergolong sangat rendah memiliki skor antara 0-14, sikap petani yang
tergolong rendah memiliki skor antara 15-28, sikap petani yang tergolong netral
memiliki skor antara 29-42, sikap petani yang tergolong tinggi memiliki skor
antara 43-56, dan sikap petani yang tergolong sangat tinggi memiliki skor antara
57-70. Sebaran petani berdasarkan tingkat sikap dalam mengikuti kelompok tani
untuk pengembangan usahatani tembakau di Kabaputan Temanggung dapat
dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Sebaran Petani Berdasarkan Sikap di Kabupaten Temanggung


No Kategori Sikap (Skor) Jumlah (Orang) Presentase (%)
1. Sangat rendah (0-14) 0 0,00
2. Rendah (15-28) 0 0,00
3. Netral (29-42) 32 53,33
4. Tinggi (43-56) 26 43,33
5. Sangat tinggi (57-70) 2 3,33
Jumlah 60 100,00
Sumber: Analisis Data Primer 2017

Berdasarkan Tabel 5.5. dapat diketahui bahwa petani memiliki sikap


tertinggi pada kategori netral yaitu sebesar 53,33%, selanjutnya petani yang
memiliki sikap kategori tinggi dalam mengikuti kelompok sebesar 43,33%, dan
yang memiliki sikap kategori sangat tinggi sebesar 3,33%. Hal tersebut
menunjukan sebagian besar petani memiliki sikap yang cukup baik dalam
mengikuti kelompok tani sehingga hal ini dapat berpengaruh dalam
mengembangkan usahatani tembakau yang dimiliki petani.
5.5 Motivasi
Motivasi adalah dorongan seseorang untuk melakukan sesuatu dalam
bentuk keahlian atau keterampilan, tenaga, dan waktunya untuk melakukan
berbagai kegiatan dalam rangka untuk mancapai suatu tujuan. Motivasi dalam
penelitian ini dibagi menjadi tiga, menurut Aldefer motivasi mencakup tiga hal,

47
antara lain: existence, relatedness, dan growth (ERG). Existence merupakan suatu
kebutuhan akan keberadaan, terutama mencakup keperluan-keperluan pokok.
Relatedness merupakan suatu kebutuhan untuk saling berhubungan dengan
individu lain. Growth adalah kebutuhan untuk berkembang. Berdasarkan Tabel
5.6. dapat diketahui bahwa besar tingkat motivasi petani dalam mengikuti
kelompok tani untuk pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten
Temanggung termasuk dalam kategori ingin yaitu 79,58%. dengan skala 0-58.
Dalam hal ini menunjukkan bahwa petani termotivasi untuk memenuhi kebutuhan
pokok hidupnya, berhubungan dengan individu lain, dan termotivasi untuk
berkembang dalam melakukan budidaya tembakau. Komponen motivasi paling
tinggi adalah growth yaitu sebesar 80,69%. Hal ini menunjukkan bahwa keinginan
petani untuk berkembang sangat tinggi, hal tersebut dikarenakan petani memiliki
harapan. Harapan terpenuhinya kebutuhan petani mempengaruhi semangat petani
untuk mengikuti kegiatan kelompok tani. Indikator tertinggi dalam kebutuhan
untuk berkembang (growth) adalah keinginan untuk meningkatkan produksi lahan
tembakau. Melalui kelompok tani terdapat banyak kegiatan yang bisa
dimanfaatkan petani untuk meningkatkan produksi lahan tembakau. Seperti
kegiatan penyuluhan yang diadakan oleh balai penyuluhan Kecamatan Bansari,
maupun kegiatan kunjungan tani. Oleh karena itu, petani akan dapat
meningkatkan produksi lahan tembakau karena informasi-informasi yang
disampaikan pada kegiatan penyuluhan tersebut dapat membantu mengatasi
permasalahan yang dialami oleh petani tembakau. Indikator tertinggi pada
komponen Growth adalah keinginan meningkatkan produksi lahan tembakau
sebesar 89,60%. Hal ini menandakan motivasi petani dalam mengikuti kegiatan
kelompok tani karena ingin lahan yang dibudidayakan tembakau akan memiliki
produktivitas yang tinggi, karena mendapatkan informasi-informasi terbaru seperti
cara pembibitan yang baik, penggunaan pemupukan yang baik dan benar, dan
penanggulangan OPT. Indikator terendah pada indikator Growth yaitu keinginan
dikenal sebagai petani sukses sebesar 70,67%. Hal ini menandakan bahwa
kebanyakan motivasi petani untuk mengikuti kegiatan kelompok tani bukan hanya
karena ingin dikenal untuk menjadi petani sukses, melainkan memang untuk
mengembangkan usahatani tembakau yang dibudidayakannya.

48
Selanjutnya komponen motivasi tertinggi kedua adalah Existence yaitu
sebesar 79,40%. Indikator tertinggi pada komponen keberadaan (existence) adalah
keinginan meningkatkan pendapatan sebesar 88,75%. Hal ini dikarenakan dengan
mengikuti kegiatan kelompok tani, petani dapat memenuhi kebutuhan seperti
pupuk bersubsidi yang diberikan oleh pemerintah,bibit yang diberikan oleh
kelompok tani, sehingga dapat mengurangi pengeluaran sehingga pendapatannya
juga dapat meningkat. Indikator terendah pada komponen Existence adalah
keinginan mendapatkan pengakuan sebagai sesama petani sebesar 64,25%. Hal ini
dikarenakan petani sudah saling tahu dan sama-sama sudah berpengalaman,
mereka juga memdudidayakan tanaman tembakau secara turun temerun, sehingga
sudah tidak terlalu memerlukan pengakuan dengan sesama petani tembakau,
Sedangkan komponen motivasi terendah adalah Relatedness yaitu sebesar
78,65%. Indikator tertinggi pada komponen kebutuhan berhubungan
(Relatedness) adalah keinginan berteman lebih akrab dengan petani lain yaitu
sebesar 81,00%. Hal tersebut menandakan bahwa petani tembakau memiliki
motivasi yang besar untuk berteman lebih akrab dengan sesama anggota
kelompok. Hal ini dikarenakan hubungan yang baik antar sesama anggota
kelompok akan membantu petani dalam mengatasi permasalahan tembakau dan
dalam budidaya tembakau sampai ke pemanenan. Seperti pada saat mengatasi
penyakit yang menular pada tembakau contohnya virus phytopthora dan virus
mosaic tembakau. Maupun dalam memasarkan hasil tembakau didalam kelompok
tani yang sudah memiliki mitra melakukan kerjasama untuk memasarkan hasil
tembakau secara bersama-sama agar kebutuhan yang diinginkan mitra dapat
terpenuhi. Indikator terendah pada pada komponen Relatedness yaitu keinginan
memperoleh banyak teman sebesar 75,00%. Hal ini dikarenakan kebanyakan
petani tembakau bergabung dengan kelompok tani tidak untuk memperoleh
banyak teman, karena mereka memang sudah mengetahui satu sama lain bahkan
sebelum kelompok tani terbentuk. Motivasi petani tembakau di Kabupaten
Temanggung dapat dilihat pada Tabel 5.6.

49
Tabel 5.6. Motivasi Petani dalam Mengikuti Kelompok Tani untuk
Pengembangan Usahatani Tembakau di Kabupaten Temanggung.
No Indikator Interval Skor Rerata Tingkat
Skor Capaian Motivasi (%)
A. Kebutuhan Keberadaan
(Existence)
1. Keinginan mendapatkan pengakuan 0-4 2,57 64,25
sebagai sesama petani
2. Keinginan meningkatkan produksi 0-3 2,47 82,33
tembakau
3. Keinginan meningkatkan pendapatan 0-4 3,55 88,75
4. Keinginan memenuhi kebutuhan 0-5 3,97 79,40
pangan
5. Keinginan terjaminan terpenuhinya 0-3 2,48 82,67
kehidupan di masa depan
6. Keinginan berkurangnya pengeluaran 0-3 23,37 79,00
biaya untuk membeli saprotan dan
alsintan
Jumlah (A) 0-22 17,41
Rerata (A) 79,40
B. Kebutuhan Berhubungan
(Relatedness)
1. Keinginan memperoleh banyak teman 0-5 3,75 75,00
2. Keinginan berteman lebih akrab 0-5 4,05 81,00
dengan sesama anggota kelompok
3. Keinginan memiliki hubungan yang 0-5 3,90 78,00
lebih baik dengan PPL
4. Keinginan memproleh akses informasi 0-5 4,03 80,60
mengenai pertanian
Jumlah (B) 0-29 15,73
Rerata (B) 78,65
C. Kebutuhan Berkembang
(Growth)
1. Keinginan meningkatkan 0-4 3,35 83,75
keterampilan dalam bercocok tanam
tembakau
2. Keinginan meningkatkan produksi 0-5 4,48 89,60
lahan tembakau
3. Keinginan meningkatkan penggunaan 0-4 3,15 78,75
alat baru
4. Keinginan dikenal sebagai petani 0-3 2,12 70,67
sukses
Jumlah (C) 0-16 13,10
Rerata (C) 80,69
Total (A+B+C) 0-58 46,24
Rerata (A+B+C) 79,58
Sumber : Analisis Data Primer, 2017

Tingkat motivasi petani dalam mengikuti kelompok tani dalam


pengembangan usahatani tembakau memiliki variasi, sehingga dapat

50
dikelompokkan dalam 5 (lima) kategori yaitu sangat rendah, rendah, netral, tinggi,
dan sangat tinggi. Kategori tersebut diperoleh dari skor nilai tertinggi dibagi
menjadi lima untuk dijadikan sebagai interval dalam setiap kategori. Motivasi
petani yang tergolong sangat rendah memiliki skor antara 0-14, motivasi petani
yang tergolong rendah memiliki skor antara 12-22, motivasi petani yang tergolong
sedang memiliki skor antara 23-33, motivasi petani yang tergolong tinggi
memiliki skor antara 34-44, dan motivasi petani yang tergolong sangat tinggi
memiliki skor antara 45-58. Sebaran petani berdasarkan tingkat motivasi dalam
mengikuti kelompok tani untuk pengembangan usahatani tembakau di Kabaputan
Temanggung dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7 Sebaran Petani Berdasarkan Motivasi dalam Mengikuti Kelompok Tani
untuk Pengembangan Usahatani Tembakau di Kabupaten Temanggung
No Kategori Motivasi (Skor) Jumlah (Orang) Presentase (%)
1. Sangat rendah (0-11) 0 0,00
2. Rendah (12-22) 0 0,00
3. Netral (23-33) 2 3,33
4. Tinggi (34-44) 22 36,67
5. Sangat tinggi (45-58) 36 60,00
Jumlah 60 100,00
Sumber: Analisis Data Primer 2017
Berdasarkan Tabel 5.7. dapat dilihat bahwa hampir keseluruhan responden
berjumlah 60 petani dalam penelitian ini memiliki kategori motivasi yang tinggi.
Petani yang memiliki sikap kategori sedang sebesar 36,67%, petani yang memiliki
sifat tinggi sebesar 36,67%, dan petani yang memiliki sikap sangat tinggi sebesar
60,00%. Hal ini menunjukan petani memiliki dorongan serta semangat yang tinggi
dalam mengikuti kegiatan kelompok tani serta menjadi anggota dalam kelompok
tani untuk pengembangan usahatani tembakau. Kegiatan budidaya tembakau
merupakan mata pencaharian mayoritas petani di Kecamatan Bansari saat musim
kemarau tiba, karena untuk menanam komoditas yang memerlukan air yang
banyak tidak akan tumbuh sebaik tembakau yang ditanam didaerah ini.
5.6 Peran Ketua Kelompok
Ketua kelompok adalah seseorang yang terpilih dan diberikan wewenang
oleh anggotanya untuk memimpin, mengatur jalnnya kelompok, sehingga ketua
kelompok memiliki pengaruh yang besar terhadap keputusan-keputusan kelompok
dalam mencapai tujuan bersama. Peran ketua kelompok tani dalam penelitian ini

51
adalah sebagai motivator, komunikator, fasilitator, dan innovator. Berdasarkan
Tabel 5.8. dapat diketahui bahwa tingkat peran ketua kelompok tani untuk
pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten Temanggung termasuk dalam
kategori sering yaitu sebesar 74,54%. Hal ini menunjukkan bahwa ketua
kelompok tani untuk pengembangan usahatani tembakau sering melakukan
kegiatan-kegiatan untuk membantu anggotanya lebih memajukan usahatani
tembakau. Peran ketua kelompok dalam penelitian ini yakni sebagai motivator,
fasilitator, komunikator, dan inovator.
Komponen peran ketua kelompok paling tinggi adalah sebagai
komunikator yaitu sebesar 82,99%. Indikator tertinggi dalam peran kelompok
tani sebagai komunikator adalah ketua kelompok tani memberikan kesempatan
pada anggota untuk menyampaikan pendapat sebesar 91,75%. Hal tersebut
menunjukan bahwa ketua kelompok tani selalu memberikan kesempatan pada
anggota untuk menyampaikan pendapat. Para anggota kelompok dapat memiliki
informasi-informasi terbaru dengan saling berdiskusi dan menyampaikan ide serta
pendapatnya. Indikator terendah pada komponen komunikator yaitu ketua
kelompok tani memberikan informasi sesuai kebutuhan sebesar 75,60%. Hal ini
menandakan bahwa ketua kelompok tani menurut kebanyakan anggota kelompok
tani sering memberikan informasi sesuai kebutuhan namun tidak selalu. Hal ini
dikarenakan ketua kelompok tani terkadang tidak mempunyai pengetahuan yang
lebih tentang masalah yang ada. Ketua kelompok tani juga kekurangan sumber
informasi untuk mengatasi masalah yang ada, hanya tergantung pada penyuluh,
yang terkadang lebih menekankan ke budidaya lainnya selain tembakau.
Selanjutnya komponen peran ketua kelompok tani tertinggi kedua adalah
sebagai fasilitator sebesar 75,84%. Indikator tertinggi pada komponen fasilitator
adalah ketua kelompok tani membantu anggota memperoleh alsintan sebesar
84,00%. Hal ini dikarenakan ketua kelompok tani selalu aktif menanyakan kepada
pihak terkait seperti balai penyuluh pertanian agar kelompok taninya
mendapatkan bantuan alat mesin pertanian sehingga dapat mempermudah para
petani dalam membudidayakan tembakau. Contoh alsintan yang didapatkan di
kelompok tani maju makmur adalah handtraktor berjumlah 1 (satu) unit. Indikator
terendah pada komponen fasilitator adalah ketua kelompok tani membantu

52
menghubungkan dengan pasar/pedagang sebesar 65,00%. Hal ini dikarenakan
hanya sedikit perusahaan yang menjadi mitra dari kelompok tani sehingga ketua
kelompok tani tidak terlalu berperan dalam membantu menguhubungkan
pasar/pedagang. Selain itu anggota kelompok tani biasanya sudah memiliki
langganan untuk memasarkan hasil tembakaunya. Selanjutnya komponen peran
kelompok tani tertinggi ketiga adalah sebagai motivator yaitu sebesar 71,51%.
Indikator tertinggi pada komponen motivator adalah ketua kelompok tani
mendorong anggota agar selalu mengikuti pertemuan kelompok yaitu sebesar
90,50%. Hal tersebut menandakan bahwa ketua kelompok tani selalu membuat
anggota untuk selalu aktif untuk mengikuti pertemuan kelompok.
Ketua kelompok tani memiliki peran yang penting untuk menjadikan
anggota selalu mengikuti pertemuan kelompok, ketua yang disegani oleh
anggotanya akan menjadikan para anggota kelompok tani menjadi patuh dan
selalu menunggu untuk mengikuti pertemuan kelompok tani karena dianggap
bermanfaat dan jika tidak mengikuti pertemuan kelompok menjadi rugi karena
akan kehilangan informasi. Indikator terendah pada kategori motivator yaitu ketua
kelompok tani mendorong anggota untuk menjalin hubungan dengan mahasiswa
sebesar 53,33%. Hal ini dikarenakan kadang-kadang mahasiswa datang untuk
berkomunikasi atau menjalin hubungan dengan kelompok tani. Hanya pada saat
ada Kuliah Kerja Nyata ataupun ketika ada program pendamping yang
mengikutsertakan mahasiswa. Komponen peran ketua kelompok tani terendah
adalah sebagai inovator sebesar 67,80%. Indikator tertinggi pada komponen
inovator adalah ketua kelompok tani memperkenalkan cara pemasaran baru yaitu
sebesar 75,67%. Hal ini dikarenakan ketua kelompok memiliki peran untuk petani
agar mengetahui cara pemasaran baru. Seperti kelompok tani mempunyai mitra
agar para anggota memasarkan kepada rekan perusahaan mitranya. Indikator
terendah pada komponen inovator adalah ketua kelompok memperkenalkan cara
penyimpanan hasil panen sebesar 51,67%. Hal ini dikarenakan tembakau yang
dipanen langsung dijemur dan setelah kering langsung di beli atau didistribusikan
ke pabrik, sehingga belum ada inovasi untuk menyimpan yang dilakukan oleh
ketua kelompok tani. Tingkat peran ketua kelompok tani dapat dilihat pada Tabel
5.8. sebagai berikut yaitu :

53
Tabel 5.8 Peran Ketua Kelompok tani untuk Pengembangan Usahatani Tembakau
di Kabupaten Temanggung
No Indikator Interval Skor Rerata Tingkat Peran
Skor Capaian (%)
A. Motivator
1. Ketua kelompok mendorong anggota meningkatkan 0-5 3,87 77,40
pengembangan usaha
2. Ketua kelompok mendorong anggota agar selalu mengikuti 0-4 3,62 90,50
pertemuan
3. Ketua kelompok mendorong anggota menjalin hubungan 0-5 3,95 79,00
dengan penyuluh
4. Ketua kelompok memberikan informasi yang mudah 0-3 1,72 57,33
dipahami
5. Ketua kelompok mendorong anggota menjalin hubungan 0-3 1,60 53,33
dengan mahasiswa
Jumlah (A) 0-20 14,76
Rerata (A) 71,51
B. Komunikator
1. Ketua kelompok mendorong anggota menjalin hubungan 0-5 3,78 75,60
dengan mahasiswa
2. Ketua kelompok memberikan informasi yang mudah 0-4 3,52 88,00
dipahami baik
3. Ketua kelompok memberikan informasi yang lengkap dan 0-5 3,83 76,60
sistematis
4. Ketua kelompok memberikan kesempatan pada anggota untuk 0-4 3,67 91,75
menyampaikan pendapat
Jumlah (B) 0-18 14,80
Rerata (B) 82,99
C. Fasilitator
1. Ketua kelompok membantu anggota memperoleh alsintan 0-5 4,20 84,00
2. Ketua kelompok membantu memperoleh informasi terkait 0-5 3,93 78,60
inovasi dan teknologi pertanian
3. Ketua kelompok membantu anggota memperoleh bantuan 0-5 3,78 75,60
saprotan
4. Ketua kelompok menghubungkan anggota dengan 0-3 1,95 65,00
pasar/pedagang
5. Ketua kelompok menyampaikan masalah yang dialami 0-5 3,80 76,00
anggota kepada pihak terkait (PPL)
Jumlah (C) 0-18 14,80
Rerata (C) 82,99
D. Inovator
1. Ketua kelompok memperkenalkan cara pembibitan baru 0-3 2,05 68,33
2. Ketua kelompok memperkenalkan cara pemupukan baru 0-3 2,08 69,33
3. Ketua kelompok memperkanalkan cara pemasaran baru 0-3 2,27 75,67
4. Ketua kelompok memperkenalkan cara penyimpanan hasil 0-3 1,55 51,67
panen
5. Ketua kelompok memperkenalkan cara memberantas hama 0-3 2,22 74,00
secara alami
Jumlah (D) 0-15 10,17
Rerata (D) 67,80
Total (A+B+C+D) 0-76 57,39
Rerata (A+B+C+D) 74,54
Sumber : Analisis Data Primer, 2017

54
Tingkat peran ketua kelompok tani dalam pengembangan usahatani
tembakau memiliki variasi, sehingga dapat dikelompokkan dalam 5 (lima)
kategori yaitu sangat rendah, rendah, netral, tinggi, dan sangat tinggi. Kategori
tersebut diperoleh dari skor nilai tertinggi dibagi menjadi 5 (lima) untuk dijadikan
sebagai interval dalam setiap kategori. Peran ketua kelompok tani yang tergolong
sangat rendah memiliki skor antara 0-15, peran ketua kelompok tani yang
tergolong rendah memiliki skor antara 16-30, peran ketua kelompok tani yang
tergolong sedang memiliki skor antara 31-45, peran ketua kelompok tani yang
tergolong tinggi memiliki skor antara 46-60, dan peran ketua kelompok tani yang
tergolong sangat tinggi memiliki skor antara 61-76. Sebaran petani berdasarkan
tingkat peran ketua kelompok tani dalam pengembangan usahatani tembakau di
Kabaputan Temanggung dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9. Sebaran Petani Berdasarkan Peran Ketua Kelompok Tani di Kabupaten
Temanggung
No Kategori Peran Ketua (Skor) Jumlah (Orang) Presentase (%)
1. Sangat rendah (0-15) 0 0,00
2. Rendah (16-30) 0 0,00
3. Netral (31-45) 7 11,67
4. Tinggi (46-60) 30 50,00
5. Sangat tinggi (61-76) 23 38,33
Jumlah 60 100,00
Sumber : Analisis Data Primer, 2017
Berdasarkan Tabel 5.9. dapat dilihat 7 (tujuh) petani yang termasuk
kategori sedang sebesar 11,67% dalam menilai peran ketua kelompok tani,
selanjutnya terdapat 30 petani yang termasuk kategori tinggi sebesar 50,00%
dalam menilai peran ketua kelompok tani , dan terdapat 23 petani yang termasuk
kategori sangat tinggi sebesar 38,33% dalam menilai peran ketua kelompok tani.
Hal ini menunjukan bahwa lebih banyak petani yang menilai ketua kelompok tani
sudah menjalankan perannya dengan baik. Ketua kelompok tani yang baik akan
dapat mempengaruhi anggotanya, sehingga anggota lebih mudah untuk
diorganisir dalam mengembangkan usahatani tembakau.
5.7 Keaktifan Anggota Kelompok Tani Dalam Kegiatan Kelompok
Keaktifan anggota adalah intensitas keterlibatan anggota dalam mengikuti
setiap kegiatan tertentu yang dilakasankan oleh organisasi atau kelompok,
keaktifan anggota dalam kelompok tani ditentukan dengan seberapa sering

55
keterlibatan anggota kelompok dalam mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh
kelompok tani, semakin sering intensitas keterlibatan anggota, partisipasi dalam
menyumbang ide dan tenaga dalam kelompok maka tingkat keaktifan anggota
semakin tinggi. Tingkat keaktifan petani dalam kegiatan kelompok untuk
pengembangan usahatani tembakau dapat dilhat pada Tabel 5.10

Tebel 5.10 Tingkat Keaktifan Petani dalam Kegiatan Kelompok untuk


Pengembangan Usahatani Tembakau di Kabupaten Temanggung

No Indikator Interval Skor Tingkat


Skor Rerata Keaktifan (%)
Capaian
Keaktifan Petani
1. Kehadiran mengikuti kegiatan 0-4 3,70 92,50
kelompok tani
2. Keaktifan menyampaikan 0-5 3,70 74,00
pendapat atau ide-ide
3. Keaktifan bertanya apabila ada 0-5 4,22 84,40
yang tidak jelas
4. Kekatifan mencatat hal penting 0-3 2,17 72,33
saat kegiatan
5. Keaktifan membantu anggota lain 0-5 3,93 78,60
yang belum jelas mengenai
materi kegiatan
6. Keaktifan memberikan informasi 0-4 2,80 70,00
dari luar kepada orang lain
7. Keaktifan menyebarkan informasi 0-3 2,53 84,33
hasil kegiatan ke anggota lain
Jumlah 0-29 23,05
Rerata 79,45
Sumber : Analisis Data Primer, 2017

Berdasarkan Tabel 5.10 menunjukan bahwa tingkat keaktifan petani dalam


mengikuti kegiatan kelompok memiliki presentase sebesar 79,45%, yang berarti
bahwa dalam keaktifan keanggotaan anggota sering mengikuti kegiatan di dalam
kelompok tani. Indikator keaktifan petani tertinggi adalah kehadiran dalam
mengikuti kegiatan kelompok sebesar 92,50%. Hal ini dikarenakan petani merasa
penting untuk selalu hadir disetiap kegiatan kelompok tani karena petani
tembakau yang ada memiliki motivasi yang baik untuk mengembangkan
usahatani tembakau yang dibudidayakannya. Indikator terendah pada keaktifan
petani dalam kegiatan adalah keaktifan memberikan informasi dari luar kepada

56
anggota lain sebesar 70,00%. Hal ini disebabkan petani lebih fokus untuk
mengetahui informasi untuk kegiatan usahatani nya sendiri, sehingga cenderung
kurang berani untuk memberikan informasi dari luar kepada anggota lain. Hal ini
juga disebabkan karena petani masih kurang mendapatkan informasi dari luar
sehingga informasi yang diterima sedikit untuk diberikan kembali kepada anggota
lain.
Tingkat keaktifan petani dalam mengikuti kegiatan dalam pengembangan
usahatani tembakau memiliki variasi, sehingga dapat dikelompokkan dalam lima
kategori yaitu sangat rendah, rendah, netral, tinggi, dan sangat tinggi. Kategori
tersebut diperoleh dari skor nilai tertinggi dibagi menjadi 5 (lima) untuk dijadikan
sebagai interval dalam setiap kategori. Keaktifan petani yang tergolong sangat
rendah memiliki skor antara 0-6, keaktifan petani yang tergolong rendah memiliki
skor antara 6-12, keaktifan petani yang tergolong sedang memiliki skor antara 13-
18, kekatifan petani yang tergolong tinggi memiliki skor antara 19-24, dan
keaktifan petani yang tergolong sangat tinggi memiliki skor antara 24-36. Sebaran
petani berdasarkan tingkat keaktifan dalam mengikuti kelompok tani untuk
pengembangan usahatani tembakau di Kabaputan Temanggung dapat dilihat pada
tabel 5.11.

Tabel 5.11. Sebaran Petani Berdasarkan Keaktifan Anggota Tani di Kabupaten


Temanggung
No Kategori Keaktifan (Skor) Jumlah (Orang) Presentase (%)
1. Sangat rendah (0-6) 0 0,00
2. Rendah (7-12) 0 0,00
3. Netral (13-18) 3 63,33
4. Tinggi (19-24) 38 50,00
5. Sangat tinggi (25-36) 19 31,67
Jumlah 60 100,00
Sumber : Analisis Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 5.11 dapat dilihat bahwa 3 (tiga) petani yang memiliki
tingkat keaktifan sedang dengan presentase sebesar 63,33%, selanjutnya terdapat
38 petani yang memiliki tingkat keaktifan tinggi dengan presentase sebesar
50,00%, dan terdapat 19 petani yang memiliki tingkat keaktifan sangat tinggi
dengan presentase sebesar 31,67%. Hal ini menunjukan bahwa keaktifan dalam
kegiatan kelompok tani masih dianggap penting oleh petani. Semakin aktif

57
seorang petani dalam mengikuti kegiatan kelompok tani, maka para petani akan
memperoleh banyak informasi tentang pengembangan usahatani tembakau.
Semakin banyak memperoleh informasi tentang cara pengembangan usahatani
tembakau, maka petani akan semakin baik dalam mengelola usahatani tembakau.

58
VI. PERAN KELOMPOK TANI SEBAGAI MEDIA PENYULUHAN
DALAM PENGEMBANGAN USAHATANI TEMBAKAU
DI KABUPATEN TEMANGGUNG

Kelompok tani adalah suatu wadah bagi petani untuk beraktifitas atau
melakukan kegiatan yang bermanfaat untuk anggotanya satu sama lain. Kelompok
tani terbentuk karena adanya persamaan dalam suatu hal atau kepentingan para
anggotanya. Kelompok tani memiliki fungsi diantaranya sebagai media belajar,
media kerjasama dan mendukung berlangsungnya unit produksi. Peran atau tugas
sebagai media belajar ini merupakan salah satu fungsi utama kelompok dalam
memberikan informasi dan pengetahuan tentang bidang pertanian kepada petani
anggota. Melalui informasi yang diberikan dari kelompok tani diharapkan segala
informasi untuk pengembangan usahatani dapat disampaikan kepada sesama
anggota atau petani tembakau di Kabupaten Temanggung. Kelompok tani di
samping berperan sebagai media belajar juga memiliki peran sebagai media
kerjasama dan unit produksi.

6.1 Peran Kelompok Tani


Peran kelompok yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
pelaksanaan fungsi-fungsi kelompok sebagai: kelas belajar, unit kerjasama dan
unit produksi. Kelompok tani memiliki fungsi yang penting untuk menunjang
petani agar selalu aktif dalam memikirkan usahatani yang dikelolanya agar terus
berkembang lebih maju. Kelompok tani sebagai kelas belajar, yakni kelompok
tani tersebut dapat melakukan kegiatan-kegiatan pertemuan rutin, mengundang
narasumber, dan melakukan kegiatan yang berguna untuk petani. Kegiatan
tersebut dapat dilaksanakan oleh petani ataupun pemerintah yang berkepentingan.
Kelompok tani sebagai media kerjasama, yakni kelompok tani dapat menetapkan
kesepakatan atau ketentuan yang wajib dilaksanakan seluruh anggota, serta sanksi
bagi anggota yang melanggar, kelompok tani juga mendorong anggota untuk
melaksanakan kegiatan untuk saling membantu diantara anggota kelompok,
melaksanakan administrasi kelompok, juga melaksanakan kerjasama dengan
kelompok lain untuk meningkatkan usahatani masing-masing. Kelompok tani

59
sebagai unit produksi, yakni melakukan kegiatan seperti menganalisa potensi
pasar dan peluang pengembangan komoditas yang lebih menguntungkan.
1. Media Belajar
Peran kelompok tani sebagai media penyuluhan dalam pengembangan
usahatani tembakau sebagai media belajar di Kabupaten Temanggung dapat
dilihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1. Peran Kelompok Tani sebagai Media Belajar di Kabupaten


Temanggung
No Indikator Interval Skor Tingkat
Skor Rerata Peran
Capaian (%)
Media Belajar
1. Aktivitas kelompok dalam 0-3 2,30 76,67
memberikan pengetahuan
2. Aktivitas kelompok dalam 0-5 3,83 76,60
memberikan keterampilan
3. Aktivitas kelompok dalam 0-4 3,63 90,75
memberikan pengetahuan yang
bermanfaat bagi petani
4. Aktivitas kelompok dalam 0-4 3,62 90,50
memberikan keterampilan yang
bermanfaat bagi petani
5. Aktivitas kelompok dalam 0-5 4,20 84,00
memberikan pengetahuan mudah
dipahami dan diterapkan
6. Aktivitas kelompok dalam 0-5 3,77 75,40
memberikan keterampilan mudah
dipahami dan diterapkan
7. Pengetahuan petani bertambah 0-5 3,92 78,40
karena aktivitas kelompok tani
8. Keterampilan petani bertambah 0-5 4,28 85,60
karena aktivitas kelompok tani
9. Aktivitas kelompok dalam belajar 0-5 3,75 75,00
untuk memaksimalkan potensi
lahan
Jumlah 0-40 33,30
Rerata 81,44
Sumber : Analisis Data Primer, 2017

Berdasarkan Tabel 6.1 dapat diketahui bahwa tingkat peran kelompok tani
sebagai media belajar termasuk dalam kategori selalu yaitu sebesar 81,44% . Hal

60
ini menunjukkan bahwa kelompok tani menjalankan peranannya sebagai media
belajar dengan sangat baik. Indikator tertinggi dalam peran kelompok tani sebagai
media belajar adalah aktivitas kelompok dalam memberikan pengetahuan yang
bermanfaat bagi petani yaitu 90,75%, karena petani merasakan bahwa pesan
ataupun informasi-informasi yang disampaikan di kelompok tani baik saat
penyuluhan maupun informasi yang datang dari ketua maupun anggota kelompok
lainnya bermanfaat untuk mengembangkan usahatani tembakau yang
dibudidayakannya. Sedangkan indikator terendah dengan presentase 75% ada
pada indikator yaitu aktivitas kelompok dalam belajar untuk memaksimalkan
potensi lahan karena dengan mengikuti kelompok tani tidak berarti dapat dengan
mudah memaksimalkan potensi lahan yang dimiliki. Petani tembakau sangat
tergantung pada cuaca yang ada sehingga walaupun sudah belajar untuk
memaksimalkan potensi lahan, semua masih tergantung pada cuaca.
Penelitian ini mengelompokkan peran kelompok tani sebagai media
belajar ke dalam kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.
Sebaran peranan kelompok tani sebagai media belajar dapat dilihat pada Tabel 6.2

Tabel 6.2 Sebaran Petani Berdasarkan Peran Kelompok Tani sebagai Media
Belajar Kabupaten Temanggung

No Kategori Media Belajar (Skor) Jumlah (Orang) Presentase (%)


1. Sangat rendah (0-8) 0 0,00
2. Rendah (9-17) 0 0,00
3. Netral (18-26) 6 10,00
4. Tinggi (27-35) 29 48,33
5. Sangat tinggi (36-44) 25 41,67
Jumlah 60 100,00
Sumber : Analisis Data Primer, 2017

Dari Tabel 6.2. dapat disimpulkan bahwa mayoritas petani menilai peran
kelompok tani sebagai media belajar dalam kategori sedang yaitu sebesar 6
(enam) orang dengan presentase 10,00%. 29 orang petani menilai peran kelompok
sebagai media belajar dalam ketegori tinggi yaitu sebesar 48,33%, dan 25 orang
petani menilai peran kelompok sebagai media belajar dalam kategori sangat tinggi
yaitu sebesar 41,67%. Hal ini memperlihatkan peran kelompok tani sebagai media
belajar cukup dirasakan oleh petani karena hanya 6 petani saja yang menilai peran
kelompok tani sebagai media belajar dalam kategori rendah. Kelompok tani

61
menjadwalkan secara rutin setiap kegiatan kelompok sebagai media belajar seperti
kegaiatan rapat awal musim, kegiatan piket untuk pembuatan pupuk organik,
sehingga peran kelompok tani sebagai media belajar cukup dirasakan oleh petani.

2. Media Kerjasama
Peran kelompok tani sebagai media kerjasama adalah sebagai wadah
kerjasama antar anggota dalam penyediaan modal, pengadaan alat mesin
pertanian, saling membantu dalam penyediaan sarana produksi, media kerjasama
dalam pengelolaan produksi pertanian hingga pemasaran dengan mendirikan pasar
lelang untuk menjual hasil pertanian. Dengan melakukan kerjasama pelaksaan
produksi akan menjadi lebih efektif dan efisien. Peran kelompok tani sebagai
media kerjasama dapat diliha pada Tabel 6.3

Tabel 6.3 Peran Kelompok Tani sebagai Media Kerjasama di Kabupaten


Temanggung
No Indikator Interval Skor Tingkat
Skor Rerata Peran
Capaian (%)
Media Kerjasama
1. Aktivitas kerjasama dalam 0-3 1,75 58,33
penyediaan modal
2. Aktivitas kerjasama dalam 0-3 1,73 57,67
penyediaan saprotan
3. Aktivitas dalam penyediaan 0-3 1,53 51,00
alsintan
4. Aktivitas kerjasama dalam 0-3 1,42 47,33
penyimpanan hasil panen
5. Aktivitas kerjasama dalam 0-4 1,87 46,75
pemasaran
6. Aktivitas kerjasama untuk 0-5 4,18 83,60
meningkatkan kualitas tembakau
7. Aktivitas kerjasama untuk 0-5 3,82 76,40
meningkatkan produksi tembakau
8. Aktivitas kerjasama untuk 0-2 1,07 53,50
meningkatkan perbaikan irigasi
lahan
9. Aktivitas kerjasama untuk 0-5 4,12 82,40
memaksimalkan potensi lahan
yang dimiliki
Jumlah 0-33 21,49
Rerata 61,89
Sumber : Analisis Data Primer, 2017

62
Berdasarkan Tabel 6.3 dapat diketahui bahwa tingkat peran kelompok tani
sebagai media kerjasama termasuk dalam kategori sering yaitu sebesar 61,89%.
Hal ini menunjukkan bahwa kelompok tani dapat menjalankan peranannya
sebagai media kerjasama dengan cukup baik. Indikator tertinggi dalam peran
kelompok tani sebagai media kerjasama adalah aktivitas kerjasama untuk
meningkatkan kualitas tembakau yaitu 83,60%, karena dalam meningkatkan
kualitas tembakau yang dimiliki memerlukan kerjasama sesama anggota agar
hasilnya lebih optimal seperti saat pemberantasan hama agar tembakau yang
ditanam dapat sehat dan memiliki kualitas super. Sedangkan indikator terendah
dengan presentase 46,75% yaitu aktivitas kerjasama dalam pemasaran, karena
dalam melakukan pemasaran tembakau biasanya para petani sudah memiliki
orang yang dipercaya untuk memasukkan hasil produksinya ke perusahaan rokok
sehingga walaupun dapat informasi mengenai pemasaran, para petani sudah
menetapkan pilihannya sendiri untuk memasarkan hasil produksi tembakaunya.
Penelitian ini mengelompokkan peran kelompok tani sebagai media
kerjasama ke dalam kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat
tinggi. Sebaran peranan kelompok tani sebagai media belajar dapat dilihat pada
Tabel 6.4

Tabel 6.4 Sebaran Petani Berdasarkan Peran Kelompok Tani sebagai Media
Kerjasama di Kabupaten Temanggung

No Kategori Media Jumlah (Orang) Presentase (%)


Kerjasama (Skor)
1. Sangat rendah (0-7) 1 1,67
2. Rendah (8-15) 8 13,33
3. Netral (16-23) 32 53,33
4. Tinggi (24-31) 16 26,67
5. Sangat tinggi (32-39) 3 5,00
Jumlah 60 100,00
Sumber : Analisis Data Primer, 2017

Dari Tabel 6.4 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani menilai
sedang terhadap peran kelompok tani sebagai media kerjasama yaitu sebesar
53,33% atau 32 petani, selanjutnya petani yang menilai tinggi ada 16 orang petani
dengan presentase sebesar 26,67%, petani yang menilai sangat tinggi ada 3 orang
petani dengan presentase 5,00%, sedangkan pada kategori sangat rendah ada 1

63
(satu) orang petani dengan presentase 1,67%, dan ada 8 (delapan) orang petani
dengan presentase sebesar 13,33% yang menilai rendah peran kelompok tani
sebagai media kerjasama. Hal ini dapat dikatakan peran kelompok tani sebagai
media kerjasama kurang cukup baik atau sedang dalam membantu petani untuk
mengembangakan usahatani tembakau, karena sebagai komoditas utama yang
ditanam oleh petani saat musim kemarau, semua petani menjadi lebih terfokus
pada usahatani tembakau yang ditanamnya sendiri-sendiri sehingga peran
kelompok tani sebagai media kerjasama seperti untuk modal, dan pemasaran
sudah dipersiapkan oleh individu petani itu sendiri.

3. Unit Produksi
Tugas kelompok tani sebagai unit produksi diantaranya sebagai lembaga
penyedia modal bagi anggota, membantu dalam penyediaan sarana produksi,
pengadaan alat mesin pertanian dan membantu dalam proses pemasaran hasil.
Peran kelompok tani sebagai unit produksi dapat dilihat pada Tabel 6.5
Dari Tabel 6.5 dapat diketahui bahwa peran kelompok tani sebagai unit
produksi termasuk dalam kategori kadang-kadang yaitu sebesar 52,45%. Hal ini
menunjukkan kelompok tani tidak selalu menjalankan perannya sebagai unit
produksi. Indikator tertinggi adalah fasilitasi kelompok dalam mendapatkan cara
produksi dengan pemberantasan hama dan penyakit dengan persentase sebesar
73,40%. Hal ini dikarenakan dengan mengikuti kelompok petani memiliki
informasi mengenai cara pemberantasan hama dan penyakit baik informasi yang
didapatkan dari kegiatan penyuluhan maupun dari instansi yang lainnya.
Sedangkan indikator terendah sebesar 35,00% yaitu fasilitasi kelompok dalam
penyediaan pestisida Hal ini dikarenakan kelompok tani tidak menyediakan
pestisida yang dibutuhkan oleh petani sehingga kurang dirasakan manfaatnya.
Biasanya petani mendapatkan pestisida dengan membeliki ke toko pertanian di
dekat pasar. Peran kelompok tani sebagai unit produksi dapat dilihat pada Tabel
6.5

64
Tabel 6.5 Peran Kelompok Tani sebagai Unit Produksi di Kabupaten
Temanggung

No Indikator Interval Skor Tingkat


Skor Rerata Peran
Capaian (%)
Unit Produksi
1. Fasilitasi kelompok dalam 0-3 1,17 39,00
penyediaan modal
2. Fasilitasi kelompok dalam 0-3 1,52 50,67
penyediaan pupuk
3. Fasilitasi kelompok dalam 0-3 1,25 41,67
penyediaan bibit
4. Fasilitasi kelompok dalam 0-3 1,05 35,00
penyediaan pestisida
5. Fasilitasi kelompok dalam 0-3 1,43 47,67
melakukan pengolahan hasil
6. Fasilitasi kelompok dalam 0-3 1,82 60,67
pemasaran hasil
7. Fasilitasi kelompok dalam 0-3 2,10 70,00
mendapatkan cara produksi
dengan penggunaan jarak tanam
8. Fasilitasi kelompok dalam 0-2 1,08 54,00
mendapatkan cara produksi
dengan penggunaan irigasi yang
baik
9. Fasilitasi kelompok dalam 0-5 3,67 73,40
mendapatkan cara produksi
dengan pemberantasan hama dan
penyakit
Jumlah 0-28 15,09
Rerata 52,45
Sumber : Analisis Data Primer, 2017

Penelitian ini mengelompokkan peran kelompok tani sebagai unit produksi


ke dalam kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Dari
Tabel 6.6 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani menilai sedang terhadap
peran kelompok tani sebagai unit produksi yaitu sebesar 51,67% atau 31 petani,
selanjutnya petani yang menilai tinggi ada 14 orang petani dengan presentase
sebesar 23,33%, petani yang menilai sangat tinggi ada 4 (empat) orang petani
dengan presentase 6,67, pada kategori sangat rendah ada 8 (delapan) petani
dengan presentase 13,33%, sedangkan pada kategori sangat rendah ada 3 (tiga)

65
orang petani dengan presentase 5,00%. Hal ini dapat dikatakan peran kelompok
tani sebagai unit produksi kurang cukup baik atau sedang dalam membantu petani
untuk mengembangakan usahatani tembakau. Hal ini dikarenakan mahalnya harga
pupuk, pestisida dalam melakukan usahatani tembakau, sehingga para petani tetap
mengeluarkan biaya produksi yang tinggi walaupun mengikuti kelompok tani.
Modal juga cukup tinggi untuk mengusahakan tembakau sehingga perolehan
modal yang didapat dari bantuan pemerintah untuk usahatani tembakau kurang
dirasakan oleh petani. Sebaran peranan kelompok tani sebagai media belajar dapat
dilihat pada Tabel 6.6.

Tabel 6.6 Sebaran Petani Berdasarkan Peran Kelompok Tani sebagai Unit
Produksi di Kabupaten Temanggung
No Kategori Unit Produksi (Skor) Jumlah (Orang) Presentase (%)
1. Sangat rendah (0-5) 3 5,00
2. Rendah (6-11) 8 13,33
3. Netral (12-17) 31 51,67
4. Tinggi (18-23) 14 23,33
5. Sangat tinggi (24-29) 4 6,67
Jumlah 60 100,00
Sumber : Analisis Data Primer, 2017

Ringkasan peranan kelompok tani dalam penerapan teknologi budidaya


cabai di lahanpasir pantai Kabupaten Kulon Progo sebagai media belajar, media
kerjasama dan unit produksi dapat dilihat pada Tabel 6.7

Tabel 6.7 Peran Kelompok Tani Sebagai Media Penyuluhan di Kabupaten


Temanggung
Skor
Interval Tingkat
No Indikator Rerata
Skor Peran(%)
Capaian
1 Media Belajar 0-40 33.30 81,44
2 Media Kerjasama 0-33 9,01 61,89
3 Unit Produksi 0-38 15,09 52,45
Jumlah 0-101 57,40
rerata 65,25
Sumber : Analisis Data Primer, 2017

66
Berdasarkan Tabel 6.7 dapat diketahui bahwa tingkat peran kelompok tani
sebesar 65,25%, artinya kelompok tani sering menjalankan perananya sebagai
media belajar, media kerjasama dan unit produksi bagi anggota kelompoknya
yaitu petani tembakau di Kabupaten Temanggung. Sehingga petani dapat
merasakan manfaat dari bergabung dengan peran kelompok tani.
Penelitian ini mengelompokkan peran kelompok tani sebagai media
penyuluhan ke dalam kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat
tinggi. Dari Tabel 6.8 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani menilai
sedang dan tinggi dengan jumlah 22 petani dengan presentase 36,67%,
selanjutnya petani yang menilai sangat tinggi ada 15 orang petani dengan
presentase sebesar 25,00%, sedangkan pada kategori sangat rendah ada 1 orang
petani dengan presentase 36,67%. Dengan hal ini sebagian besar petani merasakan
kelompok tani sebagai media penyuluhan dapat membantu petani dalam
mengembangkan usahatani tembakau di Kabupaten Temanggung. Sebaran
peranan kelompok tani sebagai media belajar dapat dilihat pada Tabel 6.8

Tabel 6.8 Sebaran Petani Berdasarkan Peran Kelompok Tani sebagai Media
Penyuluhan di Kabupaten Temanggung
No Kategori Peran Kelompok Jumlah (Orang) Presentase (%)
(Skor)
1. Sangat rendah (0-20) 0 0,00
2. Rendah (21-41) 1 1,67
3. Netral (42-61) 22 36,67
4. Tinggi (62-81) 22 36,67
5. Sangat tinggi (82-101) 15 25,00
Jumlah 60 100,00
Sumber : Analisis Data Primer, 2017

6.2 Peran Kelompok Tani sebagai Media Penyuluhan Mempengaruhi


Pengembangan Usahatani Tembakau di Kabupaten Temanggung.
Dalam penelitian ini hipotesis yang pertama adalah diduga semakin tinggi
peran kelompok tani sebagai media penyuluhan, meningkatkan pengembangan
usahatani tembakau oleh petani. Selanjutnya, peran kelompok tani sebagai media
penyuluhan yang diduga berpengaruh nyata terhadap pengembangan usahatani
tembakau dianalisis berdasarkan data yang telah diperoleh dari lapangan. Analisis
yang digunakan adalah analisis linier berganda dengan menggunakan SPSS 16.0

67
for Windows dengan metode backward. Variabel dependen yang digunakan
adalah pengembangan usahatani tembakau, sedangkan variabel independennya
adalah peran kelompok tani sebagai unit belajar, peran kelompok tani sebagai
media kerjasama, dan peran kelompok tani sebagai unit produksi. Hasil analisis
regresi dapat dilihat pada Tabel 6.9

Tabel 6.9 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda mengenai Peran kelompok Tani
dalam Pengembangan Usahatani Tembakau (Model 1)
No Variabel Koefisien t Hitung Signifikansi Keterangan
Regresi
1. Peran Kelompok 0,449 5,503 0,000 *
Tani sebagai Unit
Belajar (X1)
2. Peran Kelompok 0,297 2,530 0,014 *
Tani sebagai Unit
Produksi (X2)
3. Peran Kelompok -0,165 -1,489 0,142 NS
Tani sebagai Unit
Kerjasama (X3)
Konstanta 22,099
R 0,690
R square 0,476
Adjusted R Square 0,448
F hitung 16,959
F tabel 0,1941
Keterangan : * : signifikan pada taraf 10%
NS : Non Signifikan pada taraf 10%
Sumber : Analisis Data Primer, 2017

Berikut ini hasil uji setiap hipotesis yang diduga mempengaruhi


pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten Temanggung :
1. Peran Kelompok Tani sebagai Unit Belajar
Berdasarkan Tabel 6.9 dapat diketahui bahwa variable peran kelompok
tani sebagai unit belajar memiliki nilai regresi sebesar 0,449. Setiap kenaikan
satuan peran kelompok tani sebagai unit belajar akan diikuti dengan peningkatan
pengembangan usahatani tembakau sebesar 0,449. Berdasarkan analisis regresi,
nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,000. Nilai signifikansi yang diperoleh
tersebut lebih kecil dari nilai α = 10% (0,1), maka variabel peran kelompok tani
sebagai unit belajar berpengaruh pada pengembangan usahatani tembakau.

68
Hipotesis yang menyatakan bahwa diduga semakin tinggi peran kelompok tani
sebagai unit belajar maka semakin meningkatkan pengembangan usahatani
tembakau di Kabupaten Temanggung, diterima. Hal ini dikarenakan pengetahuan
dan informasi petani bertambah karena mengikuti kelompok tani sehingga peran
kelompok tani sebagai unit belajar dapat mengembangkan usahatani tembakau.

2. Peran Kelompok Tani sebagai Unit Produksi


Berdasarkan Tabel 6.9 dapat dapat diketahui bahwa variabel peran
kelompok tani sebagai unit produksi memiliki nilai regresi sebesar 0,297 dan nilai
signifikansi sebesar 0,014. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari nilai α =
10% (0,1), maka variabel peran kelompok tani sebagai unit produksi berpengaruh
pada pengembangan usahatani tembakau. Hipotesis yang menyatakan bahwa
diduga semakin tinggi peran kelompok tani sebagai unit produksi maka semakin
meningkatkan pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten Temanggung,
diterima. Hal ini dikarenakan kelompok tani dapat membantu anggota kelompok
tani dalam mengembangkan usahatani tani tembakau seperti membantu dalam
menyediakan sarana produksi tanaman tembakau seperti benih, dan pupuk
bersubsidi.
3. Peran Kelompok Tani sebagai Unit Kerjasama
Berdasarkan Tabel 6.9 dapat diketahui bahwa variable peran kelompok
tani sebagai unit kerjasama memiliki nilai regresi sebesar -0,165 dan nilai
signifikansi sebesar 0,142. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari nilai α =
10% (0,1), maka variabel peran kelompok tani sebagai unit kerjasama tidak
berpengaruh pada pengembangan usahatani tembakau. Hipotesis yang
menyatakan bahwa diduga semakin tinggi peran kelompok tani sebagai unit
kerjasama maka semakin meningkatkan pengembangan usahatani tembakau di
Kabupaten Temanggung, ditolak. Hal ini dikarenakan kerjasama antara petani di
bidang tembakau seperti kerjasama untuk meningkatkan kualitas tembakau seperti
pemberantasan hama penyakit secara bersama ketika salah satu lahan petani
terserang virus, itu akan berpengaruh pada kualitas tembakau. Namun hasil dan
harga tembakau tergantung pada masing-masing petani sendiri, apakah nantinya
tembakau yang dipanen cocok dengan keinginan grader, atau tengkulak dari

69
masing-masing petani itu sendiri. Selain itu kerjasama yang sering dilakukan oleh
petani lebih banyak yang mengarah untuk menjaga hubungan sosial antara sesame
anggota kelompok seperti berdiskusi santai. Menurut informasi dari petani yaitu
Markodim, Sareng, Wagiman, Parwadi, dan Rohman pada saat wawancara
tanggal 17 sampai 20 Juli 2017, mengatakan grader yang ditunjuk dari perusahaan
yaitu orang kepercayaan pabrik yang memiliki lahan yang cukup besar,
mengetahui kualitas tembakau, dan dekat dengan para petani tembakau. Salah satu
orang yang dapat dipercaya oleh pabrik tembakau yaitu camat, lurah, maupun
pengusaha tembakau yang sudah lama mempunyai lahan tembakau.
Pengujian menggunakan metode backward setelah masuk pada Model 2
akan dilakukan penghilangan variabel-variabel independent yang tidak signifikan
secara satu per satu. Model terakhir pada pengujian ini adalah Model 2 yang
menampilkan variabel independent berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependent. Hasil analisis linier berganda terhadap faktor yang berpengaruh
signifikan terhadap pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten
Temanggung dapat dilihat pada Tabel 6.10

Tabel 6.10 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda mengenai Peran kelompok
Tani dalam Pengembangan Usahatani Tembakau (Model 2)
No Variabel Koefisien t Hitung Signifikansi Keterangan
Regresi
1. Peran Kelompok 0,397 5,329 0,000 *
Tani sebagai Unit
Belajar (X1)
2. Peran Kelompok 0,173 2,069 0,043 *
Tani sebagai Unit
Produksi (X2)
Konstanta 22,165
R 0,675
R square 0,455
Adjusted R Square 0,436
F hitung 23,823
F tabel 0,105
Keterangan : * : signifikan pada taraf 10%
NS : Non Signifikan pada taraf 10%
Sumber : Analisis Data Primer, 2017

Berdasarkan Tabel 6.10 dapat diketahui bahwa hanya 2 (dua) variabel


yang berpengaruh terhadap pengembangan usahatani tembakau yaitu peran

70
kelompok tani sebagai unit belajar dan peran kelompok tani sebagai unit produksi.
Variabel peran kelompok tani sebagai unit belajar memiliki nilai signifikansi di
bawah α = 10% (0,1) yaitu 0,000 dan peran kelompok tani sebagai unit produksi
memiliki nilai signifikansi 0,043.
Nilai R square yang semakin mendekati 1, maka model fungsi regresi akan
semakin tepat. Berdasarkan Tabel 6.10. nilai R square pada Tabel 6.10. sebesar
0,455 yang berarti nilai tersebut cukup jauh dengan 1, sehingga hubungan antara
peran kelompok tani dengan pengembangan usahatani tembakau kurang kuat.
Nilai Adjusted R square sebesar 0,4366 berarti bahwa pengembangan usahatani
tembakau dipengaruhi peran kelompok tani sebesar 43,66% dan sisanya
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti. Nilai F hitung yang
diperoleh adalah 23,823 lebih besar dari F tabel (0,105). Hal ini menunjukkan
bahwa peran kelompok tani berpengaruh nyata terhadap pengembangan usahatani
tembakau. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda pada Model 2 dapat
diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :
Y= 22,165 + 0,397 X1 + 0,173 X2

Keterangan :
Y = pengembangan usahatani tembakau
X1 = peran kelompok tani sebagai unit belajar
X2 = peran kelompok tani sebagai unit Produksi
Dari persamaan regresi linear berganda di atas dapat dijelaskan hipotesis
masing-masing faktor yang berpengaruh nyata terhadap pengembangan usahatani
tembakau di Kabupaten Temanggung.
a. Peran Kelompok Tani sebagai Unit Belajar
Berdasarkan Tabel 6.10 variabel peran kelompok tani sebagai unit belajar
memiliki koefisien sebesar 0,397 dengan nilai signifikansi 0,000. Nilai
signifikansi peran kelompok tani sebagai unit belajar ini lebih kecil dari taraf
signifikansi α = 10% (0,1). Hal ini menunjukan bahwa peran kelompok tani
sebagai unit belajar berpengaruh nyata terhadap pengembangan usahatani
tembakau. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda dengan Model 2 pada
Tabel 6.10 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :
Y= 22,165 + 0,397 X1

71
Keterangan :
Y = pengembangan usahatani tembakau
X1 = peran kelompok tani sebagai unit belajar

Berdasarkan persamaan regresi tersebut dapat diperoleh grafik yang


menggambarkan pengaruh peran kelompok tani sebagai unit belajar dengan
pengembangan usahatani tembakau. Grafik tersebut dapat dilihat pada Gambar
6.1

70
60 y = 22.165 + 0.397x
Pengembangan Usaha Tani

50 R² = 1
40
30
Tembakau

20
10
0
-150 -100 -50 -10 0 50 100 150
-20
-30
Peran Kelompok Tani sebagai Unit Belajar

Gambar 6.1 Grafik Pengaruh Peran Kelompok Tani sebagai Unit Belajar terhadap
Pengembangan Usahatani Tembakau

Berdasarkan Gambar 6.1 dapat diketahui bahwa variabel peran kelompok


tani sebagai unit belajar memiliki nilai koefisien regresi sebesar +0,397. Hal
tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara peran kelompok tani sebagai unit
belajar dengan pengembangan usahatani tembakau adalah searah. Artinya apabila
terjadi kenaikan nilai peran kelompok tani sebagai unit belajar, maka akan terjadi
kenaikan pada pengembangan usahatani tembakau sebesar 0,397 satuan skor.
Nilai konstanta pada persamaan regresi tersebut adalah 22,165. Apabila tidak ada
pengaruh variabel peran kelompok tani sebagai unit belajar, maka tingkat
pengembangan usahatani tembakau sebesar 22,165 satuan.
b. Peran Kelompok Tani sebagai Unit Produksi
Berdasarkan Tabel 6.10 variabel peran kelompok tani sebagai unit
Produksi memiliki koefisien sebesar 0,173 dengan nilai signifikansi 0,043. Nilai

72
signifikansi peran kelompok tani sebagai unit produksi ini lebih kecil dari taraf
signifikansi α = 10% (0,1). Hal ini menunjukan bahwa peran kelompok tani
sebagai unit produksi berpengaruh nyata terhadap pengembangan usahatani
tembakau. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda dengan Model 2
pada Tabel 6.10. diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :
Y= 22,165 + 0,173 X1
Keterangan :
Y = pengembangan usahatani tembakau
X1 = peran kelompok tani sebagai unit produksi
Berdasarkan persamaan regresi tersebut dapat diperoleh grafik yang
menggambarkan pengaruh peran kelompok tani sebagai unit produksi dengan
pengembangan usahatani tembakau. Grafik tersebut dapat dilihat pada Gambar
6.2

45
Pengembangan Usaha Tani

40 y = 22.165 + 0.173x
35 R² = 1
30
Tembakau

25
20
15
10
5
0
-150 -100 -50 0 50 100 150
Peran Kelompok Tani sebagai Unit Produksi
.
Gambar 6.2 Grafik Pengaruh Peran Kelompok Tani sebagai Unit Produksi
terhadap Pengembangan Usahatani Tembakau

Berdasarkan Gambar 6.2 diketahui variabel peran kelompok tani sebagai


unit produksi berpengaruh (+) terhadap pengembangan usahatani tembakau di
Kabupaten Temanggung. Tanda positif menunjukan arah hubungan antara
variabel peran kelompok tani sebagai unit produksi terhadap pengembangan
usahatani tembakau di Kabpuaten Temanggung adalah searah. Semakin tinggi
peran kelompok tani sebagai unit produksi maka semakin tinggi pengembangan

73
usahatani tembakau. Nilai konstanta dari hasil persamaan regresi sebesar 22,165.
Apabila tidak ada pengaruh variabel peran kelompok tani sebagai unit produksi,
maka tingkat pengembangan usahatani tembakau sebesar 22,165 satuan. Nilai
koefisensi regresi variabel peran kelompok tani sebagai unit produksi sebesar
0,173 yang menunjukan setiap penambahan satu satuan variabel peran kelompok
tani sebagai unit produksi maka akan menaikkan tingkat pengembangan usahatani
tembakau oleh petani.

74
VII. PENGEMBANGAN USAHATANI TEMBAKAU
DI KABPUATEN TEMANGGUNG

7.1 Pengembangan Usahatani Tembakau di Kabupaten Temanggung


Pengembangan usaha merupakan tugas dan proses untuk meningkatkan
peluang pertumbuhan usaha dengan melakukan strategi dan implementasi dari
peluang pertumbuhan usaha sehingga menghasilkan keuntungan. Pengembangan
usahatani tembakau merupakan suatu proses untuk memperhatikan cara-cara
petani tembakau memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal,
waktu pengelolaan) yang terbatas untuk mencapai tujuannya. Indikator yang
digunakan dalam pengembangan usahatani tembakau dalam penelitian ini adalah
dukungan dari kelompok tani dalam mendapatkan modal, sarana produksi, dan
juga membantu dalam pemasaran.
Berdasarkan Tabel 7.1 dapat diketahui bahwa tingkat pengembangan
usahatani tembakau di Kabupaten Temanggung termasuk dalam kategori baik
yaitu sebesar 71,61%. Komponen pengembangan usahatani tembakau tertinggi
adalah pemasaran yaitu sebesar 81,93%. Indikator tertinggi dalam pemasaran
adalah Kelompok Tani memberi informasi pembeli tembakau yaitu sebesar
84,40%. Hal ini dikarenakan dalam setiap kelompok tani, anggota kelompok
diberikan informasi pembeli yang memang mencari tembakau pada kelompok
taninya. Namun semua tergantung oleh petani tembakau itu sendiri setuju untuk
memberikan tembakau kepada rujukan dari ketua atau sesuai dengan
pelanggannya sendiri. Kelompok tani juga biasanya memberikan informasi
kebutuhan perusahaan yang memerlukan hasil tembakau. Indikator terendah pada
komponen pemasaran yaitu kelompok tani mempromosikan tembakau sebesar
80,00%. Hal ini dikarenakan hasil tembakau yang didapatkan petani dijual sesuai
keinginan petani itu sendiri, sehingga kelompok tani tidak memberi fasilitas atau
tidak berperan untuk mempromosikan tembakau setiap anggota. Hanya petani
tembakau yang memang ingin bermitra dengan kelompok tani yang sudah
memiliki mitra yang bisa untuk dipromosikan.
Selanjutnya komponen pengembangan usahatani tembakau tertinggi kedua
adalah sarana produksi tanaman sebesar 78,69%. Indikator tertinggi pada

75
komponen sarana produksi tanaman adalah kelompok Tani menyediakan alat
pengolahan tanah seperti handtracktor,sprayer,dll yaitu sebesar 85,75%. Hal ini
dikarenakan petani merasa terbantu dari mengikuti kelompok tani dapat
mempermudah dalam mengembangakan usahataninya dengan dapat memakai
handtracktor yang diberikan kepada kelompok tani, sehingga petani mudah dalam
mengolah tanah. Indikator terendah pada komponen sarana produksi tanaman
yaitu kelompok tani menyediakan bibit tanaman tembakau sebesar 71,60%. Hal
ini dikarenakan walaupun kelompok tani telah menyediakan bibit tembakau,
anggota kelompok tani juga sudah melakukan pembibitan sendiri sesuai luas lahan
yang dimilikinya.
Selanjutnya komponen pengembangan usahatani terendah adalah modal
sebesar 54,20%. Indikator tertinggi pada komponen modal adalah Kelompok Tani
memberikan modal yaitu sebesar 79,40%. Hal ini dikarenakan terdapat modal
yang diberikan dalam kemitraan oleh kelompok tani dengan mitra yang
menyetejui kerjasama seperti perusahaan rokok yang kemudian dapat memberikan
modal kepada anggota yang setuju untuk bekerjasama untuk memenuhi target
produksi yang diberikan oleh perusahaan. Jika tidak mengikuti kelompok tani
akan susah dalam mendapatkan mitra untuk memperoleh modal. Selain itu
kelompok tani juga menyediakan modal lainnya seperti bibit tanaman tembakau
untuk petani yang memelukannya, bantuan-bantuan pemerintah seperti pupuk
bersubsidi, alat mesin pertanian juga bisa didapatkan oleh petani dengan
mengikuti kelompok tani. Kelompok tani juga mendapatkan bantuan
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang diberikan kepada
anggota kelompok tani. Indikator terendah pada komponen modal yaitu
kelompok tani memberikan rekomendasi modal kepada anggota sebesar 25,40%.
Hal ini dikarenakan kelompok tani tidak berani untuk merekomendasikan modal,
hanya anggota kelompok tani yang mampu dan mau saja untuk berkerjasama
dengan mitra pilihan kelompok tani. Hal ini juga karena biaya produksi tanaman
tembakau yang cukup tinggi sehingga masing-masing anggota harus menyediakan
modal dan mencari peminjaman modal sendiri. Pengembangan usahatani di
Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada Tabel 7.1

76
Tabel 7.1 Pengembangan Usahatani Tembakau di Kabupaten Temanggung
No Indikator Interval Skor Tingkat
Skor Rerata Sikap (%)
Capaian
A. Modal
1. Kelompok Tani membantu 0-5 3,87 77,40
mencarikan modal kepada anggota
2. Kelompok Tani memberikan modal 0-5 3,97 79,40
kepada anggota
3. Kelompok Tani memberikan 0-5 1,27 25,40
rekomendasi modal kepada anggota
4. Kelompok Tani turut mengawasi 0-5 1,73 34,60
penggunaan modal
Jumlah (A) 0-20 4,05
Rerata (A) 54,20
B. Sarana Produksi Tanaman
1. Kelompok Tani menyediakan alat 0-4 3,43 85,75
pengolahan tanah seperti
handtracktor,sprayer,dll
2. Kelompok Tani menyediakan pupuk 0-5 3,92 78,40
3. Kelompok Tani menyediakan bibit 0-5 3,58 71,60
tanaman tembakau
4. Kelompok Tani menyediakan 0-5 3,95 79,00
pestisida
Jumlah (B) 0-29 14,88
Rerata (B) 78,69
C. Pemasaran
1. Kelompok Tani membantu 0-5 4,00 80,00
mempromosikan tembakau
2. Kelompok Tani memberi informasi 0-5 4,22 84,40
pembeli tembakau
3. Kelompok Tani menerima 0-5 4,07 81,40
pengaduan pemasaran tembakau
Jumlah (C) 0-23 12,29
Rerata (C) 81,93
Total (A+B+C) 0-61 38,01
Rerata (A+B+C) 71,61
Sumber : Analisis Data Primer, 2017

Tingkat pengembangan usahatani tembakau memiliki variasi, sehingga


dapat dikelompokkan dalam 5 (lima) kategori yaitu sangat rendah, rendah, netral,
tinggi, dan sangat tinggi. Kategori tersebut diperoleh dari skor nilai tertinggi
dibagi menjadi lima untuk dijadikan sebagai interval dalam setiap kategori.
Pengembangan usahatani tembakau yang tergolong sangat rendah memiliki skor
antara 0-12, pengembangan usahatani tembakau yang tergolong rendah memiliki

77
skor antara 13-24, pengembangan usahatani tembakau yang tergolong sedang
memiliki skor antara 25-36, pengembangan usahatani tembakau tergolong tinggi
memiliki skor antara 37-48, dan pengembangan usahatani tembakau yang
tergolong sangat tinggi memiliki skor antara 49-60. Sebaran petani berdasarkan
tingkat pengembangan usahatani tembakau di Kabaputan Temanggung dapat
dilihat pada Tabel 7.2

Tabel 7.2 Sebaran Petani Berdasarkan Pengembangan Usahatani Tembakau


Kelompok di Kabupaten Temanggung
No Kategori Sikap (Skor) Jumlah (Orang) Presentase (%)
1. Sangat rendah (0-12) 0 0,00
2. Rendah (13-24) 0 0,00
3. Netral (25-36) 26 43,33
4. Tinggi (37-48) 34 56,67
5. Sangat tinggi (49-60) 0 0,00
Jumlah 60 100,00
Sumber : Analisis Data Primer, 2017

Berdasarkan Tabel 7.2 dapat dilihat 34 petani yang termasuk kategori


tinggi sebesar 56,67% dalam menilai pengembangan usahatani tembakau,
selanjutnya terdapat 26 petani yang termasuk kategori sedang sebesar 43,33%
dalam menilai pengembangan usahatani tembakau. Hal ini menunjukan bahwa
lebih banyak petani yang menilai kelompok tani dapat mengembangkan usahatani
nya dengan baik.
7.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dalam Pengembangan Usahatani
Tembakau di Kabupaten Temanggung
Tujuan penelitian yang kedua adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten Temanggung.
Pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten Temanggung dipengaruhi oleh
umur, pendidikan, sikap, motivasi, luas Lahan, keaktifan Anggota, dan peran
ketua kelompok. Pembuktian pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi
pengembangan usahatani tembakau tersebut dengan analisis regresi linier
berganda menggunakan SPSS 16.0 for windows. Metode yang digunakan adalah
metode backward, yakni dengan menghilangkan variabel-variabel independent
yang tidak berpengaruh sehingga pada model terakhir hanya akan menampilkan

78
variabel yang memberikan pengaruh nyata pada peran ketua kelompok tani dalam
penerapan teknologi budidaya cabai di lahan pasir pantai.
Uji regresi linier berganda tersebut terdapat dua jenis variabel, yaitu
variabel independent (X) dan variabel dependent (Y). Variabel independent (X)
merupakan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pengembangan usahatani
tembakau di Kabupaten Temanggung adalah umur, pendidikan, sikap, motivasi,
luas Lahan, keaktifan Anggota, dan peran ketua kelompok. Variabel dependent
(Y) adalah pengembangan usahatani tembakau. Hasil analisis regresi linier
berganda faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan usahatani tembakau di
Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada Tabel 7.3

Tabel 7.3 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda mengenai Faktor-faktor yang
mempengaruhi Pengembangan Usahatani Tembakau (Model 1)
Koefisien t
No Variabel Signifikansi Keterangan
Regresi Hitung
1 Umur (X1) 0,069 1,220 0,228 NS
2 Pendidikan (X2) 0,459 2,647 0,011 *
3 Sikap (X3) 0,293 3,934 0,000 *
4 Motivasi (X4) 0,191 2,350 0,023 *
5 Luas Lahan(X5) 0,00006 0,048 0,962 NS
6 Keaktifan Anggota (X6) -0,164 -1,158 0,252 NS
Peran Ketua Kelompok
7 0,041 0,837 0,407 NS
(X7)
Konstanta 11,583
R 0,745
R square 0,555
Adjusted R Square 0,495
F hitung 9,254
F tabel 0,3976
Keterangan: * : signifikansi pada taraf 10%
NS: Non Signifikansi pada taraf 10%
Sumber : Analisis Data Primer, 2017

79
Berikut ini hasil uji setiap hipotesis faktor-faktor yang diduga
mempengaruhi pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten Temanggung :
1. Umur
Berdasarkan Tabel 7.3 dapat diketahui bahwa variabel umur memiliki nilai
koefisien regresi sebesar 0,069 dan nilai signifikansi sebesar 0,228. Nilai
signifikansi umur ini lebih besar dari taraf signifikansi α = 10% (0,1). Hal ini
menunjukkan bahwa variabel umur petani tidak berpengaruh nyata terhadap
pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten Temanggung. Maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesis ditolak. Hal ini berarti perbedaan umur anggota
kelompok tani tembakau tidak mempengaruhi tinggi rendahnya pengembangan
usahatani tembakau di Kabupaten Temanggung.
2. Pendidikan
Berdasarkan Tabel 7.3 dapat diketahui bahwa variabel pendidikan
memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,459 dan nilai signifikansi sebesar 0,011.
Nilai signifikansi pendidikan ini lebih kecil dari taraf signifikansi α = 10% (0,1).
Hal ini menunjukan bahwa variabel tingkat pendidikan petani berpengaruh nyata
terhadap pengembangan usahatani tembakau. Maka dapat disimpulkan bahwa
hipotesis diterima. Hal ini berarti pendidikan dapat mempengaruhi tinggi
rendahnya pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten Temanggung.
3. Sikap
Berdasarkan Tabel 7.3 dapat diketahui bahwa variabel sikap memiliki nilai
koefisien regresi sebesar 0,293 dan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai
signifikansi sikap ini lebih kecil dari taraf signifikansi α = 10% (0,1). Hal ini
menunjukan bahwa variabel sikap petani berpengaruh nyata terhadap
pengembangan usahatani tembakau. Maka dapat disimpulkan bahwa hipoteis
diterima. Hal ini berarti sikap petani dapat mempengaruhi tinggi rendahnya
pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten Temanggung.
4. Motivasi
Berdasarkan Tabel 7.3 dapat diketahui bahwa variabel motivasi memiliki
nilai koefisien regresi sebesar 0,191 dan nilai signifikansi sebesar 0,023. Nilai
signifikansi motivasi ini lebih kecil dari taraf signifikansi α = 10% (0,1). Hal ini
menunjukan bahwa variabel motivasi petani berpengaruh nyata terhadap

80
pengembangan usahatani tembakau. Maka dapat disimpulkan bahwa hipoteis
diterima. Hal ini berarti motivasi petani dapat mempengaruhi tinggi rendahnya
pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten Temanggung.
5. Luas Lahan
Berdasarkan Tabel 7.3 dapat diketahui bahwa variable luas lahan memiliki
nilai koefisien regresi sebesar 0,00006 dan nilai signifikansi sebesar 0,962. Nilai
signifikansi luas lahan ini lebih besar dari taraf signifikansi α = 10% (0,1). Hal ini
menunjukkan bahwa variabel luas lahan tidak berpengaruh nyata terhadap
pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten Temanggung. Maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesis ditolak. Hal ini berarti perbedaan luas lahan petani
tidak mempengaruhi tinggi rendahnya pengembangan usahatani tembakau di
Kabupaten Temanggung.
6. Keaktifan Anggota
Berdasarkan Tabel 7.3 dapat diketahui bahwa variabel keaktifan anggota
memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0,164 dan nilai signifikansi sebesar
0,252. Nilai signifikansi keaktifan anggota ini lebih besar dari taraf signifikansi α
= 10% (0,1). Hal ini menunjukkan bahwa variabel keaktifan anggota tidak
berpengaruh nyata terhadap pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten
Temanggung. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis ditolak. Hal ini berarti
tinggi rendahnya keaktifan anggota tidak mempengaruhi tinggi rendahnya
pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten Temanggung.
7. Peran Ketua Kelompok
Berdasarkan Tabel 7.3 dapat diketahui bahwa variable peran ketua
kelompok memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,041 dan nilai signifikansi
sebesar 0,407. Nilai signifikansi peran ketua kelompok ini lebih besar dari taraf
signifikansi α = 10% (0,1). Hal ini menunjukkan bahwa variabel peran ketua
kelompok tidak berpengaruh nyata terhadap pengembangan usahatani tembakau
di Kabupaten Temanggung. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis ditolak. Hal
ini berarti tinggi rendahnya peran ketua kelompok tidak mempengaruhi tinggi
rendahnya pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten Temanggung.
Berdasarkan Tabel 7.4. diketahui bahwa variabel independent yang tersisa
adalah variabel yang nilai signifikansinya kurang dari 0,1 atau berpengaruh nyata

81
terhadap pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten Temanggung. Variabel
independent yang tersisa adalah pendidikan dengan nilai signifikansi 0,023, sikap
dengan nilai signifikansi 0,000 , motivasi dengan nilai signifikansi 0,030.
Nilai R square yang semakin mendekati 1, maka model fungsi regresi akan
semakin tepat. Berdasarkan Tabel 7.4 nilai R square pada Tabel 7.4 sebesar 0,521
yang berarti nilai tersebut cukup jauh dengan 1, sehingga hubungan antara
pendidikan, sikap dan motivasi dengan pengembangan usahatani tembakau
kurang kuat. Nilai Adjusted R square sebesar 0,495 berarti bahwa pengembangan
usahatani tembakau dipengaruhi pendidikan, sikap dan motivasi sebesar 49,50%
dan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti. Nilai F hitung
yang diperoleh adalah 20,274 lebih besar dari F tabel (0,1941). Hal ini
menunjukkan bahwa pendidikan, sikap, dan motivasi berpengaruh nyata terhadap
pengembangan usahatani tembakau.

Tabel 7.4 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda mengenai Faktor-faktor yang
mempengaruhi Pengembangan Usahatani Tembakau (Model 5)

Koefisien t
No Variabel Signifikansi Keterangan
Regresi Hitung
1 Pendidikan (X1) 0,361 2,330 0,023 *
2 Sikap (X2) 0,285 4,472 0,000 *
3 Motivasi (X3) 0,181 2,229 0,030 *
Konstanta 14,659
R 0,722
R square 0,521
Adjusted R Square 0,495
F hitung 20,274
F tabel 0,1941
Keterangan: * : signifikansi pada taraf 10%
NS: Non Signifikansi pada taraf 10%
Sumber : Analisis Data Primer, 2017

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda pada Model 5 dapat diperoleh


persamaan regresi sebagai berikut :
Y= 14,659 + 0,361 X1 + 0,285 X2 + 0,181 X3

82
Keterangan :
Y = pengembangan usahatani tembakau
X1 = pendidikan
X2 = sikap
X3 = motivasi
Dari persamaan regresi linear berganda diatas dapat dijelaskan hipotesis masing-
masing faktor faktor yang berpengaruh nyata terhadap pengembangan usahatani
tembakau di Kabupaten Temanggung.
a. Pendidikan
Berdasarkan Tabel 7.4 variabel pendidikan memiliki koefisien sebesar
0,361 dengan nilai signifikansi 0,023. Nilai signifikansi pendidikan lebih kecil
dari taraf signifikansi α = 10% (0,1). Hal ini menunjukan bahwa pendidikan
berpengaruh nyata terhadap pengembangan usahatani tembakau. Berdasarkan
hasil analisis regresi linear berganda dengan model 5 pada tabel 7.4. diperoleh
persamaan regresi sebagai berikut :
Y= 14,659 + 0,361 X1
Keterangan :
Y = pengembangan usahatani tembakau
X1 = pendidikan
Berdasarkan persamaan regresi tersebut dapat diperoleh grafik yang
menggambarkan pengaruh pendidikan dengan pengembangan usahatani
tembakau. Grafik tersebut dapat dilihat pada Gambar 7.1

60 y = 14,659 + 0.361x
Pengembangan Usahatani

50 R² = 1
40
30
Tembakau

20
10
0
-150 -100 -50 -10 0 50 100 150
-20
-30
Pendidikan

Gambar 7.1 Grafik Pengaruh Pendidikan terhadap Pengembangan Usahatani


Tembakau

83
Berdasarkan Gambar 7.1 dapat diketahui bahwa variabel pendidikan
memiliki nilai koefisien regresi sebesar +0,361. Hal tersebut menunjukkan bahwa
hubungan antara pendidikan dengan pengembangan usahatani tembakau adalah
searah. Artinya apabila terjadi kenaikan nilai pendidikan, maka akan terjadi
kenaikan pada pengembangan usahatani tembakau sebesar 0,361 satuan skor.
Nilai konstanta pada persamaan regresi tersebut adalah 14,659. Apabila tidak ada
pengaruh variabel sikap maka tingkat pengembangan usahatani tembakau sebesar
14,659 satuan.
b. Sikap
Berdasarkan Tabel 7.4 variabel sikap memiliki koefisien sebesar 0,181
dengan nilai signifikansi 0,000. Nilai signifikansi sikap lebih kecil dari taraf
signifikansi α = 10% (0,1). Hal ini menunjukan bahwa sikap berpengaruh nyata
terhadap pengembangan usahatani tembakau. Berdasarkan hasil analisis regresi
linear berganda dengan Model 5 pada Tabel 7.4 diperoleh persamaan regresi
sebagai berikut :
Y= 14,659 + 0,285 X1
Keterangan :
Y = pengembangan usahatani tembakau
X1 = sikap

Berdasarkan persamaan regresi tersebut dapat diperoleh grafik yang


menggambarkan pengaruh sikap dengan pengembangan usahatani tembakau.
Grafik tersebut dapat dilihat pada Gambar 7.2
60
Pengembangan Usahatani

y = 14,659 + 0.285x
R² = 1
40
Tembakau

20

0
-150 -100 -50 0 50 100 150
-20
Sikap

Gambar 7.2 Grafik Pengaruh Sikap terhadap Pengembangan Usahatani Tembakau

84
Berdasarkan Gambar 7.2 dapat diketahui bahwa variabel sikap memiliki
nilai koefisien regresi sebesar +0,285. Hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan
antara sikap dengan pengembangan usahatani tembakau adalah searah. Artinya
apabila terjadi kenaikan nilai sikap, maka akan terjadi kenaikan pada
pengembangan usahatani tembakau sebesar 0,285 satuan skor. Nilai konstanta
pada persamaan regresi tersebut adalah 14,659. Apabila tidak ada pengaruh
variabel sikap maka tingkat pengembangan usahatani tembakau sebesar 14,659
satuan.
c. Motivasi
Berdasarkan Tabel 7.4 variabel sikap memiliki koefisien sebesar 0,181
dengan nilai signifikansi 0,030. Nilai signifikansi sikap lebih kecil dari taraf
signifikansi α = 10% (0,1). Hal ini menunjukan bahwa motivasi berpengaruh
nyata terhadap pengembangan usahatani tembakau. Berdasarkan hasil analisis
regresi linear berganda dengan model 5 pada tabel 7.4 diperoleh persamaan
regresi sebagai berikut :
Y= 14,659 + 0,181 X1
Keterangan :
Y = pengembangan usahatani tembakau
X1 = motivasi
Berdasarkan persamaan regresi tersebut dapat diperoleh grafik yang
menggambarkan pengaruh motivasi dengan pengembangan usahatani tembakau.
Grafik tersebut dapat dilihat pada Gambar 7.3

85
35
30 y = 14,659 + 0.181x

Pengembangan Usahatani
25 R² = 1
20

Tembakau
15
10
5
0
-150 -100 -50 -5 0 50 100 150
-10
Motivasi
.
Gambar 7.3 Grafik Pengaruh motivasi terhadap Pengembangan Usahatani
Tembakau

Berdasarkan Gambar 7.3 dapat diketahui bahwa variabel pendidikan


memiliki nilai koefisien regresi sebesar +0,181. Hal tersebut menunjukkan bahwa
hubungan antara motivasi dengan pengembangan usahatani tembakau adalah
searah. Artinya apabila terjadi kenaikan nilai motivasi, maka akan terjadi
kenaikan pada pengembangan usahatani tembakau sebesar 0,181 satuan skor.
Nilai konstanta pada persamaan regresi tersebut adalah 14,659. Apabila tidak ada
pengaruh variabel motivasi maka tingkat pengembangan usahatani tembakau
sebesar 14,659 satuan.

86
VIII. PEMBAHASAN

Usahatani yang dikerjakan oleh petani terkadang memiliki kendala baik itu
karena hama penyakit atau saat budidaya, maupun pada saat pemasaran.
Kelompok tani memiliki peran strategis karena berfungsi sebagai wadah bagi
petani sebagai pelaku langsung produksi suatu usah atani. Peran pertama dalam
kelompok tani adalah sebagai wadah belajar bagi anggota untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap agar usahatani yang dikembangkan dapat
mandiri sehingga meningkatkan, produkstivitas, dan pendapatan, peran kelompok
tani yang kedua yaitu sebagai media kerjasama yaitu tempat untuk memperkuat
kerjasama baik diantara sesame petani dalam kelompok tani maupun antar
kelompok tani lain dan juga dengan pihak-pihak yang terkait. Peran kelompok
tani yang selanjutnya adalah sebagai unit produksi berarti usahatani yang
dilaksanakan oleh masing-masing anggota kelompok tani secara keseluruhan
harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat di kembangkan untuk
mencapai skala ekonomis usaha, dengan menjaga kuantitas kualitas maupun
kuantitas.
Kabupaten Temanggung dikenal sebagai Kota Tembakau karena
merupakan salah satu kota yang memproduksi tembakau dengan kualitas terbaik
serta memiliki kuantitas yang besar. Sebanyak 14 kecamatan dari 20 kecamatan
menanam tembakau untuk dibudidayakan. Penelitian peran kelompok tani sebagai
media penyuluhan dalam pengembangan usahatani tembakau di lakukan di
Kabupaten Temanggung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran
kelompok tani sebagai media penyuluhan dalam pengembangan usahatani
tembakau di Kabupaten Temanggung dan mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten Temanggung.

8.1 Peran Kelompok Tani sebagai Media Penyuluhan dalam Pengembangan


Usahatani Tembakau di Kabupaten Temanggung
Kelompok tani di Kabupaten Temanggung memiliki peran yang penting
dimana setiap petani pasti mengikuti kelompok tani yang memiliki peran untuk
sama-sama belajar, saling berkerjasama, dan meningkatan produksi untuk
mengembangkan usahatani yang dibudidayakannya. Kelompok tani mempunyai

87
satu kesatuan tujuan yang sama pada setiap kelompok dan didalam anggota
kelompok tani itu sendiri yaitu untuk mengembangkan usahatani yang
dibudidayakannya secara bersama-sama dengan kegaiatan-kegiatan yang
dilakukan di kelompok tani tersebut.
Tujuan penelitian yang pertama adalah mengetahui peran kelompok tani
sebagai media penyuluhan dalam pengembangan usahatani tembakau di
Kabupaten Temanggung. Pengembangan usahatani tembakau dipengaruhi oleh
peran kelompok tani sebagai unit belajar, peran kelompok tani sebagai media
kerjasama dan peran kelompok tani sebagai unit produksi. Penjelasan mengenai
hasil uji hipotesis dari peran kelompok tani sebagai media penyuluhan yang
diduga mempengaruhi pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten
Temanggung adalah sebagai berikut :
1. Peran Kelompok Tani sebagai Unit Belajar
Kelompok tani sebagai unit belajar yaitu melakukan kegiatan-kegiatan
seperti pertemuan rutin, mengundang narasumber, mengikuti kursus, melakukan
kegiatan yang berguna bagi petani, baik dilaksanakan oleh petani sendiri maupun
pemerintah swasta seperti pameran, pekan tani, temu asaha. Berdasarkan hasil
analisis regresi berganda menunjukan bahwa variabel peran kelompok tani
sebagai unit belajar berpengaruh terhadap pengembangan usahatani tembakau,
sehingga hipotesis alternative (Ha) diterima. Hal tersebut menunjukan semakin
tinggi peran kelompok tani sebagai unit belajar maka semakin meningkatkan
pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten Temanggung. Peran kelompok
tani sebagai unit belajar dapat mempengaruhi pengembangan usahatani tembakau
dimana sebagai media belajar, kelompok tani memberikan pengetahuan dan
keterampilan dalam cara budidaya tembakau dan memberikan solusi dari
permasalahan yang ada dalam usahatani tembakau di Kabupatan Temanggung.
2. Peran Kelompok Tani sebagai Media Kerjasama
Peran kelompok tani sebagai media kerjasama adalah sebagai wadah
kerjasama antar anggota dalam penyediaan modal, pengadaan alat mesin
pertanian, saling membantu dalam penyediaan sarana produksi, media kerjasama
dalam pengelolaan produksi pertanian hingga pemasaran. Peran kelompok tani
sebagai media kerjasama menjadikan keeratan bagi setiap anggota kelompok tani

88
agar saling bantu membantu sehingga menjadi lebih efektif dan efisien dalam
membudidayakan usahatani tembakau hingga sampai pemasaran. Berdasarkan
hasil analisis linear berganda dengan metode backward (model 1) peran kelompok
tani sebagai media kerjasama memperoleh nilai signifikansi 0,142 yang berarti
lebih besar dari α = 10 % (0,1) sehingga hipotesis alternative (Ha) ditolak. Hal ini
berarti variabel peran kelompok tani sebagai media kerjasama tidak berpengaruh
dalam pengembangan usahatani tembakau. Peran kelompok tani sebagai media
kerjasama pada Tabel 6.3 dapat dilihat memiliki rerata 61,89 yang berarti peran
kelompok tani sebagai media kerjasama termasuk kategori sering. Pada hasil
analisis regresi linear berganda diperoleh hasil bahwa peran kelompok tani
sebagai media kerjasama tidak berpengaruh nyata terhadap pengembangan
usahatani tembakau. Hal ini dapat terjadi karena menurut petani peran media
kerjasama penting dalam pengembangan usahatani tembakau, tapi yang
berpengaruh nyata pada pengembangan usahatani tembakau lebih ke media
belajar dan unit produksi. Kerjasama antara petani di bidang tembakau seperti
kerjasama untuk meningkatkan kualitas tembakau seperti pemberantasan hama
penyakit secara bersama ketika salah satu lahan petani terserang virus, itu akan
berpengaruh pada kualitas tembakau. Namun hasil dan harga tembakau tergantung
pada masing-masing petani sendiri, apakah nantinya tembakau yang dipanen
cocok dengan keinginan grader, atau tengkulak dari masing-masing petani itu
sendiri.
3. Peran Kelompok Tani sebagai Unit Produksi
Peran kelompok tani sebagai unit produksi diantaranya sebagai lembaga
penyedia modal bagi anggota, membantu dalam penyediaan sarana produksi,
pengadaan alat mesin pertanian dan membantu dalam proses pemasaran. Peran
kelompok tani sebagai unit produksi dapat mempengaruhi pengembangan
usahatani tembakau dimana sebagai unit produksi kelompok tani memberikan
modal yang salah satunya didapatkan dari pemerintah yaitu PUAP yang
didapatkan dari koperasi, selain itu dengan mengikuti kelompok tani dapat
berkerjasama dengan mitra yang nantinya mitra tersebut akan memberikan modal
kepada kelompok tani. Kelompok tani juga menyediakan bibit tembakau kepada
anggota kelompok taninya yang dapat dipakai untuk budidaya usahatani

89
tembakau. Pemasaran tembakau juga dapat dilakukan bersama anggota kelompok
tani yang sudah memiliki mitra sendiri di kelompok taninya. Berdasarkan hasil
analisis regresi berganda menunjukan bahwa variabel peran kelompok tani
sebagai unit produksi berpengaruh terhadap pengembangan usahatani tembakau,
sehingga hipotesis alternative (Ha) diterima. Hal tersebut menunjukan semakin
tinggi peran kelompok tani sebagai unit produksi maka semakin meningkatkan
pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten Temanggung.

8.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Usahatani


Tembakau di Kabupaten Temanggung
Tujuan penelitian yang kedua adalah mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten Temanggung.
Pengembangan usahatani tembakau di pengeruhi oleh pendidikan, sikap dan
motivasi. Penjelasan mengenai hasil uji hipotesis dari faktor-faktor yang diduga
mempengaruhi pengembangan usahatani tembakau adalah sebagai berikut :
1. Pendidikan
Tingkat pendidikan dalam penelitian ini dihitung menurut jenjang
pendidikan formal terakhir yang ditempuh petani pada saat dilakukan penelitian.
Hal ini dikarenakan pada tingkat pendidikan dapat mewakili sejauh mana
pengetahuan yang dimiliki oleh anggota kelompok dan bagaimana cara anggota
menyerap ilmu baru yang diberikan. Petani dengan pendidikan tinggi memiliki
pengetahuan yang lebih banyak dari pada petani dengan pendidikan lebih rendah.
Berasarkan analisis regresi linear berganda, diketahui bahwa variabel pendidikan
memiliki nilai signifikansi sebesar nilai signifikansi 0,023. Nilai signifikansi
pendidikan lebih kecil dari taraf signifikansi α = 10% (0,1) sehingga hipotesis
alternative (Ha) diterima. Hal ini berarti variabel pendidikan berpengaruh
terhadap pengembangan usahatani tembakau. Petani tembakau yang memiliki
pendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan lebih banyak, dan mudah
untuk menerima informasi terbaru sehingga dapat berpengaruh terhadap
pengembangan usahatani tembakau dibandingkan petani yang berpendidikan lebih
rendah.

90
2. Sikap
Sikap adalah suatu kondisi dimana seseorang menunjukkan pengetahuan,
pikiran dan perasaannya terhadap aspek-aspek tertentu yang membuat orang
tersebut memiliki kecenderungan untuk bertindak. Dalam penelitian ini sikap
dibagai menjadi 3 aspek, yaitu aspek kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan),
dan konatif (keterampilan). Sikap petani dapat berpengaruh pada pengembangan
usahatani tembakau. Berdasarkan data penelitian dapat diketahui sikap anggota
kelompok tani dalam mengikuti kelompok tani untuk pengembangan usahatani
tembakau di Kabupaten Temanggung adalah sebanyak 73,76%. Rerata sikap
petani dalam mengikuti kelompok tani untuk pengembangan usahatani tembakau
tertinggi terdapat pada kompenen Konatif (Kecenderungan Untuk Berpindah)
sebesar 74,48%. Selanjutnya tertinggi kedua terdapat pada komponen Afektif
(Perasaan) sebesar 71.95%. dan terendah rerdapat pada komponen Kognitif
(Pengetahuan) sebesar 67,5%.
Sebaran petani berdasarkan sikap petani dalam mengikuti kelompok tani
untuk mengembangakan usahatani tembakau dapat diketahui bahwa petani
memiliki sikap tertinggi pada kategori netral yaitu sebesar 53,33%, selanjutnya
petani yang memiliki sikap kategori tinggi dalam mengikuti kelompok sebesar
43,33%, dan yang memiliki sikap kategori sangat tinggi sebesar 3,33%. Hal
tersebut menunjukan sebagian besar petani memiliki sikap yang cukup baik dalam
mengikuti kelompok tani sehingga hal ini dapat berpengaruh dalam
mengembangkan usahatani tembakau yang dimiliki petani. Sikap anggota
kelompok tani yang baik maupun buruk akan berpengaruh terhadap
pengembangan usahatani tembakau. Semakin baik sikap anggota kelompok tani,
maka semakin tinggi pengembangan usahatani tembakau.
Berdasarkan analisis regresi linear berganda, hipotesis alternatif (Ha)
diterima dimana semakin baik sikap anggota kelompok tani maka akan
berpengaruh nyata terhadap pengembangan usahatani tembakau. Variabel sikap
diketahui memiliki koefisien regresi sebesar 0,293 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,000. Nilai signifikansi sikap ini lebih kecil dari taraf signifikansi α =
10% (0,1) hal ini menunjukan bahwa sikap berpengaruh nyata terhadap

91
pengembangan usahatani tembakau. Sehingga hipotesis yang menyatakan diduga
semakin positif sikap kelompok tani, maka semakin tinggi pengembangan
usahatani tembakau, diterima. Hal tersebut sesuai pada keadaan di lapangan,
dimana petani tembakau antusias untuk memperoleh pengetahuan ataupun
informasi terbaru untuk mengembangkan usahatani tembakau. Seperti petani
tembakau ingin penyuluhan tentang budidaya tembakau dirutinkan. Maka sikap
setuju petani tembakau ini akan mempermudah dalam penyampaian informasi
untuk mengembangkan usahatani tembakau.
3. Motivasi
Motivasi merupakan perubahan dari dalam diri seseorang yang ditandai
dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi dalam
penelitian ini terkait dengan dorongan dari dalam diri petani untung
mengembangkan usahatani tembakau melalui kelompok tani. Dalam penelitian ini
motivasi dibagi menjadi tiga yaitu Exixtence, Relatedness dan Growth. Exixtence
merupakan kebutuhan mendasar seseorang agar dapat bertahan hidup. Relatedness
adalah kebutuhan manusia akan keberadaannya dalam suatu lingkungan. Growth
merupakan kebutuhan untuk berkembang dan maju. Berdasarakan hasil penelitian
dapat diketahui bahwa petani yang memiliki sikap kategori sedang sebesar
36.67%, petani yang memiliki sifat tinggi sebesar 36.67%, dan petani yang
memiliki sikap sangat tinggi sebesar 60.00%. Hal ini menunjukan motivasi yang
dimiliki petani tinggi untuk mengikuti kelompok tani dalam melakukan
pengembangan usahatani tembakau.
Berdasarkan tabel hasil linear berganda, didapatkan bahwa variabel
motivasi memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,191 dan nilai signifikansi
sebesar 0,023. Nilai signifikansi motivasi ini lebih kecil dari taraf signifikansi α =
10% (0,1). maka variabel motivasi berpengaruh pada pengembangan usahatani
tembakau. Hipotesis yang menyatakan bahwa diduga semakin kuat motivasi
kelompok tani, maka semakin tinggi pengembangan usahatani tembakau di
Kabupaten Temanggung, diterima. Motivasi petani tembakau akan menjadikan
petani berfikiran untuk lebih maju, dan melakukan kegiatan-kegiatan bermanfaat
untuk mengembangkan usahatani tembakau. Sehingga motivasi petani akan
mempengaruhi pengembangan usahatani tembakau.

92
8.3 Faktor-Faktor yang Tidak Mempengaruhi Pengembangan Usahatani
Tembakau di Kabupaten Temanggung.
Pengembangan Usahatani Tembakau di Kabupaten Temanggung tidak
dipengaruhi oleh faktor umur, luas lahan, keaktifan anggota, dan peran ketua
kelompok tani. Faktor-faktor yang tidak berpengaruh terhadap penerapan
teknologi budidaya cabai di lahan pasir pantai ini akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Umur
Umur petani yang dimaksud ialah lama waktu usisa hidup petani semenjak
dilahirkan hingga saat penelitian ini dilakukan yang dihitung dalam satuan tahun.
Umur dapat mempengaruhi keterampilan seseorang dalam melakukan suatu hal.
Umur juga dapat menjadi ukuran kedewasaan seseorang dan cara berfikir dari segi
rasional maupun emosional. Umur dapat digolongkan menjadi tiga kategori yaitu
umur belum produktif, produktif dan non produktif. Pada interval usia produktif
biasanya seseorang mempunyai motivasi yang lebih besar sehingga lebih mudah
dalam menerima suatu hal baru atau inovasi, sedangknan petani dengan interval
usia non produktif (usia lanjut) cenderung lebih sulit menerima hal yang baru atau
inovasi yang diberikan, hal ini dipengaruhi oleh kepercayaan petani akan
kebiasaan dan budaya bertani sudah lama mereka terapkan dalam kegaiatan
sehari-hari. Kepercayaan petani terhadap kepercayaan lama yang sudah dilakuakn
oleh nenek moyang cenderung mempengaruhi masuknya inovasi baru untuk
perkembangan di bidang pertanian.
Berdasarkan Tabel 5.1. dapat diketahui bahwa persentase umur petani di
Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung paling besar berada pada kategori
produktif (15-64 tahun) yaitu sebesar 96,67%. Sedangkan pada usia tidak
produktif (>64 tahun) sebesar 3,33%. Hal ini menunjukan bahwa mayoritas
responden di lokasi penelitian adalah petani yang berusia produktif. Latar
belakang usia produktif tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap
pengembangan usahatani tembakau. Nilai variabel umur memiliki koefisien
regresi sebesar 0,069 dan nilai signifikansi sebesar 0,228. Nilai signifikansi umur
ini lebih besar dari taraf signifikansi α = 10% (0,1). maka variabel umur tidak
berpengaruh pada pengembangan usahatani tembakau. Hipotesis yang
menyatakan bahwa diduga semakin semakin muda umur anggota kelompok tani,

93
maka semakin tinggi pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten
Temanggung, ditolak. Sehingga tidak terjadi perbedaan antara petani pada usia
produktif maupun tidak produktif dalam tinggi atau rendahnya tingkat
pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten Temanggung. Hal ini
dikarenakan baik petani yang mempunyai umur produktif dan tidak produktif
sama-sama memiliki motivasi yang tinggi untuk mengembangkan usahatani
tembakau. Selain itu tembakau merupakan komoditas utama yang ditanam pada
saat musim kemarau, sehingga walaupun usia mereka produktif ataupun tidak
produktif akan sama-sama memperjuangkan agar tembakau yang
dibudidayakannya dapat berkembang.
2. Luas Lahan
Luas lahan petani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah luas lahan
yang digunakan petani untuk budidaya tembakau dan dinyatakan dalam satuan
hektar (ha). Luas lahan dapat berpengaruh terhadap banyaknya sumberdaya
manusia yang diperlukan untuk mengelola lahan tersebut. Berdasarkan penelitian
dapat diketahui bahwa sejumlah 26 petani tembakau, bisa juga disebut sekitar
43,33% memiliki lahan yang termasuk golongan sedang yaitu >3.000-6.000 m2.
Sedangkan sejumlah 23 petani tembakau atau dapat dikatakan sebanyak 38,33%
petani memiliki lahan yang dikategorikan luas. Sedangkan ternyata sebanyak 11
petani atau dapat dikatakan 18,33% petani tembakau yang memiliki lahan yang
dapat dikategorikan sempit yaitu 0-3000 m2.
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dapat diketahui besarnya
koefisien regresi luas lahan garapan responden adalah variable umur memiliki
nilai koefisien regresi sebesar 0,00006 dan nilai signifikansi sebesar 0,962. Nilai
signifikansi luas lahan ini lebih besar dari taraf signifikansi α = 10% (0,1). maka
variabel luas lahan tidak berpengaruh pada pengembangan usahatani tembakau.
Hipotesis yang menyatakan bahwa diduga semakin luas lahan yang dimiliki
anggota kelompok tani, maka semakin tinggi pengembangan usahatani tembakau
di Kabupaten Temanggung, ditolak. Artinya besar atau kecilnya luas lahan petani
tidak mempengaruhi tingkat pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten
Temanggung. Hal tersebut tidak sesuai dengan hipotesis karena dalam
mengembangkan usahatani tembakau tidak akan membatasi petani dalam

94
memperoleh dan menyebarluaskan informasi mengenai usahatani tembakau jika ia
mempunyai keinginan untuk meningkatkan usahatani tembakau.
3. Keaktifan Anggota
Keaktifan anggota adalah banyaknya intensitas bertemu dan keterlibatan
anggota dalam mengikuti setiap kegiatan tertentu yang dilakasankan oleh
organisasi atau kelompok, keaktifan anggota dalam kelompok tani ditentukan
dengan seberapa sering keterlibatan anggota kelompok dalam mengikuti kegiatan
yang dilaksanakan oleh kelompok tani, semakin sering intensitas keterlibatan
anggota, partisipasi dalam menyumbang ide dan tenaga dalam kelompok maka
tingkat keaktifan anggota semakin tinggi. Keaktifan dalam penelitian ini adalah
keterlibatan petani tembakau di Kabupaten Tembakau dalam mengikuti kegiatan
kelompok dalam pengembangan usahatani tembakau.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa 3 petani yang
memiliki tingkat keaktifan sedang dengan presentase sebesar 63,33%, selanjutnya
terdapat 38 petani yang memiliki tingkat keaktifan tinggi dengan presentase
sebesar 50,00%, dan terdapat 19 petani yang memiliki tingkat kekatifan sangat
tinggi dengan presentase sebesar 31,67%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
petani sedang dalam mengikuti kegiatan kelompok. Kurang aktifnya kelompok
dalam kegiatan kelompok disebabkan kegiatan petani di lahan sangat padat
sehingga menyita waktu petani ditambah dengan agenda rutinan seperti kegiatan
keagamaan setiap minggunya mengakibatkan partisiasi petani dalam kegiatan
kelompok kurang maksimal.
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dengan metode
Backward bahwa nilai koefisien regresi sebesar -0,164 dan nilai signifikansi
sebesar 0,252. Nilai signifikansi keaktifan anggota ini lebih besar dari taraf
signifikansi α = 10% (0,1). maka variabel keaktifan anggota tidak berpengaruh
pada pengembangan usahatani tembakau. Hipotesis yang menyatakan bahwa
diduga semakin tinggi keaktifan anggota kelompok tani, maka semakin tinggi
pengaruhnya terhadap pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten
Temanggung, ditolak. Keaktifan petani dalam mengikuti kegiatan kelompok tidak
berpengaruh nyata pada pengembangan usahatani tembakau. Hal ini dikarenakan
pada saat musim tembakau tiba, masing-masing petani lebih sering pergi ke lahan

95
untuk merawat tembakau yang ditanamnya. Sehingga kegiatan kelompok tani
terkadang diliburkan ketika pada masa pembibitan atau penanaman awal.
Walaupun keaktifan anggota kelompok tani rendah sistem kepengerusan
kelompok tani sudah memiliki sistem yang baik dimana sudah terdapat tugas dari
masing-masing pengurus kelompok dan juga kegiatan seperti pembuatan pupuk
organik oleh kelompok tani dapat membantu meningkatkan pengembangan
usahatani tembakau oleh petani, sehingga keaktifan anggota kelompok ditutupi
oleh kinerja pengurus kelompok yang baik.
4. Peran Ketua Kelompok
Ketua kelompok tani di Kabupaten Temanggung memiliki andil yang
besar dalam menentukan eksistensi kelompok tani. Selain itu ketua kelompok
sangat menentukan kemajuan teknologi budidaya tanaman yang diusahakan
petani. Keaktifan, komunikasi, dan sinergitas suatu kelompok serta kedekatan
ketua kelompok dengan petani anggota merupakan salah satu indikasi bahwa
ketua kelompok dapat menjalankan peranannya dengan baik. Dengan demikian
peran ketua kelompok tani dalam penelitian ini sebagai komunikator, motivator,
fasilitator dan organisator dalam menjalankan proses koordinasi dengan anggota
kelompok.
Berdasarkan hasil analisis linear berganda dapat diketahui bahwa variabel
peran ketua kelompok memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,041 dan nilai
signifikansi sebesar 0,407. Nilai signifikansi peran ketua kelompok ini lebih besar
dari taraf signifikansi α = 10% (0,1). maka variabel peran ketua kelompok tidak
berpengaruh pada pengembangan usahatani tembakau. Hipotesis yang
menyatakan bahwa diduga semakin tinggi keaktifan anggota kelompok tani, maka
semakin besar peran ketua kelompok tani, maka semakin tinggi pengembangan
usahatani tembakau di Kabupaten Temanggung, ditolak. Hal ini menunjukan
bahwa tinggi dan rendahnya peran kelompok tani tidak akan berpengaruh
terhadap tinggi rendahnya tingkat pengembangan usahatani tembakau di
Kabupaten Temanggung. Hal ini dikarenakan anggota kelompok tani sudah
memiliki pengalaman yang cukup baik karena sudah menanam tanaman tembakau
secara turun menurun, selain itu motivasi dan sikap petani untuk mengembangkan
usahatani tembakau juga terbilang tinggi sehingga para petani tembakau akan

96
mencari solusi dari pemasasalahannya sendiri secara bersama tidak hanya
tergantung pada ketua kelompok tani.

97
IX. KESIMPULAN DAN SARAN
9.1 Kesimpulan

1. Peran kelompok tani sebagai media penyuluhan yang berpengaruh nyata


terhadap pengembangan usahatani tembakau di Kabupaten Temanggung
adalah peran kelompok tani sebgai unit belajar dan peran kelompok tani
sebagai unit produksi.
a. Peran kelompok sebagai unit belajar memiliki presentase sebesar
81,44%, yang artinya kelompok tani selalu menjalankan perannya
sebagai media belajar dengan sangat baik.
b. Peran kelompok sebagai unit produksi memiliki presentase sebesar
52,45, yang artinya kelompok tani tidak selalu menjalankan perannya
sebagai unit produksi dengan baik.
2. Peran kelompok tani sebagai kerjasama tidak berpengaruh nyata terhadap
pengembangan usahatani tembakau.
3. Faktor- faktor yang berpengaruh nyata terhadap pengembangan usahatani
tembakau di Kabupaten Temanggung adalah pendidikan petani, sikap
petani dan motivasi petani
a. Semakin tinggi tingkat pendidikan anggota kelompok tani, maka
semakin tinggi pengembangan usahatani tembakau.
b. Semakin positif sikap kelompok tani, maka semakin tinggi
pengembangan usahatani tembakau.
c. Semakin kuat motivasi kelompok tani, maka semakin tinggi
pengembangan usahatani tembakau.
4. Faktor – faktor yang tidak berpengaruh nyata terhadap pengembangan
usahatani tembakau di Kabupaten Temanggung adalah umur, luas lahan,
keaktifan anggota, dan peran ketua kelompok tani.
5. Pada faktor peran kelompok tani sebagai media kerjasama , terdapat
indikator yang tergolong dalam kategori kadang-kadang. Indikator tersebut
adalah aktivitas kerjasama dalam penyimpanan hasil panen, aktivitas
kerjasama dalam pemasaran, aktivitas kerjasama dalam penyediaan modal,
aktivitas kerjasama dalam penyediaan saprotan, aktivitas dalam

98
penyediaan alsintan dan aktivitas kerjasama untuk meningkatkan
perbaikan irigasi lahan.
6. Pada faktor peran kelompok tani sebagai unit produksi, terdapat indikator
yang tergolong dalam kategori jarang. Indikator tersebut adalah fasilitasi
kelompok dalam penyediaan pestisida dan fasilitasi kelompok dalam
penyediaan modal.
7. Pada faktor peran kelompok tani sebagai unit produksi, terdapat indikator
yang tergolong dalam kategori kadang-kadang. Indikator tersebut adalah
fasilitasi kelompok dalam penyediaan bibit, fasilitasi kelompok dalam
melakukan pengolahan hasil, fasilitasi kelompok dalam penyediaan pupuk,
dan fasilitasi kelompok dalam mendapatkan cara produksi dengan
penggunaan irigasi yang baik

9.2 Saran
1. Untuk meningkatkan peran kelompok tani sebagai unit produksi dalam
pengembangan usahatani tembakau di Kecamatan Bansari, Kabupaten
Temanggung, Jawa Tengah perlu adanya upaya peningkatan dari faktor-
faktor yang berpengaruh nyata terhadap pengembangan usahatani
tembakau seperti melakukan penyuluhan untuk meningkatkan motivasi
antar anggota kelompok tani dalam penyediaan sarana produksi pertanian,
dan memperluas pemasaran salah satu contohnya yaitu melakukan
kegiatan khusus untuk membahas kerjasama mitra dari perusahaan,
meningkatkan kegiatan penanaman bibit dan pembuatan pupuk organik
secara bersama-sama.
2. Untuk meningkatkan peran kelompok tani sebagai unit produksi dalam
pengembangan usaha tani tembakau perlu adanya bantuan pemerintah
yang cukup intensif seperti penyediaan subsidi pestisida, maupun modal
untuk meningkatkan pengembangan usahatani tembakau.
3. Untuk meningkatkan fasilitasi kelompok dalam penyediaan modal, pada
faktor peran kelompok tani sebagai unit produksi. Perlu dilakukan
pengkajian lebih mendalam terhadap skema permodalan mandiri yang
diperlukan oleh kelompok tani tembakau, sehingga anggota kelompok tani

99
tembakau dapat memiliki alternatif permodalan yang dapat menentukan
jalur pemasaran tembakau yang lebih menguntungkan.
4. Sebaiknya grader yang dipilih oleh pabrik rokok tidak berasal dari pejabat
pemerintah seperti camat dan lurah. Hal ini dikarenakan pejabat sudah
mempunyai posisi yang penting dan mempunyai pekerjaan yang tetap
untuk mensejahterahkan rakyat yang memilihnya. Sehingga jika pejabat
menjadi grader yang akan mendapat keuntungan dari petani tembakau,
maka akan terjadi permasalahan jika harga yang diberikan tidak sesuai
dengan keinginan petani.

100
DAFTAR PUSTAKA

Afuah, Allan. 2004. Business Model: A strategic Management Approach.


McGraw-Hill: New York
Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Jakarta.
Azwar, S. 2005. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar
Yogyakarta.
Bales, R.F. 1950. Interaction Process Analysis : Method for the Study of Small
Group. Mass : Addison-Wesley, Cambridge.
Basu Swasta dan T. Hani Handoko, William J. Stanton. 2004. Management
Pemasaran Modern. PT. Grasindo Persada. Jakarta.
Dimyati, A., 2007. Pembinaan Petani dan Kelembagaan Petani. Balitjeruk Online.
Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika Tlekung Batu. Jawa
Timur.
Gagne, R.M, 1970. The Conditions of Learning. New york: CBS Collage
Publishing
Garkovich, Lorraine E.1989. “Local Organizations and Leadership in Community
Development” dalam Community Development in Perspective Editor
James A. Christenson dan Jerry W. Robinson, Jr. lowa State University
Press. Lowa Hal. 196-218.
Hanafie, R. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta : ANDI Yogyakarta.

Hariadi, S. S. 2011. Dinamika Kelompok. Sekolah Pascasarjana Universitas


Gadjah Mada. Yogyakarta.

Hidayati, S. N dan Supriyadi. 2017. Budidaya Tembakau Temanggung.


<http://balittas.litbang.pertanian.go.id/index.php/tentang-kami/sasaran-
mutu/2-uncategorised/410-budidaya-tembakau-temanggung> diakses 13 mei
2017.

Kusumaningsih, S. W. 2008. Keefektifan Kelompok Tani Subsektor Sebagai


Media Penyuluhan di Kabupaten Sleman. Skripsi. Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas


Maret University Press. Surakarta.
Mosher, A.T. 1985. Getting agriculture moving. Diterjemahkan oleh Krisnandhi
dan B. Samad. Menggerakkan dan membangun pertanian. Yasaguna.
Jakarta.

Mubyarto, 1986. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.

101
Nasucha, Chaizi, 2004. Reformasi Administrasi Publik : Teori dan Praktek, PT.
Grasindo, Jakarta.
Padmo, S. 2000. Pupuk dan Petani : Studi Kasus Adopsi Pupuk Oleh Petani
Calauan, Laguna, Filipina. Media Pressindo, Yogyakarta.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82 Tahun 2013. Tentang Pedoman
Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani. BKP5K
Kabupaten Bogor (ID).
PPID Temanggung. 2013. Tentang Temanggung. < http ://ppid. Temanggungkab
.go.id/tentang.html> Diakes tanggal 15 mei 2017.
Rusdi, Ramlam. 1999. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Kencana Prenada
Media Grup. Jakarta
Samsudin. S. 1977. Dasar-dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian. Bandung:
Rineka Cipta
Sari, A.M. 2013. Kinerja Penyuluh Pertanian dalam Pembangunan Usaha
Peternakan Sapi di Kabupaten Bantul. Fakultas Pertanian Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta. Skripsi.
Singarimbun, Masri, dan Sofian Effendi. 1982. Metode Penelitian Survei. LP3ES,
Jakarta.
Soehartono, I. 2011. Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. PT Remaja Rosdakarya,
Bandung.

Soekartawi, 1996. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Pertanian


Kecil. Rajawali Press. Jakarta.

Suratiyah, K. 2008. Ilmu Usahatani. Cetakan kedua. Penebar Swadaya. Jakarta

Winardi, 2004. Motivasi dan Pemotivasi dalam Manajemen. PT. Raja Grafindo.
Jakarta.

102
LAMPIRAN 1 : FOTO-FOTO KEGIATAN DI LAPANGAN

Saat wawancara bersama Pak Ke lahan tembakau milik Pak


Wagiman Rohpi’i

Berfoto bersama penyuluh Kecamatan Salah satu pembibitan tembakau


Bansari dan Pak sareng salah satu petan milik Kelompok Tani Maju
Makmur 2
tembakau dan ketua kelompok tani Maju
Makmur I.

Hasil tembakau yang sudah dikeringkan Berfoto dengan tembakau yang


dikeringkan

103
LAMPIRAN 2 : PERHITUNGAN SKALA LIKERT

1. Skala Likert Sikap Petani terhadap Kegiatan Kelompok Tani untuk


Pengembangan Usahatani Tembakau di Kabupaten Temanggung.
a. Kognitif
Pertanyaan 4 STS TS R S SS Jumlah
F 2 5 3 36 14 60
P 0.03 0.08 0.05 0.60 0.23
Cp 0.03 0.12 0.17 0.77 1.00
Mid cp 0.02 0.08 0.14 0.47 0.88
Z -2.13 -1.44 -1.07 -0.08 1.19
Zc 0.00 0.69 1.06 2.04 3.32
Pembulatan 0 1 1 2 3

Pertanyaan 5 STS TS R S SS Jumlah


F 6 4 4 26 20 60
P 0.10 0.07 0.07 0.43 0.33
Cp 0.10 0.17 0.23 0.67 1.00
Mid cp 0.05 0.13 0.20 0.45 0.83
Z -1.64 -1.11 -0.84 -0.13 0.97
Zc 0.00 0.53 0.80 1.52 2.61
Pembulatan 0 1 1 2 3

b. Afektif

Pertanyaan 1 STS TS R S SS Jumlah


F 0 0 2 27 31 60
P 0.00 0.00 0.03 0.45 0.52
Cp 0.00 0.00 0.03 0.48 1.00
Mid cp 0.00 0.00 0.02 0.26 0.74
Z -3.90 -3.90 -2.13 -0.65 0.65
Zc 0.00 0.00 1.77 3.25 4.55
Pembulatan 0 0 2 3 5

Pertanyaan 2 STS TS R S SS Jumlah


F 0 0 0 31 29 60
P 0.00 0.00 0.00 0.52 0.48
Cp 0.00 0.00 0.00 0.52 1.00
Mid cp 0.00 0.00 0.00 0.26 0.76
Z -3.90 -3.90 -3.90 -0.65 0.70
Zc 0.00 0.00 0.00 3.25 4.60
Pembulatan 0 0 0 3 5

104
Pertanyaan 3 STS TS R S SS Jumlah
F 0 2 1 30 27 60
P 0.00 0.03 0.02 0.50 0.45
Cp 0.00 0.03 0.05 0.55 1.00
Mid cp 0.00 0.02 0.04 0.30 0.78
Z -3.90 -2.13 -1.73 -0.52 0.76
Zc 0.00 1.77 2.17 3.38 4.66
Pembulatan 0 2 2 3 5

Pertanyaan 4 STS TS R S SS Jumlah


F 1 2 2 26 29 60
P 0.02 0.03 0.03 0.43 0.48
Cp 0.02 0.05 0.08 0.52 1.00
Mid cp 0.01 0.03 0.07 0.30 0.76
Z -2.39 -1.83 -1.50 -0.52 0.70
Zc 0.00 0.56 0.89 1.87 3.09
Pembulatan 0 1 1 2 3

Pertanyaan 5 SS S R TS STS Jumlah


F 2 6 3 33 16 60
P 0.03 0.10 0.05 0.55 0.27
Cp 0.03 0.13 0.18 0.73 1.00
Mid cp 0.02 0.08 0.16 0.46 0.87
Z -2.13 -1.38 -1.00 -0.10 1.11
Zc 0.00 0.75 1.13 2.02 3.24
Pembulatan 0 1 1 2 3

Pertanyaan 6 SS S R TS STS Jumlah


F 1 4 3 38 14 60
P 0.02 0.07 0.05 0.63 0.23
Cp 0.02 0.08 0.13 0.77 1.00
Mid cp 0.01 0.05 0.11 0.45 0.88
Z -2.39 -1.64 -1.24 -0.13 1.19
Zc 0.00 0.75 1.16 2.27 3.59
Pembulatan 0 1 1 2 4

Pertanyaan 7 SS S R TS STS Jumlah


F 1 5 1 38 15 60
P 0.02 0.08 0.02 0.63 0.25
Cp 0.02 0.10 0.12 0.75 1.00
Mid cp 0.01 0.06 0.11 0.43 0.88
Z -2.39 -1.57 -1.24 -0.17 1.15
Zc 0.00 0.83 1.16 2.23 3.54
Pembulatan 0 1 1 2 4

105
c. Konatif
Pertanyaan 1 STS TS R S SS Jumlah
F 1 0 1 32 26 60
p 0.02 0.00 0.02 0.53 0.43
cp 0.02 0.02 0.03 0.57 1.00
Mid cp 0.01 0.02 0.03 0.30 0.78
z -2.39 -2.13 -1.96 -0.52 0.78
zc 0.00 0.27 0.43 1.87 3.18
Pembulatan 0 0 0 2 3

Pertanyaan 2 STS TS R S SS Jumlah


f 1 1 1 28 29 60
p 0.02 0.02 0.02 0.47 0.48
cp 0.02 0.03 0.05 0.52 1.00
Mid cp 0.01 0.03 0.04 0.28 0.76
Z -2.39 -1.96 -1.73 -0.57 0.70
Zc 0.00 0.43 0.66 1.82 3.09
Pembulatan 0 0 1 2 3

Pertanyaan 3 STS TS R S SS Jumlah


F 1 0 2 35 22 60
P 0.02 0.00 0.03 0.58 0.37
Cp 0.02 0.02 0.05 0.63 1.00
Mid cp 0.01 0.02 0.03 0.34 0.82
Z -2.39 -2.13 -1.83 -0.41 0.90
Zc 0.00 0.27 0.56 1.99 3.30
Pembulatan 0 0 1 2 3

Pertanyaan 4 STS TS R S SS Jumlah


F 0 1 0 30 29 60
P 0.00 0.02 0.00 0.50 0.48
Cp 0.00 0.02 0.02 0.52 1.00
Mid cp 0.00 0.01 0.02 0.27 0.76
Z -3.90 -2.39 -2.13 -0.62 0.70
Zc 0.00 1.51 1.77 3.28 4.60
Pembulatan 0 2 2 3 5

Pertanyaan 5 STS TS R S SS Jumlah


F 0 0 0 38 22 60
P 0.00 0.00 0.00 0.63 0.37
Cp 0.00 0.00 0.00 0.63 1.00
Mid cp 0.00 0.00 0.00 0.32 0.82
Z -3.90 -3.90 -3.90 -0.48 0.90
Zc 0.00 0.00 0.00 3.42 4.80
Pembulatan 0 0 0 3 5

106
Pertanyaan 6 SS S R TS STS Jumlah
F 1 5 4 36 14 60
P 0.02 0.08 0.07 0.60 0.23
Cp 0.02 0.10 0.17 0.77 1.00
Mid cp 0.01 0.06 0.13 0.47 0.88
Z -2.39 -1.57 -1.11 -0.08 1.19
Zc 0.00 0.83 1.28 2.31 3.59
Pembulatan 0 1 1 2 4

2. Skala Likert Motivasi Petani dalam Mengikuti Kegiatan Kelompok Tani untuk
Pengembangan Usahatani Tembakau di Kabupaten Temanggung.

a. Kebutuhan Keberadaan (Exixtence)

Pertanyaan 1 STI TI R I SI Jumlah


F 1 12 7 32 8 60
P 0.02 0.20 0.12 0.53 0.13
Cp 0.02 0.22 0.33 0.87 1.00
Mid cp 0.01 0.12 0.28 0.60 0.93
Z -2.39 -1.19 -0.60 0.25 1.50
Zc 0.00 1.20 1.80 2.65 3.90
Pembulatan 0 1 2 3 4

Pertanyaan 2 STI TI R I SI Jumlah


F 1 1 2 22 34 60
P 0.02 0.02 0.03 0.37 0.57
Cp 0.02 0.03 0.07 0.43 1.00
Mid cp 0.01 0.03 0.05 0.25 0.72
Z -2.39 -1.96 -1.64 -0.67 0.57
Zc 0.00 0.43 0.75 1.72 2.97
Pembulatan 0 0 1 2 3

Pertanyaan 3 STI TI R I SI Jumlah


F 0 1 1 23 35 60
P 0.00 0.02 0.02 0.38 0.58
Cp 0.00 0.02 0.03 0.42 1.00
Mid cp 0.00 0.01 0.03 0.23 0.71
Z -3.90 -2.39 -1.96 -0.76 0.55
Zc 0.00 1.51 1.94 3.14 4.45
Pembulatan 0 2 2 3 4

107
Pertanyaan 4 STI TI R I SI Jumlah
F 0 1 1 28 30 60
P 0 0.02 0.02 0.47 0.50
Cp 0 0.02 0.03 0.50 1.00
Mid cp 0 0.01 0.03 0.27 0.75
Z -3.9 -2.39 -1.96 -0.62 0.67
Zc 0 1.51 1.94 3.28 4.57
Pembulatan 0 2 2 3 5

Pertanyaan 5 STI TI R I SI Jumlah


f 1 2 1 22 34 60
p 0.02 0.03 0.02 0.37 0.57
cp 0.02 0.05 0.07 0.43 1.00
Mid cp 0.01 0.03 0.06 0.25 0.72
z -2.39 -1.83 -1.57 -0.67 0.57
Zc 0.00 0.56 0.83 1.72 2.97
Pembulatan 0 1 1 2 3

Pertanyaan 6 STI TI R I SI Jumlah


F 1 1 5 27 26 60
P 0.02 0.02 0.08 0.45 0.43
Cp 0.02 0.03 0.12 0.57 1.00
Mid cp 0.01 0.03 0.08 0.34 0.78
Z -2.39 -1.96 -1.44 -0.41 0.78
Zc 0.00 0.43 0.95 1.99 3.18
Pembulatan 0 0 1 2 3

b. Kebutuhan Berhubungan (Relatedness)

Pertanyaan 1 STI TI R I SI Jumlah


F 0 2 3 30 25 60
P 0.00 0.03 0.05 0.50 0.42
Cp 0.00 0.03 0.08 0.58 1.00
Mid cp 0.00 0.02 0.06 0.33 0.79
Z -3.90 -2.13 -1.57 -0.43 0.81
Zc 0.00 1.77 2.33 3.47 4.71
Pembulatan 0 2 2 3 5

Pertanyaan 2 STI TI R I SI Jumlah


F 0 0 1 27 32 60
P 0.00 0.00 0.02 0.45 0.53
Cp 0.00 0.00 0.02 0.47 1.00
Mid cp 0.00 0.00 0.01 0.24 0.73
Z -3.90 -3.90 -2.39 -0.70 0.62
Zc 0.00 0.00 1.51 3.20 4.52
Pembulatan 0 0 2 3 5

108
Pertanyaan 3 STI TI R I SI Jumlah
f 0 0 0 33 27 60
p 0.00 0.00 0.00 0.55 0.45
cp 0.00 0.00 0.00 0.55 1.00
Mid cp 0.00 0.00 0.00 0.28 0.78
Z -3.90 -3.90 -3.90 -0.60 0.76
Zc 0.00 0.00 0.00 3.30 4.66
Pembulatan 0 0 0 3 5

Pertanyaan 4 STI TI R I SI Jumlah


F 0 0 0 29 31 60
P 0.0 0.0 0.0 0.48 0.52
Cp 0.0 0.0 0.0 0.48 1.00
Mid cp 0.0 0.0 0.0 0.24 0.74
Z -3.9 -3.9 -3.9 -0.70 0.65
Zc 0.0 0.0 0.0 3.20 4.55
Pembulatan 0 0 0 3 5

c. Kebutuhan Berkembang (Growth)

Pertanyaan 2 STI TI R I SI Jumlah


F 0 1 1 23 35 60
P 0.00 0.02 0.02 0.38 0.58
Cp 0.00 0.02 0.03 0.42 1.00
Mid cp 0.00 0.01 0.03 0.23 0.71
Z -3.90 -2.39 -1.96 -0.76 0.55
Zc 0.00 1.51 1.94 3.14 4.45
Pembulatan 0 2 2 3 4

Pertanyaan 3 STI TI R I SI Jumlah


F 0 1 3 37 19 60
P 0.00 0.02 0.05 0.62 0.32
Cp 0.00 0.02 0.07 0.68 1.00
Mid cp 0.00 0.01 0.04 0.38 0.84
Z -3.90 -2.39 -1.73 -0.32 1.00
Zc 0.00 1.51 2.17 3.58 4.90
Pembulatan 0 2 2 4 5

Pertanyaan 4 STI TI R I SI Jumlah


f 1 3 5 44 7 60
p 0.02 0.05 0.08 0.73 0.12
cp 0.02 0.07 0.15 0.88 1.00
Mid cp 0.01 0.04 0.11 0.52 0.94
Z -2.39 -1.73 -1.24 0.04 1.57
Zc 0.00 0.66 1.16 2.44 3.96
Pembulatan 0 1 1 2 4

109
Pertanyaan 5 STI TI R I SI Jumlah
F 2 3 12 26 17 60
P 0.03 0.05 0.20 0.43 0.28
Cp 0.03 0.08 0.28 0.72 1.00
Mid cp 0.02 0.06 0.18 0.50 0.86
Z -2.13 -1.57 -0.90 0.00 1.07
Zc 0.00 0.56 1.23 2.13 3.20
Pembulatan 0 1 1 2 3

3. Skala Likert Peran Ketua Kelompok untuk Pengembangan Usahatani


Tembakau di Kabupaten Temanggung.
a. Motivator
Pertanyaan 1 TP JR KD SR SL Jumlah
F 0 0 2 31 27 60
P 0.00 0.00 0.03 0.52 0.45
Cp 0.00 0.00 0.03 0.55 1.00
Mid cp 0.00 0.00 0.02 0.29 0.78
Z -3.90 -3.90 -2.13 -0.55 0.76
Zc 0.00 0.00 1.77 3.35 4.66
Pembulatan 0 0 2 3 5

Pertanyaan 2 TP JR KD SR SL Jumlah
F 0 0 2 19 39 60
P 0.00 0.00 0.03 0.32 0.65
Cp 0.00 0.00 0.03 0.35 1.00
Mid cp 0.00 0.00 0.02 0.19 0.68
Z -3.90 -3.90 -2.13 -0.87 0.45
Zc 0.00 0.00 1.77 3.03 4.35
Pembulatan 0 0 2 3 4

Pertanyaan 3 TP JR KD SR SL Jumlah
F 0 0 3 27 30 60
P 0.00 0.00 0.05 0.45 0.50
Cp 0.00 0.00 0.05 0.50 1.00
Mid cp 0.00 0.00 0.03 0.28 0.75
Z -3.90 -3.90 -1.96 -0.60 0.67
Zc 0.00 0.00 1.94 3.30 4.57
Pembulatan 0 0 2 3 5

Pertanyaan 4 TP JR KD SR SL Jumlah
F 3 13 16 16 12 60
P 0.05 0.22 0.27 0.27 0.20
Cp 0.05 0.27 0.53 0.80 1.00
Mid cp 0.03 0.16 0.40 0.67 0.90
Z -1.96 -1.00 -0.25 0.43 1.28
Zc 0.00 0.96 1.71 2.39 3.24
Pembulatan 0 1 2 2 3

110
Pertanyaan 5 TP JR KD SR SL Jumlah
F 7 19 19 6 9 60
P 0.12 0.32 0.32 0.10 0.15
Cp 0.12 0.43 0.75 0.85 1.00
Mid cp 0.06 0.28 0.59 0.80 0.93
Z -1.57 -0.60 0.23 0.84 1.44
Zc 0.00 0.97 1.80 2.41 3.01
Pembulatan 0 1 2 2 3

b. Komunikator
Pertanyaan 1 TP JR KD SR SL Jumlah
F 0 0 1 35 24 60
P 0.00 0.00 0.02 0.58 0.40
Cp 0.00 0.00 0.02 0.60 1.00
Mid cp 0.00 0.00 0.01 0.31 0.80
Z -3.90 -3.90 -2.39 -0.50 0.79
Zc 0.00 0.00 1.51 3.40 4.69
Pembulatan 0 0 2 3 5

Pertanyaan 2 TP JR KD SR SL Jumlah
F 0 0 2 25 33 60
P 0.00 0.00 0.03 0.42 0.55
Cp 0.00 0.00 0.03 0.45 1.00
Mid cp 0.00 0.00 0.02 0.24 0.73
Z -3.90 -3.90 -2.13 -0.70 0.60
Zc 0.00 0.00 1.77 3.20 4.50
Pembulatan 0 0 2 3 4

Pertanyaan 3 TP JR KD SR SL Jumlah
F 0 0 4 29 27 60
P 0.00 0.00 0.07 0.48 0.45
Cp 0.00 0.00 0.07 0.55 1.00
Mid cp 0.00 0.00 0.03 0.31 0.78
Z -3.90 -3.90 -1.83 -0.50 0.76
Zc 0.00 0.00 2.07 3.40 4.66
Pembulatan 0 0 2 3 5

Pertanyaan 4 TP JR KD SR SL Jumlah
F 0 0 4 12 44 60
P 0.00 0.00 0.07 0.20 0.73
Cp 0.00 0.00 0.07 0.27 1.00
Mid cp 0.00 0.00 0.03 0.17 0.63
Z -3.90 -3.90 -1.83 -0.97 0.34
Zc 0.00 0.00 2.07 2.93 4.24
Pembulatan 0 0 2 3 4

111
c. Fasilitator
Pertanyaan 1 TP JR KD SR SL Jumlah
F 0 0 13 21 26 60
p 0.00 0.00 0.22 0.35 0.43
cp 0.00 0.00 0.22 0.57 1.00
Mid cp 0.00 0.00 0.11 0.39 0.78
z -3.90 -3.90 -1.24 -0.27 0.78
zc 0.00 0.00 2.66 3.63 4.68
Pembulatan 0 0 3 4 5

Pertanyaan 2 TP JR KD SR SL Jumlah
f 0 1 3 26 30 60
p 0.00 0.02 0.05 0.43 0.50
cp 0.00 0.02 0.07 0.50 1.00
Mid cp 0.00 0.01 0.04 0.28 0.75
z -3.90 -2.39 -1.73 -0.57 0.67
zc 0.00 1.51 2.17 3.33 4.57
Pembulatan 0 2 2 3 5

Pertanyaan 3 TP JR KD SR SL Jumlah
f 0 2 5 26 27 60
p 0.00 0.03 0.08 0.43 0.45
cp 0.00 0.03 0.12 0.55 1.00
Mid cp 0.00 0.02 0.08 0.33 0.78
z -3.90 -2.13 -1.44 -0.43 0.76
zc 0.00 1.77 2.46 3.47 4.66
Pembulatan 0 2 2 3 5

Pertanyaan 4 TP JR KD SR SL Jumlah
f 3 17 20 9 11 60
p 0.05 0.28 0.33 0.15 0.18
cp 0.05 0.33 0.67 0.82 1.00
Mid cp 0.03 0.19 0.50 0.74 0.91
z -1.96 -0.87 0.00 0.65 1.33
zc 0.00 1.09 1.96 2.61 3.29
Pembulatan 0 1 2 3 3

Pertanyaan 5 TP JR KD SR SL Jumlah
f 0 0 4 30 26 60
p 0.00 0.00 0.07 0.50 0.43
cp 0.00 0.00 0.07 0.57 1.00
Mid cp 0.00 0.00 0.03 0.32 0.78
z -3.90 -3.90 -1.83 -0.48 0.78
zc 0.00 0.00 2.07 3.42 4.68
Pembulatan 0 0 2 3 5

112
d. Inovator
Pertanyaan 1 TP JR KD SR SL Jumlah
f 4 4 11 26 15 60
p 0.07 0.07 0.18 0.43 0.25
cp 0.07 0.13 0.32 0.75 1.00
Mid cp 0.03 0.10 0.23 0.53 0.88
z -1.83 -1.28 -0.76 0.08 1.15
zc 0.00 0.55 2.39 1.92 2.98
Pembulatan 0 1 2 2 3

Pertanyaan 2 TP JR KD SR SL Jumlah
f 3 3 9 31 14 60
p 0.05 0.05 0.15 0.52 0.23
cp 0.05 0.10 0.25 0.77 1.00
Mid cp 0.03 0.08 0.18 0.51 0.88
z -1.96 -1.44 -0.93 0.02 1.19
zc 0.00 0.52 2.48 1.98 3.15
Pembulatan 0 1 2 2 3

Pertanyaan 3 TP JR KD SR SL Jumlah
f 4 17 21 10 8 60
p 0.07 0.28 0.35 0.17 0.13
cp 0.07 0.35 0.70 0.87 1.00
Mid cp 0.03 0.21 0.53 0.78 0.93
z -1.83 -0.81 0.06 0.78 1.50
zc 0.00 1.02 2.86 2.62 3.34
Pembulatan 0 1 3 3 3

Pertanyaan 4 TP JR KD SR SL Jumlah
f 9 17 19 7 8 60
p 0.15 0.28 0.32 0.12 0.13
cp 0.15 0.43 0.75 0.87 1.00
Mid cp 0.08 0.29 0.59 0.81 0.93
z -1.44 -0.55 0.23 0.87 1.50
zc 0.00 0.89 2.33 2.31 2.94
Pembulatan 0 1 2 2 3

Pertanyaan 5 TP JR KD SR SL Jumlah
f 1 7 3 30 19 60
p 0.02 0.12 0.05 0.50 0.32
cp 0.02 0.13 0.18 0.68 1.00
Mid cp 0.01 0.08 0.16 0.43 0.84
z -2.39 -1.44 -1.00 -0.17 1.00
zc 0.00 0.95 3.35 2.23 3.40
Pembulatan 0 1 3 2 3

113
4. Skala Likert Tingkat Keaktifan Petani dalam Kegiatan Kelompok untuk
Pengembangan Usahatani Tembakau di Kabupaten Temanggung.

Pertanyaan 1 TP JR KD SR SL Jumlah
f 0 0 0 18 42 60
p 0.00 0.00 0.00 0.30 0.70
cp 0.00 0.00 0.00 0.30 1.00
Mid cp 0.00 0.00 0.00 0.15 0.65
z -3.90 -3.90 -3.90 -1.04 0.39
zc 0.00 0.00 0.00 2.86 4.29
Pembulatan 0 0 0 3 4

Pertanyaan 2 TP JR KD SR SL Jumlah
f 0 3 21 29 7 60
p 0.00 0.05 0.35 0.48 0.12
cp 0.00 0.05 0.40 0.88 1.00
Mid cp 0.00 0.03 0.23 0.64 0.94
z -3.90 -1.96 -0.76 0.36 1.57
zc 0.00 1.94 3.14 4.26 5.47
Pembulatan 0 2 3 4 5

Pertanyaan 3 TP JR KD SR SL Jumlah
F 0 0 11 24 25 60
P 0.00 0.00 0.18 0.40 0.42
Cp 0.00 0.00 0.18 0.58 1.00
Mid cp 0.00 0.00 0.09 0.38 0.79
Z -3.90 -3.90 -1.33 -0.30 0.81
Zc 0.00 0.00 2.57 3.60 4.71
Pembulatan 0 0 3 4 5

Pertanyaan 4 TP JR KD SR SL Jumlah
f 1 2 8 29 20 60
P 0.02 0.03 0.13 0.48 0.33
cp 0.02 0.05 0.18 0.67 1.00
Mid cp 0.01 0.03 0.12 0.43 0.83
Z -2.39 -1.83 -1.19 -0.19 0.97
Zc 0.00 0.56 1.20 2.20 3.36
Pembulatan 0 1 1 2 3

114
Pertanyaan 5 TP JR KD SR SL Jumlah
F 0 3 13 28 16 60
P 0.00 0.05 0.22 0.47 0.27
Cp 0.00 0.05 0.27 0.73 1.00
Mid cp 0.00 0.03 0.16 0.50 0.87
Z -3.90 -1.96 -1.00 0.09 1.11
Zc 0.00 1.94 2.90 3.99 5.01
Pembulatan 0 2 3 4 5

Pertanyaan 6 TP JR KD SR SL Jumlah
F 1 3 18 22 16 60
P 0.02 0.05 0.30 0.37 0.27
Cp 0.02 0.07 0.37 0.73 1.00
Mid cp 0.01 0.04 0.22 0.55 0.87
Z -2.39 -1.73 -0.78 0.13 1.11
Zc 0.00 0.66 1.61 2.52 3.50
Pembulatan 0 1 2 3 4

Pertanyaan 8 TP JR KD SR SL Jumlah
f 1 4 18 21 16 60
p 0.02 0.07 0.30 0.35 0.27
cp 0.02 0.08 0.38 0.73 1.00
Mid cp 0.01 0.05 0.23 0.56 0.78
z -2.39 -1.64 -0.73 0.15 0.77
zc 0.00 0.75 1.67 2.54 3.16
Pembulatan 0 1 2 3 3

5. Skala Likert Peran Kelompok Tani sebagai Media Penyuluhan dalam


Pengembangan Usahatani Tembakau di Kabupaten Temanggung.

a. Peran Kelompok Tani sebagai Media Belajar

Pertanyaan 1 TP JR KD SR SL Jumlah
f 1 1 2 32 24 60
p 0.02 0.02 0.03 0.53 0.40
cp 0.02 0.03 0.07 0.60 1.00
Mid cp 0.01 0.03 0.05 0.33 0.80
z -2.39 -1.96 -1.64 -0.43 0.84
zc 0.00 0.43 0.75 1.96 3.23
Pembulatan 0 0 1 2 3

115
Pertanyaan 2 TP JR KD SR SL Jumlah
f 0 0 8 23 29 60
p 0.00 0.00 0.13 0.38 0.48
cp 0.00 0.00 0.13 0.52 1.00
Mid cp 0.00 0.00 0.07 0.33 0.76
z -3.90 -3.90 -1.50 -0.45 0.70
zc 0.00 0.00 2.40 3.45 4.60
Pembulatan 0 0 2 3 5

Pertanyaan 3 TP JR KD SR SL Jumlah
f 0 0 2 18 40 60
p 0.00 0.00 0.03 0.30 0.67
cp 0.00 0.00 0.03 0.33 1.00
Mid cp 0.00 0.00 0.02 0.18 0.67
z -3.90 -3.90 -2.13 -0.90 0.43
zc 0.00 0.00 1.77 3.00 4.33
Pembulatan 0 0 2 3 4

Pertanyaan 4 TP JR KD SR SL Jumlah
f 0 0 3 17 40 60
p 0.00 0.00 0.05 0.28 0.67
cp 0.00 0.00 0.05 0.33 1.00
Mid cp 0.00 0.00 0.03 0.19 0.67
z -3.90 -3.90 -1.96 -0.87 0.43
zc 0.00 0.00 1.94 3.03 4.33
Pembulatan 0 0 2 3 4

Pertanyaan 5 TP JR KD SR SL Jumlah
f 0 1 10 25 24 60
p 0.00 0.02 0.17 0.42 0.40
cp 0.00 0.02 0.18 0.60 1.00
Mid cp 0.00 0.01 0.10 0.39 0.80
z -3.90 -2.39 -1.28 -0.27 0.84
zc 0.00 1.51 2.62 3.63 4.74
Pembulatan 0 2 3 4 5

Pertanyaan 6 TP JR KD SR SL Jumlah
f 0 0 8 25 27 60
p 0.00 0.00 0.13 0.42 0.45
cp 0.00 0.00 0.13 0.55 1.00
Mid cp 0.00 0.00 0.07 0.34 0.78
z -3.90 -3.90 -1.50 -0.41 0.76
zc 0.00 0.00 2.40 3.49 4.66
Pembulatan 0 0 2 3 5

116
Pertanyaan 7 TP JR KD SR SL Jumlah
f 0 1 8 23 28 60
p 0.00 0.02 0.13 0.38 0.47
cp 0.00 0.02 0.15 0.53 1.00
Mid cp 0.00 0.01 0.08 0.34 0.77
z -3.90 -2.39 -1.38 -0.41 0.73
zc 0.00 1.51 2.52 3.49 4.63
Pembulatan 0 2 3 3 5

Pertanyaan 8 TP JR KD SR SL Jumlah
F 0 1 8 24 27 60
P 0.00 0.02 0.13 0.40 0.45
Cp 0.00 0.02 0.15 0.55 1.00
Mid cp 0.00 0.01 0.08 0.35 0.78
Z -3.90 -2.39 -1.38 -0.39 0.76
Zc 0.00 1.51 2.52 3.51 4.66
Pembulatan 0 2 3 4 5

Pertanyaan 9 TP JR KD SR SL Jumlah
F 0 0 5 30 25 60
P 0.00 0.00 0.08 0.50 0.42
Cp 0.00 0.00 0.08 0.58 1.00
Mid cp 0.00 0.00 0.04 0.33 0.79
Z -3.90 -3.90 -1.73 -0.43 0.81
Zc 0.00 0.00 2.17 3.47 4.71
Pembulatan 0 0 2 3 5
b. Peran Kelompok Tani sebagai Media Kerjasama
Pertanyaan 1 TP JR KD SR SL Jumlah
F 7 17 9 11 16 60
P 0.12 0.28 0.15 0.18 0.27
Cp 0.12 0.40 0.55 0.73 1.00
Mid cp 0.06 0.26 0.48 0.64 0.87
Z -1.57 -0.65 -0.06 0.36 1.11
Zc 0.00 0.92 1.51 1.93 2.68
Pembulatan 0 1 2 2 3

Pertanyaan 2 TP JR KD SR SL Jumlah
F 3 9 14 21 13 60
P 0.05 0.15 0.23 0.35 0.22
Cp 0.05 0.20 0.43 0.78 1.00
Mid cp 0.03 0.13 0.32 0.61 0.89
Z -1.96 -1.15 -0.48 0.27 1.24
Zc 0.00 0.81 1.48 2.23 3.20
Pembulatan 0 1 1 2 3

117
Pertanyaan 3 TP JR KD SR SL Jumlah
f 10 6 16 14 14 60
p 0.17 0.10 0.27 0.23 0.23
cp 0.17 0.27 0.53 0.77 1.00
Mid cp 0.08 0.22 0.40 0.65 0.88
z -1.38 -0.78 -0.25 0.39 1.19
zc 0.00 0.60 1.13 1.77 2.57
Pembulatan 0 1 1 2 3

Pertanyaan 4 TP JR KD SR SL Jumlah
F 9 22 15 9 5 60
P 0.15 0.37 0.25 0.15 0.08
Cp 0.15 0.52 0.77 0.92 1.00
Mid cp 0.08 0.33 0.64 0.84 0.96
Z -1.44 -0.43 0.36 1.00 1.73
Zc 0.00 1.01 1.80 2.44 3.17
Pembulatan 0 1 2 2 3

Pertanyaan 5 TP JR KD SR SL Jumlah
F 5 22 13 16 4 60
P 0.08 0.37 0.22 0.27 0.07
Cp 0.08 0.45 0.67 0.93 1.00
Mid cp 0.04 0.27 0.56 0.80 0.97
Z -1.73 -0.62 0.15 0.84 1.83
Zc 0.00 1.11 1.88 2.57 3.57
Pembulatan 0 1 2 3 4

Pertanyaan 6 TP JR KD SR SL Jumlah
F 0 0 7 28 25 60
P 0.00 0.00 0.12 0.47 0.42
Cp 0.00 0.00 0.12 0.58 1.00
Mid cp 0.00 0.00 0.06 0.35 0.79
Z -3.90 -3.90 -1.57 -0.39 0.81
Zc 0.00 0.00 2.33 3.51 4.71
Pembulatan 0 0 2 4 5

Pertanyaan 7 TP JR KD SR SL Jumlah
F 0 0 5 28 27 60
P 0.00 0.00 0.08 0.47 0.45
Cp 0.00 0.00 0.08 0.55 1.00
Mid cp 0.00 0.00 0.04 0.32 0.78
Z -3.90 -3.90 -1.73 -0.48 0.76
Zc 0.00 0.00 2.17 3.42 4.66
Pembulatan 0 0 2 3 5

118
Pertanyaan 8 TP JR KD SR SL Jumlah
F 13 3 8 17 19 60
P 0.22 0.05 0.13 0.28 0.32
Cp 0.22 0.27 0.40 0.68 1.00
Mid cp 0.11 0.24 0.33 0.54 0.84
Z -1.24 -0.70 -0.43 0.10 1.00
Zc 0.00 0.53 0.80 1.34 2.24
Pembulatan 0 1 1 1 2

Pertanyaan 9 TP JR KD SR SL Jumlah
F 0 2 9 25 24 60
P 0.00 0.03 0.15 0.42 0.40
Cp 0.00 0.03 0.18 0.60 1.00
Mid cp 0.00 0.02 0.11 0.39 0.80
Z -3.90 -3.90 -1.24 -0.27 0.84
Zc 0.00 0.00 2.66 3.63 4.74
Pembulatan 0 0 3 4 5

c. Peran Kelompok Tani sebagai Unit Produksi


Pertanyaan 1 TP JR KD SR SL Jumlah
F 17 16 9 9 9 60
P 0.28 0.27 0.15 0.15 0.15
Cp 0.28 0.55 0.70 0.85 1.00
Mid cp 0.14 0.42 0.63 0.78 0.93
Z -1.07 -0.21 0.32 0.76 1.44
Zc 0.00 0.86 1.39 1.83 2.51
Pembulatan 0 1 1 2 3

Pertanyaan 2 TP JR KD SR SL Jumlah
F 8 3 17 22 10 60
P 0.13 0.05 0.28 0.37 0.17
Cp 0.13 0.18 0.47 0.83 1.00
Mid cp 0.07 0.16 0.33 0.65 0.92
Z -1.50 -1.00 -0.45 0.39 1.38
Zc 0.00 0.50 1.05 1.89 2.88
Pembulatan 0 0 1 2 3

Pertanyaan 3 TP JR KD SR SL Jumlah
F 13 7 16 20 4 60
P 0.22 0.12 0.27 0.33 0.07
Cp 0.22 0.33 0.60 0.93 1.00
Mid cp 0.11 0.28 0.47 0.77 0.97
Z -1.24 -0.60 -0.08 0.73 1.83
Zc 0.00 0.64 1.15 1.96 3.07
Pembulatan 0 1 1 2 3

119
Pertanyaan 4 TP JR KD SR SL Jumlah
F 18 8 16 15 3 60
P 0.30 0.13 0.27 0.25 0.05
Cp 0.30 0.43 0.70 0.95 1.00
Mid cp 0.15 0.37 0.57 0.83 0.98
Z -1.04 -0.34 0.17 0.93 1.96
Zc 0.00 0.70 1.20 1.97 3.00
Pembulatan 0 1 1 2 3

Pertanyaan 5 TP JR KD SR SL Jumlah
F 12 18 15 6 9 60
P 0.20 0.30 0.25 0.10 0.15
Cp 0.20 0.50 0.75 0.85 1.00
Mid cp 0.10 0.35 0.63 0.80 0.93
Z -1.28 -0.39 0.32 0.84 1.44
Zc 0.00 0.90 1.60 2.12 2.72
Pembulatan 0 1 2 2 3

Pertanyaan 6 TP JR KD SR SL Jumlah
F 6 16 13 14 11 60
P 0.10 0.27 0.22 0.23 0.18
Cp 0.10 0.37 0.58 0.82 1.00
Mid cp 0.05 0.23 0.48 0.70 0.91
Z -1.64 -0.73 -0.06 0.52 1.33
Zc 0.00 0.92 1.58 2.17 2.98
Pembulatan 0 1 2 2 3

Pertanyaan 8 TP JR KD SR SL Jumlah
F 2 1 5 35 17 60
P 0.03 0.02 0.08 0.58 0.28
Cp 0.03 0.05 0.13 0.72 1.00
Mid cp 0.02 0.04 0.09 0.43 0.86
Z -2.13 -1.73 -1.33 -0.19 1.07
Zc 0.00 0.40 0.80 1.94 3.20
Pembulatan 0 0 1 2 3

Pertanyaan 9 TP JR KD SR SL Jumlah
F 13 3 8 18 18 60
P 0.22 0.05 0.13 0.30 0.30
Cp 0.22 0.27 0.40 0.70 1.00
Mid cp 0.11 0.24 0.33 0.55 0.85
Z -1.24 -0.70 -0.43 0.13 1.04
Zc 0.00 0.53 0.80 1.36 2.27
Pembulatan 0 1 1 1 2

120
Pertanyaan 10 TP JR KD SR SL Jumlah
F 1 0 7 26 26 60
P 0.017 0.000 0.117 0.433 0.433
Cp 0.017 0.000 0.117 0.550 0.983
Mid cp 0.008 0.000 0.058 0.333 0.767
Z -2.394 -3.900 -1.569 -0.431 0.728
Zc 1.506 0.000 2.331 3.469 4.628
Pembulatan 2 0 2 3 5

5. Skala Likert Pengembangan Usahatani Tembakau di Kabupaten Temanggung.


a. Modal
Pertanyaan 2 STS TS R S SS Jumlah
F 8 52 0 0 0 60
P 0.13 0.87 0.00 0.00 0.00
Cp 0.13 1.00 1.00 1.00 1.00
Mid cp 0.07 0.57 1.00 1.00 1.00
Z -1.50 0.17 3.90 3.90 3.90
Zc 0.00 1.67 5 5 5
Pembulatan 0 2 5 5 5

Pertanyaan 3 STS TS R S SS Jumlah


f 8 46 6 0 0 60
p 0.13 0.77 0.10 0.00 0.00
cp 0.13 0.90 1.00 1.00 1.00
Mid cp 0.07 0.52 0.95 1.00 1.00
z -1.50 0.04 1.64 3.90 3.90
zc 0.00 1.54 3.14 5.40 5.40
Pembulatan 0 2 3 5 5

Pertanyaan 4 STS TS R S SS Jumlah


f 8 40 0 12 0 60
p 0.13 0.67 0.00 0.20 0.00
cp 0.13 0.80 0.80 1.00 1.00
Mid cp 0.07 0.47 0.80 0.90 1.00
z -1.50 -0.08 0.84 1.28 3.90
zc 0.00 1.42 2.34 2.78 5.40
Pembulatan 0 1 2 3 5

Pertanyaan 5 STS TS R S SS Jumlah


f 8 52 0 0 0 60
p 0.13 0.87 0.00 0.00 0.00
cp 0.13 1.00 1.00 1.00 1.00
Mid cp 0.07 0.57 1.00 1.00 1.00
Z -1.50 0.17 3.90 3.90 3.90
Zc 0.00 1.67 5.40 5.40 5.40
Pembulatan 0 2 5 5 5

121
b. Sarana Produksi Tanaman
Pertanyaan 1 STS TS R S SS Jumlah
F 0 0 0 26 34 60
P 0.00 0.00 0.00 0.43 0.57
Cp 0.00 0.00 0.00 0.43 1.00
Mid cp 0.00 0.00 0.00 0.22 0.72
Z -3.90 -3.90 -3.90 -0.78 0.57
Zc 0.00 0.00 0.00 3.12 4.47
Pembulatan 0 0 0 3 4

Pertanyaan 2 STS TS R S SS Jumlah


F 0 0 0 28 32 60
P 0.00 0.00 0.00 0.47 0.53
Cp 0.00 0.00 0.00 0.47 1.00
Mid cp 0.00 0.00 0.00 0.23 0.73
Z -3.90 -3.90 -3.90 -0.73 0.62
Zc 0.00 0.00 0.00 3.17 4.52
Pembulatan 0 0 0 3 5

Pertanyaan 3 STS TS R S SS Jumlah


F 0 0 0 27 33 60
P 0.00 0.00 0.00 0.45 0.55
Cp 0.00 0.00 0.00 0.45 1.00
Mid cp 0.00 0.00 0.00 0.23 0.73
Z -3.90 -3.90 -3.90 -0.76 0.60
Zc 0.00 0.00 0.00 3.14 4.50
Pembulatan 0 0 0 3 5

Pertanyaan 4 STS TS R S SS Jumlah


F 0 0 0 30 30 60
P 0.00 0.00 0.00 0.50 0.50
Cp 0.00 0.00 0.00 0.50 1.00
Mid cp 0.00 0.00 0.00 0.25 0.75
Z -3.90 -3.90 -3.90 -0.67 0.67
Zc 0.00 0.00 0.00 3.23 4.57
Pembulatan 0 0 0 3 5

c. Pemasaran
Pertanyaan 2 STS TS R S SS Jumlah
F 0 6 14 14 26 60
P 0.00 0.10 0.23 0.23 0.43
Cp 0.00 0.10 0.33 0.57 1.00
Mid cp 0.00 0.05 0.22 0.45 0.78
Z -3.90 -1.64 -0.78 -0.13 0.78
Zc 0.00 2.26 3.12 3.77 4.68
Pembulatan 0 2 3 4 5

122
Pertanyaan 3 STS TS R S SS Jumlah
F 0 5 8 16 31 60
P 0.00 0.08 0.13 0.27 0.52
Cp 0.00 0.08 0.22 0.48 1.00
Mid cp 0.00 0.04 0.15 0.35 0.74
Z -3.90 -1.73 -1.04 -0.39 0.65
Zc 0.00 2.17 2.86 3.51 4.55
Pembulatan 0 2 3 4 5

Pertanyaan 6 STS TS R S SS Jumlah


F 0 3 13 21 23 60
P 0.00 0.05 0.22 0.35 0.38
Cp 0.00 0.05 0.27 0.62 1.00
Mid cp 0.00 0.03 0.16 0.44 0.81
Z -3.90 -1.96 -1.00 -0.15 0.87
Zc 0.00 1.94 2.90 3.75 4.77
Pembulatan 0 2 3 4 5

LAMPIRAN 3 : UJI RELIABILITAS DAN VALIDITAS

1. Reliabilitas dan Validitas Sikap


a. Kognitif

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Based on
Cronbach's Alpha Standardized Items N of Items
.673 .688 2

Item-Total Statistics

Scale Mean Scale Squared


if Item Variance if Corrected Item- Multiple Cronbach's Alpha
Deleted Item Deleted Total Correlation Correlation if Item Deleted
kognitif4
2.00 .881 .524 .275 .a

kognitif5
2.05 .523 .524 .275 .a

123
b. Afektif
Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Based on


Cronbach's Alpha Standardized Items N of Items

.812 .821 7

Item-Total Statistics

Corrected Item- Squared Cronbach's


Scale Mean if Scale Variance Total Multiple Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Correlation Deleted

Af1 17.0000 16.610 .362 .212 .822

Af2 17.0333 15.084 .606 .517 .776

Af3 17.1500 14.909 .579 .449 .782

Af4 18.6000 17.058 .605 .531 .785

Af5 18.9000 16.939 .562 .463 .788

Af6 18.6833 14.322 .714 .686 .755

Af7 18.6333 15.660 .510 .528 .794

124
c. Konatif
Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Based on


Cronbach's Alpha Standardized Items N of Items

.710 .741 6

Item-Total Statistics

Scale Corrected Squared Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Multiple Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Correlation Deleted

ko1 14.7000 8.349 .518 .480 .656

ko2 14.6667 8.429 .463 .439 .668

ko3 14.7667 8.318 .581 .362 .646

ko4 13.0833 7.162 .460 .352 .668

ko5 13.3333 7.480 .442 .295 .672

ko6 14.7833 7.766 .331 .240 .716

125
2. Reliabilitas dan Validitas Motivasi

a. Kebutuhan Keberadaan (Existence)


Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Based on


Cronbach's Alpha Standardized Items N of Items
.764 .783 6

Item-Total Statistics
Corrected Squared Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Item-Total Multiple Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Correlation Deleted
ME1 14.83 7.938 .383 .196 .773
ME2 14.93 8.233 .578 .434 .714
ME3 13.85 9.079 .517 .358 .735
ME4 13.43 6.589 .636 .436 .692
ME5 14.92 8.247 .632 .522 .704
ME6 15.03 8.609 .424 .266 .749

b. Kebutuhan Berhubungan (Relatedness)


Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Based on


Cronbach's Alpha Standardized Items N of Items
.852 .853 4

Item-Total Statistics
Corrected Item- Squared Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Total Multiple Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Correlation Deleted
MR1 11.98 6.966 .641 .416 .835
MR2 11.68 6.661 .782 .624 .773
MR3 11.83 7.124 .702 .531 .808
MR4 11.70 7.332 .650 .437 .829

126
c. Kebutuhan Berkembang (Growth)
Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Based on


Cronbach's Alpha Standardized Items N of Items
.664 .707 4

Item-Total Statistics
Corrected Squared Cronbach's
Scale Mean if Item Scale Variance Item-Total Multiple Alpha if Item
Deleted if Item Deleted Correlation Correlation Deleted
MG2 9.75 5.479 .440 .213 .633
MG3 8.62 4.410 .537 .307 .546
MG4 9.95 3.201 .433 .190 .667
MG5 10.98 4.186 .514 .302 .551

3. Reliabilitas dan Validitas Peran Ketua Kelompok

a. Motivator

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Based on


Cronbach's Alpha Standardized Items N of Items
.756 .769 5

Item-Total Statistics
Scale Corrected Squared Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Multiple Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Correlation Deleted
M1 10.88 6.952 .564 .385 .697
M2 11.13 9.202 .494 .530 .738
M3 10.80 6.434 .652 .574 .660
M4 13.03 8.236 .320 .431 .789
M5 13.15 7.113 .692 .560 .653

127
b. Komunikator

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Based on


Cronbach's Alpha Standardized Items N of Items
.746 .783 4

Item-Total Statistics
Corrected Squared Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Item-Total Multiple Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Correlation Deleted
K1 11.02 3.474 .551 .353 .690
K2 11.28 4.613 .671 .464 .663
K3 10.97 3.084 .598 .366 .671
K4 11.13 4.863 .507 .312 .718

c. Fasilitator

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Based on


Cronbach's Alpha Standardized Items N of Items
.781 .783 5

Item-Total Statistics
Scale Corrected Squared Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Multiple Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Correlation Deleted
F1 13.47 10.524 .513 .361 .757
F2 13.73 8.504 .653 .479 .706
F3 13.88 8.410 .627 .514 .716
F4 15.72 9.935 .550 .400 .744
F5 13.87 9.609 .465 .323 .773

128
d. Inovator

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Based on


Cronbach's Alpha Standardized Items N of Items
.877 .889 5

Item-Total Statistics
Scale Corrected Squared Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Multiple Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Correlation Deleted
I1 8.12 8.003 .769 .722 .838
I2 8.08 8.417 .752 .691 .846
I3 7.90 6.939 .682 .468 .869
I4 8.62 7.596 .701 .517 .853
I5 7.95 8.421 .724 .555 .850

129
4. Reliabilitas dan Validitas Tingkat Keaktifan Anggota

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Based on


Cronbach's Alpha Standardized Items N of Items

.724 .721 7

Item-Total Statistics

Scale Corrected Squared Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Multiple Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Correlation Deleted

Aktif1 19.3500 9.282 .341 .190 .715

Aktif2 19.3500 7.960 .442 .201 .691

Aktif3 18.8333 8.379 .340 .155 .715

Aktif4 20.8833 8.444 .359 .239 .709

Aktif5 19.1167 7.020 .635 .512 .637

Aktif6 20.2500 6.835 .544 .464 .663

Aktif8 20.5167 8.322 .407 .238 .699

130
5. Reliabilitas dan Validitas Peran Kelompok Tani sebagai Media Penyuluhan

a. Peran Kelompok Tani sebagai Media Belajar

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Based on


Cronbach's Alpha Standardized Items N of Items

.898 .905 9

Item-Total Statistics

Scale
Mean if Scale Corrected Squared Cronbach's
Item Variance if Item-Total Multiple Alpha if Item
Deleted Item Deleted Correlation Correlation Deleted

BELAJAR1 31.00 30.881 .653 .494 .889

BELAJAR2 29.47 26.728 .679 .531 .888

BELAJAR3 29.67 32.633 .553 .503 .896

BELAJAR4 29.68 31.644 .673 .553 .890

BELAJAR5 29.10 31.108 .543 .433 .895

BELAJAR6 29.53 26.118 .747 .627 .881

BELAJAR7 29.38 26.715 .812 .827 .874

BELAJAR8 29.02 29.949 .707 .697 .885

BELAJAR9 29.55 26.489 .771 .711 .878

131
b. Peran Kelompok Tani sebagai Media Kerjasama

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Based on


Cronbach's Alpha Standardized Items N of Items
.885 .888 9

Item-Total Statistics
Scale Corrected Squared Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Multiple Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Correlation Deleted
K1 19.73 31.250 .665 .633 .870
K2 19.75 31.581 .746 .679 .865
K3 19.95 31.269 .624 .638 .874
K4 20.07 32.131 .695 .587 .869
K5 19.62 30.410 .644 .638 .873
K6 17.30 32.824 .550 .545 .879
K7 17.67 30.463 .639 .585 .873
K8 20.42 34.383 .559 .344 .879
K9 17.37 30.914 .650 .576 .871

132
c. Peran Kelompok Tani sebagai Unit Produksi

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Based on


Cronbach's Alpha Standardized Items N of Items
.821 .828 9

Item-Total Statistics
Scale Corrected Squared Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Multiple Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Correlation Deleted
P1 13.92 21.671 .640 .550 .787
P2 13.57 22.962 .509 .547 .804
P3 13.83 23.667 .503 .557 .805
P4 14.03 24.541 .396 .560 .816
P5 13.65 22.401 .592 .520 .794
P6 13.27 23.724 .432 .538 .813
P8 12.98 23.203 .683 .641 .788
P9 14.00 24.136 .575 .587 .799
P10 11.42 22.518 .450 .543 .815

133
6. Reliabilitas dan Validitas Pengembangan Usahatani Tembakau
a. Modal

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Based on


Cronbach's Alpha Standardized Items N of Items

.750 .768 4

Item-Total Statistics

Corrected Squared Cronbach's


Scale Mean if Scale Variance Item-Total Multiple Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Correlation Deleted

M2 4.87 3.406 .614 .400 .661

M3 4.73 3.318 .571 .386 .678

M4 5.33 3.107 .438 .212 .777

M5 4.87 3.406 .614 .461 .661

b. Sarana Produksi Tanaman

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Based on


Cronbach's Alpha Standardized Items N of Items

.675 .731 4

134
Item-Total Statistics

Corrected Item- Squared Cronbach's


Scale Mean if Scale Variance Total Multiple Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Correlation Deleted

s1 11.45 7.099 .577 .413 .626

s2 10.97 5.016 .517 .488 .567

s3 11.30 5.298 .340 .183 .712

s4 10.93 4.741 .586 .369 .514

c. Pemasaran

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Based on


Cronbach's Alpha Standardized Items N of Items

.607 .603 3

Item-Total Statistics

Corrected Item- Squared Cronbach's


Scale Mean if Scale Variance Total Multiple Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Correlation Deleted

pem2 8.28 2.342 .425 .286 .496

pem3 8.07 2.165 .580 .350 .251

prm6 8.22 3.122 .268 .111 .695

135
LAMPIRAN 3 : ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA

1. Peran Kelompok Tani dalam Pengembangan Usahatani Tembakau

Model Summary

Change Statistics

Adjusted R Std. Error of R Square


Model R R Square Square the Estimate Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .690a .476 .448 3.167 .476 16.959 3 56 .000

2 .675b .455 .436 3.201 -.021 2.216 1 56 .142

a. Predictors: (Constant), peranunitproduksi, peranunitbelajar, peranunitkerjasama

b. Predictors: (Constant), peranunitproduksi, peranunitbelajar

136
ANOVAc

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 510.315 3 170.105 16.959 .000a

Residual 561.685 56 10.030

Total 1072.000 59

2 Regression 488.088 2 244.044 23.823 .000b

Residual 583.912 57 10.244

Total 1072.000 59

a. Predictors: (Constant), peranunitproduksi, peranunitbelajar, peranunitkerjasama

b. Predictors: (Constant), peranunitproduksi, peranunitbelajar

c. Dependent Variable: pengembanganusahatani

137
Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients 95% Confidence Interval for B

Model B Std. Error Beta t Sig. Lower Bound Upper Bound

1 (Constant) 22.099 2.336 9.461 .000 17.420 26.778

peranunitbelajar .449 .082 .636 5.503 .000 .286 .613

peranunitkerjasama -.165 .111 -.243 -1.489 .142 -.386 .057

peranunitproduksi .297 .118 .374 2.530 .014 .062 .533

2 (Constant) 22.165 2.360 9.392 .000 17.439 26.891

peranunitbelajar .397 .074 .562 5.329 .000 .248 .546

peranunitproduksi .173 .084 .218 2.069 .043 .006 .341

138
2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pengembangan Usahatani tembakau

Model Summary
Change Statistics
Adjusted R Std. Error of R Square
Model R R Square Square the Estimate Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 .745a .555 .495 3.030 .555 9.254 7 52 .000
2 .745b .555 .504 3.001 .000 .002 1 52 .962
3 .741c .548 .507 2.994 -.006 .742 1 53 .393
d
4 .735 .540 .506 2.995 -.009 1.050 1 54 .310
e
5 .722 .521 .495 3.029 -.019 2.274 1 55 .137
a. Predictors: (Constant), peranketuakel, umur, pendidikan, luaslahan, motvasi, keaktifan, sikap
b. Predictors: (Constant), peranketuakel, umur, pendidikan, motvasi, keaktifan, sikap
c. Predictors: (Constant), umur, pendidikan, motvasi, keaktifan, sikap
d. Predictors: (Constant), umur, pendidikan, motvasi, sikap
e. Predictors: (Constant), pendidikan, motvasi, sikap

139
ANOVAf

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.


1 Regression 594.636 7 84.948 9.254 .000a
Residual 477.364 52 9.180
Total 1072.000 59
2 Regression 594.615 6 99.103 11.003 .000b
Residual 477.385 53 9.007
Total 1072.000 59
3 Regression 587.929 5 117.586 13.117 .000c
Residual 484.071 54 8.964
Total 1072.000 59
4 Regression 578.517 4 144.629 16.119 .000d
Residual 493.483 55 8.972
Total 1072.000 59
5 Regression 558.118 3 186.039 20.274 .000e
Residual 513.882 56 9.176
Total 1072.000 59
a. Predictors: (Constant), peranketuakel, umur, pendidikan, luaslahan, motvasi, keaktifan, sikap
b. Predictors: (Constant), peranketuakel, umur, pendidikan, motvasi, keaktifan, sikap

140
c. Predictors: (Constant), umur, pendidikan, motvasi, keaktifan, sikap
d. Predictors: (Constant), umur, pendidikan, motvasi, sikap
e. Predictors: (Constant), pendidikan, motvasi, sikap
f. Dependent Variable: pengembanganusahatani

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients 95% Confidence Interval for B
Model B Std. Error Beta T Sig. Lower Bound Upper Bound
1 (Constant) 11.583 5.254 2.205 .032 1.040 22.126
umur .069 .056 .124 1.220 .228 -.044 .182
pendidikan .459 .173 .277 2.647 .011 .111 .807
sikap .293 .075 .531 3.934 .000 .144 .443
motvasi .191 .081 .275 2.350 .023 .028 .355
luaslahan 4.806E-6 .000 .005 .048 .962 .000 .000
keaktifan -.164 .142 -.125 -1.158 .252 -.449 .120
peranketuakel .041 .049 .099 .837 .407 -.057 .139

141
2 (Constant) 11.639 5.072 2.295 .026 1.465 21.813
umur .068 .056 .124 1.231 .224 -.043 .180
pendidikan .461 .168 .278 2.736 .008 .123 .798
sikap .293 .074 .530 3.985 .000 .146 .441
motvasi .191 .081 .275 2.374 .021 .030 .353
keaktifan -.164 .140 -.124 -1.170 .247 -.444 .117
peranketuakel .040 .047 .098 .862 .393 -.053 .134
3 (Constant) 11.671 5.060 2.306 .025 1.526 21.816
umur .078 .054 .141 1.432 .158 -.031 .187
pendidikan .479 .167 .288 2.871 .006 .144 .813
sikap .320 .066 .579 4.828 .000 .187 .453
motvasi .193 .080 .277 2.394 .020 .031 .354
keaktifan -.140 .137 -.106 -1.025 .310 -.415 .134
4 (Constant) 9.764 4.708 2.074 .043 .330 19.198
umur .082 .054 .148 1.508 .137 -.027 .191
pendidikan .431 .160 .260 2.691 .009 .110 .752
sikap .303 .064 .548 4.721 .000 .174 .431
motvasi .185 .080 .265 2.307 .025 .024 .345

142
5 (Constant) 14.659 3.448 4.252 .000 7.752 21.566
pendidikan .361 .155 .218 2.330 .023 .051 .672
sikap .285 .064 .516 4.472 .000 .157 .413
motvasi .181 .081 .259 2.229 .030 .018 .343
a. Dependent Variable: pengembanganusahatani

143

Anda mungkin juga menyukai