Budidaya Lele Dan Belut
Budidaya Lele Dan Belut
Dosen pembimbing
Budi Utomo S.Hut, M.Si
Disusun oleh
Valentino Afrio Rg 061201004
Ruth Elisa Manik 061201021
MANAJEMEN HUTAN
DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air Tawar yang sudah dibudidayakan
secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Budidaya lele
berkembang pesat dikarenakan 1) dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang
terbatas dengan padat tebar tinggi, 2) teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh
masyarakat, 3) pemasarannya relatif mudah dan 4) modal usaha yang dibutuhkan relatif
rendah. Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai
dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Ikan lele
bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari,
ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Indonesia ikan lele
mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo,
Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan
lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan nama dumbo
(Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), ca tre trang
(Jepang).
Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya
jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding
lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan
terhadap penyakit.
Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat
memanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut suka
memakan anak-anak ikan yang masih kecil. Biasanya hidup di sawah-sawah, di rawa-
rawa/lumpur dan di kali-kali kecil. Di Indonesia sejak tahun 1979, belut mulai dikenal
dan digemari, hingga saat ini belut banyak dibudidayakan dan menjadi salah satu
komoditas ekspor.
Sekarang, budi daya belut bisa dilakukan di dalam tong atau kolam terpal. Murah,
efisien, dan praktis. Anda bisa membuatnya di pekarangan rumah, halaman belakang, dan
di mana saja asal mendapatkan cahaya matahari yang cukup.Biaya yang dibutuhkan lebih
murah dibandingkan membuat kolam konvensional. Untuk asumsi 20 tong saja, hanya
mengeluarkan tidak lebih dari 4 juta rupiah. Keuntungannya sekitar 60% dari total
penjualan hasil panen. Efisiensinya lebih tinggi. Anda tidak akan kerepotan memberikan
perawatan media tanam, pemberian pakan, dan pemanenan. Pasalnya, media tong atau
terpal mudah dijangkau laksana menanam pohon di dalam pot. Medianya pun bisa
dipindah-pindah sesuai kebutuhan.
BUDIDAYA LELE
Budidaya lele dapat dilakukan di kolam tanah, bak permanent maupun bak
plastik. Usahakan air dapat mengalir mengalir. Sumber air dapat berasal dari air sungai
mapun air sumur. Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-
32°C. Suhu air mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu makan
ikan serta kelarutan oksigen dalam air. Bentuk kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan
lele adalah empat persegi panjang dengan ukuran sesuai dengan lokasi. Kedalaman kolam
berkisar antara 1,0-1,5 m dengan kemiringan kolam dari pemasukan air ke pembuangan
0,5%. Saringan dapat dipasang pada pintu pemasukan dan pengeluaran agar ikan-ikan
jangan ada yang lolos keluar/masuk.
2. Penebaran Benih
Sebelum benih ditebarkan sebaiknya benih disuci hamakan dulu dengan
merendamnya didalam larutan KM5N04 (Kalium permanganat) atau PK dengan dosis 35
gram/m2 selama 24 jam atau formalin dengan dosis 25 mg/l selama 5-10 menit.
Penebaran benih sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari atau pada saat udara tidak
panas. Sebelum ditebarkan ke kolam, benih perlakuan penyesuaian suhu dengan cara
memasukan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam wadah pengangkut benih. Benih
yang sudah teraklimatisasi akan dengan sendirinya keluar dari kantong (wadah) angkut
benih menuju lingkungan yang baru yaitu kolam. Hal ini berarti bahwa perlakuan
tersebut dilaksanakan diatas permukaan air kolam dimana wadah (kantong) benih
mengapung diatas air. Jumlah benih yang ditebar 35-50 ekor/m2 yang berukuran 5-8 cm.
3. Pemberian Pakan
Selain makanan alami, untuk mempercepat pertumbuhan lele perlu pemberian
makanan tambahan berupa pellet. Jumlah makanan yang diberikan sebanyak 2-5%
perhari dari berat total ikan yang ditebarkan di kolam. Pemberian pakan frekuensinya 2 –
3 kali setiap hari. Sedangkan komposisi makanan buatan dapat dibuat dari campuran
dedak halus dengan ikan rucah dengan perbandingan 1:9 atau campuran dedak halus,
bekatul, jagung, cincangan bekicot dengan perbandingan 2:1:1:1 campuran tersebut dapat
dibuat bentuk pellet.
4. Pemeliharaan Pembesaran
a.Pemberian Vaksinasi
Cara-cara vaksinasi sebelum benih ditebarkan:
1. Untuk mencegah penyakit karena bakteri, sebelum ditebarkan, lele yang
berumur 2 minggu dimasukkan dulu ke dalam larutan formalin dengan
dosis 200 ppm selama 10- 15 menit. Setelah divaksinasi lele tersebut akan
kebal selama 6 bulan.
2. Pencegahan penyakit karena bakteri juga dapat dilakukan dengan
menyutik dengan terramycin 1 cc untuk 1 kg induk.
3. Pencegahan penyakit karena jamur dapat dilakukan dengan merendam
lele dalam larutan Malachite Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit.
b. Pemeliharaan Kolam/Tambak
1. Kolam diberi perlakuan pengapuran dengan dosis 25-200 gram/m2 untuk
memberantas hama dan bibit penyakit.
2. Air dalam kolam/bak dibersihkan 1 bulan sekali dengan cara mengganti
semua air kotor tersebut dengan air bersih yang telah diendapkan 2
malam.
3. Kolam yang telah terjangkiti penyakit harus segera dikeringkan dan
dilakukan pengapuran dengan dosis 200 gram/m 2 selama satu minggu.
Tepung kapur (CaO) ditebarkan merata di dasar kolam, kemudian
dibiarkan kering lebih lanjut sampai tanah dasar kolam retak-retak.
5. Pemanenan
A. Penangkapan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan:
1. Lele dipanen pada umur 6-8 bulan, kecuali bila dikehendaki, sewaktu-waktu dapat
dipanen. Berat rata-rata pada umur tersebut sekitar 200 gram/ekor.
2. Pada lele Dumbo, pemanenan dapat dilakukan pada masa pemeliharaan 3-4 bulan
dengan berat 200-300 gram per ekornya. Apabila waktu pemeliharaan ditambah 5-6
bulan akan mencapai berat 1-2 kg dengan panjang 60-70 cm.
3. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak terlalu kepanasan.
4. Kolam dikeringkan sebagian saja dan ikan ditangkap dengan menggunakan seser
halus, tangan, lambit, tangguh atau jaring.
5. Bila penangkapan menggunakan pancing, biarkan lele lapar lebih dahulu.
6. Bila penangkapan menggunakan jaring, pemanenan dilakukan bersamaan dengan
pemberian pakan, sehingga lele mudah ditangkap.
7. Setelah dipanen, piaralah dulu lele tersebut di dalam tong/bak/hapa selama 1- 2 hari
tanpa diberi makan agar bau tanah dan bau amisnya hilang.
8. Lakukanlah penimbangan secepat mungkin dan cukup satu kali.
B. Pembersihan
Setelah ikan lele dipanen, kolam harus dibersihkan dengan cara:
1. Kolam dibersihkan dengan cara menyiramkan/memasukkan larutan kapur sebanyak
20-200 gram/m 2 pada dinding kolam sampai rata.
2. Penyiraman dilanjutkan dengan larutan formalin 40% atau larutan permanganat kalikus
(PK) dengan cara yang sama.
3. Kolam dibilas dengan air bersih dan dipanaskan atau dikeringkan dengan sinar
matahari langsung. Hal ini dilakukan untuk membunuh penyakit yang ada di kolam.
b. Bibit/benih
benih 3000 ekor @ Rp. 150,- Rp. 450.000,-
c. Pakan
Pakan benih 30 kg @ Rp 5000,. Rp. 150.000,-
Pakan induk 100 kg @ Rp 4500,. Rp. 450.000,-
d. Peralatan
Pompa air3 bh @ Rp. 110.000,- Rp. 330.000,-
Diesel 1 bh @ Rp. 600.000,- Rp. 600.000,-
Sikat 1.bh @.Rp. 25.000,- Rp. 25.000,-
Jaring 1 bh @.Rp. 150.000,- Rp. 150.000,-
Bak 5 bh @ Rp. 3.000,- Rp. 15.000,-
Timba 7 bh @.Rp. 3.000,- Rp. 21.000,-
Alat seleksi 6 bh @.Rp. 4.000,- Rp. 24.000,-
Ciruk 5 bh @. Rp. 2.000,- Rp. 10.000,-
Gayung 5 bh @. Rp.1.000,- Rp. 5.000,-
Selang Rp. 90.000,-
Paralon Rp. 80.000,-
e. Tenaga kerja 2 orang @ Rp. 300.000., Rp. 600.000,-
f. Biaya tak terduga 10% Rp. 1.000.000,-
g. Transportasi 12 bulan x Rp.200.000., Rp. 2.400.000,-
h. Pajak Bumi Bangunan 1 tahun Rp. 50.000,-
Setelah kolam selesai dibuat yang paling utama adalah pemberian media
pemeliharaan sebelum kolam tersebut dipergunakan, yaitu media untuk tempat hidup
belut berupa tanah sawah atau Lumpur kolam yang sudah dikeringkan, pupuk kandang,
pupuk kompos (sekam/gabah padi yang sudah dibusukkan), jerami padi, cincangan
pisang, pupuk Urea, dan pupuk NPK, dengan perbandingan sebagai berikut :
- Lapisan pertama paling bawahjerami padi setinggi 40 cm
- Diatas jerami ditaburi secara merata pupuk Urea 5 Kg dan NPK 5 Kg
(Untuk ukuran kolam 500 cm X 500 cm, apabila kolamnya lebih besar atau lebih kecil
ukuran ini, perbandingan pupuk diatasdapat dijadikan patokannya)
- Lapisan kedua tanah / Lumpur setinggi 5 cm
- Lapisan ketiga pupuk kandang setinggi 5 cm lapisan keempat pupuk kompos setinggi5
cm
- Lapisan keempat tanah / Lumpur setinggi 5 cm
- Lumpur kelima cincangan batang pisang setinggi 10 cm
- Lapisan Keenam tanah / Lumpur setinggi 15 cm
- Lapisan ketujuh air setinggi 10 cm
- Diatas air ditanami secara merat ecenfg gondok sampai menutupi ¾ permukaan kolam.
Setelah semua media pemeliharaan terisi dalam kolam, diamkan media
pemeliharaan tersebut selama 2 (Dua) minggu agar seluruh media mengalami proses
permentasi. Dan setelah 2 (Dua) minggu slesai poroses permentasinya maka benih / bibit
belut dapat dimasukkan ke kolam pemeliharaan tersebut.
3. Penebaran Benih
Pelaksanaan pengembangbiakkan sudah bisa dimulai dengan telah terlengkapinya
semua sarana yang dibutuhkan. Untuk tahapan ini yaitu memilih benih. Agar diperoleh
belut berkualitas baik dan tidak menghasilkan keturunan abnormal, benih yang dipilih
harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Anggota tubuhnya masih utuh dan mulus, yaitu tidak ada luka bekas gigitan,
2. Gerakan tubuhnya lincah dan agresif.
3. Penampilannya sehat yang dicirikan dari tubuhnya yang keras, tidak lemas jika pegang
4. Tubuhnya berukuran kecil dan berwarna kuning kecoklat-coklatan
5. Usianya berkisar 2 bulan – 4 bulan
4. Perkembangbiakkan Belut
Belut ini mudah berkembang biak dialam, tetapi juga tidak sulit
dikembangbiakkan di kolam, asal media dikolam menyerupai habitat aslinya. Secara
alami berkembang biak setahun sekali, tapi dengan masa perkawinan yang amat panjang
yaitu mulai dari musim penghujan sampai dengan permulaan musim kemarau (Kurang
lebih empat sampai lima bulan).
Perkawinan belut umumnya tiba akan terlihat belut jantan berbomdong ramai –
ramai berenang ke berbagai penjuru kearah tepian. Diperairan yang dangkal itulah
nantinya belut jantan menggali lubang perkawinan. Lubang perkawinan diabangun mirip
“U”. Selanjutnya dalam lubang tersebut belut jantan lalu membuat gelembung-
gelembung udara yang membusa di permukaan air diatas salah satu lubnagnya. Busa –
busa tersebut berguna untuk menarik perhatian lawan jenisnya. Belut jantan menanti
kehadiran belut betina di lubang yang tidak diliputi busa.
Setelah belut betina yang dinanti tiba, sebelum perkawinan dilangsungkan akan
terjadi cumbu-cumbuan mesra terlebih dahulu. Dalam perkawinan telur-telur dari betina
akan dikeluarkan disekitar lubang dibawah busa-busa yang mengapung pada permukaan
aor. Telur yang sudah dibuahi selanjutnya akan dicakup belut jantan untuk disemburkan
dan diamankan dalam lubang persembunyian.
Kemudian belut jantanlah yang akan menjalani tugas menjaga telur – telur
tersebut sampai menetas. Selama menjaga telur ini belut jantan galaknya bukan main.
Setiap mahluk yang mendekat ke sarang pasti akan diserang.
5. Penetasan
Telur –telur dialam akan menetas setelah 9-10 hari kemudian. Tetspi untuk
dikolam pendederan dan pemijahan telur-telur belut akan menetas dalam waktu 12-14
hari. Sewaktu baru menetas warna anak belut kuning setelah itu pelan – pelan berubah
menjadi kuning kecoklatan dan selanjutnya menjadi coklat muda. Anak –anak belut yang
sudah menetas sementara masih diasuh oleh belut jantan selama dua minggu. Setelah
berumur 15 hari anak-anak belut sudah bisa berenag sendiri dan meninggalkan sarana
penetasan. Mereka sudah mampu menggali lubnag dan mencari makanan sendiri tempat
lain.
6. Pemberian Pakan
Belut yang masih kecil memakan zooplankton yang halus seperti antara lain
Protozoa (Hewan bersel satu), Mikrokrusasea (Udang-udangan renik), invertebrate
mikroskopik (hewan –hewan tak bertulang belakang yang kecil-kecil). Sedangkan belut
yang mulai dewasa memakan larva-larva serangga, cacing siput, berudu kodok, dan
benih-benih ikan yang masih lemah.
7. Pemanenan
Untuk memanen belut, diperlukan ketepatan waktu panen dan cara panen. Wadah
penampungan juga perlu disiaokan untuk membawa belut hasil panen di lokasi penjualan.
Belut siap dipanen untuk kebutuhan pasar local dari mulai penaburan benih minimal 3
bulan (Sisitem dengan pembesaran), sedangkan untuk kebutuhan pasar ekspor dari mulai
penaburan benih minimal 6 bulan (sisitem dengan pembesaran).
PP = 35.000.000 x 1 tahun
35.350.000
= 0,99
= 1 tahun
B Peralatan
Pompa Air 3 Buah 110.000 330.000
Diesel 1 Buah 600.000 600.000
Sikat 1 Buah 25.000 25.000
Jaring 1 Buah 150.000 150.000
Bak 5 Buah 3.000 15.000
Timba 7 Buah 3.000 21.000
Alat Seleksi 6 Buah 4.000 24.000
Ciruk 5 Buah 2.000 10.000
Gayung 5 Buah 1.000 5.000
Selang 1 Buah 90.000 90.000
Paralon 1 Buah 80.000 80.000
D Lain-lain
Beli Tanah 12 x 15 m Meter 100.000 18.000.000
Kolam Lele 4 Buah 5000.000
Kolam Belut 3 Buah 4.500.000
Transportasi 12 Bulan 200.000 2.400.000
Pajak Bumi dan 1 Tahun 50.000 50.000
Bangunan
E Pemeliharaan
Pakan Benih Lele 30 Kg 5.000 150.000
Pakan induk Lele 100 Kg 4.500 450.000
Pakan Belut 50 Kg 5.000 250.000
Belut 200 Kg
Harga Jual
Lele Rp. 15.000 /Kg
Belut Rp. 50.000 /Kg
B/C Ratio tahun ke-1 (Pendapatan per Tahun / Total Biaya) 1.28
Tahun Biaya Total (Ct) (jutaan rupiah) Penerimaan Total (Bt) (jutaan rupiah)
0 35 0
1 15 45
2 20 50
3 45 70
4 25 55
5 10 30
Tahun Biaya Total (Ct) Penerimaan Total PF PF (Ct) PF (Bt) NPV
(1) (jutaan rupiah) (Bt) (jutaan rupiah) (4) (5)=(2) (6)=(3)(4) (7)=(6)-(5)
(2) (3) (4)
0 35 0 1 35 0 -35
1 15 45 0,87 13,05 39,15 26,10
2 20 50 0,76 15,20 38,00 22,80
3 45 70 0,66 26,40 46,20 19,80
4 25 55 0,57 14,25 31,35 17,10
5 10 30 0,50 5,00 15,00 10,00
108,90 169,70 60.8
NPV
(i=0,15)
Maka, keuntungan ekonomis investasi penambahan kolam sebesar Rp.60,8 juta, karena
NPV > 0 maka investasi tersebut layak dipertimbangkan.
BCR(t) = ∑ PF (Bt)
∑ PF (Ct)
= 169,70
108,90
= 1,55
Manfaat ekonomi investasi ini adalah 1,55 kali lebih besar dari pada nilai biaya total pada
tingkat suku bunga. Artinya setiap Rp 1 yang diinvestasikan akan memberi hasil sebesar
1,55, karena BCR > 1 maka investasi dalam pembuatan kolam ini banyak secara
ekonomis.
= 0,7736
IRR = 77,36 %
Karena pada interest rate = 77,36 % nilai NPV = 0, berarti IRR > suku bunga yang
berlaku 15 %, berarti proyek ini layak secara ekonomis.