Anda di halaman 1dari 12

Representasi Feminisme dalam Trilogi Novel Karya Ayu Utami

REPRESENTASI FEMINISME DALAM TRILOGI NOVEL KARYA AYU UTAMI (SI PARASIT
LAJANG, CERITA CINTA ENRICO, DAN PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG
Mar’atus Sholichah
Program Studi Sosiologi, Jurusan Ilmu Sosial, Fakultas Ilmu Sosial Dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya
fajriyah.itaul@gmail.com
Arief Sudrajat
Program Studi Sosiologi, Jurusan Ilmu Sosial, Fakultas Ilmu Sosial Dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya
arief55281@yahoo.com.au

ABSTRAK
Sastra merupakan bagian dari representasi kehidupan sosial masyarakat. Karya sastra ditulis oleh
pengarangguna menunjukkan kepada pembaca apa yang terjadi dalam kondisi masyarakat saat itu. Dalam
penelitian ini menggunakan feminisme sebagai pisau analisis untu mengupas representasi feminisme pada
trilogi novel karya Ayu Utami.Salah satu aliran feminisme yang dipakai adalah posfeminisme, merupakan
ideologi yang didalamnya bersimpangan dengan teori wacana, teori budaya, posmodernisme, dan
poskolonialisme.Posfeminis memfasilitasi konsep pluralistik, yang berbasis luas pada penerapan feminisme,
dan menempatkan pada tuntutan budaya yang dimarginalkan.Sifat penelitian ini bersifat deskriptif yang
dilakukan untuk mengupas representasi feminis dalam trilogi novel, sedangkan metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah kualitatif, metode kualitatif adalah berusaha menggali, memahami, dan mencari fenomena
sosial.Pendekatan yang dipilih adalah pendekatan sosiologi dimana merupakan sebuah kacamata sosial untuk
meneropong sastra.Data penelitian bersumber pada trilogi novel karya Ayu Utami yang kemudian dicari
kalimat maupun frasa yang membentuk konsep yang kemudian akan dianalisis menggunakan posfeminis.Hasil
penelitian ini menemukan didapati kategori tentang gambaran perjuangan perempuan, posisi perempuan dalam
novel, serta perempuan dan seksualitas. Perjuangan perempuan digolongkan lagi menjadi perjuangan
perempuan dengan maksud perjuangan kesetaraan gender terhadap konsep pernikahan, perjuangan perempuan
dengan pemanfaatan kemampuan serta perjuangan terhadap konsep kecantikan. Posisi perempuan dalam
masyarakat pada trilogi novel digolongkan menjadi pandangan masyarakat pada perempuan mengenai konsep
keperawanan, kemandirian perempuan, dan posisi perempuan dalam pernikahan.Terakhir perempuan dan
seksualitas digolongkan melalui konsep keperawanan bagi masyarakat, perilaku seksual, dan bentuk fisik alat
seksual.
Kata Kunci : Representasi, Feminisme, Trilogi Novel
ABSTRACT
Literature is part of the representation of social life. Literary works written by authors in order to show the
reader what is happening in the current state of society. In this research using feminism as a representation
peeling knife untu analysis of feminism in the trilogy novel by Ayu Utami. One ideology of feminism used is
posfeminisme, an ideology in which intersects with discourse theory, cultural theory, postmodernism and post-
colonial. Posfeminis facilitate the concept of a pluralistic, broadly based on the application of feminism, and
put on the cultural demands of the marginalized. The nature of this descriptive study was done to explore the
representation of feminist novel in the trilogy, while the method used in this study is qualitative, qualitative
methods are trying to explore, understand, and seek social phenomena. The chosen approach is a sociological
approach which is a social glasses to observe literature. The research data sourced on a trilogy of novels by
Ayu Utami then searched words or phrases that make up a concept which will then be analyzed using
posfeminis. The results of this study found found picture category on women's struggles, the position of
women in the novel, as well as women and sexuality. The struggle of women classified again into the struggle
of women for the purpose of gender equality struggle against the concept of marriage, the struggle of women to
the utilization capability as well as the struggle against the concept of beauty. The position of women in society
in a trilogy of novels classified into public view on women regarding the concept of virginity, independence of
women and the position of women in marriage. Recently women and sexuality are classified through the
concept of virginity for the society, sexual behavior, and physical form of sexual tool.
Keywords: Representation, Feminism, Novel Trilogy

sampai zaman modernsasi saat ini.Perkembangan sastra


PENDAHULUAN mulai dari periode masa penjajahanIndonesaia hingga
Karya sastra menggambarkan situasi sosial pada saat era reformasi bergulir mengupas berbagai topik yang
karya itu diciptakan. Perkembangan sastra menjadi menjadikan ciri karya sastra pada masanya.
cerminan perkembangan masyarakat dari zaman dulu Pembahasanmengenai perempuan serta ketidakadilan

1
Paradigma .Volume 04 Nomor 03 Tahun 2016

dimulai pada periode Balaipustaka, Pujangga Baru, Utami. Ayu Utami sangat menekankan pembacaan-
hingga karya sastra modern saat ini. pembacaan yang bagus dengan menempatkan
Sejak era reformasi bergulir, karya sastra seperti permasalahan perempuan dengan paradigma perempuan
novel dan cerita pendek, ramai oleh tema seputar seks itu sendiri.
yang ditulis perempuan. Diantaranya adalah novel Saman Novel yang diambil dalam penelitian ini adalah
dan Larung karya Ayu Utami, novel Ode untuk Leopold trilogy novel karya Ayu Utami, novel pertama dalam
von SacherMasoch karya Dinar Rahayu, kumpulan trilogy tersebut berjudul Si Parasit Lajang. Si Parasit
cerpen Jangan Main-Main dengan Kelaminmu karya Lajang menceritakan tokoh A yang berusia dua puluhan,
Djenar Maesa Ayu, Fira Basuki dengan trilogi Jendela – bersama sahabat – sahabatnya (yang kebanyakan adalah
Jendela, Pintu Asap, Sera Biru dan Rojok dan masih laki – laki) memilikiprinsip bahwa mereka tidak akan
banyak lagi.(Lestarianti, 2015). menikah. Tokoh A memiliki 11 alasan untuk tidak kawin,
Karya sastra yang mengupas tentang pemaparan dalam novel ini dipaparkan berbagai alasan tentang
seksualitas sebenarnya sudah ada sejak dahulu, namun alasan tersebut.
penggambarannya saja yang beda dengan karya sastra Novel kedua dari trilogi tersebut berjudul Cerita
yang lahir pada jaman reformasi. Masyarakat Indonesia Cinta Enrico, menceritakan sebuah keluarga yang hidup
masih sangat menganggap tabu mengenai penggambaran di masa gerilya.Seorang anak laki – laki bernama Enrico
persetubuhan, ungkapan hasrat, serta pengucapan alat atau yang lebih akrab dikenal sebagai RIK tumbuh
kelamin yang dipaparkan pada karya sastra pada jaman menjadi pribadi yang menyayangi ibunya, berbakti dan
itu.Namun seriring perkembangan waktu serta beberapa baik.Namun seiring berjalannya waktu RIK berubah
faktor salah satunya adalah masuknya ideology feminis, menjadi anak nakal karena pengaruh buruk lingkungan
karya sastra yang menggambarkan hal tersebut dapat sekitarnya.Tokoh A hadir dalam kehidupan RIK sebagai
diterima oleh masyarakat. perempuan yang sangat diidamkan RIK. RIK memiliki
Masyarakat Indonesia sedikit demi sedikit berubah prinsip yang sama dengan A yakni tidak mau menikah.
mengikuti perkembangan jaman, namun ada yang tidak Novel ketiga dari trilogi diatas berjudul Pengakuan
berubah mengenai kedudukan perempuan dalam Eks Parasit Lajang, menceritakan bagaimana kehidupan
masyarakat. Budaya Indonesia yang berakar dari tradisi masa kecil tokoh A, melewati usia dua puluhan,
dan peninggalan budaya dahulu yang menyisakan budaya memutuskan melepas predikat perawan serta melepas
dimana menempatkan laki- laki pada posisi yang lebih kalung salib dan menjadi pezinah. Dia menemukan
tinggi sedangkan perempuan pada posisi berikutnya seorang laki – laki bernama RIK yang membuatnya
(subordinasi). Dalam beberapa budaya masyarakat terpikat akan kisah – kisah petualangan yang diceritakan,
Indonesia terdapat realitas bahwa posisi perempuan namun tokoh A berselingkuhan dengan suami orang. A
berada pada urutan kedua dan terpinggirkan.Melihat merasa dirinya menyakiti RIK dan meminta untuk
konstruksi sosial pada zaman dahulu dalam kehidupan memperbaiki hubungan mereka. RIK seorang laki – laki
rumah tangga saja perempuan dikonstruk untuk bekerja yang membuatnya memilih jalan untuk menikah secara
dalam sektor domestik atau didalam rumah sedangkan gereja, karena memang ia amsih belum percaya hukum
laki – laki bekerja diluar rumah, hal ini kemudian pernikahan di negara ini.
menjadi suatu kebiasaan dan dipandang sebagai suatu Perempuan diharapkan menjadi merdeka dan bebas
budaya. tiada beban dalam tiap mengambil keputusan, salah satu
Penggambaran mengenai keadaan ini juga sudah nya yakni tentang konsep “keperawaanan”.Bagi
banyak diangkat dalam beberapa novel semisal dalam masyarakat patriarki dan tradisional perempuan
novel Pramudya Ananta Toer, disitu terlihat jelas bahwa disulitkan merdeka oleh karena konsep keperawanan
perempuan masih menjadi objek dan tidak bisa yang sengaja membatasi peran perempuan dalam hal
melakukan hal-hal yang bisa dilakukan oleh laki- seksualitas maupun dalam urusan publik.Melalui konsep
laki.Oleh karena itu Pram mengangkatnya ke dalam suatu leperawanan perempuan dianalogikan dengan suatu botol
novel dengan tujuan untuk disampaikan kepada para yang mempunyai segel dan harus dijaga.Berbeda dengan
pembaca untuk merefleksikan ulang pemikirannya laki-laki yang bebas tanpa embel-embel “keperjakaan”
terhadap perempuan. Bagi Pram, seharusnya para dan bisa berbuat apapun dan bahkan menindas kaum
pembacaharus mampu berbuat adil dan merubah perempuan.
paradigma yang ortodoks untuk menciptakan kesetaraan Perempuan sengaja dikriditkan melalui praktik
gender (equality). menubuh secara biologis dan kemudian menjadikan suatu
Salah satu penulis yang mengangkat mengangkat alasan bahwa prempuan harus merawat, melahirkan dan
isu-isu gender keinian atau yang disebut dengan memasak.Kontribusi perempuan dalam wilayah domestik
semangat feminisme adalah trilogi novel karya Ayu ini secara tidak langsung menghapus atau melupakan

2
Representasi Feminisme dalam Trilogi Novel Karya Ayu Utami

sesaat kesadaran perempuan sehingga perempuan merasa Kritik sastra feminis bukan berarti pengkritik
hal itu sangat wajar.Secara esensial dan dengan prinsip perempuan atau kritik tentang perempuan, atau kritik
keadilan maka pembagian peran seharusnya dilakukan tentang pengarang perempuan.Secara sederhana kritik
secara bargaining atau tawar-menawar setidaknya ini sastra feminis adalah pengkritik memandang sastra
prinsip yang dilakukan perempuan yang sudah dengan kesadaran khusus, kesadaran bahwa ada jenis
berkeluarga.Feminis lahir sebagau upaya emansipatoris kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya,
terhadap pembebasan bagi perempuan yang selama ini sastra, dan kehidupan kita.Jenis kelamin ini inilah yang
dianggap mengalami ketidakadilan dan penindasan membuat perbedaan diantara semuanya yang juga
karena gender-gender atau penjenis kelaminan sosial membuat perbedaan pada diri pengarang, pembaca,
yang dikonstruk untuk membatasi peran perempuan perwatakan dan pada faktor luar yang mempengaruhi
dalam menetukan pilihan hidupnya.Maka dengan situasi pengarang.
demikian fokus penelitian ini dilakukan guna mengupas Perbedaan ras menjadi fokus penting dalam kritik
representasi feminis dalam novel Trilogi Ayu Utami. sastra feminis, kemarjinalan feminis kulit hitam
Sesuai dengan permasalahan tersebut mengenai mendorong berdebatan teoritis bahwa “orang-orang kulit
feminisme dalam sebuah karya sastra, salah satu konsep berwarna selalu berteori, namun dalam bentuk yang
feminisme yang dapat dipakai untuk mngupas mengenai berbeda dari bentuk logika ala barat milik kita, dalam
representasi dalam sebuah novel yakni posfeminis. cerita-cerita yang kita tulis, dalam teka teki dan
Feminis sendiri muncul sebagai akibat dari adanya pepatah”.Kritik sastra feminis kulit hitam memfokuskan
pemikiran gender yang cenderung menomerduakan kaum mereka pada sejarah, menjelaskan mitos-mitos dan tradisi
perempuan yang menunjukkan perbedaan tidak hanya perempuan kulit hitam.Hal itu juga sangat berbeda
pada kriteria biologis melainkan sampai pada kriteria dengan kritik sastra kulit putih yang bukan sepenuhnya
sosial budaya. (Lihat Susilastuti dalam Suharto, 2002: “Liyan”. Analisis terhadap karya – karya individual
63)Konsep gender seperti itu selalu bereproduksi dan sering mengungkapkan adanya harga ideologis yang
menyatakan diri dalam bentuk kamuflase sesuai dengan harus dibayar untuk setiap “pencerahan” yang terjadi: dan
situasi dan kondisi. Salah satu reproduksi gender yang kita juga akan mendapatkan berbagai alasan untuk
jangkauannya sangat meluas dan mendalam adalah mempertanyakan apakah karya tersebut layak. (Gamman
bahasa. (Lihat Faruk dalam Suharto, 2002: 62) Sebagi dan Margaret Marshment, 2010: 43).
contohnya adalah kata “pelacur” dan “perawat” otomatis Feminisme memiliki tahap dalam perkembangannya
berkonotasi perempuan sedangkan kata ”polisi” dalam penyesuaian terhadap perubahan kebutuhan
dan”tentara” berkonotasi laki – laki. Seolah – olah yang perempuan sesuai dengan tuntuan jaman yang dihadapi
dapat menjadi pelacur dan perawat hanyalah perempuan perempuan.Feminis gelombang pertama merupakan
sedangkan yang dapat menjadi polisi dan tentara usaha dalam menuntut kesetaraan peremuan yang
hanyalah laki –laki, padahal perempuan juga dapat dianggap sebagai makhluk yang lebih lemah daripada
menjadi polisi dan tentara sementara laki – laki pun dapat laki – laki. Pada gelombang pertama muncul pada 1800-
menjadi pelacur dan perawat.Jika bahasa menjadi alat an diwarnai oleh perjuangan hak pilih untuk perempuan
reproduksi gender, sastra diharapkan berperan sebaliknya dalam rana pemilu untuk perempuan diatas 30 tahun,
dengan sebagai realitas tandingan yang dapat meniadakan pada waktu itu perempuan yang datang untuk melakukan
realitas keseharian yang dominan, yang salah satu pemilihan umum dianggap sebagai perempuan rendah.
pembentuknya adalah bahasa. Perempuan – perempuan yang memeperjuangkan hal ini
Bahasa menjadi kekuatan penting mengundang benar – benar berasal dari kaum marginal, gerakan ini
perhatian beberapa ilmuwan sastra untuk sempat mati dikarenakan hilangnya para pengikutnya.
menghubungkan ilmu kritik sastra dengan feminisme, Setelah berhenti, gerakan feminis kembali bergeliat
hasilnya berupa kritik sastra feminis.Teori sastra feminis pada tahun 1970-an, pada gelombang ini disebut
memiliki perkembangan dari tahun 1970 hingga feminisme gelombang kedua. Feminisme gelombang
sekarang. Berbagai karya sastra mengenai gender muncul kedua di AS, membentuk organisasi untuk menanggapi
dari berbagai pemikir feminis yang menulis diawal abad secara serius tentang isu diskriminasi seks, dan gerakan
– 20. Namun bangkitnya feminisme gelombang kedualah perempuan mulai menyebrang ke kelompok pembebasan
yang menjadikan pertumbuhan pesat dalam pemikiran perempuan non hierarkis lokal. Yang terlibat dalam
feminis. Feminis gelombang dua terjadi saat para kritikus gerakan ini memainkan peran peningkatan kesadaran
memustkan perhatian pada kosa kata dalam karya penulis dimana gerakan untuk mengusung pengalaman pribadi
laki – laki serta mengaitkan bagaimana adanya sikap dalam analisis dibidang politik, yang kemudian
pasif dan hysteria hanya pada perempuan. (Jackson dan melahirkan asumsi bahwa masalah pribadi adalah
Jackie Jones, 2009: 334) masalah politik bahwa kekuatan laki – laki dilatih dan

3
Paradigma .Volume 04 Nomor 03 Tahun 2016

dikuatkan melalui institusi personal seperti pernikahan, Posfeminis juga mengambil beberapa pemikiran
membesarkan anak dan kegiatan seksual. (Gamble, 2010: dari feminis sebelumnya, sepeti eksistensialis dan
37). Feminis gelombang ketiga yakni bergerak pada isu- psikoanalisis.Akar feminisme eksistensialis ditemukan
isu cultural studies dan perempuan yang tidak hanya dalam karya Simone de Beauvoir. Beauvoir mengacu
berkeluarga melainkan perempuan secara keseluruhan pada teori eksistensialisme dari Jean – Paul Sartre.
yang mana kompleksitas permasalahannya juga lebih Beauvoir mengambil konsep the other dari Sartre yang
banyak. mendeskripsikan tentang sikap orang terhadap
Banyak perdebatan antara para aktivis gerakan other.Dalam pandangan Beauvoir perempuan yang
perempuan mengenai posfeminis, ada yang menyebutnya dianggap other oleh laki – laki, enggan untuk melakukan
sebagai kelanjutan atau warisan dari feminisme pemberontakan terhadap otoritas laki – laki, perempuan
gelombang kedua, ada pula yang mengatakan bahwa kebanyakan menerima penindasan tersebut.
posfeminis merupakan gerakan anti feminis atau Beauvoir menyalahkan pemikir Freud atas status
blacklash. Gamble menyerukan penggunaan istilah sosial perempuan lebih rendah daripada laki – laki karena
feminisme gelombang ketiga dan menolak penggunaan tidak memiliki penis, bukan karena mereka cemburu lalu
istilah posfeminisme karena implikasi negatif yang ingin memiliki penis tersebut namun perempuan
melekat pada makna posfeminisme. (Suwastini, 2013 menginginkan keuntungan material dan psikologis yang
(online)) dihadirkan kepada pemilik penis. (Tong, 1998: 265)
Namun dalam praktiknya, Brooks mengungkapkan Menurut Beauvoir, laki – laki dapat menguasai
bahwa posfeminisme tidak anti feminis. Posfeminis perempuan dengan menciptakan mitos bahwa perempuan
hanya menentang asumsi – sumsi hegemonik yang yang dipuja laki – laki adalah perempuan yang
dipegang oleh feminis terdahulunya yang menganggap mengorbankan dirinya untuk laki – laki. Menurutnya
bahwa penindasan patriarki dan imperialis adalah perkawinan dapat merusak hubungan suatu pasangan
pengalaman yang universal. Karena dalam kenyataannya karena mengubah perasaan yang tulus menjadi hak dan
perempuan sendiri tersebar dalam berbagai kelas sosial, kewajiban.
pengelompokan rasial, komunitas seksual, subkultur, dan Feminisme psikoanalisis mempercayai bahwa
agama. Hal tersebut berarti tiap perempuan mengalami penjelasan atas tindakan dan cara berpikir perempuan
serta merasakan pengalaman yang berbeda. (Brooks, berakar pada psikis perempuan. Berdasarkan pada konsep
1997: xiv) Lacan, terdapat tiga tahapan yang dilalui manusia. Tahap
Posfeminis merupakan gerakan feminis pertama adalah fase pra – Oedipal atau disebut juga fase
pembebasan, secara umum perdebatan posfeminis imajiner, dimana seorang bayi sama sekali tidak memiliki
cenderung mengerucut pada pembahasan mengenai kesadaran batas dirinya, dirinya hanya mengetahui ia dan
viktimisasi, otonomi, dan tanggungjawab. Poin reverensi ibunya adalah satu. Tahap kedua adalah fase cermin,
dari konsep posfeminisme ini berguna untuk menandai dimana bayi merefleksikan diri seperti pandangan ibunya,
bagaimana feminis dituliskan kembali, dideplotisasikan, ibunya yang menunjukkan memperkanalkan bahwa ini
dan dituliskan dalam laporan – laporan budaya adalah dirimu. Tahap ketiga adalah fase oedipal, dimana
kontemporer media massa dan bahwa posfeminisme tidak ada keterasingan antar bayi dan ibunya, sang bayi sadar
perlu antifeminis. (Lihat Alice dalam Brooks, 1997: 5) ibu dan dirinya berbeda bukan satu kesatuan, seiring
Kaum Posfeminis menganggap bahwa perempuan perkembangannya anak menganggap ibunya sebagai
dapat bermakna adalah karena dirinya sendiri, bukan Liyan. Sang anak memisahkan diri dengan ibunya untuk
karena orang lain (laki – laki) yang memaknainya. memperoleh bahasa agar hubungan dengan sang ibu
Pembentukan ini didasari pada konsepsi feminis dapat bertahan karena ibu merupakan sumber kenikmatan
eksistensialis, dimana pandangan Beauvoir mengacu asal. (Tong, 1998: 289)
pada teori eksistensialisme dari Sartre, etre pour les
autres (filsafat yang melihat relasi – relasi antar manusia). METODE
Dalam relasi antara laki – laki dan perempuan, laki – laki Penelitian ini bersifat deskriptif yang dilakukan untuk
mengobyekkan perempuan dan membuatnya sebagai mengupas representasi feminis dalam trilogi novel cerita
yang lain” (Other).Jika perempuan tidak harus cinta enrico, si parasit lajang dan pengakuan eks parasit
memperjuangkan posisinya sabagai Liyan yang insidental lajang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah
dan tidak esensial, objek bukan subjek, amat penting bagi kualitatif, metode kualitatif adalah berusaha menggali,
laki – laki bahwa perempuan menjadikan dirinya sebagai memahami, dan mencari fenomena sosial yang kemudian
objek atau Liyan (penting bagi Liyan untuk menjadi menghasilkan data yang mendalam dengan tujuan untuk
dirinya sendiri, bahwa subjektivitas dipengaruhi oleh mendeskripsikan fenomena dan latar belakang yang
keliyanannya). (Thornham, 2010: 52) kompleks dari wawancara secara mendalam dengan

4
Representasi Feminisme dalam Trilogi Novel Karya Ayu Utami

subjek penelitian. Penelitian ini menggunakan sosiologi perempuan dalam teks trilogi novel.Menentukan unsur
sastra, sosiologi sastra adalah sebuah kacamata sosial instrinsik dan unsur ekstrinsik dalam novel Ayu
untuk meneropong sastra. (Suwardi, 2011: 9) Penelitian Utami.Kemudian unsur ekstrinsik yakni unsur novel yang
diarahkan pada teks untuk menguraikan strukturnya, berasal dari luar novel yakni meliputi tema, dan
kemudian digunakan untuk memahami gejala amanat.Ketiga mengumpulkan data dari sumber – sumber
sosial.Konsep cermin dalam corak penelitian sosiologi kepustakaan yang ada kaitannya dengan obyek analisis.
sastra adalah sastra sebagai refleksi sosial.Refleksi yang Data tersebut dapat berupa karya fiksi maupun non fiksi:
mencerminkan kehidupan sosial, dianggap menentukan dan menganalisis unsur – unsur dasar novel
penting.Sapardi menemukan tiga macam pendekatan yaitu tema, masalah, alur dan latar, penokohan dan gaya
terhadap sastra, pertama konteks sosial pengarang, sastra bahasa. Masing – masing unsur tersebut dihubungkan dan
sebagai cermin masyarakat, dan fungsi sosial sastra. dicari korelasinya antara satu dengan yang lain sehingga
(Lihat Sapardi dalam Faruk. 2010: 6) analisis tidak terpecah – pecah. Keempat menganalisis
Sumber data dalam penelitian ini adalah Trilogi novel yang menjadi objek dengan analisis atau
novel cerita cinta enrico, si parasit lajang dan eks parasite pendekatan sosiologi sastra.Kelima menyusun laporan
lajang karya Ayu Utami.Tiga seri novel tersebut berjudul penelitian.
si parasite lajang yang diterbitkan pada tahun 2013, novel
kedua berjudul cerita cinta enrico yang terbit pada tahun HASIL DAN PEMBAHASAN
2012, dan novel yang terakhir berjudul pengakuan eks Unsur Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik Trilogi Novel Si
parasite lajang yang terbit pada tahun 2013.Data untuk Parasit Lajang, Cerita Cinta Enrico, dan Pengakuan
rumusan masalah dimuka, yakni berupa kata, kalimat, Eks Parasit Lajang
paragraph, dan atau wacana yang menggambarkan Unsur intrinsik merupakan unsur – unsur yang
konsep teori feminis. membangun karya sastra itu sendiri. (Nurgiyantoro 2012:
Pengumpulan data diperlukan untuk memperoleh 23) Unsur intrinsik meliputi tema, tokoh, alur, latar, sudut
makna yang dibutuhkan dalam analisis data.Pertama kali pandang, gaya bahasa, dan amanat. Tema merupakan
novel dibaca dan diamati, kemudian diidentifikasi urutan awal tolak pengarang dalam menyampaikan cerita.
peristiwa sebagai hubungan antar kalimat.Setelah Novel Si Parasit Lajang memiliki tema kehidupan
identifikasi dilakukan pembacaan dan pengamatan perempuan, novel Cerita Cinta Enrico memiliki tema
berulang guna mengidentifikasi faktor utama dari tokoh cinta dan kebebasan manusia, sedangkan novel
novel dan tokoh bawahan yang memiliki hubungan Pengakuan Eks Parasit Lajang memiliki tema otobiografi
dengan tokoh utama. (Jabrohim, 2011: 13-14) Prosedur seksualitas dan spiritualitas perempuan lajang yang
yang dilakukan dalam pengumpulan data penelitian ini akhirnya memutuskan untuk menikah.
dimulai dengan membaca berulang kali trilogi novel Tokoh dan penokohan menggambarkan pelaku
cerita cinta enrico, si parasit lajang dan pengakuan eks dalam karya sastra.Berdasarkan perannya tokoh dibagi
parasite lajang, sehingga dapat dipahami secara jelas dan menjadi dua, yakni tokoh utama dan tokoh tambahan.
utuh.Selain itu, membaca berulang kali dapat Tokoh utama dalam novel Si Parasit Lajang adalah A,
memudahkan peneliti pada langkah berikutnya.Kemudian sementara tokoh tambahan terdiri dari Sahal, Gofur,
menandai setiap kata, kalimat, paragraph, dan atau Ming Dao, Cynta, Ide Hintze. Dalam novel Cerita Cinta
wacana yang menggambarkan bentuk konsep feminis. Enrico tokoh utama adalah Riko sementara tokoh
Dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra tambahan adalah Syrnie Masmirah, Irsyad, serta A.
maka akan dianalisis dengan mengkode atau menandai Dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang tokoh utama
teks kemudian menjelaskan alur serta pesan feminis dari adalah A, sementara tokoh tambahannya adalah Nik, Rik,
si A. Novel yang merupakan objek yang akan diteliti dan Mat, Ibu, Ayah, serta Bibi kurus dan bibi gemuk.
hasilnya dapat menceritakan tokoh perempuan sebagai Alur cerita merupakan jalinan cerita yang tersusun
individu, anggota keluarga, dan anggota masyarakat. dalam urutan waktu yang menunjukkan sebab akibat dan
(Suharto, 2002: 74-75) Secara ringkas langkah – langkah memiliki kemungkinan agar pembaca menebak – nebak
yang akan dilakukan dalam penelitian ini yang pertama peristiwa peristiwa yang akan datang. (Waluyo, 2011: 9)
menentukan teks yang dipakai sebagai objek yaitu trilogi Pada prinsipnya, ada tiga jenis alur, yaitu (1) alur garis
novel cerita cinta enrico, si parasit lajang dan pengakuan lurus atau alur progresif atau alur konvensional, (2) alur
eks parasit lajang. Kedua mengarahkan fokus analisis flashback atau sorot balik, atau alur regresif, dan (3) alur
yang mencakup struktur teks, eksistensi dan peran tokoh campuran, yaitu pemakaian alur garis lurus atau
perempuan sebagai individu, anggota keluarga, dan flashback sekaligus dalam cerita fiksi.(Waluyo, 2011: 13)
anggota masyarakat, serta pandangan dan perlakuan Alur yang digunakan dalam trilogi novel karya Ayu
dunia disekitar tokoh perempuan mengenai tokoh

5
Paradigma .Volume 04 Nomor 03 Tahun 2016

Utami adalah alur campuran dengan menggabungkan alur pengarang trilogi novel ini adalah tentang Ayu Utami
maju dan alur mundur serta alur mundur dan alur maju. yang seorang penulis Indonesia pemenang penghargaan
Latar (setting) merupakan merupakan tempat Prince Claus Award 2000 dari Belanda. Selama rezim
terjadinya suatu peristiwa, dalam latar terdapat latar militer Indonesia, Ayu adalah seorang jurnalis dan pers
tempat dan latar waktu.Dalam novel Si Parasit Lajang aktivis kebebasan. Karyanya termasuk kisah nyata trilogi
latar tempat terdiri dari kedai tempo, rumah, gerbong (Si Parasit Lajang, Cerita Cinta Enrico, dan Pengakuan
kereta, sekolah, penginapan, dan rumah tante.Latar Eks Parasit Lajang) yang menangani hubungan seks dan
tempat dalam novel Cerita Cinta Enrico terdiri dari hutan, gender, dan seri Bilangan Fu, novel misteri tentang
rumah asrama militer, rumah baru, kamar, gerbong, budaya dan warisan Indonesia.Lahir di Bogor, 1968,
kampus, dan teater utan kayu. Sementara latar tempat pernah belajar diUniversitas Indonesia, Fakultas Sastra,
dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang terdiri dari Depok; Tarakanita SMA Katolik, Jakarta; Regina Pacis
rumah, penginapan, kampus, bilik pengakuan dosa, kapel, Katolik Sekolah Dasar,Bogor. Mempunyai pekerjaan
taman. Latar waktu dari trilogi novel diatas menggunakan sebagai direktur Program Komunitas Utan Kayu.Dulu:
waktu pagi, siang, dan malam. Komite Sastra di Dewan Kesenian Jakarta, editor di
Sudut pandang yang digunakan dalam trilogi novel Kalam Journal Kebudayaan; peneliti di ISAI (Institut
karya Ayu Utami adalah sudut pandang pertama pelaku Studi Aliran Bebas Informasi; Komunitas Utan Kayu,
utama karena dalam penceritaan novel penulis Radio 68H, salah satu pendiri Aliansi Jurnalis
menggunakan kata “saya”. Tokoh “saya” atau A ini Independen; jurnalis di majalah berita Demokrasi &
deceritakan paling dominan kerena memang sebenarnya Reformasi dan Forum Keadilan.
ini adalah cerita tentang kehidupan dari tokoh A atau Kondisi masyarakat saat karya sastra ditulis dalam
“saya” sehingga si tokoh A atau “saya” dapat dikatakan novel Si Parasit Lajang berlatar belakang era orde lama
sebagai tokoh atau pelaku utama. hingga era rezim militer, sedangkan kondisi masyarakat
Gaya bahasa merupakan cara menggunakan bahasa saat kerya ini diterbitkan masyarakat sudah masuk era
dalam konteks tertentu, oleh orang tertentu, dan untuk modernisasi dan globalisasi.Dalam novel Cerita Cinta
maksud tertentu. bagi penulis maupun pembaca gaya Enrico kondisi masyarakat saat sastra ditulis masih dalam
bahasa berfungsi untuk mengeksplorasi kemampuan latar belakang era rezim Soekarno hingga rezim militer,
bahasa khususnya bahasa yang digunakan. Dalam trilogi sedangkan kondisi masyarakat saat karya sastra
novel karya Ayu Utami menggunakan gaya bahasa lugas diterbitkan pada saat itu sudah masuk era reformasi
dan tidak berbelit – belit. dimana sudah pesat arus globalisasi di Indonesia.Kondisi
Amanat merupakan ajaran moral atau pesan yang masyarakat saat karya sastra ditulis dalam novel
hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui Pengakuan Eks Parasit Lajang masyarakat saat itu masih
karya yang diciptakan. Amanat yang terkandung dalam dalam era orde lama hingga rezim militer, sementara
novel Si Parasit Lajang, diantaranya adalah memperbaiki kondisi masyarakat saat sastra diterbitkan masyarakat
penampilan adalah hak, menikah maupun tidak menikah sudah masuk dalam era globalisasi serta modernisasi.
merupakan kebebasan, perempuan tidak harus menjadi Nilai yang terkandung dalam novel Si Parasit
objek laki – laki, dan harus mempertimbangkan Lajang diantaranya saling menghormati prinsip yang
keamanan dalam hubungan seks. Dalam novel Cerita dipegang setiap manusia, namun juga bisa memberi
Cinta Enrico, amanat yang terkandung diantaranya adalah masukan jika prinsip atau keinginan sangat bertolak
kebebasan itu sah namun jangan sampai membatasi belakang dengan faktor pendukung yakni lingkungan
kebebasan orang lain, jangan terlalu percaya dengan sekitar, manusia berhak menyembah yang mereka yakini,
agama baru, dan selalu bersikap jujur.Sementara dalam masyarakat harus siap menghadapi nilai budaya yang
novel Pengakuan Eks Parasit Lajang, amanat yang terus berubah. Dalam novel Cerita Cinta Enrico nilai
terkandung diantaranya keperawanan hanya masalah yang terkandung diantaranya sangat penting untuk tidak
selaput dara yang diberi nilai, pernikahan harus dilakukan mementingkan diri sendiri ketika sudah mempunyai anak,
bukan dengan maksud untuk reproduksi saja, dan sikap dan perbuatan orang tua akan membentuk
perempuan harus bisa menunjukkan kemandiriannya. bagaimana pandangan anak tersebut kala ia tumbuh
Unsur ekstrinsik merupakan unsur – unsur yang dewasa dan manusia berhak menyambah yang mereka
mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun yakini, namun juga tidak harus ada paksaan dengan
sendiri tidak ikut menjadi bagian didalamnya. menyuruh orang lain mengikuti agama atau kepercayaan
(Nurgiyantoro, 2012: 23) Terdiri dari latar belakang yang kita anut. Sementara dalam novel Pengakuan Eks
pengarang, kondisi masyarakat saat karya sastra ditulis, Parasit Lajang nilai yang terkandung diantaranya Moral
kondisi masyarakat saat karya sastra diterbitkan, serta yang berkembang dalam masyarakat, manusia bisa
nilai yang terkandung dalam novel. Latar belakang memilih untuk tetap mengikuti atau tidak, seorang

6
Representasi Feminisme dalam Trilogi Novel Karya Ayu Utami

manusia pun bisa mandiri dalam hidupnya dan bisa menikah seorang individu juga bisa baik – baik saja
menentukan bagaimana dirinya dalam pandangan orang menjalani hidupnya.Namun dalam masyarakat Indonesia
lain dan agama merupakan keyakinan yang ada pada diri yang masih terkungkung oleh adat individu yang tidak
kita, kita juga bisa menerima atau tidak aturan yang menikah dilekati nilai – nilai yang minus, buruk, kurang
ditetapkan agama, kita bisa memilih yang mana menurut bahagia dan lain sebagainya.Pada kondisi pernikah
kita benar, karena setiap manusia memiliki hak untuk seorang individu juga dapat mengalami kekerasan,
bebas beragama. penindasan bahkan poligami.Kondisi masyarakat yang
Kalimat – kalimat yang Membentuk Konsep Feminis masih menempatkan perempuan dibawah laki – laki
dalam Trilogi Novel Karya Ayu Utami masih saja berlangsung mulai dari era Soekarno hingga
Kalimat yang membentuk konsep feminis ditandai era millennium.
dengan adanya uraian tentang posisi tokoh perempuan Trilogi novel karya Ayu Utami yang juga
dalam novel, pemikiran tokoh perempuan tersebut, serta membahas mengenai kondisi perempuan dalam
bagaimana pandangan masyarakat mengenai hal – hal pernikahan yang selalu dibawah laki – laki, menunjukkan
yang berkaitan dengan perempuan. Pada novel Si Parasit pemikiran perjuangan perempuan yang harus
Lajang, kalimat – kalimat yang membentuk konsep mengganggap dirinya sebagai subjek, dalam hal ini
feminisme terdapat pada halaman halaman 8, 9, 10, 14, subjek adalah manusia yang rasional yang mengerti
15, 25, 26, 27, 38, 42, 44, 45, 46, 47, 51, 52, 62, 78, 94, tentang budaya dan tidak mendahulukan
95, 99, 100, 101, 102, 103, 108, 111, 112, 113, 114, 115, emosi.Perempuan seperti ini tidak mau dijadikan objek
125, 136, 149, 152, 160, 161, 162, 165, 167, 169, 173, oleh laki – laki apalagi dalam masalah pernikahan.Dalam
175, 176, 177, 183, 185, dan 190. Dalam novel Cerita sebuah pernikahan itu tidak harus terjadi dimana salah
Cinta Enrico, kalimat – kalimat yang membentuk konsep satu individu dijadikan objek dan hanya memiliki
feminis terdapat pada halaman 9, 25, 28, 38, 52, 59, 66, kesempatan kecil dalam sebuah pernikahan.Perempuan
179, dan 207. Sementara dalam novel Pengakuan Eks tidak harus selalu berada dibawah suaminya dalam
Parasit Lajang, kalimat – kalimat yang membentuk sebuah pernikahan. Laki-laki menguasai perempuan
konsep feminis terdapat pada halaman 10, 11, 20, 25, 26, dengan mengatakan bahwa perempuan yang dipuja laki-
29, 31, 33, 34, 35, 36, 40, 41, 42, 43, 45, 47, 50, 51, 53, laki adalah perempuan yang mau
59, 61, 65, 67, 71, 72, 77, 81, 158, 162, 163, 164, 172, melayanisuaminya.Padahal menjadi istri dan ibu adalah
180, 193, 195, 198, 236, 239, dan 262. dua peran yang membatasi kebebasan perempuan.Dengan
Perjuangan Perempuan dalam Novel demikian perkawinan mentransformasi perasaan yang
Perjuangan perempuan dalam trilogi novel karya tadinya diberikan secara tulus.
Ayu Utami ini dapat digolongkan menjadi perjuangan Bentuk perjuangan perempuan yang kedua adalah
kesetaraan gender terhadap konsep pernikahan, perjuangan perempuan tentang konsep
perjuangan perempuan dengan pemanfaatan kemampuan kecantikan.Pandangan masyarakat yang selama ini
serta perjuangan terhadap konsep kecantikan.Ketika menuntut perempuan harus memiliki penampilan yang
dalam novel karya Ayu Utami yang tergolong dalam mereka anggap bagus, seperti cantik itu perempuan yang
karya sastra modern, terdapat perbandingan dengan putih, tinggi, dan langsing.Dari beberapa iklan yang
perjuangan perempuan dalam karya sastra bentuk novel disiarkan di televisi hampir semua mencitrakan
dari Balai Pustaka serta karya sastra bentuk novel dari perempuan, seperti iklan sabun mandi, sprei, detergen,
Pujangga Baru.Dalam novel Balai Pustaka, perjuangan bahkan makanan ringan. Mau tidak mau perempuan
perempuan didominasi pada perjuangan hak serta cita – menjadi objek hiburan, karena televisi selalu
cita yang ditentang oleh adat lama.Sementara perjuangan menampilkan perempuan yang ideal menurut pandangan
perempuan dalam novel Pujangga Baru mulai didominasi masyarakat, orang – orang akan kehilangan narasi diri
untuk memperjuangkan cita – cita serta hak dengan dan munculnya budaya konsumtif tinggi. Perempuan
kemampuan perempuan itu sendiri. yang merasa tidak masuk dalam kategori cantik menurut
Trilogi novel karya Ayu Utami perjuangan masyarakat, melakukan perlawanan dengan mengubah
perempuan ditujukan pada kesetaraan gender dalam penampilannya dengan cara operasi plastik agar tidak
konsep pernikahan.Mayarakat pada saat karya sastra masuk dalam penilaian masyarakat yang tidak adil.
dibuat, menciptakan nilai kalau pernikahan itu Perempuan mampu menentukan pilihan dalam hal ini,
merupakan sebuah hal yang wajib bagi tiap individunya, memilih menjadi perempuan yang mementingkan dirinya
namun jika dilihat lebih lanjut pernikahan itu sendiri sendiri, hal ini merupakan hasil dari ke-
merupakan sebuah budaya.Dimana budaya menikah yang Liyanannya.Perempuan seperti itu percaya bahwa dirinya
dipengaruhi oleh agama sehingga terkesan pernikahan adalah obyek sebagaimana ditegaskan oleh orang di
merupakan sebuah kewajiban.Padahal dengan tidak sekitarnya, menjadi obsesif terhadap citranya sendiri

7
Paradigma .Volume 04 Nomor 03 Tahun 2016

seperti wajah, tubuh, dan pakaiannya.Dalam hal ini pemikiran sendiri mengenai hal yang sedang diagung -
perempuan sebagai subjek memilih untuk menjadi objek agungkan masyarakat pada saat itu merupakan sebuah
karena mereka juga berhak masuk dalam kriteria cantik bentuk perlawanan terhadap hal – hal yang mengopresi
dan menunjukkan dirinya itu memang cantik. perempuan.
Bentuk perjuangan perempuan yang ketiga adalah Perempuan sering tidak pernah sadar dan disadarkan
mengenai memanfaatkan kemampuan dalam bentuk bahwa dirinya dipandang sebagai subjek, malah
eksistensi perempuan menanggapi berbagai macam perempuandipandang sebagai yang lemah.Dalam
penilaian yang dilakukan oleh masyarakat.Eksistensi masyarakat juga perempuan menjadi perhatian.Seperti
pribadi seseorang perempuan dapat diwujudkan melalui masalah keperawanan perempuan, masyarakat tidak
berbagai aspek.Seorang perempuan yang sehari – hari pernah mempertanyakan keperjakaan laki – laki malah
berada dalam ranah domestik, juga dapat melakukan menanyakan keperawanan perempuan, jika laki – laki
negoisasi dengan pemilik agar keinginanya menikah dengan perempuan masih perawan sementara si
terpenuhi.Keinginannya seperti menyekolahkan anaknya laki – laki sendiri sudah tidak perjaka itu merupakan
disekolah berkualitas baik.Perempuan yang memiliki bentuk ketidakadilan juga.
pendidikan serta pengetahuan yang lebih memiliki andil Pembentukan pemikiran laki – laki yang
untuk membentuk nasib anaknya, tidak hanya laki – laki menempatkan perempuan pada posisi dibawahnya telah
saja yang bisa melakukan negoisasi demi mencapai ditanamkan pada laki – laki sejak kecil. Terdapat
tujuannya.Perempuan dapat menjadi subjek yang mampu perbedaan pada fase oedipal perempuan dan laki – laki,
berpikir secara rasional untuk mencapai tujuannya. perempuan memiliki anatomi sama dengan sang ibu
Posisi Perempuan dalam Novel namun anak perempuan sadar bahwa dirinya dan sang ibu
Posisi perempuan dalam trilogi novel karya Ayu berbeda, anak perempuan yang tetap berelasi dengan
Utami dapat digolongkan menjadi pandangan masyarakat sang ibu atau liyan menumbuhkan kemampuan untuk
pada perempuan mengenai konsep keperawanan, mementingkan perasaan orang lain dalam artian lebih
kemandirian perempuan, dan posisi perempuan dalam emosional. Sementara laki – laki tidak memiliki anatomi
pernikahan.Trilogi novel karya Ayu Utami tergolong yang sama dengan ibu, dia tidak sering berinteraksi
pada novel modern, posisi perempuan dalam trilogi novel dengan liyan menimbulkan pengalihan terhadap ayah
ini memiliki perbedaan dengan posisi perempuan pada yang memiliki anatomi sama, dalam hal ini anak laki –
novel Balai Pustaka, serta novel Pujangga Baru.Dalam laki menginternalisasi nilai ayah termasuk pandangan
dua periode perkembangan novel tersebut, posisi mereka tentang perempuan yangselalu berada
perempuan masih terkungkung oleh nilai – nilai budaya dibawahnya sehingga laki – laki pun sering menuntut
yang mengikat mereka. perempuan masih perawan yang diperkuat dengan
Terdapat perbedaan antara posisi perempuan dalam anggapan masyarakat yang pandangannya masih sangat
novel Balai Pustaka, novel Pujangga Baru, dengan trilogi patriarkal.
novel karya Ayu Utami ini.Posisi perempuan dalam Poisi perempuan dalam trilogi novel karya Ayu
trilogi novel karya Ayu Utami pandangan masyarakat Utami yang lain adalah kemandirian perempuan saat
pada perempuan mengenai konsep keperawanan, berinteraksi dengan lingkungan sekitar.perempuan yang
kemandirian perempuan, dan posisi perempuan dalam memiliki karir memutuskan untuk tidak menikah tinggal
pernikahan. Masyarakat menganggap perempuan yang bersama dengan kedua orang tuanya dan tidak harus
masih perawan adalah perempuan yang masih suci, pusing memikirkan keperluan rumah. Setiap manusia
perempuan yang amsih suci pantas dipilih laki – laki bebas menentukan apa yang menjadi esensi dirinya.
untuk dijadikan istri, namun perempuan yang sudah tidak Penentuan ini dilakukan dengan membuat pilihan –
suci lagi atau sudah tidak perawan tidak akan ada laki – pilihan. Akan tetapi, kebebasan membuat pilihan ini
laki yang mau mengawininya. disertai rasa takut yang mendalam, karena dengan pilihan
Pandangan masyarakat kita seorang laki-laki itu manusia menyatakan tanggung jawabnya bukan
menang untuk memilih perempuan dengan cara terhadap dirinya sendiri tetapi juga terhadap orang lain.
melekatkan nilai pada perempuan. Namun tidak semua Bila manusia menyadari dirinya berhadapan dengan
perempuan harus menunggu dipilih oleh laki – laki, sesuatu pilihan, maka dirinya telah memilih untuk berada,
perempuan harus bangga dengan apa yang dimilikinya, pada waktu itu pula ia harus bertanggung jawab untuk
tubuhnya sendiri merupakan kuasa perempuan itu jika memberikan keputuskan bagi dirinya dan semua orang,
memutuskan untuk melepas keperawanan atau menjaga dan pada saat itu pula manusia tidak dapat melepaskan
keperawanan itu merupakan hak perempuan.Masyarakat diri dari tanggung jawab. Manusia mempunyai hak yang
membuat wacana mengenai petingnya menjaga sama di dalam masyarakat. Hak yang sama adalah
keperawanan seorang perempuan.Perempuan juga bisa kebebasan, kebebasan yang diberikan kepada perempuan

8
Representasi Feminisme dalam Trilogi Novel Karya Ayu Utami

harus sama dengan kebebasan yang diberikan kepada melalui konsep keperawanan bagi masyarakat, perilaku
laki-laki. Kebebasan yang sejati adalah kebebasan yang seksual, dan bentuk fisik alat seksual.Konsep segel
didasarkan pada kesadaran dalam diri sendiri.Perempuan keperawanan yang dilekatkan masyarakat pada
memiliki kuasa penuh untuk menentukan status dan perempuan, yang mana perempuan diibaratkan sebagai
perannya dimasyarakat. sebuah produk yang diproduksi Tuhan untuk dikonsumsi
Posisi perempuan yang terdapat dalam trilogi novel oleh konsumen. Konsumen itu sendiri tidak lain adalah
karya Ayu Utami selanjutnya adalah mengenai posisi para laki – laki, bila segel tersebut rusak maka konsumen
perempuan yang berada dalam hubungan pernikahan berhak menggantinya. Perempuan dijadikan barang
serta yang tidak berada didalamnya.Pernikahan komoditi bagi laki – laki, laki – laki yang peran dan
merupakan hak asasi manusia yang tidak membatasi kedudukannya diakui lebih tinggi dalam tatanan simbolik
mereka akan menghabiskan hidup dengan siapa, namun atau msyarakat diberi wacana agar tidak memilih
pernikahan juga dapat membatasi seseorang ketika akan perempuan yang sudah tidak perawan.
merenggut hak asasi seseorang tersebut ataupun melukai Patokan mengenai keperawanan dilihat ketika
diri dari salah satu yang menjalin pernikahan. Dan berhubungan seks untuk pertama kali akan mengeluarkan
kebanyakan dalam masyarakat kita dalam pernikahan darah tidaklah benar, faktanya tidak semua perempuan
yang dirugikan adalah perempuan dengan semakin ketika berhubungan seks untuk pertama kali
merambahnya kapitalis memaksa perempuan memikul mengeluarkan darah. Selaput darah yang katanya harus
beban kerja ganda dan dalam sebuah pernikahan tidaklah dirobek oleh penis untuk mengetahui keperawanan
semulus seperti yang ada dicerita dongeng. perempuan juga tidak selalu benar karena selaput dara
Keadaan pada waktu zaman reformasi, zaman yang yang ada pada perempuan memiliki bentuk yang berbeda
melatar belakangi trilogi novel karya Ayu Utami itu – beda dan memiliki tingkat keelastisan yang berbeda.
memberikan kesempatan kepada laki – laki untuk Mengapa yang sering mempersoalkan keperawanan
memiliki istri lebih dari satu karena mereka berpatokan perempuan membuat perempuan mendapatkan tekanan
kepada pemimpin negaranya.Tidak mempedulikan sementara laki – laki tidak mendapatkan perlakuan yang
bagaimana perasaan perempuan ketika ditempatkan demikian.Keperawanan merukapan sebuah konsep,
sebagai sebuah objek yang menunggu subyek melengkapi bukan benda, keperawanan juga memiliki makna yakni
hidupnya atau bisa dikatakan sangat bergantung kepada ketidaktahuan.Ketidaktahuan terhadap hubungan seksual,
laki – laki untuk menjalani kehidupannya.Dalam dalam masyarakat kita mengagung – agungkan
masyarakat kita yang masih mengesahkan poligami tanpa keperawanan sementara dalam masyarakat diluar Negara
melihat dampak bagi perempuan yang terus berada dalam kita konsep keperawanan malah dianggap sebagai
situasi yang tidak menguntungkan. ketidaktahuan dan merupakan hal lucu, perempuan yang
Perempuan dan Seksualitas masih perawan malah dianggap culun tidak modern.
Sejarah sastra pembahasan mengenai seksualitas Pembahasan mengenai perempuan dan seksualitas
dalam suatu karya sastra dimulai representasi seksualitas dalam trilogi novel karya Ayu Utami yang berikutnya
ditulis oleh pengarang perempuan dengan judul Saman adalah mengenai perilaku seksual.Perilaku seksual yang
yang terbit tahun 1998 dan Larung yang terbit pada tahun digambarkan pada trilogi novel ini mengacu pada
2001, kedua novel tersebut merupakan karya Ayu Utami. perilaku yang bertujuan untuk mencapai
Seiring dengan perkembangnya jaman tema seksualitas kepuasan.Pengalaman persetubuhan yang digambarkan
pada novel yang ditulis oleh pengarang perempuan mulai untuk pertamakalinya memang tidaklah sama dengan
bermunculan seperti Ode untuk Leopold von setiap orang, karena ada yang melakukan dalam rasa
Sacher Masoch (2002) karya Dinar Rahayu, takut serta kekhawatiran dengan apa yang akan terjadi
Mereka Bilang, Saya Monyet (2002) karya Djenar Maesa pada tubuhnya. Namun setelah melewati rasa takut, rasa
Ayu, Mahadewa Mahadewi (2003), Imipramine (2004) takut bertransformasidalam rasa yang menimbulkan
karya Nova Riyanti Yusuf, dan Jangan Main-Main keinginan untuk mengulanginya lagi, dan pada akhirnya
(dengan Kelaminmu) (2005) serta Nayla (2005) rasa takut itu hilang dan berubah menjadi
juga karya Djenar Maesa Ayu.(Hasan, 2015 (online)) kebiasaan.Pengetahuan mengenai hubungan seksual juga
Pada perkembangan sastra periode Balai Pustaka belum dapat diiperoleh dari pengetahuan pertama tentang
begitu memaparkan mengenai seksualitas perempuan, dirinya sendiri.
baru masuk pada periode Pujangga Baru novel Saman Manusia memiliki tingkah laku atau perilaku
yang kemudian merepresentasikannya dalam seuah karya seksual yang berebeda dengan manusia yang lainnya,
sastra. tingkah laku seksual ini juga bisa untuk menggambarkan
Trilogi novel karya Ayu Utami ini seksualitas karakter seorang manusia itu sendiri. Tingkah laku atau
perempuan atau perempuan dan seksualitas digambarkan perilaku seksual sangatbersifat pribadi, kurang terpola

9
Paradigma .Volume 04 Nomor 03 Tahun 2016

dan lebih merupakan sebuah ekspresi dari kekhasan yang dilalui Riko beserta pemikiran bebas yang
individu.Dalam masyarakat sering memandang bahwa diterapkan dalam hidupnya. Kemudian novel ketiga
dalam aktivitas seksual laki – laki selalu ingin tahu berjudul Pengakuan Eks Parasit Lajang menceritakan
apakah dia menaklukkan perempuannya atau tidak pengalaman seksual beserta spiritual tokoh A dan diakhir
dengan menanyakan berapa kali perempuan orgasme. novel diceritakan keputusan tokoh A yang akhirnya
Dengan mengetahui perempuan mendapatkan orgasme menikah dengan Riko.
laki – laki akan merasa puas bisa menaklukkan Trilogi novel ini memakai sudut pandang orang
perempuan dengan memberikan dia orgasme. Keinginan pertama (akuan).Hal ini terbukti dengan banyaknya
untuk memenuhi kepuasan yang telah hilang dari seorang penggunaan kata seperti menurutku.Alur yang dipakai
ibu, didapatkan perempuan ataupun laki – laki dari lawan dalam trilogi novel ini merupakan alur campuran, dimana
jenis mereka, ketika terjadi kontak dengan payudara akan terdapat alur maju, alur mundur, dan percampuran antara
menimbulkan rasa nyaman kembali, beriringan dengan keduanya.Terdapat juga latar tempat beserta latar sosial,
itu timbul hasrat untuk menjadi satu. dimana latar sosial merupakan latar belakang masyarakat
Bahasan mengenai perempuan dan seksualitas yang saat novel trilogi novel itu ditulis. Terdapat tokoh utama
berikutnya adalah mengenai bentuk fisik alat seksual sebagai tokoh tetap dalam novel ini, yakni A dan Rik,
yang notabene paling sering disoroti yang melekat pada sementara itu ada beberapa tokoh tambahan seperti Ibu,
perempuan.Karena selama ini perempuan selalu dijadikan Syrnie Masmirah, M. Irsyad, Gofur, Ming Dao, Cynta,
objek berbeda dengan laki – laki, tidak banyak yang Sahal, Nik, Dan, dan Mat. Masalah – masalah yang
terlalu membahas mengenai alat seksual yang dimiliki diangkat dalam trilogi novel ini kebanyakan mengenai
oleh laki – laki, tentu saja karena adanya tekanan baik itu kebebasan memilih jalan hidup baik yang dilakukan oleh
dari masyarakat sendiri serta dari agama.Masyarakat A maupun oleh Rik.
tidak bisa menilai ukuran payudara seseorang sebagai Penggunaan feminisme untuk mengkaji trilogi novel
kodrat, karena ukuran tersebut bisa saja berubah karya Ayu Utami didapati beberapa kategori penting
dikarenakan beberapa hal seperti penuaan dan adanya dalam novel diantaranya adalah perjuangan perempuan,
penyakit.Jadi ukurana tubuh seseorang tidak dapat serta posisi perempuan dalam novel, serta perempuan dan
merta dijadikan kodrat karena mereka tidak selalu tetap. seksualitas. Perjuangan perempuan digolongkan lagi
Kaum laki – laki sendiri yang sangat senang melihat menjadi perjuangan perempuan dengan maksud
perempuan yang memiliki dada besar. Laki – laki perjuangan kesetaraan gender terhadap konsep
menyukai payudara perempuan dikarenakan laki – laki pernikahan, perjuangan perempuan dengan pemanfaatan
menginginkan sosok seorang ibu yang sebelum fase kemampuan serta perjuangan terhadap konsep
oedipalnya ibu sebagai sosok yang memenuhi kecantikan.
kenikmatannya untuk mendapatkan air susu, seorang bayi Pernikahan menurut masyarakat merupakan
yang menyusu kepada ibunya akan memiliki rasa nyaman kewajiban bagi setiap individu, namun sebenarnya
dan puas. Namun dalam perkembangannya seorang anak pernikahan merupakan suatu budaya yang ditambah
laki - laki tidak menyusu lagi kepada sang ibu, anak laki aturan agama tentang pernikahan kemudian menjadikan
– laki yang tumbuh dewasa kehilangan rasa kepuasan pernikahan itu seolah – olah menjadi kewajiban.Dalam
terhadap payudara kemudian mencari pada manusia lain pernikahan sendiri kedudukan perempuan sering dibawah
yakni perempuan. Laki – laki selalu senang melihat laki – laki dengan adanya sikap kekerasan sampai
payudara perempuan apalagi membahas ukurannya poligami. Perjuangan perempuan untuk mengubah hal ini
karena untuk memuaskan rasa kehilangan tersebut. juga dapat melalui banyak cara diantaranya melalui
perbaikan ekonomi perempuan itu sendiri.
PENUTUP Pemanfaatan kemampuan dalam bentuk eksistensi
Simpulan perempuan menanggapi berbagai macam penilaian yang
Sebagai novel yang terbit pada periode sastra dilakukan oleh masyarakat, seperti adanya anggapan
modern, trilogi novel karya Ayu Utami membahas kalau perempuan selalu lemah tidak dapat berdiplomasi
permasalahan perempuan yang telah berkembang sesuai dengan baik. Memang banyak cara untuk melawan
jaman. Trilogi novel ini memiliki cerita yang pandangan ini salah satunya perempuan bisa terjun dalam
berkesambungan dimana novel pertama berjudul Si dunia politik untuk menunjukkan tidak hanya laki – laki
Parasit Lajang menceritakan tentang kehidupan tokoh A yang bisa masuk dalam rana tersebut.
beserta pemikirannya mengenai nilai – nilai yang Kategori kedua adalah mengenai posisi perempuan
berkembang dimasyarakat. Novel kedua berjudul Cerita dalam novel, diaman dalam trilogi novel karya Ayu
Cinta Enrico menceritakan Riko yang akan menjadi Utami ini dapat digolongkan menjadi pandangan
kekasih tokoh A, novel ini menceritakan perjalanan cinta masyarakat pada perempuan mengenai konsep

10
Representasi Feminisme dalam Trilogi Novel Karya Ayu Utami

keperawanan, kemandirian perempuan, dan posisi Masyarakat dapat mengetahui bagaimana posisi
perempuan dalam pernikahan. Masyarakat selalu perempuan dalam kehidupan masyarakat serta bagaimana
mengagung – agungkan keperawanan perempuan dan pemikiran perempuan yang ditempatkan dalam
menganggap keperawanan akan diserahkan pada laki – kungkungan nilai dan norma yang ada. Para peneliti
laki saat setelah menikah. Jika perempuan sudah tidak sastra dan peminat kajian perempuan hendaklah dapat
perawan maka perempuan itu layak untuk dikucilkan dan mengembangkan penelitian sejenis ini dengan sampel
dikatakan tidak suci. sastra yang lebih banyak dan menganalisis lebih
Kemandirian perempuan digambarkan bahwa mendalam serta memadukan dalam realitas kehidupan,
perempuan mampu memutuskan pilihan hidup mereka sehingga peran dan perlakuan tokoh perempuan yang
seperti memutuskan untuk tinggal dihutan bersama suami ditemukan akan lebih valid dan akurat.
dan memutuskan untuk tidak menikah. Kemudian posisi Perempuan harus mendengarkan dirinya sendiri
perempuan dalam pernikahan digambarkan bahwa ketika ditempatkan dalam posisi yang tidak
perempuan yang telah menikah tidak memiliki kuasa menguntungkan, seperti pandangan mengenai pernikahan
untuk mengeluarkan pendapat dengan kata lain harus serta keperawanan.Harus dipertimbangkan lagi mengenai
menuruti perkataan suaminya, jika suami menginkan keputusan yang diambil karena kita masih hidup dinegara
poligami maka perempuan harus menurutinya. Bahkan yang masih sangat dipengaruhi oleh budaya.
perempuan yang telah menikah dapat memiliki beban .
kerja ganda saat dirinya diperbolehkan suami bekerja
DAFTAR PUSTAKA
disektor publik.
Sumber Buku :
Kateori terakhir mengenai perempuan dan
Brooks, Ann. 1997. Posfeminisme dan Cultural Studies:
seksualitas digolongkan melalui konsep keperawanan Sebuah Pengantar Paling Komprehensif.
bagi masyarakat, perilaku seksual, dan bentuk fisik alat Yogyakarta: Jalasutra
seksual.Konsep keperawanan bagi masyarakat adalah Faruk.2010. Pengantar Sosiologi Sastra dari
bahwa perempuan ibarat botol minuman yang diberi Strukturalisme Genetik sampai Post-modernisme.
segel segel tersebut diperuntukkan pada laki – laki Yogyakarta: Pustaka Pelajar
sebagai konsumen.Mengapa masyarakat selalu Gamble, Sarah. 2010. Pengantar Memahami Feminisme
Dan Postfeminisme. Yogyakarta: Jalasutra.
membahas keperawanan perempuan sementara
Gamman, Lorraine dan Margaret Marshment. 2010.
keperjakaan laki – laki jarang sekali diperdebatkan. Tatapan Perempuan: Perempuan Sebagai
Perilaku seksual, ketika dalam suatu hubungan seks Penonton Budaya Populer/ Gamman. Yogyakarta
perempuan dan laki – laki akan terjadi pergantian : Jalasutra
menjadi subjek dan objek, laki – laki selalu bangga jika Jabrohim.2011. Relasi Sintagmatik Dan Paradigmatik
membuat perempuan mengalami orgasme padahal Novel Wasripin Dan Satinah Karya Kuntowijoyo.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
perempuan bisa meraih orgasme sendiri tanpa adanya laki
Jackson, Stevi dan Jackie Jones. 2009. Pengantar Teori –
– laki. teori feminis kontemporer. Yogyakarta: Jalasutra
Bentuk fisik alat kelamin, laki – laki maupun Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi.
perempuan berbeda.Alat kelamin laki – laki yang berada Yogyakarta: Gajah Mada University
diluar sehingga lebih mudah diketahui oleh manusia itu Suharto, Sugihastuti. 2002. Kritik Sastra Feminis Teori
sendiri sedangkan alat kelamin perempuan serta alat Dan Aplikasnya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
kenikmatannya berada didalam sehingga sulit Thornham, Sue. 2010. Teori Feminis Dan Cultural
Studies: Tentang Relasi Yang Belum
diketahui.Masyarakat menggagung – agungkan
Terselesaikan. Yogyakarta: Jalasutra
keperawanan dengan selaput dara yang masih utuh, Tong, Rosemarie. 1998. Feminist Thought: Pengantar
padahal selaput dara itu sebagai sesuatu yang umum, Paling Komperhensif kepada Arus Utama
salah satu jaringan yang ada dalam tubuh perempuan. Pemikiran Feminis. Yogyakarta: Jalasutra
Dari berbagai pendapat yang diungkapkan oleh Waluyo, Herman J. 2011. Pengkajian dan Apresiasi
pengarang yakni Ayu Utami, gagasan gagasannya lebih Prosa Fiksi. Surakarta: UNS Press
banyak pada feminisme eksistensialis dan sedikit radikal Sumber Ebook :
Suwardi. 2011. Bahan Kuliah Sosologi Sastra. FBS
dengan diakhir novel pengarang menjadikan tokoh A
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk menikah bukan karena tuntutan dari masyarakat
namun karena ingin membela kaum minoritas gerejanya
agar tidak mengalami perusakan dari masyarakat Sumber Skripsi:
mayoritas. Jadi menjadikan pernikahan sebagai alat untuk Lestariyanti. 2015. “Konstruksi Perempuan Dadal Novel
membantu kaumnya. Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh.” Skripsi
Saran

11
Paradigma .Volume 04 Nomor 03 Tahun 2016

tidak diterbitkan perpustakaan Universitas Negeri


Airlangga
Sumber Jurnal Online:
Suwastini, Ni Komang Arie. 2013.“Perkembangan
Feminisme Barat Dari Abad Kedelapan Belas
Hingga Postfeminisme: Sebuah Tinjauan
Teoritis.”Online.Jurnal.Singaraja : Jurusan
Pendidikan Bahasa Inggris. Universitas
Pendidikan Ganesha Singaraja, Vol. 2, No.1
(2013)
download.portalgaruda.org/article.php?article=106
782&val=5113. Diakses pada 12 Februari 2016

12

Anda mungkin juga menyukai