130805037
130805037
2017
Chairani
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/3006
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
GAMBARAN HISTOLOGI DAN FUNGSI HATI (SGPT &
SGOT) MENCIT JANTAN (Mus musculus L.) SETELAH
PEMBERIAN EKSTRAK METANOL BIJI PARE (Momordica
charantia L.) DAN DEPO MEDROKSI PROGESTERON
ASETAT (DMPA)
SKRIPSI
CHAIRANI
130805037
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
SKRIPSI
CHAIRANI
130805037
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Disetujui di
Medan, Oktober 2017
Komisi Pembimbing
Pembimbing 2 Pembimbing 1
Disetujui oleh:
Departemen Biologi FMIPA USU
Ketua,
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
CHAIRANI
130805037
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan berkat dan rahmat karunia kesehatan dan kesempatan serta shalawat
beriringan salam tetap tercurah kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad
SAW. Sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini yang berjudul
“Gambaran Histologi Hepar Dan Fungsi Hati (SGPT & SGOT) Mencit (Mus
musculus L.) Jantan Setelah Pemberian Ekstrak Metanol Biji Pare
(Momordica charantia L.) Dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA)”.
Pada kesempatan ini, dalam menyusun hasil penelitian penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed selaku Dosen
Pembimbing I atas segala bantuan, bimbingan, perhatian, motivasi,
selama penyusunan hasil penelitian.
2. Ibu Dra. Emita Sabri, M.Si selaku Dosen Pembimbing II, yang telah
memberikan dorongan, bimbingan, arahan, motivasi, semangat, waktu
serta perhatian yang cukup besar terutama saat penulis memulai
penulisan hingga penyempurnaan hasil penelitian ini.
3. Dr. Salomo Hutahaean, M.Si. selaku Dosen Penguji I, yang telah
memberikan nasehat, arahan, dan saran tentang penyusunan hasil
penelitian
4. Dr. Elimasni, M.Si. selaku Dosen Penguji II, yang telah memberikan
masukan, arahan, dan semangat tentang penyusunan hasil penelitian.
5. Teristimewa Orang Tua Penulis yang penulis hormati dan sayangi
Muhammaddin dan Rika Lasmira Shinta yang telah bersusah payah
membesarkan dan mendidik dengan cinta dan kasih sayang yang
tulus, memberikan semangat dan motivasi kepada penulis, kesabaran
dalam mendampingi serta penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada sahabat hidup Zamakhsari, Chairum, dan Annisa yang telah
memberikan dorongan berupa motivasi dan semangat.
Penulis
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histologi dan fungsi (SGPT
& SGOT) mencit jantan (Mus musculus L.) setelah pemberian ekstrak metanol
biji pare (Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat
(DMPA). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang
terdiri atas lima perlakuan ekstrak metanol biji pare (Momordica charantia L.)
dan lima ulangan, selama 0 minggu, 4 minggu, 8 minggu, 12 minggu dan 16
minggu dengan dosis DMPA 0,125 mg/25 g BB dan dosis ekstrak metanol biji
pare (Momordica charantia L.) 0,5/10 g BB. Preparat organ hepar dibuat dengan
metode parafin dan pewarnaan Hematoksilin Erlich-Eosin (HE). Hasil
pengamatan histologis dan fungsi hati (SGPT & SGOT) menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05) antara kelompok kontrol dengan
jumlah sel yang rusak serta fungsi hati (SGPT & SGOT) pada mencit jantan yang
diberikan ekstrak metanol biji pare (Momordica charantia L.) dan depo medroksi
progesteron asetat (DMPA).
ABSTRACT
The objective of this study was to determine the description of histology and liver
function (sgpt & sgot) male mice (Mus musculus L.) after giving of metanol
extract of bitter melon seed (Momordica charantia L.) and depo medroxy
progesterone acetate (DMPA). This research use the Completely Randomized
Design (CRD), which consists of five groups of bitter melon extract and five
iterations for 0 week, 4 week, 8 week, 12 week, and 16 weeks, at dosage of
DMPA0,125mg/g body weight and at dosage of extract bitter melon seed
(Momordica charantia L.) 0,5/10g body weight. The livers were made into
preparations by using the paraffin method and Hematoxylin Erlich-Eosin staining
(HE). The results of histological observation and liver function sgpt sgot showed
that there is no a significant difference (p>0,05) between control group with
damaged cells and liver function (sgpt & sgot) male mice (Mus musculus L.) after
giving of metanol extract of bitter melon seed (Momordica charantia L.) and depo
medroxy progesterone acetate (DMPA).
Halaman
Persetujuan ii
Penghargaan iii
Pernyataan iv
Abstrak vi
Abstract vii
Daftar Isi viii
DaftarTabel x
Daftar Gambar xi
Daftar Lampiran xii
BAB 1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Hipotesis 3
1.4. Tujuan Penelitian 3
1.5. Manfaat Penelitian
1.2.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini yaitu berdasarkan uraian latar
belakang diatas dan hasil penelitian Ilyas (2014) yang sudah dilakukan
sebelumnya, ekstrak metanol biji pare (Momordica charantia L.) dan Depo
Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) yang telah dikombinasikan mampu
1.3. Hipotesis
Diharapkan pemberian ekstrak metanol biji pare (Momordica charantia
L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) tidak memberi pengaruh
negatif terhadap histologi dan fungsi hati (SGPT dan SGOT) pada mencit (Mus
musculus L.) jantan.
1.5.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah bahwa kombinasi ekstrak metanol biji
pare (Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA)
aman terhadap histologi dan fungsi hati (SGPT dan SGOT) pada mencit (Mus
musculus L.) jantan.
2.3. Hepar
Hati adalah organ kelenjar terbesar dengan berat kira-kira 1200-1500 g. Terletak
di abdomen kuadrat kanan atas menyatu dengan saluran bilier dan kandung
empedu. Hati menerima pendarahan dari sirkulasi sistemik melalui arteri hepatika
dan menampung aliran darah dari sistem porta yang mengandung zat makanan
yang diabsorbsi usus. Secara mikroskopis, hati tersusun oleh banyak lobulus
dengan struktur yang serupa yang terdiri dari hepatosit, saluran sinusoid yang
dikelilingi oleh endotel vaskuler dan sel kupffer yang merupakan bagian dari
sistem retikuloendotelial (Rosida, 2016).
Vena
sentral
Lempeng
sel hati endotel
sinusoid Vena
i i porta
Arteri
hepati
2.3.2. Hepatosit
Hepatosit adalah sel yang terdapat di dalam organ hati. Sel hepatosit adalah sel
parenkimal utama yang terdapat di dalam hati yang mempunyai peran dalam
metabolisme. Sel hepatosit memiliki berat 80% dari berat hati dan memiliki inti
sel baik tunggal maupun ganda. Hepatosit sangat aktif mensintesis protein dan
lipid untuk disekresi, dan memiliki banyak retikulum endoplasma dan badan
golgi. Dimana retikulum endoplasma dan badan golgi berperan aktif dalam
memodifikasi dan mensistesis protein. Hepatosit dipisahkan oleh sinusoid yang
tersusun dengan melingkari efferent vena hepatica dan duktus hepatikus. Darah
yang masuk ke dalam hati melalui arteri hepatikadan vena porta serta yang akan
menuju ke vena sentralis akan mengalami pengurangan oksigen secara bertahap.
Di dalam organ hati, hepatosit terletak berhadapan dengan sinusoid yang
2.3.3. Hepatoksisitas
Menurut Departemen Kesehatan RI (2007), beberapa penyakit hepar
adalah sebagai berikut.
a. Hepatitis
Istilah "hepatitis" dipakai untuk semua jenis peradangan pada hepar.
Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat-
obatan, termasuk obat tradisional. Virus hepatitis terdiridari beberapa jenis:
hepatitis A, B, C, D, E, F dan G. Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus
bisa akut tergolong hepatitis A, kronik tergolong hepatitis B dan C atau pun
dapat menjadi kanker hati.
b. Sirosis
Setelah terjadi peradangan dan bengkak, sel hepar mencoba memperbaiki
dengan membentuk bekas luka atau parut kecil. Parut ini disebut fibrosisyang
membuat hepar lebih sulit melakukan fungsinya. Sewaktu kerusakan berjalan,
semakin banyak parut terbentuk dan menyatu, dalam tahap selanjutnya
disebut sirosis. Pada sirosis, area hepar yang rusak dapat menjadi permanen.
Darah tidak dapat mengalir dengan baik pada jaringan hepar yang rusak dan
hepar mulai menciut, serta menjadi keras. Sirosis hepar dapat terjadi karena
Tabel 2.4. Kadar Normal SGPT, SGOT pada Mencit (Mus musculus L).
No Indikator Nilai
1 SGPT (IU/L) 23,2-48,4
2 SGOT (IU/L) 2,1- 23,8
Sumber : Arfeliana, (2010).
3.4. Pembedahan
Mencit dikorbankan dengan cara dislokasi pada bagian leher. Kemudian
mencit dibedah, darah diambil dari aorta dan organ hati diambil secara
menyeluruh.
Data yang didapat dari setiap parameter pengamatan dicatat dan disusun
ke dalam bentuk tabel. Data diuji kemaknaannya terhadap pengaruh kelompok
perlakuan dengan bantuan program SPSS release 20. Pada setiap preparat dihitung
rerata skornya dengan cara mengalikan sel sesuai dengan kategorinya.
3.7.Analisis Data
Data hasil dari penelitian dengan berbagai parameter uji, disusun dalam
tabel dan dianalisis dengan software SPSS 20. Data hasil pengamatan kerusakan
histologi hepar mencit dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji Mann-
whitney dengan derajat kemaknaan yang digunakan adalah α≥0,05. Sedangkan
data hasil SGPT dan SGOT dibandingkan kelompok kontrol dengan perlakuan
tiap lamanya dilakukan pengujian dilakukan uji parametrik atau uji t independent
(Nugrahani, 2008; Purnomo, 2010)
c
a
d
100 µm 100µm
Gambar 4.1.1. Histologi hepar mencit dengan pewarnaan HE dan perbesaran 40×10 pada
kontrol (A) dan perlakuan (B); a. Vena Centralis; b. Hepatosit Normal; c.
Degenerasi parenkimatosa; d. Degenerasi Hidropik; e. Nekrosis. Dengan
skala 100µm.
Gambar 4.1.2. Rata-rata jumlah hepatosit normal setelah pemberian kombinasi ekstrak
metanol biji pare (Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi
Progesteron Asetat (DMPA).
4.1.5. Nekrosis
Berdasarkan pengamatan struktur histologi yang mengalami nekrosis pada hepar
mencit jantan setelah pemberian kombinasi ekstrak metanol biji pare (Momordica
charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) didapatkan hasil
pada Gambar 4.1.5.
Gambar 4.1.5. Rata-rata jumlah sel nekrosis setelah pemberian kombinasi ekstrak
metanol biji pare (Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi
Progesteron Asetat (DMPA).
Gambar 4.1.5. menunjukkan rata-rata jumlahhepatosit yang mengalami
nekrosis dimana untuk KO:5,0; PO:5,3; K1:5,0; P1:5,5; K2:6,4; P2:6,6; K3:5,9;
P3:6,5; K4:6,1; P4:6,4. Pada kelompok perlakuan hari ke 0 (P0), kelompok
perlakuan 4 minggu (P1), kelompok perlakuan 8 minggu (P2),kelompok
Gambar 4.1.6. Rata-rata nilai SGOT setelah pemberian kombinasi ekstrak metanol biji
pare (Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat
(DMPA).
Gambar 4.1.6. menunjukkan rata-rata nilai SGOT untuk KO:150; PO:
247; K1: 224; P1:340; K2:337; P2:444; K3:145; P3:232; K4:167; P4:204. Pada
kelompok perlakuan hari ke 0 (P0), kelompok perlakuan 4 minggu (P1),
kelompok perlakuan 8 minggu (P2),kelompok perlakuan 12 minggu (P3), dan
kelompok perlakuan 16 minggu (P4), nilai SGOT hepar yang didapat lebih tinggi
dari kelompok kontrol. Hal ini mungkin terjadi karena ekstrak metanol biji pare
Gambar 4.1.7. Rata-rata nilai SGPT setelah pemberian kombinasi ekstrak metanol biji
pare (Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat
(DMPA).
Gambar 4.1.7. menunjukkan rata-rata nilai SGPT untuk KO: 88; PO:
103; K1:266; P1:306; K2:447; P2:451; K3:435; P3:435; K4:246; P4:279. Pada
kelompok perlakuan hari ke 0 (P0), kelompok perlakuan 4 minggu (P1),
kelompok perlakuan 8 minggu (P2),kelompok perlakuan 16 minggu (P4), nilai
SGOT hepar yang didapat lebih tinggi dari kelompok kontrol. Hal ini mungkin
terjadi karena ekstrak metanol biji pare dan DMPA (Depo Medroksi Progesteron
Asetat) yang diberikan mampu meningkatkan nilai SGPT dimana nilai SGPT
4.2. Pembahasan
Tabel 4.1.1. menunjukkan gambaran struktur histologi hepar mencit jantan
antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diberi ekstrak metanol biji
pare (Momordica charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA).
Histologi hepar mencit jantan menunjukkan masing-masing kelompok mengalami
perubahan sel seperti degenerasi parenkimatosa, degenerasi hidropik dan nekrosis.
Menurut Braha (2003), Kerusakan hepar berhubungan erat dengan perdarahannya
dan suatu susunan unit yang lebih kecil yaitu asinus hepar, yang merupakan
konsep terbaru dari unit dan fungsional hepar terkecil. Hepatosit berbentuk
polihedral, dengan sisi paling sedikit enam. Inti besar dan bundar, selaput inti
memiliki permukaan yang rata. Pada umumnya inti hanya satu, sekitar 250/0
hepatosit berinti dua. Kromatin dalam inti tampak membentuk bercak yang
tersebar. Nukleolus ada satu, ada juga yang memiliki lebih dari satu. Sitoplasma
mengandung banyak butiran glikogen, gikogen merupakan hasil olahan glukosa
yang dibawa darah dari usus (Yatim,1990).
Menurut Robbins dan Kumar (1992), kerusakan hepar akibat senyawa kimia
ditandai dengan lesi biokimiawi yang memberikan rangkaian perubahan fungsi
dan struktur. Beberapa perubahan struktur hepar akibat senyawa kimia yang dapat
tampak dalam pengamatan mikroskopis seperti radang, fibrosis, degenerasi dan
nekrosis. Nekrosis adalah kematian sel atau jaringan pada organisme hidup. Inti
sel yang mati terlihat lebih kecil, kromatin dan serabut retikuler menjadi berlipat-
lipat. Inti menjadi lebih padat dan kemudian sel menjadi eosinofilik atau kariolisis
(Kasno, 2003).
5.1. Kesimpulan
a. Kombinasi ekstrak metanol biji pare (Momordica charantia L.) dan Depo
Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) tidak menunjukkan adanya perbedaan
yang signifikan (p>0,05) terhadap histologi hepar antara kelompok kontrol dan
perlakuan yang dilihat dari skor kerusakan sel hepar yakni degenerasi
parenkimatosa, degenerasi hidropik dan nekrosis dan fungsi hati SGPT dan
SGOT.
b. Kombinasi ekstrak metanol biji pare (Momordica charantia L.) dengan dosis
0,5 mg/10 g BB dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) dengan dosis
0,125 mg/25 g BB tidak berpotensi merusak hepar dan berpeluang untuk
dikembangkan sebagai obat antifertilitas.
5.2. Saran
Untuk mengetahui pengaruh ekstrak metanol biji pare (Momordica
charantia L.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut terhadap tingkat keamanan zatnya pada hepar mencit
jantan.
Agustina. T. I. 2016. Gambaran Indeks Masa Tubuh Dan Kadar Kolestrol Pada
Akseptor KB DMPA Suntik 3 Bulan Di Puskesmas Purwoyoso Krapyak
Semarang. [Skripsi]. Semarang: Program Studi Keperawatan dan
Kesehatan. Universitas Muhammaddiyah Semarang .
Arfeliana.C. 2010. Pengaruh Pemberian Teh Hitam Terhadap Kadar SGOT Dan
SGPT Mencit BALB /C. [Karya Tulis Ilmiah] Semarang: Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro, Program Pendidikan Sarjana.
Braha, M. I. A. 2003. Pengaruh Pemberian Kopi Dosis Beringkat Per Oral 30 Hari
Terhadap Gambaran Histologi Hepar Tikus Winstar. [Laporan Akhir].
Semarang: Universitas Diponegoro.
Cholifah, S., Arsyad., dan Salni. 2014. Pengaruh Pemberian Ekstrak Pare
(Momordica charantia L.) Terhadap Struktur Histologi Testis dan
Epididimis Tikus Jantan (Rattus norvegicus) Spraque Dawley. MKS.2:
149-157.
Dellmann. H.D. dan Brown E.M.1992. Buku Teks Histologi Veteriner II. Edisi
Ketiga. UI Press. Universitas. Indonesia.
Gover, J.K and Yadav, S.P. 2004. Pharmacological Actions and Potential Uses of
Momordica charantia.Journal of Ethnopharmacology. 93: 123-132.
Hapsari. R. A. 2010. Pengaruh Lama Pemberian Metanol 50% Per Oral Terhadap
Tingkat Kerusakan Sel Hepar Pada Tikus Wistar. [Karya Tulis Ilmiah].
Semarang:Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Program
Pendidikan Sarjana.
Hernawati. 2010. Potensi Buah Pare (Momordicha charantia L.) Sebagai Herbal
Anti fertilitas. Jurusan Pendidikan BiologiFMIPA Universitas Pendidikan
Indonesia. Email : Hernawati_Hidayat@Yahoo.Com.
Naid. T., Muflihunna, A., dan Madi, M.I.O. 2012.Analisis Kadar β-Karoten pada
Buah Pare(Momordica charantia L.) Asal Ternate Secara Spektrofotometri
UV-VIS. Majalah Farmasi dan Farmakologi. 3: 127-130.
Nugrahani. A.R. 2008. Uji Penurunan Kadar Glukosa Darah Infusa Herba Daun
Sendok (Plantago mayor L.) pada Kelinci Jantan yang Dibebani
Glukosa. [Skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Nasman. N., Kharisma. Y., dan Dananjaya.R. 2015. Uji Toksisitas. Akut Ekstrak
Air Buah Pepaya ( Carica papaya L.) Terhadap kadar Alt Plasma dan
Gambaran Histopatologi Hepar Mencit. Bandung: Universitas Islam
Bandung.
Sardini. S. 2007. Penentuan Aktivitas Enzim GOT dan GPT dalam Serum Dengan
Metode Reaksi Kinetik Enzimatik Sesuai IFCC (Internasional Federation
Of Chemical Chemistry and Laboratory Medicine). Prosiding Pertemuan
dan Presentasi ilmiah Fungsional Pengembangan Teknologi Nuklir 1.
1. Dokumentasi Alat
Mikroskop Mikrotom
DMPA Mencit
Pare
3. Dokumentasi Kerja
Hepatosit Normal
Kelompok KO dan PO
Ranks
Mean Sum of
Kelompok N Rank Ranks
Perlakuan K0 20 22,70 454,00
P0 20 18,30 366,00
Total 40
Kelompok K1 dan P1
Ranks
Mean Sum of
Kelompok N Rank Ranks
Perlakuan K1 25 26,56 664,00
P1 25 24,44 611,00
Total 50
Test Statisticsa
Perlakuan
Mann-Whitney U 286,000
Wilcoxon W 611,000
Z -,541
Asymp. Sig. (2-
,588
tailed)
a.Grouping Variable: kelompok
b. Not corrected for ties.
Test Statisticsa
Perlakuan
Mann-Whitney U 135,500
Wilcoxon W 345,500
Z -1,797
Asymp. Sig. (2-tailed) ,072
Exact Sig. [2*(1-tailed
,081b
Sig.)]
a. Grouping Variable: kelompok
b. Not corrected for ties.
Kelompok K3 dan P3
Ranks
Mean Sum of
Kelompok N Rank Ranks
Perlakuan K3 20 22,00 440,00
P3 20 19,00 380,00
Total 40
Kelompok K4 dan P4
Ranks
Mean Sum of
Kelompok N Rank Ranks
Perlakuan K4 20 21,98 439,50
P4 20 19,03 380,50
Total 40
Test Statisticsa
Perlakuan
Mann-Whitney U 170,500
Wilcoxon W 380,500
Z -,830
Asymp. Sig. (2-tailed) ,407
Exact Sig. [2*(1-tailed
,429b
Sig.)]
a. Grouping Variable: kelompok
b. Not corrected for ties.
Degenerasi Parenkimatosa
Kelompok K0 dan P0
Ranks
Mean Sum of
Kelompok N Rank Ranks
Perlakuan KO 20 18,08 361,50
P0 20 22,93 458,50
Total 40
Test Statisticsa
Perlakuan
Mann-Whitney U 151,500
Wilcoxon W 361,500
Z -1,350
Asymp. Sig. (2-tailed) ,177
Exact Sig. [2*(1-tailed
,192b
Sig.)]
a. Grouping Variable: kelompok
b. Not corrected for ties.
Kelompok K1 dan P1
Ranks
Mean Sum of
Kelompok N Rank Ranks
Perlakuan K1 25 23,28 582,00
P1 25 27,72 693,00
Total 50
Kelompok K2 dan P2
Ranks
Mean Sum of
Kelompok N Rank Ranks
Perlakuan K2 20 22,65 453,00
P2 20 18,35 367,00
Total 40
Test Statisticsa
Perlakuan
Mann-Whitney U 157,000
Wilcoxon W 367,000
Z -1,248
Asymp. Sig. (2-tailed) ,212
Exact Sig. [2*(1-tailed
,253b
Sig.)]
a. Grouping Variable: kelompok
b. Not corrected for ties.
Test Statisticsa
Perlakuan
Mann-Whitney U 134,500
Wilcoxon W 344,500
Z -1,855
Asymp. Sig. (2-tailed) ,064
Exact Sig. [2*(1-tailed
,076b
Sig.)]
a. Grouping Variable: kelompok
b. Not corrected for ties.
Kelompok K4 dan P4
Ranks
Mean Sum of
Kelompok N Rank Ranks
Perlakuan K4 20 17,80 356,00
P4 20 23,20 464,00
Total 40
Degenerasi Hidropik
Kelompok K0 dan P0
Ranks
Mean Sum of
Kelompok N Rank Ranks
Perlakuan K0 20 22,20 444,00
P0 20 18,80 376,00
Total 40
Test Statisticsa
Perlakuan
Mann-Whitney U 166,000
Wilcoxon W 376,000
Z -1,030
Asymp. Sig. (2-tailed) ,303
Exact Sig. [2*(1-tailed
,369b
Sig.)]
a. Grouping Variable: kelompok
b. Not corrected for ties.
Test Statisticsa
Perlakuan
Mann-Whitney U 281,000
Wilcoxon W 606,000
Z -,650
Asymp. Sig. (2-
,515
tailed)
a. Grouping Variable: kelompok
Kelompok K2 dan P2
Ranks
Mean Sum of
Kelompok N Rank Ranks
Perlakuan K2 20 22,53 450,50
P2 20 18,48 369,50
Total 40
Kelompok K3 dan P3
Ranks
Mean Sum of
Kelompok N Rank Ranks
Perlakuan K3 20 18,38 367,50
P3 20 22,63 452,50
Total 40
Test Statisticsa
Perlakuan
Mann-Whitney U 157,500
Wilcoxon W 367,500
Z -1,201
Asymp. Sig. (2-tailed) ,230
Exact Sig. [2*(1-tailed
,253b
Sig.)]
a. Grouping Variable: kelompok
b. Not corrected for ties.
Test Statisticsa
Perlakuan
Mann-Whitney U 167,000
Wilcoxon W 377,000
Z -,950
Asymp. Sig. (2-tailed) ,342
Exact Sig. [2*(1-tailed
,383b
Sig.)]
a. Grouping Variable: kelompok
b. Not corrected for ties.
Nekrosis
Kelompok K0 dan P0
Ranks
Mean Sum of
Kelompok N Rank Ranks
Perlakuan K0 20 19,70 394,00
P0 20 21,30 426,00
Total 40
Kelompok K1 dan P1
Ranks
Mean Sum of
Kelompok N Rank Ranks
Perlakuan K1 25 22,36 559,00
P1 25 28,64 716,00
Total 50
Test Statisticsa
Perlakuan
Mann-Whitney U 234,000
Wilcoxon W 559,000
Z -1,673
Asymp. Sig. (2-
,094
tailed)
Test Statisticsa
Perlakuan
Mann-Whitney U 175,000
Wilcoxon W 385,000
Z -,717
Asymp. Sig. (2-tailed) ,474
Exact Sig. [2*(1-tailed
,512b
Sig.)]
a. Grouping Variable: kelompok
b. Not corrected for ties.
Kelompok K3 dan P3
Ranks
Mean Sum of
Kelompok N Rank Ranks
Perlakuan K3 20 17,60 369,50
P3 20 23,71 450,50
Total 40
Kelompok K4 dan P4
Ranks
Mean Sum of
Kelompok N Rank Ranks
Perlakuan K4 20 18,23 364,50
P4 20 22,78 455,50
Total 40
Test Statisticsa
Perlakuan
Mann-Whitney U 154,500
Wilcoxon W 364,500
Z -1,268
Asymp. Sig. (2-tailed) ,205
Exact Sig. [2*(1-tailed
,221b
Sig.)]
a. Grouping Variable: kelompok
b. Not corrected for ties.
Rataan Nilai SGOT Hepar Mencit Dengan Pemberian Ekstrak Metanol Biji Pare
dan DMPA (Depo Medroksi Progesteron Asetat) (X±SD).
Kelompok K1 dan P1
Ranks
Mean Sum of
Perlakuan N Rank Ranks
Kelompok K1 4 4,75 19,00
P1 4 4,25 17,00
Total 8
Test Statisticsa
Kelompok
Mann-Whitney U 7,000
Wilcoxon W 17,000
Z -,289
Asymp. Sig. (2-tailed) ,773
Exact Sig. [2*(1-tailed
,886b
Sig.)]
a. Grouping Variable: perlakuan
b. Not corrected for ties.
Test Statisticsa
Kelompok
Mann-Whitney U 1,500
Wilcoxon W 7,500
Z -1,328
Asymp. Sig. (2-tailed) ,184
Exact Sig. [2*(1-tailed
,200b
Sig.)]
a. Grouping Variable: perlakuan
b. Not corrected for ties.
Kelompok K3 dan P3
Ranks
Mean Sum of
Perlakuan N Rank Ranks
Kelompok K3 5 4,20 21,00
P3 5 6,80 34,00
Total 10
Kelompok K4 dan P4
Ranks
Mean Sum of
Perlakuan N Rank Ranks
Kelompok K4 5 4,67 9,00
P4 5 5,33 14,00
Total 10
Test Statisticsa
Kelompok
Mann-Whitney U 2,000
Wilcoxon W 8,000
Z -1,091
Asymp. Sig. (2-tailed) ,275
Exact Sig. [2*(1-tailed
,400b
Sig.)]
a. Grouping Variable: perlakuan
b. Not corrected for ties.
Rataan Nilai SGPT Hepar Mencit Dengan Pemberian Ekstrak Metanol Biji Pare
dan DMPA (Depo Medroksi Progesteron Asetat) (X±SD).
Kelompok K1 dan P1
Ranks
Mean Sum of
Perlakuan N Rank Ranks
Kelompok K1 4 4,25 17,00
P1 4 4,75 19,00
Total 8
Test Statisticsa
Kelompok
Mann-Whitney U 7,000
Wilcoxon W 17,000
Z -,289
Asymp. Sig. (2-tailed) ,773
Exact Sig. [2*(1-tailed
,886b
Sig.)]
a. Grouping Variable: perlakuan
b. Not corrected for ties.
Test Statisticsa
kelompok
Mann-Whitney U 4,500
Wilcoxon W 10,500
Z ,000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1,000
Exact Sig. [2*(1-tailed
1,000b
Sig.)]
a. Grouping Variable: perlakuan
b. Not corrected for ties.
Kelompok K3 dan P3
Ranks
Mean Sum of
Perlakuan N Rank Ranks
Kelompok K3 5 3,60 18,00
P3 5 7,40 37,00
Total 10
Kelompok K4 dan P4
Ranks
Mean Sum of
Perlakuan N Rank Ranks
Kelompok K4 5 4,00 10,00
P4 5 5,00 13,00
Total 10
Test Statisticsa
kelompok
Mann-Whitney U 3,000
Wilcoxon W 9,000
Z -,655
Asymp. Sig. (2-tailed) ,513
Exact Sig. [2*(1-tailed
,700b
Sig.)]
a. Grouping Variable: perlakuan
b. Not corrected for ties.