Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS DENGAN EKLAMPSIA


DI RUANG MERPATI RSUD. DR. SOETOMO SURABAYA

Oleh:
Siti Nurul Fajariyah
011813243062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Preeklampsia dan Eklampsia (PE/E) masih merupakan salah satu penyebab
utama kematian maternal dan perinatal di Indonesia khususnya Kota Surabaya.
Dikatakan oleh Dr. Muhammad Ardian C.L., dr. SpOG dari RSUD Dr. Soetomo bahwa
data PE/E di Jatim mencapai 114/100.000 kehamilan, data tersebut 60% nya dari Kota
Surabaya (Afifah, 2011). Eklampsia merupakan salah satu komplikasi kehamilan,
persalinan maupun masa nifas yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu dan
janin disamping perdarahan dan infeksi (WHO, 2007). Eklampsia adalah kelainan akut
pada wanita hamil, persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang
dan atau koma, sebelumnya wanita menunjukkan gejala – gejala preeklampsia dan
kejang yang timbul bukan akibat kelainan neurologik (WHO, 2007; Cunningham, et
al, 2012).
Berdasarkan waktu terjadinya konvulsi, eklampsia dibagi menjadi antepartum,
intrapartum dan postpartum (Sofian, 2011). Kurang lebih 5% dari kasus preeklampsia
berkembang menjadi eklampsia dan kurang lebih 5% wanita dengan eklampsia
meninggal karena penyakit atau komplikasinya serta kematian neonatal kurang lebih
7% (Manuaba, et al, 2010). Insiden eklampsia bervariasi antara 0,2% - 0,5% dari
seluruh persalinan dan lebih banyak ditemukan di negara berkembang (0,3%-0,7%)
dibandingkan negara maju (0,05%-0,1%) (Cunningham, et al, 2012). Insiden yang
bervariasi dipengaruhi antara lain oleh paritas, gravida, obesitas, ras, etnis, geografi,
faktor genetik dan faktor lingkungan yang merupakan faktor risikonya (WHO, 2007;
Cunningham, et al, 2012; Manuaba, et al, 2010).
Kematian ibu akibat eklampsia umumnya berhubungan dengan kesalahan
pengelolaan dan komplikasinya (Sinaga, et al, 2003). Kematian maternal pada
eklampsia disebabkan karena komplikasi yang terjadi, diantaranya acute vascular
accident, kerusakan pusat vital pada medula oblongata, trauma akibat konvulsi,

2
perdarahan pascapartum atau perdarahan solusio plasentae, dan kegagalan total organ
vital. Sedangkan kematian perinatal janin intrauterin diakibatkan terjadinya solusio
plasentae, asfiksia berat intrauterin akibat vasokonstriksi berat, dan persalinan preterm.
Bila janin hidup, eklampsia dapat menyebabkan berat badan bayi rendah dan
intrauterin growth retardation (WHO, 2007). Mattar dan Sibai menyebutkan pada
tahun 1977-1998 didapatkan beberapa komplikasi mayor yang terjadi pada penderita
eklampsia adalah abruptio plasentae (10%), defisit neurologis (7%), aspirasi
pneumonia (7%), edema pulmo (5%), henti jantung paru (4%), gagal ginjal akut (4%),
dan kematian maternal (1%) (Cunningham, et al, 2012).
Diagnosis dini preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia,
serta mengetahui penanganannya dengan segera akan membantu menurunkan kejadian
eklampsia atau kematian yang disebabkan oleh komplikasinya. Pemantauan dan
perawatan kesehatan yang memadai selama kehamilan sampai masa nifas sangat
penting untuk kelangsungan hidup ibu dan bayinya. Bidan harus mampu melakukan
penanganan yang cepat dan tepat dalam penanganan awal dan sistem rujukan
kegawatdaruratan agar kematian dapat dihindari.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu
nifas dengan riwayat eklapmsia sesuai dengan penerepan pola pikir melalui manajemen
kebidanan varney dan pendokumentasian SOAP.
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu dengan benar :
1) Menjelaskan teori masa nifas dengan riwayat eklampsia.
2) Menjelaskan konsep dasar asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan riwayat
eklampsia.
3) Melaksanakan pengkajian data subjektif kasus kebidanan pada ibu nifas
dengan riwayat eklampsia.

3
4) Melaksanakan pengkajian data objektif kasus kebidanan pada ibu nifas
dengan riwayat eklampsia.
5) Mengidentifikasi diagnosa dan masalah kasus kebidanan pada ibu nifas
dengan riwayat eklampsia.
6) Mengembangkan rencana tindakan asuhan kebidanan pada ibu nifas
dengan riwayat eklampsia.
7) Melaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan
riwayat eklampsia.
8) Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan
riwayat eklampsia dengan SOAP
9) Menjelaskan pembahasan/menganalisis asuhan kebidanan pada ibu nifas
dengan riwayat eklampsia.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi mahasiswa
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh secara nyata dalam melaksanakan
asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan riwayat eklampsia yang dapat
digunakan sebagai pengalaman dan pelajaran bagi mahasiswa dalam
melaksanakan tugas sebagai bidan nantinya.
1.3.2 Bagi pasien
Pasien atau ibu nifas dengan riwayat eklampsia mendapatkan asuhan kebidanan
yang komprehensif.
1.3.3 Bagi lahan praktik
Dapat menjadi evaluasi bagi tenaga kesehatan dan staf lainnya dalam pelayanan
yang telah diberikan pada pasien sehingga dapat lebih meningkatkan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat dan selalu menjaga mutu pelayanan terutama pada
ibu nifas dengan riwayat eklampsia.

Anda mungkin juga menyukai