Anda di halaman 1dari 45

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Hasil Studi yang Relevan

Penelitian-penelitian yang telah disajikan yang berhubungan dengan

pengolahan CPO ini antara lain:

1. Retno Widhiastuti (2001), Pola Pemanfaatan Limbah Pabrik Pengolahan Sawit

Upaya Menghindari Pencemaran Lingkungan. Adapun parameter utama yang

diukur dalam penelitian ini meliputi pengaruh musim terhadap produksi kelapa

sawit, klorofil daun, kadar air tanah, kimia tanah (N,P,K dan Mg) dan C-mic.

Sedangkan limbah PKS berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang

diukur. Makin lama diaplikasikan semua parameter yang diukur makin

melemah diantaranya klorofil daun, kadar kimia tanah dan kadar air tanah.

Interaksi musim dan aplikasi limbah berpengaruh terhadap produksi kelapa

sawit, kadar air tanah, sifat kimia tanah dan C-mic.

2. Okwute, Loretta Ojonoma and Isu, Nennaya R (2007). Dampak Lingkungan

terhadap POME (palm oil mill effluent) pada beberapa lapisan tanah yang

dialiri oleh limbah di Nigeria yakni ditunjukkan dengan kenaikan jumlah

janjang 17-20%.

3. Orathai Chavalparit (2006) meneliti tentang Clean Technologi for the Crude

palm oil Thailand. Memberikan hasil bahwa pembangunan yang berkelanjutan

dan kelestarian lingkungan dapat berpengaruh pada optimisasi penggunaan

biomassa, pemanfaatan limbah cair dan peningkatan efisiensi produksi.

Universitas Sumatera Utara


4. Luqman Erningpraja (2001), Rancang Bangun Produksi Bersih Perkebunan

Kelapa Sawit. Penelitian ini dapat menghasilkan dasar pengolahan kebun

kelapa sawit dan lingkungannya yang mengacu kepada perlindungan

lingkungan sehingga kepercayaan dan kepuasaan konsumen domestik dan

internasional terwujud dengan baik. model produksi bersih kebun kelapa sawit

ideal dirancang dengan asumsi pokok dan menggunakan 4 komponen masukan

utama yaitu kerapatan tanaman, efektivitas, pemupukan dan daur ulang untuk

hara, potensi produksi dan efektivitas pengolahan pabrik.

5. Klaus Wulfert (2000) meneliti tentang Pengolahan Limbah Cair Kelapa Sawit

(LCPKS) Secara Anaerobik. Beliau menyatakan bahwa teknologi unggulan

tetap sangat cocok utnuk pengolahan LCKPS secara anaerobik, laju

pembebanan COD sebesar 8-10 kg oksigen/m3/hari dan efisiensi perombakan

sebesar 90% dapat dijadikan parameter untuk perancangan reaktor skala penuh,

produksi gas spesifik sekitar 560 ℓ/kg COD terdegradasi dengan kandungan

gas metana sebesar 62% dan aliran upflow lebih cocok digunakan untuk limbah

yang tidak mengandung padatan tersuspensi. Disamping aspek pengolahan

LCKPS, produksi energi juga merupakan hal yang penting bagi PKS. Jika

biogas yang dihasilkan dari proses pengolahan LCPKS ini seluruhnya

digunakan untuk mesin genset, maka dapat dihasilkan tenaga listrik sebesar 26

kWh per ton TBS, sedangkan kebutuhan spesifik per ton TBS diperkirakan 15-

17 kWh.

Universitas Sumatera Utara


2.2. Penomena Industri Perkebunan Kelapa Sawit

Chavalparit (2006) menyatakan bahwa pemanfaatan sumber daya alam

dapat dijadikan produksi melalui suatusistem industri, dimana proses

pelaksanaannya dapat diterima keabsahan dan keterandalannya dalam mencapai

keunggulan yang optimal. Kenyataan ini sangat perlu kajian lingkungan proses

industri baik eksternal maupun internal pada setiap aktifitas yang berlaku di

industri.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2005) menyatakan

pengolahan kelapa sawit merupakan salah satu faktor yang menentukan

keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh

ialah minyak sawit, inti sawit, sabut, cangkang dan tandan kosong. Pabrik Kelapa

Sawit (PKS) dalam konteks industri kelapa sawit di Indonesia dipahami sebagai

unit ekstraksi crude palm oil (CPO) dan inti sawit dari tandan buah segar (TBS)

kelapa sawit. PKS merupakan unit pengolahan paling hulu dalam industri

pengolahan kelapa sawit dan merupakan titik kritis dalam alur hidup ekonomi

buah kelapa sawit khususnya dan industri kelapa sawit umumnya. Sifat yang

krusial ini disebabkan beberapa faktor penting di antaranya:

• Sifat buah kelapa sawit yang cepat mengalami penurunan kualitas dan

rendemen bila tidak diolah

• CPO dan inti sawit merupakan produk yang dihasilkan oleh Pabrik Kelapa

Sawit (PKS) dimana kualitasnya menentukan dayagunanya untuk diolah

menjadi produk industri hilir dan bahan konsumsi rumah tangga seperti olein,

Universitas Sumatera Utara


stearin, minyak goreng, margarin, shortening, minyak inti sawit, kosmetik,

sabun dan deterjen, shampoo, dll.

Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian (2006), mengemukakan bahwa

PKS merupakan salah satu faktor kunci sukses pembangunan industri perkebunan

kelapa sawit. PKS tersusun atas unit-unit proses yang memanfaatkan kombinasi

perlakuan mekanis, fisik dan kimia. Parameter penting produksi seperti efisiensi

ekstraksi, rendemen minyak, kualitas produk sangat penting peranannya dalam

menjamin daya saing industri perkebunan kelapa sawit dibanding industri minyak

nabati lainnya.

Menurut SK Menteri Pertanian No 107/Kpts/2000, sebuah PKS hanya

dapat didirikan apabila perusahaan tersebut mempunyai kebun yang mampu

memasok 50% dari kapasitas PKS yang akan di bangunnya. Implikasi dari

peraturan ini ialah bahwa kemampuan PKS untuk mengolahkan buah milik pihak

luar menjadi sangat terbatas. Oleh sebab itu, kebun-kebun yang luas akan lebih

aman apabila memiliki PKS sendiri.

2.2.1. Karakteristik Tandan Buah Segar

Sutarta, (2005), mengatakan tandan buah segar (TBS) merupakan produk

utama kebun kelapa sawit dan bahan baku utama PKS. Rendemen dan mutu

produk hasil dari PKS tergantung kepada mutu TBS yang masuk ke pabrik dari

kebun. PKS tidak dapat meningkatkan mutu TBS, hanyalah dapat meminimalisasi

penurunan mutu. Faktor kebun yang dapat mempengaruhi kualitas bahan baku

Universitas Sumatera Utara


adalah genetik dan tipe tanaman, umur tanaman, agronomi, lingkungan dan teknik

panen serta transportasi TBS.

2.2.2. Tanaman Kelapa Sawit

Sutarta (2005) menyatakantanaman kelapa sawit (Elaeis guineensisJacq).

terbagi atas tipe atau jenisnya berdasarkan karakter ketebalan cangkang buahnya,

yaitu Dura (D), Tenera (T) dan Pisifera (P). Kelapa sawit dura memiliki

cangkang yang tebal (2-5 mm), dan pisifera (hampir tidak mempunyai inti dan

cangkang). Tenera adalah hibrida dari persilangan Dura dan Pisifera sehingga

memiliki cangkang intermediate (0.5-4 mm) dan merupakan tipe umum yang

digunakan di perkebunan. Ketebalan cangkang ini sangat berkaitan erat dengan

persentase mesokarp/buah (berasosiasi dengan kandungan minyak) dan persentase

inti/buah (berasosiasi dengan rendemen inti). Untuk melihat karakteristik tipe

kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Tipe Kelapa Sawit Dura, Tenera dan Pisifera


Mesokarp Inti/buah
Tipe Cangkang (mm)
Buah (%) (%)
Dura 2-5 20-65 4-20
Tenera 1-2,5 60-90 3-15
Pisifera Tidak ada 92-97 3-8
Sumber: Pusat Penelitian Perkebunan Marihat, 1992

Buah merupakan bagian tanaman kelapa sawit yang bernilai ekonomi

dibanding bagian lain. Tanaman kelapa sawit mulai menghasilkan buah pada

umur 30 bulan setelah tanam. Buah pertama yang keluar (buah pasir) belum dapat

diolah di PKS karena kandungan minyaknya yang rendah. Buah kelapa sawit

Universitas Sumatera Utara


normal berukuran 12-18 g/butir yang duduk pada bulir. Setiap bulir berisi sekitar

10-18 butir tergantung kepada kesempurnaan penyerbukan. Bulir-bulir ini

menyusun tandan buah yang berbobot rata-rata 20-30 kg/tandan. Setiap TBS

berisi sekitar 2000 buah sawit. (Lubis, 1992).

Buah kelapa sawit Tenera memiliki sebuah inti/kernel (mengandung

minyak inti sawit) dikelilingi oleh perikarp. Perikarp tersusun atas tiga lapisan

yaitu endokarp yang keras (cangkang), mesokarp yang berserat dan mengandung

minyak sawit (CPO) dan eksokarp (lapisan luar yang berlapis lilin).Pada saat

matang, mesokarp mengandung sekitar 49% minyak sawit kasar, 35% air dan

16% padatan non minyak; atau dengan kata lain mengandung sekitar 70-75%

(basis kering) minyak sawit. (Lubis, 1992).

Tanaman kelapa sawit Tenera unggul yang bersumber dari Pusat

Penelitian Kelapa Sawit dapat menghasilkan 23-28 ton tandan buah segar

(TBS)/ha/tahun. Dengan tingkat produktivitas yang demikian, dapat diperoleh

sekitar 5.5-7.5 ton CPO dan 0.5 ton minyak inti sawit/ha/tahun pada tingkat oil

extraction rate 23-26% dan kernel extraction rate 6.5-8% (Asmono et al.,

2001).Secara komersial, tanaman kelapa sawit saat sekarang ini mampu

memberikan 4.5 ton CPO/ha/tahun, 0.5 ton PKO/ha/tahun dan 0.45 ton bungkil

inti sawit ha/tahun. Produktivitas minyak tanaman kelapa sawit 3 kali dibanding

tanaman kelapa dan 10 kali lipat dibanding kedelai.(Lubis, 1992).

Universitas Sumatera Utara


2.2.3. Pemanenan Dan Transportasi Panen

Tandan buah segar (TBS) dipanen saat kematangan buah tercapai dengan

ditandai oleh sedikitnya 1 brondolan telah lepas. Dengan kriteria panen ini,

diharapkan kandungan minyak dalam Tandan Buah Segar (TBS) optimal,dengan

Asam Lemak Bebas (ALB) yang sangat rendah dan biaya panen yang relatif lebih

ekonomis.

Kandungan asam lemak bebas buah sawit yang baru di panen biasanya <

0.3%. ALB minyak yang diperoleh dari buah yang tetap berada pada janjang

sebelum diolah (dan tidak mengalami memar) tidak pernah melewati 1.2%.

Sedangkan, ALB brondolan biasanya sekitar 5.0%. Di lain pihak, sangat jarang

diperoleh ALB dibawah 2% pada crude palm oil (CPO) hasil produksi PKS,

biasanya sekitar 3%. Peningkatan ALB yang mencapai sekitar 10 kali ini terjadi

karena kerusakan buah selama proses panen sampai tiba di ketel perebusan.

Kemungkinan penyebab utama kerusakan terjadi pada saat pengisian buah di

tempat pemungutan, penurunan buah di tempat pengumpulan hasil, pengisian

buah ke alat transpor pembawa buah ke pabrik, penurunan buah di loading ramp

dan pengisian buah ke lori. TBS yang memar juga akan membawa lebih banyak

tanah dan kotoran yang membantu mempercepat kenaikan ALB oleh karena

kontaminasi mikroorganisme, sekaligus menjadi sumber kontaminasi logam, di

antara besi, yang menjadi pro-oksidan proses hidrolisis minyak. (Sutarta,

2005).Selain berpengaruh terhadap ALB, kerusakan buah pada saat panen juga

menurunkan daya pemucatan CPO yang diperoleh. Warna dari inti juga menjadi

lebih gelap pada buah yang rusak atau lewat matang.

Universitas Sumatera Utara


2.2.4. Penerimaan Buah dan Sortasi

Buah diterima di PKS pertama-tama haruslah melalui jembatan timbang.

Secara umum jembatan timbang berfungsi untuk mengontrol proses pengelolaan

buah masuk, menghitung rendemen, sebagai dasar perhitungan pembayaran premi

pemanen dan buah pihak ketiga, dan pencatatan produksi TBS kebun penyuplai.

Jembatan timbang haruslah akurat dan secara rutin dikalibrasi.

2.2.5 Uraian Proses Produksi

Pengolahan tandan buah segar atau FFB (Fresh Fruit Bunch) kelapa sawit

menjadi minyak kelapa sawit (CPO) dan palmkernel melalui beberapa proses

berdasarkan stasiunnya. Proses pengolahan kelapa sawit dapat dilihat pada

Gambar 4.

Gambar 4. Proses Pengolahan Kelapa Industri


Sumber: Laccrosse (Asian Institute of Technology), 2004

Universitas Sumatera Utara


Proses pengolahan kelapa sawit dari perkebunan hingga menghasilkan

produk dan limbah padat dan cair dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Diagram Alir Proses Pengolahan Kelapa Sawit


Sumber : Pedoman Pengolahan Limbah Industri Kelapa Sawit, Jakarta 2006

Dari Gambar 4 dan Gambar 5 dapat dilihat bahwa kualitas minyak sawit

(CPO) dan minyak inti sawit (PKO) serta banyaknya limbah yang dihasilkan akan

Universitas Sumatera Utara


bergantung pada proses pengolahan kelapa sawit. Oleh karena itu penanganan

proses pengolahan kelapa sawit sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas

CPO dari PKS yang baik dan limbah yang minimal

Untuk melihat material balance yang terjadi pada proses pengolahan

tandan buah segar dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Material Balance Pengolahan TBS


Sumber : Singh,dkk. Rev Environ Sci Biotechnol (2010)

Gambar 6 memperlihatkan bahwa komponen utama TBS adalah buah

sawit 70% dan tandan kosong 20%. Sedangkan buah sawit diolah menjadi 43%

minyak, 13% Nuts dan 14% pericarp. Komponen-komponen tersebut dalam

Universitas Sumatera Utara


proses pengolahan menghasilkan minyak sawit dan limbah yang ditambahkan

dengan bahan-bahan tambahan lain seperti air.

Limbah pengolahan kepala sawit menghasilkan limbah padat dan limbah

cair (POME). POME (Pulm Oil Mill Effluent) sebagai limbah cair dapat cepat

membusuk di lingkungan sekitarnya jika tidak ditangani dengan benar. Oleh

karena itu ada kebutuhan mendesak untuk sistem pengelolaan limbah yang

berkelanjutan untuk mengatasi limbah ini. Seperti halnya limbah organik yang

berasal dari kaya nutrisi tanaman, kompos limbah yang dihasilkan dari pabrik

minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dengan baik dalam daur ulang nutrisi

sehingga berguna untuk dapat dijadikan pupuk dan diolah menjadi biogas sebagai

sumber energi tebarukan. (Singh, dkk, 2010).

Material balance pengolahan tandan buah segar dapat dilihat pada

Gambar 6 di atas sedangkan material balance limbah cair pabrik kelapa sawit

dapat dilihat pada Gambar 7.

Tandan Buah Segar ( TBS ) yang akan diolah dinyatakan dalam kondisi

100%. Kemudian buah melewati tahapan perebusan seingga terdapat losses yang

diuapkan sebanyak 11,1 %. Setelah direbus pada stasiun sterillizer kemudian buah

memasuki tahapan pemisahan antara janjang dan buah pada stasiun thresher,

sehingga diperoleh 67% brondolan buah 21,5% empty bunch (tandan kosong).

2.3. Pengertian Produksi Bersih

Produksi bersih dapat didefinisikan sebagai suatu strategi pengelolaan

lingkungan yang bersifat preventif, terpadu dan dapat diterapkan secara terus-

menerus pada setiap kegiatan mulai dari hulu sampai ke hilir yang terkait dengan

Universitas Sumatera Utara


proses produksi, produk dan jasa yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi

penggunaan sumber daya alam, mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan

mengurangi terbentuknya limbah pada sumber daya sehingga dapat meminimisasi

resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia serta kerusakan lingkungan

(KLH 2003 dalamPurwanto, 2007).

Dari pengertian mengenai produksi bersih maka terdapat dua kata kunci

yang dipakai dalam pengelolaan lingkungan, yaitu pencegahan dan pencemaran

melalui jenis proses yang akrab lingkungan, minimisasi limbah, analisis daur

hidup, teknologi ramah lingkungan (clean enviromental development). Dalam

penerapannya, produksi bersih memberikan keuntungan seperti meningkatkan

efisiensi, mengurangi biaya pengolahan limbah, konservasi bahan baku dan

energi, membantu akses kepada lembaga finansial, memenuhi permintaan pasar,

memperbaiki kualitas lingkungan, memenuhi peraturan lingkungan, memperbaiki

lingkungan kerja, dan meningkatkan persepsi masyarakat (SadinataRatna, 2007).

Universitas Sumatera Utara


Penguapan 0,4% air

kondensat 11,1%
TBS 100 % PEREBUSAN

TANDAN
PERONTOKAN Rebus
TANDAN Buah 67%
88,5%
kosong 21,5%
BOILLER
PENGADUKAN
PENGEPRESAN
Ampas 12,9%

PENGADUKAN DEPERICATER 23,5%


Mulsa/pupuk minyak

10,6%
Air 9,7% PEMECAHAN
KLARIFIKASI

vacum Sludge PEMISAHAN ANGIN CANGKANG


26,3%

Minyak PENGERINGAN
DECANTE
CPO R 1,2%
22,5% DIKERINGKAN
Minyak
4,2% 2,2%
PEMISAHAN
PURIFIER PENGERINGAN
AIR
Tangki 5,0%

timbun PENYIMPANAN
CPO Limbah Cair
KERNEL

TANGKI
PENGUMPUL
AN LIMBAH
CAIR

Limbah Cair 60%

UNIT INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH (IPAL)

Gambar 7. Material Balance Limbah Cair


Sumber : Pedoman Pengolahan Limbah Industri Kelapa Sawit, Jakarta 2006

Universitas Sumatera Utara


Tandan kosong tidak diolah dan langsung dibuang ke sekitar kebun sawit

untuk dijadikan pupuk bagi tanaman sawit itu sendiri. Buah sawit yang telah

terpisah dengan tandannya kemudian memasuki tahapan pelumatan pada stasiun

digester, kemudian dilanjutkan pada tahapan pengepresan dengan tujuan

mengekstraksi minyak pada stasiun screw press. Dari stasiun screw press ini

kemudian diperoleh pericarp (serabut luar) 12,9% dan nuts (biji berlapis serabut

halus dan cangkang biji) 10,6%. Kemudian pericarp dan nuts dibawa oleh CBC

(Cake Breacker Conveyor) menuju ke polysing drum. Pada polysing drum, nuts

ditampi sehingga terpisah dari pericrap, kemudian nuts memasuki tahapan

pengeringan pada stasiun pengering biji dan dilanjutkan ke pemecahan biji pada

mesin ripple mill. Sedangkan pericrap dihisap oleh fibre syclone dan dibawa

ketempat penampungan pericrap. Pada fibre syclone dipisahkan antara dry fibre

fuel (serat kering dan halus) sebanyak 10,6% dan water evaporation (air yang

diuapkan) 2,2%.

Setelah nuts (biji berselaput cangkang biji dan serabut) dipecah diripple mill

kemudian diperoleh cracksheel (kumpulan biji pecah, cangkang biji, serabut,

notten dan kernel). Kernel 5% dipisahkan dari biji pecah, cangkang biji, serabut

dan notten pada stasiun pemisahan yaitu stasiun clay bath. Pemisahan kernel ini

dilakukan berdasarkan perbedaan bobot jenis. Kemudian kernel dibawa menuju

kernel silo dengan menggunakan sheel transport. Pada kernel silo, kernel

dikeringkan lagi dengan tujuan untuk mengurangi kadar air. Setelah dikeringkan

kemudian kernel ditampung pada penampungan kernel.

Universitas Sumatera Utara


Kumpulan biji pecah, cangkang biji, serabut dan notten yang terpisahkan dari

kernel dikeringkan kembali dan kemudian diolah lagi melaui tahapan penampian

pada stasiun polysing drum dan dilanjutkan ketahapan – tahapan berikutnya

hingga diperoleh kernel. Shell yang diperoleh dari proses tersebut 6%.

Buah sawit yang telah terlepas dari tandannya kemudian dilumatkan pada stasiun

digester dan dipress pada stasiun screw press sehingga diperoleh minyak 43%.

Pada tahapan klarifikasi terdapat air yang diuapkan pada stasiun oil purifyer 9,7%.

Pada stasiun oil dryer air yang diuapkan 9,7%. Pada stasiun decanter terdapat

padatan 2%. Pada stasiun separator terdapat limbah berupa minyak bercampur air

dan lumpur sebanyak 60%. Setelah minyak tersebut memasuki tahapan klarifikasi

sehingga diperoleh minyak 22,5% dan disimpan pada tangki timbun.

2.4. Tingkatan Produksi Bersih

Menurut UNEP (1994), strategi pencegahan dampak lingkungan terpadu

yang dilakukan secara terus menerus pada proses, produk, jasa untuk

meningkatkan efisiensi secara keseluruhan dan mengurangi resiko terhadap

manusia maupun lingkungan.

Tobing (2000) menyatakan pola pendekatan produksi bersih dalam

melakukan pencegahan dan minimisasi limbah yaitu menggunakan hirarki

pengelolaan melalui 1E4R (Elimination, Reduce, Reuse, Recycle,

Recovery/Reclaim).

Strategi produksi bersih meliputi :


1. Upaya pencegahan pencemaran dan perusakan lingkungan-proses produksi

akrab lingkungan

Universitas Sumatera Utara


2. Minimalisasi limbah

3. Analisis daur hidup produk

4. Teknik Produksi bersih

Untuk melihat teknik Produksi bersih dalam menuju perbaikan lingkungan

dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 memberikan gambaran mengenai Pilihan Penerapan Teknik Produksi

Bersih yang meliputi :

1. Perubahan Bahan Baku

a. Mengurangi atau menghilangkan bahan baku yang

mengandungbahanberbahaya dan beracun (B3) seperti logam berat dari

zat warna pelarut.

b. Menggunakan bahan baku dengan kualitas baik dan murni untuk

menghindari kontaminan dalam proses.

2. Tata Cara Operasi Dan Tata Kelola yang Baik

a. Mencegah kehilangan bahan baku, produk maupun energi

daripemborosan, dan tercecer

b. Penanganan material dengan baik

c. Jadwal produksi yg baik dan koordinasi pengelolaan limbah

d. Pemisahan (segregasi) limbah menurut jenisnya

e. Mengembangkan manajemen perawatan, sehingga mengurangi kehilangan

akibat kerusakan

f. Mengembangkan tata cara penanganan dan inventarisasi bahan baku,

energi, produk, dan peralatan

Universitas Sumatera Utara


3. Penggunaan Kembali

a. Menggunakan kembali sisa air proses, air pendingin dan material lain di

dalam pabrik

b. Mengambil kembali bahan buangan sebagai energi

c. Menciptakan kegunaan limbah sebagai produk lain (byproduct)yangdapat

dimanfaatkan oleh pihak luar

4. Perubahan Teknologi

a. Mengubah tata letak, perpipaan untuk perbaikan aliran proses dan

meningkatkan efisiensi

b. Memperbaiki kondisi proses, sehingga meningkatkan kualitas produk dan

mengurangi jumlah limbah

5. Perubahan Produk

a. Mengubah formulasi produk untuk mengurangi dampaklingkungan pada

waktu digunakan oleh konsumen

b. Merancang produk sedemikian rupa sehingga mudah didaur ulang

c. Mengurangi kemasan yang tidak perlu

Suatu pendekatan bagi penerapan manajemen lingkungan dengan

industrial ecology dimana menyeimbangkan pembangunan industri dan

penggunaan berkelanjutan sumber daya alami dengan cara meneliti peluang

dengan faktor-faktor yang berbeda dalam masyarakat industri dalam merubah

aliran material dan produk dalam arah yang selaras dengan lingkungan, hal ini

Universitas Sumatera Utara


dilakukan dengan teknik produksi bersih yang terus-menerus dilakukan guna

menjaga dampak dari limbah material yang diilustrasikan pada Gambar 9.

Gambar 8. Teknik Produksi Bersih


Sumber: Tools Manajemen Lingkungan, 2000

Gambar 9. Produksi Bersih


Sumber: Van Berkel (1997)

Universitas Sumatera Utara


Pada Gambar 8 diilustrasikan bagaimana cara melakukan teknik produksi bersih,

yang di dekati oleh tata kelola limbah dan bahan kimia yang baik (Good House

Keeping) seperti pada Gambar 9.

Produksi Bersih diperlukan sebagai cara untuk mengharmonisasikan upaya

perlindungan lingkungan dengan kegiatan pembangunan atau pertumbuahn

ekonomi, karena Penerapan Produksi Bersih dapat :

a. Memberikan peluang keuntungan ekonomi, sebab di dalam Produksi Bersih

terdapat strategi pencegahan pencemaran pada sumbernya (source reduction

dan in process recycling) yaitu mencegah terbentuknya limbah secara dini,

yang dapat mengurangi biaya investasi untuk pengolahan dan pembuangan

limbah atau upaya perbaikan lingkungan.

b. Mencegah terjadinya pencemaran dan perusahaan lingkungan melalui

pengurangan limbah, daur ulang, pengolahan dan pembuangan yang aman.

c. Memelihara dan memperkuat pertumbuahan ekonomi dalam jangka panjang

melalui penerapan proses produksi dan penggunaan bahan baku dan energi

yang lebih efisien (konservasi sumberdaya, bahan baku dan energi)

d. Mendukung prinsip “environmental equity” dalam rangka pembangunan

berkelanjutan dimana kita harus memlihara lingkungan agar dapat diwariskan

kepada generasi mendatang.

e. Mencegah atau memperlambat terjadinya degradasi lingkungan dan

memanfaatkan sumber daya alam melalui penerapan daur ulang limbah di

dalam proses, yang pada akhirnya menuju upaya konservasi sumber daya

untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

Universitas Sumatera Utara


f. Memelihara ekosistem lingkungan.

g. Memperkuat daya saing produk di pasar internasional.

Strategi Produksi Bersih mempunyai arti sangat luas karena di dalamnya

termasuk upaya pencegahan, pencemaran melalui pilihan jenis proses yang akrab

lingkungan, minimisasi limbah, analisis daur hidup, dan teknologi bersih.

Fokus GoodHouseKeeping (GHK) dan Chemical Management (CM) meliputi :

a. Peningkatan produktivitas

b. Penghematan biaya

c. Pengurangan dampak lingkungan

d. Peningkatan prosedur organisasi dan keselamatan di tempat kerja

Good Housekeeping (Adiputra, 2005)

Dengan menerapkan GHK dalam pengelolaan limbah pabrik maka banyak

hal yang dapat dijadikan keuntungan. Diantaranya akan meningkatkan nilai

ekonomi dan sebagai bahan pembelajaran perusahaan.

Suatu metodologi yang berbasis manajemen adalah untuk meningkatkan

produktivitas, penghematan biaya, mengurangi dampak lingkungandan

meningkatkan prosedur organisasi serta keselamatan kerja (Agusni, 2005). Upaya

peningkatan pengelolaan bahan kimia agar dapat diperoleh pengurangan biaya,

peningkatan kesehatan dan keselamatan pekerja, mengurangi dampak negatif ke

lingkungan dan meningkatkan daya saing dapat dilihat pada Gambar 10.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 10. Tata Kelola yang APIK dalam GHK
Sumber: Van Berkel (1997)
Langkah-langkah Good House Keeping (GHK):

a. Rasionalisasi pemakaian bahan baku, air, dan input energi  pengurangan

kerugian bahan input-akan mengurangi biaya operasioanl

b. Mengurangi volume dan atau toksisitas limbah, limbah cair serta emisi

c. Pemakaian kembali dan/atau daur ulang secara maksimal atas input utama

dan bahan kemasan

d. Meningkatkan kondisi kerja dan keselamatan kerja di perusahaan

e. Peningkatan kinerja organisasi

Prinsip Langkah-Langkah GoodHouse Keeping (GHK):

a. No-cost

b. Low-cost

Pengelolaan Chemical Management (CM) :

a. Mengetahui semua bahan kimia yang ada.

b. Menentukan jumlah yang hilang, terbuang, terkontaminasi dan kadaluwarsa.

c. Menerapkan langkah-langkah penggunaan bahan kimia yang efisian dan

aman.

Universitas Sumatera Utara


d. Mengidentifikasi situasi dan kondisi timbulnya.

e. Monitoring pelaksanaan.

Faktor Pendorong Good House Keeping (GHK):

a. Komitmen manajemen puncak

b. Analisis stakeholder

c. Keterlibatan karyawan

d. Komunikasi dalam organisasi

e. Pengukuran kinerja

Faktor Penghambat Good House Keeping (GHK):

Faktor Internal:

a. Sulit menerima perubahan

b. Faktor teknis-kurangnya informasi tentang produksi bersih

c. Faktor finansial

d. Kultur perusahaan

Faktor Eksternal:

a. Rendahnya penegakan regulasi lingkungan

b. Terlalu ketat regulasi lingkungan

c. Tendahnya kepedulian masyarakatterhadap lingkungan

d. Rendahnya insentif lingkungan

Universitas Sumatera Utara


Manfaat Produksi Bersih

a. Sebagai pedoman perbaikan produk dan proses

b. Penggunaan sumber daya alam dan energi yang lebih efektif serta efisien

c. Mengurang/mencegah terbentuknya bahan pencemar atau limbah

d. Mengurangi terjadinya resiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan

e. Mendorong pengembangan teknologi pengurangan limbah, serta teknologi

bersih yang ramah lingkungan

f. Menghindari biaya pemulihan lingkungan

g. Meningkatkan daya saing produk melalui penggunaan teknologi baru

maupun perbaikan teknologi

h. Meningkatkan efisiensi dalam proses produksi, sehingga mengurangi

biaya pengolahan limbah

Adapun tingkat produksi bersih adalah :

a. Elimination (pencegahan) adalah upaya untuk mencegah timbulnya limbah

langsung dari sumbernya, mulai dari bahan baku, proses produksi sampai

produk

b. Reduce (pengurangan) adalah upaya untuk menurunkan atau mengurangi

limbah yang dihasilkan dalam suatu kegiatan

c. Reuse (pakai ulang/penggunaan kembali) adalah upaya yang memungkinkan

suatu limbah dapat digunakan kembali tanpa perlakuan fisika, kimia dan

biologi

Universitas Sumatera Utara


d. Recycle(daur ulang) adalah upaya mendaur ulang limbah untuk memanfaatkan

limbah dengan memprosesnya kembali ke proses semula melalui perlakuan

fisika, kimia dan biologi

e. Recovery/reclaim (pungut ulang, ambil ulang) adalah upaya mengambil

bahan-bahan yang masih mempunyai nilai ekonomi tinggi dari suatu limbah,

kemudian dikembalikan ke dalam proses produksi dengan atau tanpa

perlakuan fisika, kimia dan biologi.

Walaupun prinsip produksi bersih menggunakan strategi 1E4R atau 5R,

namun perlu ditekankan bahwa strategi utama yang perlu ditekankan adalah

pencegahan dan pengurangan (1E1R). Bila strategi 1E1R masih menimbulkan

pencemaran atau limbah, baru kemudian melakukan strategi 3R berikutnya (reuse,

recycle, recovery) sebagai suatu strategi tingkatan pengelolaan limbah. Tingkatan

terakhir dalam pengelolaan adalah pembuangan limbah, hal ini dilakukan apabila

upaya produksi bersih sudah tidak dapat dilakukan :

a. Treatment (pengolahan) dilakukan apabila seluruh tingkatan produksi bersih

telah dikerjakan, sehingga limbah yang masih ditimbulkan perlu untuk

dilakukan pengolahan agar buangan memenuhi baku mutu lingkungan.

b. Disposal (pembuangan) limbah bagi limbah yang telah diolah. Beberapa

limbah yang termasuk dalam kategori berbahaya dan beracun perlu dilakukan

penanganan khusus

Universitas Sumatera Utara


2.5. Tindakan Produksi Bersih

Menurut Singh (2010), tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan

penerapan produksi bersih meliputi beberapa hal, sebagai berikut :

a. Bekerja lebih apik (Good House Keeping)

b. Perbaikan prosedur kerja yang berkaitan dengan kualitas bahan baku.

c. Modifikasi teknologi dan penggantian teknologi

d. Penyesuaian spesifikasi produk, merancang produk yang menggunakan

sedikit sumber daya dengan mempertimbangkan kemudahan perawatan dan

penanganan produk yang sudah tidak digunakan lagi.

2.6. Langkah-langkah Penerapan Produksi Bersih

Langkah-langkah penerapan produksi terdiri dari berbagai langkah, yaitu :

a. Langkah 1 : Perencanaan

b. Langkah 2 : Kajian dan Identifikasi Peluang

c. Langkah 3 : Analisis Kelayakan

d. Langkah 4 : Implementasi

e. Langkah 5 : Pemantauan, Umpan Balik, Modifikasi

f. Langkah 6 : Perbaikan Berkelanjutan

2.7. Potensi Penerapan Produksi Bersih dalam Industri Kelapa Sawit

Boyle (1998), menyatakan konsep produksi bersih dapat dicapai dengan

usaha meminimumkan penggunaan bahan baku yang berbahaya kedalam proses

pengolahan termasuk sumber daya alam dan energi sehingga dapat meminimalkan

Universitas Sumatera Utara


limbah dan dampak negatif yang timbul, di samping itu dapat memanfaatkan

limbah yang dihasilkan menjadi produk lain (waste to product). Pada industri

sawit penerapan produksi bersih dapat dilakukan mulai dari tingkat kebun hingga

tingkat pabrik. Pada tingkat kebun penerapan produksi bersih difokuskan pada

penerapan prinsip good housekeeping yaitu :

a. Mutu buah yang dihasilkan

b. Penanganan untuk mengumpulkan hasil panen

c. Pengangkutan tandan kelapa sawit dan brondolan ke pabrik

d. Truk yang datang berisi Tandan Buah Segar dan brondolan harus ditimbang

untuk mengetahui berat Tandan Buah Segar yang akan diolah

Pada tingkat pabrik difokuskan pada limbah atau juga hasil sampingan dari

Crude Palm Oil yang dapat dimanfaatkan kembali, diantaranya adalah :

a. Kernel (biji sawit), dapat diolah lagi menjadi produk minyak. Pengolahan

kernel sawit ini sudah banyak dilakukan oleh berbagai industri.

b. Cangkang biji sawit dan serat. Cangkang sawit dianggap sebagai salah satu

potensi hasil samping lain yang dimanfaatkan sebagai sumber energi.

c. Tandan kosong memiliki potensi yang cukup besar untuk dapat dimanfaatkan

kembali. Selama ini di pabrik pengolahan kelapa sawit tandan kosong ini

hanya diproses melalui proses pembusukan (fermentasi) dan kemudian

dimanfaatkan kembali sebagai pupuk bagi tanaman sawit itu sendiri.

d. Limbah cair dilakukan pemisahan terlebih dahulu antara minyak dan airnya.

Universitas Sumatera Utara


2.8. Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit

Biomas One-Stop Clearing House (2004) dan Basri (2010)

menyatakankonsep Zero Emissions seyogyanya dapat diterapkan pada

industrykelapa sawit, karena konsep ini memiliki falsafah dasar yang menyatakan

bahwa proses industri seharusnya tidak menghasilkan limbah dalam bentuk

apapun karena limbah tersebut merupakan bahan baku bagi industri lain.

Gambar 11. Proses Pengolahan Limbah Kelapa Sawit


Sumber : Heinz stichnothe dan frank Schuchardt; Int J Life Cycle Asses (2010).

Dari Gambar 11 dapat dilihat bahwa konsep Zero Emissions dari

pengolahan limbah kelapa sawit memperhatikan keseluruhan input yang dipakai

atau dicetak dalam produk akhir sehingga memiliki nilai tambah sebagai input

untuk industri atau proses lain. Dari sudut pandang lingkungan, konsep eliminasi

limbah Zero Emissions merupakan solusi akhir dari permasalahan pencemaran

yang mengancam ekosistem baik dalam skala lokal maupun dalam skala global.

Universitas Sumatera Utara


Selain itu, penggunaan maksimal bahan mentah yang dipakai dan sumber-sumber

yang terbaharui (renewable) menghasilkan keberlanjutan (sustainable)

penggunaan sumber daya alam dan penghematan (efisiensi) terutama bagi limbah

yang masih mempunyai nilai ekonomi. Adapun proses pengolahan limbah cair

pabrik kelapa sawit dari input, process dan output dapat mengahasilkan 8,7m3

CH4 dari POME sebesar 650 Kg. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 11.

2.9. Jenis dan Potensi Limbah Kelapa Sawit

Jenis limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah padat yang

terdiri dari tandan kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain. Sedangkan limbah

cair terjadi pada in housekeeping. Limbah padat dan limbah cair pada generasi

pertama dapat dimanfaatkan sehingga mempunyai nilai ekonomi yang tidak

sedikit. Salah satunya adalah potensi limbah dapat dimanfaatkan sebagai sumber

unsur hara yang mampu menggantikan pupuk sintesis (Urea, TSP dan lain-lain).

Jenis potensi dan pemanfaatan limbah pabrik kelapa sawit dapat dilihat

pada Table 2.

Tabel 2. Jenis, Potensi dan Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit

Potensi per ton TANDAN


Jenis Manfaat
BUAH SEGAR (%)
Tandan Kosong 23,0 Pupk kompos, pulp kertas,
papan partikel, energy
Wet Decanter solid 4,0 Pupuk, kompos, makanan
ternak
Cangkang 6,5 Arang, karbon aktif, papan
partikel
Serabut (fiber) 13,0 Energi, pulp kertas, papan
partikel
Limbah cair 50,0 Pupuk, air irigasi
Air kondensat Air umpan boiler
Sumber : Direktorat Pengelolahan Hasil Pertanian (2005)

Universitas Sumatera Utara


2.10. Karakteristik Limbah Kelapa Sawit

Hampir seluruh air buangan PKS mengandung bahan organik yang dapat

mengalami degradasi. Oleh karenanya dalam pengelolaan limbah perlu diketahui

karakteristik limbah tersebut, antara lain yaitu :

− Dari Balance sheet ekstraksi minyak kelapa sawit diketahui bahwa jumlah air

limbah yang dihasilkan dari 1 ton Crude Palm Oil yang diproduksi adalah

2,50 ton dan hasil lain dari pengolahan kelapa sawit disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi Jumlah Air Limbah dari 1 ton Crude Palm Oil

Kapasitas
No Uraian
(Ton)
1 Air 2,35
2 NOS (Non Oil Solid) 0,13
3 Minyak 0,02
Total 2,50
Sumber : Direktorat Pengelolahan Hasil Pertanian (2005)

Berdasarkan hasil penelitian terhadap beberapa PKS milik PT Perkebunan

Nusantara (dianggap mewakili PKS pada umumnya) oleh bank dunia diketahui

bahwa kualitas limbah cair (inlet) yang dihasilkan berpotensi mencemari badan air

penerima limbah adalah seperti yang disajikan pada Tabel 4. berikut.

Tabel 4. Kualitas limbah Cair (Inlet) Pabrik Kelapa Sawit PKS


Parameter Limbah cair Baku Mutu Men.
No Satuan
Lingkungan Kisaran Rata-rata Lingkungan Hidup
1 BOD mg/l 8200-350 212,80 250
2 COD mg/l 151,03-651 347,20 500
3 TSS mg/l 13,30-507,00 311,70 300
4 Nitrogen mg/l 12-126 41 20
5 Minyak dan lemak mg/l 19-147,20 30,75 30
6 PH mg/l 3,3-4,6 4 6-9
Sumber : Direktorat Pengelolahan Hasil Pertanian (2005)

Universitas Sumatera Utara


Tabel diatas menggambarkan bahwa limbah cair Pabrik Kelapa Sawit

sebelum dialirkan ke badan akhir penerima, dilakukan pengolahan limbah agar

limbah yang dikeluarkan berada dalam toleransi baku mutu limbah cair yang

ditetapkan oleh peraturan.

Kegiatan perkebunan dan pengolahan sawit merupakan kegiatan yang

sangat memungkinkan untuk menerapkan konsep Zero Emissions, karena hampir

semua limbah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan kembali. Oleh karena itu

pemerintah dewasa ini sangat memperhitungkan dan memprioritaskan penerapan

Produks i Bersih pada komoditi kelapa sawit.

2.11. Pengolahan Limbah Cair

Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit berpotensi merusak lingkungan jika cara

pengolahannya tidak dilakukan sesuai aturan dan standar yang telah disesuaikan.

Kenyataan bahwa limbah cair dibuang ke dalam tanah atau dibuang kelingkungan.

Hal ini mengakibatkan kerusakan lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Dalam penanganan limbah cair Pabrik Kelapa Sawit (PKS) haruslah

berpedoman terhadap RSPO (Roundtable on Suistainable Palm Oil) dengan

merujuk kepada konsep (Best Available Technology Economically Achievable)

yang berarti pemanfaatan limbah menjadi bahan baku yang dapat digunakan untuk

produk baru. Di mana dalam hal ini pemanfaatan Limbah Cair berubah menjadi

Biogas dapat dijadikan sumber tenaga bagi pabrik kelapa sawit. Limbah Cair

Pabrik Kelapa Sawit dengan kapasitas 30 ton/jam akan menghasilkan

pengurangan emisi karbon 15.000 ton CO2 eq/tahun/pabrik ini dapat diubah

Universitas Sumatera Utara


menjadi energi terbarukan (Renewable Energy). Nilai penaksiran parameter

biogas LCPMKS dapat dilihat pada Tabel 5

Tabel 5 Penaksiran Parameter Biogas LCPMKS

No. Parameter Nilai Satuan


1 Tanda Buah Segar (diolah) 270.000 Ton/tahun
2 Rendamen 0,22-0,24 Ton minyak/ton Tandan
Buah Segar
3 Keluaran POME dalam ton 0,8 - 20 m3 POME/ton minyak
minyak
4 Hasil Biogas pada POME 16,8-24 m3 Biogas /m3 POME
5 Fraksi CH4 dalam Biogas 0,58-0,62 m3 CH4/m3 Biogas
6 Berat jenis CH4 0,00071 Ton CH4/m3 Biogas
7 GWP CH4 21
Sumber: PREGA (Promotion of Renewable Energy Efficiency and Greenhouse), Juni 2004.

Sedangkan untuk mengetahui karakteristik biogas dari limbah pabrik kelapa

sawit adalah pada Tabel 6:

Tabel 6 Karakteristik Emisi Biogas dari Pabrik Kelapa Sawit

Nomor Parameter Nilai Satuan


1 Tandan Buah Segar (diolah) 20934102 ton/tahun
2 Rendamen 0,22 – 0,24 ton minyak/ton tandan buah
segar
3 Banyak POME dalam 2,5 - 3,86 M3 POME/ton minyak
produksi minyak
4 Hasil Biogas pada POME 16,8 – 24 M3 Biogas/ M3 POME
5 Fraksi CH4 dalam Biogas 0,58 – 0,62 M3 CH4/ M3Biogas
6 Berat jenis CH4 0,00071 Ton CH4/ M3 Biogas
7 GWP CH4 21
8 CH4 diperoleh 2.713 Ton CH4 diperoleh/tahun
9 Nilai POME CH4 55.400 MJ/ton CH4
10 Koefisien Konvensi Energi 0,33 Kwh/MJ
Listrik
11 Efisiensi Energi Panas 0,3 Kwh/kwh (%)
12 Electricity Supply 13.980 Mwh/tahun
13 Pemakaian listrik emusi 900 Mwh/tahun
faktor CO2
14 CH4 emisi (ton CO2 cq/tahun) 1 Kg CO2/Kwh

Sumber: PREGA (Promotion of Renewable Energy Efficiency and Greenhouse), Juni 2004.

Universitas Sumatera Utara


Dalam pengolahan limbah cair pada Industri Kelapa Sawit dapat

menerapkan teknik sebagai berikut :

1. Sistem Kolam Stabilisasi Biasa

Berkaitan dengan pengolahan limbah cair terdapat beberapa penelitian yang

dilakukan untuk menurunkan kadar limbah agar memenuhi baku mutu

lingkungan yang disyaratkan. Proses pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit

(LPKS) terdiri dari perlakuan awal dan pengendalian lanjutan. Perlakuan awal

meliputi segregasi aliran, pengurangan minyak di tangki pengutipan minyak

(fat-pit), penurunan suhu limbah dari 70-800C menjadi 40-450C melalui

menara atau bak pendingin. Setelah segresasi aliran limbah pada PKS

kapasitas olah 60 ton Tandan Buah Segar/jam, volume air limbah yang diolah

berkurang menjadi 700-750 m3/hari.

Pemerintah telah mengeluarkan PP No. 20/1990 tentang pengendalian

pencemaran air, dan Menteri Negara Lingkungan Hidup telah mengeluarkan

Keputusan Menteri tentang baku mutu limbah cair bagi Kegiatan Industri dimana

dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Baku Mutu Limbah Industri Minyak Sawit


Debit limbah maksimum sebesar 2,5m3 per ton CRUDE PALM OIL
Beban
Parameter Satuan Kadar maks Satuan
Penc.Maks
BOD mg/l 100 kg/ton 0,25
COD mg/l 350 kg/ton 0,88
TSS mg/l 250 kg/ton 0,63
Minyak dan Lemak mg/l 25 kg/ton 0,0631
Total N mg/l 50 kg/ton 0,125
pH - 6-9 kg/ton -
Sumber : Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Air, Bapeldal (1995)

Adapun komposisi nutrisi dari LPKS hasil pengolahan disajikan pada

Tabel 8.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 8. Kisaran Komponen Kimia Limbah Cair PKS Hasil Pengolahan
WPH BOD Mg
Uraian P (mg/l) N (mg/l) K (mg/l)
(hari) (mg/l) (mg/l)
Limbah (fat-pit) - 25.000 500-900 90-140 1000-1975 250-340
Kolam pengasaman 5 25.000 500-900 90-140 1000-1975 250-340
Kolam anaerob primer 75 3.500-5.000 675 90-110 1000-1850 250-320
Kolam anaerob sekunder 35 2.000-3.500 450 62-85 875-1250 160-215
Kolam aerobik 15-21 100-200 80 5-15 420-670 25-55
Kolam pengendapan 2 100-150 40-70 3-15 330-650 17-40
Sumber: Pamin, Siahaan, dan Tobing (1996)

Tabel 8 memperlihatkan bahwa hasil dari pengolahan limbah di kolam

aerobik dan kolam penyaringan menggunakan manajemen kimia limbah cari

yang memenuhi baku mutu limbah cari seperti yang dapat dilihat pada komponen

BOD dan N.

2.12. Proses Biologis Anerobik - Fakultatif

Menurut Darmoko (2000), proses ini merupakan pilihan kedua yang

mempunyai biaya operasi dan pemeliharaan relatif rendah. Hanya saja diperlukan

energi untuk memindahkan pompa untuk mengalirkan limbah dan pembuangan

lumpur. Proses Anaerobik-Fakultatif kurang mantap dalam penurunan kualitas air

limbah, terutama pada panen puncak dan kondisi fluktuasi, dan hal ini merupakan

salah satu kerugian yang ditimbulkan oleh sistem tersebut. Oleh karenanya

dianjurkan proses anaerobik-fakultatif digunakan hanya untuk mengolah limbah

PKS saja.

Untuk menghasilkan biogas untuk memproduksi energi terbaharukan,

limbah cair (POME) mengalami proses fermentasi. Reaksi kimia pada proses

fermentasi POME yaitu:

Universitas Sumatera Utara


1. Proses Hidrolisis

C6H12O6 → 2CH3CH2COOH + O2

C6H12O6 → CH3CH2CH2COOH + CH3COOH + O2

2. Proses Asidogenesis

2CH3CH2CH2COOH + SO4-2 → 4CH3COOH + H2S

CH3CH2COOH + 3H20 → CH3COOH + HC03- + 2H+ +6H2

CH3CH2CH2COOH + 2H20 → 2CH3COOH + 4H+

3. Proses Metanogenesis

HC03- + 2H+ + 4H2→ 2CH4 + 6H2O

CH3COOH → CH4 + CO2

Sumber :Center of Green Chemistry Mission Statement, (1994)

Limbah cair kelapa sawit (POME) merupakan bahan utama yang akan

difermentasikan sehingga menghasilkan biogas. POME tersebut memiliki

karakteristik seperti pada Tabel 9.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 9. Karakteristik Limbah Cair Kelapa Sawit (POME)

No. Parameter Satuan Nilai

1 pH - 7,13

2 TS mg/ℓ 21.000

3 VS mg / ℓ 14.000

4 BOD mg / ℓ 8.000

5 CODcr mg / ℓ 15.000

6 NH4-N mg / ℓ 500

7 VFA mg / ℓ 50

8 Asam Asetat mg / ℓ 0

9 Asam Proponiat mg / ℓ 0

10 n-Hex mg / ℓ 4.300

11 C % 34,3

12 H % 4,68

13 N % 3,53
Sumber: Yoshimassa, (2009)

Biogas tersusun atas beberapa unsur, unsur penyusun terbesar yaitu

metana (CH4) sebesar 70 % dan karbondioksida (CO2) sebesar 30 %. Unsur

metana dan karbondioksida memiliki karakteristik seperti pada Tabel 10.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 10. Karakteristik Metana (CH4) dan Karbondioksida (CO2)
Karakteristik Nilai Metana (CH4) Nilai Karbondioksida (CO2)
Berat Molekul 16,043 g/mol 44,01 g/mol
o
Temperatur kritis -82,7 C 31 o C
Tekanan kritis 45,96 bar 73,825 bar
Fasa padat:
Titik cair -182,5 o C -
Densitas padatan - 1562 kg/m3
Panas Laten 58,68 kJ/kg 196,104 kJ/kg
Fasa padat:
Densitas cair 500 kg/m3 1032 kg/m3
Titik Didih -161,6 o C -78,5o C
Panas laten uap 510 kJ/kg 571,08 kJ/kg
Fasa gas:
Densitas gas 0,71 kg/m3 1,96 kg/m3
Faktor kompresi 0,998 0,9942
Spesifik graviti 0,55 1,521
3
Spesifik volume 1,48 m /kg 0,547 m3/kg
Cp 0,035 kJ/mol.K 0,037 kJ/mol.K
Cv 0,027 kJ/mol.K 0,028 kJ/mol.K
Viskositas 0,0001027 poise 0,0001372 poise
Kelarutan 0,054 vol/vol 1,7613 vol/vol
Sumber: Encyclopedia, (2009)

2.13. Manajemen Lingkungan

Kebijakan lingkungan adalah suatu hukum yang berorientasi terhadap

pembangunan berwawasan lingkungan, dimana hukum lingkungan adalah sistem

pendekatan terpadu atau utuh menyeluruh harus diterapkan oleh hukum agar

mampu mengatur lingkungan hidup manusia secara tepat dan baik (Muchtar

Kesumaatmaja.1977).

Pada saat pengembangan kelapa sawit hanya ratusan hektar per tahun tidak

ada pengaruh yang nyata terhadap lingkungan namun pada saat pengembangan

Universitas Sumatera Utara


sudah mencapai ratusan ribu hektar per tahun berpengaruh pada kualitas

lingkungan, terlebih-lebih tidak diterapkannya kultur teknis yang baik.

Berbagai usaha untuk mengurangi degradasi lingkungan pada perkebunan

kelapa sawit telah dilakukan, diantaranya adalah :

a. Mengurangi volume limbah

b. Menurunkan daya cemar limbah

c. Memanfaatkan limbah untuk memeproleh nilai tambah, misalnya daur ulang

biomassa di kebun.

Berbagai perangkat manajemen lingkungan untuk melindungi lingkungan

dan untuk mencapai industri kelapa sawit yang berkelanjutan telah dirintis seperti

diantaranya adalah AMDAL ekolabelling, cleaner production, Standar ISO 14000

dan audit lingkungan.

2.13.1. Industri Kelapa Sawit yang Berkelanjutan

Banyak definisi tentang pertanian berkelanjutan yang telah dikemukakan

namun salah satu definisi menyebutkan bahwa pertanian yang berkelanjutan

adalah yang produktif, kompetitif dan efisien, serta pada saat yang sama dapat

melindungi dan memperbaiki kondisi lingkungan alam dan masyarakat lokal.

Berdasarkan definisi tersebut, maka industri kelapa sawit yang berkelanjutan

paling tidak harus memenuhi tiga prinsip utama, yaitu:

1. Melindungi dan memperbaiki lingkungan alam (Environmental sound)

2. Layak secara ekonomi (Economically viable)

3. Diterima secara sosial (Socially accepted)

Universitas Sumatera Utara


Untuk mencapai hasil yang diharapkan maka ketiga prinsip tersebut harus

dilaksanakan secara terpadu. Sebagai contoh siklus tanam perkebunan kelapa

sawit minimum 25 tahun, dengan demikian maka kerangka berkelanjutan harus

berlangsung minimal 25 tahun.

2.14. Rancang Bangun Industrial Ecology (Industrial Metabolism)

Industrial Ecology is an emerging concepts for the promotion of

environmentally sound of manufacturing and composition. It aims to balance

indusatrial development with the sustainable use of natural resources (Van Barkel

et al 1997 in Development of an Industrial Ecology toolbox for the Introduction of

Industrial Ecology in Enterprice Journal Cleaner Production Vol.5 No 1-2 page

11-25 Eliver Science Ltd).

Pendorong “Industrial Ecology” di perusahaan adalah pendorong internal

dan eksternal. Pendorong Internal Bersifat Jangka Panjang adalah :

a. Komitmen manajemen untuk mempertimbangkan efek lingkungan yang

diakibatkan oleh produk dan proses produksi secara integral dari operasional

sistem produksi.

b. Keterlibatan karyawan di perusahaan.

c. Keterpihakan terhadap biaya.

d. Kesehatan dan keselamatan kerja.

Pendorong eksternal jangka pendek adalah :

a. Peraturan lingkungan (environmental legislation), ini diharuskan mematuhi

standar limbah cair, padat dan gas. Jadi, harus diawali dari pencegahan.

Universitas Sumatera Utara


b. Tekanan pasar.

c. Tekanan publik.

d. Pertanggungan produk (product liability) sehingga quality insurance dapat

memberikan kepercayaan yang dianut oleh metabolisme industri.

Dalam sistem dinamik elemen-elemen dari setiap subsistem dapat berupa

fenomena deterministik atau stochastik. Tapi adanya perlakuan dari sistem yang

perlu disiasati disebabkan faktor keraguan, ambiguitas dan serba abu-abu (samar),

maka perlu pendekatan fenomena fuzzy.

2.15. Pemodelan Sistem

Model adalah suatu representasi atau formalisasi dalam bahasa tertentu

dari suatu system nyata (realistis) (Bambang Sridadi. 2009). Pemodelan adalah

tahapan dalam membuat model dari suatu system nyata (realistis). Sedangkan

menurut Eriyatno(1989), pemodelan adalah terjemahan bebas dari istilah

modelling, yang dapat diartikan sebagai suatu perwakilan atau abstraksi dari

sebuah objek atau kondisi aktual. Tujuan dari studi model adalah menentukan

informasi yang dianggap penting untuk dikumpulkan, sehingga tidak ada model

yang unik. Suatu model dapat dikatakan baik apabila dapat mewakili berbagai

aspek penting dari realitas yang sedang dikaji serta memiliki atribut-atribut

fungsional yang penting (elemen dan fungsi utama) dari sistem yang sebenarnya.

Jenis-jenis model adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


1. Model Skala

Model skala adalah model yang dibuat biasanya dengan memperkecil skala

dari aslinya. Misalnya: model model, model pesawat terbang untuk uji

terowongan angin (wind tunnel).

2. Model Piktorial

Model Piktorial adalah model yang dibuat dengan menggambar rancangan

yang sebenarnya belum ada. Misalnya: desain gambar model baju, arsitek

menggambar rumah.

3. Model Verbal

Model verbal adalah model yang penelasannya dengan kata-kata. Misalnya:

proses inflasi tergantung dari beberapa faktor ekonomi makro, dijelaskan

dengan kata-kata baru dibuat diagram skematis.

4. Model Skematis

Model skematis adalah model yang melukiskan unsur-unsur sistem dalam

bentuk skema, petak-petak dan arus bang informasi. Model dapat berupa

diagram, seperti: diagram blok, DFD (Data Flow Diagram), CD (Context

diagram), Petri Net, Flowchart, PERT (Program Evaluation and Review

Technique). Model dalam bentuk skema statis, seperti: tabel, bagan, dan gantt

chart.

5. Model Simbolik (matematika)

Model simbolik (matematika) adalah model dalam bentuk persamaan

matematika, seperti: persamaan diffrensial, persamaan aljabar, persamaan

logika, dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara


6. Model Komputer

Model komputer adalah model dalam bentuk program computer yang ditulis

menggunakan bahasa computer tertentu, seperti : C, Pascal, Ada, dan lain-

lain.

Tahap pembuatan model mencakup hal, yaitu :

a. Asumsi model

b. Konsistensi internal struktur model

c. Data input untuk pendugaan parameter

d. Hubungan fungsional antar peubah kondisi aktual

e. Membandingkan model dengan kondisi aktual

Pada tahap implementasi komputer, model abstrak diwujudkan pada

berbagai bentuk persamaan, diagram alir dan diagram blok. Pada tahap ini dipilih

program aplikasi komputer yang sesuai dengan kebutuhan. Eriyatno (1989)

mengemukakan bahwa dengan berkembangnya penggunaan komputer, penerapan

simulasi dengan sistem-sistem yang rumit lebih memungkinkan. Setelah program

komputer dibuat untuk model abstrak secara memadai, maka sampailah pada

tahap verifikasi bahwa model komputer ini mampu melakukan simulai dari model

abstrak yang dikaji. Pengujian ini berbeda dengan uji validasi model.

Validasi model adalah usaha menyimpulkan bahwa model yang dibuat

merupakan perwakilan yang sah dari realitas yang dikaji. Umumnya validasi

model dimulai dengan uji sederhana seperti tanda aljabar, tingkat kepangkatan

dari besaran, format respons (linear, eksponensial, logaritmik dan sebagainya),

arah perubahan peubah apabila input atau parameter diganti-ganti, nilai batas

Universitas Sumatera Utara


peubah sesuai dengan nilai batas parameter sistem. Setelah uji-uji ini dilakukan

maka selanjutnya adalah dipakai uji statistik untuk mengetahui kemampuan model

dalam mereproduksi perilaku terdahulu dari sistem. Uji statistik ini dapat

memakai perhitungan koefisien determinasi, pembuktian hipotesa melalui analisa

sidik ragam dan lain-lain. Pada permasalahn yang kompleks dan mendesak

disarankan proses validasi partial. Proses validasi partial ini dikenal sebagai

proses verifikasi.

Tujuan dari sensitivitas model adalah untuk menentukan peubah keputusan

yang cukup penting untuk ditelaah lebih lanjut pada aplikasi model. Peubah

keputusan ini dapat berupa parameter rancang bangun atau input terkontrol.

2.16. Simulasi

Simulasi dapat didefenisikan sebagai penimitasian proses dan kejadian ril.

Imitasi dalam rangka penelitian, penyidikan, ataupun pengujian bersifat terbatas

dan terfokus pada suatu aktivitas atau operasi tertentudengan maksud untuk

mengetahui karakteristik, keadaan dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan

kehadiran dan keberadaan dari aktivitas dan peristiwa dalam bentuk ril

(Napitupulu. 2009).

Secara umum simulasi adalah suatu pendekatan masalah dengan

menggunakan model-model. Melalui model simulasi dapat dilakukan

eksperimentasi terhadap suatu sistem tanpa harus mengganggu atau mengadakan

perlakuan terhadap sistem yang diteliti dan kegagalan yang sering dialami pada

eksperimen biasa tidak akan dialami.

Universitas Sumatera Utara


Imitasi dalam simulasi menghasilkan model representasi dan suatu proses

atau operasi dan keadaan ril. Model sebagai imitasi disusun dalam bentuk yang

sesuai menyajikan sistem ril atas hal-hal tertentu yang perlu dipresentasikan

dengan maksud untuk menghadirkan tiruan dari kegiatan dan sistem ril. Sebagai

contoh model sistem antrian sebagai imitasi dari sistem pelayanan disusun untuk

menggambarkan posisi dari pelanggan menunggu didepan stasiun pelayanan.

Dalam proses pembangunan model simulasi komputer (Djojomartono,

1993) terdapat enam tahapan yang saling berhubungan yang harus diperhatikan,

yaitu

a. Identifikasi dan definisi sistem

b. Konseptual sistem

c. Formulasi model

d. Simulasi model

e. Evaluasi model

f. Penggunaan model dan analisis kebijakan.

Untuk melakukan simulasi dari sebuah model, diperlukan perangkat lunak

yang secara cepat dapat melihat perilaku dari model yang telah dibuat. Ada

berbagai macam perangkat lunak yang dapat digunakan untuk keperluan tersebut,

salah satunya adalah powersim.

Powersim digunakan untuk membangun dan melakukan simulasi dari

suatu model dinamik. Suatu model dinamik adalah kumpulan dari variabel-

variabel yang saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya dalam kurun

waktu. Setiap variabel berkorespondensi dengan suatu besaran yang nyata atau

Universitas Sumatera Utara


besaran yang dibuat sendiri. Semua variabel tersebut memiliki nilai numerik dan

sudah merupakan bagian dari dirinya (Muhammadi, 2001). Kerangka model

dinamik yang menggambarkan hubungan antar variabel, model sebagai imitasi

disusun dalam bentuk yang sesuai menyajikan sistem ril atas hal-hal tertentu yang

perlu dipresentasikan dengan maksud untuk menghadirkan tiruan dari kegiatan

dan sistem ril. Sebagai contoh model sistem antrian sebagai imitasi dari sistem

pelayanan disusun untuk menggambarkan posisi dari pelanggan menunggu

didepan stasiun pelayanan. Permodelan sistem dinamis dalam pengolahan limbah

cair untuk memperoleh biogas (CH4) dari kedatangan tandan buah segar kelapa

sawit sampai proses manufaktur dan pengolahan limbah sehingga dapat

menghasilkan energi terbarukan dapat dilihat pada Gambar 12.

Universitas Sumatera Utara


Perkiraan
S Ketersediaan TBS
Rendemen TBS dari kebun inti Jumlah S S
Rendemen TBS Kebun Plasma pada periode t Produksi CPO
Kuantitas TBS
Kebun Inti Gas
Kebun Inti Perkiraan Limbah
Ketersediaan TBS Cair
S
dari kebun Luar S
Rendemen TBS S pada periode t S
Kebun Luar S S Kuantitas TBS Jumlah Tenaga
Jumlah Kebun Luar Kerja Panen di
S S Air
Konsumsi Uap S S Kebun Inti Pada Limbah
Periode t Padat
Perkiraan
S Permintaan S Sluge
Konsumsi S
Jumlah CPO periode t
Energi Depresiasi S
Produksi Biaya Tenaga
Jumlah CPO Mesin Kerja Panen di
S Jumlah Biaya S S Cangkang
Konsumsi Air S Kebun Inti S
Persediaan Pengangkutan
S Tangki TBS Biaya S Biaya Tenaga S
Kuantitas TBS S S Timbun Depresiasi
ebun Plasma Kerja Panen di Tandan Serabut
Periode t S
Kebun Inti Kosong
S S
S O Keselutruhan
Perkiraan
Ketersediaan TBS % TBS yang Tidak S
S
dari kebun S Memenuhi S S
plasma pada Spesifikasi pada Total Biaya Jumlah Truk yang
periode t Periode t Kedatangan Dibutuhkan Pada S
Biaya
TBS Periode t Tandan
Kehilangan
S Minyak Buah Segar
S
Faktor Keseluruhan
Efektivitas Kerusakan S S
Umur Bahan
Biaya S Truk yang
Baku
TBS S Pengolahan Tersedia Pada
S S TBS per ton Periode t
Kebun Luar
pada periode t Biaya Jumlah
Bahan Baku Output Bahan S Kehilangan Kehilangan
Input Bahan Baku TBS Baku Minyak Minyak

S S
S Limbah
S S yang Siap
Bahan Jumlah Limbah Cair
Tambahan S Pesaing S S Diolah
Sisa
Produksi
Target Pasar S Disalurkan Keberhasilan
Kebutuhan S Jumlah Limbah Ke Tempat Jumlah Hasil
Masyarakat S Output Pengolahan Biogas
Produksi Inti S Cair
S Suhu Optimum S
Input S
Jam Kerja per S S S
Hari S W aste Suhu
S Gas Metana S
yang Akan S
S Limbah S S
Diolah S S S
Jam Tenaga Mesin dan Hasil
Modal
Kerja Energi Peralatan Pengolahan II
S
S
S S S Hasil
S S S Pengolahan II
Jumlah Tenaga Pengolahan I
S S S S Kedalaman
Kerja Energi Energi Metana
Nilai S
Metana Pengolahan I S
Jumlah Jam Kerja per Luas Kedalaman PH
Jumlah Mesin
Energi Hari Permukaan
Utama Optimum Energi S
PH Optimum
tiap Jam Tambahan tiap
S Ton
Luas
S Permukaan

Gambar 12. Kerangka Model Dinamik dalam Pengolahan Limbah Cair


Pabrik Kelapa Sawit

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai