Anda di halaman 1dari 1

\REPUBLIKA.CO.

ID, JAKARTA -- Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyatakan angka


kematian ibu di Indonesia masih tinggi, karena permasalahan kesehatan yang kian besar dari
tahun ke tahun.

"Pada 2014 angka kematian ibu ditargetkan turun 118 per 100.000 kelahiran hidup dari 359
per 100.000 kelahiran hidup pada 2012 yang mengalami peningkatan yang tinggi," kata
Ketua Umum Pengurus Besar IDI, Dr. Zaenal Abidin di Jakarta, Rabu Malam.

Ia menjelaskan, berdasarkan data WHO, pada 2009 jumlah kematian di dunia mencapai 58
juta orang, dimana 35 juta orang atau 80 persen kematian terjadi di negara-negara
berkembang termasuk Indonesia. "Peningkatan angka kematian ini karena masih banyaknya
permasalahan kesehatan seperti gizi kurang dan meningkatnya penyakit tidak menular di
masyarakat," ujarnya.

Ia mengatakan, kematian ibu yang tinggi ini juga karena tidak tuntasnya masalah hulu yang
menyebabkan masyarakat belum sempat memikirkan bagaimana membangun ketahanan dan
kedaulatan di sektor kesehatan. Padahal, kata dia, tidak ada negeri bisa utuh, selamat untuk
bertahan tanpa menjadikan masyarakat yang sehat.

"Ketidakadilan pembangunan kesehatan ini dapat berpotensi menjadi ancaman disintegrasi di


Indonesia," ujarnya.

Sekalipun, kata dia, bila ditengok sejarah jatuhnya kerajaan Jawa (Mataram) yang punya
kekuasaan terbesar di nusantara buka karena disparitas pembangunan kesehatan, melainkan
karena kerendahan martabat elit negeri. Untuk itu, kata dia, diharapkan untuk lebih
memperhatikan sektor pembangunan kesehatan yang lebih berkualitas untuk menekan angka
kematian ibu ini.

"Salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yaitu penurunan angka
kematian ibu, sehingga pemerintah harus lebih mengoptimalkan pembangunan kualitas
kesehatan, ekonomi dan sumber daya manusia yang baik," ujarnya.

Anda mungkin juga menyukai