Anda di halaman 1dari 45

MODUL 3

PROSEDUR PERAWATAN DENGAN GTSL

SKENARIO 3

Kok cetak lagi ?

Ny. Elasti ( 56 tahun ) dating ke tempat praktik drg. Algi untuk dibuatkan gigi
tiruan karena sudah banyak kehilangan gigi sejak 15 tahun yang lalu. Pemeriksaan
intraoral menunjukkan kehilangan gigi 16, 15, 14, 12, 11, 21, 26, 27, 35, 36, 37, 38,
44, 45, 46, 47, 48; karies media di mesiodistal gigi 17; radiks 34, 35; mobility grade 1
gigi 21, 41, 42; grade 2 dan ekstrusi gigi 31. Kalkulus terdapat hampir disemua
region sehingga oedema hampir diseluruh gusi. Setelah Ny. Elasti setuju untuk
dibuatkan gigi tiruan lepasan berbahan akrilik, drg. Algi mencatat warna gigi Ny.
Elasti yang masih tersisa.

Drg. Algi lalu mencetak Ny. Elasti dan menjelaskan akan dilakukan
pencetakan lagi dan pengukuran dimensi vertical. Ny Elasty bingung mengapa harus
dicetak lagi. Akhirnya drg. Algi dengan sabar menjelaskan semua prosedur klinis dan
laboratories dalam pembuatan GTSL yang harus dilakukan. Bagaimana saudara
menjelaskan kasus diatas ?

Pokok elaborasi :

1. Pencetakan dengan teknik double impression


2. Pembuatan sendok cetak fisiologis

1
Langkah 1. Mengklarifikasi terminology yang tidak diketahui dan
mendefinisikan hal-hal yang dapat menimbulkan kesalahan interpretasi

Dimensi vertikal : jarak vertikal rahang atas dan rahang bawah yang dapat memberikan ekspresi
normal pada wajah seseorang.

Langkah 2. Menentukan masalah

1. Apa saja prosedur dalam perawatan GTSL ?


2. Kenapa dilakukan 2 kali pencetakan ?
3. Apa teknik pencetakan yang dilakukan ?
4. Hal apa saja yang harus diperhatikan dalam pencetakan ?
5. Bagaimana proses dalam pencetakan GTSL ?
6. Mengapa drg mencatat warna gigi pasien ?
7. Apa saja yang dipertimbangkan dalam pemilihan gigi artifisial ?
8. Apa tujuan pengukuran dimensi vertikal ?
9. Bagaimana cara menentukan dimensi vertikal ?
10. Bagaimana cara menentukan arah pasang pada GTSL ?

Langkah 3. Menganalisis masalah melalui brain storming dengan menggunakan


prior knowledge

1. Prosedur perawatan GTSL


a. Prosedur praprostetik : berupa mouth preparation
b. Prosedur prostetik :
- pencetakan model study
- pencetakan fungsional
- pembuatan basis dan biterim
- uji coba kesejajaran biterime

2
- penentuan dimensi vertikal dan relasi sentrik
- pemasangan model kerja di articulator
- pemilihan dan pemasangan gigi artifisial
- try in gigi tiruan malam
- flasking
- insersi
- kontrol

2. Pencetakan dilakukan 2 kali dikarenakan :


- pencetakan pertama sebagai model study ( anatomis )
- pencetakan kedua sebagai model kerja ( fisiologis )

3. Teknik pencetakan yang dilakukan dapat berupa :


- Single mix technique
- Double mix technique, menggunakan ZnOE, shellac, alginate

4. Hal yang harus diperhatikan dalam pencetakan yaitu :


- Bahan cetak
- Pemilihan sendok cetak
- Mencetak seluruh bagian anatomis

5. Proses dalam pencetakan GTSL :


- Single impression
 Menggunakan rubber base
 Pembuatan sendok cetak pribadi dari self curing acrylic
 Pencetakan dengan rubber base
- Double impression
 Pembuatan sendok cetak pribadi dari Shellac
 Muscle trimming dengan stick compound
 Pencetakan daerah edentulous dengan ZnOE paste

3
 Penempatan kembali cetakan ZnOE dalam mulut
 Pencetakan menggunakan alginate dengan sendok cetak stock
tray

6. Drg mencatat warna gigi pasien untuk membantu pemilihan gigi anasir yang
digunakan, untuk hasil yang estetik serta menentukan keberhasilan dan
kegagalan.

7. Pertimbangan dalam pemilihan gigi artifisial yaitu :


- Warna gigi
- Usia pasien
- Jenis kelamin
- Pekerjaan
- Bentuk wajah
- Lengkung rahang
Pemilihan gigi artifisial dilakukan dengan shade guide dengan cahaya
yang natural, seperti dibawah sinar matahari

8. Tujuan pengukuran dimensi vertikal yaitu :


- Untuk membangun hubungan oklusi yang harmonis
- Kenyamanan dan estetika pasien
- Menentukan relasi sentrik
- Menentukan free way space
- Jika tidak diukur, bisa merusak residual ridge, TMJ, gigi-geligi, dan
menurunkan efisiensi mastikasi

9. Cara menentukan dimensi vertikal yaitu :


- Mengatupkan RA dan RB sampai oklusi sentrik
- Fiksasi biterim dan pindahkan ke articulator

4
- Pada kasus Kls 3 dan 4 Kennedy, dilakukan dengan interoklusal wax

10. Cara menentukan arah pasang GTSL dilakukan pada saat surveying untuk
mendapatkan undercut, sehingga bisa didapatkan arah pemasangan GTSL.
Bisa berupa zero tilting, lateral, atau anteroposterior

5
Langkah 4. Membuat skema atau diagram dari komponen-komponen
permasalahan dan mencari korelasi dan interaksi antar masing-masing
komponen untuk membuat solusi secara terintegrasi.

Ny. Elasti ( 56 th )

Drg. Algi

IO EO

Missing gigi 16, 15, 14, 12, 11,


21, 26, 27, 35, 36, 37, 38, 44,
45, 46, 47, 48. karies media di
mesiodistal gigi 17; radiks 34,
35; mobility grade 1 gigi 21,
41, 42; grade 2 dan ekstrusi
gigi 31, kalkulus semua regio,
oedema hampir disemua
gingiva

Perawatan dengan
GTSL akrilik

Prosedur pembuatan
GTSL

Pencetakan surveying Penentuan Pemilihan dan


hubungan rahang penyusunan
gigi arttifisial

6
Langkah 5. Memformulasikan tujuan pembelajaran

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang prosedur pembuatan


GTSL
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang prosedur pencetakan
dalam GTSL
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang surveying
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang cara penentuan
hubungan rahang
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pemilihan dan
penyusunan gigi artifisial

Langkah 6. Mengumpulkan informasi di perpustakaan, internet, dan lain-lain.

Langkah 7. Sintesis dan uji informasi yang telah diperoleh

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang prosedur pembuatan


GTSL
a. Prosedur Diagnostik

Untuk menegakkan diagnosa terlebih dahulu dilakukan anamnesa terhadap


keluhan pasien, riwayat kesehatan umum, riwayat kesehatan gigi dan mulut
khususnya pengalaman pasien terhadap perawatan prostodontik sebelumnya serta
harapan pasien terhadap gigitiruan yang akan dibuat. Dokter gigi juga harus
mengevaluasi sikap mental pasien terhadap perawatan gigitiruan.

Prosedur pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan ekstra oral dan


pemeriksaan intra oral. Pemeriksaan ekstra oral meliputi bentuk wajah, profil, bentuk
bibir dan sendi temporomandibular. Pemeriksaan intra oral dilakukan secara visual,
palpasi, perkusi, sonde, termis dan rontgen foto terhadap gigi, jaringan lunak rongga

7
mulut, jaringan periodonsium, residual ridge dan saliva. Pemeriksaan terhadap gigi
meliputi gigi yang hilang, oklusi, warna gigi, oral hygiene, kondisi gigi yang tinggal
apakah terdapat karies, restorasi, mobility, elongasi, malposisi, atrisi dan vitalitas
gigi.

Pemeriksaan radiografik berfungsi untuk mengevaluasi struktur tulang


alveolar gigi penyangga, evaluasi morfologi, panjang dan jumlah akar gigi
penyangga, memeriksa adanya lesi karies, sisa akar gigi, gigi terpendam, resorpsi
maupun sclerosis tulang alveolar dan kelainan periapikal, serta mengevaluasi
perawatan gigi yang telah dilakukan baik tambalan maupun perawatan saluran akar.

Pembuatan model diagnostik yang ditanam pada artikulator perlu dilakukan


untuk membantu dalam mendiagnosa dan menentukan rencana perawatan. Tujuan
dari pembuatan model diagnostik meliputi:

 Digunakan sebagai tambahan pada pemeriksaan rongga mulut dari oklusi bagian
lingual, derajat overclosure, dan besar ruang interoklusal
 Digunakan untuk survey lengkung rahang pada pembuatan GTSL.
 Digunakan untuk gambaran gigitiruan yang dibutuhkan.
 Digunakan sebagai referensi tetap dalam persiapan kerja seperti tipe restorasi, daerah
permukaan gigi yang dimodifikasi, lokasi restdan desain gigitiruan serta menentukan
arah memasang dan melepas gigitiruan.

Penegakan diagnosa dibuat berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah


dilakukan, kemudian ditentukan rencana perawatan yang dirinci selengkap mungkin
mencakup perawatan pendahuluan dan desain perawatan yang akan dilakukan sesuai
dengan kebutuhan pasien.

Perawatan pendahuluan bertujuan untuk mengadakan sanitasi rongga mulut


dan menciptakan kondisi oklusi normal yang menjamin kesehatan gigi dan jaringan
pendukungnya meliputi tindakan bedah pra prostetik, perawatan konservasi,
perawatan periodontik dan perawatan orthodontik.

8
Desain perawatan yang akan dilakukan meliputi penentuan gigi penyangga
dan menentukan desain GTSL. Seluruh hasil pemeriksaan, diagnosa dan rencana
perawatan dituliskan pada kartu status pasien (dental record)

Diagnosa dan rencana perawatan untuk rehabilitasi rongga mulut yang


kehilangan sebagian gigi, mempunyai beberapa pertimbangan, antara lain kontrol
karies dan penyakit periodontal, pemulihan gigi pasien, pemulihan dan
mengharmoniskan hubungan oklusal dan penggantian gigi yang hilang.

b. Pencetakan Anatomis

Pencetakan anatomis dilakukan sebelum preparasi mulut dengan


menggunakan bahan irreversible hidrokolloid. Sendok cetak harus dipilih dengan
ukuran 4-5 mm lebih besar dari ukuran rahang yang akan dicetak. Sendok cetak ini
ada yang berlubang dan tidak berlubang, sesuai dengan bahan cetaknya. Jenis sendok
cetak menurut bagian rahang yang akan dicetak meliputi normal stock tray untuk
kehilangan gigi paradental, depressed anterior tray untuk kasus Klas I Kennedy dan
sendok cetak untuk sebagian rahang. Hasil cetakan harus segera diisi dengan bahan
dental stone dan dilakukan trimming untuk mendapatkan model studi.

c. Pencetakan Fisiologis

Pencetakan fisiologis dilakukan setelah preparasi mulut berfungsi untuk


mendapatkan model kerja. Pada GTSL indikasi untuk pencetakan fisiologis adalah
gigitiruan dengan perluasan distal terutama untuk lengkung rahang Klas I dan Klas II
Kennedy. Sendok cetak fisiologis dibuat dari bahan resin akrilik swapolimerisasi atau
visible light cured resin akrilik

d. Penentuan Hubungan Rahang

Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan dimensi


vertikal dan relasi sentrik pada kehilangan gigi sebagian yang sangat bergantung pada
gigi geligi dan jaringan yang masih tersisa.

9
 Penentuan Dimensi Vertikal

Apabila terdapat cukup banyak gigi antagonis berkontak yang dapat


menunjukkan hubungan rahang yang sebenarnya dan rentang daerah tak bergigi
cukup pendek, maka dimensi vertikal dapat ditentukan dengan cara mengatupkan
model rahang atas dan rahang bawah hingga mencapai oklusi kemudian difiksasi
dengan sticky wax sampai pemasangan pada artikulator selesai dilakukan.

Pada kasus Kelas III atau Kelas IV Kennedy, dengan kondisi gigi antagonis
tidak memungkinkan untuk mengatupkan model rahang tersebut, maka dalamkeadaan
ini penentuan hubungan rahang dilakukan dengan menggunakan bahan pencatat
interoklusal wax, yaitu metallic oxide paste dan wafer bite wax.

Bila ada satu atau lebih daerah free end yang cukup lebar atau gigi yang
tersisa sudah saling tidak berkontak, maka penentuan hubungan rahang dilakukan
dengan bantuan basis dan oklusal rim. Basis dan oklusal rim ditempatkan pada daerah
yang tidak bergigi, kemudian pasien diinstruksikan untuk menutup rahangnya dalam
hubungan antar tonjol maksimum. Oklusal rim disesuaikan hingga mencapai dimensi
vertikal yang tepat.

Setelah dikeluarkan dari mulut, oklusal rim dipasang kembali pada model
kerja. Lakukan pemeriksaan apakah hubungan rahang pada model kerja telah sesuai
dengan yang diperoleh di dalam mulut.

Sedangkan pada kasus yang tidak memiliki kontak oklusal sama sekali
diantara gigi yang masih tersisa, misalnya apabila hanya terdapat gigi anterior pada
kedua rahang dan GTP rahang atas harus dibuat bersamaan GTSL rahang bawah,
maka prosedur penentuan hubungan rahang yang dilakukan sama seperti penentuan
hubungan rahang pada GTP dan dengan menggunakan basis dan oklusal rim.

 Penentuan Relasi Sentrik

Hubungan horizontal rahang (relasi sentrik atau oklusi sentrik) yang akan
menjadi patokan untuk restorasi yang akan dibuat, sebaiknya ditetapkan selama

10
proses diagnosa dan rencana perawatan. Hal ini dilakukan setelah preparasi mulut dan
penyesuaian oklusi gigi asli selesai dilaksanakan. Dengan demikian, pada saat
penentuan hubungan rahang, akan dijumpai salah satu keadaan berikut ini:

1) Relasi sentrik bertepatan dengan oklusi sentrik, restorasi akan dibuat dalam hubungan
relasi sentrik.
2) Relasi sentrik tidak bertepatan dengan oklusi sentrik, restorasi akan dibuat dalam
hubungan oklusi sentrik.
3) Gigi posterior tidak berkontak, restorasi akan dibuat dalam hubungan relasi sentrik.
4) Tidak terdapat gigi posterior pada salah satu atau kedua rahang dan gigi tiruan akan
dibuat dalam hubungan relasi sentrik.

Apabila masih terdapat cukup banyak gigi yang beroklusi, biasanya relasi
sentrik dapat ditentukan dengan cara mengatupkan model rahang atas dan rahang
bawah sehingga akan diperoleh hubungan kontak gigi dengan gigi.

Sebaliknya pada kasus yang masih memiliki beberapa gigi tetapi tidak
memiliki oklusal stop lagi, harus dibuat basis dan oklusal rim untuk memperoleh
hubungan rahang atas dan rahang bawah. Hubungan ini kemudian dipindahkan ke
artikulator.

e. Pemilihan Warna Anasir Gigitiruan Sebagian Lepasan

Penentun warna anasir gigitiruan sebagian lepasan, dapat disesuaikan dengan


warna gigi yang masih ada serta usia pasien. Pemilihan warna gigi dilakukan dengan
bantuan shade guide dan dibawah cahaya yang berasal dari sinar matahari karena
sinarnya merupakan sinar alamiah. Usia dapat juga dijadikan sebagai pedoman.
Pasien dengan usia tua memiliki warna gigi lebih gelap dibanding usia muda.

f. Pasang Percobaan Gigitiruan Sebagian Lepasan

Pemeriksaan pertama dilakukan pada model kerja dalam keadaan terpasang


pada artikulator untuk memastikan bahwa konstruksi, kecekatan dan penampilan gigi
tiruan yang dibuat tekniker sesuai dengan desain yang diresepkan dokter gigi.

11
Adaptasi dasar gigitiruan terhadap model kerja harus baik terutama pada GTSL
kerangka logam.

Untuk GTSL akrilik, prosedur pasang percobaan biasanya dilakukan dalam


bentuk wax. Pemeriksaan yang dilakukan pasang percobaan wax ini meliputi adaptasi
dan kecekatan dari basis dan komponen-komponen gigitiruan, retensi dan stabilisasi,
oklusi, dimensi vertikal oklusal, posisi gigi, artikulasi, estetik dan permukaan poles.

Bila gigi tiruan dari kerangka logam, pemeriksaan yang dilakukan meliputi
retensi dan stabilisasi, kemudian perlu diperhatikan kontak antara kerangka logam
terhadap jaringan lunak rongga mulut maupun tepi gigi penyangga dan hubungan
antara konektor plat dengan gigi antagonis. Pemeriksaan ini dilaksanakan sebelum
pemasangan sadel dan anasir gigitiruannya untuk memudahkan pemeriksaan
kecekatan antara retainer dengan permukaan gigi penyangga dan memudahkan
penyesuaian kerangka logam bila perlu dilakukan. Pada kasus yang memakai
kerangka logam pada kedua rahangnya, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan oklusi
gigi yang masih ada, setelah itu pemeriksaan gigitiruan harus dilakukan satu persatu
secara terpisah, kemudian oklusi dan artikulasi diperiksa setelah kedua gigitiruan
berada pada rongga mulut.

Bila akan dilakukan modifikasi, pekerjaan ini biasanya dikirim ke


laboratorium dan perlu dikonsultasikan terlebih dahulu dengan pasien apabila
terdapat perubahan-perubahan yang akan dilakukan mengenai posisi, bentuk, ukuran
maupun warna gigi. Apabila telah memenuhi aspek estetik dan oklusi, wax Gigitiruan
dikirim kembali ke laboratorium untuk proses selanjutya.

g.Pemasangan Gigitiruan Sebagian Lepasan

Setelah gigitiruan selesai diproses, perlu dilakukan pemeriksaan pada


permukaan yang menghadap ke jaringan mulut dan permukaan yang dipoles harus
bebas dari gelembung serta goresan tajam untuk menghindari trauma pada mukosa
serta tumpukan plak. Pemeriksaan juga dilakukan pada komponen gigitiruan meliputi

12
konektor, retainer, cangkolan dan sadel, bila tajam dapat melukai jaringan rongga
mulut.

Gigitiruan harus dapat dipasangkan pada rongga mulut tanpa tekanan atau
paksaan. Hambatan pada permukaan gigi atau jaringan yang dijumpai pada saat
pemasangan dapat dihilangkan dengan cara pengasahan permukaan gigitiruan dengan
memperhatikan kontak antara permukaan gigi atau jaringan dengan gigitiruan jangan
sampai menjadi rusak atau hilang. Setelah gigitiruan dapat dimasukkan ke dalam
mulut, dilakukan pemeriksaan terhadap stabilitas gigitiruan, oklusi, artikulasi, estetik
dan kecekatan serta ketepatan kontak bagian-bagian gigitiruan dengan jaringan keras
maupun lunak rongga mulut.

Edukasi kepada pasien sangat penting dilakukan mengenai cara memasang


dan melepas serta merawat gigitiruan yang dipakainya, cara menjaga kesehatan mulut
serta gigi yang masih ada dan gangguan yang mungkin timbul akibat pemakaian
gigitiruan. Pasien dianjurkan untuk memakai gigitiruan selama 24 jam setelah
pemasangan untuk menyesuaikan gigitiruan di dalam rongga mulut.

h. Pemeriksaan Pasca Pemasangan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Pemeriksaan dijadwalkan seminggu setelah pemasangan gigitiruan.Perlu


ditanyakan kepada pasien mengenai permasalahan kenyamanan dan fungsi gigitiruan,
kemudian lakukan pemeriksaan pada jaringan lunak rongga mulut apakah terdapat
ulserasi atau eritema serta oklusi dengan articulating paper.

Pasien juga perlu diberitahu bahwa setelah pemakaian beberapa waktu,


gigitiruan pasti mengalami perubahan begitu pula bagian tertentu dari jaringan rongga
mulut pasien sehingga perlu dilakukan pemeriksaan berkala minimal dua kali dalam
setahun untuk mencegah terjadinya kerusakan lanjut yang mungkin timbul seperti
karies maupun penyakit periodontal

1. Perawatan preprostetik / pendahuluan adalah tindakan yang dilakukan terhadap gigi,


jaringan lunak dan keras untuk mempersiapkan rongga mulut menerima gigi tiruan.

13
i. Bedah preprostetik

Semua perawatan bedah preprostetik harus dilakukan sesegera mungkin


karena semakin jauh jarak antara bedah dengan prosedur prostetik, semakin baik
penyembuhan pasca bedah dan semakin stabil gigi tiruan yang dibuat.

 Ekstraksi

Gigi yang perlu diekstraksi adalah gigi yang akan mengganggu perawatan prostetik,
seperti

o Gigi yang tinggal akarnya saja,


o Gigi malposisi yang tidak bia dilakukan perawatan ortho
o Gigi impaksi yang dapat membahayakan jaringan periodontal. Namun, gigi
impaksi asimtomatik yang tertutup tulang pada orang tua dan tidak memiliki
kondisi yang patologis dapat dibiarkan untuk mempertahankan morfologi
lengkung rahang, tapi harus dicatat pada rekam medis pasien dan diinformasikan
pada pasien.
 Alveolektomi
 Augmentasi linggir
 Pemotongan jaringan flabby
 Bedah periodontal
o Frenektomi untuk frenulum yang perlekatannya sampai ke puncak alveolar
o Gingivektomi
o Reposisi flap
ii. Periodontal

Merupakan perawatan yang selalu dilakukan sebelum perawatan prostodontik.

 Scaling dan root planning


 Penyesuaian oklusal dengan selective grinding
 Bedah priodontal
 Splinting gigi yang mobile

14
 Perbaikan restorasi/tambalan yang overhanging
iii. Konservasi
 Penambalan
 Perawatan endodontik
 Preparasi pada oklusa untuk occlusal rest jika terjadi traumatic occlusion.
 Rekonturing bentuk gigi
iv. Ortodontik

Perawatan ortodontik dilakukan pada:

 Desain gigi tiruan yang memaksa gigi yang miring sebagai abutment
 Adanya keluhan psikologis dan estetis pasien
 Untuk melakukan pergerakan minor gigi abutmen ke posisi yang sesuai

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang prosedur pencetakan


dalam GTSL

Pencetakan rahang adalah tiruan bentuk negatif dari jaringan rongga mulut yang
merupakan jaringan pendukung gigitiruan. Cetakan dilakukan untuk mendapatkan
model yang merupakan bentuk tiruan yang sesuai dengan bentuk dan ukuran jaringan
rongga mulut. Cetakan harus mencakup semua jaringan pendukung sesuai dengan
batas-batas kesehatan dan pergerakan jaringan pendukung dan jaringan pembatas
gigitiruan sehingga batas pinggir gigitiruan harmonis atau sesuai dengan batasan
anatomis dan fisiologis dari struktur rongga mulut, selain itu juga harus terdapat
ruangan yang cukup untuk penempatan bahan cetak pada sendok cetak fisiologis.
Banyak bahan cetak yang sering digunakan pada prostetik dentistry yang
diklasifikasikan, seperti :
1. Bahan yang kaku.
- Plaster of paris.
- Paste oxide metalic.

15
2. Bahan termoplastik.
- Modeling plastik.
- Bahan cetak malam
- Resin
3. Bahan cetak elastik.
-Reversible hidrokolloid (agaragar).
- Irreversible hidrokolloid (alginate).
4. Bahan cetak mercaptan rubber-base (thiokol)
- Bahan cetak silikon.
- Polyeter.

Secara umum, bahan cetak dapat diklasifikasikan atas bahan-bahanelastik dan non
elastik. Bahan-bahan elastic terbagi atas hidrokoloid dan elastomer, sedangkan bahan
non elastik terdiri dari plaster of paris, komponen cetak, pasta zinc oxide eugenol dan
malam cetak. Sebelum dilakukan pengambilan cetakan pada pasien, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan :
A. Pemilihan bahan cetak
Bahan cetak yang dapat digunakan :
1. Irreversible hidrokolloid.
Bahan ini tidak dapat dipakai lebih dari satu kali setelah dipakai. Digunakan untuk
model diagnostik.
Contoh : Alginate.
2. Reversible hidrokolloid.
Bahan cetak ini dapat dipakai berulang-ulang. Hasil cetakan yang diperoleh lebih
akurat.
Contoh : Agar, Stent.

Perbedaan antar reversible hidrokolloid dengan irreversible hidrokolloid adalah :


1. Reversible hidrokolloid berubah dari bentuk gel (liat) ke sol (padat), mempunyai
dimensi yang lebih stabil setelah dikeluarkan dari mulut.

16
2. Irreversible hidrokolloid menjadi gel melalui reaksi kimia dari hasil
pencampuran antara bubuk dan air.

B. Pemilihan sendok cetak


1. Harus sesuai dengan bentuk lengkung rahang, bila diletakkan dalam mulut harus
ada selisih ruangan kira-kira 4-5 mm.
2. Harus sesuai dengan bahan cetaknya, jika memakai alginate harus memakai
sendok cetak yang berlubang atau yang memakai spiral ditepinya.
3. Sayap sebelah lingual sendok cetak rahang bawah dapat diperpanjang dengan
malam untuk memperluas di bagian posterior.

Teknik mencetak
Teknik mencetak dengan penekanan yang selektif antara gigi dan jaringan pendukung
:
1. Teknik mukokompresi : jaringan lunak mulut di bawah penekanan.
Pencetakan dilakukan dengan menggunakan bahan yang mempunyai
viskositas tinggi, sehingga tekanan lebih dibutuhkan ke arah mukosa di
bawahnya.
2. Teknik mukostatis : jaringan lunak mulut berada dalam keadaan istirahat.
Pencetakan yang demikian dilakukan dengan menggunakan bahan yang
mempunyai viskositas yang sangat rendah, dimana hanya sejumlah kecil
tekanan yang dibutuhkan, sehingga pada keadaan ini sedikit atau tidak ada
sama sekali terjadi pergerakan dari mukosa.

Untuk pembuatan GTSL ini dibuat dua model, yaitu :


1. Studi model.
Pada model studi ini dapat dipelajari apa yang akan dilakukan antara lain :
- Gigitiruan apa yang akan dibuat.
- Pemilihan gigi penyangga.

17
- Macam cangkolan yang akan dibuat.4
- Untuk melihat apakah masih ada gigi-geligi yang perlu diasahuntuk
memperbaiki oklusi.
2. Model kerja.
Pada model kerja ini dapat ditentukan desain gigitiruan berdasarkan hasil
survei pada model tersebut, seterusnya dapat dilakukan pembuatan gigitiruan
pada model ini.

Kemungkinan penyebab ketidak-akuratan model :


1. Berubahnya bahan cetak hidrokolloid
a. Memakai sendok cetak yang tidak kaku.
b. Bahan cetak sebagian keluar dari sendok cetak.
c. Srinkage/mengkerut karena kering (kekurangan air).
d. Mengembang karena menyerap air.
e. Bergeraknya bahan cetak sebagian dari sendok cetak.
2. Perbandingan antara air dan bubuk yang terlalu tinggi.
3. Pencampuran (penuangan) yang tidak benar, karena kurang digetarkan sewaktu
pengisian model.
4. Terlalu cepat melepaskan model dari cetakan.
5. Terjadinya kegagalan memisahkan model dari cetakan dalam waktu yang lama.

Sendok Cetak Individu/Perorangan


Model diagnostik harus tepat untuk persiapan pada pembuatan
sendok cetak individu. Bagaimanapun, jika dipakai sendok cetak pabrik adalah tidak
tepat untuk melakukan pencetakan individu pada lengkung rahang. Terutama untuk
lengkung rahang Klas I Kennedy atau gigi tiruan dengan perluasan distal biasanya
dibuat sendok cetak individu. Sendok cetak individu dibuat dari bahan resin akrilik
swapolimerisasi dan digunakan untuk pencetakan akhir, ukuran dan bentuknya dibuat
dengan batas yang sesui, sendok cetak mempunyai oklusal stop.

18
Cara membuat sendok cetak individu
1. Gambarkan pada model diagnostic dengan pensil. Sendok cetak harus
mencakup seluruh gigi dan jaringan lunak. Harus tepat untuk memperoleh
perlekatan otot, perlekatan frenulum. Buat daerah posterior palatal seal pada
model dan majukan ± 1mm pada garis yang telah digambarkan samapai
perluasan di bagian posterior.
2. Lapis satu lembar malam di atas permukaan jaringan dan gigi-geligi pada
model sebagai ruang/spacer untuk bahan cetak.
3. Lapiskan kembali satu lembar malam diatas gigi-geligi bila bahan cetak yang
digunakan irreversible hidrokolloid (alginate). Pada tahap ini tidak dilakukan
jika bahan cetak yang diguanakan adalah rubber base
3. atau bahan cetak tipe silikon.
4. Buka bagian dari insisal edge pada gigi insisivus sentral sebagai penghentian
bagian anterior (stopper) bila sendok cetak dimasukkan ke mulut.
5. Oleskan permukaan model yang berkontak dengan bahan resin akrilik
sapolimerisasi dengan bahan separasi.
6. Campur resin akrilik swapolimerisasi dan adaptasikan ke model dengan jari,
menutupi malam spacer dan daerah palatal seal, bentuk sesuai dengan ukuran
dan ketebalannya merata.
7. Buat tangkai dari resin swapolimerisasi atau kawat untuk memudahkan dalam
melakukan pencetakan.
8. Setelah resin swapolimerisasi mengeras, lepaskan sendok cetak individu dari
model.
9. Sempurnakan tepi sendok cetak.
10. Cobalah dalam mulut pasien, dan periksa apakah sendok cetak perlu
disempurnakan sebelum dilakukan border molding dan pencetakan fisiologis.

19
Border Molding

Prosedur border molding dilakukan pada daerah edentulus untuk membentuk


tepi yang cocok dengan gerakan fisiologis dari struktur anatomi pembatas gigitiruan,
dengan menggunakan green stick compound dan wax spacer masih berada pada
sendok cetak selama prosedur border molding berlangsung.

Setelah prosedur border molding selesai, wax spacer dibuang dari permukaan
dalam sendok cetak fisiologis kemudian dibuat lubang dengan round bur nomor 8
berjarak 5 mm kecuali pada daerah groove alveolar apabila akan dilakukan
pencetakan dengan bahan irreversible hidrocolloid.

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang surveying


Surveying
Surveying adalah suatu prosedur diagnostik untuk menganalisis, menentukan,
menggambarkan kontur terbesar dan undercut dari gigi penjangkaran dan struktur
jaringan yang berhubungan dengan gigi tiruan sebelum desain ditetapkan dengan
menggunakan alat yang dinamakan surveyor.

Tujuan Surveying
1. Menentukan lingkaran terbesar dari gigi penyangga dalam menentukan posisi
cangkolan yang tepat pada gigi penyangga.

2. Menentukan permukaan gigi dan jaringan lunak yang perlu di block out.

2. Mengindentifikasi permukaan proksimal gigi agar dapat dibuat sejajar sehingga


dapat bertindak sebagai guiding plane sewaktu pemasangan dan pelepasan atau
untuk menentukan dataran penunjuk sehingga gigitiruan dapat dipasang dengn
mudah.

3. Mengukur derajat undercut pada gigi penyangga, posisi lengan cangkolan dan
resilience yang diperlukan.

20
4. Menentukan arah pasang dan arah lepas.

5. Mencatat posisi model yang berhubungan dengan arah pasang yang telah
ditentukan.

6. Membantu menentukan prosedur restorasi yang mungkin diperlukan pada gigi


penyangga

Surveyor

Surveyor adalah alat yang digunakan untuk menentukan pararelisme


relatif dari dua atau lebih permukaan gigi atau bagian lain dari tuangan pada lengkung
gigi. Selain itu juga digunakan untuk preparasi restorasi gigi seperti lepasan dan
jembatan fixed dan dentur dari model gigi dari pasien.

Kegunaan Surveyor adalah:


1. Menguji paralelisasi dari preparasi-preparasi gigi.
Paralelisasi dari gigi FPD yang dipreparasi dapat dievaluasi dengan surveyor
gigi.
2. Membuat diagnosa surveying
Satu kegunaan utama dari surveyor gigi adalah untuk meneliti pembuatan
diagnose untuk :
- Membentuk kontur dan jaringan lunak/keras dari gigi ketika dibentuk oleh
RPD,
- Rencana modifikasi dari gigi dan jaringan lunak/keras untuk RPD,
- Menguji preparasi yang cukup komplit.
3. Pola kontur wax (lilin) untuk mahkota.
Pola wax untuk mahkota dapat dikontur dengan potongan khusus menggunakan
surveyor gigi. Terutama untuk pembentukan mahkota dari gigi penyangga untuk
RPD.
4. Kontur Mahkota

21
Permukaan mahkota metal dan porselen dapat di kontur untuk mencapaai
pemotongan khusus menggunakan bur pada untuk keamanan handpiece untuk
keamanan pada vertikal spindel dari surveyor gigi. Proses dari pemotongan
permukaan mahkota secara paralel untuk memberi jalan kecil pada penempatan
dari RPD menggunakan bur yang disebut MILLING.
5. Ketika menggunakan alat presision dan semipresision.
Surveyor gigi digunakan untuk meluruskan alat presision dan semipresision.
6. Model kerangka RPD pada tuangan utama
Surveyor gigi digunakan untuk menandai batas survey dan undercut pada master
cast prior untuk kerangka outlining RPD.
7. Menghalangi master cast
Surveyor digunakan untuk menghalangi undesirable undercuts pada master cast
sebagai langka dalam produksi kerangka RPD.

Macam – Macam Surveyor


1. Ney Surveyor (surveyor pertama dan
paling umum digunakan)
2. Jelenco Suveyor
3. Williams Surveyor
4. Retentoscope
5. Stress-O-Graph
6. Brocken Arm Cast Surveyor
7. Ticonium
8. Electrical

Komponen Surveyor
A. The Base
B. Vertical Upright Column
C. Cross Arm with Spindle Housing

22
D. The Vertical Spindle With Tool Holder
E. Screw To Lock The Spindle
F. Tool adaptor Holder
G. Surveying tool holder
H. The Surveyor Table
I. Tool rack
J: Survey table
K: Storage compartment

Surveying Tool
Beberapa alat yang digunakan pada survey:
1. Analizing Rod adalah sisi paralel rod. Digunakan untuk menganalisa paralelisasi
relative dari dua atau lebih permukaan pada cast dan untuk menandai batas
survey pada pola wax.

2. A Carbon Marker
Digunakan untuk menggambar survey line disekitar seluruh gigi yang terlibat in
clasp desain atau yang memiliki potongan proksimal untuk dieliminasi serta
digunakan untuk menandai tingkat undercuts tulang / jaringan lunak pada
preparasi GT bila diperlukan.

23
3. Undercut Gauges
digunakan untuk mengukur jumlah retensi yang tersedia dan untuk mengidentifikasi
jumlah dan lokasi tertentu dari pengukuran retensi yang diinginkan pada permukaan
gigi penyangga.

4. Wax Cutting
Alat pemotong tepi yang digunakan untuk mengkontur pola wax, untuk mencegah
overcontoured blockout dari undercuts yang tidak menguntungkan serta digunakan
untuk membuat area gap / self cleansing menggunakan 25 trimmer.

24
5. The Protevtive Sheath adalah metal sheats digunakan dengan karbon marker untuk
melindungi dari fraktur ketika melindungi chuck.

6. Blockout Tools pada rod dengan sisi khusus dari tapper digunakan untuk membuat
tingkat khusus dari blockout pada undercut ketika menghalangi dan mengurangi cast
untuk pembuatan denture.

Arah Pasang
Arah pasang dan arah lepas adalah suatu arah yang mendekati arah masuknya
gigi tiruan ke dalam mulut dan arah lepas dari mulut. Arah ini harus ditentukan
sewaktu penentuan desain gigitiruan. Arah pasang merupakan arah
dimana restorasi harus dimasukkan dan dilepas dari gigi penyangga, yang biasanya
sejajar dengan tangkai vertikal surveyor sewaktu model disurvei.

Hubungan Survei Model dengan Penentuan Arah Pasang Gigi Tiruan


Prinsip tilting adalah untuk meningkatkan retensi dengan memberi posisi
menyimpang dari posisi horizontal di mana gigi penyangga tidak dalam porosvertikal
yang sama.

25
Gambar. memberikan retensi dengan melibatkan undercut distal (*) dari kaninus tersebut mungkin
terlihat lebih menyenangkan daripada lengan cangkolan pada gigi yang sama.

Tilting The Cast


1. Anterior tilting
Tepi anterior dimiringkan ke bawah dan digunakan untuk kasus berujung bebas
yang lebih posterior dari gigi premolar, memberikan arah pemasangan dari
posterior ke anterior, dengan memanfaatkan gerong yang ada pada bagian distal
premolar. Pada kelas I Kennedy.
2. Posterior tilting
Pada kasus kehilangan banyak gigi anterior, disini gerong mesial dari premolar
dan molar yang dimanfaatkan. Pada kasus kehilangan gigi yang terjadi pada
bagian anterior maupun posterior. Pada kelas IV Kennedy.
3. Pemiringan lateral
Pada kasus dengan posisi salah satu gigi penyangganya abnormal diluar
lengkung rahang seperti gigi molar kiri bawah sangat miring ke lingual serta
gerong jaringan tertentu seperti tuberositas yang menonjol
4. Tilting Posterior/Anterior
Kasus di mana daerah tidak bergigi dibatasi oleh gigi penyangga. Model
dimiringkan sehingga gigi penyangga menunjukkan dukungan dan retensi yang
baik.

Prosedur survey
Survey dilakukan pada model studi maupun model kerja. Model dipasang pada meja
basis dengan bidang oklusal hampir sejajar dengan basis datar surveyor.
1. Evaluasi bidang miring (guiding plane)
Permukaan-permukaan proksimal gigi yang sejajar satu sama lain harus dicari,
atau bila tak ada, sengaja dibuat sehingga dapat digunakan sebagai bidang
bimbing. Bidang bimbing diperlukan untuk mempermudah pemasangan dan

26
pengeluaran gigi tiruan tanpa paksaan. Bidang bimbing adalah permukaan gigi
asli atau restorasi yang dibuat diatas gigi tersebut, yamg dibuat menjadi datar dan
sejajar dengan arah pemasangan geligi tiruan yang sedang dibuat. Permukaan
bidang ini idealnya antara 2-4 mm dalam arah okluso-gingival dan berkontak
dengan bagian kaku rangka geligi tiruan.

2. Evaluasi daerah retensi


Bagian ini dibutuhkan untuk memberikan retensi kepada cengkeram. Retensi
dinilai memuaskan bila tidak menyebabkan perubahan bentuk kepada logam
cengkeram.
3. Evaluasi masalah hambatan (interference)
Hambatan dapat berupa gigi yang malposisi atau tonjolan tulang yang nyolok.
Interferensi dapat dikurangi atau dihilangkan dengan jalan pembedahan,
ekstraksi, mengikis permukaan atau mengubah kontur gigi dengan pemasangan
restorasi tuang.
4. Evaluasi faktor estetik
Arah pemasangan terpilih harus dipertimbangkan lagi dari segi estetik, baik
mengenai penempatan lengan cengkeram maupun menyusun elemennya.

Langkah-langkah :
- Pemiringan model rahang (tilting cast)

- Pengukuran retensi

- Dengan mempergunakan alat undercut gauge yang besarnya 0.01-0.03 inci.

- Pemilihan final arah pemasangan


- Harus memenuhi empat syarat yaitu aspek bidang bimbing, retensi, hambatan
dan estetik.
- Penutupan bagian model kerja
- Setiap gerong yang akan dilewati bagian kaku kerangka protesa harus ditutupi
dengan cara blocking out dengan menggunakan malam.

27
- Rilif bagian model kerja
Rilif dianjurkan untuk keadaan tertentu seperti lereng jaringan yang miring dan
pada semua bagian gingival yang harus dilindungi dari kemungkinan terjadinya
penekanan berlebih kerangka protesa. Rilif dilakukan dengan pemasangan selapis
tipis malam pada permukaan model kerja, diatas malam baru dipasang konektor
atau bagian lain.
- Rekaman hubungan model kerja dengan surveyor (recording)
1. Tripoding (tripodization)
2. Pemberian tanda garis pada tiga sisi berlainan pada model
3. Pemberian tanda goresan pada tiga sisi berlainan pada model
4. Pemasangan pin yang disemen

Blockout
Blockout adalah cara menutup area undercut baik pada gigi maupun jaringan
lunak yang menghalangi pemasangan dan pelepasan gigi tiruan. Blockout juga dapat
diartikan yaitu menghilangkan daerah undercut yang tidak diinginkan pada model,
untuk digunakan dalam pembuatan gigi tiruan sebagai lepasan, dengan cara menutup
daerah undercut menggunakan lilin cair.
Daerah yang tidak menguntungkan di block out dengan gips. Gips diaduk hingga rata
kemudian block out pada daerah defek yang ber-undercut pada model kerja dengan
adukan gips, dibuat merata, rapih dan haluskan pada daerah yang dianggap memiliki
undercut. Blockout dilakukan pada tahap surveying dalam penentuan desain dan arah
pasang GTSL. Daerah yang akan di block yaitu seluruh undercut pada gigi dan
jaringan lunak yang akan menghalangi pemasangan dan pelepasan gigi tiruan yaitu
dibawah garis survei/lingkaran terbesar.

Cara blocking out :

1. Model masih berada pada meja peninjau.

28
2. Daerah yang akan di block ditutup dengan gips putih, sesuai dengan batas yang
telah ditentukan.

3. Kelebihan gips putih dibuang dengan surveior dan trimmer.

4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang cara penentuan


hubungan rahang

Hubungan rahang disebut juga dengan relasi vertikal/dimensi vertikal.


Pengertian relasi vertikal
Yaitu jarak vertikal rahang atas dan rahang bawah yang dapat memberikan
ekspresi normal pada wajah seseorang. Hubungan vertikal dari rahang bawah dan
rahang atas yang ditentukan berdasarkan muskulus mandibula dan oklusal stop dari
gigi. Relasi vertikal pada pasien yang kehilangan gigi sebagian, adalah merupakan
hubungan antara satu gigi dengan yang lainnya secara vertikal pada saat gigi
beroklusi. Pada penderita yang sudah kehilangan gigi pada satu lengkung rahang
secara praktis sudah kehilangan relasi vertikal, keadaan ini harus ditentukan kembali
dengan berbagai cara agar sama dengan relasi vertikal saat gigi masih lengkap. Untuk
mengetahui apakah relasi vertikal sudah tepat, dapat diketahui dari fonetik dan
estetik. Gigitiruan harus dapat digunakan penderita dengan baik pada saat
mengunyah, berbicara tanpa kesukaran dan memberikan ekspresi wajah yang normal.

Relasi vertikal ada dua, yaitu :


1. Relasi vertikal posisi istirahat : adalah suatu hubungan rahang atas dimana otot-
otot membuka dan menutup mulut dalam keadaan seimbang. Relasi vertikal ini
diukur pada waktu rahang bawah dalam keadaan istirahat fisiologis.
2. Relasi vertikal oklusi : adalah suatu hubungan rahang bawah terhadap rahang atas,
gigi geligi atau oklusal rim dioklusikan. Relasi vertikal ini diukur sewaktu gigi dalam
oklusi sentrik.

29
Selisih antara relasi vertikal posisi istirahat dengan relasi vertikal oklusi disebut
dengan free way space yang dalam keadaan normal berkisar antara 2-4 mm. Yang
dimaksud dengan free way space adalah celah yang terdapat antara rahang atas dan
rahang bawah dalam keadaan istirahat yang merupakan selisih antara relasi vertikal
istirahat dan relasi vertikal oklusi.

Cara menentukan relasi vertikal :


Pembuatan basis gigitiruan dan bite rim
Bahan basis : Shellac Base Plate atau Malam
Bahan oklusal rim : Malam
Guna basis : untuk tempat meletakkan oklusal rim
Guna oklusal rim :
- Untuk menentukan dataran oklusal dan relasi vertikal dari penderita
- Untuk tempat penyusunan gigi
- Untuk mengembalikan profil penderita

Cara pembuatan oklusal rim :


Dimana basis shellac dipanaskan pada lampu spiritus dan ditekan sampai rata,
kelebihan dibuang dengan pisau/gunting kemudian oklusal rim/malam diletakkan
pada basis tersebut di daerah prosesus alveolaris yang tidak bergigi setinggi dataran
oklusal dan kontak bidang dengan oklusal rim gigi lawannya.

Cara pengukuran relasi vertikal


1. Relasi vertikal posisi istirahat
- Tentukan dua titik pada wajah penderita sejajar dengan median line, yaitu pada
dagu dan di atas bibir/hidung. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan rol
dan kaliper.
- Pasien disuruh menghiting satu hingga sepuluh serta mempertahankan posisi
rahangnya pada hitungan ke sepuluh, pada saat tersebut jarak kedua titik diukur.

30
- Kemudian penderita disuruh mengucapkan beberapa kata yang berakhiran “ S “
dan diukur kembali jarak kedua titik tersebut.
- Seterusnya penderita disuruh menelan dan dalam keadaan rileks dilakukan
pengukuran yang ketiga.
Apabila jarak ketiga pengukuran tersebut sama, inilah merupakan relasi vertikal
posisi istirahat.

2. Relasi vertikal oklusi


Pengukuran dilakukan setelah oklusal rim diletakkan dalam mulut penderita.
Oklusal rim rahang atas dimasukkan, kemudian perhatikan kembali bentuk wajah
penderita apakah sudah sesuai dengan ekspresi normal dari penderita. Kemudian
masukkan oklusal rim rahang bawah, pasien disuruh menghentikan rahang atas dan
rahang bawah dalam keadaan sentrik oklusi, ukur kembali jarak antara kedua titik
tersebut, akan berkurang 2-4 mm dari jarak relasi vertikal posisi istirahat. Inilah yang
disebut jarak relasi vertikal oklusi.

Metode Lain Menentukan Hubungan Rahang


1. Ketepatan dari model
Metode ini digunakan bila mempunyai oklusi antara gigi atas dan gigi bawah yang
mempunyai kontak dalam hubungan rahang masih diperoleh/didapat. Cara ini dengan
memperhatikan model kerja dan kemudian malam hubungan rahang difiksasi dengan
kawat.
2. Penentuan hubungan rahang dengan sisa gigi posterior.
Metode ini dengan menggunakan kontak gigi atas dan bawah, hubungan rahang
dibuat dengan menempatkan basis gigitiruan sebagian lepasan. Cara ini dengan
memperhatikan model kerja dan kemudian malam hubungan rahang difiksasi dengan
kawat. Cara penentuan hubungan rahang ini digunakan pada gigitiruan sebagian
lepasan klas III atau klas IV Kennedy.

31
Hubungan Sentrik/ Sentric Relation
Hubungan sentrik dapat didefinisikan sebagai hubungan antara rahang atas
dan rahang bawah dimana kondilus berada pada kedudukan yang tidak tegang dan
terletak paling belakang di dalam fossa glenoidalis.

Cara menentukan relasi sentrik :


Bila melakukan penentuan hubungan sentrik, sebaiknya bagian atas badan
pasien tegak dan tidak bersandar. Suruh pasien menelan beberapa kali, karena
biasanya pasien dalam keadaan oklusi sentrik setelah melakukan penelanan. Ada
baiknya sewaktu berlatih melakukan gerakan-gerakan penelanan ini pasien
dipersilahkan untuk memajukan dan memundurkan rahangnya. Mula-mula dokter
gigi boleh membantu pasien dengan cara menekan perlahan-lahan dagunya untuk
menolong dan menjuruskan kepada kedudukan paling belakang. Namun, bila
pencatatan terakhir dilakukan, pasien jangan disentuh. Pasien dipersilahkan
memajukan dan memundurkan rahangnya dan menelan sendiri. Selanjutnya pasien
dipersilahkan menelan dengan mempertahankan oklusal rim tetap berkontak. Dua
tanda digoreskan pada sisi oklusal rim dari rahang atas ke rahang bawah untuk
mencatat kedudukan ini. Kemudian kita mempersilahkan pasien menutup rahang dan
menelan beberapa kali, tanda oklusal rim tersebut harus bertemu dalam hubungan
yang sama setiap saat.
Metode lain untuk menyatukan hubungan sentrik adalah mempersilahkan
pasien dengan basis dan oklusal rim tetap di dalam mulut, menempatkan ujung lidah
pada bagian belakang langit-langit dan dengan lidah tetap pada kedudukan tersebut,
mengatupkan mulut dan oklusal rim bersamaan. Oklusal rim ditandai dan penutupan
rahang diulang beberapa kali untuk memastikan bahwa oklusal rim berkontak untuk
waktu yang sama setiap saat. Setelah relasi vertikal dan relasi sentrik diperoleh, lalu
oklusal rim difiksasi, dikeluarkan dari dalam mulut dan dikembalikan ke model kerja,
kemudian model kerja ditanam pada artikulator/okludator

32
Perbedaan penentuan relasi vertikal / relasi sentrik antara pembuatan
Gigi tiruan penuh dan gigitiruan sebagian lepasan:

Paga gigitiruan penuh : relasi vertikal ditentukan terlebih dahulu, kemudian relasi
sentrik ditentukan.
Pada gigitiruan sebagian lepasan : Jika oklusal stop masih ada, relasi vertikal dan
relasi sentrik ditentukan sekaligus yaitu pasien disuruh menggigit dalam keadaan
sentrik oklusi. Jika oklusal stop tidak ada, relasi vertikal ditentukan terlebih dahulu,
kemudian relasi sentrik (sama dengan pembuatan gigitiruan penuh). Sekurang-
kurangnya ketepatan untuk menentukan hubungan rahang harus dengan memakai
malam penentu. Berhasilnya penentuan relasi sentrik atau hubungan sentrik dengan
malam penentu hubungan rahang dipengaruhi oleh konsistensi dari malam dan
ketepatannya sesudah dingin. Malam yang berlebihan yang berkontak pada
permukaan jaringan dapat menyebabkan bergeraknya jaringan lunak. Bergeraknya
malam selama atau sesudah dikeluarkan dari mulut, mungkin juga
mempengaruhi ketepatan pemasangan gigitiruan sebagian lepasan.

Penentuan hubungan rahang umumnya dengan menggunakan oklusal rim untuk


tempat penggantian gigi. Basis yang akurat digunakan untuk mendukung
hubungan oklusal. Tepatnya hubungan oklusal antara suatu gigitiruan sebagian
lepasan dengan gigi asli adalah suatu factor yang diharuskan.

Akibat-akibat kesalahan dalam menentukan relasi sentrik/dimensi vertikal


1. Relasi vertikal terlalu tinggi
- Mulut seolah-olah penuh
- Adanya prematur kontak pada rahang atas dan rahang bawah (gigi berkontak
sewaktu berbicara).
- Rasa sakit pada TMJ
- Tekanan daya kunyah berlebihan

33
2. Relasi vertikal yang terlalu rendah
- Sudut mulut turun
- Telinga berdengung
- Efisiensi daya kunyah berkurang
- Pipi/bibir dan lidah sering tergigit
- Sakit pada TMJ

Test Ketepatan Relasi Vertikal Melaui Fonetik


Posisi “S” menunjukkan hubungan gigi depan rahang bawah terhadap gigi
depan rahang atas yang dapat menghasilkan suara “S” sewaktu berbicara. Hal ini
merupakan posisi yang tepat bila jarak antara tepi insisal gigi depan rahang bawah
dan rahang atas kira-kira 1-1,5 mm sewaktu huruf “S” diucapkan. Jika terjadi kontak
antara tepi insisal gigi depan rahang atas dan rahang bawah, menunjukkan relasi
vertikal yang tinggi. Bila jarak ucapan melebihi dari 1-1,5 mm. Kemungkinan tepi
insisal gigi depan rahang bawah berkontak dengan palatum, pada saat pasien dalam
relasi sentrik. Keadaan ini menunjukkan relasi vertikal yang rendah. Kehilangan gigi
bagian belakang akan mempengaruhi pengucapan pada pasien sewaktu mengucapkan
huruf tertentu. Bila huruf “TH” dan “T” tidak jelas diucapkan oleh pasien, biasanya
disebabkan karena relasi vertikal yang tinggi. Kontrol fonetik pada pasien yang
kehilangan gigi bagian belakang dapat dikoreksi dengan menyebutkan huruf “TH”
dan “T”, dimana jarak maksilo mandibula kira-kira 1,5 mm. Keadaan ini juga
membantu dalam meneliti kembali jarak relasi vertikal yang telah ditentukan.

5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pemilihan dan


penyusunan gigi artifisial
Anasir gigi tiruan merupakan bagian dari GTSL yang berfungsi mengantikan
gigi asli yang hilang. Pemilihan dan penyusunan anasir gigi tiruan anterior maupun
posterior tidaklah begitu sulit, khususnya pada kasus dengan kehilangan satu atau
dua gigi karena ukuran, bentuk, warna dan susunannya dapat disesuaikan dengan

34
gigi sejenis yang ada di sisi sebelahnya. Mengenai ukuran gigi harus disesuaikan
dengan ruangan yang ada, misalnya telah terjadi migrasi gigi kearah edentulus, hal ini
menyebabkan ruangan yang ada menjadi lebih kecil dari sebenarnya. Pemilihan dan
penyusunan anasir gigi tiruan harus dapat memperbaiki penampilan selain untuk
memperbaiki fungsi lainnya dari gigi tiruan. Dalam pemilihan dan penyusunan anasir
gigi tiruan anterior maupun posterior, ada faktor-faktor yang harus diperhatikan yaitu
mengenai ukuran, bentuk, warna, bahan, jenis kelamin, umur serta inklinasi dari
anasir gigi tiruan dapat memenuhi fungsinya.

Pemilihan Anasir Gigi Tiruam Anterior


Memilih gigi yang akan disusun pada kasus GTSL tidaklah begitu sulit,
khususnya pada kasus dengan kehilangan satu atau dua gigi. Bila gigi yang hilang
banyak, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih anasir gigitiruan,
antara lain:
1. Ukuran gigi

a. Panjang gigi

Dalam menentukan panjang gigi, ada dua hal yang dapat dipakai sebagai
pedoman, yaitu:
 Posisi istirahat

Dalam keadaan istirahat tepi insisal gigi depan atas kelihatan 2-3 mm, tetapi hal
ini bervariasi secara individual tergantung dari umur dan panjang bibir atas.
Bagi pasien tua, umumnya tepi insisal gigi depan telah aus sehingga mahkota
klinis lebih pendek. Bila bibir atas panjang maka seluruh gigi yang terlihat pada
saat seseorang tertawa. Pada saat tertawa, panjang gigi akan terlihat sampai 2/3.

b. Lebar gigi

Para pakar menganjurkan untuk menggunakan pedoman dalam menentukan


lebar gigi, antara lain :
 Lee, Boucher menganjurkan untuk menggunakan indeks nasal sebagai pedoman

35
yaitu : lebar dasar hidung sama dengan jarak antara puncak kaninus rahang atas
yang diukur secara garis lurus (Gambar 1).

Garis alanasi melalui poros kaninus

• Sudut mulut

Sudut mulut dapat juga digunakan sebagai pedoman untuk menentukan letak tepi
distal dari kaninus atas pada saat istirahat. Jarak antara kedua sudut mulut sama
dnegan lebar keenam gigi depan atas (Gambar 2).

Hubungan sudut mulut dengan tepi distal kaninus

2. Bentuk gigi

Untuk menentukan bentuk gigi beberapa hal di bawah ini dapat digunakan
sebagai pedoman.

a.Menurut Leon Williams

Bentuk wajah ada hubungannya dengan bentuk gigi insisivus sentral atas.
Bentuk insisivus sentral atas sesuai dengan bentuk garis luar wajah tetapi

36
dalam arah terbalik.
- Wajah dilihat dari depan :

Persegi/square Lancip/tapering Lonjong/ovoi


d

- Wajah dilihat dari samping.

Cembung/convex Lurus/straig Cekung/concave

Bentuk profil ini perlu diketahui untuk menyesuaikan antara lain:


- bentuk labial insisivus
- inklinasi labio palatal insisivus sewaktu penyusunan gigi depan
b.Jenis kelamin

Menurut Frush dan Fisher, garis luar insisivus atas pada pria bersudut lebih
tajam (giginya berbentuk kuboidal), sedangkan pada wanita lebih tumpul

37
(giginya berbentuk spheroidal).

Perbedaan bentuk gigi pria (A) dan wanita (B)

Perbedaan kecembungan kontur labial ada kaitannya dengan jenis kelamin


pria mempunyai kontur labial yang datar dan wanita cembung.

Kontur labial gigi anterior dengan permukaan cembung (A) dan datar (B)

c. Umur

Bentuk gigi biasanya berubah dengan bertambahnya usia. Bentuk tepi


insisal pada usia tua telah mengalami keausan karena pemakaian.

Keausan gigi sesuai umur, makin tua makin nyata keausannya.

38
3. Warna gigi

Pada pembuatan GTSL, untuk menentukan warna gigi yang akan diganti
dapat disesuaikan dengan warna gigi yang ada. Cahaya dapat mempengaruhi
pemilihan warna gigi. Cahaya lampu pijar akan menghasilkan gigi dengan warna
lebih merah dari yang sebenarnya. Sebaiknya untuk menentukan warna gigi,
dipakai cahaya yang berasal dari sinar matahari karena sinarnya merupakan sinar
yang alamiah. Usia dapat juga dipakai sebagai pedoman. Usia tua, warna giginya
lebih gelap disanding usia muda.

4. Bahan anasir gigitiruan

Anasir gigitiruan biasanya terbuat dari :

a. Akrilik

b. Porselen

Pemilihan Anasir Gigi Tiruan Posterior


• Ukuran gigi
a. Mesio distal
Pada kasus GTSL basis tertutup, ukuran mesio distal sudah ditentukan oleh kedua
gigi yang membatasi daerah edentulus

Jarak mesio distal pada basis tertutup

39
Pada kasus dengan basis berujung bebas, ukuran mesio distalnya diukur dari tepi
distal gigi yang berdekatan dengan edentulus sampai mesial dari retromolar pad.

Jarak mesio distal basis berujung bebas

b. Okluso gingival

Ukuran okluso gingival ditentukan oleh besarnya ruangan inter oklusal. Panjang
anasir gigitiruan disesuaikan dengan gigi tetangganya terutama gigi premolar,
letak garis servikalnya harus sesuai dengan letak garis servikal gigi tetangganya
karena akan kelihatan pada waktu bicara atau tertawa

Ukuran okluso gingival

c. Buko lingual/palatal
Ukuran buko lingual/palatal yang telah disesuaikan dengan lebar mesio distalnya
sehingga bentuknya sebanding, tetapi pada kasus tertentu misalnya pada kasus
linggir alveolus yang datar diperlukan ukuran oklusal yang sempit untuk
mengurangi besarnya daya kunyah dan untuk memberi tempat pada lidah

40
. Lebar buko lingual/palatal gigi(A) normal dan (B) yang telah dipersempit

Bentuk anasir gigitiruan posterior

Bentuk anasir gigitiruan posterior dibagi dua:

a. Gigi anatomik

Bentuk permukaan oklusal mempunyai tonjol-tonjol dengan sudut tonjol


yang beragam

Bentuk oklusal gigi anatomi

b. Gigi non anatomik

Permukaan oklusalnya merupakan bidang datar, biasanya gigi ini digunakan

untuk kasus dengan linggir datar untuk menghindari daya horizontal pada

waktu berfungsi.

Bentuk oklusal gigi non anatomik

Pertimbangan yang mendasar dalam pemilihan anasir gigitiruan posterior


untuk kasus GTSL adalah ukuran permukaan oklusalnya, makin besar
permukaan oklusal makin besar pula daya yang diterima jaringan pendukung.
Untuk kasus GTSL dengan basis berujung bebas, pengurangan permukaan

41
oklusal dapat dengan menghilangkan satu gigi premolar atau molar atau molar
diganti dengan premolar.

Penyusunan Anasir Gigitiruan Anterior


Yang harus diperhatikan pada penyusunan anasir gigitiruan anterior :
1. Inklinasi Labio Palatal
Anasir gigitiruan anterior disusun dengan inklinasi labio palatal yang
mengarah ke labial
a. Jika gigi depan yang hilang satu atau dua gigi, inklinasinya disesuaikan
dengan gigi yang ada.
b. Bila semua gigi depan hilang, inklinsai gigi yang disusun mengarah ke
labial
dan harus dilihat juga dari arah samping/profil, agar gigi dapat
mendukung bibir dengan baik sehingga gigitiruan tersebut harmonis
dengan pasien

Inklinasi labio palatal

2. Inklinasi Mesio Distal


Inklinasi masio distal harus diperhatikan karena penyusunan anasir gigitiruan
anterior menyangkut segi estetis dan disamping itu penyusunannya harus
mengikuti lengkung rahang

Inklinasi meso distal

42
3. Hubungan dengan gigi antagonis
Untuk gigi anterior, hubungan dengan gigi antagonisnya harus diperhatikan
yaitu:

Overbite dan overjet gigi anterior


Overbite dan overjet berkisar antara 1-2 mm. overbite dan overjet ada
hubungannya dengan pengucapan huruf konsonan misalnya huruf “ f ”
dimana tepi insisal gigi atas hampir kontak dengan bibir bawah.

Penyusunan Anasir Gigitiruan Posterior


1. Penyusunan anasir gigitiruan posterior harus mengikuti aturan sebagai berikut 1.
Tepat di atas linggir alveolus
2. Mengikuti lengkung rahang
3. 3.Disesuaikan dengan permukaan oklusal gigi antagonis sehingga diperoleh
oklusi yang harmonis antara gigi asli dengan anasir gigitiruan atau antar anasir
gigitiruan.

43
Daftar Pustaka

- Lenggogeny, Putrid dan Sri L. 2016.Gigi Tiruan Sebagian Kerangka Logam.


Jakarta : Majalah Kedokteran Gigi Indonesia. Vol 1 No 2.
- Soesetijo, Ady. 2016. Pertimbangan Laboratoris Arah Pemasangan Rotasi
Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Rangka Logam. Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember.
- Rahmayanti, Liana.2016. Tingkat Kebersihan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Resin Akrlik Ditinjau dari Frekuensi dan Metode Pembersihan. Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala.
- Soeprapto, Andrianto.2017. Pedoman dan Tata Laksana Praktik Kedokteran
Gigi. STPI Bina Insan Mulia. Yogyakarta

44
45

Anda mungkin juga menyukai