SKENARIO 3
Ny. Elasti ( 56 tahun ) dating ke tempat praktik drg. Algi untuk dibuatkan gigi
tiruan karena sudah banyak kehilangan gigi sejak 15 tahun yang lalu. Pemeriksaan
intraoral menunjukkan kehilangan gigi 16, 15, 14, 12, 11, 21, 26, 27, 35, 36, 37, 38,
44, 45, 46, 47, 48; karies media di mesiodistal gigi 17; radiks 34, 35; mobility grade 1
gigi 21, 41, 42; grade 2 dan ekstrusi gigi 31. Kalkulus terdapat hampir disemua
region sehingga oedema hampir diseluruh gusi. Setelah Ny. Elasti setuju untuk
dibuatkan gigi tiruan lepasan berbahan akrilik, drg. Algi mencatat warna gigi Ny.
Elasti yang masih tersisa.
Drg. Algi lalu mencetak Ny. Elasti dan menjelaskan akan dilakukan
pencetakan lagi dan pengukuran dimensi vertical. Ny Elasty bingung mengapa harus
dicetak lagi. Akhirnya drg. Algi dengan sabar menjelaskan semua prosedur klinis dan
laboratories dalam pembuatan GTSL yang harus dilakukan. Bagaimana saudara
menjelaskan kasus diatas ?
Pokok elaborasi :
1
Langkah 1. Mengklarifikasi terminology yang tidak diketahui dan
mendefinisikan hal-hal yang dapat menimbulkan kesalahan interpretasi
Dimensi vertikal : jarak vertikal rahang atas dan rahang bawah yang dapat memberikan ekspresi
normal pada wajah seseorang.
2
- penentuan dimensi vertikal dan relasi sentrik
- pemasangan model kerja di articulator
- pemilihan dan pemasangan gigi artifisial
- try in gigi tiruan malam
- flasking
- insersi
- kontrol
3
Penempatan kembali cetakan ZnOE dalam mulut
Pencetakan menggunakan alginate dengan sendok cetak stock
tray
6. Drg mencatat warna gigi pasien untuk membantu pemilihan gigi anasir yang
digunakan, untuk hasil yang estetik serta menentukan keberhasilan dan
kegagalan.
4
- Pada kasus Kls 3 dan 4 Kennedy, dilakukan dengan interoklusal wax
10. Cara menentukan arah pasang GTSL dilakukan pada saat surveying untuk
mendapatkan undercut, sehingga bisa didapatkan arah pemasangan GTSL.
Bisa berupa zero tilting, lateral, atau anteroposterior
5
Langkah 4. Membuat skema atau diagram dari komponen-komponen
permasalahan dan mencari korelasi dan interaksi antar masing-masing
komponen untuk membuat solusi secara terintegrasi.
Ny. Elasti ( 56 th )
Drg. Algi
IO EO
Perawatan dengan
GTSL akrilik
Prosedur pembuatan
GTSL
6
Langkah 5. Memformulasikan tujuan pembelajaran
7
mulut, jaringan periodonsium, residual ridge dan saliva. Pemeriksaan terhadap gigi
meliputi gigi yang hilang, oklusi, warna gigi, oral hygiene, kondisi gigi yang tinggal
apakah terdapat karies, restorasi, mobility, elongasi, malposisi, atrisi dan vitalitas
gigi.
Digunakan sebagai tambahan pada pemeriksaan rongga mulut dari oklusi bagian
lingual, derajat overclosure, dan besar ruang interoklusal
Digunakan untuk survey lengkung rahang pada pembuatan GTSL.
Digunakan untuk gambaran gigitiruan yang dibutuhkan.
Digunakan sebagai referensi tetap dalam persiapan kerja seperti tipe restorasi, daerah
permukaan gigi yang dimodifikasi, lokasi restdan desain gigitiruan serta menentukan
arah memasang dan melepas gigitiruan.
8
Desain perawatan yang akan dilakukan meliputi penentuan gigi penyangga
dan menentukan desain GTSL. Seluruh hasil pemeriksaan, diagnosa dan rencana
perawatan dituliskan pada kartu status pasien (dental record)
b. Pencetakan Anatomis
c. Pencetakan Fisiologis
9
Penentuan Dimensi Vertikal
Pada kasus Kelas III atau Kelas IV Kennedy, dengan kondisi gigi antagonis
tidak memungkinkan untuk mengatupkan model rahang tersebut, maka dalamkeadaan
ini penentuan hubungan rahang dilakukan dengan menggunakan bahan pencatat
interoklusal wax, yaitu metallic oxide paste dan wafer bite wax.
Bila ada satu atau lebih daerah free end yang cukup lebar atau gigi yang
tersisa sudah saling tidak berkontak, maka penentuan hubungan rahang dilakukan
dengan bantuan basis dan oklusal rim. Basis dan oklusal rim ditempatkan pada daerah
yang tidak bergigi, kemudian pasien diinstruksikan untuk menutup rahangnya dalam
hubungan antar tonjol maksimum. Oklusal rim disesuaikan hingga mencapai dimensi
vertikal yang tepat.
Setelah dikeluarkan dari mulut, oklusal rim dipasang kembali pada model
kerja. Lakukan pemeriksaan apakah hubungan rahang pada model kerja telah sesuai
dengan yang diperoleh di dalam mulut.
Sedangkan pada kasus yang tidak memiliki kontak oklusal sama sekali
diantara gigi yang masih tersisa, misalnya apabila hanya terdapat gigi anterior pada
kedua rahang dan GTP rahang atas harus dibuat bersamaan GTSL rahang bawah,
maka prosedur penentuan hubungan rahang yang dilakukan sama seperti penentuan
hubungan rahang pada GTP dan dengan menggunakan basis dan oklusal rim.
Hubungan horizontal rahang (relasi sentrik atau oklusi sentrik) yang akan
menjadi patokan untuk restorasi yang akan dibuat, sebaiknya ditetapkan selama
10
proses diagnosa dan rencana perawatan. Hal ini dilakukan setelah preparasi mulut dan
penyesuaian oklusi gigi asli selesai dilaksanakan. Dengan demikian, pada saat
penentuan hubungan rahang, akan dijumpai salah satu keadaan berikut ini:
1) Relasi sentrik bertepatan dengan oklusi sentrik, restorasi akan dibuat dalam hubungan
relasi sentrik.
2) Relasi sentrik tidak bertepatan dengan oklusi sentrik, restorasi akan dibuat dalam
hubungan oklusi sentrik.
3) Gigi posterior tidak berkontak, restorasi akan dibuat dalam hubungan relasi sentrik.
4) Tidak terdapat gigi posterior pada salah satu atau kedua rahang dan gigi tiruan akan
dibuat dalam hubungan relasi sentrik.
Apabila masih terdapat cukup banyak gigi yang beroklusi, biasanya relasi
sentrik dapat ditentukan dengan cara mengatupkan model rahang atas dan rahang
bawah sehingga akan diperoleh hubungan kontak gigi dengan gigi.
Sebaliknya pada kasus yang masih memiliki beberapa gigi tetapi tidak
memiliki oklusal stop lagi, harus dibuat basis dan oklusal rim untuk memperoleh
hubungan rahang atas dan rahang bawah. Hubungan ini kemudian dipindahkan ke
artikulator.
11
Adaptasi dasar gigitiruan terhadap model kerja harus baik terutama pada GTSL
kerangka logam.
Bila gigi tiruan dari kerangka logam, pemeriksaan yang dilakukan meliputi
retensi dan stabilisasi, kemudian perlu diperhatikan kontak antara kerangka logam
terhadap jaringan lunak rongga mulut maupun tepi gigi penyangga dan hubungan
antara konektor plat dengan gigi antagonis. Pemeriksaan ini dilaksanakan sebelum
pemasangan sadel dan anasir gigitiruannya untuk memudahkan pemeriksaan
kecekatan antara retainer dengan permukaan gigi penyangga dan memudahkan
penyesuaian kerangka logam bila perlu dilakukan. Pada kasus yang memakai
kerangka logam pada kedua rahangnya, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan oklusi
gigi yang masih ada, setelah itu pemeriksaan gigitiruan harus dilakukan satu persatu
secara terpisah, kemudian oklusi dan artikulasi diperiksa setelah kedua gigitiruan
berada pada rongga mulut.
12
konektor, retainer, cangkolan dan sadel, bila tajam dapat melukai jaringan rongga
mulut.
Gigitiruan harus dapat dipasangkan pada rongga mulut tanpa tekanan atau
paksaan. Hambatan pada permukaan gigi atau jaringan yang dijumpai pada saat
pemasangan dapat dihilangkan dengan cara pengasahan permukaan gigitiruan dengan
memperhatikan kontak antara permukaan gigi atau jaringan dengan gigitiruan jangan
sampai menjadi rusak atau hilang. Setelah gigitiruan dapat dimasukkan ke dalam
mulut, dilakukan pemeriksaan terhadap stabilitas gigitiruan, oklusi, artikulasi, estetik
dan kecekatan serta ketepatan kontak bagian-bagian gigitiruan dengan jaringan keras
maupun lunak rongga mulut.
13
i. Bedah preprostetik
Ekstraksi
Gigi yang perlu diekstraksi adalah gigi yang akan mengganggu perawatan prostetik,
seperti
14
Perbaikan restorasi/tambalan yang overhanging
iii. Konservasi
Penambalan
Perawatan endodontik
Preparasi pada oklusa untuk occlusal rest jika terjadi traumatic occlusion.
Rekonturing bentuk gigi
iv. Ortodontik
Desain gigi tiruan yang memaksa gigi yang miring sebagai abutment
Adanya keluhan psikologis dan estetis pasien
Untuk melakukan pergerakan minor gigi abutmen ke posisi yang sesuai
Pencetakan rahang adalah tiruan bentuk negatif dari jaringan rongga mulut yang
merupakan jaringan pendukung gigitiruan. Cetakan dilakukan untuk mendapatkan
model yang merupakan bentuk tiruan yang sesuai dengan bentuk dan ukuran jaringan
rongga mulut. Cetakan harus mencakup semua jaringan pendukung sesuai dengan
batas-batas kesehatan dan pergerakan jaringan pendukung dan jaringan pembatas
gigitiruan sehingga batas pinggir gigitiruan harmonis atau sesuai dengan batasan
anatomis dan fisiologis dari struktur rongga mulut, selain itu juga harus terdapat
ruangan yang cukup untuk penempatan bahan cetak pada sendok cetak fisiologis.
Banyak bahan cetak yang sering digunakan pada prostetik dentistry yang
diklasifikasikan, seperti :
1. Bahan yang kaku.
- Plaster of paris.
- Paste oxide metalic.
15
2. Bahan termoplastik.
- Modeling plastik.
- Bahan cetak malam
- Resin
3. Bahan cetak elastik.
-Reversible hidrokolloid (agaragar).
- Irreversible hidrokolloid (alginate).
4. Bahan cetak mercaptan rubber-base (thiokol)
- Bahan cetak silikon.
- Polyeter.
Secara umum, bahan cetak dapat diklasifikasikan atas bahan-bahanelastik dan non
elastik. Bahan-bahan elastic terbagi atas hidrokoloid dan elastomer, sedangkan bahan
non elastik terdiri dari plaster of paris, komponen cetak, pasta zinc oxide eugenol dan
malam cetak. Sebelum dilakukan pengambilan cetakan pada pasien, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan :
A. Pemilihan bahan cetak
Bahan cetak yang dapat digunakan :
1. Irreversible hidrokolloid.
Bahan ini tidak dapat dipakai lebih dari satu kali setelah dipakai. Digunakan untuk
model diagnostik.
Contoh : Alginate.
2. Reversible hidrokolloid.
Bahan cetak ini dapat dipakai berulang-ulang. Hasil cetakan yang diperoleh lebih
akurat.
Contoh : Agar, Stent.
16
2. Irreversible hidrokolloid menjadi gel melalui reaksi kimia dari hasil
pencampuran antara bubuk dan air.
Teknik mencetak
Teknik mencetak dengan penekanan yang selektif antara gigi dan jaringan pendukung
:
1. Teknik mukokompresi : jaringan lunak mulut di bawah penekanan.
Pencetakan dilakukan dengan menggunakan bahan yang mempunyai
viskositas tinggi, sehingga tekanan lebih dibutuhkan ke arah mukosa di
bawahnya.
2. Teknik mukostatis : jaringan lunak mulut berada dalam keadaan istirahat.
Pencetakan yang demikian dilakukan dengan menggunakan bahan yang
mempunyai viskositas yang sangat rendah, dimana hanya sejumlah kecil
tekanan yang dibutuhkan, sehingga pada keadaan ini sedikit atau tidak ada
sama sekali terjadi pergerakan dari mukosa.
17
- Macam cangkolan yang akan dibuat.4
- Untuk melihat apakah masih ada gigi-geligi yang perlu diasahuntuk
memperbaiki oklusi.
2. Model kerja.
Pada model kerja ini dapat ditentukan desain gigitiruan berdasarkan hasil
survei pada model tersebut, seterusnya dapat dilakukan pembuatan gigitiruan
pada model ini.
18
Cara membuat sendok cetak individu
1. Gambarkan pada model diagnostic dengan pensil. Sendok cetak harus
mencakup seluruh gigi dan jaringan lunak. Harus tepat untuk memperoleh
perlekatan otot, perlekatan frenulum. Buat daerah posterior palatal seal pada
model dan majukan ± 1mm pada garis yang telah digambarkan samapai
perluasan di bagian posterior.
2. Lapis satu lembar malam di atas permukaan jaringan dan gigi-geligi pada
model sebagai ruang/spacer untuk bahan cetak.
3. Lapiskan kembali satu lembar malam diatas gigi-geligi bila bahan cetak yang
digunakan irreversible hidrokolloid (alginate). Pada tahap ini tidak dilakukan
jika bahan cetak yang diguanakan adalah rubber base
3. atau bahan cetak tipe silikon.
4. Buka bagian dari insisal edge pada gigi insisivus sentral sebagai penghentian
bagian anterior (stopper) bila sendok cetak dimasukkan ke mulut.
5. Oleskan permukaan model yang berkontak dengan bahan resin akrilik
sapolimerisasi dengan bahan separasi.
6. Campur resin akrilik swapolimerisasi dan adaptasikan ke model dengan jari,
menutupi malam spacer dan daerah palatal seal, bentuk sesuai dengan ukuran
dan ketebalannya merata.
7. Buat tangkai dari resin swapolimerisasi atau kawat untuk memudahkan dalam
melakukan pencetakan.
8. Setelah resin swapolimerisasi mengeras, lepaskan sendok cetak individu dari
model.
9. Sempurnakan tepi sendok cetak.
10. Cobalah dalam mulut pasien, dan periksa apakah sendok cetak perlu
disempurnakan sebelum dilakukan border molding dan pencetakan fisiologis.
19
Border Molding
Setelah prosedur border molding selesai, wax spacer dibuang dari permukaan
dalam sendok cetak fisiologis kemudian dibuat lubang dengan round bur nomor 8
berjarak 5 mm kecuali pada daerah groove alveolar apabila akan dilakukan
pencetakan dengan bahan irreversible hidrocolloid.
Tujuan Surveying
1. Menentukan lingkaran terbesar dari gigi penyangga dalam menentukan posisi
cangkolan yang tepat pada gigi penyangga.
2. Menentukan permukaan gigi dan jaringan lunak yang perlu di block out.
3. Mengukur derajat undercut pada gigi penyangga, posisi lengan cangkolan dan
resilience yang diperlukan.
20
4. Menentukan arah pasang dan arah lepas.
5. Mencatat posisi model yang berhubungan dengan arah pasang yang telah
ditentukan.
Surveyor
21
Permukaan mahkota metal dan porselen dapat di kontur untuk mencapaai
pemotongan khusus menggunakan bur pada untuk keamanan handpiece untuk
keamanan pada vertikal spindel dari surveyor gigi. Proses dari pemotongan
permukaan mahkota secara paralel untuk memberi jalan kecil pada penempatan
dari RPD menggunakan bur yang disebut MILLING.
5. Ketika menggunakan alat presision dan semipresision.
Surveyor gigi digunakan untuk meluruskan alat presision dan semipresision.
6. Model kerangka RPD pada tuangan utama
Surveyor gigi digunakan untuk menandai batas survey dan undercut pada master
cast prior untuk kerangka outlining RPD.
7. Menghalangi master cast
Surveyor digunakan untuk menghalangi undesirable undercuts pada master cast
sebagai langka dalam produksi kerangka RPD.
Komponen Surveyor
A. The Base
B. Vertical Upright Column
C. Cross Arm with Spindle Housing
22
D. The Vertical Spindle With Tool Holder
E. Screw To Lock The Spindle
F. Tool adaptor Holder
G. Surveying tool holder
H. The Surveyor Table
I. Tool rack
J: Survey table
K: Storage compartment
Surveying Tool
Beberapa alat yang digunakan pada survey:
1. Analizing Rod adalah sisi paralel rod. Digunakan untuk menganalisa paralelisasi
relative dari dua atau lebih permukaan pada cast dan untuk menandai batas
survey pada pola wax.
2. A Carbon Marker
Digunakan untuk menggambar survey line disekitar seluruh gigi yang terlibat in
clasp desain atau yang memiliki potongan proksimal untuk dieliminasi serta
digunakan untuk menandai tingkat undercuts tulang / jaringan lunak pada
preparasi GT bila diperlukan.
23
3. Undercut Gauges
digunakan untuk mengukur jumlah retensi yang tersedia dan untuk mengidentifikasi
jumlah dan lokasi tertentu dari pengukuran retensi yang diinginkan pada permukaan
gigi penyangga.
4. Wax Cutting
Alat pemotong tepi yang digunakan untuk mengkontur pola wax, untuk mencegah
overcontoured blockout dari undercuts yang tidak menguntungkan serta digunakan
untuk membuat area gap / self cleansing menggunakan 25 trimmer.
24
5. The Protevtive Sheath adalah metal sheats digunakan dengan karbon marker untuk
melindungi dari fraktur ketika melindungi chuck.
6. Blockout Tools pada rod dengan sisi khusus dari tapper digunakan untuk membuat
tingkat khusus dari blockout pada undercut ketika menghalangi dan mengurangi cast
untuk pembuatan denture.
Arah Pasang
Arah pasang dan arah lepas adalah suatu arah yang mendekati arah masuknya
gigi tiruan ke dalam mulut dan arah lepas dari mulut. Arah ini harus ditentukan
sewaktu penentuan desain gigitiruan. Arah pasang merupakan arah
dimana restorasi harus dimasukkan dan dilepas dari gigi penyangga, yang biasanya
sejajar dengan tangkai vertikal surveyor sewaktu model disurvei.
25
Gambar. memberikan retensi dengan melibatkan undercut distal (*) dari kaninus tersebut mungkin
terlihat lebih menyenangkan daripada lengan cangkolan pada gigi yang sama.
Prosedur survey
Survey dilakukan pada model studi maupun model kerja. Model dipasang pada meja
basis dengan bidang oklusal hampir sejajar dengan basis datar surveyor.
1. Evaluasi bidang miring (guiding plane)
Permukaan-permukaan proksimal gigi yang sejajar satu sama lain harus dicari,
atau bila tak ada, sengaja dibuat sehingga dapat digunakan sebagai bidang
bimbing. Bidang bimbing diperlukan untuk mempermudah pemasangan dan
26
pengeluaran gigi tiruan tanpa paksaan. Bidang bimbing adalah permukaan gigi
asli atau restorasi yang dibuat diatas gigi tersebut, yamg dibuat menjadi datar dan
sejajar dengan arah pemasangan geligi tiruan yang sedang dibuat. Permukaan
bidang ini idealnya antara 2-4 mm dalam arah okluso-gingival dan berkontak
dengan bagian kaku rangka geligi tiruan.
Langkah-langkah :
- Pemiringan model rahang (tilting cast)
- Pengukuran retensi
27
- Rilif bagian model kerja
Rilif dianjurkan untuk keadaan tertentu seperti lereng jaringan yang miring dan
pada semua bagian gingival yang harus dilindungi dari kemungkinan terjadinya
penekanan berlebih kerangka protesa. Rilif dilakukan dengan pemasangan selapis
tipis malam pada permukaan model kerja, diatas malam baru dipasang konektor
atau bagian lain.
- Rekaman hubungan model kerja dengan surveyor (recording)
1. Tripoding (tripodization)
2. Pemberian tanda garis pada tiga sisi berlainan pada model
3. Pemberian tanda goresan pada tiga sisi berlainan pada model
4. Pemasangan pin yang disemen
Blockout
Blockout adalah cara menutup area undercut baik pada gigi maupun jaringan
lunak yang menghalangi pemasangan dan pelepasan gigi tiruan. Blockout juga dapat
diartikan yaitu menghilangkan daerah undercut yang tidak diinginkan pada model,
untuk digunakan dalam pembuatan gigi tiruan sebagai lepasan, dengan cara menutup
daerah undercut menggunakan lilin cair.
Daerah yang tidak menguntungkan di block out dengan gips. Gips diaduk hingga rata
kemudian block out pada daerah defek yang ber-undercut pada model kerja dengan
adukan gips, dibuat merata, rapih dan haluskan pada daerah yang dianggap memiliki
undercut. Blockout dilakukan pada tahap surveying dalam penentuan desain dan arah
pasang GTSL. Daerah yang akan di block yaitu seluruh undercut pada gigi dan
jaringan lunak yang akan menghalangi pemasangan dan pelepasan gigi tiruan yaitu
dibawah garis survei/lingkaran terbesar.
28
2. Daerah yang akan di block ditutup dengan gips putih, sesuai dengan batas yang
telah ditentukan.
29
Selisih antara relasi vertikal posisi istirahat dengan relasi vertikal oklusi disebut
dengan free way space yang dalam keadaan normal berkisar antara 2-4 mm. Yang
dimaksud dengan free way space adalah celah yang terdapat antara rahang atas dan
rahang bawah dalam keadaan istirahat yang merupakan selisih antara relasi vertikal
istirahat dan relasi vertikal oklusi.
30
- Kemudian penderita disuruh mengucapkan beberapa kata yang berakhiran “ S “
dan diukur kembali jarak kedua titik tersebut.
- Seterusnya penderita disuruh menelan dan dalam keadaan rileks dilakukan
pengukuran yang ketiga.
Apabila jarak ketiga pengukuran tersebut sama, inilah merupakan relasi vertikal
posisi istirahat.
31
Hubungan Sentrik/ Sentric Relation
Hubungan sentrik dapat didefinisikan sebagai hubungan antara rahang atas
dan rahang bawah dimana kondilus berada pada kedudukan yang tidak tegang dan
terletak paling belakang di dalam fossa glenoidalis.
32
Perbedaan penentuan relasi vertikal / relasi sentrik antara pembuatan
Gigi tiruan penuh dan gigitiruan sebagian lepasan:
Paga gigitiruan penuh : relasi vertikal ditentukan terlebih dahulu, kemudian relasi
sentrik ditentukan.
Pada gigitiruan sebagian lepasan : Jika oklusal stop masih ada, relasi vertikal dan
relasi sentrik ditentukan sekaligus yaitu pasien disuruh menggigit dalam keadaan
sentrik oklusi. Jika oklusal stop tidak ada, relasi vertikal ditentukan terlebih dahulu,
kemudian relasi sentrik (sama dengan pembuatan gigitiruan penuh). Sekurang-
kurangnya ketepatan untuk menentukan hubungan rahang harus dengan memakai
malam penentu. Berhasilnya penentuan relasi sentrik atau hubungan sentrik dengan
malam penentu hubungan rahang dipengaruhi oleh konsistensi dari malam dan
ketepatannya sesudah dingin. Malam yang berlebihan yang berkontak pada
permukaan jaringan dapat menyebabkan bergeraknya jaringan lunak. Bergeraknya
malam selama atau sesudah dikeluarkan dari mulut, mungkin juga
mempengaruhi ketepatan pemasangan gigitiruan sebagian lepasan.
33
2. Relasi vertikal yang terlalu rendah
- Sudut mulut turun
- Telinga berdengung
- Efisiensi daya kunyah berkurang
- Pipi/bibir dan lidah sering tergigit
- Sakit pada TMJ
34
gigi sejenis yang ada di sisi sebelahnya. Mengenai ukuran gigi harus disesuaikan
dengan ruangan yang ada, misalnya telah terjadi migrasi gigi kearah edentulus, hal ini
menyebabkan ruangan yang ada menjadi lebih kecil dari sebenarnya. Pemilihan dan
penyusunan anasir gigi tiruan harus dapat memperbaiki penampilan selain untuk
memperbaiki fungsi lainnya dari gigi tiruan. Dalam pemilihan dan penyusunan anasir
gigi tiruan anterior maupun posterior, ada faktor-faktor yang harus diperhatikan yaitu
mengenai ukuran, bentuk, warna, bahan, jenis kelamin, umur serta inklinasi dari
anasir gigi tiruan dapat memenuhi fungsinya.
a. Panjang gigi
Dalam menentukan panjang gigi, ada dua hal yang dapat dipakai sebagai
pedoman, yaitu:
Posisi istirahat
Dalam keadaan istirahat tepi insisal gigi depan atas kelihatan 2-3 mm, tetapi hal
ini bervariasi secara individual tergantung dari umur dan panjang bibir atas.
Bagi pasien tua, umumnya tepi insisal gigi depan telah aus sehingga mahkota
klinis lebih pendek. Bila bibir atas panjang maka seluruh gigi yang terlihat pada
saat seseorang tertawa. Pada saat tertawa, panjang gigi akan terlihat sampai 2/3.
b. Lebar gigi
35
yaitu : lebar dasar hidung sama dengan jarak antara puncak kaninus rahang atas
yang diukur secara garis lurus (Gambar 1).
• Sudut mulut
Sudut mulut dapat juga digunakan sebagai pedoman untuk menentukan letak tepi
distal dari kaninus atas pada saat istirahat. Jarak antara kedua sudut mulut sama
dnegan lebar keenam gigi depan atas (Gambar 2).
2. Bentuk gigi
Untuk menentukan bentuk gigi beberapa hal di bawah ini dapat digunakan
sebagai pedoman.
Bentuk wajah ada hubungannya dengan bentuk gigi insisivus sentral atas.
Bentuk insisivus sentral atas sesuai dengan bentuk garis luar wajah tetapi
36
dalam arah terbalik.
- Wajah dilihat dari depan :
Menurut Frush dan Fisher, garis luar insisivus atas pada pria bersudut lebih
tajam (giginya berbentuk kuboidal), sedangkan pada wanita lebih tumpul
37
(giginya berbentuk spheroidal).
Kontur labial gigi anterior dengan permukaan cembung (A) dan datar (B)
c. Umur
38
3. Warna gigi
Pada pembuatan GTSL, untuk menentukan warna gigi yang akan diganti
dapat disesuaikan dengan warna gigi yang ada. Cahaya dapat mempengaruhi
pemilihan warna gigi. Cahaya lampu pijar akan menghasilkan gigi dengan warna
lebih merah dari yang sebenarnya. Sebaiknya untuk menentukan warna gigi,
dipakai cahaya yang berasal dari sinar matahari karena sinarnya merupakan sinar
yang alamiah. Usia dapat juga dipakai sebagai pedoman. Usia tua, warna giginya
lebih gelap disanding usia muda.
a. Akrilik
b. Porselen
39
Pada kasus dengan basis berujung bebas, ukuran mesio distalnya diukur dari tepi
distal gigi yang berdekatan dengan edentulus sampai mesial dari retromolar pad.
b. Okluso gingival
Ukuran okluso gingival ditentukan oleh besarnya ruangan inter oklusal. Panjang
anasir gigitiruan disesuaikan dengan gigi tetangganya terutama gigi premolar,
letak garis servikalnya harus sesuai dengan letak garis servikal gigi tetangganya
karena akan kelihatan pada waktu bicara atau tertawa
c. Buko lingual/palatal
Ukuran buko lingual/palatal yang telah disesuaikan dengan lebar mesio distalnya
sehingga bentuknya sebanding, tetapi pada kasus tertentu misalnya pada kasus
linggir alveolus yang datar diperlukan ukuran oklusal yang sempit untuk
mengurangi besarnya daya kunyah dan untuk memberi tempat pada lidah
40
. Lebar buko lingual/palatal gigi(A) normal dan (B) yang telah dipersempit
a. Gigi anatomik
untuk kasus dengan linggir datar untuk menghindari daya horizontal pada
waktu berfungsi.
41
oklusal dapat dengan menghilangkan satu gigi premolar atau molar atau molar
diganti dengan premolar.
42
3. Hubungan dengan gigi antagonis
Untuk gigi anterior, hubungan dengan gigi antagonisnya harus diperhatikan
yaitu:
43
Daftar Pustaka
44
45