Anda di halaman 1dari 13

KAJIAN LAHAN KRITIS DENGAN MENGGUNAKAN GEOGRAPHIC

INFORMATION SYSTEM (GIS) PADA DAERAH IRIGASI JARUMAN KEBON


ALAS KABUPATEN MALANG

JURNAL

Oleh :
Jusak Christison Kamlasi
NIM. 2007520024

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2015
ABSTRAK

Nama : Jusak Christison Kamlasi, Judul Skripsi : KAJIAN LAHAN KRITIS DENGAN
MENGGUNAKAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM (GIS) PADA
DAERAH IRIGASI JARUMAN KEBON ALAS KABUPATEN MALANG.

Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Tribhuwana Tunggadewi, Dosen


Pembimbing Utama : Esti Widodo, Ir., ME. Dosen Pembimbing Pendamping : Galih Damar
Pandulu, ST., MT

Lahan kritis merupakan lahan yang telah mengalami kerusakan fisik tanah karena
berkurangnya penutupan vegetasi dan adanya gejala erosi (banyaknya alur drainase) yang
akhirnya membahayakan fungsi hidrologi dan daerah lingkungan sekitarnya. Dalam laporan
ini mengambil topik tentang kajian Lahan Kritis menggunakan Geographic Information
System (GIS). System computer yang digunakan untuk memasukan (capturing), menyimpan,
memeriksa data – data yang berhubungan dengan posisi – posisi di permukaan bumi. GIS
dapat digunakan untuk mengidentifikasi lahan kritis di sebuah DAS. Dengan perangkat
komputer berupa ArcView GIS yang digunakan untuk menghitung hasil penilaian masing –
masing kelas, pembobotan tiap parameter dan mengetahui tampilan dari peta, tabel, dan
grafik.
Dari hasil pembobotan yang diberikan maka tingkat kekritisan lahan dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa kelas yaitu: tidak kritis = 865,19 (Ha), agak kritis = 220,33
(Ha), potensial kritis = 2486,40 (Ha), dan kritis = 111,97 (Ha), dengan hasil luas yang
berbeda.
PENDAHULUAN Informasi Geografis (SIG) merupakan

kombinasi manajemen database dalam


Lahan kritis merupakan lahan yang
mengumpulkan dan menyimpan sejumlah
telah mengalami kerusakan fisik tanah
data geospasial yang besar, bersama –
karena berkurangnya penutupan vegetasi
sama dengan kemampuan analisis spasial
dan adanya gejala erosi (banyaknya alur
untuk mengetahui hubungan geospasial
drainase) yang akhirnya membahayakan
antara entitas dari masing-masing data
fungsi hidrologi dan daerah lingkungan
yang digunakan, ditambah dengan peta
sekitarnya.
layar yang berfungsi menggambarkan
Tingkat pertambahan penduduk
hubungan data geospasial dalam dua dan
yang begitu pesat, dengan luas DAS yang
tiga dimensi dalam bentuk peta.
relatif tetap dan tidak mengalami
Penyajian informasi melalui
perubahan , akan mengakibatkan semakin
Geographic Iinformation System (GIS)
meningkatnya perubahan penggunaan
saat ini menjadi landasan utama yang
lahan yang pada umumnya kurang
digunakan sebagai memaparkan informasi
memperhatikan faktor konservasi tanah
– informasi yang berhubungan dengan data
dan air dalam pengelolaannya.
spasial dan data pendukung penyampaian
Pemanfaatan potensi DAS baik
informasi lainnya. Penerapan GIS
sumberdaya lahan maupun sumberdaya air
merupakan langkah yang tepat untuk
yang tidak mengindahkan kaidah – kaidah
pemetaan DAS yang rawan bencana,
konservasi dan berlebihan akan
Teknologi GIS mengintegrasikan operasi
mengakibatkan degradasi terhadap kondisi
pengolahan data berbasis database yang
DAS dan menyebabkan terjadinya rawan
biasa digunakan saat ini, seperti
bencana dan lahan kritis.
pengambilan visualisasi yang khas serta
Geographic Information System
berbagai keuntungan yang mampu
(GIS) atau dalam bahasa indonesia Sistem
ditawarkan analisis geografis melalui pengendalian aliran sungai yang dilakukan

gambar-gambar petanya berbasis web. sampai saat ini telah mencapai tahap

Penerapan Geographic Information optimal dengan melayani berbagai macam

System (GIS) merupakan langkah yang kepentingan terutama pada masyarakat

tepat untuk pemetaan lahan kritis pada (Petani), antara lain menghasilkan dan

DAS atau Daerah Irigasi. Dalam penelitian menyediakan produksi pangan yang mana

ini, akan dirancang suatu Sistem Informasi hasil dari produksi tersebut menjadi

Geografis yang dapat memberikan kebutuhan pokok bagi masyarakt

informasi Lahan Kritis yang digunakan Indonesia. Salah satu dampaknya adalah

sebagai pengambilan informasi. laju pertumbuhan penduduk yang cukup

cepat, sebagai salah satu akibat adanya


Demikianlah pada dasarnya setiap
kebutuhan dari tahun ke tahun terus
manusia khusunya para petani yang lebih
meningkat. Namun di sisi lain terjadi
sering behubungan dengan DAS lebih
pengurangan akan luas sawah yang
serring diarahkan kepada usaha bagaimana
beririgasi akibat adanya alih fungsi untuk
mengendalikan aliran sungai, serta
membuka lahan baru dan pembangunan
bagaimana cara mengambil manfaat yang
lainnya, sehingga dapat mengakibatkan
besar dari potensi yang dikandungnya.
penggundulan dan rawan akan bencana.
Oleh karena itu aliran sungai yang baik
Maka dalam upaya pemerintah akan tetap
sangat dibutuhkan agar dapat
mempertahankan swasembada pangan
meningkatkan hasil produksi. Dengan
terutama beras. Persoalan tersebut seperti
demikian agar suatu DAS tersebut
di atas harus dijawab berdasarkan konsep
dimanfaatkan secara optimal perlu adanya
yang mantap, menyeluruh dan terpadu
kajian terhadap lahan kritis yang ada serta
dengan memanfaatkan semaksimal
pengelolaan dalam pemanfaatan aliran
mungkin, ilmu pengetahuan dan teknologi
sungai pada daerah tersebut. Pengelolaan
yang semakin berkembang serta organisasi 1) Daerah Irigasi Kali Sipring

yang ada. = 848 Ha

2) Daerah Irigasi Jaruman Kebon


TUJUAN PENELITIAN
Alas = 2,561 Ha
Tujuan penelitian ini adalah
3) Daerah Irigasi Kali Lesti Utara
melakukan penyusunan data spasial lahan
= 1.715 Ha
kritis di Daerah Irigasi (DI) Jaruman
4) Daerah Irigasi Kali Lesti Selatan
Kebon Alas, baik secara numerik maupun
= 1.318 Ha
spasial sesuai dengan prosedur baku yang
5) Daerah Irigasi Pegunungan Selatan
ada.
= 810 Ha
RANCANGAN PENELITIAN
6) Daeraah Irigasi Semeru Selatan
Lokasi penelitian dilaksanakan
= 962 Ha
diwilayah Sungai Jaruman Kebun Alas
Jumlah
yang dikaji sepanjang 69,332 km yaitu
= 8.214 H
mulai dari Daerah Turen. Kondisi
Penilitian berlangsung di Wilayah
klimatologi didominasi oleh iklim tropis
Kerja UPTD / Pengamat Pengairan Turen
dengan rata – rata hujan tahunan 2000 mm,
Kecamatan Tuern, (Kejuron Turen) dan
diantaranya 80% jatuh pada musim hujan.
berada di Daerah Irigasi Jaruman Kebon
Lokasi studi diwilayah pengelolaan UPTD
Alas, yang terdiri dari beberapa Desa dan
SDA dan Irigasi Turen, Kejuron Turen
DI antara lain:
Malang.
Tabel 3.2 Daerah Irigasi pada sungai
Wilyah kerja UPTD Pengairan Turen
Jaruman Kebon Alas
mencakup Daerah Irigasi yang terdiri dari

jaringan Irigasi dengan luas baku sawah

Kecamatan = 8,214 Ha.. dan sawah Irigasi

sederhana, Baku sawah tersebut meliputi


No Daerah irigasi/ Jenis Pengambilan Lokasi B.Sawa

Jaringan Irigasi Desa Kec. h (Ha)

1 Dam Jaruman I K. Jaruman Tumpuk Turen 251

Renteng,

2 Dam Rampal Sbr. Wuni Undaan Turen 421

3 Dam Pidek K. Jaruman Tanggung, Turen 414

4 Tumpuk renteng Band.Tumpuk renteng Sukolilo Wajak 98

5 Sbr. Malikan Sbr. Malikan Gedok Kulon Turen 128

6 Dam Kemulan K. Jaruman II Kemulon, Turen 349

7 Sbr. Sepanjang Sbr. Gondok Jeru Turen 177

8 Dam Gedok Sbr. Petung Talok, Turen 234

9 Dam Sawahan K. Jaruman II Sawahan, Turen 98

10 Dam Talok Sbr. Kbn Alas Turen, Turen 175

12 - Sbr. Gongso Tumpuk Turen 21

renteng

13 - Sbr. Kotes Kedok Turen 16

14 - Sbr. Tawang rejani Turen 179

Jumlah 2.561
LANGKAH–LANGKAH PENELITIAN b) Interprestasi ulang terhadap

peta
1. Tahap Pesiapan meliputi;
c) Penyajian meliputi;
a) Studi pustaka yang
penulisan naskah,
berkaitan dengan topik di
pembuatan peta sebaran
daerah penelitian
lahan kritis.
b) Digitasi dan interprestasi
ANALISA KONDISI IKLIM
peta
Dalam perhitungan ini untuk
c) Analisa peta lereng, peta
mengetahui kondisi klimatologi maka
penggunaan lahan, peta
diperlukan data yang tercatat pada stasiun
jenis tanah, peta curah
klimatologi yang diperkirakan cukup
hujan
mewakili untuk daerah proyek.
d) Menyusun rencana kerja
a) Kecepatan Angin,
lapangan yaitu mernentukan
b) Suhu,
jadwal rencana lintasan
c) Kelembaban Udara,
pengamatan
d) Lama Penyinaran Matahari, dan
e) Menyiapkan apa yang akan
e) Data Curah Hujan Harian
diperlukan.
Analisa yang dilakukan dalam
2. Tahap kerja lapangan
menentukan kawasan rawan banjir adalah
a) Survey
melakukan penyusunan atribut dan
b) Pengumpulan data, baik
pembobotan. Dari proses tersebut
sekunder maupun primer.
dilakukan setelah proses klasifikasi nilai
3. Penyelesaian
dalam tiap parameter. Setelah kedua proses
a) Pemrosesan data, analisa
tersebut selesai, dilanjutkan dengan tahap
data, klasifikasi data.
analisis tingkat kerawanan banjir.
PENILAIAN Table 3.6 Kelas Curah Hujan

Penilaian dimaksudkan sebagai No Curah Hujan Nilai

pemberian nilai terhadap masing – masing 1 >3000 mm (sangat basah) 9

kelas dalam tiap parameter. Pemberian 2 2501 mm – 3000 mm 7

nilai ini didasarkan pada pengaruh kelas (basah)

tersebut terhadap banjir. Semakin tinggi 3 2001 mm – 2501 mm 5

pengaruhnya terhadap banjir, maka nilai (sedang/lembab)

yang diberikan akan semakin tinggi. 4 1501 mm – 2000 mm 3

Table 3.3 Penilaian Kelas Kemiringan (kering)

No Lereng Nilai 5 <1500 mm (sangat kwering) 1


1 0–8% 9
PEMBOBOTAN
2 8 – 15 % 7
Pembobotan adalah pemberian bobot
3 15 – 25 % 5
pada peta digital terhadap masing – masing
4 25 – 40 3
parameter yang berpengaruh terhadap
5 >40 1
banjir. Makin besar pengaruh parameter

terhadap kejadian banjir maka bobot yang


Table3.4 Penilaian Tekstur Tanah
diberikan semakin tinggi.
No Tekstur (Jenis) Tanah Nilai
Table 4.4 Pembobotan Parameter
1 Sangat Halus (kelas 9
No Parameter Bobot
alluvium)
1 Kelerengan 20 %
2 Halus (kelas alluvium 7
2 Jenis Tanah 20 %
hidromorf)
3 Curah Hujan 10 %
3 Sedang (kelas regosol) 5
4 Penggunaan Lahan 20 %
4 Kasar (kelas mediteran) 3
5 Buffer Sungai 30 %
5 Sangat kasar (kelas litosol) 1
Total 100 %
HASIL DAN ANALISA DATA kebun campuran. Padang rumput yang ada

Survey lapangan merupakan lebih mendekati kepada lahan kosong.

kegiatan yang dilakukan untuk Semak belukar tesebar pada kawasan

mendapatkan informasi keberadaan dengan kelerengan landai sampai curam.

penggunaan atau penutupan lahan hasil PENILAIAN KELAS KEMIRINGAN

interpretasi citra satelit apakah sesuai


Dalam penilaian kelas kemiringan
dengan kondisi yang ada sekarang. Survey
lahan, semakin curam kelerengan maka
lapangan dilakukan dengan pengambilan
nilainya akan semakin besar. Hasil
titik – titik koordinat pengamatan. Titik –
penilaian adalah sebagai berikut:
titik pengamatan diambil pada tempat –
Tabel 4.1 Penilaian Kelas Kemiringan
tempat yang tidak berubah untuk jangka
No Lereng Nilai Luas %
waktu yang lama atau mewakili penutupan
(ha)
lahan yang ada. Berdasarkan pengamatan
1 0–8% 9 3122,76 84,77
dilapangan sebagian besar penggunaan
2 8 – 15 7 336,51 9,13
lahan pada DI Jaruman Kebon Alas,
%
pemukiman juga terdapat pada daerah
3 15 – 25 5 224,62 6,09
sempadan sungai yang seharusnya menjadi
%
kawasan lindung. Budidaya pertanian yang
TOTAL 3683,89 100
ada berupa sawah, tegalan/ladang, dan
PENILAIAN KELAS TEKSTUR dari sungai (skor 7), 25 – 100 m dari

TANAH sungai (skor 5), dan 101 – 250 m dari

sungai (skor 3) . sedangkan untuk wilayah


Tabel 4.2 Penilaian Tekstur Tanah
dengan jarak lebih dari 251 m dari sungai,
No Jenis Nilai Luas %
maka diasumsikan termasuk dalam
Tanah (ha)
wilayah ke tiga (101 – 250 m).
1 Mediteran 3 3411,84 92,62
ANALISA TINGKAT KERAWANAN
2 Aluvial 3 272,05 7,38
LAHAN KRITIS
TOTAL 3683,89 100

Berdasarkan model dari Direktorat

PENILAIAN KELAS BUFER SUNGAI Jenderal Rehabilitasi Lahan dan

Adapun untuk penilaian kelas bufer Perhutanan Sosial 2004, Departemen

sungai, maka di asumsikan nilai studi Kehutanan, tingkat kekritisan lahan dapat

terbagi menjadi tiga bagian, yaitu 0 – 25 m diklasifikasikan menjadi beberapa kelas


yaitu: tidak kritis, agak kritis, potensial

kritis, dan kritis.

Tabel 4.5 Tingkat Kerawanan Lahan

Kritis

No Kelas Luas(ha) %

1 Tidak kritis 865,19 23,49

2 Agak kritis 220,33 5,98

3 Potensial kritis 2486,40 67,49

4 Kritis 111,97 3,04

Total 3683,89 100


SIMPULAN kondisi Daerah Irigasi Jaruman Kebon

Pemberian pembobotan Alas sekarang dalam kondisi Potensial

terhadap masing – masing parameter kritis dengan luas (2486,40 Ha)

yang berpengaruh terhadap daerah sedangkan yang mengalami kekritisan

rawan, Makin besar pengaruh (111,97 Ha) sehingga segera perlu

parameter terhadap kerawanan maka dilakukan upaya pengendalian erosi

bobot yang diberikan semakin tinggi, lahan berupa penataan kawasan DAS.

yaitu terdapat pada kelas kemiringan 0

– 8 % = 3122,76 (Ha). Dari hasil DAFTAR PUSTAKA

pembobotan yang diberikan maka Team LPM. Institusi


tingkat kekritisan lahan dapat Teknologi Sepuluh November,
diklasifikasikan menjadi beberapa Pendataan Jaringan Irigasi Dan
kelas yaitu: tidak kritis = 865,19 (Ha), Pemetaan Lahan Sawah di Kabupaten
agak kritis = 220,33 (Ha), potensial Malang
kritis = 2486,40 (Ha), dan kritis = Pendataan/Pemetaan Daerah
111,97 (Ha), dengan hasil luas yang Kritis Bantaran Sungai dan Saluran
berbeda. Rawan Bencana Wilayah UPTD SDA
Berdasarkan hasil penelitian dan Irigasi Pujon, PT. Tata Cipta
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa, Utama

Anda mungkin juga menyukai